Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN LH COLLI SINISTRA


CLASSICAL TYPE S DI POLI ONKOLOGY SATU ATAP RSUD DR SOETOMO
SURABAYA

Disusun Oleh :
Handini Indah Rahmawati
131611133122

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2019
1. Definisi
Dalam pengertian umum tumor adalah benjolan atau pembengkakan dalam
tubuh. Dalam pengertian khusus tumor adalah benjolan yan disebabkan oleh
neoplasma. Tumor atau Neoplasma adalah massa abnormal dari sel-sel yang
mengalami proliferasi.
Tumor colli adalah setiap massa baik congenital maupun didapat timbul di
segitiga anterior atau posterior leher diantara klavikula pada bagian inferior dan
mandibulae serta dasar tengkorak pada bagian superior. Pada 50% kasus benjolan
pada leher berasal dari tiroid 40% benjolan pada leher disebabkan oleh keganasan,
10% berasal dari peradangan atau kelainan congenital.

2. Klasifikasi
Secara umum tumor colli dapat dibedakan menjadi tiga kategori yaitu
a. Kelainan kongenital : kista dan fistel leher lateral dan median, seperti
hygroma colli cysticum, kista dermoid
b. Inflamasi atau peradangan : limfadenitis sekunder karena inflamasi banal
(acne faciei, kelainan gigi dan tonsilitis) atau proses infamasi yang lebih
spesifik (tuberculosis, tuberculosis atipik, penyakit garukan kuku,
actinomikosis, toksoplasmosis). Disamping itu di leher dijumpai
perbesaran kelenjar limfe pada penyakit infeksi umum seperti rubella dan
mononukleosis infeksiosa
c. Neoplasma : Lipoma, limfangioma, hemangioma dan paraganglioma
caroticum yang jarang terdapat (terutama carotid body; tumor glomus
caroticum) yang berasal dari paraganglion caroticum yang terletak di
bifurcatio carotis,merupakan tumor benigna. Selanjutnya tumor benigna
dari kutub bawah glandula parotidea, glandula submandibularis dan
kelenjar tiroid. Tumor maligna dapat terjadi primer di dalam kelenjar limfe
(limfoma maligna), glandula parotidea, glandula submandibularis,
glandula tiroidea atau lebih jarang timbul dari pembuluh darah, saraf, otot,
jaringan ikat, lemak dan tulang. Tumor malignan sekunder di leher pada
umumnya adalah metastasis kelenjar limfe suatu tumor epitelial primer
disuatu tempat di daerah kepala dan leher. Jika metastasisnya kelenjar leher
hanya terdapat di daerah supra klavikula kemungkinan lebih besar bahwa
tumor primernya terdapat ditempatkan lain di dalam tubuh.
3. Etiologi
Etiologi yang terkait dengan tumor colli diantaranya yaitu:
a. Karsinogen kimiawi
Karsinogen yang memerlukan perubahan metobolisme agar menjadi
karsinogen aktif , sehingga, misalnya Aflatoksin B1 pada kacang,
vinylklorida pada industri plastik, benzoapiran pada asap kendaraan
bermotor, kemoterapi dalam kesehatan.
b. Karsinogen fisik
Berkaitan dengan ultraviolet kangker kulit, karena terkana sinar.radiasi UV
yang dapat menimbulkan dimmer yang merusak rangka fasfodiester DNA,
misalnya sinar ionisasi pada nuklir, sinar radioaktif, sinar ultraviolet
c. Hormon
Hormon merupkan zat yang dihasilkan kelenjer tubuh yang berfungsi
mengatur organ-organ tubuh, pemberian hormone tertentu secara berlebihan
dapat menyebabkan peningkatan terjadinya beberapa kangker.
d. Gaya hidup
Gaya hidup yang tidak sehat merupakan salah satu factor pendukukng
kangker, misalnya diet, merokok, alcohol.
e. Genetik
Walaupun tumor tidak termasuk tumor genetic tetapi kerentangan terhadap tumor
pada kelompok masyarakat tertentu relatif menonjol. Analisis korelasi
menunjukkan gen HLA (human leukocyteantigen) mungkin bertanggung jawab
atas aktivitas metabolik yang terkait karsinogen.
f. Kelainan kongenital
Kelainan congenital adalah kelainan yang dibawa sejak lahir,
benjolannya dapat berupa benjolan yang timbul sejak lahir atau timbul pada
usia kanak-kanak bahkan terkadang muncul setelah usia dewasa. Pada
kelainan ini, benjolan yang paling sering terletak di leher samping bagian
kiri atau kanan di sebelah atas , dan juga di tengah-tengah di bawah dagu.
Ukuran benjolan bisa kecil beberapa cm tetapi bisa juga besar seperti bola
tenis.
g. Penurunan imunitas
Pada saat system imun menurun menyebabkan terjadinya gangguan sistem
kekebalan tubuh yang menyebabkan terjadinya peningkatan kerentanan terhadap
infeksi, dan perlambatan proses penyembuhan penyakit.
h. Usia dan jenis kelamin
Terdapat resiko malignasi apabila didapat nodul tiroid pada usia >45 tahun,
dan untuk wanita mempunyai resiko tiga kali lebih besar dari pada pria.

