Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada dasarnya, kemampuan matematis siswa dalam mencerna sebuah soal


hingga menemukan jawaban yang benar merupakan suatu tingkat intelegensi
tertentu yang dimiliki setiap siswa. Ada kalanya seseorang siswa mampu
menyelesaikan soal dengan proses berfikir yang relatif sederhana, ada kalanya
juga melalui proses berfikir yang panjang. Proses berfikir inilah yang menjadi
sebuah proses dimana seorang siswa mampu atau tidak mengubah soal
matematika menjadi kalimat matematika. Selama ini masih belum disadari bahwa
kemampuan untuk mengerjakan soal dengan proses berfikir cepat maupun lambat
terkait dengan intelegensi masing-masing orang.

Aspek yang ditekankan dalam kemampuan abstraksi adalah penggunaan


efektif dari konsep-konsep serta simbol-simbol dalam menghadapi berbagai
situasi khusus dalam menyelesaikan sebuah masalah. Menurut Piaget ada dua
kemungkinan abstraksi yaitu abstraksi yang berdasarkan pada obyek itu sendiri
yang disebut abstraksi sederhan dan abstraksi yang didasarkan pada koordinasi,
relasi, operasi, penggunaan yang tidak langsung keluar dari sifat-sifat obyek itu
sendiri yang disebut abstraksi reflektif.

Berfikir abstrak yang merupakan atribut intelegensi yang sangat penting


karena semakin tinggi tingkat kognitif (intelegensi) seseorang maka semakin
teratur (dan juga semakin abstrak) cara berfikirnya. Wiryanto berpendapat suatu
keistimewaan level-level abstraksi yang dikemukakan oleh Cifarelli tersebut
adalah bahwa level-level ini suatu tahapan untuk mendeskripsikan apakah
seseorang problem solver sadar atau tidak pada konsep-konsep tertentu selama
aktivitas pemecahan masalah mereka dan membantu mengidentifikasi apakah
seseorang problem solver menggunakan metode pemecahan masalah sebelumnya
atau menggunakan metode pemecahan masalah yang baru.

1.2.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Abstraksi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), abstraksi mempunyai arti


proses atau perbuatan memisahkan. Menurut Skemp abstraksi adalah suatu
aktivitas mental dimana seseorang tertarik memperhatikan kesamaan-kesamaan
dari pengalamannya sehari-hari.19 Sejalan dengan pendapat tersebut, Soedjadi
mengatakan bahwa abstraksi terjadi bila dari beberapa objek kemudian
„‟digugurkan‟ ciri atau sifat objek itu yang dianggap tidak penting, dan akhirnya
hanya diperhatikan atau diambil sifat penting yang dimiliki bersama. Abstraksi
berawal dari sebuah himpunan objek, kemudian objek tersebut dikelompokkan
berdasarkan sifat dan hubungan penting, kemudian digugurkan sifat dan hubungan
yang tidak penting.20 Herskowitz dkk. Mendefinisikan abstraksi merupakan suatu
aktivitas reorganisasi vertikal konsep matematika yang telah dikonstruksi
sebelumnya melalui sebuah struktur matematika yang baru.

2.2. Analisis Abstraksi

Merupakan suatu tindakan untuk mengetahui kemampuan memperoleh


intisari dari konsep matematika, menghilangkan ketergantungannya pada obyek-
obyek nyata. Berfikir abstrak yang merupakan atribut intelegensi yang sangat
penting karena semakin tinggi tingkat intelegensi seseorang maka semakin teratur
pula cara berfikirnya. Berdasarkan level-level abstraksi reflektif yang telah
dikemukakan Wiryanto menurut Cifarelli didefinisikan sebagai berikut: level
pertama adalah pengenalan (rekognition), level kedua adalah representasi
(representation), level ketiga adalah abstraksi structural (structural abstrakstion),
level ke-empat adalah kesadaran structural (structural awarenes). Karena pada
level ke-empat merupakan level tinggi, maka penelitian disini peneliti tiga level
yaitu: pengenalan (recognitif), representasi (representation), abstraksi struktural
(structural abstrakstion). Ketiga level terssebut akan diilustrasikan kriteria
abstraksi yang terbagi menjadi 3 level, 3 indikator, 8 deskriptor, dan 24
klasifikasinya. Skor kriteria abstraksi tersebut akan diolah menggunakan persen.
100% merupakan skor maksimum yang akan dicapai oleh siswa. Adapaun
pengklasifikasian poin-poin yang terkandung dalam tiga kriteria diatas ke dalam
sebuah tabel sebagai berikut:
Tabel 2.1 Kriteria Abstraksi Berdasarkan Indikator dan Deskriptor

