Anda di halaman 1dari 17

Portofolio 1

VA R I S E L A

Oleh:
dr. Nurul Ramadhani Umareta

Pendamping:
dr. Fera Novisarlita

Wahana:
Puskesmas
Tanjung Enim

KOMITE INTERNSIP DOKTER INDONESIA


PUSAT PERENCANAAN DAN PENDAYAGUNAAN SDM
KESEHATAN BADAN PPSDM KESEHATAN
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
2017
PORTOFOLIO
Kasus 1

HALAMAN PENGESAHAN

Portofolio yang berjudul:

VA R I S E L A
Oleh:
dr. Nurul Ramadhani Umareta

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat guna menyelesaikan
program internsip dokter Indonesia di wahana Puskesmas Tanjung Enim periode
10 Juli 2016 – 08 November 2017

Tanjung Enim, September 2017


Pembimbing,

dr. Fera Novisarlita


PORTOFOLIO
Kasus 1

Topik : Varisela
Tanggal (Kasus) : 6 September 2017 Presenter: dr. Nurul Ramadhani
Umareta
Tanggal Presentasi : September 2017 Pendamping: dr. Fera Novisarlita
Tempat Presentasi : Puskesmas Tanjung Enim
Objektif presentasi :
Keilmuan  Ketrampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Seorang laki-laki usia 27 tahun datang dengan keluhan timbul
Deskripsi : lepuh-lepuh kecil kemerahan di badan sejak ± 2 hari yang lalu dan
disertai demam.
Tujuan : Menegakkan diagnosa dan penatalaksanaan varisela
Bahan bahasan : Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit
Cara membahas : Diskusi Presentasi dan diskusi E-mail Pos
Data pasien : Nama: Tn. T, Laki-laki,27 tahun No. Registrasi: -

