Anda di halaman 1dari 85

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami kelompok Neonati (V) Profesi Ners Fakultas
Keperawatan Unika De La Salle Manado panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat rahmat dan penyertaan-Nya, kami dapat menyusun Asuhan
Keperawatan pada By. K.P di ruangan Neonati RS Gunung Maria Tomohon.
Adapun tujuan dari penyusunan asuhan keperawatan ini adalah untuk
memenuhi salah satu tugas praktek profesi ners keperawatan stase Anak dan
Maternitas yang dilakukan selama 6 minggu. Dalam penyusunan asuhan
keperawatan ini kami menemukan beberapa kendala, namun berkat bimbingan dan
arahan serta kerja sama dari berbagai pihak akhirnya kami dapat menyelesaikan
asuhan keperawatan ini.
Pada kesempatan ini kami kelompok V Profesi Ners Fakultas Keperawatan
Unika De La Salle Manado mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu kami dalam menyusun asuhan keperawatan neonati pada By. K.P
, khususnya kami sampaikan terima kasih kepada :
1. Ns. Florentina Ismono, S.Kep, selaku Koordinator CI dan juga pembimbing
kelompok kami selama di RS Gunung Maria Tomohon.
2. Ns. Reflin Torar, S.Kep, selaku CI di RS Gunung Maria Tomohon
3. Ns. Loucie M. De. M. Goni, S.Kep, selaku CI di RS Gunung Maria Tomohon
4. M.Consolatrix Da Silva, S.kep.,Ns., MSN selaku CT yang telah membimbing
kami selam kami praktek di RS Gunung Maria Tomohon
5. Seluruh kepala ruangan beserta dengan para perawat dan bidan yang telah
bersedia menerima kami di RS Gunung Maria Tomohon
Kami kelompok menyadari bahwa dalam penulisan asuhan keperawatan
ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kami masih mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun bagi kelompok kami. Kiranya jika ada kesalahan
dalam penyususan Asuhan Keperawatan Anak ini kami mengucapkan permohonan
maaf.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
1.2.Tujuan
1.3.Manfaat
1.4.Identifikasi
BAB II. LANDASAN/TINJAUAN TEORI
2.1 Laporan Pendahuluan
2.2 Asuhan Keperaawatan Teori
BAB III. ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
3.1 Pengkajian
3.2 Klasifikasi Data
3.3 Analisa Data
3.4 Diagnosa Kperawatan
3.5 Intervensi / Rencana Keperawatan dan Rasional
3.6 Implementasi dan Evaluasi
BAB IV. PEMBAHASAN
5.1 Perbandingan / Analisis Antara Tinjauan Teori dengan
Kasus Kelompok
5.2 Perbandingan / Analisis Antara Asuhan Keperawatan
Teori dengan Asuhan Keperawatan Kaasus
BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bayi dengan BBLR merupakan masalah yang perlu mendapat perhatian,
karena memiliki resiko mortalitas dan morbiditas yang tinggi (Manuaba, 2010).
Soetjiningsih, (2012) menjelaskan bahwa kejadian BBLR lebih tinggi pada
negara-negara yang sedang berkembang dibandingkan dengan negara-negara
yang sudah maju, data menunjukkan BBLR pada bayi prematur di negara maju
sebesar 3,3%, sedangkan BBLR bayi prematur di negara berkembang sebesar
6,7%. Begitu juga halnya bayi dismatur dengan BBLR di negara maju sebesar
2,6% dan di negara berkembang sebesar 17%.
Hasil riset kesehatan dasar tahun 2013 menyatakan bahwa persentase balita
(0-59 bulan) dengan BBLR sebesar 10,2% dan Provinsi Jawa Tengah
menduduki peringkat ke-19 sebesar 10% kasus BBLR. Menurut Badan Pusat
Statistik Indonesia (2013), angka kematian perinatal di Indonesia masih cukup
tinggi. Angka kematian perinatal di Indonesia sebanyak 26 bayi per 1000
kehamilan, sebanyak 30,3% kematian neonatal disebabkan oleh bayi dengan
berat badan lahir rendah (BBLR) dan prematur.
Angka kematian bayi menurut World Health Organization (2015) pada
negara Association of South East Asia Nations seperti di Singapura 3 per 1000
kelahiran hidup, Malaysia 5,5 per 1000 kelahiran hidup, Thailand 17 per 1000
kelahiran hidup, Vietnam 18 per 1000 kelahiran hidup, dan Indonesia 27 per
1000 kelahiran hidup. Angka kematian bayi di Indonesia masih tinggi dari
negara ASEAN lainnya, jika dibandingkan dengan target dari Sustainable
Development Goals (SDGs) tahun 2017 yaitu 24 per 1000 kelahiran hidup.
Berdasarkan data dari Ditjen Gizi dan KIA Kemenkes RI (2015),
menunjukkan bahwa dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2015 angka
kematian neonatal, bayi, dan balita mengalami penurunan akan tetapi masih
dalam jumlah yang sangat kecil. Target penurunan AKB pada SDGs 2017 yaitu
sebesar 24 per 1.000 kelahiran hidup maka peningkatan akses dan kualitas
pelayanan bagi bayi baru lahir (neonatal) menjadi prioritas utama. Komitmen

1
global dalam MDGs menetapkan target terkait kematian bayi yaitu menurunkan
angka kematian bayi hingga dua per tiga dalam kurun waktu 1990-2015. Pada
tahun 2016 mulai dicanangkan SDGs (Sustainable Development Goals)
menggantikan MDGs (Millenium Development Goals), salah satu targret
utamanya adalah menurunkan angka kematian bayi 24 per 1.000 kelahiran.
Menurut Kementerian Kesehatan RI (2015) dalam profil kesehatan
Indonesia 2014, bahwa masalah BBLR terutama pada kelahiran prematur
terjadi karena ketidakmatangan sistem organ pada bayi tersebut. Bayi berat lahir
rendah mempunyai kecenderungan ke arah peningkatan terjadinya infeksi dan
mudah terserang komplikasi. Penatalaksanaan bayi BBLR adalah
meningkatkan asupan nutrisi bayi tersebut, salah satunya melalui ASI ibu.
Bayi BBLR mempunyai kemampuan menghisap ASI yang lebih rendah
dibandingkan dengan bayi yang berat lahir normal (>2500 gr). Kemampuan
menghisap ASI yang lebih rendah ini meliputi frekuensi dan lama penyusuan
yang lebih rendah dibandingkan bayi berat lahir normal yang akan
mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin dalam memproduksi
ASI (Rini & Kumala, 2016). Menurut Rusilanti (2014), bayi yang lahir dengan
berat badan rendah (BBLR), yaitu di bawah 2,5 Kg, diperlukan pengaturan
makanan khusus, hal ini disebabkan bayi tersebut memiliki kebutuhan gizi,
jenis, dan cara pemberian makanan yang berbeda dengan bayi normal.
Oleh karena itu diit ibu yang bervariasi dan seimbang akan berdampak baik
pada komposisi ASI dan tumbuh kembang bayi (2010). Pernyataan tersebut
didukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Susanti, Hasanah, dan Utami
(2014), hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
antara berat badan responden yang diberi ASI dibanding berat badan yang diberi
susu formula, sehingga pemberian ASI sangat dianjurkan dalam memenuhi
kebutuhan nutrisi bagi bayi BBLR.

2
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pelaksanaan asuhan keperawatan anak dengan
BBLR di Ruang Neonati RS Gunung Maria Tomohon.
1.2.2 Tujuan Khusus

a. Untuk melakukan pengkajian pada By. K.P dengan masalah BBLR


b. Untuk merumuskan diagnosa keperawatan pada By. K.P dengan masalah
BBLR
c. Untuk menyusun intervensi keperawatan pada By. K.P dengan masalah
BBLR
d. Untuk melakukan implementasi keperawatan pada By. K.P dengan
masalah BBLR
e. Untuk melakukan evaluasi keperawatan pada pada By. K.P dengan
masalah BBLR
1.3 Manfaat
1.3.1 Untuk Meningkatkan kualitas hidup (By. K.P ) yang mengalami masalah BBLR
1.4 Identifikasi
1.4.1 Bagaimanakah proses asuhan keperawatan pada By. K.P dengan masalah
BBLR?

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Laporan Pendahuluan


A. Definisi
Bayi berat badan lahir rendah ialah bayi baru lahir yang berat
badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (WHO, 2011). Berat badan lahir
rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu
lahir. (Huda dan Hardhi, 2013).
Menurut Ribek dkk. (2011), berat badan lahir rendah yaitu bayi yang
lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan usia
gestasi (dihitung satu jam setelah melahirkan).
Bayi berat lahir rendah ialah bdan bayi yang lahir kuramg dari 2500
gram tanpa memandang masa gestasi atau usia kehamilan (Saputra, 2014).
BBLR yaitu bayi berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa
memandang masa gestasi dengan catatan berat lahir adalah berat bayi yang
ditimbang dalam satu jam setelah lahir (Ikatan Dokter Indonesia, 2014).
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan
kurang dari 2500 gram pada waktu lahir. (Amru Sofian, 2012).

4
B. Anatomi dan Fisiologi
1. Anatomi

2. Fisiologi
a) Kesadaran dan reaksi terhadap sekeliling, perlu dikurangi rangsang
terhadap reaksi terhadap rayuan, rangsang sakit, atau suara keras yang
mengejutkan atau suara mainan
b) Keaktifan
Bayi normal melakukan gerakan- gerakan tangan yang simetris pada waktu
bangun. Adanya tremor pada bibir, kaki dan tangan pada waktu menangis
adalah normal, tetapi bila hal ini terjadi pada waktu tidur, kemungkinan
gejala suatu kelainan yang perlu dilakukan pada pemeriksaan lebih lanjut.
c) Simetris
Apakah secara keseluruhan badan seimbang, kepala, apakah terlihat
simetris, benjolan seperti tumor yang lunak di belakang atas yang
menyebabkan kepala tampak lebih panjang ini disebabkan akibat proses
kelahiran, benjolan pada kepala tersebut hanya terdapat di sebelah kiri atau
kanan saja, atau di sisi kiri atau kanan tetapi tidak melampaui garis tengah
bujur kepala, pengukuran lingkar kepala dapat ditunda sampai kondisi
benjol ( Capput sucsedeneum ) di kepala hilang dan jika terjadi moulase,
tunggu hingga kepala bayi kembali pada bentuknya semula.

5
d) Muka wajah
Bayi tampak ekspresi, mata perhatikan kesimetrisan antara mata kiri dan
kanan, perhatikan adanya tanda – tanda perdarahan.berupa bercak merah
yang akan menghilang dalam waktu 6 minggu.
e) Mulut
Penampilannya harus simetris, mulut tidak mencucu seperti mulut ikan,
tidak ada tanda kebiruan pada mulut bayi, saliva tidak terdapat pada bayi
normal, bila terdapat secret yang berlebihan, kemungkinan adanya kelainan
bawaan saluran cerna.
f) Leher dada dan abdomen
Melihat adanya cedera akibat persalinan perhatikan ada tidaknya kelainan
pada pernafasan bayi, karena bayi biasanya ada pernafasan perut.
g) Punggung
Adanya benjolan, tumor atau tulang punggung dengan lekukan yang kurang
sempurna, bahu, tangan, sendi, tungkai, perlu perhatikan bentuk,
gerakannya, fraktur bila ekstermitas lunglai atau kurang gerak, farices.
h) Kulit dan kuku
Dalam keadaan normal kulit berwarna kemerahan, kadang – kadang
didapatkan kulit yang mengelupas ringan, pengelupasan yang berlebuhan
harus difikirkan kemungkinan adanya kelainan, waspada timbulnya kulit
yang warnanya tidak rata ( Cutis marmorata ) ini dapat disebabkan karena
temperatur dingin, telapak tangan, telapak kaki atau kuku yang menjadi
biru, kulit menjadi pucat dan kuning, bercak – bercak besar biru yang sering
terdapat di sekitar bokong (Mongolian Spot) akan menghilang pada umur 1
(satu) sampai 5 (lima) tahun.
i) Kelancaran menghisap dan pencernaan
Harus diperhatikan tinja dan kemih, diharapkan keluar dalam 24 jam
pertama, waspada bila terjadi perut yang tiba – tiba membesar, tanpa adanya
keluarnya tinja, disertai muntah dan mungkin dengan kulit kebiruan, harap
segera konsultasi untuk pemeriksaan lebih lanjut, untuk kemungkinan
Hirschprung/ Congenital Megacolon

6
j) Refleks
Reflex rooting, bayi menoleh kea rah benda yang menyentuh pipi, reflex
isap, terjadi apabila terdapat benda yang menyentuh bibir, yang disertai
reflex menelan, reflex moro ialah timbulnya gerakan tangan yang simetris
seperti merangkul apabila kepala tiba – tiba digerakkan, reflex
mengeluarkan lidah terjadi apabila diletakkan di dalam mulut, yang sering
ditafsirkan bayi menolak makanan atau minuman.
k) Berat badan
Sebaiknya tiap hari dipantau penurunan berat badan lebih dari 5% berat
badan waktu lahir, menunjukan kekurangan cairan

C. Etiologi
a. Faktor ibu
1. Penyakit
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya
toksemia gravidarum, perdarahan antepartum, pre eklampsia,
eklampsia, hipoksia ibu, trauma fisis dan psikologis. Penyakit
lainnya ialah nefritis akut, gagal ginjal kronik, diabetes mellitus,
hemoglobinopati, penyakit paru kronik,infeksi akut atau tindakan
operatif (Suwoyo dkk, 2012).
2. Gizi ibu hamil
Keadaan gizi ibu hamil sebelum hamil sangat berpengaruh pada
berat badan bayi yang dilahirkan. Kekurangan gizi pada ibu hamil
dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat
menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, cacat bawaan,
anemia pada bayi, mati dalam kandungan dan lahir dengan BBLR.
Oleh karena itu, supaya dapat melahirkan bayi yang normal, ibu
perlu mendapatkan asupan gizi yang cukup (Latief dkk, 2008).

