Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Dengan disahkannya undang-undang rumah sakit yang baru di indonesia, salah


satunya adalah sumber daya manusia yang mempunyai peran paling utama dalam
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan adalah tenaga profesi medis. Oleh karena
itu pihak manajeman rumah sakit mengharapkan tenaga medis yang bekerja harus
mempunyai mutu yang baik. Maka dibuatlah “PANDUAN KREDENSIAL DAN
REKREDENSIAL STAF MEDIS RSU SATITI PRIMA HUSADA”. Semoga
pedoman ini bisa digunakan untuk membantu rumah sakit dalam melakukan upaya
melindungi keselamatan pasien melalui mekanisme kredensial dan rekredensial staf
medis yang baik. Pedoman ini tidaklah sempurna, jika ada kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat kami harapkan demi pedoman yang lebih baik
dikemudian hari.

Tulungagung, Januari 2019

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………. 1
DAFTAR ISI……………………………………………………………………… 2
BAB I DEFINISI…………………………………………………………………. 3
1.1 Pengertian………………………………………………………………. 3
1.2 Tujuan…………………………………………………………………... 3
1.2.1 Tujuan Umum…………………………………………………….. 3
1.2.2 Tujuan Khusus………………………............................................. 3
BAB II RUANG LINGKUP……………………………........................................ 5
2.1 Gambaran Umum……………………………………………………….. 5
2.2 Konsep Dasar Kredensial Staf Medis ( Perawat Dan Dokter)………….. 5
2.2.1 Konsep Dasar Kredensial Perawat di Rumah Sakit ………….. 5
2.2.2 Konsep Dasar Kredensial Dokter di Rumah Sakit…………… 7
2.3 Tugas Dan Peran Dalam Mekanisme…………………………………… 8
2.4 Peranan Komite Medik…………………………………….…………… 10
BAB III TATA LAKSANA……………………………………………….……… 11
3.1 Gambaran Umum……………………………………………………..… 11
3.2 Penerbitan Surat Penugasan………………………………..…………… 12
3.3 Proses Rekredensial………………………………….…………………. 13
BAB IV PENUTUP…………………………………………….………………… 16
4.1 Penutup………………………………………….………………………. 16
BAB V DOKUMENTASI………………………………….…………………….. 17

2
BAB I
DEFINISI
1.1 Pengertian
Proses kredensial (credentialing) : proses evaluasi suatu rumah sakit terhadap
seorang untuk menentukan apakah yang bersangkutan layak diberi kewenangan klinis
(kewenangan klinis (clinical privilege)) menjalankan tindakan medis/keperawatan
tertentu dalam lingkungan rumah sakit tersebut untuk suatu periode tertentu. Proses
Re-Kredensial (Re-Credentialing) : proses re-evaluasi oleh rumah sakit terhadap
perawat yang telah bekerja dan memiliki kewenangan klinis (kewenangan klinis
(clinical privilege)) di rumah sakit tersebut untuk menentukan apakah yang
bersangkutan masih layak diberi kewenangan klinis tersebut untuk suatu periode
tertentu. Kewenangan klinis (clinical privilege) : kewenangan klinis untuk melakukan
tindakan medis/keperawatan tertentu dalam lingkungan rumah sakit tertentu
berdasarkan penugasan yang diberikan direktur Rumah Sakit. Surat Penugasan
(clinical Appointment) : surat yang diterbitkan oleh kepala rumah sakit kepada
seorang 3aramedic untuk melakukan tindakan medis/keperawatan di rumah sakit
tersebut berdasarkan daftar kewenangan klinis yang ditetapkan baginya. Tenaga staf
medis : perawat dan tenaga professional kesehatan lain melakukan fungsi tugas
keperawatan dan pelimpahan kewenangan dari petugas.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Panduan ini diterbitkan dengan tujuan utama untuk melindungi kesehatan
pasien melalui mekanisme kredensial perawat di rumah sakit.
1.2.2 Tujuan khusus
1. Memberikan panduan mekanisme kredensial dan re-kredensial perawat di
rumah sakit.
2. Memberikan panduan bagi komite keperawatan untuk menyusun kewenangan
klinis(clinical privilege) bagi setiap perawat yang melakukan tindakan medis
/keperawatan di rumah sakit.
3. Memberikan panduan badi kepala rumah sakit unruk menerbitkan
kewenangan klinis (clinical privilege) bagi setiap perawat untuk melakukan
tindakan medis/keperawatan di rumah sakit.
4. Meningkatkan profesionalisme dan akuntabilitas tenaga keperawatan dirumah
sakit.

