Anda di halaman 1dari 26

URAIAN MATERI

A. Hakekat Belajar dan Belajar Gerak

Belajar adalah hasil langsung dari praktik atau pengalaman. Belajar tidak
dapat diukur secara langsung, karena proses pencapaian perubahan perilaku
berlangsung secara internal atau dalam diri manusia tidak bisa diamati secara
langsung, terkecuali ditafsirkan berdasarkan perilaku itu sendiri. Belajar
dipandang sebagai proses yang menghasilkan perubahan relatif permanen dalam
keterampilan. Perubahan dalam perilaku yang menyebabkan perubahan suasana
emosi, motivasi, atau keadaaan internal tidak dianggap sebagai akibat belajar.
Dengan demikian belajar dapat diartikan adalah suatu proses yang berkaitan
dengan latihan atau pengalaman yang mengantarkan ke arah perubahan permanen
dalam perilaku terampil. Sebagian orang awam berpendapat bahwa bagi seseorang
yang menganggap proses belajar sebagai suatu kejadian yang berlangsung dengan
sendirinya. Ia akan menganggap belajar merupakan suatu gejala yang sederhana.
Lalu pengalaman adalah guru yang terbaik, dan meniru adalah cara terbaik untuk
seseorang yang mau belajar, karena dia menganggap dalam banyak hal teori itu
tidak praktis dan hanya cocok untuk ilmuwan saja.

Belajar gerak merupakan sebagian dari belajar secara umum. Sebagai


bagian dari belajar, belajar gerak untuk menguasai berbagai keterampilan gerak
dan mengembangkannya agar keterampilan gerak yang di kuasai bisa di lakukan
untuk menyelesaikan tugas-tugas gerak untuk mencapai sasaran tertentu. Proses
belajar gerak berbeda dengan proses kognitif dan proses belajar afektif. Perbedaan
yang ada bersumber dari aspek aspek yang dominan keterlibatannya di dalam
proses belajarnya yang domain keterlibatannya dalam proses belajar adalah aspek
fisik dan psikomotorik. Konsep belajar pada umumnya dan belajar motorik
sebagai akibat perilaku motorik pada khususnya, telah dirumuskan dalam berbagai
definisi para ahli. Belajar dapat diartikan semacam seperangkat peristiwa,
kejadian atau perubahan yang terjadi. Apabila seseorang berlatih memungkinkan
ia menjadi semakin terampil dalam melaksanakan suatu kegiatan.

Meskipun tekanan belajar gerak ialah penguasaan keterampilan, tidaklah


berarti aspek lain, seperti peranan domain kognitif diabaikan. Hal ini sesuai
dengan pendapat Meinel (1976) yang dikutip oleh Rusli (1988:102) menyatakan
sebagai berikut: belajar itu sendiri dari tahap penguasaan, penghalusan, dan
penstabilan gerak, atau keterampilan teknik olahraga. Integrasi keterampilan di
dalam perkembangan total dari kepribadian seseorang. Karena itu penguasaan
keterampilan baru diperoleh melalui penerimaan dan pemilikian pengetahuan,
perkembangan koordinasi dan kondisi fisik sebagaimana halnya kepercayaan dan
semangat juang.

Dalam proses pembelajaran anak melakukan berbagai tugas-tugas gerak


sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangannya. Sehingga dalam
proses perkembangan pendidikan jasmani memiliki muatan belajar gerak yang
diarahkan pada pencapaian tujuan fisik dan perkembangan motorik.

Belajar gerak secara sederhana dapat diartikan sebagai proses


pembelajaran yang dilakukan secara terencana, sistematik, dan sistemis untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang direncanakan. Dalam proses pembelajaran
materi pembelajarannya adalah berbagai bentuk keterampilan gerak, baik yang
dikemas dalam bentuk permainan dan latihan ketangkasan.

Menurut Schmidt (1982), belajar motorik adalah seperangkat proses yang


bertalian dengan latihan atau pengalaman yang mengantarkan kearah perubahan
permanen dalam perilaku terampil.

Selanjutnya Meinel (1976), belajar gerak itu terdiri dari penguasaaan,


penghalusan, dan penstabilan gerak atau keterampilan teknik olahraga. Terdapat
analisis karakteristik belajar motorik yang dipaparkan oleh Schmidt (1982), yang
dijabarkan lebih lanjut sebagai berikut:

a. Belajar sebagai proses; dalam psikologi kognitif dijelaskan, bahwa sebuah


proses adalah seperangkat kejadian atau peristiwa yang berlangsung
bersama, menghasilkan beberapa perilaku tertentu. Sama halnya dengan
belajar keterampilan motorik, di dalamnya terlibat suatu proses yang
menyumbang kepada perubahan dalam perilaku motorik sebagai hasil dari
berlatih, karena itu fokus belajar motorik ialah perubahan yang terjadi
pada organisme yang memungkinkannya untuk melakukan sesuatu yang
berbeda dengan sebelum berlatih.
b. Belajar gerak adalah hasil langsung dari latihan; perilaku motorik berupa
keterampilan dipahami sebagai hasil dari latihan dan pengalaman. Hal ini
dipertegas dengan perubahan yang terjadi seperti faktor kematangan dan
pertumbuhan. Faktor-faktor yang meyebabkan perubahan perilaku,
meskipun dapat disimpulkan perubahan itu karena belajar. Sama halnya
dengan persoalan tersebut, peningkatan kemampuan fisik dapat
menyebabkan peningkatan keterampilan seseorang dalam satu cabang
olahraga, sehingga dapat dibuat kesimpulan yang salah bahwa perubahan
itu karena belajar.
c. Belajar gerak tidak teramati secara langsung; proses yang terjadi di balik
perubahan keterampilan itu mungkin sekali amat kompleks dalam sistem
persyaratan, seperti bagaimana informasi sensoris diproses, diorganisasi,
dan kemudian diolah langsung dan arena itu, hanya dapat ditafsirkan
eksistensinya dari perubahan yang terjadi dalam keterampilan atau
perilaku motorik.
d. Belajar gerak menghasilkan kapasitas untuk bereaksi (kebiasaan);
pembahasan belajar motorik juga dapat ditinjau dari munculnya
kapasbilitas untuk melakukan suatu tugas dengan terampil. Keterampilan
tersebut dapat dipahami sebagai suatu perubahan dalam sistem pusat
syaraf. Tujuan dari latihan adalah untuk memperkuat atau memantapkan
jumlah perubahan yang terdapat pada kondisi internal. Kondisi internal ini
sering disebut dalam istilah kebiasaan.
e. Belajar gerak relatif permanen; ciri lain dari belajar motorik adalah relatif
permanen. Hasil belajar itu relatif bertahan hingga waktu relatif lama.
Manakala seseorang belajar dan berlatih, maka ia tidak pernah sama
dengan keadaan sebelumnya. Dan belajar menghasilkan perubahan relatif
permanen. Persoalannya adalah seberapa lama keterampilan itu melekat?
Memang sukar untuk menjawab, berapa lama hasil belajar itu akan
melekat. Meskipun sukar ditetapkan secara kuantitatif, apakah selama 1
bulan, atau 2-5 hari, untuk kebutuhan analisis dapat menegaskan, belajar
akan menghasilkan beberapa efek yang melekat.
f. Belajar gerak bisa menimbulkan efek negatif; kesan umum yang diperoleh
bahwa belajar menimbulkan efek positif yaitu penyempurnaan
keterampilan, atau penampilan gerak seseorang. Namun demikian,
anggapan ini mengandung persoalan, karena apa yang disebut kemajuan
atau penyempurnaan tidak terlepas dari persepsi si pengamat. Perubahan
perilaku pada seseorang bisa jadi dianggap sebagai peningkatan bagi
seorang pengamat, dan sebagai suatu kemunduran bagi yang lain.
Misalnya saat latihan atau belajar salto ke belakang terjadi kurang tinggi
dan putarannya terlampau banyak sehingga terjatuh terlentang akibatnya
trauma. Kesan buruk masa lampau, kegagalan dalam suatu kegiatan, atau
ketidakberhasilan melakukan satu jenis keterampilan dengan sempurna
justru bukan berakibat negatif, tapi mendorong ke arah perubahan yang
positif.

