RANCANGAN
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR ……………………………………
TENTANG
SATUAN PEMERIKSA INTERNAL RUMAH SAKIT
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG SATUAN
PEMERIKSA INTERNAL INTERNAL INTERNAL RUMAH SAKIT
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Satuan Pemeriksa internal yang selanjutnya disebut SPI adalah
unsur organisasi di Rumah Sakit yang bertugas melaksanakan
pemeriksaan melalui pemeriksaan kinerja internal rumah sakit.
2. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,
dan gawat darurat.
3. Kepala atau Direktur Rumah Sakit adalah pimpinan tertinggi
dengan nama jabatan Kepala, Direktur Utama atau Direktur.
4. Audit Pemeriksaan kinerja internal Rumah Sakit adalah proses
indentifikasi masalah, analisa, dan evaluasi bukti yang dilakukan
secara independen, objektif dan profesional untuk menilai
kebenaran, kecermatan, kredibilitas, efektifitas, efisiensi, dan
kedalaman informasi pelaksanaan tugas dan fungsi rumah sakit.
5. Pemeriksaan internal Kinerja adalah pengukuran kinerja berkala
yang meliputi kinerja pelayanan/operasional dan kinerja keuangan
melalui suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan
mengevaluasi bukti secara obyektif atas kinerja organisasi,
program, fungsi, atau aktivitas/kegiatan.
-3-
Pasal 2
(1) Setiap rumah sakit harus membentuk SPI.
(2) SPI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan organisasi non
struktural Rumah Sakit yang berkedudukan dibawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Rumah Sakit atau Direktur
Rumah Sakit.
BAB II
TUGAS, FUNGSI DAN WEWENANG
Pasal 3
(1) SPI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) bertugas
melaksanakan pemeriksaan kinerja internal rumah sakit.
(2) Selain bertugas melaksanakan pemeriksaan internal, pemeriksa
internal sebagaimana dimaksud pada ayat (1), SPI pada Rumah
Sakit milik Pemerintah Pusat dapat melaksanakan pemeriksaan
dengan tujuan tertentu.
(3) Dalam menjalankan pemeriksaan audit kinerja internal sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) SPI memiliki fungsi :
a. pemantauan dan evaluasi pelaksanaan manajemen risiko di
unit kerja rumah sakit;
b. penilaian terhadap sistem pengendalian, pengelolaan, dan
pemantauan efektifitas dan efisiensi sistem dan prosedur
-4-
BAB III
SUSUNAN ORGANISASI
Pasal 4
(1) Organisasi SPI paling sedikit terdiri atas :
a. kepala SPI;
b. 1 (satu) orang sekretaris merangkap anggota; dan
c. anggota.
(2) anggota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, dapat
disesuaikan dengan beban kerja atau kebutuhan rumah sakit.
Pasal 5
(1) Kepala SPI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a
memiliki kualifikasi:
a. paling rendah pendidikan Sarjana (S1);
b. berpengalaman di bidang manajemen rumah sakit;
c. memiliki pengetahuan dalam pengelolaan keuangan rumah
sakit;
-5-
Pasal 6
(1) Kepala dan anggota SPI diangkat atau diberhentikan oleh kepala
Rumah Sakit atau direktur Rumah Sakit, dan ditetapkan dalam
suatu Keputusan kepala Rumah Sakit atau direktur Rumah Sakit.
(2) Ketentuan mengenai tatacara pengangkatan dan pemberhentian
diatur lebih lanjut dalam Peraturan Internal yang ditetapkan oleh
kepala Rumah Sakit atau direktur Rumah Sakit.
BAB IV
TATA KERJA
Bagian Kesatu
Pedoman Pemeriksa internal
Pasal 8
SPI dalam melakukan pemeriksaan internal rumah sakit berpedoman
pada Pedoman Pemeriksa internal Rumah Sakit yang tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.
-6-
Bagian Kedua
Pelaporan Dan Tindak Lanjut
Pasal 9
SPI wajib melaporkan hasil pemeriksaan internal kepada kepala Rumah
Sakit atau direktur Rumah Sakit.