3
5. Meningkatkan reputasi dan kredibilitas perawat dan institusi rumah sakit
dihadapan pasien, penyandang dana, dan stake holder rumah sakit lainnya.

4
BAB II
RUANG LINGKUP
2.1 Gambaran Umum
Undang-undang tentang Rumah Sakit yang baru ditetapkan menuntut rumah
sakit untuk melindungi keselamatan pasien, antara lain dengan melaksanakan clinical
governance bagi para klinisnya. Setiap dokter dirumah sakit harus bekerja dalam
koridor kewenangan klinis (clinical privilege) yang ditetapkan oleh kepala rumah
sakit. Adapun ruang lingkup kredensial dan rekredensial staf medis, yaitu :
1. Staf Medis yaitu dokter umum, dokter gigi, dokter spesialis kandungan, dokter
spresialis anak, dokter spesialis penyakit dalam dan dokter spesialis bedah yang
tergabung di Rumah Sakit Umum Satiti Prima Husada.
2. Staf Medis yang sudah bekerja di Rumah Sakit Umum Satiti Prima Husada
yang masa kewenangan klinisnya berakhir sesuai kebijakan divisi medis yaitu
setiap 3 (tiga) tahun.

2.2 Konsep Dasar Kredensial Staf Medis ( Perawat Dan Dokter)


2.2.1 Konsep Dasar Kredensial Perawat di Rumah Sakit
Salah satu upaya rumah sakit dalam menjalankan tugas dan tanggung
jawabnya untuk menjaga keselamatan pasiennya adalah dengan menjaga standar
profesi dan kompetensi para perawat yang melakukan tindakan medis dan
keperawatan terhadap pasien di rumah sakit. Upaya ini dilakukan secara kompeten.
Persyaratan dengan cara mengatur agar setiap tindakan keperawatan yang dilakukan
terhadap pasien hanya dilakukan oleh tenaga paramedis yang benar-benar kompeten.
Persyaratan kompeten ini meliputi dua komponen :
1. Komponen kompetensi keprofesian yang terdiri dari pengetahuan, ketrampilan,
dan perilaku profesional.
2. Komponen kesehatan yang meliputi kesehatan fisik dan mental.
Walaupun seorang perawat telah mendapatkan pendidikan selama kuliah,
namun rumah sakit wajib melakukan verifikasi kembali kompetensi seseorang untuk
melakukan tindakan perawat dalam lingkup spesialisasi tersebut, hal ini
dikenal dengan istilah credentialing. Proses credentialing ini dilakukan dengan dua
alasan utama yaitu:
a. Alasan pertama, banyak factor yang mempengaruhi kompetensi setelah
seseorang mendapatkan pendidikan. Perkembangan ilmu dibidang
keperawatan untuk suatu tindakan medis dan keperwatan tertentu sangat
pesat, sehingga kompetensi yang di peroleh dapat berubah sewaktu waktu,
bahkan dapat dianggap sebagai tindakan yang tidak aman bagi pasien.