Telp : -
Nama Klinik : Poliklinik Umum Puskesmas Tanjung Enim
Terdaftar sejak : -
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis/Gambaran Klinis:
± 5 hari yang lalu pasien mengalami demam disertai dengan rasa lemah badan,
demam timbul sepanjang hari, hilang jika minum obat penurun panas. Pasien juga
mengeluh tenggorokan terasa gatal dan batuk, dahak (-) darah (-). ± 2 hari yang
lalu, pasien mengeluh timbul lepuh-lepuh kecil kemerahan di badan. Awalnya
timbul bentol-bentol kemerahan pada daerah dada yang kemudian menyebar ke
leher, wajah, punggung, perut dan lengan. Bentol-bentol merah kemudian berubah
menjadi lepuh dan berisi cairan. Pasien juga mengeluh ada rasa gatal pada daerah
yang terdapat lepuh, rasa nyeri disangkal penderita. Menurut keterangan pasien,
adik pasien juga menderita penyakit yang sama 2 minggu yang lalu. Pasien belum
pernah berobat ke dokter ataupun mendapat pengobatan. Pasien kemudian datang
ke Puskesmas Tanjung Enim untuk mendapat pengobatan.
2. Riwayat Pengobatan:
Pasien mengaku membeli obat demam, keluhan demam berkurang namun timbul
kembali jika obat tidak di konsumsi..
3. Riwayat Kesehatan/Penyakit
− Pasien belum pernah mendapat sakit seperti ini.
− Riwayat penyakit hati, ginjal, jantung, diabetes melitus disangkal oleh pasien.
− Riwayat alergi pada pasien disangkal
4. Riwayat Keluarga
− Riwayat dengan keluhan yang sama pada keluarga ada, yaitu adik pasien
− Riwayat alergi pada keluarga disangkal
5. Riwayat Pekerjaan: Wiraswasta
6. Lain-lain : -
Daftar Pustaka
1. Djuanda Adhi, dkk. Varisela. Dalam: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin; edisi
Keenam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2011. H.115-116.
2. Harahap Marwali. Varisela. Dalam: Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates; 2000.
H.94-96.
3. Rassner, Steinert. Penyakit virus varisela-zoster. Dalam: Buku Ajar dan Atlas
Dermatologi; edisi 4. Jakarta: EGC; 1995. H.44-45.
4. Hassan Rusepno, Alatas Husein. Varisela (cacar air,”chicken pox”). Dalam: Buku
Ajar Ilmu Kesehatan Anak, jilid 2. Jakarta: INFOMEDIKA; 2007. P.637-640.
5. White David, Fenner Frank. Varicella-zoster virus. In: Medical Virology; Fourth
Edition. United Kingdom: Academic Press; 1994. P.330-334.
6. Siregar RS. Varisela. Dalam: Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit; edisi 2.
Jakarta: EGC; 2004. H. 88-84.
7. Lichenstein R. 2002 Oct 21. Pediatrics: Chicken vox or varicella. (serial on the
internet). 2013 (cited 2013 Jun 16):(about 4p). Available from:
http://www.emedicine.com.
8. Anonymous. Varicella zoster virus (VZV). (homepage on the internet). 2013 (cited
2013 Jun 14):(about 8p). Available from: http://www.bio-
rad.com/prd/de/DE/CDG/PDP/LRLEAK15/Varicella-Zoster-Virus-(VZV).
9. Straus, Stephen E. Oxman, Michael N. Schmader, Kenneth E. Varicella. In:
Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine; seventh edition, vol 1 and 2. 2008.
P.1885-1895.
10. Anonymous. Varicella zoster virus infection face pictures. (homepage on the
internet). 2013 (cited 2013 Jun 15):(about 9p). Available from:
http://www.emedicinehealth.com/image-gallery/varicella-zoster_viru/images.htm.
11. Anonymous. Varicella zoster virus-chicken pox. (serial on the internet). 2013 (cited
2013 Jun 15):(about 9p). Available from: http://health.howstuff works.com/skin-
care/problems/medical/htm.
12. Anonymous. Varicella. (homepage on the internet). 2013 (cited 2013 Jun 14):(about
8p). Available from: www.cdc.gov/vaccines/pubs/pinkbook.
13. Anonymous. 2009. Varicella (chickenpox). (homepage on the internet). 2013 (cited
2013 Jun 17):(about 6p). Available from: http://www.ncirs.edu.au/
immunisation/fact-sheets.
14. Soedarmo Sarmono S.P, dkk. Varisela. Dalam: Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis;
edisi kedua. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2002. H. 134-142.
Hasil Pembelajaran:
1. Definisi dan Penyebab Varisela
2. Patofisiologi Varisela
3. Gejala Varisela
4. Penegakan Diagnosis Varisela
5. Diagnosis Banding Varisela
6. Tatalaksana Varisela

RANGKUMAN PEMBELAJARAN
1. Subjektif :
Pasien seorang laki-laki, usia 27 tahun, mengeluh timbul lepuh-lepuh kecil
kemerahan di badan sejak ± 2 hari yang lalu dan disertai demam.
2. Objektif :
Hasil pemeriksaan fisik:
 Keadaan umum : tampak sakit ringan
 Kesadaran : Compos Mentis
 Nadi : 84x/menit
 Pernafasan : 22x/menit
 Suhu : 37,8oC

Status Generalis
 Kepala
- Bentuk : Normosefali, simetris
- Mata : tidak ada kelainan
- Telinga : tidak ada kelainan
- Hidung : tidak ada kelainan
- Mulut : Mukosa mulut dan bibir kering (+), sianosis (-).

