Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI PADA LANSIA

DI PANTI SOSIAL WERDA BUDI PERTIWI

Di Susun Oleh :

Diah Herawati 012016032

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH BANDUNG

VOKASI DIPLOMA III KEPERAWATAN

Jl. K.H. Ahmad Dahlan (Banteng Dalam) No. 6 Bandung

November, 2018
KONSEP HIPERTENSI PADA LANSIA

1. Pengertian Hipertensi

Hipertensi dicirikan dengan peningkatan tekanan darah diastolik dan sistolik yang
intermiten atau menetap. Pengukuran tekanan darah serial 150/95 mmHg atau lebih tinggi pada
orang yang berusia diatas 50 tahun memastikan hipertensi. Insiden hipertensi meningkat seiring
bertambahnya usia (Stockslager , 2008). Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan
jantung dan pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. WHO (World
Health Organization) memberikan batasan tekanan darah normal adalah 140/90 mmHg, dan
tekanan darah sama atau diatas 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Batasan ini tidak
membedakan antara usia dan jenis kelamin (Marliani, 2007).

2. Klasifikasi

Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar


yaitu :

a. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui


penyebabnya.

b. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain.

3. Etiologi

Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-perubahan
pada :

a. Elastisitas dinding aorta menurun

b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku

c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20


tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi

e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer Meskipun hipertensi primer belum


diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa
faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi.

Pathway
4. Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah,
selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa.

Gejala yang lazim Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim
yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis. Menurut Rokhaeni
(2001), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu : Mengeluh
sakit kepala, pusing Lemas, kelelahan, Sesak nafas, Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis,
Kesadaran menurun.

5. Pemeriksaan Penunjang

a. Hemoglobin / hematokrit Untuk mengkaji hubungan dari sel

b. sel terhadap volume cairan ( viskositas ) dan dapat mengindikasikan factor

c. factor resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.

6. Penatalaksanaan

Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi
kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah
140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :

1. Terapi tanpa Obat Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan
dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini
meliputi : a.Diet Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :

 Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr

 Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh

 Penurunan berat badan

 Penurunan asupan etanol


2. Latihan Fisik Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk
penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu: Macam olah raga
yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain. Intensitas
olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi
maksimal yang disebut zona latihan.

7. Pengkajian
pengkajian secara umum
a Identitas pasien
b Riwayat atau adanya faktor resiko
c Aktivitas/istirahat
d Integritas ego
e Makanan dan cairan
f Nyeri atau ketidak nyamanan
Pengkajian persistem
a Sirkulasi
b Eliminasi
c Neurosensori
d Pernapasan

8. Diagnosa Keperawatan

1) Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular Cerebral

2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum

3) Curah Jantung, resiko tinggi terhadap hipertensi berhubungan dengan peningkatan


afterload, vasokontriksi

4) Nutrisi , perubahan lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kebutuhan metabolic

5) Koping individu tidak efektif berhubungan dengan system pendukung yang tidak adekuat

6) Kurang pengetahuan berhubungnya dengan kurang informasi atau keterbatasan kognitif


9. Intervensi

Dx 1 : Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular Cerebral

1.Intervensi : Mempertahankan tirah baring selama fase akut

Rasional : Meminimalkan stimulasi/meningkatkan relaksasi

2.Intervensi : Berikan tindakan non farmakologi untuk menghilangkan sakit kmepala,


misalnya kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher, tenang,

Rasional : tindakan yang menurunkan tekanan vascular serebral dan yang


memperlambat atau memblok respons simpatis efektif dalam menghilangkan sakit
kepala dan komplikasinya

3.Intervensi : Hilangkan atau minimalkan aktivitas fase kontriksi yang dapat


meningkatkan sakit kepala, misalnya mengejam saat bab, batuk panjang,
membungkuk

Rasional : aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala


pada adanya peningkatan tekanan vascular cerebral

Dx 2 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum

1.Intervensi : kaji respon pasien terhadap aktivitas, perhatikan frequency nadi lebih
dari 20 kali per menit diatas frequency istirahat : peningkatan tekan darah yang nyata
selama atau sesudah aktivitas ( tekanan sistolik meningkat 40 mmhg atau tekanan
diastolic meningkat 20 mmhg) dispnea atau nyeri dada : kelemahan dan keletihan
yang belebihan :pusing atau pingsan.

