TINJAUAN TEORI
A. LANJUT USIA
1. Pengertian lansia
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada
daur kehidupan manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4)
UU No. 13 Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut
adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam
dkk, 2008). Berdasarkan defenisi secara umum, seseorang dikatakan
lanjut usia (lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas. Lansia bukan suatu
penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan
yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi
dengan stres lingkungan. Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh
kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap
kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya
kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual
(Efendi, 2009).
2. Batasan lansia
Departemen Kesehatan RI (dalam Mubarak et all, 2006) membagi
lansia sebagai berikut:
a. Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 tahun) sebagai masa
vibrilitas
b. Kelompok usia lanjut (55-64 tahun) sebagai presenium
c. Kelompok usia lanjut (65 tahun >) sebagai senium
Menurut pendapat berbagai ahli dalam Efendi (2009) batasan-
batasan umur yang mencakup batasan umur lansia adalah sebagai
berikut:
B. DERMATITIS ATOPIK
a. Definisi
Dermatitis atopik (DA) adalah peradangan kulit kronis residif
disertai gatal yang umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak,
sering berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan
riwayat atopi pada penderita atau keluarganya.
Dermatitis atopik adalah keadaan peradangan kulit kronis dan
residif, disertai gatal dan umumnya sering terjadi selama masa bayi dan
anak-anak, sering berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam
serum dan riwayat atopi pada keluarga atau penderita. Kelainan kulit
berupa papul gatal, yang kemudian mengalami ekskoriasi dan
likenifikasi, tempatnya dilipatan atau fleksural..
d. Patofisiologi
Dermatitis kontak alergi merupakan hipersensitivitas tipe IV (tipe lambat)
yang terdiri dari 2 fase, yaitu fase sensitisasi dan elisitasi:
1. Fase sensitisasi
Fase sensitisasi adalah fase dimana terjadinya kontak pertama kali
antara alergen dengan kulit yang selanjutnya alergen tersebut akan
dikenal dan direspon oleh limfosit T atau fase ketika sel T naive
dirubah menjadi sel T efektor atau sel T memori spesifik antigen.
Alergen pada umumnya merupakan bahan dengan berat molekul
rendah (<500 dalton), larut dalam lemak dan memiliki reaktivitas yang
Kriteria mayor dan minor yang diusulkan oleh Hanifin dan Rajka
didasarkan pengalaman klinis yang cocok untuk diagnosis berbasis rumah
sakit (hospital based)dan eksperimental,tetapi tidak dapat dipakai pada
penelitian berbasis populasi karena kriteria minor umumnya ditemukan
pada kelompok kontrol, disamping itu belum divalidasi terhadap diagnosis
dokter atau diuji untuk pengulangan (repeatability).
Dalam perkembangan selanjutnya seiring dengan kemajuan di
bidang imunologi maka untuk diagnosis dermatitis atopik mulai
dimasukkan uji alergi sebagai kriteria diagnosis. Pemeriksaan atau uji
alergik tersebut adalah uji tusuk (skin pricktest) terhadap bahan alergen
inhalan dan pemeriksaan IgE total didalam serum penderita.
h. Penatalaksanaan Umum
Penatalaksanaan dermatitis atopik harus mengacu pada kelainan
dasar , selain mengobati gejala utama gatal untuk meringankan
penderitaan penderita. Penatalaksanaan ditekankan padakontrol jangka
waktu lama (long term control), bukan hanyauntuk mengatasi
i. Komplikasi
Barier kulit yang rusak, respon imun yang abnormal,
penurunanproduksipeptidaantimikrobaendogen, semua presdiposisi
mempengaruhi penderita dermatitis atopik terkena infeksi sekunder.Infeksi
kutan ini dapat menimbulkan lebih resiko yang serius pada bayi danpada
waktu mendatang akan berpotensi untuk infeksi sistemik. Penderita
dermatitis atopik juga sangat rentan dengan infeksi virus, yang paling
berbahaya adalah herpes simplex dengan penyebaran luas dapat
mengakibatkan ekzema hepetikumyang dapat terjadi pada semua usia.
Komplikasi pada mata juga dihubungkan dengan dermatitis
kelopak mata dan blepharitis kronis yang umumnya terkait dengan
dermatitis atopik dandapat mengakibatkangangguan penglihatan dari
jaringan parut kornea.Kerato konjungvitis atopik biasanya bilateral dan
dapat memiliki symptom seperti rasa gatal dan terbakar pada mata, mata
berair dan mengeluarkan diskret yang mukoid