Belajar gerak adalah suatu proses yang dilibatkan dalam melakukan gerak
dan penyaringan/seleksi suatu ketrampilan motorik tentang apa yang menjadi
penghambat gerak tersebut. Studi yang terkait belajar gerak yakni motor control
yang melibatkan system syaraf, phisik dan aspek tingkah laku tentang pergerakan
manusia.

Kedua ilmu yang terkait yakni motor learning dan motor control perlu
dikembangkan dan saling melengkapi tentang pemahaman tentang konsep
keterampilan motorik. Dari pemahaman tersebut dapat menyediakan bagaimana
praktisi pergerakan manusia dengan fundamental pengetahuan tidak hanya
menjelaskan dengan teori tentang perilaku gerak manusia, namun didalam
pemahaman tersebut menyediakan pembelajaran yang efektif dalam perancangan
praktek yang optimal dan bagaimana pula tahap rehabilitasi dan pengalaman
dalam pelatihan hal tersebut.

Belajar gerak adalah proses memperoleh pengetahuan, satuan proses


dihubungkan dengan praktek atau pengalaman yang mendorong kearah perubahan
yang secara relatif permanen dalam kemampuan untuk menghasilkan gerak yang
terampil. Defenisi ini mencerminkan 4 (empat) konsep yakni: (a). pelajaran adalah
suatu proses dari memperoleh kemampuan untuk suatu gerak yang terampil, (b).
pelajaran diperoleh dari suatu pengalaman atau praktek, (c). pelajaran tidak bisa
diukur secara langsung sebagai gantinya inti dari perilaku, (d). hasil belajar yang
secara relative perubahan permanen dalam perilaku, perubahan tidak terhadap
pemikiran belajar, (Schmidt,1988).

Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat ditarik kesimpulan tentang
konsep belajar motorik (motor learning), yakni: bahwa gerak yang timbul akibat
adanya respon dan stimulus artinya manusia akan bergerak karena menginginkan
sesuatu yang dibutuhkan atau diinginkannya, melakukan gerak yang efektif dan
efesien dalam mencapai tujuan. Selanjutnya dalam melakukan gerak memerlukan
koordinasi gerak yang benar, aspek-aspek yang dilibatkan dalam koordinasi
seluruh anggota tubuh sehingga dapat bekerja sama dengan baik.

Fase Belajar Gerak

Untuk menguasai suatu keterampilan gerak, seorang harus melalui


beberapa tahapan belajar gerak, secara sistematik terjadi perubahan kemampuan
dalam penguasaan keterampilan gerak akibat adanya proses belajar gerak (motor
learning). Adapun fase belajar gerak Fitts dalam Adam (19910) dan hal yang
sama Abernethy (2013) menyebutnya dengan fase perubahan yang terjadi dari
keterampilan motorik (stages in the acquisition of motor skill) yaitu ; fase kognitif
ferbal (verbal-cognitive phase), fase assosiatif (associative phase), dan fase
otonom (autonomous phase).

a). Fase kognitif, merupakan fase awal dalam proses belajar gerak. Proses
belajar diawali dengan aktif berfikir tentang gerakan yang akan dipelajari,
orang yang belajar (pebelajar) berusaha mengetahui dan memahami
gerakan dari informasi yang diberikan kepadanya. Informasi dapat bersifat
verbal atau bersifat visual. Informasi yang ditangkap oleh indera kemudian
diproses dalam mekanisme perseptual. Mekanisme perseptual berfungsi
untuk menangkap makna informasi, dari fungsi ini pebelajar dapat
memperoleh gambaran tentang gerakan yang dipebelajari. Selanjutnya
setelah memperoleh gambaran tentang gerakan, maka gambaran gerakan
tersebut diproses lagi ke dalam mekanisme pengambilan keputusan untuk
melakukan gerakan. Aktivitas penampilan utama dalam fase ini adalah
memikirkan dan merencanakan strategi gerak (cognition). Instruksi yang
secara signifikan dapat membantu pada fase ini berupa instruksi verbal dan
demonstrasi yang baik. Dalam fase ini pebelajar melakukan gerakan
melalui coba dan coba (trial and error). Oleh karena itu, tahap kognisi
oleh sebagian ahli berpendapat sebagai tahap perencanaan. Bentuk
keterampilan gerak akan segera dapat terbentuk dengan baik dalam
memori seseorang apabila proses penyajian informasi dilakukan dengan
benar dan sederhana. Prinsipnya makin sederhana bentuk keterampilan
gerak yang dapat disajikan dengan jelas akan makin cepat pula terbentuk
pola gerak yang dilakukan.

b) Fase Assosiasi, ditandai dengan tingkat penguasaan gerakan, dimana


pebelajar sudah mampu melakukan gerakan-gerakan dalam bentuk
rangkaian yang tidak tersendat-sendat pelaksanaannya. Sedangkan untuk
meningkatkan kemampuan gerakan agar menjadi lebih baik, lebih lancar,
lebih efektif maka diperlukan praktek gerak secara berulang-ulang. Perlu
untuk diperhatikan dalam rangka meningkatkan kemampuan gerakan,
pebelajar perlu tahu kesalahan yang masih diperbuatnya, baik melalui
pemberitahuan orang lain yang mengamati, merasakan gerakan yang
dilakukan, atau melihat hasil rekaman pelaksanaan gerakan. Dari diketahui
kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan, maka diperlukan perbaikan dan
pembetulan gerakan tersebut sehingga akan diperoleh gerakan yang baik
dan benar. Schmidt menamakan fase asosiasi ini dengan fase gerak (Motor
phase). Oleh karena pelaksanaan keterampilan yang dilakukan masih
tampak kaku. Pada tahap ini perlu memberikan perhatian yang profesional
terhadap frekuensi pengulangan, intensitas dan tempo pengulangan.
Frekuensi pengulangan merujuk pada berapa kali seorang melakukan
pengulangan gerak, baik yang dihubungkan dengan satuan berapa kali
gerak dilakukan dalam satuan waktu tertentu, maupun yang berhubungan
dengan jumlah pengulangan belajar yang dilakukan dalam satu minggu.
Pengulangan ini dapat memperkuat hubungan antara reseptor dan efektor
yang secara langsung dapat meningkatkan kualitas pola gerak yang
terbentuk dalam memori

