SKENARIO 2
2013_C
FAKULTAS KEDOKTERAN
SKENARIO II
An. Tarjo usia 1 tahun, dibawa ibunya ke instalasi gawat darurat dengan keluhan tidak dapat
buang air kecil. Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya sebelum ini selalu menangis dan
mengejan pada saat buang air kecil ,sekarang bahkan tidak dapat buang air kecil dan anaknya
demam sejak dua hari yang lalu.
2
BAB II
KATA KUNCI
3
BAB III
PERMASALAHAN
4
BAB IV
PEMBAHASAN
A. BATASAN
1. Mengejan saat buang air kecil merupakan suatu kondisi dimana urin sulit
dikeluarkan secara normal kemungkinan karena muara dari saluran air kencing
tertutup serta ujung kelamin terlihat mengembung.
2. Demam merupakan suatu kondisi tubuh yang mengalami peningkatan suhu berada
diatas 37,5 derajat celcius. Infeksi ringan dan parah bisa menyebabkan demam.
Demam merupakan bagian dari proses kekebalan tubuh.
3. Sulit buang air kecil adalah kondisi dimana air seni keluar secara tidak lancar,
menetes atau kemungkinan memancar dengan arah yang tidak terduga.
5
disebut Buck fasciayang memisahkan penis menjadi dorsal (korpora kavernosa)
dan ventral (korpus spongiosum).
Kulit glans penis tersusun oleh pelapis epitel tatah berlapis tanpa keratin sebanyak
lima hingga enam lapis, setelah sirkumsisi bagian ini akan membentuk keratin.
Glans dipisahkan dengan korpus penis oleh balanopreputial sulcus pada aspek
dorsal dan lateral dan oleh frenulum pada regio ventral. Kelenjar sebaseus pada
penis dikenal sebagai kelenjar Tyson dan bertanggungjawab atas produksi
smegma.
Uretra terbagi atas tiga bagian : prostatic (segmen proksimal pendek yang
dikelilingi oleh prostat), membranosa atau bulbomembranosa (memanjang dari
kutub bawah prostat hingga bulbus korpus spongiosum) dan penil
(yang melewati korpus spongiosum). Secara histopatologi, pelapis epitel uretra
adalah tipe transisional di bagian proksimal (prostatik), stratified squamous pada
bagian distal yang berhubungan dengan fossa navicularis dan stratified atau
epitel pseudostratified kolumnar bersilia pada kanal. Metaplasia skuamosa pada
epitel umumnya disebabkan oleh pengobatan dengan preparat estrogen.
Struktur kelenjar yang berhubungan dengan uretra adalah kelenjar
intraepitelial dari lakuna Morgagni (kelenjar intraepitel silindris selapis),
Kelenjar Littre (Kelenjar musinus tubuloacinar sepanjang korpus spongiosum),
dan bulbouretral atau kelenjar Cowper (mucous acinar pada profunda membran
uretra).
6
2. Fisiologi dan Patofisiologi
Berikut fisiologis dan Patofisiologis dari phimosis yang sangat ada kaitannya
dengan anatomi dan histologi penis.
Phimosis patologis sering terjadi akibat dari Balanitis Xerotica Obliterans (BXO) .
Dalam kondisi ini, sama dengan lichen sclerosis atrophicus, kulup menebal,
meradang, terluka, dan tidak sembuh dengan sendirinya. Etiologi pasti dari BXO
belum diketahui dengan pasti. Secara histologis, ada hiperkeratosis dan lapisan
basal berdegenerasi dengan infiltrasi limfosit, sel plasma, dan histiosit. Proses
patologis yang menimbulkan BXO juga dapat mempengaruhi uretra, sehingga
menimbulkan stenosis meatus dan uretra. Menurut salah satu penelitian BXO
adalah dua kali lebih umum terjadi pada orang kulit hitam dan hispanik
dibandingkan dengan kulit putih. BXO tidak biasa terjadi sebelum umur 2 tahun
dan biasanya memuncak setelah 5 tahun. Prevalensi phimosis patologis pada anak
laki-laki sampai umur 15 tahun adalah 0,6%.