Level Abstraksi Indikator Deskriptor Klasifikasi

1. Rekognitif 1. Pengenalan 1.Mengingat 1.Mampu


struktur kembali aktivitas mengingat dan
matematika baru sebelumnya yang mengaitkan
dengan berkaitan dengan aktivitas
mengidentifi kasi masalahyang sedang sebelumnya dengan
struktur dihadapi masalah yang
sebelumnya. sedang dihadapi
dengan benar
2.Mampu
mengingat dan
mengaitkan
aktivitas
sebelumnya dengan
masalah yang
sedang dihadapi
tetapi salah
3. Tidak mampu
mengingat dan
mengaitkan
aktivitas
sebelumnya dengan
masalah yang
sedang dihadapi
2. Mengidentifikasi 1. Mampu
aktivitas sebelumnya mengidentifikasi
yang berkaitan aktivitas
dengan masalah sebelumnya yang
yang sedang berkaitan dengan
dihadapi masalah yang
sedang dihadapi
dengan benar
2. Mampu
mengidentifikasi
aktivitas
sebelumnya
yangberkaitan
dengan masalah
yang sedang
dihadapi tetapi
salah

3. Tidak mampu
mengidentifikasi
aktivitas
sebelumnya yang
berkaitan dengan
masalah yang
sedang dihadapi
2.Representation 2.Menyatakan 1. Menyatakan hasil 1. Mampu
(representasi) masalah ke pemikiran menyatakan hasil
dalam bentuk sebelumnya dalam pemikiran
matematika bentuk symbol sebelumnya dalam
matematika, kata - bentuk simbol
kata, grafik matematika, kata-
kata, grafik dengan
benar
2.Mampu
menyatakan hasil
pemikiran
sebelumnya dalam
bentuk symbol
matematika, kata-
kata, grafik tetapi
salah
3.Tidak mampu
menyatakan hasil
pemikiran
sebelumnya dalam
bentuk simbol
matematika, kata-
kata, grafik
2.Mentransformasi 1. Mampu
struktur ke dalam Mentransformasi
model matematika struktur ke dalam
model matematika
dengan benar
2. Mampu
mentransformasi
struktur ke dalam
model matematika
tetapi salah
3. Tidak mampu
mentransformasi
struktur ke dalam
model matematika
3.Menjalankan 1.Mampu
metode solusi menjalankan
alternstif yang metode alternatif
mungkin yang mungkin
dengan benar
2.Mampu
menjalankan
metode alternatif
yang mungkin
tetapi salah
3.Tidak mampu
menjalankan
metode alternatif
yang mungkin
3. Structural 3.Membuat 1. Merefleksikan 1. Mampu
abstraction abstraksi dan aktivitas sebelumnya merefleksikan
(abstraksi representasi kepada situasi baru. aktivitas structural)
Struktural) aktifitas representasi
penyelesaian aktifitas
masalah penyelesaian
matematika masalah
matematika
kepada situasi baru
sebelumnya kepada
situasi baru dengan
benar
2. Mampu
merefleksikan
aktivitas
sebelumnya kepada
situasi baru
tetapi salah
3. Tidak mampu
merefleksikan
aktivitas
sebelumnya kepada
situasi baru.
2. Mengembangkan 1. Mampu
strategi baru untuk mengembangkan
suatu masalah, strategi baru untuk
dimana sebelumnya suatu masalah,
belum digunakan dimana sebelumnya
belum digunakan
dengan benar
2. Mampu
mengembangkan
strategi baru untuk
suatu masalah,
dimana sebelumnya
belum digunakan
tetapi salah
3. Tidak mampu
mengembangkan
strategi baru untuk
suatu masalah,
dimana sebelumnya
belum digunakan
3.Mereorganisasikan 1. Mampu
struktur masalah mereorganisasikan
matematika berupa struktur masalah
menyusun, matematika berupa
mengorganisasika n, menyusun,
dan mengorganisasikan,
mengembangkan dan
mengembangkan
dengan benar
2. Mampu
mereorganisasikan
struktur masalah
matematika berupa
menyusun,
mengorganisasikan,
dan
mengembangkan
tetapi salah
3. Tidak mampu
mereorganisasikan
struktur masalah
matematika berupa
menyusun,
mengorganisasikan,
dan
mengembangkan

