PENDAHULUAN
Kesehatan jiwa bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, akan tetapi
merupakan suatu hal yang dibutuhkan oleh semua orang. Kesehatan jiwa adalah
perasaan sehat dan bahagia serta mamp mengatasi tantangan hidup, dapat
terhadap diri sendiri dan orang lain dan senang menjadi bagian dari suatu
sejahtera yang meliputi fisisk, mental dan sosial yang tidak hanya bebas dari
penyakit atau kecacatan. Maka secara analogi kesehatan jiwa pun bukan hanya
sekedar bebas dari gangguan tetapi lebih kepada perasaan sehat, sejahtera dan
bahagia (well being), ada keserasian antara pikiran, perilaku, dapat merasakan
(Anonim, 2002)
merupakan tanggapan indera terhadap rangsangan yang datang dari luar, dimana
1
datang dari luar itu dapat mengalami gangguan sehingga terjadilah salah tafsir
(missing in terpretation). Salah tafsir tersebut terjadi antara lain karena adanya
efek yang luar biasa, seperti marah, takut, tercengang (excited) sedih dan nafsu
2004).
terapi yang implentasinya yang bukan hanya di rumah sakit tetapi dilingkungan
dari itu peran serta keluarga adalah satu usaha untuk mengurangi angka
meminta bantuan tenaga kesehatan jika mereka tidak sanggup lagi untuk
merawatnya. Oleh karena itu asuahan keperawatan yang berfokus pada keluarga
karena keluargalah yang paling lama berinteraksi dengan pasien. Dalam keluarga
2010).
2
Dukungan keluarga adalah sikap tindakan dan penerimaan keluarga
terhadap penderita yang sakit, anggota keluarga memandang bahwa orang yang
“perawat utama” bagi penderita. Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat
hidup sendirian tanpa bantuan orang lain. Kebutuhan fisik (sandang, pangan,
kebutuhan psikis termasuk rasa ingin tahu, rasa aman, perasaan religiusitas, tidak
mungkin terpenuhi tanpa bantuan orang lain. Apalagi jika orang tersebut sedang
menghadapi masalah, baik ringan maupun berat. Pada saat menghadapi masalah
dirinya merasa dihargai, diperhatikan dan dicintai. Contoh nyata yang paling
sering dilihat dan dialami adalah bila ada seseorang yang sakit dan terpaksa
berkunjung. Dengan kunjungan tersebut maka orang yang sakit tentu merasa
sebagai informasi verbal atau non-verbal saran, bantuan yang nyata atau tingkah
laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek lingkungan
sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan
hal ini, orang yang merasa memperoleh dukungan sosia secara emosional merasa
lega karena diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang menyenangkan pada
dirinya.
3
Penderita gangguan jiwa sering mendapat stigma dan deskriminasi yang
penyakit medis lainnya. Mereka sering sekali disebut sebagai orang gila (insanity
yang salah dari keluarga atau anggota masyarakat mengenai halusinasi. Hal itu
pasien gangguan jiwa kronis dapat menurunkan angka relaps 30-40%. Relaps
terjadi satu tahun pertama sekitar 60%-70% dan dengan kombinasi antipsikotik
(Wahyuningsih, 2014)
instrumental, dan dukungan emosional. Jika dari semua dukungan ini kita dapat
keluarga naik sebesar satu satuan, maka akan menurunkan akan menurunkan
keluarga turun satu satuan maka angka kesembuhan meningkat 0,589 satuan.