4. Patofisiologi
Kelainan congenital, genetic, gender/ jenis kelamin, usia, rangsangan fisik
berulang, hormone infeksi, gaya hidup, karsinogenik (bahan kimia, virus, radiasi)
dapat menimbulkan tumbuh dan berkembangnyasel tumor. Sel tumor dapat
bersifat benigna (Jinak) atau bersifat maligna (ganas). Sel tumor pada tumor jinak
bersifat tumbuh lambat, sehingga tumor jinak pada umumnya tidak cepat
membesar. Sel tumor mendesak jaringan sehat sekitarnya secara serempak
sehingga terbentuk serabut pembungkus yang memisahkan jaringan tumor dari
jaringan sehat.
Pada umumnya tumor mulai tumbuh dari satu sel di suatu tempat
(unisentrik), tetapi kadang tumor berasal dari beberapa sel dalam satu organ
(multisentrik) atau dari beberapa organ (multiokuler) pada waktu bersamaan
(sinkron) atau berbeda (metakron).
Selama pertumbuhan tumor masih terbatas pada organ tempat asalnya
maka tumor dikatakan mencapai tahap local, namum bila telah infiltrasi ke organ
sekitarnya dikatakan mencapai tahap invasive atau infiltratif. Sel tumor bersifat
tumbuh terus sehingga makin lama makin besar dan mendesak jaringan
sekitarnya. Pada neoplasma sel tumbuh sambil menyusup dan merembes ke
jaringan sekitarnya dan dapat meninggalkan sel induk masuk ke pembuluh darah
atau pembuluh limfe, sehingga terjadi penyebaran hematogen dan limfatogen.
Tumor colli merupakan neoplasma yang berasal dari kelenjar yang terletak
di depan leher yang secara normal memproduksi hormone tiroid yang penting
untuk metabolisme tubuh. Infiltrasi ca colli dapat ditemukan di trachea, laring,
faring, esophagus, pembuluh darah karotis, vena jugularis, struktur lain pada leher
dan kulit. Metastase limfogen dapat meliputi semua region leher sedangkan
metastase hematogen biasanya di paru, tulang, otak dan hati. Kanker
ini berdiferensiasi mempertahankan kemampuan untuk menimbun yodium
pembesaran kelenjar getah bening. Lokasi kelenjar getah bening yang bisa
membesar dan bisa teraba pada perabaan yakni di ketiak, lipat paha. Ada juga
kelenjar getah bening yang terdapat di dalam tubuh yang mana tidak dapat
diraba yakni didalam rongga perut. Penyebab dari pembesaran kelenjar getah
bening adalah infeksi non spesifik, infeksi spesifik (TBC), keganasan (lymphoma).

5. Manifestasi Klinik
Secara umum, manifestasi klinis dari tumor colli adalah :
a. Terapat lesi pada organ yang biasanya tidak nyeri terfiksasi dan keras
dengan batas yang tidak teratur.
b. Terjadi retraksi pada organ, karena tumor membesar sehingga terjadi
penerikan pada organ-organ yang berada dekat dengan tumor tersebut.
c. Pembengkakan organ yang terkena, dikarenakan pertumbuhan tumor yang
secara progresif dan invasive sehinga dapat merusak atau
mengalami pembengkakan,organ-organ di sekitar tumor.
d. Terjadi eritema atau pembengkakan lokal, di karenakan terjadinya
peradangan pada tumor sehingga daerah sekitar tumor akan mengalami
eritema.
e. Pada penyakit yang sudah stadium lanjut dapat terjadi pecahnya benjolan-
benjolan pada kulit atau ulserasi.
Kecurigaan klinis adanya ca colli didasarkan pada observasi yang
dikonfirmasikan dengan pemeriksaan patologis dan dibagi dalam kecurigaan ti
nggi, sedang dan rendah.
a. Kecurigaan tinggi diantaranya:
Riwayat neoplasma endokrin multipel dalam keluarga.
Pertumbuhan tumor cepat.
Nodul teraba keras.
Fiksasi daerah sekitar.
Paralisis pita suara.
Pembesaran kelenjar limpa regional.
Adanya metastasis jauh.
b. Kecurigaan sedang diantaranya:
Usia > 60 tahun.
Riwayat radiasi leher.
Jenis kelamin pria dengan nodul soliter.
Tidak jelas adanya fiksasi daerah sekitar.
Diameter lebih besar dari 4 cm dan kistik.
c. Kecurigaan rendah diantaranya:
Tanda atau gejala diluar/selain yang disebutkan diatas.
Penekanan organ sekitar
Gangguan dan rasa sakit waktu menelan
Sulit benafas, suara serak,
Limfadenopati leher serta dapat terjadi metastasi jauh, paling sering ke
paru-paru, tulang dan hati