 Leher
- Pembesaran KGB (-), JVP tidak meningkat

 Thorax
Paru-paru
- Inspeksi : Statis dan dinamis simetris, retraksi (-)
- Palpasi : stemfremitus kiri sama dengan kanan
- Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
- Auskultasi : Vesikuler (+) normal, ronki (-), wheezing (-).
Jantung
- Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
- Palpasi : Thrill tidak teraba
- Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
- Auskultasi : HR: 84 x/menit, irama reguler, BJ I-II normal, bising (-)

 Abdomen
- Inspeksi : Datar
- Palpasi : Lemas, hepar tidak teraba, cubitan kulit perut cepat
kembali
- Perkusi : Timpani
- Auskultasi : Bising usus (+) normal

 Ekstrimitas
- Akral dingin (-), sianosis (-), edema (-), Capillary refill time < 2 detik

Status Lokalis:
Regio fasialis et coli et thorakalis et abdomen et skapularis: Papul dengan dasar
eritematous, vesikel, pustul, erosi (+), krusta (+).
Regio brachii et antebrachii dextra et sinistra : papula dengan dasar eritematous.

3. Assessment:
Diagnosis varisela pada kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, dan
pemeriksaan fisik. Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien adalah seorang laki-laki
berumur 27 tahun. Berdasarkan kepustakaan yang ada disebutkan bahwa varisela dapat
juga menyerang dewasa muda. Keluhan utama pada pasien ini adalah timbulnya bentol-
bentol kecil di badan, yang mula-mula timbul di dada dan kemudian menyebar ke leher,
wajah, punggung, perut dan lengan. Bentol-bentol kemudian berubah menjadi lepuh-lepuh
berisi cairan. Dari anamnesis ini diketahui bahwa penyebaran dari lesi terjadi dari sentral
ke perifer, yaitu dari daerah badan menyebar ke wajah dan lengan dan lesi berbentuk khas
seperti tetesan embun. Hal ini sesuai kepustakaan dimana disebutkan bahwa penyebaran
lesi kulit dari varisela pada umumnya pertama kali di daerah badan kemudian menyebar
secara sentrifugal ke wajah dan ekstremitas, serta lesinya yang khas seperti tetesan embun
(tear drops). Lesi kulit dari varisela dapat juga menyerang selaput lendir mata, mulut, dan
saluran napas bagian atas.2,4
Dua hari sebelum timbulnya lepuh-lepuh kecil tersebut, pasien merasa badannya
demam, lemah badan, kepala terasa sakit, dan batuk. Berdasarkan kepustakaan disebutkan
bahwa gejala prodromal dari varisela biasanya berupa demam, nyeri kepala, dan malaise
ringan, yang umumnya muncul sebelum pasien menyadari bila telah timbul erupsi kulit.
Masa prodromal ini kemudian disusul oleh stadium erupsi.5
Dari anamnesis diketahui adanya riwayat kontak dengan pasien varisela yang lain,
yaitu adik pasien kurang lebih 2 minggu yang lalu. Hal ini sesuai dengan kepustakaan
dimana dikatakan bahwa jalur penularan VVZ bisa secara aerogen, kontak langsung, dan
transplasental. Droplet lewat udara memegang peranan penting dalam mekanisme
transmisi, tapi infeksi bisa juga disebabkan melalui kontak langsung. Krusta varisela tidak
infeksius, dan lamanya infektifitas dari droplet berisi virus cukup terbatas. Manusia
merupakan satu-satunya reservoir, dan tidak ada vektor lain yang berperan dalam jalur
penularan.6
Pada pemeriksaan fisik didapati pada status generalis suhu badan aksiler 37,8°C
yang menunjukkan bahwa pasien dalam keadaan sub febris kemudian dari status
dermatologis yang didapati pada wajah, leher, dada, perut, dan punggung pasien tampak
vesikel yang seperti tetesan embun dan papul dengan dasar kemerahan, pustul, erosi dan
krusta. Pada lengan kiri dan kanan pasien tampak papul dengan dasar kemerahan. Jadi
terdapat gambaran lesi kulit yang bermacam-macam. Hal ini sesuai kepustakaan dikatakan
bahwa varisela mempunyai bentuk vesikel yang khas yaitu seperti tetesan embun (tear
drops) dan memiliki gambaran polimorf.7
Selain dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, diagnosis varisela juga ditegakkan
berdasarkan pemeriksaan laboratorium. Berdasarkan kepustakaan pemeriksaan penunjang
yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan tzanck, yaitu dengan cara mengerok bagian
dasar dari vesikel yang diwarnai dengan giemsa kemudian dapat ditemukan sel datia
berinti banyak, dan serologi, misalnya flourescent antibody dan pemeriksaan antibodi
2.4,6
dengan cara ELISA. Pada kasus ini tidak dilakukan pemeriksaan Tzanck,karena
keterbatasan alat di Puskesmas Tanjung Enim.
4. Plan:
Diagnosis: Varisela
Penatalaksanaan :
- Non Farmakologis
a. Istirahat yang cukup.
b. Makan makanan yang bergizi
c. Menjaga kebersihan diri dengan tetap mandi walaupun masih
banyak terlihat bintik-bintik.
d. Tidak menggaruk dan memecahkan lepuh-lepuh tersebut karena
dapat menimbulkan bekas luka garukan dikulit.