5
b. Alasan kedua, kesehatan seseorang dapat saja menurun akibat penyakit
tertentu atau bertambahnya usia sehingga mengurangi keamanan tindakan
medis yang dilakukan. Kompetensi fisik dan mental dinilai melalui uji
kelayakan kesehatan baik fisik maupun mental.
Tindakan verifikasi kompetensi profesi medis tersebut oleh rumah sakit disebut
sebagai mekanisme Re-credentialing, dan hal ini dilakukan demi keselamatan pasien,
tindakan verifikasi kompetensi ini juga dilakukan pada profesi lain untuk keamanan
pasiennya. Misalnya kompetensi profesi penerbang (pilot) yang senantiasa diperiksa
secara teratur dalam periode tertentu oleh perusahaan penerbangan. Setelah seorang
perawat dinyatakan kompeten melalui sesuatu proses kredensial, rumah sakit
menerbitkan suatu ijin bagi yang bersangkutan untuk melakukan serangkaian
tindakan-tindakan medis rumah sakit tersebut, hal ini dikenal sebagai kewenangan
klinis (clinical privilege). Tanpa adanya kewenangan klinis (clinical privilege)
tersebut seorang perawat tidak diperkenankan untuk melakukan tindakan medis dan /
keperawatan dirumah sakit tersebut. Kewenangan klinik ini akan dievaluasi oleh
komite keperawatan dan pantia kredensial setiap 3 tahun sekali. Hal ini diharapkan
tenaga keperawatan maupun memperoleh kewenangan klinis keperwatan yang lebih
tinggi / baik. Setelah perawat mengisi form pengajuan ini, komite keperawatan dan
juga panitia kredensial mengolah untuk kemudian muncul surat penugasan klinik bagi
setiap tenaga keperawatan di Rumah Sakit Umum Satiti Prima Husada dengan
mempertimbangkan masa kerja perawat dan juga kompetensi melalui panitia
kredensial maka tenaga keperawatan di Rumah Sakit Umum Satiti Prima Husada
dikategorikan menjadi 3 tingkat yaitu : Perawat Senior, Perawat Medior, dan juga
Perawat Yunior, kategori ini nantinya akan ditetapkan oleh SK direktur Rumah Sakit
Umum Satiti Prima Husada.
1. Kategori Perawat Senior :
a. Pegawai tetap dengan masa kerja diatas 5 tahun;
b. Berijasah minimal D3 Keperawatan;
c. Lulus uji kompetensi;
d. Karu/PJ Shift dalam tugas dinas.
2. Kategori Perawat Medior :
a. Pegawai tetap dengan masa kerja diatas 3-5 tahun;
b. Berijasah minimal D3 Keperawatan;
c. Lulus uji kompetensi.
3. Kategori Perawat Yunior :
a. Pegawai tetap dengan masa kerja diatas 0-3 tahun;
b. Berijasah minimal D3 Keperawatan;

6
c. Lulus uji kompetensi.

2.2.2 Konsep Dasar Kredensial Dokter di Rumah Sakit


Salah satu upaya rumah sakit dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya
untuk menjaga keselamatan pasiennya adalah dengan menjaga standar profesi dan
kompetensi para dokter yang melakukan tindakan medis dan keperwatan terhadap
pasien di rumah sakit. Upaya ini dilakukan secara kompeten. Persyaratan dengan cara
mengatur agar setiap tindakan keperwatan yang dilakukan terhadap pasien hanya
dilakukan oleh tenaga paramedis yang benar-benar kompeten. Persyaratan kompeten
ini meliputi dua komponen, (1) Komponen kompetensi keprofesian yang terdiri dari
pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku profesional, dan (2) Komponen kesehatan
yang meliputi kesehatan fisik dan mental.
Walaupun seorang dokter telah mendapatkan brevet spesialisasi dari kolegium
ilmu kedokteran yang bersangkutan, namun rumah sakit wajib melakukan verifikasi
kembali kompetensi seseorang untuk melakukan tindakan medis dalam lingkup
spesialisasi tersebut,hal ini dikenal dengan istilah credentialing. Proses credentialing
ini dilakukan dengan dua alasan utama. Alasan pertama, banyak factor yang
mempengaruhi kompetensi setelah seseorang mendapatkan brevet spesialisasi dari
kolegium. Perkembangan ilmu dibidang kedokteran untuk suatu tindakan medis
tertentu sangat pesat, sehingga kompetensi yang di peroleh saat menerim brevet bisa
kadaluarsa, bahkan dapat dianggap sebagai tindakan yang tidak aman bagi pasien.
Selain itu, lingkup suatu cabang ilmu kedokteran tertentu senantiasa berkembang dari
waktu kewaktu sehingga suatu tindakan yang semula tidak diajarkan pada penerima
brevet pada periode tertentu, dapat saja belakangan diajarkan pada periode
selanjutnya, bahkan dianggap merupakan suatu kemampuan yang standar. Hal ini
mengakibatkan bahwa sekelompok dokter yang menyandang brevet tertentu dapat
saja memiliki lingkup kompetensi yang berbeda-beda. Alasan kedua, keadaan
kesehatan seseorang dapat saja menurun akibat penyakit tertentu atau bertambahnya
usia sehingga mengurangi keamanan tindakan medis yang dilakukannya. Kompetensi
fisik dan mental dinilai melalui uji kelayakan kesehatan baik fisik maupun mental.
Tindakan verifikasi kompetensi profesi medis tersebut oleh rumah sakit disebut
sebagai mekanisme credentialing, dan hal ini dilakukan demi keselamtan pasien ,
tindakan verifikasi kompetensi ini juga dilakukan pada profesi lain untuk keamanan
kliennya. Misalnya kompetensi profesi penerbang (pilot) yang senantiasa diperiksa
secara teratur dalam periode tertentu oleh perusahaan penerbangan.
Setelah seorang dokter dinyatakan kompeten melalui sesuatu proses kredensial,
rumah sakit menerbitkan suatu ijin bagi yang bersangkutan untuk melakukan