2.2.1. Analisis Abstraksi Siswa Level Pengenalan (Recognitif)

Pada level pengenalan Cifarelli menyatakan bahwa problemsolver


menghadapi suatu situasi baru, dan mengingat atau mengidentifikasi aktivitas dari
situasi-situasi sebelumnya terkait dengan masalah yang sedang dihadapi.
Sehingga pada level ini terjadi mengidentifikasi suatu struktur matematika yang
telah ada sebelumnya, baik pada aktivitas yang samamaupun aktivitas
sebelumnya. Mengenali suatu struktur matematika terjadi ketika seorang siswa
menyadari bahwa suatu struktur yang telah ada dan mungkin telah digunakan
sebelumnya “melekat” pada masalah matematika/konsep dasar pecahan yang
dihadapi saat ini.

Konsep dasar metematika tersusun secara hirarkis, struktur, logis dan


sistematis mulai dari konsep yang paling sederhana sampai yang paling kompleks.
Menurut Hudojo belajar matematika merupakan kegiatan mental yang tinggi,
karena matematika berkaitan dengan ide-ide abstrak yang diberi simbol-simbol
yang tersusun secara hirarkis dan penalarannya deduktif. Untuk mempelajari
matematika haruslah bertahap, berurutan serta berdasarkan pada pengalaman
belajar yang lalu (sebelumnya). Maka dari itu belajar matematika, khususnya
perbandingan membutuhkan proses-proses sebelum terbentuknya pemahaman.
Siswa harus dapat mengaitkan konsep-konsep untuk bisa menyelesaikan
permasalahan matematika terutama pada soal yang kompleks dan memerlukan
pemahaman yang mendalam.

Merujuk pada pernyataan Ciferelli, analisis abstraksi siswa pada level


pengenalan (recognitif) siswa mampu dengan baik mengingat dan mengaitkan
aktifitas sebelumnya dengan masalah yang sedang dihadapi dengan benar dan
mampu mengidentifikasi aktivitas sebelumnya yang berkaitan dengan masalah
yang dihadapi. Sebagian lagi siswa belum mampu dengan benar mengidentifikasi
aktivitas sebelumnya untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi. Hal tersebut
bisa disebabkan karena beberapa hal diantaranya siswa kekurangan waktu dalam
menyelesaikan soal, belum menguasai atau memahami dengan baik materi
sebelumnya.

2.2.2. Analisis Abstraksi Siswa Level Reprentasi (Reprentation)

Level kedua adalah representasi (representation). Cifarelli, menjelaskan


aktivitas siswa pada level representasi sebagai berikut:

“Representation. The problem solver utilizes adiagram in resolving a


problematis sitiation to aid reflection. The problem solver is operating at
this level if more control over the solution activity is demonstrated or,
more presisely, if the solver represents this solution activity. This
reflektive level requires the individual to demonstrate a certain degree of
flexibility and control over prior activity i the sense that the activity could
mentally be “run through”.

Artinya pada level ini siswa siswa menggunakan diagram di dalam menyelesaikan
soal. Siswa mulai mempresentasikan soal kedalam bentuk matematika agar dapat
dioperasikan. Mengubah soal ke dalam bentuk matematika ini bisa dengan
mengaitkan masalah sebelumnya dengan hal-hal yang telah didapatkan siswa
sebelumnya.

2.2.3. Analisis Abstraksi Siswa Level Abstraksi Struktural (Structural


Abstraction)

Level ketiga adalah abstraksi struktural (structural abstraction). Cifarelli,


menjelaskan aktivitas pada level abstraksi struktural sebagai berikut.

“Structural abstraction. At this level, a problem solver is able to distance


himself or herself from the activity in such a manner that he or she could
reflect on and make abstraction from the re-presentation of solution
activity. This also suggests that the problem solver is able to reflect on
potential, as well as, prior activity”.

Artinya siswa mampu membuat abstraksi dan representasi aktivitas penyelesaian.


Siswa juga mampu untuk merefleksi potensial dari aktivitas sebelumnya. Siswa
mampu memproyeksikan dan mereorganisasi struktur yang diciptakan dari
aktivitas dan interpretasi siswa sendiri kepada suatu situasi baru.