c). Fase Otonom, ditandai dengan tingkat penguasaan gerakan,sehingga


seseorang telah mampu melakukan gerakan keterampilan secara otomatis.
Fase ini dikatakan sebagai fase otonom karena pebelajar mampu
melakukan gerakan keterampilan tanpa terpengaruh walaupun pada saat
melakukan gerakan pebelajar harus memperhatikan hal-hal lain selain
gerakan yang dilakukan. Pada fase ini gerakan sudah demikian otomatis,
untuk mengubahnya sudah sangat sulit, untuk mengubahnya memerlukan
ketekunan dan waktu yang tidak sedikit. Untuk itulah sejak awal pebelajar
sudah harus diarahkan dan selalu dilakukan koreksi untuk melakukan
gerakan-gerakan yang benar secara mekanis, agar setelah mencapai fase
otonom gerakannya benar-benar efisien. Gerakan otomatis merupakan
hasil dari latihan yang dilakukan dengan efektif. Gerakan otomatisasi
dapat terjadi karena telah terjadinya hubungan yang permanen antar
reseptor dengan efektor. Gerakan otomatisasi dalam mekanismenya tidak
lagi dikoordinasikan oleh sistem syaraf pusat melainkan pada alur singkat
pada sistem syaraf otonom.
Melalui tiga fase belajar gerak,
kelihatan bahwa setiap fase
memperlihatkan dimulaiai dengan
coba-coba, mulai dikuasai walupun
masih ada kesalahan, dan akhirnya
dapat di dikuasi suatu keterampilan
gerak dan dapat menyesuaikan diri
terhadap perubahan yang dialami Fitts
& Posner dalam Hyuh (2011)
memberikan ilustrasi dalam bentuk
bagan 2.1.
Bagan. 2.1.
Fitts and Posner‟s Stage Theory suggests
learningas a continuous process
(sumber : Hyuh)
B. Perkembangan Gerak dan Kognitif

Perkembangan gerak menurut para ahli dibangi sesuai dengan peride atau fase
mulai dari lahir sampai usia lanjut. Gallahue (1997) memberikan ada 10 fase
sesuai usia manusia adalah sebagai berikut:

a. Periode, Fase dan Tahap Perkembangan Motorik menurut Gallahue.


Fase perkembnagan gerak menurut gallahue yang di kelompokkan dalam
usia dan tugas perkembangan gerak yang terjadi pda masa tersbut adalah seperti
table barikut

Table 2.1. Tahap perkembangan maotorik Gallahue

N0 Usia Tahap Perkembangan


Fase gerak fundamental penguraian
1 Janin sampai 4 (empat) bulan
informasi
4 (empat) Bulan sampai 1 (satu)
2 Fase penerimaan informasi
tahun
Fase gerak belum sempurna adanya
3 Lahir sampai 1 (satu) tahun
hambatan refleks
4 1 tahun sampai 2 tahun Fase prakontrol
5 2 tahun sampai 3 tahun Fase gerakan dasar tahap awal (Initial)
6 4 tahun sampai 5 tahun Tahap gerak sederhana (Elementary)
7 6 tahun sampai 7 tahun Tahap kematangan (mature)
8 7 tahun sampai 10 tahun Fase gerak khusus tahap peralihan
9 11 tahun sampai 12 tahun Tahap penerapan
Tahap pemantapan/pemanfaatan dalam
10 14 tahun ke atas
kehidupan sehari-hari.

Secara umum ahli ahli dalam psikologi perkembangan memberikan


periode perkembangan manusia dari terbentuknya janin hingga usia lanjut.
klasifikasi kronologis sesuai dengan usia (Ma’mun dan Saputra 2000) seperti tabel
berikut:

Tabel 2.2. Kronologis perkembangan manusia dari janin hingga usia lanjut

N0 Preiode Perkiraan usia rata-rata.


1 Pranatal : Pembuahan sampai Lahir :
- Zygote - Pembuahan – 1 minggu
- Embrio - 2 minggu – 8 minggu
- Fetal (Janin) - 8 minggu – lahir
2 Bayi : Bayi Lahir – 24 bulan :
- Neonatal - Lahir – 1 bulan
- Bayi awal - 1 bulan – 12 bulan
- Bayi akhir - 12 bulan – 24 bulan
3 Kanak-kank : 2 tahun hingga 10 tahun
- Anak baru belajar berjalan - 24 bulan – 36 bulan
- Kanak-kanak awal - 3 tahun – 5 tahun
- Kanak-kanak akhir - 6 tahun – 10 thun
4 Remaja : 10 tahun hingga 20 tahun :
- Remaja awal - 10 thn – 12 thn (wanita)
- 11 thn – 13 thn (pria)
- Remaja akhir - 12 thn – 20 thn (wanita)
- 14 thn – 20 thn (pria)
5 Dewasa Awal : 20 tahun hingga 40 tahun :
- Baru memasuki dewasa - 20 thn – 30 tahun
- Masa kematangan - 30 thn – 40 tahun
6 Dewasa Pertengahan : 40 tahun hingga 60 tahun :
- Masa transisi dalam hidup - 40 thn – 45 tahun
- Setengah baya - 45 thn – 60 thn
7 Lanjut Usia : 60 tahun ke atas :
- Lanjut usia awal - 60 thn – 70 tahun
- Lanjut usia menengah - 70 thn – 80 tahun
- Lanjut usia tahp akhir - 80 thn – keatas.

b. Karakteristik Anak

Anak laki-laki dan perempuan bersifat sebangun di dalam pola pertumbuhan


mereka, dengan pola pertumbuhan anggota tubuh (seperti lengan, tungkai)
menjadi lebih cepat dari pertumbuhan bagian togok sepanjang masa anak-anak.
Karakteristik Masa Anakanak (anak besar) usia 6 Sampai 10 Tahun ditinjau dari
Ranah Kognitif, Afektif, Perkembangan Gerak dan Implikasi Program
Perkembangan Gerak. Dalam proses pembelajaran gerak kataristik anak sangat
penting dipahami seorang pendidik agar dalam mengembangkan keterampilan
gerak anak sesuai dengan pertumbuhan dan perkembngan serta kemampuan gerak
yang dimiliki.