7
serangkaian tindakan - tindakan medis tertentu dirumah sakit tersebut, hal ini dikenal
sebagai kewenangan klinis (clinical privilege). Tanpa adanya kewenangan klinis
(clinical privilege) tersebut seorang perawat tidak diperkenankan untuk melakukan
tindakan medis dirumah sakit tersebut. Luasnya lingkup kewenangan klinis (clinical
privilege) seorang dokter spesialis dapat saja berbeda dengan koleganya dalam
spesialisasi yang sama, tergantung pada ketetapan komite medis tentang kompetensi
untuk melakukan tiap tindakan medis oelh yang bersangkutan berdasarkan hasil
proses kredensial. Dalam hal tindakan medis seorang dokter membahayakan
pasien maka kewenangan klinis (clinical privilege) seorang dokter dapat saja dicabut
sehingga tidak diperkenankan untuk melakukan tindakan medis tertentu dilingkungan
dirumah sakit tersebut. Pencabutan kewenangan klinis (clinical privilege) tersebut
dilakukan melalui prosedur tertentu yang melibatkan komite medis. Kewajiaban
rumah sakit untuk menetapakan kewenangan klinis (clinical privilege) tersebut telah
diatur dengan tegas dalam Undang-undang tentang Rumah sakit. Dalam Undang-
undang Rumah Sakit pasal 29 ayat (1) butir telah ditetapkan bahwa setiap rumah
sakit wajib menyusun dan melaksanakan hospital bylaws, yang dalam
penjelasan undang- undang tersebut ditetapkan bahwa setiap rumah sakit
wajib melaksanakan tata kelola klinis yang baik (good clinical governance). Hal ini
harus dirumuskan oleh setiap rumah sakit dalam peraturan staf medis Rumah Sakit
(medical staff bylaw) antara lain diatur kewenangan klinis (clinical privilege).
Kelemahan rumah sakit dalam menjalankan fungsi kredensial akan
menimbulkan tanggung jawab hukum bagi rumah sakit dalam hal terjadi kecelakaan
tindakan medis. Setiap rumah sakit wajib melindungi pasiennya dari segala tindakan
medis yang dilakukan oleh setiap dokter di rumah sakit tersebut, hal ini dikenal
sebagai the duty of due care. Tanggungjawab rumah sakit tersebut berlaku tidak
hanya terhadap tindakan dokter yang bukan berstatus pegawai (dokter tamu). Rumah
sakit wajib mengetahui dan menjaga keamanan setiap tindakan medis yang dilakukan
dalam lingkungannya demi keselamatan semua pasien yang dilayaninya sebagai
bagian dari the duty of due care.

2.3 Tugas Dan Peran Dalam Mekanisme


1) Tugas sub komite kredensial sebagai berikut :
a. Menyusun daftar rincian kewenangan klinis;
b. Menyusun buku putih (white paper) yang merupakan dokumen persyaratan
kompetensi yang dibutuhkan untuk melakukan setiap jenis pelayanan
keperawatan, kebidanan setiap jenis pelayanan keperawatan dan kebidanan
sesuai dengan standar kompetensinya;