7
3. Anemia
Anemia adalah suatu kondisi dimana kadar hemoglobin (Hb) 

dalam darah kurang dari 12 gram %. Sedangkan anemia dalam
kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar Hb dibawah 11 gram %
pada trimester I dan III atau kadar Hb kurang 10,5 gram % pada
trimester II (Latief dkk, 2008). Kejadian anemia pada ibu hamil
harus selalu diwaspadai mengingat anemia dapat meningkatkan
resiko kematian ibu, BBLR dan angka kematian bayi. Anemia dalam
kehamilan disebabkan kekurangan zat besi yang dapat menimbulkan
gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh
maupun sel otak. Hal ini dapat meningkatkan resiko morbiditas dan
mortilitas ibu dan bayi. Kemungkinan melahirkan BBLR juga lebih
besar (Arista, 2012).
4. Keadaan sosial-ekonomi
Keadaan ini sangat berperan terhadap timbulnya prematuritas.
Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial-ekonomi yang
rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan
pengawasan antenatal yang kurang (Proverawati, 2010).

b. Faktor Janin
1. Hidroamnion adalah cairan amnion yang lebih dari 2000 ml. Pada
sebagian besar kasus, yang terjadi adalah hidroamnion kronik yaitu
peningkatan cairan berlebihan secara bertahap. Pada hidroamnion
akut, uterus mengalami peregangan yang jelas dalam beberapa hari.
Hidroamnion dapat menimbulkan persalinan sebelum kehamilan 28
minggu, sehingga dapat menyebabkan kelahiran prematur dan dapat
meningkatkan kejadian BBLR (Chandra, 2011).
2. Kehamilan ganda/kembar
Kehamilan ganda dapat didefinisikan sebagai suatu kehamilan
dimana terdapat dua atau lebih embrio atau janin sekaligus.
Kehamilan ganda dibagi menjadi dua yaitu, kehamilan dizigotik dan

8
monozigotik. Kehamilan ganda terjadi apabila dua atau lebih ovum
dilepaskan dan dibuahi atau apabila satu ovum yang dibuahi
membelah secara dini hingga membentuk dua embrio yang sama.
Kehamilan ganda dapat memberikan resiko yang tinggi terhadap ibu
dan janin. Oleh karena itu, harus dilakukan perawatan antenatal yang
intensif untuk menghadapi kehamilan ganda (Mandriwati, 2008).
3. Infeksi dalam kandungan (toksoplasmosis, rubella, sitomegalovirus,
herpes, sifillis, TORCH ) (Suwoyo dkk, 2011).

D. Klasifikasi
Menurut Proverawati (2010) Bayi berat lahir kurang dari 2500 gram
diklasifikasikan menjadi:
a. BBLR yaitu, berat lebih dari 1500 gram sampai dengan kurang dari
2500 gram.
b. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) atau very low birth weight
(VLBW) adalah bayi yang lahir dengan berat badan lahir kurang dari
1500 gram.
c. Bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR) atau extremely low birth
weight (ELBW) adalah bayi yang lahir dengan berat badan lahir kurang
dari 1000 gram (Proverawati, 2010).

E. Manifestasi Klinis
Secara umum menurut (Surasmi dkk, 2009), gambaran klinis dari bayi
BBLR adalah sebagai berikut:
a. Umumnya BB < 2500 gram, panjang badan < 45 cm, lingkar dada < 30
cm, lingkar kepala < 33 cm.
b. Kepala relatif lebih besar daripada badannya, kulit tipis, transparan,
lanugo banyak, lemak subkutan sedikit.
c. Osifikasi tengkorak sedikit, ubun-ubun dan sutura lebar, genitalia
immatur, labia minora belum tertutup oleh labia mayora, pada laki-laki
testis belum turun.

9
d. Pembuluh darah kulit banyak terlihat dan peristaltik usus pun dapat
terlihat.
e. Rambut biasanya tipis, halus dan teranyam sehingga sulit terlihat satu per
satu.
f. Daun telinga datar, lembut karena tulang rawannya masih sedikit.
g. Puting susu belum terbentuk dengan baik, jaringan mammae belum
terlihat
h. Muskuler pleksornya belum berkembang serta tonus otot belum
sempurna lemah dengan sedikit gerakan atau tidak ada kegiatan yang aktif
bergerak
i. Kondisi ekstremitas lemah dengan sedikit gerakan atau tidak ada kegiatan
yang aktif bergerak
j. Berbaring dalam posisi ekstensi.
k.Bayi lebih banyak tertidur daripada terbangun, tangisnya lemah,
pernafasan belum teratur dan sering terdapat apnea
l. Otot masih hipotonik, sehingga sikap selalu dalam keadaan kedua tungkai
dalam keadaan abduksi, sendi lutut dan kaki dalam keadaan fleksi dan
kepala menghadap kearah satu jurusan
m. Reflek tonus otot biasanya masih lemah, reflek moro (+). Reflek
menghisap dan menelan belum sempurna, begitu juga dengan reflek batuk.
Frekuensi nadi 100-140/menit, pernafasan pada hari pertama 40- 50/menit,
pada hari-hari berikutnya 35-45/menit.

F. Patofisiologi dan Patoflow


Secara umum bayi BBLR berhubungan dengan usia kehamilan yang
belum cukup bulan (premature) disamping itu juga disebabkan oleh
dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu)
tapi berat badan lahirnya lebih kecil ketimbang masa kehamilannya, yaitu
tidak mencapai 2500 gram. Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan
pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh
penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan
keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan ke byi jadi

10
berkurang. Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agal pertumbuhan
janin tidak mengalami hambatan, dan selanjutnya akn melairkan bai dengan
berat badan normal. Dengan kondisi kesehatan yang baik system reproduksi
normal tidak mendeita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra
hamil maupun saat hamil. Ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih
sehat dari pada ibu dengan kondisi kehamilan sebaliknya. Ibu dengan
kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR,
vitalitas yang rendah, dan kematian yang tinggi terlebih lagi bila ibu
menderita anemia.
System pernafasan pada dasarnya cenderung kurang berkemban
pada bayi premature kapasitas vital dan kapasitas residual fungsional paru-
paru pada dasarnya kecil berkaitan dengan ukuran bayi. Sebagai akibatnya
sindrom gawat nafas sering merupakan penyebab umum kematian. Masalah
besar lainnya pada bayi premature adalah pecernaan dan absorbsi makanan
yang inadekuat. Bila prematuritas bayi lebih dari dua bulan system
pencernaan dan absorbs hampir selalu inadekuat. Bayi premature memiliki
kesulitan salam absorbsi kalsium yang tidak lasim dan oleh karena dapat
mengalami rikets yang berat sebelum kesulitan tersebut dikenali. Imaturitas
organ ain yang serin menyebabkan kesulitan yang berat pada bayi premature
meliputi system imun, yang menyebabkan daya tahan tubuh terhadap
infeksi berkurang karena rendahnya kadar IgG. Gamma globulin, serta bayi
premature relative belum sanggup membentuk antibody dan daya
fagositosis serta reaksi terhadap peradangan masih belum baik sehingga
bayi premature beresiko mengalami infeksi, system integument dimana
jaringan kulit masih tipis dan rawan terjadinya lecet. System termogulasi
dimana bayi premature belum mampu mempertahankan suhu tubuh yang
normal akibat pengapan yang bertambah karena kurangnya jaringan lemak
dibawah kulit dan pusat pengaturan suhu yang belum berfungsi sebagai
mana mestinya sehingga beresiko mengalami hipotermi atau kehilangan
panas dalam tubuh

11
Pathway

Etiologi :

Faktor Ibu Faktor Janin Faktor Lingkungan


1) Faktor penyakit 1) Hidroamnion 1) Tempat tinggal
(toksemia 2) Kehamilan didaratan tinggi
gravidarum, multiple/ganda 2) Radiasi
trauma fisik, dll 3) Kelainan 3) Zat-zat beracun
2) Faktor usia kromosom

BBLR

Kulit tipis dan Imaturitas sistem Refleks menelan dan


lemak pernapasan menghisap belum
subkutan sempurna

Tidak dapat Pernapasan Intake nutrisi tidak


menyimpan panas belum sempurna adekuat

Mudah O2 dalam sel darah Asupan gizi kurang


kehilangan panas rendah, CO2
meningkat

Suhu tubuh Sel-sel kekurangan


menurun nutrisi
Asidosis

Hipotermi
Kerusakan sel
Gangguan
pertukaran gas
Penurunan berat
badan
Proses
Pemotongan tali Perubahan
persalinan
pusat Fisiologis
Defisit nutrisi

Post the entry


bakteri Risiko Infeksi

12
G. Masalah yang dapat terjadi pada BBLR
Masalah yang dapat terjadi pada bayi dengan berat badan lahir
rendah (BBLR) terutama pada prematur terjadi karena ketidakmatangan
sistem organ pada bayi tersebut. Masalah pada BBLR yang sering terjadi
adalah gangguan pada sistem pernafasan, susunan saraf pusat,
kardiovaskular, hematologi, gastrointerstinal, ginjal, termoregulasi
(Maryunani, dkk, 2009).
a. Sistem Pernafasan
Bayi dengan BBLR umumnya mengalami kesulitan untuk bernafas
segera setelah lahir oleh karena jumlah alveoli yang berfungsi masih sedikit,
kekurangan surfaktan (zat di dalam paru dan yang diproduksi dalam paru
serta melapisi bagian alveoli, sehingga alveoli tidak kolaps pada saat
ekspirasi). Luman sistem pernafasan yang kecil, kolaps atau obstruksi jalan
nafas, insufisiensi klasifikasi dari tulang thorax, dan pembuluh darah paru
yang imatur. Kondisi inilah yang menganggu usaha bayi untuk bernafas dan
sering mengakibatkan gawat nafas (distress pernafasan).
b. Sistem Neurologi (Susunan Saraf Pusat)
Bayi lahir dengan BBLR umumnya mudah sekali terjadi trauma
susunan saraf pusat. Kondisi ini disebabkan antara lain: perdarahan
intracranial karena pembuluh darah yang rapuh, trauma lahir, perubahan
proses koagulasi, hipoksia dan hipoglikemia. Sementara itu asfiksia berat
yang terjadi pada BBLR juga sangat berpengaruh pada sistem susunan saraf
pusat (SSP), yang diakibatkan karena kekurangan oksigen dan kekurangan
perfusi.
c. Sistem Kardiovaskuler
Bayi dengan BBLR paling sering mengalami gangguan/ kelainan
janin, yaitu paten ductus arteriosus, yang merupakan akibat intrauterine
kehidupan ekstrauterine berupa keterlambatan penutupan ductus arteriosus.

13
d. Sistem Gastrointestinal
Bayi dengan BBLR saluran pencernaannya belum berfungsi seperti
bayi yang cukup bulan, kondisi ini disebabkan karena tidak adanya
koordinasi mengisap dan menelan sampai usia gestasi 33– 34 minggu
sehingga kurangnya cadangan nutrisi seperti kurang dapat menyerap lemak
dan mencerna protein.
e. Sistem Termoregulasi
Bayi dengan BBLR sering mengalami temperatur yang tidak stabil,
yang disebabkan antara lain:
1) Kehilangan panas karena perbandingan luas permukaan kulit dengan
berat badan lebih besar (permukaan tubuh bayi relatif luas).
2) Kurangnya lemak subkutan (brown fat / lemak cokelat).
3) Jaringan lemak dibawah kulit lebih sedikit.
4) Tidak adanya refleks kontrol dari pembuluh darah kapiler kulit.
f. Sistem Hematologi
Bayi dengan BBLR lebih cenderung mengalami masalah
hematologi bila dibandingkan dengan bayi yang cukup bulan. Penyebabnya
antara lain adalah:
1) Usia sel darah merahnya lebih pendek.
2) Pembuluh darah kapilernya mudah rapuh.
3) Hemolisis dan berkurangnya darah akibat dari pemeriksaan
laboratorium yang sering.
g. Sistem Imunologi
Bayi dengan BBLR mempunyai sistem kekebalan tubuh yang
terbatas, sering kali memungkinkan bayi tersebut lebih rentan terhadap
infeksi.
h. Sistem Perkemihan
Bayi dengan BBLR mempunyai masalah pada sistem
perkemihannya, di mana ginjal bayi tersebut karena belum matang maka
tidak mampu untuk menggelola air, elektrolit, asam – basa, tidak mampu
mengeluarkan hasil metabolisme dan obat – obatan dengan memadai serta
tidak mampu memekatkan urin.

14
i. Sistem Integumen
Bayi dengan BBLR mempunyai struktur kulit yang sangat tipis dan
transparan sehingga mudah terjadi gangguan integritas kulit.
j. Sistem Pengelihatan
Bayi dengan BBLR dapat mengalami retinopathy of
prematurity (RoP) yang disebabkan karena ketidakmatangan retina.

H. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik pada bayi BBLR (Mitayani, 2009) :
a. Jumlah darah lengkap: penurunan pada Hb (normal: 12- 24gr/dL), Ht
(normal: 33 -38% ) mungkin dibutuhkan.
b. Dektrosik: menyatakan hipoglikemi (normal: 40 mg/dL).
c. Analisis Gas Darah (AGD): menentukan derajat keparahan distres
pernafasan bila ada.
Rentang nilai normal:
1) pH : 7,35-7,45
2) TCO2 : 23-27 mmol/L
3) PCO2 : 35-45 mmHg 4) PO2 : 80-100 mmHg
5) Saturasi O2 : 95 % atau lebih
d. Elektrolit serum: mengkaji adanya hipokalsemia.
e. Bilirubin: mungkin meningkat pada polisitemia.
Bilirubin normal:
1) bilirubin indirek 0,3 – 1,1 mg/dl.
2) bilirubin direk 0,1 – 0,4 mg/dl.
f. Urinalisis: mengkaji homeostatis.
g. Jumlah trombosit (normal: 200000 - 475000 mikroliter):
Trombositopenia mungkin menyertai sepsis.
h. EKG, EEG, USG, angiografi: defek kongenital atau komplikasi.

