Anda di halaman 1dari 15

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………. 1


BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………… 2
 1.1 Latar Belakang ……………………………………………………………... 2
 1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………….. 2
 1.3 Tujuan Penulisan …………………………………………………………… 2
BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………………… 3
 2.1 Asam Amino ……………………………………………………………….. 3
 2.2 Klasifikasi Asam Amino …………………………………………………… 4
 2.3 Sifat Amfoter dari Asam Amino …………………………………………… 7
 2.4 Metabolisme dan Katabolisme Asam Amino ……………………………… 8
 2.5 Peran Asam Amino sebagai Penyusun Protein …………………………….. 10
BAB III KESIMPULAN ……………………………………………………………… 14
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………. 15

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Asam amino adalah komponen utama protein dan dapat ditemukan dalam semua
struktur organisme. Asam amino yang terdapat sebagai komponen protein mempunyai
gugus –NH2 pada atom karbon dari gugus –COOH. Gugus –NH2 memberikan sifat asam
sedangkan –COOH memberikan sifat basa. Dalam bentuk larutan, asam amino cenderung
menjadi asam pada larutan basa dan cenderung menjadi basa pada larutan asam atau
bersifat amfoterik. Sekitar 75% asam amino digunakan untuk sintesis protein. Semua
protein pada semua organisme dibentuk dari 20 asam amino sebagai unsur pembangun.
Ketersediaan asam amino sangat penting oleh karena senyawa ini digunakan
sebagai penyusun protein. Kemampuan suatu organisme dalam membentuk asam amino
berbeda – beda. Contohnya pada tanaman tingkat tinggi dapat membentuk asam amino
dengan baik, sebaliknya hewan tingkat tinggi kemampuannya sangat terbatas. Organisme
yang hidup tidak mampu mensintesis asam amino esensial. Asam amino tersebut dapat
didapat berupa protein yang mengandung asam amino atau asam amino tunggal.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana klasifikasi dari asam amino ?
2. Bagaimana proses pembentukan dan metabolisme asam amino ?
3. Bagaimana peranan asam amino sebagai penyusun protein?
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan asam amino dan klasifikasinya yaitu unsur, sifat, rumus kimia,
struktur, jenis asam amino.
2. Menjalaskan proses pembentukan asam amino dan sistem metabolisme asam
amino.
3. Menjelaskan apa itu asam amino dan peranannya dalam penyusun protein

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Asam Amino
Asam amino adalah senyawa organik yang mengandung gugus amino (NH2),
sebuah gugus asam karboksilat (COOH) dan salah satu gugus lainnya, terutama dari
kelompok 20 senyawa yang memiliki rumus dasar NH2CHRCOOH (Suprayitno, 2017).
Gugus amino berikatan dengan atom karbon dan berdekatan dengan gugus karboksil (C-α)
atau gugus amina dan gugus karboksil dalam asam amino terikat pada atom karbon yang
sama. Secara umum sruktur asam amino adalah satu atom C yang mengikat empat gugus:
gugus amina (NH2), gugus karboksil (COOH), atom hidrogen (H), dan satu gugus sisa (R,
dari residue) atau disebut juga gugus atau rantai samping yang membedakan satu asam
amino dengan asam amino lainnya. Rantai samping yang dilambangkan dengan R dapat
berupa alkil, cincin benzena, alkohol, dan turunannya.

Gambar 1. Struktur Asam Amino

Atom C pusat tersebut dinamai atom Cα ("C-alfa") sesuai dengan penamaan senyawa
bergugus karboksil, yaitu atom C yang berikatan langsung dengan gugus karboksil. Oleh
karena gugus amina juga terikat pada atom Cαini, senyawa tersebut merupakan asam α-
amino. Rantai samping dapat membuat asam amino bersifat asam lemah, basa lemah,
hidrofilik jika polar, dan hidrofobik jika nonpolar.

3
Gambar 2. Struktur α – amino

2.2 Klasifikasi Asam Amino


Berdasarkan sintesisnya, asam amino diklasifikasikan menjadi dua yaitu asam
amino esensial dan asam amino non esensial. Asam amino esensial adalah asam amino
yang tidak bisa disintesis dan hanya didapatkan dari luar tubuh melalui makanan. Terdapat
sepuluh macam asam amino esensial yaitu arginin, histidin, iso-leusin, leusin, lisin,
fenilalanin, metionin, treonin, triptofan, dan valin. Asam amino non esensial adalah asam
amino yang dapat disintesis didalam tubuh melalui perombakan senyawa lainnya. Berikut
adalah 20 macam asam amino yang membentuk protein.

