Anda di halaman 1dari 4

Pada era globalisasi seperti saat ini perkembangan dunia bisnis berkembang dengan

pesat seiring dengan munculnya perusahaan-perusahaan penyedia produk atau jasa yang
sama. Hal tersebut akan membuat konsumen semakin banyak pilihan dan menjadi ancaman
bagi pelaku bisnis. Oleh karena itu persaingan saat ini bukan sekedar persaingan biasa,
namun sudah mencapai pemberian nilai tambah pada produk atau jasa. Tuntutan konsumen
semakin kompleks terutama dalam hal inovasi, konsumen menginginkan produk yang mereka
beli berkualitas bagus, murah, dan bervariasi. Oleh karena itu konsumen semakin jeli untuk
memilih produk yang akan mereka beli. Pelaku industri mulai merancang atau membangun
sebuah rantai yang terdiri dari para pemasok, dengan memusatkan perhatian memaksimalkan
nilai konsumen. Tingginya persaingan bisnis di berbagai bidang industri, khususnya industri
kerajinan kulit, maka peningkatan daya saing perusahaan dalam bentuk efektifitas dan
efisiensi produktivitas menjadi suatu hal yang penting, kualitas produk dan pelayanan
merupakan faktor utama yang mempengaruhi kepuasan konsumen.

Di Indonesia,

Peningkatan efisiensi dapat dilakukan dengan mengintegrasikan kegiatan rantai pasok


perusahaan untuk mengantisipasi kendala dalam proses perencanaan operasional rantai pasok.
Konsep manajemen rantai pasok (Supply Chain Management atau SCM) mampu
mengintegrasikan pengelolaan berbagai fungsi manajemen dalam suatu hubungan antar-
organisasi membentuk satu sistem yang terpadu dan saling mendukung. Kunci bagi SCM
efektif adalah menjadikan para pemasok sebagai “mitra” dalam strategi perusahaan untuk
memenuhi pasar yang selalu berubah (Heizer dan Render, 2005). Teori dan praktik pada
manajemen rantai pasokan telah banyak diterapkan pada perusahaan-perusahaan. Penerapan
SCM yang telah ada, ternyata belum mencapai keefisienan dan keefektifan mengelola dan
menjaga pemasok, agar tetap loyal terhadap perusahaan.

Pemasok-pemasok yang dipilih perusahaan yang tidak dikelola dengan baik


memungkinkan para pemasok terlambat dalam pengadaan bahan baku bagi perusahaan,
karena dapat menurunkan kinerja para pemasok dan tidak terjadinya transparansi harga tawar
menawar antara pemasok dengan perusahaan. Penerapan SCM mengikuti konsep yang benar
dapat memberikan dampak peningkatan keunggulan kompetitif terhadap produk maupun
pada sistem rantai pasok yang dibangun pada perusahaan.

Salah satu perusahaan yang telah menerapkan konsep SCM adalah PT. Mandiri Jogja
Internasional. PT. Mandiri Jogja Internasional bergerak di bidang industri kerajinan kulit
yang memiliki berbagai pemasok persediaan bahan baku yang hampir keseluruhan proses
produksinya tidak terlepas oleh sistem rantai pasok.

Penilaian kinerja manajemen rantai pasok antara pemasok, perusahaan dan pelanggan yang
baik dapat diukur dengan salah satu model pengukuran kinerja SCM, yaitu model Supply
Chain Operations Reference (SCOR), suatu model yang dirancang oleh Supply Chain
Council (SCC). Dalam hal ini terdapat beberapa versi pada SCOR. Saat ini SCC telah
mengeluarkan model SCOR versi 12.0 (www. supply-chain.org, 2009). Model SCOR adalah
salah satu model operasi rantai pasok, yang pada dasarnya merupakan model berdasarkan
proses yang mengintegrasikan tiga (3) unsur utama dalam manajemen, yaitu Business Process
Reengineering (BPR), benchmarking dan Best Practice Analysis (BPA) kedalam kerangka
lintas fungsi rantai pasok. SCOR membagi proses-proses rantai pasok menjadi lima (5)
proses inti, yaitu plan, source, make, deliver dan return. SCOR memiliki tiga(3) level proses
dari umum hingga ke detil (Bol-stroff and Rosenbeum, 2003).

Penggunaan model SCOR dalam merancang sistem pengukuran kinerja rantai pasok
berdasarkan proses, membuat perusahaan mampu mengevaluasi kinerja rantai pasok secara
holistik untuk melakukan monitoring dan pengendalian, mengkomunikasikan tujuan
organisasi ke fungsi-fungsi pada rantai pasok dan mengetahui dimana posisi suatu organisasi
relatif terhadap pesaing, serta menentukan arah perbaikan bagi penciptaan keunggulan
bersaing.