15
I. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada bayi BBLR yaitu
dengan menerapkan beberapa Metode Developmental Care yaitu :
a. Pemberian posisi
Pemberian posisi pada bayi BBLR sangat mempengaruhi pada
kesehatan dan perkembangan bayi. Bayi yang tidak perlu mengeluarkan
energi untuk mengatasi usaha bernafas, makan atau mengatur suhu tubuh
dapat menggunakan energi ini untuk pertumbuhan dan perkembangan.
Posisi telungkup merupakan posisi terbaik bagi kebanyakan bayi preterm
dan BBLR yang dapat menghasilkan oksigenasi yang lebih baik, lebih
menoleransi makanan, dan pola tidur istirahatnya lebih teratur. Bayi
memperlihatkan aktifitas fisik dan penggunaan energi lebih sedikit bila
diposisikan telungkup. Akan tetapi ada yang lebih menyukai postur
berbaring miring fleksi. Posisi telentang lama bagi bayi preterm dan BBLR
tidak disukai, karena tampaknya mereka kehilangan keseimbangan saat
telentang dan menggunakan energi vital sebagai usaha untuk mencapai
keseimbangan dengan mengubah postur. Posisi telentang jangka lama bayi
preterm dan BBLR dapat mengakibatkan abduksi pelvis lebar (posisi kaki
katak), retraksi dan abduksi bahu, peningkatan ekstensi leher dan
peningkatan ekstensi batang tubuh dengan leher dan punggung
melengkung. Sehingga pada bayi yang sehat posisi tidurnya tidak boleh
posisi telungkup (Wong, 2008).
b. Minimal handling
1) Dukungan Respirasi
Banyak bayi BBLR memerlukan oksigen suplemen dan bantuan
ventilasi, hal ini bertujuan agar bayi BBLR dapat mencapai dan
mempertahankan respirasi. Bayi dengan penanganan suportif ini
diposisikan untuk memaksimalkan oksigenasi. Terapi oksigen diberikan
berdasarkan kebutuhan dan penyakit bayi.
2) Termoregulasi
Kebutuhan yang paling krusial pada bayi BBLR adalah pemberian
kehangatan eksternal setelah tercapainya respirasi. Bayi BBLR memiliki

16
masa otot yang lebih kecil dan deposit lemak cokelat lebih sedikit untuk
menghasilkan panas, kekurangan isolasi jaringan lemak subkutan, dan
control reflek yang buruk pada kapiler kulitnya. Pada saat bayi BBLR lahir
mereka harus segera ditempatkan dilingkungan yang dipanaskan hal ini
untuk mencegah atau menunda terjadinya efek stres dingin.
3) Perlindungan terhadap infeksi
Perlindungan terhadap infeksi merupakan salah satu
penatalaksanaan asuhan keperawatan pada bayi BBLR untuk mencegah
terkena penyakit. Lingkungan perilindungan dalam inkubator yang secara
teratur dibersihkan dan diganti merupakan isolasi yang efektif terhadap
agens infeksi yang ditularkan melalui udara. Sumber infeksi meningkat
secara langsung berhubungan dengan jumlah personel dan peralatan yang
berkontak langsung dengan bayi.
4) Hidrasi
Bayi resiko tinggi sering mendapat cairan parenteral untuk asupan
tambahan kalori, elektrolit, dan air. Hidrasi yang adekuat sangat penting
pada bayi preterm, karena kandungan air ekstraselulernya lebih tinggi (70%
pada bayi cukup bulan dan sampai 90% pada bayi preterm). Hal ini
dikarenakan permukaan tubuhnya lebih luas dan kapasitas osmotik diuresis
terbatas pada ginjal bayi preterm yang belum berkembang sempurna,
sehingga bayi tersebut sangat peka terhadap kehilangan cairan.
5) Nutrisi
Nutrisi yang optimal sangat kritis dalam manajemen bayi BBLR,
tetapi terdapat kesulitan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi mereka karena
berbagai mekanisme ingesti dan digesti makanan belum sepenuhnya
berkembang. Jumlah, jadwal, dan metode pemberian nutrisi ditentukan oleh
ukuran dan kondisi bayi. Nutrisi dapat diberikan melalui parenteral ataupun
enteral atau dengan kombinasi keduanya. Kebutuhan bayi untuk tumbuh
cepat dan pemeliharaan harian harus dipenuhi dalam keadaan adanya
banyak kekurangan anatomi dan fisiologis. Meskipun beberapa aktivitas
menghisap dan menelan sudah ada sejak sebelu lahir, namun koordinasi

17
mekanisme ini belum terjadi sampai kurang lebih 32 sampai 34 minggu usia
gestasi, dan belum sepenuhnya sinkron dalam 36 sampai 37 minggu.
Pemberian makan bayi awal ( dengan syarat bayi stabil secara
medis) dapat menurunkan insidens faktor komplikasi seperti hipoglikemia,
dehidrasi, derajat hiperbilirubinemia bayi BBLR dan preterm yang
terganggu memerlukan metode alternatif, air steril dapat diberikan terlebih
dahulu. Jumlah yang diberikan terutama ditentukan oleh pertambahan berat
badan bayi BBLR dan toleransi terhadap pemberian makan sebelum dan
ditingkatkan sedikit demi sedikit sampai asupan kalori yang memuaskan
dapat tercapai.
Bayi BBLR dan preterm menuntut waktu yang lebih lama dan
kesabaran dalam memberikan makan dibandingkan pada bayi cukup bulan,
dan mekanisme oral-faring dapat terganggu oleh usaha pemberian makan
yang terlalu cepat. Penting untuk tidak membuat bayi kelelahan atau
melebihi kapasitas mereka dalam menerima makanan.
c. Perawatan Metode Kanguru (Kangaroo Mother Care)
1) Definisi dan manfaat perawatan metode kanguru
Perawatan metode kanguru (PMK) merupakan salah satu alternatif
cara perawatan yang murah, mudah, dan aman untuk merawat bayi BBLR.
Dengan PMK, ibu dapat menghangatkan bayinya agar tidak kedinginan
yang membuat bayi BBLR mengalami bahaya dan dapat mengancam
hidupnya, hal ini dikarenakan pada bayi BBLR belum dapat mengatur suhu
tubuhnya karena sedikitnya lapisan lemak dibawah kulitnya.
PMK dapat memberikan kehangatan agar suhu tubuh pada bayi
BBLR tetap normal, hal ini dapat mencegah terjadinya hipotermi karena
tubuh ibu dapat memberikan kehangatan secara langsung kepada bayinya
melalui kontak antara kulit ibu dengan kulit bayi, ini juga dapat berfungsi
sebagai pengganti dari inkubator.
PMK dapat melindungi bayi dari infeksi, pemberian makanan yang
sesuai untuk bayi (ASI), berat badan cepat naik, memiliki pengaruh positif
terhadap peningkatan perkembangan kognitif bayi, dan mempererat ikatan

18
antara ibu dan bayi, serta ibu lebih percaya diri dalam merawat bayi
(Perinansia, 2008).
2) Teknik menerapkan PMK pada bayi BBLR
Beberapa teknik yang dapat dilakukan pada bayi BBLR (Perinansia, 2008).
a) Bayi diletakkan tegak lurus di dada ibu sehingga kulit bayi menempel
pada kulit ibu.
b) Sebelumnya cuci tangan dahulu sebelum memegang bayi.
c) Pegang bayi dengan satu tangan diletakkan dibelakang leher sampai
punggung bayi.
d) Sebaiknya tidak memakai kutang atau beha (perempuan) atau kaos dalam
(laki-laki) selama PMK.
e) Topang bagian bawah rahang bayi dengan ibu jari dan jari-jari lainnya,
agar kepala bayi tidak tertekuk dan tidak menutupi saluran napas ketika bayi
berada pada posisi tegak.
f) Tempatkan bayi dibawah bokong, kemudian lekatkan antara kulit dada
ibu dan bayi seluas- luasnya.
g) Pertahankan posisi bayi dengan kain gendongan, sebaiknya ibu memakai
baju yang longgar dan berkancing depan.
h) Kepala bayi sedikit tengadah supaya bayi dapat bernapas dengan baik.
i) Sebaiknya bayi tidak memakai baju, bayi memakai topi hangat, memakai
popok dan memakai kaus kaki.
j) Selama perpisahan antara ibu dan bayi, anggota keluarga (ayah nenek,
dll), dapat juga menolong melakukan kontak kulit langsung ibu dengan bayi
dalam posisi kanguru.
PMK tidak diberikan sepanjang waktu tetapi hanya dilakukan jika
ibu mengunjungi bayinya yang masih berada dalam perawatan di inkubator
dengan durasi minimal satu jam secara terus-menerus dalam satu hari atau
disebut PMK intermiten. Sedangkan PMK yang diberikan sepanjang waktu
yang dapat dilakukan di unit rawat gabung atau ruangan yang dipergunakan
untuk perawatan metode kanguru disebut PMK kontinu.

19
d. Perawatan pada inkubator
Inkubator adalah suatu alat untuk membantu terciptanya suatu
lingkungan yang optimal, sehingga dapat memberikan suhu yang normal
dan dapat mempertahankan suhu tubuh. Pada umumnya terdapat dua
macam inkubator yaitu inkubator tertutup dan inkubator terbuka (Hidayat,
2005).
1) Perawatan bayi dalam inkubator tertutup:
a. Inkubator harus selalu tertutup dan hanya dibuka apabila dalam keadaan
tertentu seperti apnea, dan apabila membuka inkubator usahakan suhu bayi
tetap hangat dan oksigen harus selalu disediakan.
b. Tindakan perawatan dan pengobatan diberikan melalui hidung.
c. Bayi harus dalam keadaan telanjang (tidak memakai pakaian) untuk
memudahkan observasi.
d. Pengaturan panas disesuaikan dengan berat badan dan kondisi tubuh.
e. Pengaturan oksigen selalu diobservasi.
f. Inkubator harus ditempatkan pada ruangan yang hangat kira-kira dengan
suhu 27 derajat celcius.
2) Perawatan bayi dalam inkubator terbuka:
a. Pemberian inkubator dilakukan dalam keadaan terbuka saat pemberian
perawatan pada bayi.
b. Menggunakan lampu pemanas untuk memberikan keseimbangan suhu
normal dan kehangatan.
c. Membungkus dengan selimut hangat.
d. Dinding keranjang ditutup dengan kain atau yang lain untuk mencegah
aliran udara.
e. Kepala bayi harus ditutup karena banyak panas yang hilang melalui
kepala.
f. Pengaturuan suhu inkubator disesuaikan dengan berat badan sesuai
dengan ketentuan.

20
J. Komplikasi
Berikut ini adalah beberapa penyakit yang ada hubungannya dengan
BBLR (Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2014):
1. Sindrom gangguan pernafasan idiopatik
Disebut juga Hyaline Membrane Disease yaitu kesukaran bernafas pada
bayi karena pada stadium terakhir akan terbentuk membran hialin yang
melapisi alveolus paru.
2. Pneumonia aspirasi
Sering ditemukan pada BBLR karena refleks menelan dan batuk belum
sempurna
3. Perdarahan intraventrikular
Perdarahan spontan di ventrikel otak lateral biasanya disebabkan oleh
anoksia otak. Biasanya terjadi bersamaan dengan pembentukan
membran hialin pada paru.
4. Fibroplasia retrolental
Penyakit ini terutama ditemukan pada BBLR dan disebabkan oleh
gangguan oksigen yang berlebihan. Dengan menggunakan oksigen
dalam konsentrasi tinggi, akan terjadi vasokontriksi pembuluh darah
retina. Kemudian setelah bayi bernafas dengan udara biasa, pembuluh
darah ini akan mengalami vasodilatasi yang selanjutnya akan
mengalami proliferasi pembuluh darah baru secara tidak teratur.
Kelainan ini biasanya terlihat pada bayi yang berat badannya kurang
dari 2 kg dan telah mendapat oksigen dengan konsentrasi tinggi yaitu
pengunaan oksigen lebih dari 40%. Stadium akut penyakit ini dapat
terlihat pada umur 3-6 minggu dalam bentuk dilatasi arteri dan vena
retina. Kemudian diikuti oleh pertumbuhan kapiler baru secara tidak
teratur pada ujung vena. Kumpulan pembuluh darah baru ini tumbuh ke
arah korpus vitreum dan lensa. Selanjutnya akan terjadi edema pada
retina dan retina dapat terlepas dari dasarnya dan keadaan ini merupakan
keadaan yang ireversibel. Pada stadium akhir akan terdapat masa
retrolental yang terdiri dari jaringan ikat. Keadaan ini dapat terjadi

21
bilateral dengan mikroftalmus, kamar depan yang menyempit, pupil
mengecil dan tidak teratur serta visus menghilang.
5. Hiperbilirubinemia
Bayi berat lahir rendah lebih sering mengalami hiperbilirubinemia
dibandingkan dengan bayi cukup bulan. Hal ini disebabkan faktor
kematangan hepar sehingga konjugasi bilirubin indirek menjadi
bilirubin direk belum sempurna.