Rasional : menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji respon fisiologi


terhadap stress, aktivitas bila ada merupakan indikator dari kelebihan kerja yang
berkaitan dengan tingkat aktivitas.
2.Intervensi : instruksikan pasien tentang teknik penghematan energy, misalnya
menggunakan kursi saat mandi,duduk saat menyisir rambut atau menyikat
gigi,melakukan aktivitas dengan perlahan.

Rasional : teknik memghemat energy mengurangi penggunaan energy, juga


membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.

DX 3 : Curah Jantung, resiko tinggi terhadap hipertensi berhubungan dengan peningkatan


afterload, vasokontriksi

1.Intervensi: pantau TD.ukur pad kedua tangan atau paha untuk evaluasi
awal.gunakan ukuran manset yang tepat dan teknik yang akurat.

Rasional : perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang lebih lengkap


tentang keterlibatan/bidang masalah vascular. Hipertensi berat diklasifikasikan pada
orang dewasa sebagai peningkatan tekanan diastolic

DX 4 : Nutrisi , perubahan lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kebutuhan


metabolic

1.Intervensi : kaji pemahaman pasien tentang hubungan langsung antara hipertensi


dan kegemukan.

Rasional : kegemukan adalah resiko tambahan pada tekanan darah tinggi karena
disproporsi antara kapasitas aorta dan peningkatan curah jangtung berkaitan dengan
peningkatan masa tubuh.

2.Intervensi : bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan membatasi


masukan lemak,garam,dan sesuai indikasi.

Rasional : kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadinya ateroskelorosis dan


kegemukan yang merupakan predesposisi untuk hipertensi dan komplikasinya
misalnya stroke,penyakit ginjal,gagal jantung. Kelebihan memasukkan garam
memperbanyak volume cairan intravascular dan dpat merusak ginjal yang lebih
memperburuk hipertensi.
DX 5 : Koping individu tidak efektif berhubungan dengan system pendukung yang tidak
adekuat

1.Intervensi : Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku,


misalnya kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan berpartisipasi
dalam rencana pengobatan

Rasional : Mekanisme adaptif perlu untuk mengubah pola hidup seseorang,


mengatasi hipertensi kronik dan mengintegrasikan terapi yang diharuskan ke dalam
kehidupan sehari-hari

2.Intervensi : Bantu pasien untuk mengidenti

Rasional : Pengenalan terhadap stressor adalah langkah pertama dalam mengubah


respons seseorang terhadap stress

DX 6 : Kurang pengetahuan berhubungnya dengan kurang informasi atau keterbatasan


kognitif

1.Intervensi : Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar, termasuk orang terdekat

Rasional : Kesalahan konsep dan menyangkal diagnose karena perasaan sejahtera


yang sudah lama dinikmati mempengaruhi minat pasien/orang terdekat untuk
mempelajari penyakit, kemajuan, dan prognosis. Bila pasien tidak menerima realitas
bahwa membutuhkan pengobatan kontinu, maka perubahan perilaku tidak akan
dipertahankan.

2.Intervensi : Tetapkan dan nyatakan batas TD normal. Jelaskan tentang hipertensi


dan efeknya pada jantung, pembuluh darah, ginjal dan otak

Rasional : Memberikan dasar untuk pemahaman tentang peningkatan TD dan


mengklarifikasi istilah medis yang sering digunakan. Pemahaman bahwa TD tinggi
dapat terjadi tanpa gejala adalah ini untuk memungkinkan pasien melanjutkan
pengobatan meskipun ketika merasa sehat

Anda mungkin juga menyukai