Pasal 10
kepala Rumah Sakit atau direktur Rumah Sakit menindaklanjuti hasil
laporan pemeriksaan internal SPI sebagai bahan evaluasi kinerja rumah
sakit untuk pengambilan kebijakan.
BAB V
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 11
(1) Kementerian Kesehatan, Pemerintah Provinsi, Pemerintah
Kabupaten/Kota melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap
pelaksanaan ketentuan penyelenggaraan SPI sesuai tugas dan
fungsi masing-masing.
(2) Kementerian Kesehatan, Pemerintah Provinsi, Pemerintah
Kabupaten/Kota dalam melakukan pembinaan dan pengawasan
dapat melibatkan asosiasi terkait.
(3) Pembinaan dan pengawasan diarahkan untuk meningkatkan mutu
pengawasan internal dan mutu pelayanan rumah sakit.
(4) Pembinaan dapat dilaksanakan dalam bentuk fasilitasi, konsultasi,
pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan, serta
monitoring dan evaluasi.
BAB VI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 12
Rumah Sakit yang telah memiliki SPI sebelum peraturan Menteri ini
berlaku harus menyesuaikan dengan ketentuan sebagaiamana diatur
dalam Peraturan Menteri ini dalam jangka waktu paling lambat 1 (satu)
tahun sejak diundangkannya Peraturan Menteri ini.
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
-7-
Pasal 13
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
WIDODO EKATJAHJANA
Direktur Pelayanan Kepala Biro Hukum dan Dirjen Pelayanan Sekretaris Jenderal
Kesehatan Tradisional Organisasi Kesehatan Kementerian
-8-
Kesehatan
Tanggal Tanggal Tanggal Tanggal
Paraf Paraf Paraf Paraf
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR
TENTANG SATUAN PEMERIKSA INTERNAL
RUMAH SAKIT
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pemeriksa internal rumah sakit merupakan salah satu kegiatan manajemen rumah
sakit yang penting dalam rangka mewujudkan tata kelola rumah sakit yang baik (good
corporate governance). Kegiatan pemeriksaan internal dimaksudkan untuk memastikan
terlaksananya penyelenggaraan tata kelola rumah sakit yang baik, efisien dan efektif
serta ekonomis sesuai dengan standar yang berlaku. Kegiatan pemeriksaan internal
-9-
Rumah Sakit dilaksanakan oleh Satuan Pemeriksa Internal Rumah Sakit yang khusus
dibentuk untuk itu.
SPI merupakan salah satu unsur organisasi non struktural bertugas melaksanakan
pemeriksaan internal kinerja Rumah Sakit meliputi pelaksanaan manajemen pelayanan,
penunjang, umum dan sumber daya manusia, serta pengawasan manajemen keuangan.
Agar dalam pelaksanaan pemeriksaan internal di Rumah Sakit dapat berjalan sesuai
standar pemeriksaan internal yang berlaku, perlu ditetapkan suatu pedoman teknis yang
dapat dijadikan acuan oleh SPI Rumah Sakit yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri
Kesehatan.
B. TUJUAN
Tujuan Pedoman Penyelenggaraan SPI Rumah Sakit ini adalah sebagai acuan bagi
penyelenggara rumah sakit dalam mengelola rumah sakit dan standar bagi pemeriksa
internal pada SPI Rumah Sakit dalam melaksanakan penyusunan perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, pelaporan dan pemantauan dalam rangka pengendalian
internal.