2.2 Asuhan Keperawatan Teori


A. Pengkajian
Pada saat kelahiran bayi baru harus menjalani pengkajian cepat namun
seksama untuk menentukan setiap masalah yang muncul dan mengidentifikasi
masalah yang menuntut perhatian yang cepat. Pemeriksaan ini terutama
ditujukan untuk mengevaluasi kardiopulmonal dan neurologis. Pengkajian
meliputi penyusunan nilai APGAR dan evaluasi setiap anomaly congenital
yang jelas atau adanya tanda gawat neonatus (Wong, 2008).
1) Aktifitas/istirahat
Bayi sadar 2-3 hari jam beberapa hari pertama tidur sehari rata-rata 20 jam
2) Pernapasan
Skore APGAR mungkin rendah. Pernapasan mungkin dangkal, tidak
teratur, pernafasan diagfragmatik intermiten atau periodic (40-60x/menit)
mengorok, pernafasan cuping hidung, retraksi subrasternal dan substernal,
atau berbagai derajat sianosis mungkin ada. Adanya bunyi “ampelas” pada
auskultasi, menandakan adanya sindrom distress pernapasan (RDS).
3) Sirkulasi
Nadi apical mungkin cepat dan atau tidak teratur dalam batas normal (120-
160x/mnt). Murmur jantung yang dapat didengar dapat menandakan duktus
sarteriosus paten (DPA).
4) Makanan/Cairan
Berat badan rata-rata 2500-4000 gram: kurang dari 2500 gram menunjukan
kecil untuk usia gestasi, pemberian nutrisi harus diperhatikan. Bayi dengan
dehidrasi harus diberikan infus. Beri minum dengan tetes ASI/sonde karena

22
refleks menelan BBLR belum sempurna, kebutuhan cairan untuk bayi baru
lahir 120-150 ml/kgBB/hari
5) Neurosensori
Tubuh panjang, kurus, lemas dengan perut agak gendut. Ukuran kepala
besar dalam hubungannya dengan tubuh, sutura mungkin mudah digerakan,
fontanel mungkin besar atau terbuka lebar. Edema kelopak mata umum
terjadi, mata mungkin merapat (tergantung usia gestasi). Refleks tergantung
pada usia gestasi : rooting terjadi dengan baik pada gestasi minggu ke 32 ;
koordinasi refleks untuk menghisap, menelan dan bernafas bisanya
terbentuk pada gestasi minggu ke 2; komponen pertama dari refleks moro
(ekstensi lateral dari ekstremitas atas dengan membuka tangan) pada gestasi
minggu ke 8 komponen ke 2 (fleksi anterior dan menangis yang dapat
didengar) tampak pada gestasi minggu ke 32. Pemeriksaan duboitz
menandakan usia gestasi antara minggu ke 24 dan minggu ke 37.
4. Berat badan
Kurang dari 2500 gram
5. Integumen
Pada BBLR mempunyai adanya tanda-tanda kulit tampak mengkilat dan
kering. Kulit kemerahan atau kebiruan. Akrosianosis atau sianosis.
6. Keamanan
Suhu pada bayi BBLR berfluktuasi dengan mudah. Menangis mungkin
lemah, wajah mungkin memar, mungkin ada kaput subsedoneum. Lanugo
terdistribusi secara luas diseluruh tubuh. Ektremitas mungkin tampak
edema, garis telapak kaki mungkin tidak ada pada semua atau sebagian
telapak, kuku mungkin pendek.
7. Seksualitas
Genetalia : labia minora wanita mungkin lebih besar dari labia mayora,
dengan glitoris menonjol; terstis pria mungkin tidak turun, rugae mungkin
banyak atau tidak ada pada skrotum.
( IDAI, 2004 )

23
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang bisa ditegakkan oleh seorang perawat pada bayi
dengan BBLR (SDKI, 2017):
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
a. Definisi : Ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan
napas untuk mempertahankan jalan napas tetap paten
b. Batasan karakteristi : batuk tidak efektif, tidak mampu batuk, sputum
berlebih, mengi, wheezing dan/atau ronkhi kering, meconium di jalan
napas (pada neonatus), dyspnea, sulit bicara, ortopnea, gelisah, sianosis,
bunyi napas menurun, frekuensi napas berubah, pola napas berubah.
2. Pola Napas Tidak Efektif.
a. Definisi : Inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi
adekuat.
b. Batasan karakteristik : dispnea, penggunaan otot bantu pernapasan, fase
ekspirasi memanjang, pola napas abnormal (takipnea, bradipnea,
hiperventilasi, kussmaul, cheyne-stokes), ortopnea, pernapasan pursed-
lip, pernapasan cuping hidung, diameter thoraks anterior-posterior
meningkat, ventilasi semenit menurun, kapasitas vital menurun, tekanan
ekspirasi menurun, tekanan inspirasi menurun, ekskursi dada berubah.
3. Defisit Nutrisi
a. Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme.
b. Batasan karakteristik : berat badan menurun minimal 10% dibawah
rentang ideal, cepat kenyang setelah makan, kram/nyeri abdomen, nafsu
makan menurun, bising usus heperaktif, otot pengunyah lemah, otot
menelan lemah, membran mukosa pucat, sariawan, serum albumin
turun, rambut rontok berlebihan, diare.
4. Hipotermia
a. Definisi : Suhu tubuh berada dibawah rentang normal tubuh.
b. Batasan karakteristik : kulit teraba dingin, mengigil, suhu tubuh dibawah
nilai normal, akrosianosis, dasar kuku sianotik, hipoglikemia, hipoksia,
pengisian kapiler >3 detik, konsumsi oksigen meningkat, ventilasi

24
menurun, piloekresi, takikardia, vasokontriksi perifer, kutis memorata
(pada neonates).
5. Hipertermi
a. Definisi : Suhu tubuh meningkat diatas rentang normal tubuh.
b. Batasan karakteristik : suhu tubuh diatas nilai normal, kulit merah,
kejang, takikardi, takipnea, kulit terasa hangat
6. Risiko infeksi
a. Definisi : Berisiko mengalami peningkatan terserang organisme
patogenik.
b. Batasan karakteristik : penyakit kronis (mis, diabetes mellitus), efek
prosedur invasif, malnutrisi, peningkatan paparan organisme patogen
lingkungan, ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer,
ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder.

25
C. Intervensi Keperawatan
DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI KEPERAWATAN
NO
(SDKI) (NOC) (NIC)
1. Pola napas tidak efektif NOC : NIC :
1. Respiratory status : Ventilation Airway Management
Definisi : Pertukaran udara inspirasi 2. Respiratory status : Airway patency. 1. Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau
dan/atau ekspirasi tidak adekuat 3. Vital sign Status jaw thrust bila perlu
Kriteria Hasil : 2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Batasan karakteristik : Mendemonstrasikan batuk efektif dan 3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat
- Penurunan tekanan inspirasi/ ekspirasi. suara nafas yang bersih, tidak ada jalan nafas buatan
- Penurunan pertukaran udara per menit sianosis Dan dyspneu (mampu 4. Pasang mayo bila perlu
- Menggunakan otot Pernafasan mengeluarkan sputum, mampu bernafas 5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
tambahan dengan mudah, tidak ada pursed lips). 6. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
- Nasal flaring Menunjukkan jalan nafas yang paten 7. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
- Dyspnea (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, Tambahan
- Orthopnea frekuensi pernafasan dalam rentang 8. Lakukan suction pada mayo
- Perubahan penyimpangan dada normal, tidak ada suara nafas abnormal). 9. Berikan bronkodilator bila perlu
- Nafas pendek Tanda Tanda vital dalam rentang normal 10. Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl
- Pernafasan pursed-lip (tekanan darah, nadi, pernafasan). Lembab
- Tahap ekspirasi berlangsung sangat 11. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
lama keseimbangan.

26
- Peningkatan diameter anterior-posterior 12. Monitor respirasi dan status O2
- Pernapasan rata-rata/minimal
Bayi : < 25 atau > 60 Oxygen Therapy
Usia 1-4 : < 20 atau > 30 13. Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
Usia 5-14 : < 14 atau > 25 14. Pertahankan jalan nafas yang paten
Usia > 14 : < 11 atau > 24 15. Atur peralatan oksigenasi
- Kedalaman pernafasan 16. Monitor aliran oksigen
- Dewasa volume tidalnya 500 ml saat 17. Pertahankan posisi pasien
istirahat 18. Onservasi adanya tanda tanda hipoventilasi
- Bayi volume tidalnya 6-8 ml/Kg 19. Monitor adanya kecemasan pasien terhadap
- Timing rasio Oksigenasi
- Penurunan kapasitas vital
Vital sign Monitoring
Faktor yang berhubungan : 20. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
- Hiperventilasi 21. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
- Deformitas tulang 22. Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau
- Kelainan bentuk dinding dada Berdiri
- Penurunan energi/kelelahan 23. Auskultasi TD pada kedua lengan dan
- Perusakan/pelemahan muskulo-skeletal Bandingkan
- Obesitas 24. Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan
- Posisi tubuh setelah aktivitas

27
- Kelelahan otot pernafasan 25. Monitor kualitas dari nadi
- Hipoventilasi sindrom 26. Monitor frekuensi dan irama pernapasan
- Nyeri 27. Monitor suara paru
- Kecemasan 28. Monitor pola pernapasan abnormal
- Disfungsi Neuromuskuler 29. Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
- Kerusakan persepsi/kognitif 30. Monitor sianosis perifer
- Perlukaan pada jaringan syaraf tulang 31. Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi
belakang yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
- Imaturitas Neurologis 32. Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign.

2 Bersihan jalan napas tidak efektif NOC : NIC :


1. Respiratory status : Ventilation Airway Suction
Definisi : Ketidakmampuan Untuk 2. Respiratory status : Airway patency 1. Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah
membersihkan sekresi atau obstruksi dari 3. Aspiration Control suctioning.
saluran pernafasan untuk mempertahankan Kriteria Hasil : 2. Informasikan pada klien dan keluarga tentang
kebersihan jalan nafas. Mendemonstrasikan batuk efektif dan Suctioning
suara nafas yang bersih, tidak ada 3. Minta klien nafas dalam sebelum suction
Batasan Karakteristik : sianosis dan dyspneu (mampu dilakukan.
- Dispneu, Penurunan suara nafas mengeluarkan sputum, mampu bernafas 4. Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk
- Orthopneu dengan mudah, tidak ada pursed lips) memfasilitasi suksion nasotrakeal
- Cyanosis Menunjukkan jalan nafas yang paten 5. Gunakan alat yang steril sitiap melakukan

28
- Kelainan suara nafas (rales, wheezing) (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, Tindakan
- Kesulitan berbicara frekuensi pernafasan dalam rentang 6. Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam
- Batuk, tidak efekotif atau tidak ada normal, tidak ada suara nafas abnormal) setelah kateter dikeluarkan dari nasotrakeal
- Mata melebar Mampu mengidentifikasikan dan 7. Monitor status oksigen pasien
- Produksi sputum mencegah factor yang dapat 8. Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan
- Gelisah menghambat jalan nafas Suksion
- Perubahan frekuensi dan irama nafas 9. Hentikan suksion dan berikan oksigen apabila
pasien menunjukkan bradikardi, peningkatan
Faktor-faktor yang berhubungan: saturasi O2, dll.
- Lingkungan : merokok, menghirup asap Airway Management
rokok, perokok pasif-POK, infeksi 10. Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau
- Fisiologis : disfungsi neuromuskular, jaw thrust bila perlu
hiperplasia dinding bronkus, alergi 11. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
jalan nafas, asma. 12. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat
- Obstruksi jalan nafas : spasme jalan jalan nafas buatan
nafas, sekresi tertahan, banyaknya 13. Pasang mayo bila perlu
mukus, adanya jalan nafas buatan, 14. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
sekresi bronkus, adanya eksudat di 15. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
alveolus, adanya benda asing di jalan 16. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
nafas. Tambahan
17. Lakukan suction pada mayo

29
18. Kolaborasikan pemberian bronkodilator bila
Perlu
19. Berikan pelembab udara kassa basah NaCl
Lembab
20. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
keseimbangan.
21. Monitor respirasi dan status oksigen.

3 Hipertermia NOC : NIC :


1. Hydration Temperature Regulation (pengaturan suhu)
2. Adherence Behavior 1. Monitor suhu minimal tiap 2 jam
Definisi : Risiko kegagalan 3. Immune Status 2. Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu
mempertahankan suhu tubuh dalam batas 4. Infection status 3. Monitor TD, nadi, dan RR
normal. 5. Risk control 4. Monitor warna dan suhu kulit
Faktor factor resiko: 6. Risk detection 5. Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi
6. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
- Perubahan metabolisme dasar 7. Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya
- Penyakit atau Trauma yang kehangatan tubuh
mempengaruhi pengaturan suhu 8. Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan
- Pengobatan pengobatan yang akibat panas
menyebabkan vasokonstriksi dan 9. Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu
vasodilatasi dan kemungkinan efek negatif dari kedinginan

30
- Pakaian yang tidak sesuai dengan suhu 10. Beritahukan tentangindikasi terjadinya
lingkungan keletihan dan penanganan emergency yang
- Ketidakaktifan atau aktivitas berat Diperlukan
- Dehidrasi 11. Ajarkan indikasi dari hipotermi dan penanganan
- Pemberian obat penenang yang diperlukan
- Paparan dingin atau hangat/lingkungan 12. Berikan anti piretik jika perlu.
yang panas

4 Defisit nutrisi NOC : NIC :


1. Nutritional Status Nutrition Management
2. Nutritional Status : food and Fluid Intake 1. Kaji adanya alergi makanan

2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan


3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein
dan vitamin C
5. Berikan substansi gula
6. Yakinkan diet yang dimakan mengandung
tinggi serat untuk mencegah konstipasi
7. Berikan makanan yang terpilih ( sudah
dikonsultasikan dengan ahli gizi)

Definisi : Intake nutrisi tidak cukup untuk Nutritional Status : nutrient Intake 8. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan
makanan harian.

