KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
1.2.Tujuan
1.3.Manfaat
1.4.Identifikasi
BAB II. LANDASAN/TINJAUAN TEORI
2.1 Laporan Pendahuluan
2.2 Asuhan Keperaawatan Teori
BAB III. ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
3.1 Pengkajian
3.2 Klasifikasi Data
3.3 Analisa Data
3.4 Diagnosa Kperawatan
3.5 Intervensi / Rencana Keperawatan dan Rasional
3.6 Implementasi dan Evaluasi
BAB IV. PEMBAHASAN
1.1 Perbandingan / Analisis Antara Tinjauan Teori dengan
Kasus Kelompok
1.2 Perbandingan / Analisis Antara Asuhan Keperawatan
Teori dengan Asuhan Keperawatan Kaasus
BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang penyakit yang berkaitan dengan sistem Perkemihan yaitu
Nefrolitiasis.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui konsep teoritis penyakit Nefrolitiasis.
b. Untuk mendapat informasi tentang pengertian, klasifikasi, etiologi, gejala klinis,
patofisiologi, pemeriksaan diagnostik untuk pasien dengan Nefrolitiasis.
c. Mengetahui asuhan keperawatan pre operatif, intra operatif, post operatif pada pasien
dengan Nefrolitiasis, yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, Rencana
Keperawatan, Implementasi, dan Evaluasi.
1.3. Manfaat
1.4. Identifikasi
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Laporan Pendahuluan
A. Pengertian
Penyakit batu ginjal (Nefrolitiasis) adalah pembentukan kristal yang biasanya
terbentuk didalam ginjal. Hal ini adalah peningkatan gangguan urologis kesehatan manusia,
yang mempengaruhi sekitar 12% dari populasi dunia dan telah dikaitkan dengan
peningkatan risiko gagal ginjal stadium akhir (Alelign, 2018).
Nefrolitiasis (batu ginjal) merupakan salah satu penyakit ginjal, dimana
ditemukannya batu yang mengandung komponen kristal dan matriks organik yang
merupakan penyebab terbanyak kelainan saluran kemih (Fauzi, 2016).
Ginjal merupakan organ berbentuk seperti kacang yang terletak di kedua sisi
kolumnavertebralis.
Ginjal kanan sedikit lebih rendah dibandingkan ginjal kiri karena tertekan ke bawah oleh
hati. Kutub atasnya terletak setinggi iga kesebelas. Ginjal terletak dibagian belakang
abdomen atas, di belakang peritoneum, didepan dua iga terakhir, dantigaototbesar-
transversus abdominis, kuadratus lumborum, dan psoas mayor (Wilson,2006).
Secara umum, ginjal terdiri dari beberapa bagian :
a. Bagian dalam (interna) medula. Substansia medularis terdiri dari pyramid renalis
yang jumlahnya antara 8-16 buah yang mempunyai basis sepanjang ginjal,
sedangkan apeksnya -menghadap ke sinus renalis.
b. Bagian luar (eksternal) korteks. Substansia kortekalis berwarna coklat merah,
konsistensi lunak dan bergranula. Substansia ini tepat dibawah tunika fibrosa,
melengkung sepanjang basis pyramid yang berdekatan dengan sinus renalis, dan
bagian dalam diantara piramid dinamakan kolumna renalis.
c. Columna renalis, yaitu bagian korteks di antara pyramid ginjal
d. Procesus renalis, yaitu bagian pyramid/yang menonjol kea rah korteks
e. Hilus renalis, yaitu suatu bagian atau area di mana pembuluh darah, serabut sara
f atau duktus memasuki atau meninggalkan ginjal
f. Papilla renalis, yaitu bagian yang menghubungkan antara duktus pengumpul da
n calix minor
g. Calix minor, yaitu percabangan dari calix major
h. Calix major, yaitu percabangan dari pelvis renalis
i. Pelvis renalis, disebut juga piala ginjal, yaitu bagian yang menghubungkan anta
ra calix major dan ureter
j. Ureter, yaitu saluran yang membawa urine menuju vesica urinaria.