BAB II
ORGANISASI DAN TATA KERJA
A. ORGANISASI
1. Struktur Organisasi.
Organisasi SPI sesuai dengan tugas dan peranannya berada langsung dibawah
komando kepala Rumah Sakit atau direktur Rumah Sakit tujuannya agar komunikasi dapat
dilakukan secara langsung dan dapat menjamin independensi pengawasan dan terhindar
dari pengaruh tekanan dari jabatan tertentu di Rumah Sakit. Kegiatan pemeriksaan
internal dapat dilaksanakan oleh Pemeriksa internal yang diangkat dan diberhentikan oleh
kepala Rumah Sakit atau direktur Rumah Sakit sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku pada kepegawaian rumah sakit. SPI harus mengelola dan
memanfaatkan sumber daya yang dimiliki secara ekonomis, efisien dan efektif, serta
memprioritaskan alokasi sumber daya tersebut pada kegiatan yang mempunyai risiko
besar yang dapat mempengaruhi tujuan rumah sakit.
Sumber daya yang harus dikelola SPI meliputi sumber daya manusia, keuangan dan
peralatan. Sumber daya tersebut harus dikelola sesuai dengan praktik-praktik pengelolaan
yang sehat. Keterbatasan sumber daya tidak dapat dijadikan alasan bagi SPI untuk tidak
memenuhi Standar Pemeriksa Internal. Apabila ada keterbatasan sumber daya yang
dimiliki SPI, maka dampak keterbatasan sumber daya ini harus dikomunikasikan oleh SPI
kepada Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit.
Struktur Organisasi SPI paling sedikit terdiri dari:
a. Kepala SPI
Kepala SPI adalah pegawai rumah sakit/individu yang dipandang memiliki kecakapan
dalam mengelola organisasi SPI dan mampu bertindak sebagai pengendali mutu
-10-
b. Sekretaris
Sekretaris SPI ditetapkan oleh kepala Rumah Sakit atau direktur Rumah Sakit dan dapat
merangkap sebagai anggota SPI, kualifikasi yang diperlukan seorang sekretaris sama
dengan kualifikasi yang juga dimiliki oleh anggota SPI.
c. Anggota
Jumlah anggota SPI dapat disesuaikan dengan beban kerja atau kebutuhan rumah sakit.
Seorang anggota SPI memiliki kualifikasikasi pendidikan sekurang- kurangnya Diploma III,
Cakap, jujur, memiliki moral, etik dan integritas yang tinggi, berpengalaman di bidang
manajemen rumah sakit, memiliki pengetahuan dalam pengelolaan keuangan rumah
sakit, dan tidak merangkap jabatan di lingkungan Rumah Sakit. Dalam melaksanakan
pekerjaannya, keanggotaan SPI tidak boleh memiliki konflik kepentingan.
4. Pelaporan
a. SPI wajib melaporkan hasil pemeriksaan kepada kepala Rumah Sakit atau direktur Rumah
Sakit.
b. SPI harus menjamin tersusunnya laporan hasil pemeriksaan yang diterbitkan dalam batas
waktu pelaksanaan pemeriksaan internal yang direncanakan.
c. Laporan Hasil Pemeriksaan harus tertulis dan memuat: judul kegiatan pemeriksaan, nomor
laporan hasil pemeriksaan, nama-nama pemeriksa internal, waktu pelaksanaan
pemeriksaan, pernyataan pemeriksa internal bahwa pemeriksaan telah dilaksanakan
sesuai standar pemeriksa internal, pernyataan pemeriksa utama bahwa isi laporan
pemeriks telah dipahami dan kesanggupan untuk menindak-lanjuti hasil pemeriksaan,
ringkasan laporan, daftar risiko dari topik-topik yang diperiksa, dan laporan rinci setiap
topik.
d. Laporan hasil pemeriksaan disampaikan kepada Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah
Sakit dan objek pemeriksaan, serta tembusan diserahkan kepada para pihak sesuai dengan
kebijakan internal rumah sakit.
e. SPI wajib menyusun dan menyampaikan laporan secara berkala tentang realisasi kinerja
dan kegiatan pemeriksaan dilaksanakan SPI.