Gambar 3. Klasifikasi asam amino berdasarkan pembentukannya di dalam tubuh

Klasifikasi asam amino dapat dilakukan berdasarkan rantai sampling atau gugus R dan
sifat kelarutannya dalam air . Rantai sampling berperan untuk menentukan kerja suatu asam
amino di dalam protein. Karena itu, penggolongan asam amino berdasarkan rantai
sampling untuk menentukan apakah rantai sampling bersifat polar atau mempunyai
elektron yang distribusinya tidak merata , atau bersifat non polar atau mempunyai elektron
dengan distribusi yang merata (Ferrier, 2014).

4
1. Asam amino dengan rantai sampling non polar
Yaitu rantai yang tidak mengikat atau memberikan proton atau berperan
dalam ikatan ion atau ikatan hidrogen. Rantai sampling pada asam amino ini
bersifat seperti minyak atau lipid, suatu sifat yang membantu terjadinya interaksi
hidrofabrik.

Gambar 4. Rantai sampling non polar


2. Asam amino dengan rantai sampling polar yang tidak bermuatan
Asam amino jenis ini mempunyai muatan netro bernilai pH fisiologis,
walaupun rantai sampling sistein dan tirosin dapat kehilangan satu protin pada pH
alkali.

Gambar 5. Rantai sampling polar tidak bermuatan

5
Serin, treonin dan tirosin masing – masing mengandung satu gugus hidroksil polar
yang berperan dalam pembentukan ikatan hidrogen. Rantai sampling asparagin dan
glutamin masing – masing memiliki satu gugus karbonil dan satu gugus amida, dan
keduanya juga turut serta dalam pembentukan ikatan hidrogen

Gambar 6. Ikatan hidrogen antara gugus hidroksil fenol dan tiroksin dan molekul
lain yang mengandung gugus karbomil

3. Asam amino dengan rantai yang bersifat asam


Asam amino aspartat dan glutamat merupakan donor protein. Pada pH
fisiologik, rantai sampling asam amino ini sepenuhnya terionisasi, dan
mengandung gugus karboksilat bermuatan negatif (-COO-).

Gambar 7. Rantai sampling asam


4. Rantai sampling amino yang bersifat basa
Rantai sampling asam amino basa menerima proton. Pada pH fisiologis,
gugus – R dari lisin dan arginin sepenuhnya terionisasi dan bermuatan positif.
Sebaliknya, histidin merupakan basa lemah, dan asam amino bebasnya tidak
bermuatan pada pH fisiologis. Namun, bila histdin bergabung dengan suatu protein
gugus – R dapat bermuatan positif maupun netral, tergantung pada lingkungan ion

6
yang disediakan oleh protein. Hal ini merupakan sifat penting histidin yang
berperan sebagai buffer dalam fungsi suatu protein seperti hemiglobin.

Gambar 8. Rantai sampling basa


2.3 Sifat Amfoter dari Asam Amino
Asam amino memiliki gugus aktif amina dan karboksil (berupa asam karboksilat)
sekaligus zat ini dapat dianggap sebagai asam dan basa (walaupun pH alaminya biasanya
dipengaruhi oleh gugus –R yang dimiliki). Ciri yang khas yang dimiliki asam amino, yaitu
bersifat amfoter. Artinya asam amino dapat bertindak sebagai asam atau basa. Sebenarnya
asam amino terdapat dalam zwitterion (Sugiono, 2004). Zwitter ion dapat diekstrak dari
larutan asam amino sebagai struktur kristal putih yang bertitik lebur tinggi karena sifat
dipolarnya. Jika kristal asam amino dilarutkan di dalam air, molekul ini menjadi ion
dipolar, yang dapat berperan sebagai suatu asam (donor proton), atau sebagai basa
(akseptor proton). Kebanyakan asam amino bebas berada dalam bentuk zwitter-ion pada
pH netral maupun pH fisologis yang dekat netral ( Lehninger, 1975). Dalam larutan encer,
asam amino dalam kesetimbangan dinamis antara kation, anion, dan zwitterion.