- Farmakologis
Antivirus : Asiklovir 5 x 800 mg/hari selama 7 hari
Antipiretik : Parasetamol 3 x 500 mg/hari, bila panas
Salep antibiotika : Asam Fusidat krim 2 x aplikasi pada lesi yang
pecah
Topikal : Bedak salisil 2% pada lesi yang kering
Imunostimulan : 1 x 1 tablet selama 7 hari
TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi dan Penyebab Varisela


Varisela adalah suatu penyakit infeksi akut primer oleh virus varisela
Zoster yang menyerang kulit, mukosa dan selaput lendir, klinis terdapat gejala
konstitusi, kelainan kulit polimorf ditandai oleh adanya vesikel-vesikel, terutama
berlokasi di bagian sentral tubuh. Sinonimnya adalah cacar air, chicken pox.1
varisela merupakan penyakit infeksi virus akut dan cepat menular. Penyakit ini
merupakan hasil infeksi primer pada penderita yang rentan.2

2. Patofisiologi Varisela
Varicella disebabkan oleh VZV yang termasuk dalam famili virus herpes.
Virus masuk ke dalam tubuh manusia melalui mukosa saluran napas bagian atas
dan orofaring (percikan ludah, sputum). Multiplikasi virus di tempat tersebut
diikuti oleh penyebaran virus dalam jumlah sedikit melalui darah dan limfe
(viremia primer). Virus VZV dimusnahkan/ dimakan oleh sel-sel sistem
retikuloendotelial, di sini terjadi replikasi virus lebih banyak lagi (pada masa
inkubasi). Selama masa inkubasi infeksi virus dihambat sebagian oleh mekanisme
pertahanan tubuh dan respon yang timbul (imunitas nonspesifik).2,5,9
Pada sebagian besar individu replikasi virus lebih menonjol atau lebih
dominan dibandingkan imunitas tubuhnya yang belum berkembang, sehingga
dalam waktu dua minggu setelah infeksi terjadi viremia sekunder dalam jumlah
yang lebih banyak. Hal ini menyebabkan panas dan malaise, serta virus menyebar
ke seluruh tubuh lewat aliran darah, terutama ke kulit dan membrane mukosa.
Lesi kulit muncul berturut-berturut, yang menunjukkan telah memasuki siklus
viremia, yang pada penderita yang normal dihentikan setelah sekitar 3 hari oleh
imunitas humoral dan imunitas seluler VZV. Virus beredar di leukosit
mononuklear, terutama pada limfosit. Bahkan pada varicella yang tidak disertai
komplikasi, hasil viremia sekunder menunjukkan adanya subklinis infeksi pada
banyak organ selain kulit.2,9
Respon imun penderita menghentikan viremia dan menghambat
berlanjutnya lesi pada kulit dan organ lain. Imunitas humoral terhadap VZV
berfungsi protektif terhadap varicella. Pada orang yang terdeteksi memiliki
antibodi serum biasanya tidak selalu menjadi sakit setelah terkena paparan
eksogen. Sel mediasi imunitas untuk VZV juga berkembang selama varicella,
berlangsung selama bertahun-tahun, dan melindungi terhadap terjadinya resiko
infeksi yang berat.9
Reaktivasi pada keadaan tubuh yang lemah sebagian idiopatik tanpa
diketahui penyebabnya, sebagian simptomatik (defisiensi imun melalui penyakit
system imun, neoplasia, supresi imun).3