Struktur matematika yang ada diproyeksikan dan direorganisasikan,


sehingga menambah kedalaman pengetahuan siswa sendiri. Reorganisasi dari
konsep matematika merupakan aktivitas mengumpulkan, menyusun,
mengorganisasi, mengembangkan unsur-unsur matematis menjadi unsur baru.
Baru dimaksudkan menyatakan sebagai hasil abstraksi, siswa dalam sebuah
aktivitas merasakan sesuatu yang sebelumnya tidak dapat mereka peroleh. Dalam
pemecahan masalah,subjek mampu memecahkan masalah yang baru dengan
menggunakan koordinasi-koordinasi tertentu dari struktur-struktur yang telah
dibangun dan direorganisasikan oleh subjek tersebut, tetapi kita tidak tahu apakah
subjek sadar atau tidak sadar dalam hal ini.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

1. Level Pengenalan (Recognitif)

Siswa yang memiliki skor baik mampu dengan baik mengingat dan mengaitkan
aktivitas sebelumnya dengan masalah yang sedang dihadapi dengan benar dari
ketiga soal tersebut. Siswa yang mempunyai skor yang cukup mampu dengan baik
mengingat dan mengaitkan aktivitas sebelumnya dengan masalah yang sedang
dihadapi dengan benar dari ketiga soal. Namun untuk siswa yang memliki skor
yang kurang belum mampu mengingat dan mengaitkan aktivitas sebelumnya
dengan masalah yang sedang dihadapi dengan benar dari ketiga soal.

2. Level Representasi (Representation)

Siswa yang memiliki skor baik mampu dengan baik menyatakan hasil
pemikirannya dalam bentuk matematika, kata-kata, grafik dengan benar, mampu
menjalankan alternatif metode yang digunakan untuk menyelesaikan masalah
yang sedang dihadapi. Sebagian siswa lainnya belum mampu mengingat dan
mengaitkan aktivitas sebelumnya dengan masalah yang sedang dihadapi dengan
benar dari ketiga soal tersebut.

3. Level Abstraksi Struktural (Structural Abstraction)

Kemampuan abstraksi siswa dalam menyelesaikan materi pokok perbandingan


pada level abtraksi struktural siswa yang memiliki skor baik mampu membuat
abstraksi dan repesentasi penyelesaian matematika, mampu mengembangkan
strategi baru untuk masalah yang sedang dihadapi dan mampu mereorganisasikan
dengan benar. Sebagian lagi siswa belum mampu membuat abstraksi dan
repesentasi penyelesaian matematika, mampu mengembangkan strategi baru
untuk masalah yang sedang dihadapi dan belum mampu mereorganisasikan
dengan benar.
3.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka terdapat beberapa saran yang dikemukakan


oleh penulis yaitu sebagai berikut:

Hendaknya makalah ini dijadikan sebagai kajian dan dikembangkan untuk


melakukan penelitian di tempat dan pada subjek lain dengan catatan kekurangan-
kekurangan yang ada dalam penelitian ini hendaknya dijadikan sebagai catatan
untuk diperbaiki.
DAFTAR PUSTAKA

Ag., Moch Masyur, Abdul Hakim Fathoni. 2007. Mathematica Intelegence.


Jogyakarta: Arruzz Media.

Uno, Hamzah B.. 2007. Model Pembelajaran: Menciptakan ProsesBelajara


Mengajar Yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Usman, Uzer. 2011. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.

Walida, Sikky El dan Anies Fuady. 2017. Level Abstraksi Refleksi Mahasiswa
dalam Pemecahan Masalah Matematika. SSN : 2442–4668.

Wiryanto. 2014. Level-Level Abstraksi Dalam Menyelesaikan Masalah


Matematika. Jurnal Pendidikan Teknik Elektro, Vol. 03
SOAL

Analisis Abstraksi Siswa Level Rekognitif , Analisis Level Representation


(Representasi) , dan Analisis Abstraksi Struktural (Structural Abstraction)

Soal Nomor 1 : Suatu pekerjaan dapat diselesaikan oleh 12 orang dalam 15 hari.
Karena suatu hal pekerjaan tersebut harus selesai dalam 9 hari. Berapa banyak
pekerja tambahan supaya pekerjaan tersebut selesai tepat waktu?

Soal Nomor 2 : Nisa dapat menempuh jarak 90 km dalam waktu 2 jam 40 menit
dengan mengendarai mobil. Berapa jarak yang ditempuh Nisa selama 4 jam
dengan mengendarai mobil?

Soal Nomor 3 : Perbandingan uang Nurul dan Eky adalah 2 : 5, sedangkan


perbandingan uang Eky dan Maria adalah 3 : 4. Jika jumlah uang mereka Rp
820.000,00. Berapakah selisih uang Nurul dan Maria.

Anda mungkin juga menyukai