Perkembangan dunia bisnis berkembang dengan pesat seiring dengan munculnya perusahaan-
perusahaan penyedia produk atau jasa yang sama. Hal tersebut akan membuat konsumen
semakin banyak pilihan dan menjadi ancaman bagi pelaku bisnis. Tuntutan konsumen
semakin kompleks terutama dalam hal inovasi, konsumen menginginkan produk yang mereka
beli berkualitas bagus, murah, dan bervariasi. Oleh karena itu konsumen semakin jeli untuk
memilih produk yang akan mereka beli. Pelaku industri pun mulai sadar bahwa untuk
menyediakan suatu produk yang diinginkan konsumen, perbaikan di internal sebuah
perusahaan manufaktur tidaklah cukup. Ketiga aspek tersebut membutuhkan peran serta
semua pihak (stakeholders) mulai dari supplier, perusahaan, distribusi, dan konsumen.
Kegiatan dari stakeholders tersebut harus saling bersinergi yang dapat disebut sebagai Supply
Chain Management. Melalui kolaborasi tersebut akan mewujudkan sinergisme dalam rangka
memuaskan konsumen akhir yang merupakan tujuan dari supply chain management sehingga
pelaku bisnis mampu bersaing dan mendapatkan keuntungan.
Industri kreatif yang di dukung dengan kemajuan teknologi dan komunikasi merupakan
kekuatan baru yang dapat meningkatkan perekonomian nasional. Berdasarkan hal tersebut
maka kinerja dari perusahaan yang bergerak di bidang industri kreatif harus selalu
ditingkatkan. Industri kreatif yang kini berkembang di Indonesia salah satunya adalah industri
kerajinan kulit. Industri kerajinan kulit tak lepas dari kegiatan supply chain. Kegiatan-
kegiatan tersebut meliputi pembelian bahan baku dari supplier, kegiatan produksi, dan
pendistribusian ke konsumen. Peran serta semua pihak (stakeholder) sangat diperlukan demi
terciptanya suatu jaringan supply chain yang terorganisir, mulai dari supplier yang mengolah
bahan baku alam menjadi komponen kain, pabrik yang mengubah komponen kain dan bahan
baku lainnya.

Bucini merupakan perusahaan kerajinan kulit yang melakukan kegiatan supply chain
management. Hal ini dikarenakan Bucini melakukan kegiatan yang meliputi pembelian bahan
baku, proses produksi, dan pendistribusian produk ke beberapa konsumen baik di dalam
negeri maupun luar negeri. Perusahaan terus berupaya untuk mengoptimalkan produksi
kerajinan kulit hingga produk diterima oleh konsumen. Salah satu upaya yang dapat
ditempuh adalah dengan melakukan pengukuran kinerja supply chain perusahaan. Dengan
cara ini diharapkan perusahaan dapat mengevaluasi jaringan supply chain dan dapat
mengidentifikasi indikator yang perlu diperbaiki.

Pada supply chain management terdapat model sistem pengukuran kinerja supply chain yaitu:
SCOR (Supply Chain Operation Reference) Model. SCOR Model merupakan metode yang
dapat mewakili keadaan yang ada di Bucini, sebab dapat mengevaluasi supply chain melalui
konsep penjabaran proses inti yaitu plan, source, make, deliver, dan return yang
dikonfigurasikan dengan aktual bisnis perusahaan. Aspek-aspek di dalam SCOR Model
terdapat beberapa metriks yang akan diukur. Melalui pendekatan model SCOR, kinerja
perusahaan di Bucini diharapkan dapat diukur dengan baik sehingga pemilik dapat
menentukan perbaikan dari indikator supply chain terendah.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat adanya pertumbuhan industri manufaktur besar
dan sedang pada triwulan kedua 2018 dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar
4,36 persen. Jenis manufaktur yang mengalami pertumbuhan produksi tertinggi adalah
industri kulit, barang dari kulit, dan alas kaki yang naik 27,73 persen.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Industri Manufaktur Besar-Menengah
Tumbuh 4,93 Persen, Didominasi Produk Kulit dan Alas Kaki",
https://ekonomi.kompas.com/read/2018/08/01/184842126/industri-manufaktur-besar-
menengah-tumbuh-493-persen-didominasi-produk-kulit.

Penulis : Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Editor : Erlangga Djumena

Indonesia berada pada posisi ke-enam sebagai eksportir produk kulit, alas kaki, dan barang
jadi kulit di dunia. Pertumbuhan industri ini tak lepas dari kreativitas para pengrajin yang
tersebar di berbagai sentra. Tak heran jika sektor ini kemudian dipilih menjadi sektor prioritas
agar berdaya saing global dan memberi kontribusi signifikan bagi perekonomian nasional.

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat, nilai ekspor produk kulit, alas kaki dan
barang jadi kulit dari Indonesia mencapai US$4,16 miliarpada Januari-September 2018,
meningkat 6,28% dari periode yang sama tahun 2017.

Anda mungkin juga menyukai