3. Gejala Varisela
Masa inkubasi penyakit ini berlangsung 14 sampai 21 hari. Masa inkubasi
dapat lebih lama pada pasien dengan defisiensi imun dan pada pasien yang telah
menerima pengobatan pasca paparan dengan produk yang mengandung antibodi
terhadap varisela.1,9
Perjalanan penyakit dibagi menjadi 2 stadium yaitu stadium prodromal
dan stadium erupsi. Stadium prodromal yaitu 24 jam sebelum kelainan kulit
timbul, terdapat gejala seperti demam, malaise, kadang-kadang terdapat kelainan
scarlatinaform atau morbiliform. Stadium erupsi dimulai dengan terjadinya papul
merah, kecil, yang berubah menjadi vesikel yang berisi cairan jernih dan
mempunyai dasar eritematous. Permukaan vesikel tidak memperlihatkan
cekungan ditengah (unumbilicated).4
Gejala klinis mulai gejala prodromal, yakni demam yang tidak terlalu
tinggi, malaise dan nyeri kepala, kemudian disusul timbulnya erupsi kulit berupa
papul eritematosa yang dalam waktu beberapa jam berubah menjadi vesikel.
Bentuk vesikel ini khas berupa tetesan embun (tear drops). Vesikel akan berubah
menjadi keruh (pustul) dalam waktu 24 jam dan kemudian pecah menjadi krusta.
Biasanya vesikel menjadi kering sebelum isinya menjadi keruh. Sementara proses
ini berlangsung, dalam 3-4 hari erupsi tersebar disertai perasaan gatal. Timbul lagi
vesikel-vesikel yang baru di sekitar vesikula yang lama, sehingga menimbulkan
gambaran polimorfi. Stadium erupsi yang seperti ini disebut sebagai stadium
erupsi bergelombang.1,2,4
Penyebaran terutama di daerah badan dan kemudian menyebar secara
sentrifugal ke muka dan ekstremitas, serta dapat menyerang selaput lendir mata,
mulut, dan saluran napas bagian atas. Jika terdapat infeksi sekunder terdapat
pembesaran kelenjar getah bening regional. Penyakit ini biasanya disertai gatal.1
Gambaran dari lesi varisela berkembang secara cepat, yaitu lebih kurang
dari 12 jam, dimana mula-mula berupa makula eritematosa yang berkembang
menjadi papul, vesikel, pustul, dan krusta. Vesikel dari varisela berdiameter 2-3
mm, dan berbentuk elips, dengan aksis panjangnya sejajar dengan lipatan kulit.
Vesikel biasanya superfisial dan berdinding tipis, dan dikelilingi daerah
eritematosa sehingga tampak terlihat seperti “embun di atas daun mawar”. Cairan
vesikel cepat menjadi keruh karena masuknya sel radang, sehingga mengubah
vesikel menjadi pustul. Lesi kemudian mengering, mula-mula di bagian tengah
sehingga menyebabkan umbilikasi dan kemudian menjadi krusta. Krusta akan
lepas dalam 1-3 minggu, meninggalkan bekas bekas cekung kemerahan yang akan
berangsur menghilang. Apabila terjadi superinfeksi dari bakteri maka dapat
terbentuk jaringan parut. Lesi yang telah menyembuh dapat meninggalkan bercak
hipopigmentasi yang dapat menetap selama beberapa minggu/bulan.9,14
Vesikel juga terdapat di mukosa mulut, hidung, faring, laring, trakea,
saluran cerna, kandung kemih, dan vagina. Vesikel di mukosa ini cepat pecah
sehingga seringkali terlihat sebagai ulkus dangkal berdiameter 2-3 mm.9,14