4
Kesembuhan dan kekambuhan penderita gangguan jiwa sangat dipengaruhi
Berdasarkan data Rekam Medis Rumah Sakit Bhakti Asih Brebes, pasien
halusinasi yang kontrol secara rutin di poli Rumah Sakit Bhakti Asih Brebes
tahun 2018 dari bulan Januari sampai Mei rata-rata 80, sedangkan pada bulan
Juni sampai Oktober rata-rata sebanyak 105 (sumber buku registrasi ruangan
rekam medik)
Kabupaten Brebes
5
3. Menganalisis hubungan antara dukungan keluarga terhadap tingkat
keperawatan jiwa
penelitian
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
menginterpretasikan stimulus yang ada sesuai yang diterima oleh panca indra
yang ada. Halusinasi adalah persepsi sensori yang salah atau persepsi
perubahan dalam jumlah atau pola rangsang yang mendekat (baik yang
(Baihaqi, 2009)
persepsi yang timbul tanpa stimulus eksternal serta tanpa melibatkan sumber
Menurut (Rasmus, 2005) dibagi menjadi empat tahap yang terdiri dari :
a. Tahap Pertama
7
b. Tahap kedua
c. Tahap ketiga
d. Tahap Keempat
Klien merasa terpaku dan tidak berdaya melepaskan diri dari kontrol
dengan orang lain karena terlalu sibuk dengan halusinasinya. Klien hidup
1. Klasifikasi Halusinasi
a. Halusinasi Pendengaran
8
b. Halusinasi Penglihatan
c. Halusinasi Sentuhan
Perasaan nyeri, nikmat atau tidak nyaman padahal stimulus itu tidak ada
d. Halusinasi Pengecapan
Termasuk rasa yang tidak hilang pada mulut, perasaan adanya rasa
makanan dan berbagai zat lainnya yang dirasakan oleh indra pengecapan
klien
a. Faktor Predisposisi
1) Biologi
2) Psikologi
3) Sosial budaya
9
b. Faktor Prepitasi
tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya (Stuart & Sundeen , 2008)
a. Menarik diri
d. Gelisah
f. Bingung
h. Menggerak-gerakkan bibir
m. Ketakutan
n. Kecemasan
10
t. Tidak mampu melaksanakan asuhan mandiri : mandi, sikat gigi, ganti
x. Napas terengah-engah
y. Banyak keringat
3. Menarik diri, sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus
internal
secara individual dan usahakan agar terjadi kontak mata, kalau bisa
pasien disentuh atau di pegang. Pasien jangan di isolasi baik secara fidsik
dilakukan.
11
Di ruangan itu hendaknya di sediakan sarana yang dapat
realitas, misalnya jam dinding, gambar atau hiasan dinding, majalah dan
permainan.
tapi instruktif. Perawat harus mengamati agar obat yang diberikan betul
ada
membantu mengatasi masalah yang ada. Pengumpulan data ini juga dapat
melalui keterangan keluarga pasien atau orang lain yang dekat dengan
pasien.
12
keperawatan, misalnya dari percakapan denga pasien diketahui bila
ada orang lain di dekatnya suara-suara itu tidak terdengar jelas. Perawat
suatu kesatuan sosial yang diikat oleh hubungan darah antara satu
(Effendy, 2005).
sebaiknya dan seharusnya dimulai dari keluarga. Karena itu perhatian utama
13
memberikan iklim yang kondusif bagi anggota keluarga yang mengalami
1. Fungsi Keluarga
dijalankan keluarga:
berinteraksi satu dengan lainya sehingga ada saling pengertian satu sama
lain.
14
e. Fungsi religius, keluarga memperkenalkan dan mengajak anggota
bahwa ada kekuatan lainya yang mengatur kehidupan ini dan akan ada
penerus.
keluarganya dan tingkah laku ataupun aktivitas yang normal atau tidak
yang tidak dapat membantu diri sendiri karena cacat fisik ataupun
15
mental. Karena penderita gangguan jiwa tidak bisa mandiri untuk
rumah agar merasa nyaman dan merasa tidak diikucilkan dari keluarga.
ganggguan jiwa.
2) Rasa takut akibat masalah yang dihadapi serta aib yang harus
pengetahuan dan kurang baik itu dalam hal biaya, tenaga dan
16
waktu dalam penanganan anggota keluarganya yang mengalami
gangguan jiwa.
karena :
anggota keluarganya
17
4. Dukungan Keluarga
(Friedman, 2010).
Dalam suatu keluarga ada beberapa fungsi keluarga yang dapat dijalankan
yaitu :
b. Fungsi psikologis adalah memberikan kasih sayang dan rasa aman bagi
18
e. Fungsi pendidikan adalah menyekolahkan anak untuk memberikaan
Keluarga merupakan suatu sistem terbuka yang terdiri dari semua unsur
organisasi internal, seperti sistem yang lain. Bila salah satu anggota keluarga
mengalami gangguan, hal ini akan mempengaruhi anggota keluarga yang lain
(Indriaty, 2004).
gangguan baik yang bersifat fisik atau psikis yang ada pada anggota
keluarga yang lain. Berdasarkan hal ini keluarga selalu menjaga yang satu
dengan yang lain tidak hanya dalam keadaan sehat, tetapi juga dalam
19
keadaan sakit dan menghadapi kematian. Keluarga juga berperan dalam
2001).
berupa dukungan social internal, seperti dukungan dari suami, istri atau
antara lain :
20
stressor. Pada dukungan informasi keluarga sebagai penghimpun
stresss individu.