31
9. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori

32
10. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
11. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
12. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan
nutrisi yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring
13. BB pasien dalam batas normal
14. Monitor adanya penurunan berat badan
15. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa
dilakukan
16. Monitor interaksi anak atau orangtua selama
makan
17. Monitor lingkungan selama makan
18. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak
selama jam makan
19. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
20. Monitor turgor kulit
21. Monitor kekeringan, rambut kusam, dan
mudah patah
22. Monitor mual dan muntah
23. Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan
kadar Ht
24. Monitor makanan kesukaan
25. Monitor pertumbuhan dan perkembangan
26. Monitor, pucat, kemerahan dan kekeringan
jaringan konjungtiva
27. Monitor kalori dan intake nutrisi
28. Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik
papilla lidah dan cavitas oral. Catat jika lidah
berwarna magenta, scarlet

33
keperluan metabolisme tubuh. 4.Weight control
Batasan karakteristik :

- Berat badan 20 % atau


lebih di bawah ideal
- Dilaporkan adanya
intake makanan yang
kurang dari RDA
(Recomended Daily
Allowance)
- Membran mukosa dan
konjungtiva pucat
- Kelemahan otot yang
digunakan untuk
menelan/mengunyah
- Luka, inflamasi pada Kriteria Hasil :
rongga mulut
Adanya peningkatan berat badan sesuai
- Mudah merasa kenyang, dengan tujuan
sesaat setelah Berat badan ideal sesuai dengan tinggi
mengunyah makanan badan
- Dilaporkan atau fakta
adanya kekurangan Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
makanan Tidak ada tanda tanda malnutrisi
- Dilaporkan adanya Menunjukkan peningkatan fungsi
perubahan sensasi rasa pengecapan dari menelan
- Perasaan Tidak terjadi penurunan berat badan yang
berarti
ketidakmampuan untuk
mengunyah makanan

34
- Miskonsepsi
- Kehilangan BB dengan
makanan cukup
- Keengganan untuk
makan
- Kram pada abdomen
- Tonus otot jelek
- Nyeri abdominal dengan
atau tanpa patologi
- Kurang berminat
terhadap makanan
- Pembuluh darah kapiler
mulai rapuh
- Diare dan atau
steatorrhea

35
5 Ketidakefektifan pola minum bayi NOC : NIC :
1. Breastfeeding Estabilshment : infant Breastfeeding assistance
2. Knowledge : breastfeeding 1. Fasilitasi kontak ibu dengan bayi sawal mungkin
3. Breastfeeding Maintenance (maksimal 2 jam setelah lahir )
Kriteria Hasil : 2. Monitor kemampuan bayi untuk menghisap
Klien dapat menyusui dengan efektif 3. Dorong orang tua untuk meminta perawat untuk
Memverbalisasikan tehnik untk menemani saat menyusui sebanyak 8-10
mengatasi masalah menyusui kali/hari
Bayi menandakan kepuasan menyusu 4. Sediakan kenyamanan dan privasi selama
Ibu menunjukkan harga diri yang positif menyusui
dengan menyusui 5. Monitor kemampuan bayi untuk menggapai
putting
6. Dorong ibu untuk tidak membatasi bayi
menyusu
7. Monitor integritas kulit sekitar putting
8. Instruksikan perawatan putting untuk mencegah
lecet.
9. Diskusikan penggunaan pompa ASI kalau bayi
tidakmampu menyusu

36
10. Monitor peningkatan pengisian ASI
11. Jelaskan penggunaan susu formula hanya jika
diperlukan
12. Instruksikan ibu untuk makan makanan bergizi
selama menyusui

13. Dorong ibu untuk minum jika sudah merasa


Haus
14. Dorong ibu untuk menghindari penggunaan
rokok danPil KB selama menyusui
15. Anjurkan ibu untuk memakai Bra yang nyaman,
terbuat dari cootn dan menyokong payudara
16. Dorong ibu untukmelanjutkan laktasi setelah
pulang bekerja/sekolah

37
6 Hipotermia NOC : NIC :
1. Thermoregulation Temperature Regulation
Definisi : temperatur suhu dibawah 2. Thermoregulation : neonate 1. Monitor suhu minimal tiap 2 jam
rentang normal. Kriteria Hasil : 2. Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu
Batasan karateristik : Suhu tubuh dalam rentang normal 3. Monitor TD, nadi, dan RR
- Penurunan suhu tubuh dibawah rentang Nadi dan RR dalam rentang normal 4. Monitor warna dan suhu kulit
normal. 5. Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi
- Pucat 6. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
- Kulit dingin 7. Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya
- Kuku sianosis kehangatan tubuh
8. Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan
akibat panas
9. Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu
dan kemungkinan efek negatif dari kedinginan
10. Beritahukan tentang indikasi terjadinya
keletihan dan penanganan emergency yang

38
diperlukan
11. Ajarkan indikasi dari hipotermi dan penanganan
yang diperlukan
12. Berikan anti piretik jika perlu
Vital sign Monitoring
13. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
14. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
15. Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau
berdiri
16. Auskultasi TD pada kedua lengan dan
bandingkan
17. Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
18. Monitor kualitas dari nadi
19. Monitor frekuensi dan irama pernapasan
20. Monitor suara paru

39
21. Monitor pola pernapasan abnormal
22. Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
23. Monitor sianosis perifer
24. Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi
yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
25. Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign

NIC :
Resiko infeksi NOC
Infection Control (Kontrol infeksi)
Definisi : peningkatan resiko masuknya 1. Immune status
organisme pathogen 1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien
2. Knowledge :
Faktor-faktor resiko : infection control lain
3. Risk control
- Prosedur invasive 2. Pertahankan teknik isolasi
- Ketidakcukupan pengetahuan untuk Kriteria Hasil 3. Batasi pengunjung bila perlu
menghindari paparan pathogen - Klien bebas dari
- Trauma tanda dan gejala 4. Instruksikan pada pengunjung untuk
- Kerusakan jaringan dan peningkatan infeksi mencuci
sehat paparan lingkungan - Menunjukan 5. Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
- Rupture membrane amnion kemampuan untuk
7 - Agen farmasi (imunosupresan) mencegah 6. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan
- Malnutrisi timbulnya infeksi kperawtan

40
- Peningkatan paparan lingkungan - Jumlah leukosit
pathogen dalam batas 7. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
- Imunosupresi normal pelindung
- Ketidakadekuatan imun buatan - Menunjukan 8. Pertahankan lingkungan aseptik selama
- Tidak adekuat pertahan tubuh sekunder perilaku hidup pemasangan alat
(penurunan Hb, Leukopenia) sehat
- Tidak adekuat pertahan tubuh primer 9. Ganti letak IV perifer dan line central dan
(kulit tidak utuh, trauma jaringan, dressing sesuai dengan petunjuk umum
penurunan kerja silia, cairan tubuh statis, 10. Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan
perubahan sekresi pH, perubahan infeksi kandung kencing
peristaltik)
- Penyakit kronis 11. Tingktkan intake nutrisi
12. Berikan terapi antibiotik bila perlu
Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)

13. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan


lokal
14. Monitor hitung granulosit, WBC
15. Monitor kerentanan terhadap infeksi
16. Batasi pengunjung
17. Saring pengunjung terhadap penyakit menular
18. Partahankan teknik aspesis pada pasien yang
beresiko
19. Pertahankan teknik isolasi k/p
20. Berikan perawatan kuliat pada area epidema

41
21. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase
22. Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
23. Dorong masukkan nutrisi yang cukup
24. Dorong masukan cairan
25. Dorong istirahat
26. Intruksikan pasien untuk minum ontibiotik sesuai
resep
27. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala
infeksi
28. Ajarkan cara menghindari infeksi
29. Laporkan kecurigaan infeksi
30. Laporkan kultur positif

42
BAB III
TINJAUAN KASUS
PENGKAJIAN NEONATUS

I. DATA BAYI
Nama bayi : By. K.P Tanggal dirawat :17/11-2018
Jenis kelamin : Laki-laki Alamat :Kakaskasen
Tanggal lahir/usia : 17 – 11 – 2018/ 2 hari
Nama orang tua, Ayah : Tn. H.P
Ibu : Ny. T.L
Pendidikan Ayah : SMA
Ibu : SMA
Pekerjaan Ayah : Wiraswasta
Ibu : Wiraswasta
Usia Ayah : 24 tahun
Ibu : 20 tahun
Diagnosa Medis : Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

A. Riwayat Bayi
Apgar score : 3/5/7
Nilai Jumlah
Tanda
0 1 2 Menit ke Menit ke Menit ke
1 3 5
Denyut ( ) Tidak ( ) < 100 ( ) >100 1 2 2
Jantung ada

Usaha ( ) Tidak ( ) Lambat () 1 2 2


Napas ada Menangis
kuat

Tonus () () ( ) Gerakan 1 1 1
Otot Lumpuh Ektremitas Aktif
fleksi
sedikit
Refleks ( ) Tidak ( ) Gerakan ( ) Reaksi 0 0 1
bereaksi sedikit Melawan

43
Warna ( ) Biru/ ( ) Tubuh () 0 0 1
Pucat Kemerahan Kemerahan

Usia gestasi : 34-35 minggu


Berat Badan : 1600 gram
Antropometri, LK : 32 cm
LD : 29 cm
LP : 22 cm
LLA : 11 cm
PB : 41 cm

Komplikasi Persalinan : ( ) Ada ( √ ) Tidak


a. Aspirasi mekonium :(-)
b. Denyut jantung janin abnormal :(-)
c. Masalah lain :(-)
d. Prolaps tali pusat/ lilitan tali pusat :(-)
e. Ketuban pecah dini :(-)

B. Riwayat Ibu
USIA GRAVIDA PARTUS ABORTUS
20 Tahun 1 0 0

Jenis persalinan :
- Pervaginam (√)
- Sectio cecarea (- )
Komplikasi kehamilan
- Perawatan Antenatal (√)
- Ruptur plasenta/plasenta previa (-)
- Pre eklamsia/toxcemia (-)
- Suspect sepsis (-)
- Persalinan prematur/post matur (√)
- Masalah lain : tidak ada

II. PENGKAJIAN FISIK NEONATUS


1. Refleks :
Moro (√)
Menggenggam ( √ ) : kuat

44
Menghisap ( √ ) : kuat

2. Tonus/aktifitas
a. Aktif (√) Tenang ( - ) Letargi ( - ) Kejang ( - )
b. Menangis keras ( √ ) Sulit Menangis ( - )

3. Kepala/leher
a. Fontanel anterior : Lunak ( √ ) Tegas ( - )
Datar ( √ ) Menonjol ( - ) Cekung ( - )
b. Sutura sagitaris : Tepat ( √ ) Terpisah ( - )
c. Gambaran wajah Simetris : ( √ ) Asimetris ( - )
d. Molding ( - ) Caput succedaneum ( - ) Cephalhetoma ( - )

4. Mata
Bersih : ( √ ) Sekresi ( - )
Jarak interkantus : Sklera : Anikterik

5. THT
a. Telinga Normal ( √ ) Abnormal ( - )
b. Hidung Semetris ( √ ) Asimetris ( - )
Sekresi ( - ) Napas cuping hidung ( - )

6. Mulut
Bibir sumbing (-)
Bibir kering (√)
Sumbing langit-langit/ palatum ( - )

7. Abdomen
a. Lunak (√) Tegas ( - )
Datar (√) Kembung ( - )
b. Lingkar perut : 22 cm
c. Liver Teraba ( √ )

8. Thoraks
a. Simetris ( √ ) Asimetris ( - )
b. Retraksi derajat 0 ( √ ) Derajat 1 ( - ) Derajat 2 ( - )

9. Paru-paru
a. Suara nafas kanan kiri sama ( √ ) Tidak sama ( - )
b. Suara nafas bersih (√) Ronchi (-) Sekresi ( - )
Wheezing ( - ) Vasikuler ( √ )
c. Respirasi spontan ( √ )
Alat bantu nafas ( - )

45
10. Jantung
a. Bayi normal sinus rhytim (NSR) ( √ )
Frekuensi : 132x/mnt
b. Murmur ( - ) PMI ( - ) Lokasi : -
c. Waktu pengisian kapiler : < 2 detik
d. Denyut nadi :
Nadi perifer Keras Lemah Tidak ada
Brakial kanan √
Brakial kiri √
Femoral Kanan √
Femoral kiri √

11. Ekstremitas
Gerakan bebas ( √ ) ROM terbatas (-) Tidak terkaji (-)
Ekstermitas atas Normal (√) Abnormal (-)
Ekstremitas bawah Normal (√) Abnormal (-)
Panggul Normal (√) Abnormal (-)

12. Umbilikus
Normal (√) Abnormal ( - )
Inflamasi (-) Drainase ( - )

13. Genital
Perempuan Normal (-) Laki-laki normal (√)
Abnormal (-)
Sebutkan :

14. Anus Paten ( √ ) Imperforata ( - )

15. Spina Normal ( √ ) Abnormal ( - )

16. Kulit
a. Warna Pink ( √ ) Pucat ( - ) Jaundice ( - )
Sianosis ( - )
b. Turgor kulit baik, tekstur tipis (keriput)

46
17. Suhu
a. Lingkungan
Penghangat radian ( ) Penghangat suhu ( )
Suhu ruangan ( ) Inkubator (√ ) Boks terbuka ( )
b. Suhu Kulit : 36,4 °C

III. RIWAYAT SOSIAL


1. Struktur Keluarga

Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
2 hr
: Tinggal serumah

Kesimpulan : Orang tua klien tinggal serumah, sementara klien menjalani perawatan
di rumah sakit di ruangan neonati. Saat dikaji klien baru berusia 2 hari.
2. Antisipasi vs pengalaman nyata kelahiran : tidak ada
3. Budaya : Indonesia
4. Suku : Minahasa
5. Agama : Kr. Protestan
6. Bahasa utama : Indonesia
7. Perencanaan makanan bayi : ASI
8. Masalah soasial yang penting : tidak ada
9. Hubungan orang tua dan bayi : Sejak di rawat di rumah sakit, kedua
orang tuanya selalu datang untuk melihat bayi mereka di rumah sakit.