8
c. Verifikasi meliputi:
1. Ijazah;
2. Surat Tanda Registrasi (STR);
3. Sertifikat kompetensi;
4. Logbook yang berisi uraian capaian kinerja;
5. Surat pernyataan telah menyelesaikan program orientasi rumah sakit atau
orientasi di unit tertentu;
6. Surat hasil pemeriksaaan kesehatan.
d. Merekomendasikan tahapan proses kredensial :
1. Perawat atau bidan mengajukan permohonan untuk memperoleh kewenangan
klinis kepada komite keperawatan;
2.Ketua komite keperawatan menugaskan subkomite kredesial untuk
melakukan proses kredensial;
3. Sub komite membentuk panitia adhoe untuk melakukan review;
4.Sub komite memberikan laporan hasil kredensial sebagai bahan rapat
menentukan kewenangan klinis bagi setiap tenaga keperawatan.
e. Merekomendasikan pemulihan kewenangan klinis bagi setiap tenaga
keperawatan;
f. Melakukan kredensial ulang secara berkala sesuai waktu yang ditetapkan;
g. Sub komite membuat laporan seluruh proses kredensial kepada ketua komite
keperawatan untuk diteruskan ke direktur rumah sakit.
Kewenangan
Sub Komite Kredensial mempunyai kewenangan memberikan rekomendasi
rincian Kewenangan Klinis untuk memperoleh surat Penugasan Klis (clinical
appointment)
Mekanisme kerja
Untuk melaksanakan tugas sub komite kredensial, maka ditetapkan
mekanisme kerja sebagai berikut :
a. Mempersiapkan Kewenangan Klinis mencakup kompetensi sesuai area
praktek ditetapkan di rumah sakit.
b. Menyusun Kewenangan Klinis dengan kriteria sesuai dengan persyaratan
Kredensial dimaksud.
c. Melakukan assesmen Kewenangan Klinis dengan berbagai metode yang
disepakati .
d. Memberikan laporan hasil Kredensial sebagai bahan rekomendasi memperoleh
Penugasan Klinis dari kepala/direktur rumah sakit.

9
e. Memberikan rekomendasi Kewenangan Klinis untuk memperoleh Penugasan
Klinis dari kepala/direktur Rumah Sakit dengan cara :
 Tenaga keperawatan mengajukan permohonan untuk memperoleh
Kewenangan Klinis kepada Ketua Komit Keperawatan;
 Ketua Komite Keperawatan menugaskan sub komite Kredensial untuk
melakukan proses Kredensial (dapat dilakukan secara individu/kelompok)
 Sub komite melakukan review, verifikasi dan evaluasi dengan berbagai
metode, forto folio, assesmen kompetensi;
 Sub komite memberikan laporan hasil Kredensial sebagai bahan rapat
menentukan Kewenangan Klinis bagi setiap tenaga keperawatan.
f. Melakukan pembinaan dan pemulihan Kewenangan Klinis secara berkala.
g. Melakukan Kredensial ulang secara berkala sesuai waktu yang ditetapkan.

2.4 Peranan Komite Medik


Komite keperawatan memiliki peran sentral dalam mekanisme kredensial para
perawat karena tugas utamanya menjaga profesionalisme tenaga perawat dan
melindungi pasien rumah sakit untuk hal-hal yang berkaitan dengan tindakan medis
dan keperawatan.
Ketua komite keperawatan bekerjasama dengan sub komite kredensial
membentuk panitia khusus yang berguna menyeleksi dan melakukan proses
kredensial dan re-kredensial terhadap perawat di rumah sakit. Evaluasi setiap 3 tahun
dilakukan oleh panitia kredensial untuk mengetahui perkembangan secara skill
maupun attitude seorang perawat. Setiap keputusan yang diambail akan dilakukan
persetujuan langsung oleh direktur rumah sakit.
Lingkup komite keperawatan dan sub komite kredensial ini langsung dibawah
pengawasan direktur. Setiap kegiatan yang dilakukan harus mendapatkan persetujuan
secara tertulis oleh direktur. Harapan yang ingin dicapai dari panitia ini adalah
membantu direktur dalam hal ini rumah sakit mendapatakan tenaga perawat yang
professional dan berkualitas prima. Rumah sakit melalui komite keperawatan
menerapkan berbagai kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap petugas kesehatan,
dalam hal ini adalah perawat. Penetapan dari komite dan disetujui oleh direktur
menjadikan tenaga keperawatan dirumah sakit secara tertulis mempunyai
kewenangan klinis keperawatan.