4. Penegakan Diagnosis Varisela


varisela biasanya mudah didiagnosa berdasarkan gambaran klinis yaitu
penampilan dan perubahan pada karakteristik dari ruam yang timbul, terutama
apabila ada riwayat terpapar varisela 2-3 minggu sebelumnya.9
varisela khas ditandai dengan erupsi papulovesikuler setelah fase
prodromal ringan atau bahkan tanpa fase prodromal, dengan disertai panas dan
gejala konstitusi ringan. Gambaran lesi bergelombang, polimorfik dengan
penyebaran sentrifugal. Sering ditemukan lesi pada membran mukosa.
Penularannya berlangsung cepat.2
Diagnosis laboratorium sama seperti pada herpes zoster yaitu dengan
pemeriksaan sediaan hapus secara Tzanck (deteksi sel raksasa dengan banyak
nucleus/inti), pemeriksaan mikroskop electron cairan vesikel (deteksi virus secara
langsung) dan material biopsi (kultur), dan tes serologik (meningkatnya titer).2,3

5. Diagnosis Banding Varisela


varisela dapat dibedakan dengan beberapa kelainan kulit, antara lain harus
dibedakan dengan variola. Pada variola, penyakit lebih berat, memberi gambaran
lesi monomorf, dan penyebarannya sentripetal dimulai dari bagian akral tubuh,
yakni telapak tangan dan telapaka kaki, baru ke badan.1,2
Bedakan juga dengan herpes zoster. Pada herpes zoster lesi monomorf,
nyeri, biasanya unilateral. Pada herpes zoster juga sama-sama biasanya didahului
oleh fase prodromal, setelah fase prodromal sering disertai dengan rasa nyeri,
perubahan pada kulit terjadi pada setengah bagian badan (unilateral) dan
berbentuk garis berkaitan dengan daerah dermatom dengan lesi yang berupa
gelembung-gelembung kecil yang berkelompok di aatas dasar eritematosa. Dapat
terjadi perkembangan yang berat yang meliputi keterlibatan mata (Zoster
trigeminus I), mukosa mulut (Zoster trigeminus II, III), telinga bagian dalam
(Zoster oticus). Herpes zoster pada penderita insufisiensi imun atau tumor, terapi
resisten dengan bahaya terjadi efek generalisasi pada kulit dan manifestasi
ekstrakutan.3,6
Dermatitis herpetiform : biasanya simetris terdiri dari papula vesikuler
yang eritematosus, serta ada riwayat penyakit kronis, dan sembuh dengan
meninggalkan pigmentasi.
Impetigo : lesi impetigo yang pertama adalah vesikel yang cepat menjadi
pustula dan krusta. Distribusi lesi impetigo terletak dimana saja. Impetigo tidak
menyerang mukosa mulut.
Skabies : pada skabies terdapat papula yang sangat gatal. Lokasi biasanya
antara jari-jari kaki. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Sarcoptes Scabiei.
6. Tatalaksana Varisela
Tidak ada terapi spesifik terhadap varisela. Pengobatan bersifat
simptomatik dengan antipiretik dan analgesik. Untuk panasnya dapat diberikan
asetosal atau antipiretik lain seperti asetaminofen dan metampiron. Untuk
menghilangkan rasa gatal dapat diberikan antihistamin oral atau sedative. Topikal
diberikan bedak yang ditambah zat anti gatal (mentol, kamfora) seperti bedak
salisilat 1-2% atau lotio kalamin untuk mencegah pecahnya vesikel secara dini
serta menghilangkan rasa gatal. Jika timbul infeksi sekunder dapat diberikan
antibiotika berupa salep dan oral. Dapat pula diberikan obat-obat antivirus. VZIG
(varisela zoster immunoglobuline) dapat mencegah atau meringankan varisela,
diberikan intramuscular dalam 4 hari setelah terpajan. Yang penting pada penyakit
virus, umumnya adalah istirahat / tirah baring. 1,2,4