IBU TINGKAH LAKU AYAH


√ Menyentuh √
- Memeluk -
- Berbicara -
√ Bekunjung √
- Memanggil nama -
√ Kontak mata √

47
10. Orang terdekat yang dapat dihubungi : Ayah dan Ibu
11. Orang tua berespon terhadap penyakit : ya ( √ ) tidak ( - )
Respon : orang tua klien mengerti dengan keadaan bayi mereka, dan mendukung
setiap perawatan yang dinerikan kepada bayi mereka.
12. Orang tua berespon terhadap hospitalisasi : ya ( √ ) tidak ( - )
Respon : orang tua klien selalu datang ke rumah sakit untuk melihat bayi mereka.

13. Resume hasil pengkajian


By. K.T lahir prematur pada tanggal 17 November 2018 dengan berat badan lahir
rendah yaitu 1550 gram. Setelah dilakukan pengukuran antropometri didapatkan hasil
: LK: 32 cm, LD : 29 cm, LP : 22 cm, LLA : 11 cm, PB : 41 cm. Setelah dilahirkan
By. K.T mendapat perawatan intresif di inkubator ruangan neonati karena bayi
memiliki berat badan lahir rendah.

48
Hasil Laboratorium

Nama : By K. P Age : 1 day Birthday : 17-11-2018


Sex : Male Run Time : 18-11-2018

Perameter Result Unit Ref. Range

WBC 13.94x10^g/L 6.00-17.00


Neu% 78,1 % 40.0-80.0
Lym% L 14.9 % 20.0-70.0
Mon% 5.9 % 1.0-11.0
Eos% 0.7 % 0.5-5.0
Bas% 0.4 % 0.0-1.0
Neu# 10.88x10^g/L 1.60-16.00
Lym# 2.08x10^g/L 0.40-4.40
Mon# H 0.82x10^g/L 0.00-0.80
Eos# 0.11x10^g/L 0.02-0.80
Bos# 0.05x10^g/L 0.00-0.20

RBC 5.07x10^12/L 3.60-5.20


HGB H 19.3 g/dL 10.7-13.1
HCT H 50.8 % 35.0-43.0
MCV 100.2 fL 74.0-102.0
MCH H 38.0 pg 23.0-31.0
MCHC H 37.9 g/dl 28.0-32.0
RDW-CV H 14.7 % 13.0-14.5
RDW-SD H 61,7 fL 35.0-56.0

PLT 244x10^g/L 217-497


MPV H 8.4 fL 0.0-0.0
PDW 17.0
PCT 0.204%

49
KLASIFIKASI DATA

DATA SUBJEKTIF (DS) DATA OBJEKTIF (DO)


- Antropometri
- LK : 32 cm
LD : 29 cm
LP : 22 cm
PB : 41 cm
- BB : 1600 gram
- Kulit teraba dingin
- TTV :
SB : 36,4 °C
R : 46 x/mnt
HR : 132x/mnt
- Tali pusat masih basah
- Refleks menghisap masih lemah
- Bayi lahir prematur
- Umur bayi 2 hari
- Bibir kering

50
ANALISA DATA

NO. DATA ETIOLOGI MASALAH


1. Ds: Intake nutrisi tidak adekuat Defisit nutrisi
-
Do: Asupan gizi kurang
- Antropometri
BB : 1600 gram
Sel-sel kekurangan nutrisi
LK : 32 cm
LD : 29 cm
LP : 22 cm
Kerusakan sel
PB : 41 cm
- Bayi lahir prematur
Penurunan berat badan
- Bibir kering

Defisit nutrisi

2 Ds : Kulit tipis dan lemak Risiko hipotermia


- subkutan
Do :
- Kulit klien teraba
dingin Tidak dapat menyimpan
- SB : 36,4°C panas
- R : 46x/mnt
- Bayi lahir
prematur Mudah kehilangan panas
- Umur bayi 2 hari

Suhu tubuh menurun

Risiko hipotermi

51
3. Ds : Proses persalinan Risiko infeksi
-
Do :
- Tali pusat masih Bayi baru lahir
basah
- Umur bayi 2 hari,
- Bayi lahir prematur Perubahan fisiologis
- TTV : SB : 36,4°c
RR : 46 kali/menit
TB : 41 cm Pemotongan tali pusat
BB : 1600 gram

Post the entry bakteri

Risiko infeksi

52
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama : By. K.T Kamar : NICU
Umur : 2 hari Ruangan : Neonati

No Diagnosa Keperawatan Tanggal Ditemukan Tanggal Teratasi Prioritas

1. Defisit Nutrisi b.d fisiologis tubuh 19 November 2018 (Belum teratasi) Aktual (I)
prematur yang ditandai dengan Peningkatan berat badan
merupakan proses yang
Ds : - sangat penting dalam
tatalaksana BBLR
Do : disamping pencegahan
- Antropometri terjadinya penyulit.
BB : 1600 gram Proses peningkatan
LK : 32 cm berat badan bayi tidak
LD : 29 cm terjadi secara otomatis,
LP : 22 cm melainkan terjadi secara
PB : 41 cm bertahap sesuai dengan
umur bayi. Peningkatan
- Bayi lahir prematur
berat yang adekuat akan
- Bibir kering sangat mebantu
pertumbuhan dan
perkembangan bayi
secara normal di masa
depan sehingga akan
sama dengan
perkembangan bayi
berat badan lahir normal
(Septira, 2016)

53
Risiko hipotermia b.d prematuritas BBLR 19 November 2018 (Belum teratasi) Risiko (II)
2.
yang ditandai dengan Bayi baru lahir pada
umumnya tidak dapat
Ds: - mengatur temperatur
Do : tubuhnya secara
- Kulit klien teraba dingin memadai sehingga bayi
- SB : 36.4° C cepat mengalami
R : 46 X / Menit kedinginan bila tidak
- Bayi lahir prematur segera ditangani bayi
- Umur bayi 2 hari akan kehilangan panas.
Bayi yang mengalami
hipotermia berisiko
tinggi untuk jatuh sakit
atau meninggal.
Hipotermia sering
terjadi pada neonates
BBLR, karena jaringan

54
lemak subkutan rendah,
dan permukaan luas
tubuh yang relatif besar
(Hutogaol, 2014)

3. Risiko Infeksi b.d post the entry bakteri 19 November 2018 (Belum Teratasi) Risiko (III)
yang ditandai dengan Bayi BBLR mudah
sekali mengalami risiko
Ds : infeksi karena cadangan
- immunoglobulin
Do : maternal yang menurun
- Tali pusat masih basah sehingga kemampuan
- Usia bayi 2 hari, membuat antibodi rusak,
- Bayi lahir prematur mengalami imaturitas
- TTV : SB : 36,4°c organ-organ tubuhnya
RR : 46 kali/menit (Elizabeth, 2013)
TB : 41 cm
BB : 1600 gram

55
ASUHAN KEPERAWATAN

Nama : By. K.P Kamar : NICU


Umur : 2 hari Ruangan : Neonati

No DIAGNOSA TUJUAN/ INTERVENSI RASIONAL JAM IMPLEMENTASI EVALUASI


KEPERAWATAN KRITERIA (NIC)
(SDKI) HASIL
(NOC)
1 Defisit nutrisi b.d 1. Nutritional Nutrition Senin 19 Nov
fisiologis tubuh status management 2018
prematur ditandai 1. Menentukan 08.00 1. Mengkaji Pukul : 19:40
2. Nutritional 1. Kaji maturase metode maturase refleks
dengan:
status : nutrient refleks pemberian berkenaan
Ds: berkenaan S:-
intake makanan dengan
- dengan
Do : 3. Weight control yang tepat pemberian O:
pemberian untuk makan
makan -
- Antropometri Setelah diberikan pemenuhan Hasil : - Bayi dengan
BB : 1600 gram asuhan nutrisi bayi Menghisap BB rendah
LK : 32 cm keperawatan (Newfield, lemah, - BB : 1600
LD : 29 cm selama 3x24 am 2012) Refleks menelan gram
LP : 22 cm diharapkan lemah - Bayi terpasang
PB : 41 cm kebutuhan nutrisi NGT
bayi terpenuhi - Terpasang
- Bayi lahir
dengan Infus
premature Dex 10% 79cc
Kriteria hasil: 2. Timbang BB 2. Mengidentifi 08.10 2. Menimbang BB
- Bibir kering - Bayi setiap hari D40% 7cc
kasikan setiap hari
mendapat adanya risiko Nacl 3% 3.1cc
Hasil: Kcl 1.6cc
nutrisi yang derajat dan
adekuat (5) BB : 1600 gram Mg SO4 20%
resiko pada
- Mempertaha pola 0.75cc
nkan

56
pertumbuhan pertumbuhan Ca Gluko 10%
dan (Newfield, 1cc
perkembanga 2012) Aminofusin
n BB tetap 3. Pantau masukan 5% 93cc
(5) dan pengeluaran 3. Memberikan 11.20 3. Memantau Aplos 9tts/mnt
informasi masukan dan
tentang pengeluaran - Bayi belum
masukan Hasil : diberi ASI
aktual dalam Masukan: Cairan karena ASI
hubungannya Dex 10% 6-7 belum keluar
dengan tts/mnt
perkiraan Pengeluaran :
A : Defisit
kebutuhan Pempers 3 x
Nutrisi
dan ganti sehari
penyesuaian
diet
(Teixeira, P : lanjutkan
2016) intervensi
4. Diskusikan
4. Mendiskusikan 1. Kaji maturase
dengan orang 4. Keterlibatan 11.00
tua mengenai dengan orang refleks
orang tua
pemberian ASI tua mengenai berkenaan
sangat
pemberian ASI dengan
diperlukan
Hasil : pemberian
secara aktif,
Dijelaskan makan
dukungan
manfaat ASI 2. Kaji BB setiap
yang
pada orang tua hari
diberikan
karena ASI 3. Pantau
keluarga
merupakan masukan dan
dapat
pengeluaran
mempengaru nutrisi yang
4. Berikan
hi psikologis tepat pada
minum sesuai
kesehatan BBLR.
ibu

57
(Newfield, dengan
2012) kebutuhan
5. Kaji tanda-
5. Berikan minum 09.00 5. Memberikan tanda
5. Membantu hipoglikemia
sesuai dengan pemenuhan minum sesuai
kebutuhan dengan 6. Kolaborasi:
kebutuhan berikan
harian bayi, kebutuhan
Hasil : suplemen
nutrisi dari elektrolit
ASI dapat Bayi belum
sesuai indikasi
membantu diberikan ASI,
peningkatan belum ada ASI,
imun bayi masukan
serta cairan Dex 10%
perkembanga 6-7 tts/mnt
n dan
pertumbuhan
bayi
(Teixeira,
2016)
6. Mengkaji tanda-
6. Kaji tanda-tanda 6. Hipoglikemi 08.15 tanda
hipoglikemia : a dapat hipoglikemia :
takipnea, terjadi pada takipnea,
menangis keras, awal 3 jam menangis keras,
nada tinggi, bayi SGA nada tinggi,
gemetar dan saat gemetar dan
kejang. cadangan kejang.
glikogen Hasil :
cepat Bayi sering
berkurang menangis namun
dan tidak takipnea,
glikotinogen menangis keras,

58
esis tidak tidak kejang dan
adekuat tidak gemetar
(Newfield,
2012)
7. Mempertahanka
7. Kolaborasi : n masukan
08.00
Berikan 7. Ketidakstabil Cairan infus
suplemen an Dextrose 10% 6-
elektrolit sesuai metabolisme 7 tts/mnt
indikasi pada bayi
SGA/NGA
dapat
memerlukan
suplemen
untuk
mempertaha
nkan
homeostatis
(Teixeira,
2016)

2 Risiko hipotermi 1.Thermoregulati Temperature Senin 19 Nov


b.d prematuritas, on regulation 2018
BBLR 2.Thermoregulati 1. Penurunan 08.05 1. Memonitor Pukul 19:45
1. Monitor suhu suhu badan suhu badan
Ditandai dengan : on: neonate
badan minimal menandakan minimal tiap 2
Ds : - Setelah diberikan tiap 2 jam S: -
Do : asuhan adanya risiko jam
keperawatan hipotermia Hasil : O:
- Kulit klien teraba sehingga -36,4'C (jam
selama 3x24 jam - Kulit teraba
dingin pemantau 07.00, Mario) tidak dingin
diharapkan
yang intensif -36'C (jam
- SB : 36.4° C hipotermi tidak diperlukan 09.00, Natalia)
terjadi

59
- R : 46 X / Menit Dengan kriteria guna -36,5'C (jam - Bayi berada
hasil : mencegah 10.00, Angela) dalam
- Bayi lahir hipotermia inkubator
- Suhu tubuh -36,5'C (jam
prematur dalam batas pada bayi - TTV :
12.00, Suriati)
- Umur bayi 2 hari normal (5) (Caldas, -36'C (jam R : 54x//mnt
- Akral teraba 2017) 14.00, Olivia) SB : 36.8°C
hangat (5) -36,2'C (jam
16.00, Tirsa) A : Risiko
-36,4'C (jam hipotermi
18.00, Astried)
-36,5'C (jam
20.00, Astried) P : Intervensi
-36,5'C (jam dilanjutkan
21.00, Natalia)
-36,4'C (jam
24.00, Angela) 1. Kaji KU dan
suhu badan
08.15 2. Memonitor 2. Observasi
2. Untuk warna dan suhu
2. Monitor warna mendeteksi sistem
kulit pengaturan
dan suhu kulit perubahan Hasil : Warna suhu
status yang kulit bayi
memerluka inkubator
kemerahan setiap 15
n intervensi
turgor kulit menit
tambahan
untuk baik 3. Gunakan
stabilisasi lampu
(Fatsman, pemanas
2014) selama
prosedur
4. Kurangi
pemajanan