10
BAB III
TATA LAKSANA

3.1 Proses Kredensial


Direktur Rumah Sakit Umum Satiti Prima Husada menetapkan berbagai
kebijakan dan prosedur bagi staf medis untuk memperoleh kewenangan klinis dengan
berpedoman pada peraturan internal staf medis ( medical staff by laws). Selain itu,
direktur rumah sakit bertanggung jawab atas tersedianya berbagai sumber daya yang
dibutuhkan agar kegiatan ini dapat terselenggara. Untuk melaksanakan kredensial
dibutuhkan beberapa instrumen, antara lain, daftar rincian kewenangan klinis untuk
setiap spesialisasi medis, mitra bestari yang mempresentasikan tiap spesialisasi
medis dan putih (white paper) untuk setiap pelayanan medis. Setiap rumah sakit
mengembangkan instrumen tersebut sesuai dengan kebutuhannya. Secara garis besar
proses kredensial di Rumah Sakit Umum Satiti Prima Husada, yaitu sebagai berikut :
1. Staf Medis yang telah dinyatakan baik hasil psikotest, MCU dan Interview oleh
kepala divisi medis diajukan kepada direktur untuk dilakukan kredensial.
2. Direktur membuat surat kepada Komite Medik dan diteruskan ke Sub Komite
Kredensial perihal permohonan untuk mengkredensial staf medis.
3. Berkas Permohonan staf medis yang telah lengkap diasmpaikan oleh direktur
rumah sakit kepada komite medik melalui sekretariat komite medic.
4. Dilakukan proses kredensial mulai dari pemberkasan administrasi dan
penilaian kemampuan berdasarkan kewenangan klinis. Sekretariat komite
medic melakukan pengecekan berkas verifikasi berkas staf medis yang terdiri
dari :
a. Ijazah Dokter umum dana atau dokter spesialis.
b. Surat Tanda Registrasi (STR) staf medis.
c. Sertifikat ACLS dan atau ATLS dan auatu Resusitasi Neonatus dan atau
Hiperkes (untuk dokter umum).
d. Surat Rekomendasi dari teman sejawat minimal 2 (dua) orang.
e. Sertifikat Kompetensi kolegium atau sertifikat pendukung lainnya.
5. Sebelum kredensial dimulai, staf medis mengajukan permohonan kewenangan
klinis kepada direktur dengan mengisi form daftar kewenangan klinis yang
telah disediakan Rumah Sakit Umum Satiti Prima Husada.
6. Pada Saat kredensial, sub komite kredensial menjadwalkan rapat penilaian
kredensial terhadap tenaga medis dan membentuk panek atau panitia ad-hoc
dengan melibatkan mitra bestari dari berbagai disiplin yang sesuai dengan
kewenangan klinis yang diminta.

11
7. Personalia/Panitia Rekruitmen mempersiapkan bahan rapat penilaian kredensial
terhadap tenaga tenaga medis.
8. Permohonan kewenangan klinis yang diajukan oleh staf medis tersebut dikaji
oleh sub komite kredensial dan mitra bestari tersebut meliputi cakupan derajat
kompetensi dan praktik yakni : Keterampilan (skill) bidang kedokteran,
Perilaku (attitude) terhadap pasien dan sesama teman kerja, Etik dan disiplin
profesi selama proses recruitment sampai dengan proses kredensial.
9. Tahap penilaian kredensial dilakukan di ruang rapat Rumah Sakit Umum Satiti
Prima Husada dan keputusan rapat penilain kredensial diambil secara
musyawarah dan mufakat. Dalam hal yang tidak mungkin, keputusan dapat
diambil dengan pemungutan suara menurut suara terbanyak.
10. Sub komite kredensial mengajukan rekomendasi kewenangan klinis staf medis
kepada komite medik.
11. Komite medis merekomendasikan kewenangan klinis staf medis kepada
direktur.
12. Direktur menerbitkan surat penugasan klinis (clinical appointment) kepada staf
medis tersebut sudah bergabung dengan Rumah Sakit Umum Satiti Prima
Husada.
13. Berkas Kredensial dan Rekredensial dokter umum dan spesialis akan
diserahkan kepada staf SDM untuk dimasukan ke dalam file karyawan.