Karakteristik Perkembangan Fisik dan Gerak :

a. Anak laki;laki dan perempuan memiliki tinggi badan sekitar 44 sampai 60


inci (111,8-152,4 cm) dan memiliki berat badan 44 sampai 90 pounds
(20.0-40.8 kg)
b. Pertumbuhan melambat, terutama dari usia 8 hingga terakhir dari periode
ini. Ada saat pertumubuhan melambat tetapi masih ada kenaikan-kenaikan,
tidak seperti keuntungan kecepatan penambahan tinggi dan berat selama
masa pra-sekolah.
c. Tubuh mulai bertambah tinggi, dalam satu tahun tingginya bertambah dari
2 sampai 3 inci (5.1-7.6 cm) dan dalam satu tahun berat badan bertambah
dari 3 sampai 6 pounds (1.4-2.7 kg).
d. Cephalocaudal (dari kepala ke kaki) dan proximodistal (pusat ke batas
luar) prinsip-prinsip dari perkembangan di mana pada kenyataannya otot-
otot yang besar dari tubuh itu lebih cepat perkembangannya dibanding
otot-otot yang kecil.
e. Anak perempuan secara umum sekitar satu tahun di depan anak laki-laki di
dalam perkembangan fisiologis, dan membedakan minat mulai muncul
pada akhir periode ini.
f. Pilihan tangan adalah sekitar 85 persen lebih menyukai tangan kanan
dengan dibentuk kuat dan sekitar 15 persen yang lebih menyukai tangan
kiri.
g. Waktu untuk bereaksi melambat, menyebabkan kesukaran mata
menyampaikan dan memandang koordinasi kaki pada awal periode ini.
Pada akhirnya mereka secara umum lebih mapan.
h. Anak laki-laki dan anak perempuan adalah keduanya penuh dengan energi
tetapi sering kali rendah dalam menguasai daya tahan, mengukur daya
tahan dan mudah lelah. Kemampuan reaksi pada latihan bagaimanapun
sangat besar.
i. Mekanisme-mekanisme perceptual visual secara penuh dibentuk/mapan
pada akhir periode ini.
j. Anak-anak memiliki penglihatan jauh selama periode ini dan secara umum
tidak siap bagi periode untuk pekerjaan yang dekat
k. Kemampuan-kemampuan gerakan yang paling pokok mempunyai potensi
menjadi baik digambarkan oleh permulaan dari periode ini.
l. Keterampilan-keterampilan dasar penting bagi keberhasilan permainan
menjadi modal untuk dikembangkan.
m. Aktivitas yang yang melibatkan mata dan anggota tubuh- anggota tubuh
lain berkembang pelan-pelan. Aktivitas seperti itu seperti memvoly atau
membentur bola yang di berdirikan dan melempar memerlukan praktek
yang cukup yang mempertimbangkan untuk penguasaan.
n. Periode ini menandai suatu transisi dari kemampuan-kemampuan gerak
dasar murni ke penetapan ketrampilan-ketrampilan gerak transisi dalam
kepemimpinan permainan dan ketrampilanketrampilan atletis.

Karakteristik-Karakteristik Perkembangan ditinjau dari Ranah Kognitif :

a. Tahap perhatian adalah secara umum masih singkat pada awal periode ini,
tetapi secara berangsur-angsur akan meluas.Bagaimanapun juga, anak laki-
laki dan perempuan dari usia ini akan sering kali memanfaatkan jam untuk
aktivitas yang menjadi minat besar mereka.
b. Mereka bersiap-siap untuk belajar dan untuk menyenangkan orang dewasa
(orang di sekitarnya), tetapi mereka masih membutuhkan bantuan dan
bimbingan di dalam membuat keputusan-keputusan.
c. Anak-anak mempunyai imajinasi yang baik dan penampilan kreatif yang
sangat baik; bagaimanapun rasa malu kelihatan untuk menjadi suatu akhir
dari periode ini.
d. Mereka sering tertarik akan televisi, komputer-komputer, game-game
video, dan membaca.
e. Mereka tidak mampu berpikir abstrak dan sukses terbaik dengan contoh-
contoh nyata dan situasi-situasi selama permulaan dari periode ini. Lebih
banyak kemampuankemampuan teori abstrak bersifat jelas pada akhir
periode ini.
f. Anak-anak dengan beralasan curiga dan ingin mengetahui "mengapa."

Karakteristik Perkembangan ditinjau dari Ranah Afektif :

a. Minat dari anak laki-laki dan anak perempuan bersifat sebangun pada awal
periode ini tetapi segera mulai untuk berbeda/ menyimpang.
b. Anak adalah berpusat pada diri sendiri dan bermain dengan kurang baik di
dalam kelompok-kelompok yang besar untuk periode waktu yang lama
selama tahun yang utama, situasi-situasi kelompok kecil dengan ditangani
dengan baik.
c. Anak sering agresif, membual, kritis, reaksi yang berlebih, dan menerima
kekalahan dan memenangkan dengan kurang baik.
d. Ada satu tidak konsisten tingkat kedewasaan; anak itu sering lebih sedikit
bersikap dewasa di rumah dibanding di sekolah.
e. Anak mau mendengarkan yang berwibawa, "adil" hukuman, disiplin, dan
penguatan.
f. Anak-anak bersifat ingin/gembira dan senang bertualang untuk dilibatkan
dengan seorang teman atau kelompok para teman di dalam "berbahaya"
atau "rahasia" aktivitas.
g. Konsep diri anak terbentuk menjadi lebih kuat/mapan

C. Persepsi Perkembangan Gerak dan Tahap Perkembangan Gerak

1. Persepsi perkembangan gerak

Persepsi perkembangan gerak merujukpada aktivitas gerak yang dilakukan


dengan maksud meningkatkan kemapuan kognitif dan akademik. Istil pda
program ah ini juga mengarah pada anak yang terlibat program yang diikuti
tersebut, sebab persepsi perkembangan gerak terjadi selama pra sekolah dan masa
sekolah. Persepsi gerak erat kaitannya antara hubungan antara gerak manusia dan
persepsi. Persepsi adalah proses dimana sesorang memperoleh kesadaran sesaat
terhadap yang terjadi di luar diri, merupakan kemampuan menerima informasi
melalui perasaan. Namun informasi ekternal bukan persepsi jika hal itu dirasakan.

Keterkaitan antara persepsi dengan gerak adalah sangatlah erat. Tanpa


persepsi seperti penerimaan melalui perasaan dalam bentuk sentuhan dan
perhatian, bahkan melakukan gerak yang sangat sederhanapun akan menjadi sulit.
Ketika seorang anak yang secara visul telah menerima sebuah bola yang
dilemparkan kearahnya, dengan memfokuskan pada bola, anak menerima
informasi mengecapai kecepatan datangnya bola, jalannya bola, beratnya bola dan
suasana bola yang pada akhirnya secara menyakinkan dan pasti anak berhasil
menangkap bola. Dengan demikian dapat kita ketahui bahwa persepsi
perkembangan gerak merupakan bagian dari proses perubahan perkembangan
anak.

Dari uraian di atas Saputra (2000) memberikan rangkuman dalam


persepsi-proses gerak rangsangan lingkungan yang relevan dengan gerak dapat
dikenali melalui proses:

a) Otak menerima infromasi melalui input dan system syaraf sensoris


b) Informasi tersebut diproses pada otak dengan memadukan dan menyusun
informasi yang baru dan yang lalu mengenai gerak yang sama sebelumnya.
c) Terjadi proses membuat keputusan untuk bergerak
d) Informasi untuk bergerak dikirimkan berupa out put ke otot untuk
menghasilkan bermacam bentuk gerak memalui saraf motorik
e) Terakhir otot melakukan gerakan.
f) Gerakan tersebut diamati dan diteliti dengan informasi yang relevan
disimpan untuk memadukan dengan informasi mengenai gerakan yang
sama di masa mendatang.