-15-
BAB III
STANDAR PEMERIKSA INTERNAL KINERJA RUMAH SAKIT
A. STANDAR UMUM
1. Ruang Lingkup Pemeriksa Internal
Pemeriksaan internal meliputi pemeriksaan kinerja pelayanan/operasional
dan pemeriksaan kinerja keuangan. Pemeriksaan Kinerja Pelayanan pada dasarnya
adalah pemeriksaan yang dilaksanakan untuk mengukur kinerja administrasi
pelayanan mulai dari pemeriksa atas aktivitas perencanaan sampai dengan
dihasilkannya output kegiatan pelayanan melalui penilaian efisiensi, efektifitas,
keekonomisan, dan kepatutan serta kepatuhan terhadap ketentuan peraturan
perundang-undangan dalam penyelenggaraan pelayanan di rumah sakit.
Pemeriksaan kinerja pelayanan/operasional meliputi pemeriksaan atas
kinerja pengelolaan administrasi pelayanan rawat jalan, rawat inap, gawat darurat,
pelayanan penunjang dan pelayanan umum lainnya. Pemeriksaan Kinerja
Keuangan pada dasarnya adalah pemeriksaan yang dilaksanakan untuk mengukur
kinerja pengelolaan administrasi keuangan mulai dari pemeriksaan atas aktivitas
perencanaan sampai dengan dihasilkannya output kegiatan pelayanan melalui
penilaian efisiensi, efektifitas, keekonomisan, dan kepatutan serta kepatuhan
terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan dalam penyelenggaraan
administrasi keuangan rumah sakit. Pemeriksaan Kinerja Keuangan meliputi
pemeriksaan atas kinerja pengelolaan administrasi keuangan dan sistem
pengamanan aset rumah sakit.
Kepala SPI bertanggung jawab langsung kepada kepala Rumah Sakit atau direktur
Rumah Sakit agar independensi pelaksanaan pemeriksaan internal dapat terpenuhi.
Posisi SPI ditempatkan secara tepat sehingga bebas dari intervensi, dan
memperoleh dukungan yang memadai dari Kepala Rumah Sakit atau Direktur
Rumah Sakit sehingga dapat bekerja sama dengan sesama anggota SPI dan
melaksanakan pekerjaan dengan leluasa.
b. Kompetensi
Pemeriksa internal harus mempunyai pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi lainnya
yang diperlukan untuk melaksanakan tanggung jawabnya. Kepala SPI harus yakin bahwa
latar belakang pendidikan dan kompetensi teknis pemeriksa internal, memadai untuk
pekerjaan pemeriksa internal yang akan dilaksanakan. Oleh karena itu, Kepala SPI wajib
menciptakan kriteria yang memadai tentang pendidikan dan pengalaman dalam mengisi
posisi pemeriksa internal di lingkungan SPI.
2) Kompetensi Teknis
Kompetensi teknis yang harus dimiliki oleh pemeriksa internal
adalah ketrampilan pemeriksa internal secara profesional dengan
semua persyaratan yang ditetapkan oleh kelompok profesi
pemeriksa internal. Di samping wajib memiliki keahlian tentang
Standar Pemeriksa internal, prosedur dan praktik-praktik
pemeriksa internal, pemeriksa internal harus memiliki keahlian
yang memadai tentang lingkungan pelayanan kesehatan rumah
sakit. Dalam hal pemeriksa internal melakukan pemeriksa internal
terhadap sistem keuangan, catatan akuntansi dan laporan
keuangan, maka pemeriksa internal diharapkan mempunyai
keahlian atau mendapatkan pelatihan di bidang akuntansi, dan
ilmu-ilmu lainnya yang terkait dengan akuntabilitas pemeriksa
internal internal. SPI pada dasarnya berfungsi melakukan
pemeriksaan internal di bidang pengelolaan manajemen rumah
sakit, sehingga pemeriksa internal diharapkan memiliki
pengetahuan yang berkaitan dengan kegiatan manajemen rumah
sakit. Pemeriksa internal juga diharapkan memiliki pengetahuan
yang memadai di bidang hukum dan pengetahuan lain yang
diperlukan untuk mengidentifikasi indikasi adanya kecurangan
(fraud).