3.2 Penerbitan Surat Penugasan


Direktur rumah sakit menerbitkan surat penugasan kepada tenaga paramedis
pemohon berdasarkan rekomendasi tersebut. Direktur rumah sakit dapat saja meminta
komite keperawatan untuk mengkaji ulang rekomendasi tersebut memuat daftar
sejumlah kewenangan klinis untuk melakukan tindakan keperawatan bagi tenaga
paramedis yang memohon.
Daftar kewenangan klinis seorang tenaga paramedis dapat dimodifikasi setiap
saat. Seorang tenaga paramedis dapat saja mengajukan tambahan kewenangan klinis
yang tidak dimiliki sebelumnya dengan mengajukan permohonan kepada direktur
rumah sakit. Selanjutnya komite keperawatan akan melakukan proses kredensial
khusus untuk tindakan tersebut dan akan memberikan rekomendasinya kepada
direktur rumah sakit. Namun sebaliknya, kewenangan klinis akan berakhir bila surat
penugasan (clinical appointment) habis masa berlakunya atau dicabut oleh direktur
rumah sakit. Surat penugasan untuk setiap tenaga paramedis memiliki masa
berlakunya untuk periode tertentu, misalnya dua tahun. Pada akhir masa berlakunya
surat penugasan tersebut rumah sakit harus melakukan re-kredensial ini lebih

12
sederhana dibandingkan dengan proses kredensial awal sebagaimana diuraikan diatas
karena rumah sakit telah memiliki informasi setiap perawat yang melakukan tindakan
keperawatan dirumah sakit tersebut. Penerbitan ulang surat penugasan
(reappointment). Surat penugasan dapat berakhir setiap saat bila tenaga paramedis
tersebut dinyatakan tidak kompeten untuk melakukan tindakan keperawatan tertentu.
Walaupun seorang tenaga paramedis pada awalnya telah memperoleh kewenangan itu
dapat dicabut oleh rumah sakit berdasarkan pertimbangan komite keperawatan.
Pertimbangan pencabutan kewenangan klinis tertentu tersebut didasarkan pada
kinerja profesi tenaga paramedis yang bersangkutan terganggu kesehatannya, baik
fisik maupun mental. Selain itu, pencabutan kewenangan klinis juga dapat dilakukan
dengan terjadi kecelakaan medis yang di duga karena inkompetensi atau tindakan
disiplin dari komite keperawatan. Namun demikian, kewenangan klinis yang dicabut
tersebut dapat diberikan kembali bila tenaga paramedik tersebut dianggap telah pulih
kompetensinya. Dalam hal kewenangan klinis tertentu seorang tenaga paramedis
diakhiri, komite keperawatan akan meminta sub komite peningkatan mutu profesi
untuk melakukan berbagi upaya pembinaan agar merekomendasikan kepada kepala
rumah sakit pemberian kembali kewenangan klinis tertentu setelah melalui
proses pembinaan.
Pada dasarnya kredensial tetap ditunjukan untuk menjaga keselamatan pasien,
sambil tetap membina kompetensi seluruh tenaga paramedis di rumah sakit. Dengan
demikian jelaslah bahwa komite keperawatan dan staf keperawatan memegang
peranan penting dalam proses kredensial dan pemberian kewenangan klinis untuk
setiap tenaga keperawatan.

3.3 Proses Rekredensial


Rekredensial adalah proses re-evaluasi terhadap staf medis (dokter umum,
dokter gigi, dokter spesialis kandungan, dokter spresialis anak, dokter spesialis
penyakit dalam dan dokter spesialis bedah) yang telah memiliki kewenangan klinis
(clinical privilege) dan surat penugasan klinis (clinical appointment) untuk
menentukan kelayakan kembali pemberian kewenangan klinis tersebut. Walaupun
seorang dokter telah mendapatkan surat penugasan (clinical appointmen) dari direktur
namun surat penugasan tersebut mempunyai masa berlaku. Masa berlaku surat
penugasan dari Direktur Rumah Sakit Umum Satiti Prima Husada yaitu selama 3
tahun, hal tersebut sesuai dengan kebijakan divisi pelayanan medis. Selain itu, surat
penugasan dapat berakhir setiap saat bila tenaga medis tersebut dinyatakan tidak
kompeten utnuk melakukan tindakan medis tertentu. Pada akhir masa berlakunya
surat penugasan tersebut, rumah sakit harus melakukan rekredensial terhadap tenaga