2. Tahap-Tahap Perkembangan Gerak Sesuai Dengan Usia

Pada dasarnya perkembangan mencakup dua unsur yaitu kematangan dan


pertumbuhan. Perkembangan merupakan istilah umum yang merujuk pada
kemajuan dan kemunduran yang terjadi hingga akhir hayat. Pertumbuhan
merupakan aspek struktural dari perkembangan. Sedangkan kematangan berkaitan
dengan perubahan fungsi pada perkembangan manusia. Perkembangan motorik
secara konsep diartikan sebagai istilah umum untuk berbagai bentuk perilaku
gerak manusia. Sedangkan psikomotorik lebih khusus digunakan pada domain
mengenai perkembangan manusia yang mencakup gerak manusia. Jadi motorik
memiliki ruang lingkup yang lebih luas dari pada psikomotorik. Perkembangan
merupakan istilah umum yang mengacu pada kemajuan dan kemunduran yang
terjadi hingga akhir hayat. Pertumbuhan adalah aspek struktural dari
perkembangan. Sedangkan kematangan berkaitan dengan perubahan fungsi pada
perkembangan. Dengan demikian, perkembangan meliputi semua aspek dari
perilaku manusia, dan hasilnya dipisahkan kedalam periode usia. Dukungan
pertumbuhan terhadap perkembangan sepanjang hidup merupakan sesuatu yang
berarti. Perkembangan motorik adalah suatu perubahan dalam perilaku gerak
yang memperlihatkan interaksi dari kematangan makhluk dan lingkungannya.
Perkembangan motorik merupakan perubahan kemampuan gerak dari bayi sampai
dewasa yang melibatkan berbagai aspek perilaku dan kemampuan gerak. Aspek
perilaku dan perkembangan motorik saling mempengaruhi satu sama lain.

Perkembangan motorik dapat didefiniskan sebagai perubahan dalam


perilaku gerak yang merefleksikan interaksi dari kematangan organisme dan
lingkungannya. Perkembangan motorik lebih memperhatikan pada gerak yang
dihasilkan (movement product). Perkembangan motorik juga lebih menekankan
pada proses gerak (movement process). Beberapa pakar berpendapat bahwa
perkembangan motorik juga dapat didefinisikan sebagai perubahan kompetensi
atau kemampuan gerak dari mulai masa bayi sampai masa dewasa serta
melibatkan berbagai aspek perilaku manusia.

Masa adolesensi merupakan masa yang paling baik untuk pengembangan


secara optimal kesehatan seseorang yang berhubungan dengan kesegaran jasmani.
Pengembangan yang terjadi merupakan perubahan-perubahan dalam peningkatan
luasnya otot dan ukuran badan pada semua jenis kelamin. Latihan yang berfungsi
untuk peningkatan daya tahan paru dan jantung labih baik dimulai sejak awal, dan
peningkatan pada masa adolesensi lebih tinggi jika dibandingkan dengan masa
dewasa, dengan kata lain fungsi kardiovaskuler berkembang lebih cepat dengan
melakukan latihan pada masa adolesensi.

Siswa berada diantara usia 15 tahun sampai 18 tahun (pelajar sekolah


menengah) berada pada periode adolesensi, dimana pertumbuhan berlangsung
sangat pesat karena dipengaruhi oleh kerja hormonal. Pada masa adolesensi
ditandai dengan perkembangan seksualitas remaja, yaitu dapat dilihat dengan ciri
seks primer dan seks sekunder. Ciri seksualitas primer dibedakan melalui jenis
kelamin, yaitu pria dan wanita. Pada remaja pria ditandai dengan berfungsinya
organ reproduksi, seperti adanya mimpi basah. Hal ini terjadi akibat testis mulai
memproduksi sperma. Sperma yang telah dikeluarkan karena pada kantungnya
telah penuh. Sementara pada remaja putri ditandai dengan adanya peristiwa
menstruasi (manarche) yang menandai bahwa seseorang siap untuk hamil. Ciri-
ciri seks sekunder pada laki-laki ditandai dengan berubahnya otototot tubuh,
lengan, dada, paha, dan kaki tumbuh lebih kuat dibandingkan pada masa
sebelumnya. Terjadi perubahan suara, kulit menjadaoi lebih kasar dan pori-pori
meluas sedangkan pada remaja putri ditandai dengan membesarnya pinggul, buah
dada, dan puting susu semakin menonjol. Terjadinya perubahan suara ketika
dibandingkan dengan suara masa anak-anak menjadi lebih merdu dan kelenjar
keringat menjadi lebih aktif.

Perubahan-perubahan dalam penampilan gerak pada masa adolesensi


cenderung mengikuti perubahan-perubahan dalam ukuran badan, kekuatan, dan
fungsi fisiologis. Perubahan-perubahan dalam hal penampilan keterampilan gerak
dasar antara pria dan wanita semakin meningkat. Anak laki-laki terus mengalami
peningkatan yang berarti sedangkan pada wanita menunjukkan peningkatan yagn
tidak begitu mencolok/signifikan dan bahkan menurun setelah umur menstruasi.
Hal tersebut dapat diamati melalui beberapa kegiatan, seperti lari, lompat jauh
tanpa awalan, dan aktivitas fisik lainnya. Anak perempuan akan mengalami hasil
maksimal dalam lari pada usia 13 tahun yaitu masa SMP dan mengalami
mangalami sedikit peningkatan pada usia selanjutnya. Kecepatan pertumbuhan
pada laki-laki mampu memberikan keuntungan dalam ukuran dan bentuk tubuh,
kekuatan, dan fungsi fisiologis yang memberikan kemudahan dalam melakukan
aktivitas fisik selama masa adelosensi.
Koordinasi gerak pada anak laki-laki pada awal pubertas mengalami
perubahan sedikit sekali, tetapi setelah itu perkembangannya semakin cepat.
Sedangkan pada anak perempuan tidak berkembangan setelah umur 14 tahun.
Kelincahannya kurang baik dibandingkan dengan wanita muda atau anak-anak,
tetapi gerakan akrobatik yang memerlukan keseimbangan statis dan kontrol,
wanita dewasa lebih dapat menjaga posisinya.

Dalam hal peningkatan keterampilan gerak masa sebelum adolesensi dan


pada masa adolesensi merupakan peningkatan penampilan gerak, seperti lari
cepat, lari jarak jauh, lompat tinggi, dan aktivitas fisik lainnya. Peningkatan secara
kuntitatif dalam peningkatan dalam penampilan gerak sebelum masa adolesensi
sampai adolesensi yaitu: lari (running), lompat (jumping) dan lempar (throwing).
Sebagian besar penelitian menyebutkan bahwa usia untuk belajar gerak yang
paling tepat adalah masa sebeluim adolesensi. Sebagian besar keterampilan dasar
dan minat terhadap keterampilan gerak ditemukan pada usia 12 tahun atau
sebelumnya. Masa kanak-kanak merupakan waktu untuk belajar keterampilan
dasar, sedangkan masa adolesensi merupakan masa penyempurnaan dan
penghalusan serta mempelajari berbagai macam variasi keterampilan gerak.