Kepala dan pemeriksa internal SPI wajib memiliki keterampilan
dalam berhubungan dengan orang lain dan mampu berkomunikasi
secara efektif, terutama dengan objek pemeriksaannya. Mereka
wajib memiliki kemampuan dalam berkomunikasi secara lisan dan
tulisan, sehingga mereka dapat dengan jelas dan efektif
-19-
2. Supervisi;
Setiap tahap dalam proses kegiatan pemeriksaan internal, pekerjaan
pemeriksa internal harus disupervisi secara memadai untuk memastikan
tercapainya sasaran, terjaminnya kualitas, dan meningkatnya kemampuan
pemeriksa internal. Supervisi harus dilakukan secara terus-menerus selama
proses pemeriksaan internal, mulai dari perencanaan hingga diterbitkannya
laporan pemeriksa internal.
Supervisi harus diarahkan baik pada substansi maupun metodologi
pemeriksa internal dengan tujuan antara lain untuk mengetahui:
a. pemahaman anggota tim pemeriksa internal atas rencana pemeriksaan
internal;
b. kesesuaian pelaksanaan pemeriksaan internal dengan standar pemeriksaan
internal;
c. kelengkapan bukti yang terkandung dalam kertas kerja pemeriksaan untuk
mendukung kesimpulan dan rekomendasi sesuai dengan jenis pemeriksaan
internal;
d. kelengkapan dan akurasi laporan pemeriksaan yang mencakup terutama
pada kesimpulan tim pemeriksa internal dan rekomendasi sesuai dengan
jenis pemeriksaan internal.
Semua pekerjaan anggota tim pemeriksa internal harus direviu oleh ketua
tim; demikian pula dengan semua pekerjaan ketua tim pemeriksa internal harus
-24-
direviu oleh Kepala SPI sebelum laporan pemeriksa internal dibuat. Reviu oleh
Kepala SPI pada aktivitas pemeriksa internal kinerja harus dilakukan secara
periodik agar menjamin bahwa perkembangan pemeriksaan internal masih
efisien, efektif, mendalam, obyektif, dan sesuai dengan ketentuan. Hal ini
dilakukan untuk memastikan bahwa:
a. tim pemeriksa internal memahami tujuan dan rencana pemeriksa internal;
b. pemeriksa internal dilaksanakan sesuai dengan standar pemeriksa
internal;
c. prosedur pemeriksa internal telah diikuti;
d. kertas kerja pemeriksa internal memuat bukti-bukti yang mendukung
temuan dan rekomendasi;
e. tujuan pemeriksa internal telah dicapai.
b. Pengujian bukti.
Pemeriksa internal harus menguji bukti pemeriksaan internal yang
dikumpulkan.
1) Pengujian bukti dimaksudkan untuk menilai kesahihan bukti yang
dikumpulkan selama pekerjaan pemeriksaan internal, yaitu
kesesuaian antara informasi yang terkandung dalam bukti tersebut
dengan kriteria yang berlaku. Teknik pemeriksaan internal yang
digunakan meliputi konfirmasi, inspeksi, pembandingan, penelusuran
hingga bukti asal, dan bertanya (wawancara).
2) Selain untuk mendukung kesimpulan pemeriksaan atas kinerja
pemeriksa internal, bukti yang dikumpulkan dan diuji juga bukti yang
mendukung adanya kelemahan dalam sistem pengendalian intern serta
bukti yang mendukung adanya ketidakefisienan, ketidakefektifan,
ketidakekonomisan, dan ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan
perundang-undangan, serta ketidakpatutan (abuse).
4. Pengembangan Temuan;
Pemeriksa internal harus mengembangkan temuan yang diperoleh selama
pelaksanaan pemeriksaan internal.
a. Temuan dalam sebuah pemeriksaan internal berupa ketidak sesuaian
antara kondisi/pelaksanaan dengan kriteria yang seharusnya yang dapat
-26-
5. Dokumentasi;
Pemeriksa internal harus menyiapkan dan menatausahakan dokumen
pemeriksaan internal dalam bentuk kertas kerja pemeriksaan internal. Dokumen
tersebut harus disimpan secara tertib dan sistematis agar dapat secara efektif
diambil kembali, dirujuk, dan dianalisis.