21
penguasaan terhadap emosi (Caplan & Sadock, 2009). Dukungan
kepada pasien yang dirawat di rumah atau rumah sakit jiwa. Jenis
harga diri.
22
3) Membantu dan memberi penderita
keadaan penderita
keluarga lainnya
mengalami kekambuhan
memberikan pertolongan.
gangguan jiwa ini berkaitan erat dengan masalah yang dihadapi oleh
23
dilakukan oleh keluarga pada pasien yang mengalami halusinasi
atau luka – luka. Menurut Dr. Ruben Supit (2011) sembuh adalah
kondisi “pulihnya kembali keutuhan atau integritas struktur dan fungsi sehat”
melihat apakah pasien itu dapat berfungsi atau tidak. Istilah recovery
halusinasi, delusi dan lain-lain, pasien juga dapat bekerja atau belajar sesuai
24
sembuh dan dapat berfungsi, seorang pasien halusinasi memerlukan
masyarakat lainnya.
Selain cara dengan perawatan di rumah sakit (umum atau jiwa) dan
rawat jalan, ada cara alternatif, yaitu dirawat hanya pada siang atau malam
hari saja di rumah sakit, sebagian hari lainnya pasien berada di rumah
bersama dengan keluarga atau di sekolah atau tempat kerja bersama teman-
temannya.
asrama bagi pasien halusinasi yang sudah relatif tenang atau mencapai
25
/rehabilitasi vokasional (untuk melatih keterampilan kerja tertentu yang dapat
komuniti saja, banyak pihak harus terlibat dan saling bekerja sama
itu jangan jauhi penderita, berilah perhatian dan kasih sayang agar
telah diajarkan.
26
a. S : Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang
baru atau ada data yang kontradiksi dengan masalah yang ada.
respon klien yang terdiri dari tindak lanjut klien dan tindak
lanjut perawat.
27
BAB III
HIPOTESIS
dan visualisasi, atau antara variabel yang satu dengan variabel yang lain dari
Sesuai dengan landasan teori yang tertera pada tinjauan pustaka pada
timbul tanpa stimulus eksternal serta tanpa melibatkan sumber dari luar yang
meliputi semua sistem panca indra. Dalam penelitian ini, peneliti hanya
28
Variabel Bebas Variabel Terikat
Dukungan Keluarga
1. Dukungan Informasi
2. Dukungan Penilaian Tingkat Kesembuhan
3. Dukungan Instrumental Pasien Halusinasi
4. Dukungan Emosional
Keterangan :
variabel tersebut yang dapat diamati dan benar-benar dilakukan oleh peneliti
29
Tabel 3.2 Definisi operasional
Operasional Ukur
penerimaan > 41
keluarga 2. t
terhadap Tidak
anggota mendukun
dukungan 41
emosional,
penghargaan,
informatif, dan
instrumental
mengalami mengalam
gangguan i
persepsi gangguan
30
sensori berupa persepsi
pendengaran, sensori
penglihatan, 2. Tidak
penciuman, sembuh:
sentuhan, Jika
pengecapan responden
dari luar i
gangguan
persepsi
sensori
tanpa ada
respon
dari luar
yang
sebelumn
ya telah
dinyataka
nsembuh
3.3 Hipotesis
31
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
jenis penelitian ini, baik untuk variabel risiko atau sebab (independent
32
Menurut Badriah (2012 : 91) bahwa variabel diartikan sebagai
variabel bebas adalah suatu variabel lain. Dalam penelitian ini yang
dari kelompok subjek yang lain. Populasi dalam penelitian ini adalah
33
sampel. Sampel dalam penelitian ini yaitu pasien halusinasi di Poliklinik
1. Kriteria Inklusi
berikut
halusinasi
2. Kriteria Eklusi
atau tidak layak untuk diteliti. Kriteria eklusi dalam penelitian ini
penyakit halusinasi
34
4.4 Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat pengumpulan data yang telah buku atau alat
2012 : 114)
alternatif jawaban yang terdiri dari Selalu, Sering, Jarang dan Tidak
35
Alasan peneliti menggunakan kuesioner karena kuesioner dapat
data sekunder berasal dari studi literatur dan sumber bacaan lainnya.