BXO sering dikeluhkan dengan rasa terbakar pada saat buang air kecil. Pasien
atau orang tua juga dapat mengungkapkan bahwa kulup, yang dulunya dapat
ditarik dan sekarang tidak lagi. Pada kondisi penyakit yang berat, rasa sakit dapat
menyebabkan anak untuk mengurungkan niat untuk buang air kecil dan
mengarahkan untuk terjadinya retensi urin. Perdarahan ringan pada kulup dapat
terjadi. Jika ada keterlibatan meatus uretra atau, gejala dapat berkembang menjadi
lebih berat pada saat buang air kecil dan pancaran menjadi lemah. Obstruksi
lengkap dapat terjadi jika stenosis meatus makin parah.
7
3. Patomekanisme Terjadinya Phimosis
(Preputium-Glans Penis)
Adhesi Alamiah
Smegma
Terdilatasi
8
4. JENIS PENYAKIT YANG BERHUBUNGAN
A. Kanker Penis
Kanker Penis adalah keganasan pada penis. Kanker Penis adalah kanker yang
sangat ganas pada alat reproduksi pria, dan kalau tidak segera ditangani bisa
memicu kanker pada organ tubuh yang lain dan dapat menyebabkanamputasi
pada penis. Kanker penis adalah kanker yang terdapat pada kulit dan jaringan
penis.
Gejala Klinis
1. luka pada penis
2. luka terbuka pada penis
3. nyeri penis dan perdarahan dari penis (pada stadium lanjut).
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi :
Adanya luka terbuka
Adanya perdarahan penis
Terdapat kutil
Palpasi
Nyeri tekan
Ada benjolan
Pemeriksaan diagnostic / Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium:
Pemeriksaan sel darah putih untuk mengetahui kadar imunitas tubuh
Biopsy : untuk menentukan stadium kanker penis
B. Phymosis
Phymosis adalah ketidakmampuan menarik kulit selaput ujung penis ke
belakang, sedangkan aprafimosis adalah terperangkapnya kulit selaput ujung
penis di leher penis. Phymosis normal terjadi pada bayi baru lahir dan akan
menghilang setelah mencapai remaja, sedangkan phymosis abnormal terjadi
setelah pubertas atau pada laki – laki yang sebelumnya tidak mengalami
fimosis.
9
Phymosis abnormal umumnya disebabkan oleh jaringan parut di sekitar kulit selaput yang
terbentuk akibat peradangan berulang. Penderita Phymosis berisiko mengalami
paraphymosis jika kulit selaput ditarik secara paksa. Fimosis normal disadari oleh orang
tua bayi karena ketidakmampuan menarik kulit selaput penis saat pembersihan dan
adanya pembesaran ujung penis saat BAK.
Gejala Klinis
PENATALAKSANAAN
a. Sunat
Banyak dokter yang menyarankan sunat untuk menghilangkan masalah fimosis secara
permanen. Rekomendasi ini diberikan terutama bila fimosis menimbulkan kesulitan
buang air kecil atau peradangan di kepala penis (balanitis). Sunat dapat dilakukan
dengan anestesi umum ataupun local.
b. Obat
Terapi obat dapat diberikan dengan salep yang meningkatkan elastisitas kulup.
Pemberian salep kortikoid (0,05-0,1%) dua kali sehari selama 20-30 hari, harus
dilakukan secara teratur dalam jangka waktu tertentu agar efektif.
c. Peregangan
10
Terapi peregangan dilakukan dengan peregangan bertahap kulup yang dilakukan
setelah mandi air hangat selama lima sampai sepuluh menit setiap hari. Peregangan
ini harus dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari luka yang menyebabkan
pembentukan parut.
C. Paraphymosis
Paraphimosis adalah sebuah kondisi serius yang bisa terjadi hanya pada laki-
laki dan anak laki-laki yang belum atau tidak disunat. Paraphimosis berarti
kulup terjebak di belakang kepala penis dan tidak dapat ditarik kembali ke
posisi normal.