C. STANDAR PELAPORAN
Standar pelaporan merupakan acuan bagi penyusunan laporan hasil
pemeriksaan internal yang merupakan tahap akhir kegiatan pemeriksaan internal,
untuk mengkomunikasikan hasil pemeriksaan tersebut kepada objek pemeriksaan dan
pihak lain yang terkait. Standar pelaporan mencakup:
1. Kewajiban Membuat Laporan
Laporan hasil pemeriksa internal merupakan hasil akhir dari proses pemeriksa internal.
Laporan hasil pemeriksa internal berguna antara lain untuk:
a. mengkomunikasikan hasil pemeriksa internal kepada pemeriksa internal
internal internal dan pihak lain yang berwenang berdasarkan peraturan
perundang-undangan;
b. menghindari kesalahpahaman atas hasil pemeriksa internal;
c. menjadi bahan untuk melakukan tindakan perbaikan bagi pemeriksa internal
internal internal dan instansi terkait; dan
d. memudahkan pemantauan tindak lanjut untuk menentukan pengaruh tindakan
perbaikan yang semestinya telah dilakukan.
e. untuk melaksanakan pertanggungjawaban atas program menghendaki bahwa
laporan hasil pemeriksa internal disajikan dalam bentuk yang mudah diakses.
-28-
4. Kualitas Laporan
Laporan hasil pemeriksa internal kinerja harus tepat waktu, lengkap,
akurat, obyektif, meyakinkan, serta jelas, dan seringkas mungkin.
a. Tepat Waktu
Agar suatu informasi bermanfaat secara maksimal, maka laporan hasil
pemeriksaan internal harus tepat waktu. Laporan yang dibuat dengan hati-
hati tetapi terlambat disampaikan, nilainya menjadi kurang bagi
pengguna laporan tersebut. Oleh karena itu, pemeriksa internal harus
-29-
j. Ringkasan Laporan
Apabila diperlukan, pemeriksa internal dapat membuat ringkasan
laporan untuk menyampaikan informasi yang penting sehingga
diperhatikan oleh pengguna laporan hasil pemeriksa internal.
Ringkasan tersebut memuat jawaban terhadap sasaran pemeriksaan
internal, temuan-temuan yang paling material, dan rekomendasi.
k. Pengorganisasi Laporan
Pengorganisasian laporan secara logis, keakuratan dan ketepatan
dalam menyajikan fakta, merupakan hal yang penting untuk memberi
kejelasan dan pemahaman bagi pengguna laporan hasil pemeriksa
internal. Penggunaan judul, sub judul, dan kalimat topik (utama) akan
membuat laporan lebih mudah dibaca dan dipahami. Alat bantu visual
(seperti gambar, bagan, grafik, dan peta) dapat digunakan untuk menjelaskan
dan memberikan resume terhadap suatu masalah yang rumit.
l. Ringkas
Laporan yang ringkas adalah laporan yang tidak lebih panjang daripada
yang diperlukan untuk menyampaikan dan mendukung pesan. Laporan
yang terlalu rinci dapat menurunkan kualitas laporan, bahkan
dapat menyembunyikan pesan yang sesungguhnya dan dapat
membingungkan atau mengurangi minat pembaca. Pengulangan yang
tidak perlu juga harus dihindari. Meskipun banyak peluang untuk
mempertimbangkan isi laporan, laporan yang lengkap tetapi ringkas, akan
mencapai hasil yang lebih baik.
tindak lanjut dimaksudkan untuk menegaskan bahwa pejabat dari objek pemeriksaan
bertanggung jawab untuk menindaklanjuti temuan dan rekomendasi tim pemeriksaan internal.