Perkembangan gerak sangat penting dalam perkembangan keterampilan


anak secara keseluruhan. Aspek motorik yang merupakan inti dari pengembangan
belajar untuk bergerak terbagi dalam dua tahapan yaitu penguasaan gerak dasar
dan keterampilan gerakan. Gerak stabilitas berkaitan dengan kemampuan tubuh
untuk mempertahankan keseimbangan agar jangan sampai jatuh. Gerak stabilitas
ini dibagi menjadi gerak aksial dan keseimbangan postur tubuh baik dalam
keadaan statis maupun dinamis. Gerak aksial merupakan gerakan dari tubuh atau
anggota tubuh sambil mempertahankan posisi setimbang Gallahue & Ozmun
(2006) contohnya membungkuk, meregang, memutar, mengayun, memilin,
mendorong dan mengangkat. Perkembangan gerak anak dibagi jadi dua
komponen, yaitu:

a. Perkembangan Perbaikan/Penghalusan Gerak Dasar


Tahap perkembangan fisik pada masa remaja adalah pengembangan
perbaikan/penghalusan gerak dasar. Harrow (1972: 52) mengemukakan
bahwa gerak dasar merupakan pola gerak yang inheren yang membentuk
dasar-dasar untuk keterampilan gerak yang kompleks, yang meliputi (a)
gerak lokomotor; (b) gerak non lokomotor; dan (c) gerak manipulatif. Pate,
Mc Clenaghan, dan Rotella (1979: 185), mengemukakan bahwa urutan
rangkaian perkembangan motorik dapat digunakan model tahap-tahap.
Perkembangan motorik dapat dibagi menjadi dua periode utama, yaitu: (a)
tahap pra keterampilan; dan (b) tahap keterampilan.
Kaitannya dengan anak remaja, maka perkembangan motorik usia remaja
pada perbaikan/penghalusan gerak dasar dalam “tahap keterampilan”.
Tahap ini terdiri dari urutan perkembangan motorik, yaitu: 1) Gerak
refleks dan integrasi sensori, yang berkembang pada masa bayi; dan 2)
Perkembangan gerak dasar, yang berkembang pada masa kanak-kanak; 3)
Menuju kesempurnaan gerak melalui perbaikan/penghalusan gerak dasar
(kelanjutan dari teori: Pae, Rotella, dan McClenaghan, 1979: 185).

b. Pola Gerak Dasar

1) Keterampilan Lokomotor (Locomotor skills)


Keterampilan lokomotor didefinisikan sebagai keterampilan berpindahnya
individu dari satu empat ke tempat yang lain. Sebagian besar keterampilan
lokomotor berkembang dari hasil dari tingkat kematangan tertentu, namun
latihan dan pengalaman juga penting untuk mencapai kecakapan yang
matang. Keterampilan lokomotor misalnya berlari cepat, mencongklang,
meluncur, dan melompat lebih sulit dilakukan karena merupakan
kombinasi dari pola-pola gerak dasar yang lain. Keterampilan lokomotor
membentuk dasar atau landasan koordinasi gerak kasar (gross skill) dan
melibatkan fungsi gerak dari otot besar utama.

2) Keterampilan Nonlokomotor (Non Locomotor skills)


Keterampilan nonlokomotor disebut juga keterampilan stabilitas (stability
skill), didefinisikan sebagai gerakan-gerakan yang dilakukan dengan
gerakan yang memerlukan dasar-dasar penyangga yang minimal atau tidak
memerlukan penyangga sama sekali atau gerak tidak berpindah tempat,
misalnya gerakan berbelok-belok, menekuk, mengayun, bergoyang.
Kemampuan melaksanakan keterampilan ini paralel dengan penguasaan
keterampilan lokomotor.

3) Keterampilan Manipulaif (Manipulative skills)


Keterampilan manipulatif didefinisikan sebagai keterampilan yang
melibatkan pengendalian atau kontrol terhadap objek tertentu, terutama
dengan menggunakan tangan atau kaki. Ada dua klasifikasi keterampilan
manipulatif, yaitu (1) keterampilan reseptif (receptive skil); dan (2)
keterampilan propulsif (propulsive skill). Keterampilan reseptif melibatkan
gerakan menerima objek, misalnya menangkap, menjerat, sedangkan
keterampilan propulsif bercirikan dengan suatu kegiatan yang
membutuhkan gaya atau tenaga pada objek tertentu, misalnya melempar,
memukul, menendang.

Walaupun sebagian besar keterampilan manipulatif menggunakan tangan


dan kaki, tetapi bagian-bagian tubuh yang lain juga dapat digunakan.
Manipulasi terhadap objek tertentu mengarah pada koordinasi mata-
tangan dan mata-kaki yang lebih baik, terutama penting untuk gerakan-
gerakan yang mengikuti jalan atau alur (tracking) pada tempat terentu.
Keterampilan manipulatif merupakan dasar-dasar dari berbagai
keterampilan permainan (game skill). Gerakan yang memerlukan tenaga,
seperti melempar, memukul, dan menendang dan gerakan menerima
objek, seperti menangkap merupakan keterampilan yang penting yang
dapat diajarkan dengan menggunakan berbagai jenis bola. Gerakan
melambungkan atau mengarahkan objek yang melayang, seperti bola voli
merupakan bentuk keterampilan manipulatif lain yang sangat penting.
Kontrol terhadap suatu objek yang dilakukan secara terus menerus, seperti
menggunakan tongkat atau simpai juga merupakan aktivitas manipulatif.
Penggabungan gerak stabilitas, gerak lokomotor dan gerak manipulatif
selanjutnya akan menjadi keterampilan gerak. Keterampilan gerakan
merupakan lanjutan dari proses gerak dasar untuk penguasaan gerakan
tertentu yang lebih efektif. Keterampilan gerak merupakan dasar bagi
penguasaan keterampilan dasar kecabangan olahraga (gambar2.1)

Gambar 2.3. Dampak Keterampilan Gerak dasar pada cabang olahraga.


(Dari : Victoria . Fundamental Motor Skills A Manual for Classroom Teachers. 2010, Department
of Education, Viktoria)

c. Klasifikasi Keterampilan gerak.

Pengklasifikasian keterampilan gerak dapat dibuat berdasarkan beberapa


sudut pandang, berikut ini disajikan beberapa klasifikasi keterampilan
gerak:

1) Berdasarkan kecermatan gerak


2) Perbedaan titik awal dan titik akhir
3) Stabilitas lingkungan
Berdasarkan kecermatan gerakan atau jenis otot-otot yang terlibat,
keterampilan gerak dapat dikategorikan menjadi 2 yaitu:
(a) Keterampilan gerak agal (gross motor skills)
Keterampilan gerak agal adalah gerakan yang dalam
pelaksanaannya melibatkan otot-otot besar sebagai basis utama
gerakan, contohnya antara lain keterampilan gerak loncat tinggi
dan lempar lembing. Pada keterampilan gerak agal diperlukan
keterlibatan bagian-bagian tubuh secara keseluruhan, sedang pada
keterampilan gerak halus hanya melibatkan sebagian dari anggota
badan yang digerakan oleh otot-otot halus.
(b) Keterampilan gerak halus (fine motor skills)
Keterampilan gerak halus adalah gerakan yang dalam
pelaksanaannya melibatkan otot-otot halus sebagai basis utama
gerakan. contohnya antara lain adalah keterampilan gerak menarik
pelatuk senapan dan pelepasan busur dalam memanah.

