Anda di halaman 1dari 6

Razia anak jalanan dan pengamen oleh satpol PP di kawasan Kedungsari, Tegalsari.

Razia merupakan salah satu bentuk perubahan yang sengaja dilakukan oleh Agent of change
( Satpol PP). Akan tetapi disisi lain juga menimbulkan perubahan yang tidak dikehendaki,
yaitu berupa penolakan-penolakan yang dilakukan oleh golongan pengamen, anak jalanan,
serta pedagang kaki lima, penolakan-penolakan yang dilakukan itu sering kali berupa
tindakan penolakan yang bersifat anarkis, bahkan menimbulkan korban. Razia yang
dilakukan oleh satpol PP tujuannya untuk menertibkan jalan raya dari adanya pengamen,
anak jalanan, serta pedagang kaki lima. Razia ini dilakukan salah satunya guna membangun
Indonesia ke arah yang lebih baik.
2. Komponen konsep diri
Sumber: Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC
https://books.google.co.id/books?id=6GzU18bHfuAC&pg=PA33&dq=komponen+konsep+diri&
hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwiytZKK1NjWAhUGrI8KHa24AAIQ6AEIJzAA#v=onepage&q=kompone

n%20konsep%20diri&f=false

Komponen Konsep diri terdapat lima yaitu:


1. Gambaran diri (body image)adalah sikap individuterhadap tubuhnya, baik secara
sadar maupun tidar sadar maupun tidak sadar, meliputi: perfomance, potensi tubuh,
fungsi tubuh , serta persepsi dan perasaan tentang ukuran dan bentuk tubuh. Hal-hal
penting yang terkait dengan gambaran diri sebagai berikut: Fokus individu terhadap
fisik lebih menonjol pada usia remaja, cara individu memandang diri berdampak
penting terhadap aspek psikologis, dan gambaran yang realistik terhadapmenerima
dan menyukai bagian tubuh akan memberi rasa aman dalam menghindari kecemasan
dan meingkatkan harga diri.
2. Ideal diri (self ideal) adalah Persepsi Individu tentang perilakunya, disesuaikan
dengan standar pribadi yang terkait dengan cita-cita, harapan, dan keinginan, tipe
orang ya di idam-idamkan, dan nilai yang ingin dicapai. Hal-hal yang terkait dengn
idel diri: perkembangan awal terjadi pada masa kanak-kanak, terbentuknya masa
remaja mealui proses identifikasi terhadap orang tua, guru, dan teman, dan
mewujudkan cita-cita dan harapan pribadi berdasarkan norma keluarga dan sosial
3. Harga diri (self esteem) adalah penilaian individu terhadap hasil yang dicapai ,
dengan cara menganalisis seberapa jauh perilaku individu tersebut sesuai dengan
ideal diri. Aspek utama harga diri adalah dicintai, disayangi, dikasihi orang lain dan
mendapat penghargaan dari orang lain.
4. Peran diri (self role) adalah pola perilaku, sikap, nilai, dan aspirasi yang diharapkan
individu berdasarkan posisinya di masyarakat. Hal-hal paling terkait dengan peran:
Peran dibutuhkan individu sebagai aktualisasi diri, Posisi individu di masyarakat
dapat menjadi stresor terhadap peran, dan stres peran timbul karena struktur sosial
yang menimbulkan kesukaran.
5. Identitas diri (self identity) adalah kesadaran akan diri pribadi yang bersumber dari
pengamatan dan penilaian, sebagai sintesis semua aspek konsep diri dan menjadi satu
kesatuan yang utuh. Hal-hal penting yang terkait identitas yaitu individu yang
mandiri dapat mengatur dan menerima dirinya, identitas jenis kelamin berkembang
secara bertahap sejak bayi, individu yang memiliki perasaan identitas diri kuat akan
memandang dirinya tidak sama dengan orang lain.
3. Faktor yang mempengaruhi
Sumber: Muhith, A. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta: CV. Andi Offset
https://books.google.co.id/books?id=Yp2ACwAAQBAJ&pg=PA77&dq=faktor+yang+mempengar

uhi+konsep+diri&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjHq_Oa2NjWAhWBzbwKHcnkAqEQ6AEIMzAC#v=
onepage&q=faktor%20yang%20mempengaruhi%20konsep%20diri&f=false

Berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan konsep diri (Stuart and Sunden, 1995)
yaitu:
1. The significant others yaitu orang lain kita anggap penting atau biasa, dimana konsep
diri dipelajari melalui kontak dan pengalaman dengan orang lain, belajar diri sendiri
melalui kontak dan pengalaman orang lain.
2. Reference group yaitu kelompok yang dipakai sebagai acuan. Kelompok tersebut
memberi arahan dan pedoman agar kita mengikuti perilaku yang sesuai dengan
norma yang berlaku dalam kelompok tersebut.
3. Teori perkembangan. Konsep diri belum ada waktu lahir, kemudian berkembang
secara bertahap sejak lahir seperti mulai mengenal dan membedakan dirinya dan
orang lain.
4. Self Perception (persepsi diri sendiri) yaitu persepsi individu terhadap diri sendiri dan
penilaiannya, serta persepsi individu terhadap pengalamannya akan situasi tersebut.
1. Menurut anda bagaimanakah dampak penerapan teori Trancultural Nursing – Leininger
bagi perkembangan keperawatan di Indonesia?
2. Ungkapkan pendapat anda apabila anda sebagai seorang perawat menemukan klien lawan
jenis yang menolak untuk dirawat oleh anda?
3. Kasus 1
Kabupaten Sikka dengan ibukota Maumere, disebut sebagai salah satu pintu gerbang utama
bagi arus masuk/keluarnya barang dan manusia di daratan Flores. Akses transportasi laut,
udara dan darat sangat mendukung. Hasil sensus penduduk 2010, oleh Badan Pusat Statistik
Kabupaten Sikka menunjukkan perbandingan laki-laki dan perempuan (Seks ratio) sebesar
89,95 yang berarti penduduk perempuan lebih banyak 10,05 dari penduduk laki-laki.
Kabupaten Sikka mempunyai 21 Kecamatan, 18 pulau ( 9 pulau dihuni, 9 pulau tidak ada
penghuni), dengan 160 desa/kelurahan, temperatur udara rata-rata 27,6 derajat celsius.
Sebagian besar masyarakat Sikka beragama Katolik, disusul agama Islam dan Protestan
(merupakan agama yang dianut oleh para pendatang). Kabupaten Sikka mempunyai sesuatu
yang khas yaitu ‘moke’. ‘Moke’ nama dalam bahasa Sikka yang diberikan untuk minuman
dibuat dari pohon aren/lontar dan pohon enau. Minuman ini biasa disajikan pada upacara adat
dan mengandung alkohol.
Pertanyaan:
Berdasarkan kasus 1 bagaimana tindakan anda sebagai perawat mengenai kebiasaan “Moke”
dikaitkan dengan dampak minuman beralkohol bagi kesehatan?