6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk tumor colli, antara lain :
a. Laboratorium
Pemeriksaan T3 dan T4 kadang-kadang diperlukan karena pada ca colli
dapat terjadi tiroktositosis walaupun jarang. Human Tiroglobulin (HTG)
Tera dapat dipergunakan sebagai tumor marker dan kanker tiroid
diferensiasi baik. Walaupun pemeriksaan ini tidak khas untuk
kanker tiroid, namun peninggian HTG ini setelah tiroidektomi total
merupakan indikator tumor residif atau tumbuh kembali (barsano). Kadar
kalsitonin dalam serum dapat ditentukan untuk diagnosis karsinoma
meduler.
b. Radiology
- Foto polos leher ap dan lateral dengan metode soft tissue technique
dengan posisi leher hiperekstensi , bila tumornya besar. Untuk melihat
ada tidaknya kalsifikasi.
- Dilakukan pemeriksaan foto thorax pa untuk menilai ada tidaknya
metastase dan pendesakkan trakea.
- Esofagogram dilakukan bila secara klinis terdapat tanda-tanda adanya
infiltrasi ke esophagus.
- Pembuatan foto tulang belakang bila dicurigai adanya tanda-tanda
metastase ke tulang belakang yang bersangkutan. CT scan atau MRI
untuk mengevaluasi staging dari karsinoma tersebut dan bisa untuk
menilai sampai di mana metastase terjadi.
c. Ultrasonografi
Untuk mendeteksi nodul yang kecil atau yang berada di posterior yang
secara klinis belum dapat dipalpasi dan mendeteksi nodul yang
multiple dan pembesaran. Di samping itu dapat dipakai untuk membedakan
yang padat dan kistik serta dapat dimanfaatkan untuk penuntun dalam
tindakan.
d. Scanning tiroid
Dengan sifat jaringan tiroid maka pemeriksaan scanning ini dapat
memberikan beberapa gambaran aktivitas, bentuk dan besar kelenjar tiroid.
Kegunaan pemeriksaan ini, yaitu:
- Memperlihatkan nodul soliter pada tiroid.
- Memperlihatkan multiple nodul pada struma yang klinis kelihatan
seperti nodul soliter.
- Memperlihatkan retrosternal struma
- Mencari occul neoplasma pada tiroid.
- Mengindentifikasi fungsi dari jaringan tiroid setelah operasi tiroid.
- Mengindentifikasi ektopik tiroid.
- Mencari daerah metastase setelah total tiroidektmi.
- Needle biopsy; dapat dilakukan dengan cara needle core biopsy atau
fnab (biopsy jarum halus).
e. Pemeriksaan potong beku
Dengan cara ini diharapkan dapat membedakan jinak atau ganas waktu
operasi berlangsung, dan sekaligus untuk menentukan tindakan operasi
definitive.
f. Pemeriksaan histopatologi dengan parafin coupe
Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan definitif atau gold standar.
g. Biopsi Aspirasi
Pada dekade ini biopsy aspirasi jarum halus banyak dipergunakan sebagai
prosedur diagnostik pendahuluan dari berbagai tumor terutama pada tumor
tiroid. Dengan mempergunakan jarum tabung 10 ml, dan jarum no.22 –
23 serta alat pemegang, sediaan aspirator tumor diambil untuk
pemeriksaan sitologi. Berdasarkan arsitektur sitologi dapat diidentifikasi
karsinoma papiler, karsinoma folikuler, karsinoma anaplastik dan
karsinoma meduler.