Pengobatan secara sistemik dapat dengan memberikan antivirus. Beberapa
analog nukleosida seperti acyclovir, famciclovir, valacyclovir, dan brivudin, dan
analog pyrophosphate foskarnet terbukti efektif untuk mengobati infeksi VZV.
Valacyclovir dan famcyclovir, merupakan prodrug dari acyclovir yang
mempunyai bioavaibilitas oral lebih baik daripada acyclovir sehingga kadar dalam
darah lebih tinggi dan frekuensi pemberian obat berkurang.9
Anti virus pada anak dengan pengobatan dini varisela dengan pemberian
acyclovir (dalam 24 jam setelah timbul ruam) pada anak imunokompeten berusia
2-12 tahun dengan dosis 4 x 20 mg/kgBB/hari selama 7 hari menurunkan jumlah
lesi, penghentian terbentuknya lesi yang baru, dan menurunkan timbulnya ruam,
demam, dan gejala konstitusi bila dibandingkan dengan placebo. Tetapi apabila
pengobatan dimulai lebih dari 24 jam setelah timbulnya ruam cenderung tidak
efektif lagi. Hal ini disebabkan karena varisela merupakan infeksi yang relatif
ringan pada anak-anak dan manfaat klinis dari terapi tidak terlalu bagus, sehingga
tidak memerlukan pengobatan acyclovir secara rutin.6,9
Pada remaja dan dewasa, pengobatan dini varisela dengan pemberian
acyclovir dengan dosis 5 x 800 mg selama 7 hari menurunkan jumlah lesi,
penghentian terbentuknya lesi yang baru, dan menurunkan timbulnya ruam,
demam, dan gejala konstitusi bila dibandingkan dengan placebo.9
Secara acak, pemberian placebo dan acyclovir oral yang terkontrol pada
orang dewasa muda yang sehat dengan varisela menunjukkan bahwa pengobatan
dini (dalam waktu 24 jam setelah timbulnya ruam) dengan acyclovir oral (5x800
mg selama 7 hari) secara signifikan mengurangi terbentuknya lesi yang baru,
mengurangi luasnya lesi yang terbentuk, dan menurunkan gejala dan demam.
Dengan demikian, pengobatan rutin dari varisela pada orang dewasa tampaknya
masuk akal. Meskipun tidak diuji, ada kemungkinan bahwa famciclovir, yang
diberikan dengan dosis 200 mg per oral setiap 8 jam, atau valacyclovir dengan
dosis 1000 mg per oral setiap 8 jam mudah dan tepat sebagai pengganti acyclovir
pada remaja normal dan dewasa.
Banyak dokter tidak meresepkan acyclovir untuk varisela selama
kehamilan karena risiko bagi janin yang dalam pengobatan belum diketahui.
Sementara dokter lain merekomendasikan pemberian acyclovir secara oral untuk
infeksi pada trisemester ketiga ketika organogenesis telah sempurna, ketika
mungkin ada peningkatan terjadinya resiko pneumonia varisela, dan ketika infeksi
dapat menyebar ke bayi yang baru lahir. Pemberian acyclovir intravena sering
dipertimbangkan untuk wanita hamil dengan varisela yang disertai dengan
penyakit sistemik.9
Percobaan terkontrol yang dilakukan pada orang dewasa imunokompeten
dengan pneumonia varisela menunjukkan bahwa pengobatan dini (dalam waktu
36 jam dari rumah sakit) dengan acyclovir intravena (10mg/kgBB setiap 8 jam)
dapat mengurangi demam dan takipnea dan meningkatkan oksigenasi. Komplikasi
serius lainnya dari varisela pada orang yang imunokompeten, seperti ensefalitis,
meningoencephalitis, myelitis, dan komplikasi okular, sebaiknya diobati dengan
acyclovir intravena.9
Percobaan terkontrol pada pasien immunocompromised dengan varicela
menunjukkan bahwa pengobatan dengan asiklovir intravena menurunkan insiden
komplikasi yang mengancam kehidupan visceral ketika pengobatan dimulai dalam