Penegasan ini diperlukan agar pihak objek pemeriksaan dapat mengambil tindakan konkrit
sesegera mungkin. Kesalahan atau kekeliruan yang tidak segera diperbaiki dapat memperburuk
keadaan yang pada akhirnya dapat menimbulkan kerugian yang lebih besar. Sebelum kegiatan
pemeriksaan internal berakhir, pemeriksa internal harus memperoleh pernyataan atau
penegasan tertulis dari pejabat objek pemeriksaan bahwa hasil pemeriksaan internalnya akan
ditindaklanjuti.
2. Prosedur Pemantauan
Pemeriksa internal harus memantau dan mendorong tindak lanjut atas temuan
beserta rekomendasi. Pemeriksa internal harus mendokumentasikan data temuan
pemeriksaan internal untuk keperluan pemantauan tindak lanjut dan memutakhirkan data
temuan pemeriksaan internal sesuai dengan informasi tentang tindak lanjut yang telah
dilaksanakan oleh pejabat dari objek pemeriksaan. Pemantauan dan penilaian tindak
lanjut bertujuan untuk memastikan bahwa tindakan yang tepat telah dilaksanakan oleh
mereka sesuai rekomendasi. Manfaat pemeriksaan internal tidak hanya terletak pada
banyaknya temuan yang dilaporkan, namun juga terletak pada efektifitas tindak lanjut
temuan tersebut. Temuan yang tidak ditindaklanjuti dapat merupakan indikasi lemahnya
pengendalian dari pejabat objek pemeriksaan dalam mengelola sumber daya yang
diserahkan kepadanya.
Apabila mereka telah menindaklanjuti temuan dengan cara yang berlainan dengan
rekomendasi yang diberikan, pemeriksa internal harus menilai efektifitas penyelesaian
tindak lanjut tersebut. Pemeriksa internal tidak harus memaksakan rekomendasinya
ditindaklanjuti namun harus dapat menerima langkah lain yang ternyata lebih efektif. Pada
saat pelaksanaan kegiatan pemeriksa internal, pemeriksa internal harus memeriksa
tindak lanjut atas rekomendasi tim pemeriksa internal sebelumnya. Apabila terdapat
rekomendasi yang belum ditindaklanjuti, pemeriksa internal harus memperoleh
penjelasan yang cukup mengenai sebab rekomendasi belum dilaksanakan, dan selanjutnya
pemeriksa internal wajib mempertimbangkan kejadian tersebut dalam program
pemeriksaan internal yang akan disusun. Demikian pula terhadap tindak lanjut yang sudah
dilaksanakan harus pula menjadi perhatian dalam penyusunan program pemeriksaan
internal. Pemeriksa internal harus menilai pengaruh temuan pemeriksa internal yang tidak
atau belum ditindaklanjuti terhadap simpulan atau pendapat atas pemeriksaan internal
yang sedang dilaksanakan.
3. Status Temuan
Pemeriksa internal harus melaporkan status temuan beserta rekomendasi tim
pemeriksaan internal sebelumnya yang belum ditindaklanjuti. Pemeriksa internal harus
mengidentifikasi status temuan pemeriksaan internal guna menunjang penyusunan
laporan status temuan. Hal tersebut dilakukan dalam upaya penuntasan tindak lanjut
temuan. Laporan status temuan disampaikan pemeriksa internal kepada pihak yang
-35-
BAB IV
PENUTUP
Dengan ditetapkannya Pedoman Pemeriksa Internal Rumah Sakit ini diharapkan semua
rumah sakit segera membentuk SPI dan mengimplementasikan tugas, fungsi dan
kewenangannya sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Peraturan Menteri ini. SPI rumah
sakit diharapkan agar selalu meningkatkan kinerja dalam lingkup tugas dan fungsinya untuk
mendukung terwujudnya tata kelola rumah sakit yang baik (good corporate governance).
Segala sesuatu yang belum dirinci secara jelas dalam Pedoman ini, bila dipandang perlu
dapat dikembangkan dan ditetapkan oleh kepala Rumah Sakit atau direktur Rumah Sakit
sepanjang bertujuan untuk memperjelas dan tidak bertentangan dengan ketentuan dalam
Peraturan Menteri ini.
MENTERI KESEHATAN