60
3. Observasi 3. Mengetahui 09.15 3. Mengobservasi pada aliran
sistem adanya sistem udara
pengaturan peningkatan pengaturan 5. Ganti pakaian
suhu inkubator dan suhu inkubator bila basah
setiap 15 penurunan setiap 15 menit
menit suhu Hasil :
inkubator Air : 33.1 °C
yang dapat
mempengaru
hi suhu
tubuh
(Fatsman,
2014)

08.15 4. Mengurangi
4. Kurangi 4. Mengurangi pemajanan
pemajanan penguapan pada aliran
pada aliran melalui udara
udara konveksi Hasil :
sehingga cela/lubang
dapat pada incubator
mengontrol dibuka hanya
suhu sedikit
lingkungan
dan menjaga
suhu bayi
stabil
(Caldas,
2017)

5. Ganti pakaian 5. Pakaian


bila basah 5. Mengganti
basah bisa 12.00 pakaian/popok
menyebabka bila basah

61
n hipotermi Hasil :
pada bayi. Popok/pempers
Kulit yang diganti saat
masih tipis bayi
pada bayi BAK/BAB
BBLR dapat (jam 10.00
memicu
bayi BAK)
pengupan
jam (13.00
yang
berlebih dari BAB)
tubuh bayi (jam 16.00
sehingga BAK)
suhu badan
pada bayi
tidak dapat
dipertahanka
n (Fatsman,
2014)
3 Risiko infeksi b.d 1. Immune status Infection control Senin, 19-11-
kerentangan bayi 2. Risk control 1. Untuk 08.15 1. Mengobservasi 2018. 20.00
1. Observasi mengetahui TTV, terutama
atau imanutiritas, Setelah diberikan
TTV, terutama kondisi SB
luka terbuka (tali asuhan SB S:-
pusat), ditandai keperawatan bayi. Hasil :
dengan : selama 3x24 jam Penurunan SB : 36,4 °C O:
suhu tubuh RR : 46 x/menit
Tidak terjadi - Tali pusat
Ds : - bayi TB : 41 cm
tanda-tanda masih basah
dengan BB : 1600 gram
Do : ifeksi, - SB : 36,8 °C
BBLR RR : 46x/menit
Dengan kriteria dapatberisi
- Tali pusat hasil : TB : 41 cm
masih basah ki tinggi
- Tidak ada BB : 1600
untuk jatuh
- Umur dua hari tanda-tanda gram
sakit
– Bayi lahir infeksi (5) - Perawatan
bahkan
prematur tali pusat
62
- TTV : - Tidak ada meninggal dilakukan
SB : 36,4°c gangguan (Hutogaol, setiap 2 jam
RR : 46x/menit fungsi tubuh 2014) dengan
TB : 41 cm (5) menggunaka
BB : 1.600 kg n kapas
2. Menginspeksi alcohol
kulit dan
2. Inspeksi kulit 2. Membran 08.05
mukosa membran
dan membran A : Risiko
yang mukosa
mukosa Infeksi
kemerahan , terhadap
terhadap
panas kemerahan,
kemerahan,
merupakan panas, drainase
panas, drainase
tanda Hasil : P : Intervensi
dimana membran dilanjutkan
pada bayi mukosa bibir
kering, kulit 1. Observasi
dengan
berwarna pink TTV,
BBLR
kemerahan, terutama SB
mengalami
suhu badan 2. Pertahankan
penurunan
klien normal. Teknik
cadangan
kesterilan
imunoglobu
setiap
lin sehingga
melakukan
dapat
tindakan pada
menimbulk
bayi
an berbagai
3. Lakukan
masalah
perawatan tali
seperti
pusat
risiko
4. Kolaborasi
infeksi
dengan dokter
(Elizabeth,
dalam
2013)
pemberian
antibiotik

63
3. Pertahankan 3. Bayi 08.10 3. Mempertahank
teknik aseptik dengan an teknik
petugas BBLR aseptik petugas
kesehatan mengalami kesehatan
maupun orang imaturitas maupun orang
tua setiap organ-organ tua setiap
melakukan tubuh serta melakukan
tindakan pada penurunan tindakan pada
bayi imunitas bayi
tubuh. Hasil : Perawat
Sehingga dan orangtua
untuk mencuci tangan
berinterksi sebelum dan
dengan bayi sesudah
harus melakukan
mempertah tindakan atau
nkan teknik kontak
bersih untuk langsung
menghindar dengan By. K.P
kan bayi
dari pajanan
kuman yang
dibawa
(Elizabeth,
2013)

4. Perawatan 12.05 4. Melakukan


4. Lakukan
perawatan tali tali pusat perawatan tali
pusat yaitu untuk pusat
menjaga Hasil :
tetap kering Perawatan tali
dan pusat dilakukan

64
mencegah setiap 2 jam
terjadinya dengan
infeksi menggunakan
(Yuliana, kapas alkohol
2017)
-06.00 perawatan
tali pusat setelah
mandi
-08.00 perawatan
tali pusat
(Suriati)
-10.00 perawatan
tali pusat
(Angela)
-12.00 perawatan
tali pusat (olivia)
-14.00 perawatan
tali pusat (Tirsa)
-16.00 perawatan
tali pusat (mario)
-18.00 perawatan
tali pusat
(natalia)
-20.00
perawatan tali
pusat (Tirsa)
-21.00 perawatan
tali pusat(Mario)

65
-22.00 perawatan
tali pusat (Mario)
-24.00
perawatan tali
pusat (Mario)

Tali pusat masih


tampak basah.

5. Batasi 5. Bayi
pengunjung dengan 10.45 5. Membatasi
yang datang BBLR pengunjung
mengalami Hasil :
imaturitas Pengujung
organ- dibatasi, hanya
organ tubuh orang tua yang
serta diijinkan masuk
penurunan menjenguk
imunitas
tubuh.
Berinterkas
i dengan
pengunjung
yang
datang
dapat
memungkin
kan
membuat

66
bayi
terganggu
dan mudah
terkena
penyakit
yang tanpa
disadari
sudah
dibawah
oleh
pengunung
(Elizabeth,
2013)

6. Kolaborasi 6. Antibiotik
dengan dokter menekan 11.10 6. Memberikan
atau antibiotik
dalam
menghentik Amoxicicilin 80
pemberian
an mg
antibiotic
perkemban
gan bakteri
atau
mikroorgan
isme
berbahaya
dalam
tubuh
(Schulz,
2014)

67
68
CATATAN PERKEMBANGAN
HARI/ NDX JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
TANGGAL
Selasa, 20 Nov I 08.00 1) Mengkaji maturasi Selasa 20/11-2018
2018 refleks berkenaan
dengan pemberian Pukul : 13.20
makan
Hasil :
Menghisap lemah, S:
refleks menelan lemah
-
2) Mengkaji berat badan
setiap hari
Hasil : O:
BB : 1700 gram - Berat badan bayi
rendah
08.10 3) Memantau masukan dan - BB : 1700 gram
pengeluaran - PB : 41 cm
Hasil : - Bayi terpasang infus
Masukan IVFD 85 Dex 10% 122cc
cc/8jam D40% 11cc
Pengeluaran urine : Nacl 3% 3.1cc
popok 1x ganti Kcl 1.6cc
Mg SO4 20% 0.75cc
11.20
4) Memberikan minum Ca Gluko 10% 1cc
sesuai dengan kebutuhan Aminofusin 5% 93cc
Hasil : Aplos 9-10tts/mnt
Pasien masih puasa, - Bayi terpasang NGT
belum di berikan ASI - Bayi masih puasa
cairan masuk Cairan Dex
10% 6-7 tts/mnt
A: Defisit nutrisi
10.10
5) Mengkaji tanda-tanda
hipoglikemia :
takipnea, menangis P : Intervensi dilanjutkan
keras, nada tinggi, 1. Kaji maturase
gemetar dan kejang refleks berkenaan
Hasil : dengan pemberian
Bayi sering menangis makan
tidak takipnea, sedikit 2. Kaji BB setiap hari
gemetar dan nada suara 3. Pantau masukan dan
tinggi. pengeluaran
4. Berikan minum

1
08.00 6) Pemberian cairan IVFD 5. sesuai dengan
Dex 10% 79cc kebutuhan
D40% 7cc 6. Kaji tanda-tanda
Nacl 3% 3.1cc hipoglikemia
Kcl 1.6cc 7. Kolaborasi: berikan
Mg SO4 20% 0.75cc suplemen elektrolit
Ca Gluko 10% 1cc sesuai indikasi
Aminofusin 5% 93cc
Aplos 9tts/mnt

2
Selasa 20/11- II 09.30 1) Mengkaji KU dan suhu Selasa 20/11-2018
2018 badan
Hasil : Pukul 13:20 WITA
KU : sedang
-07.00SB : 36.8°C
-09.00 36.7'C S:
-11.00 36.5'C -
-13.00 36.6'C
-15.00 36.6'C
-17.00 36.5'C O:
-19.00 36'C
-21.00 36.2'C - Ku : sedang
-23.00 36.7'C - TTV
R : 50x/mnt
SB : 36.7°C
2) Mengobservasi sistem - Kulit tidak teraba
09.30 dingin
pengaturan suhu
inkubator setiap 15 - Bayi berada dalam
menit inkubator
Hasil :
Suhu udara : 33.2°C A: Risiko hipotermi
(Suhu udara dalam
inkobator tetap 33.2'C)
P : Intervensi dilanjutkan

09.35 3) Mengurangi pemajanan 1. Kaji KU dan SB


pada aliran udara 2. Observasi system
Hasil : pengaturan suhu
Cela udara pada inkubator
incubator hanya dibuka 3. Kurangi pemajanan
sedikit pada aliran udara
4. Ganti pakaian/popok
bila basah
10.10 4) Mengganti
pakaian/popok bayi bila
basah
Hasil :
Popok bayi diganti
setelah bayi BAK/BAB
Selasa, 20-11- III 08.15 1) Mengobservasi TTV, Selasa, 20-11-2018. 20.00
2018 terutama SB
S:-
Hasil :
SB : 36,8 °C

3
RR : 46 x/menit O:
TB : 41 cm - Tali pusat masih basah
BB : 1600 gram - SB : 36,7 °C
RR : 46x/menit
TB : 41 cm
08.05 2) Mempertahankan teknik BB : 1600 gram
aseptik petugas kesehatan - Perawatan tali pusat
maupun orang tua setiap dilakukan setiap 2 jam
melakukan tindakan pada dengan menggunakan
bayi kapas alcohol
Hasil : Perawat mencuci
tangan sebelum dan sesudah A : Risiko Infeksi
melakukan tindakan atau
kontak langsung dengan
pasien By. K.P P : Intervensi dilanjutkan
10.0 3) Melakukan perawatan tali 5. Observasi TTV, terutama
pusat SB
6. Pertahankan Teknik
Hasil : Perawatan tali pusat kesterilan setiap
dilakukan setiap 2 jam melakukan tindakan pada
dengan menggunakan kapas bayi
alcohol 7. Lakukan perawatan tali
pusat
06.00 perawatan tali pusat
8. Kolaborasi dengan
setelah mandi(perawat dokter dalam pemberian
ruangan) antibiotik
-08.00 perawatan tali pusat
(Mario)
-10.00 perawatan tali pusat
(Natali)
-12.00 perawatan tali pusat
(tirsa)
-14.00 perawatan tali pusat
(Astried)
-16.00 perawatan tali pusat
(olivia)
-18.00 perawatan tali pusat
(angela)
-20.00

4
perawatan tali pusat
(Tirsa)
-21.00 perawatan tali
pusat(olivia)
-22.00 perawatan tali pusat
(Astried)
-24.00
perawatan tali pusat
(Astried)

Tali pusat tampak kering.

4) Memberikan Amoxicilin
11.10 80 mg

5
CATATAN PERKEMBANGAN
HARI/TANGGAL NDx JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
Rabu 21/11-2018 I 08.00 1) Mengkaji maturasi Rabu 21/11-2018
refleks berkenaan dengan
Pukul 19:20
pemberian makan
Hasil :
S:-
Menghisap lemah, refleks
menelan lemah

O:
08.30 2) Mengkaji berat badan - KU sedang
setiap hari - BB : 1700 gram
- PB : 41 cm
Hasil : - Bayi terpasang
BB : 1700 gram IVFD
- Bayi terpasang
NGT
- Bayi sudah tidak
3) Memantau masukan dan puasa
08.05 pengeluaran
Hasil : A : Defisit nutrisi
Masukan IVFD 85 cc/8jam
+ ASI : 20 cc/3 jam
P : Intervensi dilanjutkan
Pengeluaran urine : popok
1x ganti

4) Memberikan minum
08.45 sesuai dengan kebutuhan
Hasil :
ASI diberikan 20 cc/3
jam Via NGT jam 06.00
pemberian ASI 2 cc
melalui selang NGT
(perawat ruangan)

6
-jam 09.00 pemberian
ASI 2 cc melalui selang
NGT (Tirsa)
-jam 12.00 pemberian
ASI 2cc melalui selang
NGT (natalia)
-jam 15.00 pemberian
ASI 2 cc melalui selang
NGT (angela)
-jam 18.00 pemberian
ASI 2 cc melalui selang
NGT (olivia)
-jam 21.00 pemberian
ASI 2 cc melalui selang
NGT (Mario)
jam 24.00 pemberian ASI 2
cc melalui selang NGT
(perawat ruangan)

5) Mengkaji tanda-tanda
13.00 hipoglikemia : takipnea,
menangis keras, nada tinggi,
gemetar dan kejang
Hasil : Bayi sering
menangis, tidak takipnea,
menangis nada tinggi, tidak
gemetar tidak kejang

08.10
6) Memberikan cairan IVFD
Dex 10% 79cc
D40% 7cc
Nacl 3% 3.1cc
Kcl 1.6cc
Mg SO4 20% 0.75cc
Ca Gluko 10% 1cc
Aminofusin 5% 93cc
Aplos 9tts/mnt