waktu 72 jam dari mulai timbulnya ruam. Acyclovir intravena menjadi standar
perawatan untuk varisela pada pasien yang disertai dengan imunodefisiensi
substansial. Meskipun pemberian terapi oral dengan famciclovir atau valacyclovir
mungkin cukup untuk pasien dengan derajat ringan gangguan kekebalan tubuh,
tetapi tidak ada uji klinis terkontrol yang menunjukkan secara pasti. Pada penyakit
berat atau wanita hamil dapat diberikan acyclovir IV 10mg/kgBB tiap 8 jam
selama 7 hari.6,9
Serum imuno globulin-gama tidak dianjurkan kecuali pada penderita
leukemia, penyakit keganasan lain dan bila terdapat defisiensi imunologis.
Vidarabine atau adenine arabinoside in vitro mempunyai sifat anti virus terhadap
virus varisela. Vidarabine dapat digunakan dengan hasil yang baik pada penderita
pneumonie varisela. Dosis yang dianjurkan ialah 15mg/kgBB/hari, tidak toksik
terhadap sumsum tulang dan tidak menekan immune response.4
DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda Adhi, dkk. Varisela. Dalam: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin; edisi
Keenam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2011. H.115-116.
2. Harahap Marwali. Varisela. Dalam: Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates;
2000. H.94-96.
3. Rassner, Steinert. Penyakit virus varisela-zoster. Dalam: Buku Ajar dan Atlas
Dermatologi; edisi 4. Jakarta: EGC; 1995. H.44-45.
4. Hassan Rusepno, Alatas Husein. Varisela (cacar air,”chicken pox”). Dalam:
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, jilid 2. Jakarta: INFOMEDIKA; 2007.
P.637-640.
5. White David, Fenner Frank. Varicella-zoster virus. In: Medical Virology;
Fourth Edition. United Kingdom: Academic Press; 1994. P.330-334.
6. Siregar RS. Varisela. Dalam: Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit; edisi 2.
Jakarta: EGC; 2004. H. 88-84.
7. Lichenstein R. 2002 Oct 21. Pediatrics: Chicken vox or varicella. (serial on
the internet). 2013 (cited 2013 Jun 16):(about 4p). Available from:
http://www.emedicine.com.
8. Anonymous. Varicella zoster virus (VZV). (homepage on the internet). 2013
(cited 2013 Jun 14):(about 8p). Available from: http://www.bio-
rad.com/prd/de/DE/CDG/PDP/LRLEAK15/Varicella-Zoster-Virus-(VZV).
9. Straus, Stephen E. Oxman, Michael N. Schmader, Kenneth E. Varicella. In:
Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine; seventh edition, vol 1 and 2.
2008. P.1885-1895.
10. Anonymous. Varicella zoster virus infection face pictures. (homepage on the
internet). 2013 (cited 2013 Jun 15):(about 9p). Available from:
http://www.emedicinehealth.com/image-gallery/varicella-
zoster_viru/images.htm.
11. Anonymous. Varicella zoster virus-chicken pox. (serial on the internet). 2013
(cited 2013 Jun 15):(about 9p). Available from: http://health.howstuff
works.com/skin-care/problems/medical/htm.
12. Anonymous. Varicella. (homepage on the internet). 2013 (cited 2013 Jun 14):
(about 8p). Available from: www.cdc.gov/vaccines/pubs/pinkbook.
13. Anonymous. 2009. Varicella (chickenpox). (homepage on the internet). 2013
(cited 2013 Jun 17):(about 6p). Available from: http://www.ncirs.edu.au/
immunisation/fact-sheets.
14. Soedarmo Sarmono S.P, dkk. Varisela. Dalam: Buku Ajar Infeksi & Pediatri
Tropis; edisi kedua. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2002. H. 134-142.
1.

Anda mungkin juga menyukai