Gambar 9. Zwitter ion

7
2.4 Metabolisme dan Katabolisme Asam Amino
Jalur metabolik utama dari asam-asam amino terdiri atas pertama, produksi asam
amino dari pembongkaran protein tubuh, digesti protein diet serta sintesis asam amino di
hati. Kedua, pengambilan nitrogen dari asam amino. Sedangkan ketiga adalah katabolisme
asam amino menjadi energi melalui siklus asam serta siklus urea sebagai proses
pengolahan hasil sampingan pemecahan asam amino. Keempat adalah sintesis protein dari
asam-asam amino.

Gambar 10. Jalur metabolik utama asam amino

Asam-asam amino tidak dapat disimpan oleh tubuh. Jika jumlah asam
amino berlebihan atau terjadi kekurangan sumber energi lain (karbohidrat dan protein),
tubuh akan menggunakan asam amino sebagai sumber energi. Tidak seperti karbohidrat
dan lipid, asam amino memerlukan pelepasan gugus amin. Gugus amin ini kemudian

8
dibuang karena bersifat toksik bagi tubuh. Ada 2 tahap pelepasan gugus amin dari asam
amino, yaitu:
1. Transaminasi
Transaminasi adalah reaksi awal tersering pada katabolisme asam amino. Reaksi
selanjutnya mengeluarkan semua nitrogen tambahan dan merekstrukturisasi rangka
karbon untuk dikonversi menjadi oksaloasetat, ketoglutarat, piruvat dan asetil-KoA
Enzim aminotransferase memindahkan amin kepada α-ketoglutarat menghasilkan
glutamat atau kepada oksaloasetat menghasilkan aspartat.

Gambar 11. Contoh reaksi transmisi


2. Deaminasi oksidatif
Deaminase oksidatif glutamate merupakan pelepasan amin dari glutamat
menghasilkan ion ammonium dengan bantuan enzim L-glutamat dehidrogenase.
Pada enzim tersebut gugus α-amino pada sebagian besar asam amino akhirnya akan
dipindahkan kepada α-ketoglutarat melalui transaminasi sehingga terbentuk L-
glutamat. Kemudian pelepasan nitrogen ini sebagai amonia dikatalisis oleh enzim L-
glutamat dehidrogenase, yaitu suatu enzim yang terdapat di mana-mana pada jaringan
tubuh mamalia yang menggunakan NAD+ atau NADP+ sebagai oksidan. Jadi,
konversi neto gugus α-amino menjadi amonia memerlukan kerja yang seirama antara
enzim glutamat transaminase dan glutamat dehidrogenase. Aktivitas enzim glutamat
dehidrogenase hati diatur oleh inhibitor alosterik ATP, GTP serta NADH, dan oleh
aktivator ADP. Reaksi yang bersifat reversibel bebas ini bekerja baik pada
katabolisme maupun biosintesis asam amino.

9
Gambar 12. Reaksi deaminasi oksidatif
Secara katabolik, reaksi ini menyalurkan nitrogen dari glutamat kepada ureum.
Secara anabolik, enzim ini mengatalisis aminasi α-ketoglutarat melalui amonia
bebas. Enzim ini terdapat didalam berbagai jaringn terutama dalam sitoplasma dan
mitokondria (Wahjuni, 2013).

Gambar 12. Rangka skematik reaksi transmisi dan deaminasi oksidatif

2.5 Peran Asam Amino sebagai Penyusun Protein


Protein merupakan polimer atau makromolekul. Asam amino merupakan satuan
pembentuk protein. Protein yang dimakan akan dicerna menjadi asam amino, yang
kemudian di absorpsi dan digunakan oleh tubuh untuk membentuk protein lainnya. Jumlah
protein pada makanan bervariasi. Jika makanan mengandung semua asam amino esensial
maka disebut sebagai protein komplit, sedangkan jika hanya sedikit asam amino esensial
disebut sebagai protein inkomplit. Secara umum protein hewani merupakan sumber protein
komplit. Protein mengandung lebih dari 50 asam amino yang saling berikatan melalui

10
ikatan peptida, akan tetapi sebagian besar protein mengandung beribu – ribu asam amino
karena merupakan makromolekul.