13
medis. Proses rekredensial ini lebih sederhana dibandingkan dengan proses kredensial
awal sebagaimana diuraikan diatas karena rumah sakit telah memiliki informasi
setiap dokter yang melakukan tindakan medis dirumah sakit tersebut.
Proses Rekredensial mempertimbangkan :
a. Perawatan pasien menyediakan perawatan pasien dengan belas kasih, tepat,
dan efektif untuk promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan
penyakit, dan perawatan pasien terminal.
b. Pengetahuan medis/klinis akan bidang biomedis, klinis dan ilmu sosial yang
ada dan berkembang serta aplikasi pengetahuan tersebut pada perawatan
pasien dan menyalurkan ilmu kepada orang lain.
c. Pembelajaran dan perbaikan berbasis praktik dengan menggunakan bukti dan
metode ilmiah untuk menyelidiki, mengevaluasi dan memperbaiki praktik-
praktik perawatan pasien.
d. Keterampilan Interpersonal dan komunikasi yang memungkinkan mereka
untuk membangun dan mempertahankan hubungan profesional dengan pasien,
dan anggota - anggota tim perawatan kesehatan lainnya.
e. Profesionalisme tercermin dari komitmen untuk pengembangan professional
berkelanjutan, praktik etis, pemahaman dan kepekaan terhadap keragaman,
sikap bertanggung jawab terhadap pasien, profesi mereka, dan masyarakat.
f. Praktik berbasis sistem melalui pemahaman konteks dan sistem dimana
pelayanan kesehatan disediakan. Proses rekredensial didokumentasikan
dalam formulir penilain kinerja dokter spesialis ( On Going Profesional
Review).
Berdasarkan hasil kesepakatan dari komite Medis dan Sub Komite
Rekredensial, secara garis besar proses rekredensial di Rumah Sakit Umum Satiti
Prima Husada yaitu sebagai berikut :
1. Direktur rumah sakit mengajukan permohonan kepada Komite Medik dan
dilanjutkan kepada Sub Komite Kredensial untuk melakukan rekredensial
kepada staf medis.
2. Sub Komite Kredensial dan sekretariat komite medik mengumpulkan berkas
para kandidat rekredensial yaitu :
a. STR yang masih berlaku;
b. Surat sehat atau hasil Medical Check Up;
c. Surat rekomendasi dari Sub Komite Etik;
d. Sertifikat terbaru sesuai kompetensi 3 (tiga) tahun terakhir;
e. Salinan asuransi profesi yang dimiliki ;
f. Kandidat rekredensial mengajukan permohonan kewenangan klinis kembali

14
kepada direktur dengan megisi formulir daftar kewenangan klinis yang telah
disediakan Rumah Sakit Umum Satiti Prima Husada.
3. Berkas dievaluasi oleh Sub Komite Kredensial dan panitia mitra bestari (tim
rekredensial).
4. Tim rekredensial mengajukan rekomendasi penambahan atau pengurangan
kewenangan klinis staf medis tersebut kepada Ketua Komite Medik.
5. Komite Medik meneruskan dan merekomendasikan kewenangan klinis
tersebut kepada Direktur Rumah Sakit Umum Satiti Prima Husada untuk
dijadikan penugasan klinis.
6. Direktur Rumah Sakit Umum Satiti Prima Husada menetapkan dan
menerbitkan kembali surat penugasan klinis ( clinical appointment) kepada
para staf medis tersebut.

15
BAB IV
PENUTUP

4.1 Penutup
Proses kredensial adalah proses pengakuan profesi yang diberikan kepada
individu atau organisasi dengan mempunyai otoritas atau dianggap kompeten dalam
melakukan suatu tindakan pelayanan medis atau kebijakan. Dengan adanya proses
kredensial dan rekredensial tenaga medis di Rumah Sakit Umum Satiti Prima Husada
diharapkan mampu memberikan pelayanan kepada pasien sesuai dengan standar mutu
dan kewenangan klinis yang berlaku, serta dapat mempertahankan standar
pelayanan medis dengan melaksanakan proses kredensial dan rekredensial yang ada
di Rumah Sakit Umum Satiti Prima Husada. Adanya system kredensial dan
rekredensial di Rumah Sakit Umum Satiti Prima Husada diharapkan masyarakat
dapat merasakan pelayanan kesehatan yang paripurna.

16
BAB V
DOKUMENTASI
Semua proses kredensial dan rekredensial harus tercatat dan di simpan dalam
file masing - masing staf medis.

17

Anda mungkin juga menyukai