Jawaban
1. Empat konsep utama dari teori Leininger adalah kemanusiaan, kesehatan,
masyarakat/lingkungan dan keperawatan. Pelayanan kemanusiaan bersifat universal,
terhadap semua kultur, bertahan dalam kultur yang bervariasi, mampu memberikan
pelayanan bersifat universal dalam berbagai cara, terhadap kultur yang berbeda,
kebutuhan dan kondisi. Namun kebanyakan perawat di indonesia masih sangat percaya
dengan budaya yang mereka yakini. Menurut saya dampak dari penerapan teori
transcultural di Indonesia yaitu mengacu pada kepuasan yang dirasakan klien. Di
Indonesia budaya sangat melekat pada daerah lagi adanya adat isitiadat yang
megharuskan klien mematuhi hal tersebut sesuai norma yang beriaku di tempat mereka
tinggal, perawat di Indonesia sendiri kebanyakan masih menekankan klien untuk
mengutamakan kehendak terhadap kebudayaan sendiri tanpa memikirkan latar belakang
budaya klien seperti apa. Apabila perawat tidak mampu beradaptasi dengan budaya akan
menimbulkan rasa tidak nyaman dan ketidakberdayaan dan bebarapa mengalami
disorientasi dan akhirnya mengalami cultural shock. Teori transcultural ini bersifat
sangat luas sehingga tidak bisa berdiri sendiri dan hanya digunakan sebagai
pendamping dari berbagai macam konseptual model lainnya, Teori transcultural ini tidak
mempunyai intervensi spesifik dalam mengatasi masalah keperawatan sehingga perlu
dipadukan dengan model teori lainnya dan Teori ini juga belum sepenuhnya bisa
merubah persepsi klien karena menekankan pada salah satu pilihan intevensi dalam
melaksanakan tindakan.
Sumber: Douglas M.K. et al. 2011. Standards of Practice for Culturally Competent
Nursing Care: 2011 Update. Journal of Transcultural Nursing. 22(4) 317–333.
2. Menurut pendapat saya sebagai seorang perawat harus menghargai keputusan klien.
Karna jika klien meminta untuk perawat yang sejenis, pasti klien tersebut memiiki alasan
seperti karna kurang nyaman dirawat oleh perawat yang berlawan jenis. Jadi perawat
harus membuat klien merasa nyaman dengan meminta tolong atau bertukar tugas dengan
perawat yang sejenis dengan klien tersebut. Jika tidak menemukan perawat sejenis maka
saya akan menjelaskan kepada klien tersebut.
Sumber: Dellenborg L, Carola S and Eva J. 2012. Transcultural Encounters in a Medical
Ward in Sweden : Experiences of Health Care Practitioners. Journal of Transcultural
Nursing. 23(4) 342–350.
jika saya memiliki klien yang berlawan jenis dengan saya, dan klien tersebut menolak
untuk di rawat dengan saya, maka saya akan bertanya kepada klien tersebut apa alasan
bapak/ ibu menolak untuk di rawat dengan saya
bahwa perawat yang ada di sini cuma saya, dan cuma saya yang bisa melakukan
perawatan kepada bapak/ibu sedangkan perawat yang lain (perawat sejenis) tidak bisa
karna sedang merawat pasien yang lain.
Perawat harus menghargai klien klien, menurut saya , kita sebagai perawat harus mencari teman
sejawat untuk merawat pasien itu tetapi kita sebagai perawat yang bertanggung jawab harus
memantau kinerja teman kinerja kita.semua tindakan wajib mendapat persetujuan dari pasien, jadi
kita sebagai perawat harus menanyakan kesediaan pasien.
3. Salah satu peran perawat yaitu sebagai edukator, maka tindakan yang saya lakukan
sebagai perawat adalah melakukan promosi kesehatan (promkes) tentang dampak
minuman beralkohol bagi kesehatan. Dalam melakukan promosi kesehatan saya akan
menjelaskan bahwa mengkonsumsi minuman beralkohol sangat merugikan bagi
kesehatan dan kesejahteraan hidup, karena konsumsi dalam jangka panjang dapat
menyebabkan kerusakan biologis parah antara lain kerusakan kelenjar endokrin dan
pankreas, gagal jantung, hipertensi, dan stroke. Selain itu konsumsi minuman berlakohol
dapat menyebabkan kemunduran fungsi-fungsi memori karena bagian otak mengalami
banyak kerusakan. Beberapa penyakit yang dapat diakibatkat oleh konsumsi alkohol
secara berlebihan yaitu: Penyakit jantung dan pembuluh darah, diabete melitus, penyakit
mulut dan gigi, penyakit ginjal, penyakit hati, penyakit pada saluran pencernaan, dan
gangguan psikologi.
Sumber: Betancourt D.A.B. 2015. Madeleine Leininger and the Transcultural Theory of
Nursing. The Downtown Review, Vol. 2. Iss. 1, Art. 1.
Sumber: Asyhar, S. 2016. Konformitas Pada Perilaku Minum-Minuman Keran (Pengasih)
Pada Remaja Suku Dayak Bersusu di Desa Seludau Kabupaten Tana Tidung.
Psikoborneo. 4 (4) : 773 – 783.

Anda mungkin juga menyukai