1) Tahap persiapan
36
c. Menentukan waktu pengamatan
mengumpulkan data
c. Melaksanakan penelitian
3) Tahap Akhir
penelitian yang sebelumnya telah dinilai oleh para dosen dan penguji.
Data yang digunkan dalam pengumpulan data ini adalah data primer
yaitu data yang diperoleh dari jawaban keluarga pasien gangguan jiwa
1) Editing
37
2) Coding
3) Entri Data
4) Tabulasi Data
data sekunder berasal dari studi literatur dan sumber bacaan lainnya.
38
adalah kuesioner yang terdiri dari pertanyaan tentang variabel hubungan
4) Tahap persiapan
mengumpulkan data
g. Melaksanakan penelitian
6) Tahap Akhir
penelitian yang sebelumnya telah dinilai oleh para dosen dan penguji
39
4.7.3 Analisa Data
1) Analisa Univariat
frekuensi.
2) Analisa Bivariat
40
4.8 Etika Penelitian
Kuningan.
pada pihak-pihak terkait dengan proses penelitian, dalam hal ini RSBA
2. Anonymty
41
responden, peneliti tidak akan mencantumkan nama responden
responden.
3. Confidentiality
melaksanakan wawancara.
42
f. Peneliti menuliskan segala kejadian, peristiwa, cerita dan
43
4.9 Teknik Analisa Data
Data yang digunkan dalam pengumpulan data ini adalah data primer
yaitu data yang diperoleh dari jawaban keluarga pasien gangguan jiwa
5) Editing
6) Coding
7) Entri Data
8) Tabulasi Data
44
3) Analisa Univariat
frekuensi.
4) Analisa Bivariat
45
Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu
Kesehatan Kuningan.
izin pada pihak-pihak terkait dengan proses penelitian, dalam hal ini
5. Anonymty
46
pada lembar pengumpulan data, tetapi dengan memberikan
responden.
6. Confidentiality
melaksanakan wawancara.
47
m. Peneliti menuliskan segala kejadian, peristiwa, cerita dan
4.10.2
alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti
menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap
asas bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang
penelitian dapat dipercaya atau tidak, sangat bergantung pada akurasi dan
48
Dalam penelitian ini digunakan uji reliabilitas dengan rumus
data sekunder berasal dari studi literatur dan sumber bacaan lainnya.
7) Tahap persiapan
49
j. Menentukan jumlah sampel
mengumpulkan data
k. Melaksanakan penelitian
9) Tahap Akhir
penelitian yang sebelumnya telah dinilai oleh para dosen dan penguji
Data yang digunkan dalam pengumpulan data ini adalah data primer
yaitu data yang diperoleh dari jawaban keluarga pasien gangguan jiwa
9) Editing
50
Editing data dilakukan untuk memeriksa kembali hasil pengumpulan
10) Coding
5) Analisa Univariat
frekuensi.
51
Analisis univariat dilakukan terhadap setiap variabel dari
6) Analisa Bivariat
Kesehatan Kuningan.
izin pada pihak-pihak terkait dengan proses penelitian, dalam hal ini
52
Merupakan lembaran persetujuan antara peneliti dengan
8. Anonymty
responden.
9. Confidentiality
53
mendapatkan persetujuan dari pihak keluarga baik suami atau
melaksanakan wawancara.
54
P = 1-
Keterangan :
1. Tempat Penelitian
2. Waktu Penelitian
3. Jadwal Penelitian
55
A. Kerangka Kerja
Purpose Sampling
Variabel Dependen
Variabel Independen
Tingkat Kesembuhan
Dukungan Keluarga Pasien Halusinasi
Analisis Data
Penyajian Data
56
B. Definisi Operasional
1. Tingkat kesembuhan
sembuh.
2. Dukungan keluarga
57
3. Kesembuhan
Kriteria objektif
2.4 Klien mampu memutuskan halusinasi dengan berbagai cara yang telah diajarkan
58
4. Hipotesis
59