Klasifikasi berdasarkan perbedaan titik awal dan titik akhir Apabila


diperlukan, gerakan keterampilan ada yang dengan mudah dapat
diketahui bagian awal dan bagian akhir dari gerakannya, tetapi ada juga
yang susah diketahui. Dengan karakteristik seperti itu, keterampilan
gerak dapat dibedakan menjadi 3 kategori, yaitu:

a) Keterampilan gerak diskret (discrete motor skill)


Keterampilan gerak diskret adalah keterampilan gerak di mana
dalam pelaksanaannya dapat dibedakan secara jelas titik awal dan
titik akhir dari gerakan. Contohnya adalah gerakan berguling
kedepan satu kali. titik awal gerakan adalah pada saat pelaku
berjongkok dan meletakan kedua telapak tangan dan tengkuknya ke
matras, sedangkan titik akhirnya adalah pada saat pelaku sudah
dalam keadaan jongkok kembali.
b) Keterampilan gerak serial (serial motor skill)
Keterampilan gerak serial adalah keterampilan gerak diskret yang
dilakukan beberapa kali secara berlanjut. Contohnya gerakan
berguling ke depan beberapa kali.
c) Keterampilan gerak kontinyu (continuous motor skill)
Keterampilan gerak kontinyu adalah keterampilan gerak yang tidak
dapat dengan mudah ditandai titik awal dan akhir dari gerakannya.
Contohnya adalah keterampilann gerak bermain tenis atau
permainan olahraga lainnya. Di sini titik awal dan akhir tidak
mudah untuk diketahui karena merupakan rangkaian dari bermacan-
macam rangkaian gerakan. Pada keterampilan gerak kontinyu,
untuk melaksanakannya lebih dipengaruhi oleh kemamuan sipelaku
dan nstimulus eksternal. dibandingkan dengan pengaruh bentuk
gerakannya sendiri. Misalnya pada saat menggiring bola, yang
menentukan adalah keadaan bola dan maunya si pelaku untuk
menggiringnya, sedang bentuk gerakkannya sendiri dapat berubah-
ubah atau tidak berpaku pada bentuk gerakan tertentu yang baku.

Berdasarkan keadaan kondisi lingkungan seperti itu, gerakan


keterampilan dapat dikategorikan menjadi 2 yaitu:

a) Ketrampilan tertutup (clossed skill)


Keterampilan tertutup adalah keterampilan gerak dimana
pelaksanaannya terjadi pada kondisi lingkungan yang tidak berubah,
dan stimulus gerakannya timbul dari dalam diri si pelaku sendiri.
Contohnya adalah dalam melakukan gerakan mengguling pada senam
lantai, dalam gerakan ini pelaku memulainya setelah siap untuk
melakukannya, dan bergerak berdasarkan apa yang direncanakannya.

b) Ketrampilan Terbuka (open skill)


Keterampilan terbuka adalah keterampilan gerak dimana dalam
pelaksanaannya terjadai pada konsisi lingkungan yang berubah- ubah,
dan pelaku bergerak menyesuaikan dengan stimulus yang timbul dari
lingkungannya. Perubahan kondisi lingkungan dapat bersifat temporal
dan bisa bersifat spesial. Contohnya adalah dalam melakukan gerakan
memukul bola yang dilambungkan. Dalam gerakan ini pelaku
memukul bola dengan menyesuaikan dengan kondisi bolanya agar
pukulannya mengena. Pelaku dipaksa untuk mengamati kecepatan,
arah, dan jarak bola; kemudian menyesuaikan pukulannya.

D. Pengembangan Pembelajaran Gerak

Manajemen pembelajaran gerak untuk anak adalah kemampuan untuk


mengelola pembelajaran yang bernuansa gerak (motorik) dalam pembelajaran.
Kemampuan tersebut meliputi kemampuan merencanakan, melaksanakan, dan
melakukan penilaian/asesmen dalam pembelajaran gerak. Kemampuan
merencanakan pembelajaran gerak secara umum menurut Muhammad Joko Susilo
(2008) yaitu : 1) kemampuan memahami tingkat pencapaian perkembangan
motorik anak berdasarkan kurikulum dan tahapan perkembangan gerak dasar
anak, 2) Kemampuan mengembangkan silabi sesuai dengan kondisi anak, 3)
mengembangkan materi ajar dalam hal ini permainan gerak, 4) merumuskan
indikator pencapaian kompetensi, dan 5) mengembangkan instrumen penilaian
gerak.. Jeniffer Wall & Nancy Murray (1994) mengatakan bahwa perencanaan
diawali dengan melakukan pertimbangan untuk merencanakan yaitu kebutuhan
anak, lingkungan, kurikulum yang digunakan, dan minat dan bakat anak. Tahap
selanjutnya yaitu membuat perencanaan jangka panjang dalam bentuk program
pengembangan tahunan, dilanjutkan dengan mengembangkan unit seperti
menetapkan fokus bentuk gerak yang akan dikembangkan dan konsep gerak lalu
melakukan perpaduan pada setiap unit. Tahap lanjutan yang dilakukan adalah
mengembangkan pembelajaran. Pembelajaran gerak untuk anak terbagi atas tiga
tahap yaitu tahap pengenalan, tahap pengembangan konsep dan keahlian, dan
tahap puncak.

Oleh karenanya guru diharapkan mampu merencanakan program


pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi anak, tempat, maupun kondisi lain
yang dapat mempengaruhi pembelajaran. Fungsi guru tersebut masih dirasakan
sangat lemah, karena guru cenderung berfungsi sebagai pekerja (worker), bukan
sebagai pembuat program pembelajaran. Fungsi guru sebagai pekerja cenderung
kurang kreatif, kurang berkembang, dan bersifat statis, karena hanya
mengandalkan apa yang ada. Sebaliknya, fungsi guru sebagai peranacang atau
pembuat program cenderung lebih kreatif dan dinamis.

Dalam menyusun program latihan fisik atau pengembangan gerak harus


mempertimbangkan komponen-komponen, yaitu (1) tujuan; (2) tingkat
pertumbuhan dan perkembangan anak (kemampuan gerak); (3) komponen fisik;
dan (4) disesuaikan dengan dunia anak (metode).

1) Penentuan Tujuan
Pembelajaran pendidikan jasmani tidak hanya bertujuan mengembangkan
aspek psikomotor atau fisik, tetapi juga aspek kognitif dan afektif.
Menentukan tujuan yang dimaksud adalah menentukan hasil atau sasaran
yang ingin dicapai atau ingin ditingkatkan.
Ada dua tujuan yang dirumuskan yaitu tujuan utama dan tujuan penyerta. (1)
tujuan utama (main effect); dan (2) tujuan penyerta (nurturant effect). Tujuan
utama berkaitan dengan aspek psikomotor atau fisik, yaitu keterampilan gerak
dan unsur-unsur fisik (kecepatan, kekuatan, daya tahan, kelincahan dan unsur
fisik lainya). Tujuan penyerta berkaitan dengan dampak atau pengaruh yang
diakibatkan karena melakukan aktivitas fisik, seperti unsur-unsur kerjasama,
menghargai orang lain, mengendalikan diri, sportif, pemecahan masalah, dan
lain-lain.