7
Rabu, 21/11-2018 II 11.00 1) Mengkaji KU dan suhu Rabu 21/11-2018
badan
Hasil : Pukul 19:20 WITA
KU : sedang
SB : 37°C
S:
11.15 2) Mengobservasi sistem -
pengaturan suhu
inkubator setiap 15
menit
Hasil : O:
Suhu udara : 33.1°C - Ku : sedang
- TTV
11.20 3) Mengurangi pemajanan R : 52x/mnt
pada aliran udara SB : 37°C
Hasil : - Kulit teraba
Cela udara pada hangat
incubator hanya dibuka - Bayi berada
sedikit dalam inkubator

4) Mengganti
13.30 A: Risiko hipotermi
pakaian/popok bayi bila
basah
Hasil :
Popok bayi diganti P : Intervensi dilanjutkan
setelah bayi BAK/BAB

8
Rabu, 21-11-2018 III 08.15 1) Mengobservasi TTV, Rabu, 21-11-2018. 20.00
terutama SB
S:-
Hasil :
SB : 37 °C O:
RR : 46 x/menit - Tali pusat masih
TB : 41 cm basah
BB : 1600 gram - SB : 37 °C
RR : 46x/menit
TB : 41 cm
2) Mempertahankan teknik BB : 1600 gram
08.05 aseptik petugas kesehatan - Perawatan tali pusat
maupun orang tua setiap dilakukan setiap 2
melakukan tindakan pada jam dengan
bayi menggunakan kapas
alcohol
Hasil : Perawat mencuci A : Risiko Infeksi
tangan sebelum dan
sesudah melakukan
tindakan dan kontak P : Intervensi
langsung dengan By.K.P Dilanjutkan

3) Melakukan perawatan tali


08.10 pusat
Hasil : Perawatan tali
pusat dilakukan setiap 2
jam dengan menggunakan
kapas alcohol 06.00
perawatan tali pusat
setelah mandi(perawat
ruangan)
-08.00 perawatan tali pusat
(Olivia)
-10.00 perawatan tali pusat
(suriati)
-12.00 perawatan tali pusat
(astried)

9
-14.00 perawatan tali pusat
(natalia)
-16.00 perawatan tali pusat
(mario)
-18.00 perawatan tali pusat
(angela)
-20.00
perawatan tali pusat
(mario)
-21.00 perawatan tali
pusat(angela)
-22.00 perawatan tali pusat
(perawat ruangan)
-24.00
perawatan tali pusat
(perawat ruangan)
Tali pusat tampak kering.

4) Memberikan Amoxicilin
11.10 80 mg

10
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Perbandingan/ Analisis antara Tinjauan Teori dengan Kasus Kelompok


Perbandingan yang terdapat pada tinjauan teori dengan kasus kelompok bisa dilihat pada
manifestasi klinis dan masalah yang muncul. Tidak semua manifestasi klinis pada tinjauan
teori muncul pada kasus kelompok. Pembahasan pada BAB II khususnya pada manifestasi
klinis menjelaskan bahwa kondisi bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) didapatkan
pergerkan bayi kurang aktif atau bagian ekstremitas atas dan bawah lemah, semetara pada
khasus kelompok yang membahas tetang bayi prematur saat dikaji didapati bayi aktif atau
ekstremitas atas dan bawah tidak terlihat lemah.

4.2 Perbandingan/ Analisis antara Asuhan Keperawatan Teori dengan Asuhan


Keperawatan Kasus
Perbandingan yang terdapat pada asuhan keperawatan teori dengan kasus kelompok bisa
dilihat pada pengkajian dan diagnosa. Pada asuhan keperawatan teori lebih memuat data fokus
seperti aktivitas, pernapasan, sirkulasi, makanan/cairan, neurosensori, integumen, keamanan,
seksualitas. Sedangkan untuk pengkajian pada kasus kelompok memuat data bayi seperti
identitas, riwayat bayi, riwayat ibu, pengkajian fisik neonatus dan riwayat sosial.
Masalah dan diagnosa pada asuhan keperawatan teori dan kasus kelompok juga terdapat
perbedaan. Pada asuhan keperawatan teori terdapat 6 diagnosa yaitu bersihan jalan nafas tidak
efektif, pola nafas tidak efektif, defisit nutrisi, hipotermi, hipertermi dan resiko infeksi.
Sedangkan pada kasus kelompok muncul 3 diagnosa keperawatan yang didapat melalui data
pengkajian yakni defisit nutrisi berhubungan dengan fisiologis tubuh prematur, resiko
hipotermi berhubungan dengan prematuritas BBLR dan resiko infeksi berhubungan dengan
kerentanan bayi atau imaturitas (SDKI, 2016).
Pada perencanaan sampai implemantasi pada asuhan keperawatan teori dengan kasus
kelompok terdapat perbedaan yakni perencanaan/intervensi pada asuhan keperawatan teori
berdasarkan NIC dan NOC tidak semua dilakukan pada implementasi kasus kelompok, karena
berbagai faktor yaitu faktor lingkungan dan faktor klien itu sendiri. Dimana pada intervensi
teori tindakan banyak berindikasi pada klien anak-dewasa sedangkan pada kasus kelompok,

11
kliennya yaitu neonatus jadi untuk intervensi dan implementasi disesuaikan dengan klien yaitu
neonatus.

12
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Bayi BBLR adalah bayi yang memiliki berat badan kurang dari 2500 gram terhitung pada
waktu lahir. Bayi BBLR rentan terhadap berbagai masalah kesehatan seperti masalah pada
system termogulasi/ pengaturan suhu tubuh, system pernafasan, nutrisi, serta beresiko
mengalami infeksi. Penanganan pada bayi BBLR; bayi dirawat didalam incubator guna
memperathankan suhu tubuh, ASI merupakan pilihan utama dalam pemenuhan nutrisi, untuk
mencegah terjadinya infeksi pada bayi BBLR perawat dan orangtua diharuskan untuk mencuci
tangan sebelum dan sesudah menyentuh bayi.
5.2 Saran
Bagi mahasiswa diharapkan untuk lebih lagi menggali kasus BBLR agar dapat
memaksimalkan pemberian asuhan keperawatan. Diharapkan juga bagi mahasiswa
keperawatan maupun tim kesehatan untuk meningkatkan penyusuluhan kesehatan kepada
masyarakat terlebih khusus pada ibu hamil mengenai pencegahan bayi BBLR.

13
DAFTAR PUSTAKA

Amru, S. (2012). Sinopsis Obsetri: Obstri Operatif Social Edisi 3 Jilid 1&2. Jakarta: EGC.

Fatsman, R. B., Howel, E., & Lawrence. (2014). Current Perspective on Temperature Management
and Hypothermia in Low Birth Weight Infants. J Newborn Infants Nurs, 452-522.

Huda, N., & Hardhi, K. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
Nanda NIC NOC Jilid 2. Jakarta: EGC.

Hutagaol, A. (2014). Hubungan Pengetahuan Ibu Usia Remaja dan Dewasa Muda tentang Kb
dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Setelah Melahirkan di Puskesmas Mabapura
Kabupaten Halmahera Timur.

Ikatan Dokter Indonesia. (2014). Perawatan Bayi BBLR.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2015). Kesehatan dalam Kerangka Sustainable


Development Goals (SDGs). Jakarta.

Manuaba. (2010). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta: EGC.

Newfield, S. (2012). Clinical Application of Nursing Diagnosis. Philadelpia: Davis Company.

Proverawati. (2010). Bayi BBLR (Berat Badan Lahir Rendah). Yogyakarta: Nuha Medika.

Rini, S., & Kumala, F. (2016). Panduan Asuhan Nifas & Evidance Based Practice. Yogyakarta:
Deepublish.

Rusilanti. (2013). Gizi Terapan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Saputra, L. (2014). Buku Saku Keperawatan Pasien dengan Gangguan Fungsi Kardiovaskuler.
Tangerang Selatan: Binarupa Aksara Publisher.

Schulz, L., & Lopes, H. (2014). Construction and Validation of an Instrument for Assessment of
the Nursing diagnosi, risk for infection, in patients following cardiac surgery. International
Journal of Nursing Knowledge, 2047-3095.

SDKI, DPP & PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik (Edisi 2). Jakarta: DPPPPNI.

Septira, S. (2016). Nutrisi Bagi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Untuk Mengoptimalkan Tumbuh
Kembang.

Soetjiningsih. (2012). Perkembangan Anak dan Permasalahannya dalam Buku Ajar Ilmu
Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: Sagungseto.

14
Susanti, H. (2014). Perbandingan Kenaikan Berat Badan BBLR yang diberi ASI dan Susu Formula
pada Dua Minggu Pertama Perawatan. Riau: Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Riau.

Teixeira, L., & Martins, D. (2016). Validation of Clinical Indicators of Imbalanced Nutrition; Less
Than Body Requirements in Early Childhood. Journal of Pediatric Nursing, 179-186.

WHO. (2015, 07 22). World Health Organization. Retrieved 12 05, 2018, from www.who.int

Wong, D. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.

15

Anda mungkin juga menyukai

  • LENGKAP
    LENGKAP
    Dokumen32 halaman
    LENGKAP
    Anonymous NhoVQxEEc9
    Belum ada peringkat
  • Diabetes Melitus
    Diabetes Melitus
    Dokumen3 halaman
    Diabetes Melitus
    Anonymous NhoVQxEEc9
    Belum ada peringkat
  • Suction 1
    Suction 1
    Dokumen13 halaman
    Suction 1
    Anonymous NhoVQxEEc9
    Belum ada peringkat
  • Lembar Pendaftaran Ners
    Lembar Pendaftaran Ners
    Dokumen1 halaman
    Lembar Pendaftaran Ners
    Anonymous NhoVQxEEc9
    Belum ada peringkat
  • Sucction PDF
    Sucction PDF
    Dokumen119 halaman
    Sucction PDF
    Anonymous NhoVQxEEc9
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen4 halaman
    Bab Iv
    Anonymous NhoVQxEEc9
    Belum ada peringkat
  • 1.1.1 Sop Pendaftaran Rawat Jalan Regis
    1.1.1 Sop Pendaftaran Rawat Jalan Regis
    Dokumen39 halaman
    1.1.1 Sop Pendaftaran Rawat Jalan Regis
    Indah Shofiyah
    Belum ada peringkat
  • Suction 1
    Suction 1
    Dokumen13 halaman
    Suction 1
    Anonymous NhoVQxEEc9
    Belum ada peringkat
  • Teori Motivasi
    Teori Motivasi
    Dokumen3 halaman
    Teori Motivasi
    Anonymous NhoVQxEEc9
    Belum ada peringkat
  • Nyeri
    Nyeri
    Dokumen2 halaman
    Nyeri
    Anonymous NhoVQxEEc9
    Belum ada peringkat
  • Kuesioner Pengetahuan
    Kuesioner Pengetahuan
    Dokumen2 halaman
    Kuesioner Pengetahuan
    Anonymous NhoVQxEEc9
    Belum ada peringkat
  • Asam Basa
    Asam Basa
    Dokumen23 halaman
    Asam Basa
    Anonymous NhoVQxEEc9
    Belum ada peringkat
  • Metode Dan Media
    Metode Dan Media
    Dokumen11 halaman
    Metode Dan Media
    galihsatriow
    Belum ada peringkat
  • Askep Kasus
    Askep Kasus
    Dokumen66 halaman
    Askep Kasus
    Anonymous NhoVQxEEc9
    Belum ada peringkat
  • Askep Kasus
    Askep Kasus
    Dokumen66 halaman
    Askep Kasus
    Anonymous NhoVQxEEc9
    Belum ada peringkat
  • Pathway CKD
    Pathway CKD
    Dokumen2 halaman
    Pathway CKD
    Anonymous NhoVQxEEc9
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan
    Laporan Pendahuluan
    Dokumen28 halaman
    Laporan Pendahuluan
    Anonymous NhoVQxEEc9
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan
    Laporan Pendahuluan
    Dokumen28 halaman
    Laporan Pendahuluan
    Anonymous NhoVQxEEc9
    Belum ada peringkat
  • Askep CKD
    Askep CKD
    Dokumen15 halaman
    Askep CKD
    mandamufa
    33% (3)
  • Hipertensi
    Hipertensi
    Dokumen1 halaman
    Hipertensi
    Anonymous NhoVQxEEc9
    Belum ada peringkat
  • Bab I Keseimbangan Asam Dan Basa
    Bab I Keseimbangan Asam Dan Basa
    Dokumen24 halaman
    Bab I Keseimbangan Asam Dan Basa
    Deby Rizkika Putri
    Belum ada peringkat
  • Diabetes Melitus
    Diabetes Melitus
    Dokumen3 halaman
    Diabetes Melitus
    Anonymous NhoVQxEEc9
    Belum ada peringkat
  • Bagian Sel Hewan Yang Tidak Ditemukan Pada Sel Tumbuhan
    Bagian Sel Hewan Yang Tidak Ditemukan Pada Sel Tumbuhan
    Dokumen3 halaman
    Bagian Sel Hewan Yang Tidak Ditemukan Pada Sel Tumbuhan
    Anonymous NhoVQxEEc9
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Mata Risma Fix
    Jurnal Mata Risma Fix
    Dokumen11 halaman
    Jurnal Mata Risma Fix
    Nurfarahin Mustafa
    Belum ada peringkat
  • Diabetes Melitus
    Diabetes Melitus
    Dokumen3 halaman
    Diabetes Melitus
    Anonymous NhoVQxEEc9
    Belum ada peringkat
  • Diabetes Melitus
    Diabetes Melitus
    Dokumen3 halaman
    Diabetes Melitus
    Anonymous NhoVQxEEc9
    Belum ada peringkat
  • Ikhaa
    Ikhaa
    Dokumen5 halaman
    Ikhaa
    Anonymous NhoVQxEEc9
    Belum ada peringkat