Kadang-kadang laki-laki yang tak disunat kulup mereka tertarik ke belakang
saat berhubungan seks, ketika mereka kencing atau ketika mereka
membersihkan penis mereka. Jika kulup yang tersisa di belakang kepala penis
terlalu panjang, penis kemungkinan mengalami pembengkakan sehingga kulup
yang terperangkap di belakang kepala penis.
Gejala klinis
1. Edema gland penis
2. Nyeri
3. Jeratan pada penis
Penatalaksanaan
11
BAB V
HIPOTESA AWAL ( DIFFERENTIAL DIAGNOSIS )
12
BAB VI
A. Phymosis
1. Gejala klinis
Phimosis biasanya dikeluhkan dengan adanya riwayat ketidakmampuan untuk
menarik kembali kulup, ataupun membentuk balon saat buang air kecil. Mungkin
ada riwayat discharge berulang dengan atau tanpa benjolan di korona (kista
smegmatous). Gejala yang sering terjadi pada fimosis menurut
(Rukiyah,2010:230) diantaranya:
a. Penis membesar dan menggelembung akibat tumpukan urin.
c. Biasanya bayi menangis dan mengejan saat buang air kecil karena timbul rasa
sakit.
d. Kulit penis tak bisa ditarik kea rah pangkal ketika akan dibersihkan
2. Pemeriksaan Fisik
Dalam phimosis fisiologis, kulup lembut dan lentur. Biasanya ada sebuah
meatus prepucial yang dapat dilihat. Dalam phimosis fisiologis, kulup dapat
menggelembung atau berbentuk jamur jika diretraksi dengan lembut. Retraksi
tidak boleh dilakukan dengan kuat.
13
Variasi lain phimosis dimana aliran urin mengalir ke dalam ruang prepusial,
sehingga menimbulkan apa yang disebut “penis gunung berapi”. Dalam kondisi
ini, preputium membentang dan meliputi sebagian penis. Ruang prepusial dan
suprapubik menggembung karena air kencing yang tertampung. Tekanan pada
ruang prepusial besar dapat kadang-kadang menyebabkan urin untuk menyembur
dari meatus kulup. Bentuk phimosis ini lebih baik ditangani dengan triradial
prepuitoplasty, dikarenakan sunat sulit untuk dilakukan dan secara kosmetik jelek.
Dengan phimosis patologis, kulup menebal dan bekas luka dan bisa tidak kembali
normal.
3. Pemeriksaan Penunjang
Pada klien dengan fimosis pemeriksaan yang perlu dilaksanakan sebagai
penunjang dalam pengumpulan data adalah :
B. Paraphimosis
1. Gejala Klinis
a. Udema gland penis
b. Nyeri
c. Jeratan pada penis
d. Kulup tertarik ke belakang kepala penis
e. Sakit pada penis
2. Pemeriksaan fisik
Preputium diusahakan di kembalikan secara manual dengan teknik memijat
gland selama 3-5menit diharapkan edema berkurang dan secara perlahan
preputium dikembalikan pada tempatnya. Jika usaha gagal, lakukan dorsum insisi
pada tempatnya setelah edema dan proses inflamasi menghilang pasien dianjurka
menjalani sirkumsisi.
3. Pemeriksaan penunjang
14
Peregangan Terapi peregangan dilakukan dengan peregangan bertahap kulup yang
dilakukan setelah mandi air hangat selama lima sampai sepuluh menit setiap hari.
Peregangan ini harus dilakukan dengan hati- hati untuk menghindari luka yang
menyebabkan pembentukan parut.
15
BAB VII
HIPOTESA AKHIR
16
BAB VIII
MEKANISME DIAGNOSIS
1. ANAMNESA
Nama : An. Tarjo
Usia : 1Tahun
Pekerjaan :-
Alamat : Kediri
Agama : islam
17
Keluhan Utama : Tidak dapat buang air kecil
Riwayat persalinan: Lahir spontan letak belakang kepala, BBL: 2900 gram, G1P00
Riwayat sosial: Ayah seorang petani dan ibu seorang ibu rumah tangga
2. PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran : Compos mentis
Vital sign :
Tekanan Darah : 140/90 mmHg
RR : 36 x/ menit
Nadi : 120 x/ menit
Suhu : 38º C
Pemeriksaan Thorax:
a. Paru: DBN
b. Jantung: DBN
18
c. Abdomen: DBN
19
BAB IX
A. Penatalaksanaan
sirkumsisi. Fimosis yang disertai balanitis atau prostitis harus diberikan antibiotika
aliran air seni, diperlukan tindakan sirkumsisi (membuang sebagian atau seluruh
preputium).
