Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan tentang psikologi seksual semakin lama menarik perhatian


terutama di kalangan ilmu kedokteran.. Psikologi seksual menunjuk kepada
perkembangan dan fungsi kepribadian yang dipengaruhi oleh seksualitas
seseorang. Pada fungsi seksualitas yang normal atau sehat tidak ada emosi
negative terhadap hal-hal seksual dan ditingkatkan oleh emosi positif seperti
kebanggan, kegembiraan, dan cinta kasih ( Maramis, 2009).

Pada ilmu psikologi seksual terdapat aspek seksualitas yang normal dan
abnormal. Menurut Freud, dorongan seksual mempunyai dua aspek yaitu daya-
kemampuan dan arah-tujuan. Pada seksualitas yang abnormal terdapat gangguan
pada aspek daya kemampuan dan arah-tujuan. Gangguan arah-tujuan seksual
disebut juga gangguan preferensi seksual. Pada gangguan ini, cara utama untuk
mendapatkan rangsangan dan kepuasan seksual adalah dengan objek lain atau
dengan cara lain yang umumnya dianggap biasa. (Maslim,2013; Maramis,2009).

Gangguan preferensi seksual salah satunya adalah sadomasokisme.


Sadomasokisme berasal dari kata sadisme dan masokisme. Seseorang yang ingin
mencapai rangsangan dan pemuasan seksual terutama dengan menyakiti secara
fisik dan psikologis objek seksualnya disebut sadisme. Seseorang yang lebih suka
untuk menjadi resipien atau disakiti disebut masokisme. Bila individu yang
memperoleh rangsangan dan pemuasan dari kedua aktivitas tersebut disebut
sadomasokisme ( Maramis,2009; Krueger 2009).

Sadisme seksual dan masokisme seksual termasuk dalam parafilia.


Parafilia dapat berkisar dari perilaku yang hampir normal hingga perilaku yang
bersifat merusak atau menyakiti bagi satu orang atau bagi seseorang dan
pasangannya, dan akhirnya hingga perilaku yang dianggap merusak atau
mengancam manyarakat secara luas. Menurut Diagnostic and Statistic Manual of
Mental Disorders (DSM-V) membagi gangguan parafilia ini kepada beberapa
jenis, yaitu voyeurism, pedofilia, froterisme, voyurisme, ekshibisionisme,
sadisme, masokisme, fetihisme. tranvetisme dan lain-lain ( Maslim, 2013; Giebel
and Roland, 2016).

Menurut beberapa penelitian, sadomasokisme bisa disebabkan karena


berbagai factor diantaranya factor internal yaitu hormonal dari dalam individu dan
faktor eksternal seperti pemaparan seks yang prematur, atau traumatik, dalam
bentuk penyiksaan seksual masa anak-anak. Sadomasokisme merupakan jenis
gangguan psikoseksual yang kontroversial di kalangan masyarakat (Fedoroff,
2008).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Sadomasokisme?


2. Bagaimana epidemiologi Sadomasokisme?
3. Bagaimana etiologi Sadomasokisme?
4. Apa saja klasifikasi Sadomasokisme?
5. Apa saja kriteria diagnostic Sadomasokisme?
6. Bagaimana penatalaksanaan Sadomasokisme?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengertian dari Sadomasokisme.


2. Mengetahui epidemiologi Sadomasokisme
3. Mengetahui etiologi Sadomasokisme.
4. Mengetahui Klasifikasi Sadomasokisme.
5. Mengetahui criteria diagnostic Sadomasokisme.
6. Mengetahui penatalaksanaan Sadomasokisme.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Sadomasokisme merupakan preferensi terhadap aktivitas seksual yang


melibatkan pengikatan atau menimbulkan rasa sakit atau penghinaan.
Sadomasokisme berasal dari kata sadism dan masochism. Masochism adalah
individu yang lebih suka menjadi resipien dan perangsangan, dan sadism adalah
pelaku ( Maslim, 2013; Marquez 2016).

Sadisme seksual (sexual sadism) merupakan istilah yang dipakai


berdasarkan sejarah yang dipaparkan oleh seorang penulis terkenal pada abad ke-
18 dari Perancis bernama Marquis de Sade (1740-1814). Buku yang ditulis berisi
cerita tentang kenikmatan mencapai kepuasan seksual dengan memberikan rasa
sakit atau rasa malu pada orang lain. Sadisme seksual ditandai dengan preferensi
mendapatkan atau meningkatkan kepuasan seksual dengan cara menyakiti orang
lain, baik secara fisik maupun mental. Sadisme seksual melibatkan dorongan yang
kuat dan berulang serta fantasi terkait untuk melakukan suatu tindakan dimana
seseorang dapat terangsang secara seksual dengan menyebabkan penderitaan fisik
atau rasa malu pada orang lain. Orang dengan parafilia jenis ini ada yang
mewujudkan fantasi mereka. Mereka dapat mencari pasangan yang sejalan,
biasanya jadi kekasih atau istri dengan kelainan masokistik, atau dapat juga
pekerja seks (Kaplan & Sadock’s, 2015).