7. Komplikasi
a. Perdarahan, resiko ini minimum, namun hati- hati dalam mengamankan
hemostatis dan penggunaan drain setelah operasi.
b. Masalah terbukanya vena besar (vena tiroidea superior) dan
menyebabkan embolisme udara. Dengan tindakan anestesi mutakhir,
ventilasi tekanan positif yang intermitten, dan teknik bedah yang
cermat, bahaya ini dapat di minimalkan.
c. Trauma pada nervus laringeus rekurens yang menimbulkan paralisis
sebagian atau total (jika bilateral) laring.
d. Sepsis yang meluas ke mediastinum.
e. Hipokalsemi, karena terangkatnya kelenjarparatiroid saat operasi.

8. Penatalaksanaan
a. Pembedahan (colli otomi, tiroidektomi)
- Harus melaksakan pemerikasaan klinis untuk menentukan
nodul benigna atau maligna
- Eksisi tidak hanya terbatas pada bagian utama tumor, tapi
eksisi juga harus di lakukan terhadap jaringan normal
sekitar jaringan tumor. Cara ini memberikan hasil operasi
yang lebih baik.
- Metastase ke kelanjar geteh bening umumnya terjadi pada
setiap tumor sehingga pengangkatan, kelenjar di anjurkan
pada tindakan bedah.
- Satu hal mutlak di lakukan sebelum bedah adalah
menentukan stadium tumor dan melihat pola
pertumbuhan (growth pattern) tumor tersebut.
- Tirodektomi adalah sebuah operasi yang dilakukan pada
kelenjer
- Colliotomi adalah operasi yang dilakukan pada leher yang
terkena tumor
b. Obat-obatan
- Immunoterapy : interleukin 1 dan alpha interferon
- Kemoterapi : kemampuan dalam mengobati beberapa jenis tumor
- Radioterapy : membenul sel kanker dan sel jaringan normal,
dengan tujuan, meninggikan kemampuan untuk membunuh sel
tumor dengan kerusakan serendah mungkin pada sel normal

9. WOC
Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan ,
alamat,pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register dan diagnosa
medis.
2. Persiapan penunjang
Meliputi laboratorium, GDS, urine.
3. Pemeriksaan fisik
1) Sistem Integumen :
a. Perhatikan : nyeri, bengkak, flebitis, ulkus
b. Inspeksi kemerahan & gatal, eritema
c. Perhatikan pigmentasi kulit4) Kondisi gusi, gigi, mukosa & lidah
2) Sistem Gastrointestinalis
a. Kaji frekwensi, mulai, durasi, berat ringannya mual & muntah setelah pemberian
kemotherapi
b. Observasi perubahan keseimbangan cairan & elektrolit
c. Kaji diare & konstipasi
d. Kaji anoreksia
e. Kaji : jaundice, nyeri abdomen kuadran atas kanan
3) Sistem Hematopoetik
a. Kaji Netropenia
- Kaji tanda infeksi
- Auskultasi paru
- Perhatikan batuk produktif dan napas dispnoe
- Kaji suhu
b. Kaji trombositopenia : <50.000/m3 – menengah, <20.000/m3
c. Kaji anemia
- Warna kulit, capilarry refil time
- Dispnoe, lemah, palpitasi, vertigo
4) Sistem Respiratorik & Kardiovaskular
a. Kaji terhadap fibrosis paru yang ditandai : Dispnoe, kering, batuk nonproduktif –
terutama bleomisin
b. Kaji tanda CHF
c. Lakukan pemeriksaan EKG
5) Sistem Neuromuskular
a. Perhatikan adanya perubahan aktifitas motorik
b. Perhatikan adanya parestesia
c. Evaluasi refleks
d. Kaji ataksia, lemah, menyeret kaki
e. Kaji gangguan pendengaran
f. Diskusikan ADL
6) Sistem genitourinari
a. Kaji frekwensi BAK
b. Perhatikan bau, warna, kekeruhan urine
c. Kaji : hematuria, oliguria, anuria
d. Monitor BUN, kreatinin

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury (biologi, kimia, fisik)
2. Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan faktor mekanik,
cedera kimiawi kulit, terapi radiasi, perubahan hormonal, gangguan
pigmentasi, factor mekanik.
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh,
perubahan persepsi diri , penyakit, prosedur bedah.
4. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual, muntah, nyeri saat menelan, anoreksia.
5. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur infasiv pembedahan
6. Intolerensi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, tirah baring dan
imobilitas, gaya hidup kurang gerak