20
BAB X
PROGNOSIS DAN KOMPLIKASI
A. Prognosis
Apabila phymosis diterapi dengan baik yaitu dilakukan sirkumsisi pada An. Tarjo
maka phymosis dapat disembuhkan.
B. Tanda Untuk Merujuk Pasien
1. Penanganan dini atau terapi awal dengan pemberian antibiotic dan steroid
2. merujuk ke dokter spesialis bedah urologi untuk dilakukan pembedahan
konservatif atau sirkumsisi
C. Peran Pasien/ keluarga Untuk Penyembuhan
Penatalaksanaan secara Konservatif dengan cara menjaga kebersihan bokong dan
penis.Berikut penjelasannya.
1) Bokong
Area bokong sangat mudah terkena masalah karena sering terpapar dengan popok
basah dan terkena macam-macam iritasi dari bahan kimia serta mikroorganisme
penyebab infeksi air kemih atau tinja, maupun gesekan dengan popok atau baju.
Biasanya, akan timbul gatal-gatal dan merah di sekitar bokong. Meski tidak semua
bayi mengalaminya, namun pada eberapa bayi, gatal-gatal dan merah dibokong
cenderung berulang timbul. Tindak pencegahan yang penting adalah
mempertahankan area ini tetap kering dan bersih. Tindakan yang sebaiknya
dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Jangan gunakan diapers sepanjang hari. Cukup saat tidur malam atau
bepergian.
b. Jangan berganti-ganti merek diapers. Gunakan hanya satu merek yang cocok
dengan bayi
c. Lebih baik gunakan popok kain. Jika terpaksa memakai diapers, kendurkan
bagian paha untuk ventilasi dan seringlah menggantinya (tiap kali sehabis
buang air kecil atau besar).
d. Tak ada salahnya sesekali membiarkan bokongnya terbuka. Pastikan suhu
ruangan cukup hangat sehingga ia tidak kedinginan.
e. Jika peradangan kulit karena popok pada bayi tidak membaik dalam 1-2 hari
atau lebih bila timbul lecet atau bintil-bintil kecil, hubungi dokter.
21
2) Penis . Tindakan yang sebaiknya dilakukan pada area penis adalah sebagai
berikut :
a. Sebaiknya setelah BAK, penis dibersihkan denga air hangat menggunakan kassa.
Membersihkannya harus sampai selangkangan, jangan digosok-gosok. Cukup diusap
dari atas ke bawah dengan satu arah sehingga bisa bersih dan yang kotor bisa hilang.
b. Setiap selesai BAK, popok selalu diganti agar kondisi penis tidak iritasi.
c. Setelah BAK, penis jangan dibersihkan dengan sabun yang banyak karena bisa
menyebabkan iritasi.
d. Memberikan salep kortikoid (0,05-0,1%) 2 kali per hari selama 20-30 hari. Terapi ini
tidak dianjurkan bagi bayi dan anak-anakyang masih memakai popok, tetapi dapat
dipertimbangkan untuk usia sekitar 3 tahun.
D. Pencegahan Penyakit
1. Ibu memperhatikan kebersihan urogenital pada bayi terutama diapers yang
digunakan
2. Melalukan sirkumsisi sedini mungkin.
22
DAFTAR PUSTAKA
Rukiyah, Ai Yeyeh & Lia Yulianti. 2010. Asuhan Kebidanan IV (Patologi Kebidanan).
Jakarta
Titiek, dkk. 2015. Neoplasma dan farmakoterapi. Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya
Kusuma Surabaya: Surabaya
23