Masokisme seksual (sexual masochism), berasal dari nama seorang


Novelis Austria, Leopold Ritter von Sacher- Masoch (1836-1895), yang menulis
cerita dan novel tentang pria yang mencari kepuasan seksual dari wanita yang
memberikan rasa nyeri atau sakit pada dirinya, sering dalam bentuk flagellation
(dipukul atau dicambuk). Masokisme seksual melibatkan dorongan kuat yang
terus menerus dan fantasi yang terkait dengan tindakan seksual yang melibatkan
perasaan dipermalukan, diikat, dicambuk, atau dibuat menderita dalam bentuk
lainnya. Dorongan itu dapat berupa tindakan yang menyebabkan atau didasari
oleh distress personal. Pada sejumlah kasus masokisme seksual, orang tersebut
tidak dapat mencapai kepuasan seksual jika tidak ada rasa sakit atau malu. Pada
sejumlah kasus, masokisme seksual melibatkan situasi mengikat atau menyakiti
diri sendiri pada saat masturbasi atau berfantasi seksual. Pada kasus lain, pasangan
diminta untuk mengikat (membatasi gerak), menutup mata (membatasi sensori),
memukul, atau mencambuk seseorang (Kaplan & Sadock’s, 2015).

2.2 Epidemiologi

Insiden dan prevalensi kejahatan seks di Amerika Utara menurun. Di


Kanada, tingkat kekerasan seksual pada tahun 2004 adalah 74 insiden per
100.000, mewakili penurunan 33% dari tahun 1985. Sejak itu, tingkat yang
dipublikasikanmelaporkan penurunan lebih lanjut menjadi 72 per 100.000.
Prevalensi masokisme banyak pada perempuan sekitar 69% dan laki laki 51%.
Pada sadisme seksual , perempuan dan laki-laki secara statistik tidak berbeda
dalam kemungkinan 45% dan 53% (Fedoroff, 2008; Wismeijer, 2013).Meskipun
fantasi seksual sadis sering dimulai pada masa kanak-kanak seseorang, timbulnya
sadisme seksual aktif biasanya terjadi selama awal kehidupan orang dewasa.
Ketika perilaku sadis yang sebenarnya dimulai, itu akan sering berlanjut menetap
sampai dewasa sehingga harus mendapat terapi. Sadism banyak terjadi pada laki
(Fahmy, 2010).

2.3 Etiologi

1. Faktor Psikoseksual

Di dalam model psikionalatik klasik orang dengan parafilia gagal

menyelesaikan proses perkembangan normal dalam penyesuaian heteroseksual.

Kegagalan menyelesaikan krisis Oedipus dengan mengidentifikasi aggressor ayah

(untuk laki-laki) dan aggressor ibu (untuk perempuan) menimbulkan baik

identifikasi yang tidak sesuai dengan orang tua dengan jenis kelamin berlawanan

atau pilihan objek yang tidak tepat untuk penyaluran libido. Pada individu
masokism mereka ingin berada dalam peran didominasi oleh orang lain. Hal ini

menyebabkan mereka menjadi insane yang konflik dan tunduk kepada orang lain.

Teori lain menyatakan bahwa berperilaku sadomasokisme sebagai alat untuk

melarikan diri. Mereka juga dapat mengeluarkan fantasi mereka dan menjadi

sebagai orang baru serta berbeda dari yang lain (Kaplan & Sadock’s, 2015).

2. Faktor Organik

Di bawah faktor biologis, beberapa studi mengidentifikasi temuan organic


abnormal pada orang dengan parafilia. Diantara pasien positif mencakup 74%
pasien dengan kadar hormone abnormal, 27% dengan tanda neurologis yang
ringan atau berat, 24% dengan kelainan kromosom, 9% dengan kejang, 9%
dengan disleksia, 4% dengan elektroensefalogram (EEG) abnormal, 4% dengan
gangguan jiwa berat dan 4% dengan cacat mental (Kaplan & Sadock’s, 2015).
Daftar Pustaka

Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P. Kaplan & Sadock’s Synopsis of


Psychiatry: Behaviorial Science/Clinical Psychiatry.11 th ed. Philadelphia:
Lippincott Wolters Kluwer, 2015
Maslim, Rusdi. 2013. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan
Ringkas PPDGJ-III dan DSM 5. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK -Unika
Atma Jaya: Jakarta
Willy F.Maramis, Albert A.Maramis. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi
2. Surabaya: Airlangga University Press
Fahmy, A. Seksual Masochism and Seksual Sadism Available from:
http://www.minddisorders.com/Py-Z/Sexual-sadism.html [Accessed 31 March
2019]..
Fedoroff, Paul. 2008. Sadism, Sadomasochism, Sex, and Violence. The Canadian
Journal of Psychiatry, Vol 53, No 10
Bernat de Pablo Márqueza, Ariadna Balagué Añób y Silvina Guijarro Domingoc.
2016. Paraphilia. Hospital Universitari MútuaTerrassa
R. B. Krueger. 2009. The DSM Diagnostic Criteria for Sexual Sadism and
Sexual Behavior Clinic, New York State Psychiatric Institute, USA
Roland Weierstall and Gilda Giebel . 2016. The Sadomasochism Checklist: A
Tool for the Assessmentof Sadomasochistic Behavior. Department of Psychology,
University of Konstanz, 78457 Constance, Germany

Anda mungkin juga menyukai