Gambar 13. Hubungan struktural antara asam amino, peptida, dan protein

Didalam protein terdapat beberapa tingkatan struktur. Struktur primer adalah urutan
asam amino dalam rantai. Struktur sekunder dibentuk oleh ikatan hidrogen pada rantai.
Jenis struktur sekunder yang paling sering adalah bentuk heliks, contohnya rambut. Pada
rambut, ikatan hidrogen mengikat bagian – bagian yang berbeda pada rantai yang sama
sehingga memberikan fleksibilitas dan elastisitas struktur. Pada struktur yang jarang,
struktur kertas berlipat, ikatan hidrogen mengikat dua rantai berbeda pada sisi – sisinya
yang fleksibel tetapi tidak elastis, contohnya sutra. Struktur tersier terjadi dari perlipatan
rantai – rantai. Beberapa protein memiliki struktur kuatemer, yaitu dua atau lebih rantai
polipeptida yang tersusun menjadi protein multisubunit, misalnya hemoglobin yang
memiliki empat subunit (dua beta β) dan dua alfa (α). (James, 2008)

Gambar 14. Struktur Protein Primer dan Sekunder

11
Gambar 15. Struktur Protein Tersier dan Kuaterner

Fungsi protein dalam sistem biologis dibagi menjadi 8 fungsi yaitu :

1. Sebagai biokatalis: enzim ialah katalis biologi utama dalam semua sistem
kehidupan bahkan hingga yang terkecil seperti virus. Tidak ada satu langkah pun
reaksi-reaksi biokimia yang dikatalisis oleh enzim, hal ini disebabkan semua
reaksi-reaksi tersebut terjadi pada suhu yang relatif rendah (30 oC), enzim berperan
juga menurunkan energi aktivasi suatu reaksi.
2. Sebagai pengangkut: hemoglobin merupakan contoh protein yang berfungsi
sebagai pengangkut. Oksigen dan CO2 dalam darah diangkut dalam bentuk
oksihemoglobin (berwarna merah cerah) dan karboksihemoglobin (warna merah
gelap), begitu pula lipoprotein plasma yang beratanggung jawab mengangkut lipida
dalam darah.
3. Sebagai reseptor: berbagai pesan biologis seperti protein yang terdapat di
permukaan sel mampu menerima pesan dari protein lain seperti hormon. Rhodopsin
adalah protein khusus sebagai fotoreseptor pada sel retina mata.
4. Sebagai pembawa pesan: hormon merupakan salah satu contoh. Banyak hormon
berfungsi sebagai pembawa pesan biokimiawi yang strukturnya berupa protein
seperti insulin dan hormon pertumbuhan. Protein kinase merupakan pembawa
pesan (pesan skunder).

12
5. Sebagai pembangun/struktural: ini merupakan protein dengan peran khusus sebagai
pembangun jaringan. Kolagen dan elastin merupakan contoh yang membentuk
jaringan ikat bahkan tulangpun dibangun oleh protein yang berinteraksi dengan
mineral.
6. Sebagai pelindung: contoh protein yang terdapat di saliva, dan lendir-lendir tubuh
yang terdapat dalam saluran cerna, saluran pernafasan, saluran urin dan
endometriumrahim.
7. Pertahanan tubuh: contoh molekul imunoglobulin (antibodi) yang bertugas
melindungi tubuh dari serangan mikroba. Fibrinogen, trombin sebagai pertahanan
agar darah tidak banyak terbuang dari tubuh saat mengalami luka.
8. Beraneka ragam fungsi yang sebenarnya merupakan integrasi dari fungsi-fungsi di
atas. (Wahjuni, 2013)

13
BAB III
KESIMPULAN

Kesimpulan dari Makalah Biokimia Asam Amino adalah untuk mengetahui klasifikasi
asam amino, metabolisme dan katabolisme asam amino, dan peranannya dalam pembentukan
protein. Unit dasar penyusun struktur protein adalah asam amino. Dengan kata lain protein
tersusun atas asam-asam amino yang saling berikatan. Asam Amino juga sangat berguna bagi
tubuh manusia. Terdapat banyak sekali jenis dari asam amino khususnya penyusun protein.
Protein hewani banyak mengandung asam amino esensial yang baik bagi tubuh. Sedangkan
protein nabati tidak banyak mengandung asam amino esensial. Kebutuhan asam amino
bergantung pada metabolisme tubuh masing – masing makhluk hidup.

14
DAFTAR PUSTAKA

Ferrier, R Denise. 2014. Biokimia. Edisi enam Jilid satu. Binarupa Aksara, Tangerang Selatan

James, Joyce, dkk. 2008. Prinsip – Prinsip Sains untuk Keperawatan. Erlangga : Jakarta

Sugiono, 2004, Kimia Pangan. Universitas Negeri Yogyakarta

Supriyatno, Eddy. 2017. Metabolisme Protein. UB Press

Wahjuni, Sri. 2013. Metabolisme Biokimia. Udayana University Press

15

Anda mungkin juga menyukai