C. Intervensi
NO Diagnosa NOC NIC
1 Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Lakukan pengkajian
berhubungan tindakan keperawatan nyeri secara
dengan agen injury Selama.... pasien tidak komprehensif
(biologi, kimia, mengalami nyeri dengan 2. Ajarkan tentang teknik
fisik) kriteria hasil: non farmakologi: napas
1. Mampu mengontrol dalam, relaksasi,
nyeri distraksi
2. Mampu mengenali 3. Kolaborasi pemberian
nyeri obat analgetik
3. Menyatakan rasa 4. Berikan informasi
nyaman setelah nyeri tentang nyeri seperti
berkurang penyebab nyeri, berapa
4. Tanda vital dalam lama nyeri akan
rentang normal berkurang dan
antisipasi
ketidaknyamanan dari
prosedur
2 Kerusakan Setelah dilakukan 1. Inspeksi luka pada
Integritas Kulit tindakan keperawatan setiap mengganti
berhubungan Selama.... pasien balutan
dengan faktor menunjukkan integritas 2. Lakukan perawatan
mekanik, cedera kulit yang baik dengan luka atau kulit secara
kimiawi kulit, kriteria hasil: rutin
terapi radiasi, 1. Menunjukkan 3. Kaji kulit yang kering
perubahan penyembuhan luka terhadap efek samping
hormonal, 2. Menunjukkan terapi kanker
gangguan integritas jaringan 4. Pilih pakaian yang
pigmentasi, factor kulit dan membran longgar dan lembut
mekanik. mukosa
3 Gangguan citra Setelah dilakukan 1. Kaji dan
tubuh berhubungan tindakan keperawatan dokumentasikan
dengan perubahan Selama.... gangguan citra respon verbal dan non
fungsi tubuh, tubuh berkurang dengan verbal pasien terhadap
perubahan persepsi kriteria hasil: tubuh pasien
diri , penyakit, 1. Kepuasaan terhadap 2. Beri dorongan kepada
prosedur bedah penampilan dan pasien dan keluarga
fungsi tubuh untuk mengungkapkan
2. Kesesuaian antara perasaan
realitas tubuh, ideal 3. Dukung mekanisme
tubuh, dan koping yang biasa
perwujudan tubuh digunakan pasien
3. Keinginan untuk 4. Identifikasi cara
menyentuh bagian mengurangi dampak
tubuh yang kecacatan penampilan
mengalami gangguan melalui pakaian atau
kosmetik.
4 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan 1. Kaji kemampuan
nutrisi: kurang dari tindakan keperawatan pasien untuk
kebutuhan tubuh Selama....ketidakseimban mendapatkan nutrisi
berhubungan gan nutrisi klien teratasi yang dibutuhakn
dengan mual, dengan kriteria hasil: 2. Pantau BB pasien
muntah, nyeri saat 1. Adanya peningkatan 3. Ajarkan pasien
menelan, anoreksia. BB bagaimana membuat
2. BB ideal sesuai catatan jadwal
dengan TB makanan harian
3. Tidak ada tanda 4. Kolaborasi dengan ahli
malnutrisi gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan
nutrisi yang
dibutuhkan pasien
5 Resiko infeksi Setelah dilakukan 1. Kaji tanda dan gejala
berhubungan tindakan keperawatan infeksi
dengan prosedur Selama....resiko infeksi 2. Anjurkan semua
infasiv klien teratasi dengan pengunjung dan staf
pembedahan kriteria hasil: rumah sakit untuk
1. Klien bebas dari tanda melakukan teknik
dan gejala infeksi mencuci tangan dengan
2. Menunjukkan baik
kemampuan untuk 3. Gunakan teknik aseptik
mencegah timbunya yang cermat untuk
infeksi semua prosedur invasif
3. Jumlah leukosit dalam 4. Berikan antibiotik
batas normal. sesuai ketentuan

6 Intolerensi aktivitas Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat


berhubungan tindakan keperawatan kemampuan klien
dengan kelemahan, Selama.... intoleransi dalam beraktivitas
tirah baring dan aktivitas klien dapat 2. Observasi TTV
imobilitas, gaya teratasi dengan kriteria 3. Libatkan keluarga
hidup kurang gerak hasil: dalam membantu
1. Berpatisipasi dalam aktivitas sehari-hari
aktivitas fisik 4. Meningkatkan
2. Menunujukkan partisipasi klien dalam
peningkatan toleransi melakukan aktivitas
aktivitas sehari-hari sesuai
dengan yang dapat
ditoleransi.
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, Gloria M, et al. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC), Sith


Edition. USA: Elsevier

Lestari, Puspita. 2015. Case Record of Ca Colli. Malang: Universitas Brawijaya

Moorhead, Sue, et al. 2013. Nursing Outcome Classification. USA: Elsevier

Nanda Internasional. 2015. NANDA Internasional Inc. Nursing


Diagnoses: Defenition and Classification 2015-2017. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC

Sidik, M Hasanuddin. 2014. Tumor Leher. Bandung: Universitas Padjajaran

Anda mungkin juga menyukai