2) Penyusunan program
Dilihat dari sudut tingkat pertumbuhan dan perkembangan, anak usia
antara 6-12 tahun memiliki tingkat kemampuan gerak dasar dan dilanjutkan
usia 13-15 serta usia 16-18 dalam rangka pembentukan pada Pendidikan
jasmani. Oleh karena itu, penyusunan program aktivitas fisik anak harus
disesuaikan dengan tingkat perkembangan tersebut. Secara umum gambaran
perbedaan antar peserta didik harus dijadikan landasan untuk penyusunan
program pengembangan pola gerak dasar. Setiap peserta didik mempunyai
kemampuan yang berbeda-beda untuk mempelajarai gerakan keterampilan.
Perbedaan kemampuan terjadi terutama karena kualitas fisik yang berbeda
beda, dan perbedaan kualitas fisik terjadi karena pengalaman yang berbeda-
beda. Setiap peserta didik tidak ada yang makan makanan yang sama, tidak
ada yang melakukan aktivitas dengan kondisi yang sama, tidak ada yang
beristirahat dengan kondisi yang sama, tidak ada yang mengalami sakit
dengan derajat yang sama, dan sebagainya.
Kondisi yang unik pada setiap peserta didik mengakibatkan terjadinya
kemampuan yang berbeda-beda. Perbedaan individu bukan hanya yang
berkaitan dengan unsur fisik, tetapi juga dalam aspek psikologis. Tidak ada
satupun peserta didik yang mempunyai watak atau sifat kepribadian dan
tingkat kecerdasan yang sama dengan peserta didik lain, termasuk anak
kembar sekalipun. Yang ada hanya kemiripmiripan dan bukan sama persis
satu dengan yang lainnya.
Dengan kenyataan bahwa tidak seorangpun peserta didik yang sama satu
dengan yang lainya baik dalam aspek fisik ataupun aspek psikologis, maka
pada dasarnya setiap orang memerlukan perlakuan yang berbeda-beda
didalam proses pembelajaran agar masing-masing dapat mencapai hasil yang
optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki, prinsip ini berlaku juga dalam
proses belajar gerak.
Dalam proses belajar mengajar gerak pada PJOK di sekolah, pada
umumnya seorang guru harus mengajar peserta didik yang jumlahnya
kadang-kadang 36 bahkan lebih, tentunya tidak memungkinkan bagi guru
untuk memberikan perlakuan kepada peserta didik dengan program yang
berbeda-beda. Pada umumnya, dalam kondisi seperti itu guru memberikan
perlakuan atau kondisi belajar berdasarkan kemampuan rata-rata peserta
didik. Bagi yang mempunyai kemampuan di atas rata-rata materi pelajaran
yang kurang memberikan beban atau tantangan sesuai tujuan pembelajaran
maka materi ajar dapat dikuasai dengan mudah, juga sebaliknya, bagi peserta
didik dengan kemampuan dibawah rata-rata, materi ajar yang diberikan dapat
terasa berat sehingga menjadi sulit untuk dikuasai atau sulit untuk mencapai
kemajuan.

3) Analisis Kemampuan Gerak


Kemampuan fisik dapat tercermin dalam komponen fisik yang terdiri dari
daya tahan, kecepatan, kekuatan, kelincahan, Kelentukan, keseimbangan,
komposisi tubuh dan kordinasi. Kemampuan gerak dasar meliputi,
kemampuan gerak lokomotor, stabilitas dan gerak manipulasi. Masing-
masing kemampuan gerak ini memiliki unsur-unsur yang berbeda, dari
komponen kemampuan gerak tersebut, kemudian diidentifikasi, dianalisis,
dan dipilih yang disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai. Demikian
juga untuk komponen fisik perlu diidentifikasi, dianalisis, dan dipilih yang
disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai. Setelah komponen kemampuan
gerak dan kemampuan fisik diidentifikasi, dianalisis, dan dipilih, maka
langkah selanjutnya dikembangkan dalam bentuk program pelajaran yang
disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai.

4) Metode Sirkuit
Menantang anak melalui aktivitas sirkuit keterampilan merupakan cara
yang sangat baik untuk mendorong dan meningkatkan keterlibatan di dalam
rentang keterampilan dan aktivitas yang luas. Sirkuit keterampilan
dikarakteristikkan dengan (1) berbagai pos yang terpisah; (2) tiap pos
memerlukan keterampilan yang berbeda untuk anak; dan (3) menyiapkan
sebuah tempat, tempat bermain atau di dalam ruangan atau gedung. Pos-pos
tersebut dirancang untuk mendorong partisipasi maksimum dan peningkatan
individu.
Sebanyak pos yang diperlukan dapat disiapkan, dengan 12 pos sebagai
jumlah maksimum yang disarankan. Anak harus bekerja di dalam kelompok
yang berisi 2 atau 3 anak agar supaya tiap anak memperoleh tingkat
keterlibatan yang tinggi dalam keterampilan tertentu. Dalam aktivitas-
aktivitas tertentu memerlukan pasangan, agar kelompok yang berisi 3 anak,
memastikan bahwa tiap anak memiliki giliran dengan pasangannya. Rentang
waktu yang disarankan untuk tiap pos 50 detik, diikuti dengan istirahat atau
interval 10 detik. Salah satu cara yang efektif untuk mengatur pelaksanaan
sirkuit ini adalah dengan menyusun, misalnya sebuah tape musik, yaitu 50
detik dengan musik ....., 10 detik tanpa musik ....., 50 detik dengan musik .....,
10 detik tanpa musik ...., dan seterusnya. Dengan cara ini anak akan
mengetahui kapan bergerak dan kapan bersiap-siap untuk melakukan pada
pos selanjutnya. Anak harus diberi penjelasan secukupnya mengenai cara
pelaksanaan.
Sirkuit keterampilan merupakan bentuk aktivitas yang dapat dilakukan
kapan saja dan untuk cabang olahraga apa saja. Konsep sirkuit bukan
merupakan hal yang baru. Guru dapat menggunakan sirkuit ini dalam
mengajar/melatih.

Rangkuman

Untuk menguasai keterampilan gerak di perlukan suatu proses belajar


yaitu proses belajar gerak.proses belajar gerak berbeda dengan proses belajar
kogitif dan jga dengan proses belajar afektif. Perbedaanya adalah dalam fase fase
belajar yang di lalui oleh pelajar.

Fitts dan posner, kemudian juga adam telah mengemukakan teorinya


tentang fase belajajar gerak fitts dan posner mengatakan bahwa proses belajar
gerak terbagi menjadi 3 (kognitif,asosiaatif, otonom) Belajar gerak adalah proses
memperoleh pengetahuan, satuan proses dihubungkan dengan praktek atau
pengalaman yang mendorong kearah perubahan yang secara relative permanen
dalam kemampuan untuk menghasilkan gerak yang terampil.

Anda mungkin juga menyukai