Ginjal dibungkus oleh suatu massa jaringan lemak yang disebut kapsula adipose atau
peritoneal feet. Bagian yang paling tebal terdapat pada tepi ginjal memanjang melalui hilus
renalis Satuan fungsional ginjal dinamakan nefron, mempunyai lebih kurang 1.3 juta nefron
selama 24 jam dapat menyaring 170 liter darah, Nefron terdiri dari bagian :
a. Glomerulus
Bagian ini merupakan gulungan atau anyaman kapiler yang terletak di dalam kapsula
bowman dan menerima darah dari arteriol aferen dan meneruskan darah ke sistem vena
melalui arteriol eferen.
Filtrasi glomerulus adalah proses dimana sekitar 20% plasma yang masuk ke kapiler
glomerulus menembus kapiler untuk masuk ke ruang interstisium, kemudian ke dalam
kapsula bowman. Pada ginjal yang sehat, sel darah merahatau protein plasma hamper
tidak ada yang mengalami filtrasi.
Proses filtrasi menembus glomerulus serupa dengan yang terjadi pada proses filtrasi
diseluruh kapiler lain. Hal yang berbeda pada ginjal adalah bahwa kapiler glomerulus sangat
permeable terhadap air dan zat-zat terlarut yang berukuran kecil ( Muttaqin & Sari, 2011).
b. Tubulus proksimal konvulta
Tubulus ginjal yang langsung berhubungan dengan kapsula bowman dengan panjang 15mm
dan diameter 55um. Bentuknya berkelok kelok menjalar dari korteks ke bagian medulla dan
kembali ke kortkes sekitar 2/3 dari natrium yang terfiltrasi diabsorpsi secara isotonis
bersama klorida.
c. Gelung henle
Bentuknya lurus dan tebal diteruskan ke segmen tipis selanjutnya ke segmen tebal
penjangnya 12mm, total panjang ansa henle 2-14 mm. klorida secara aktif diserap kembali
pada cabang asendens mempertahankan kenetralan listrik.
d. Tubulus distal konvulta
Bagian ini adalah bagian tubulus ginjal yang berkelok kelok dan letaknya jauh dari kapsula
bowman, panjagnya 55mm. tubulus distal dari masing-masing nefron bermuara ke duktus
koligens yang panjangnya 20mm.
e. Duktus koligen medula ini saluran yang secara metabolic tidak aktif.
Pengaturan secara halus dari eksresi natrium urine terjadi disini dengan aldosterone
yang paling berperan terhadap reabsorpsi natrium (Syaifuddin,2002).
- Fisiologi Ginjal
Fungsi utama ginjal adalah untuk regulasi volume, osmolalitas, elektrolit, dan konsentrasi
asam basa cairan tubuh dengan mengeksresikan air dan elektrolit dalam jumlah yang cukup
untuk mencapai keseimbangan elektrolit dan cairan tubuh total dan untuk mempertahankan
konsentrasi normalnya dalam cairan ekstraselular (ECF). (Wilson & Price,2010)
Menurut Sylvia A Price, ginjal terdiri dari dua fungsi utama, yaitu:
a. Fungsi Eksresi
1. Mempertahankan osmolalitas plasma dengan mengubah-
ubah eksresi air.
2. Mempertahankan volume dan tekanan darah dengan mengubah ubah
eksresi Na+
3. Mempertahankan konsentrasi plasma masing-masing elektrolit
individu dalam rentang normal.
4. Mempertahankan PH plasma sekitar 7,4 dengan mengeluarkan kelebih
an H+ dan membentuk kembal HCO2.
b. Fungsi Noneksresi
Mensintesis dan mengaktifkan hormone :
a. Renin: Penting dalam pengaturan tekanan darah
b. Eritropetin: Merangsang produksi sel-sel darah merah oleh sumsum tulang
belakang.
c. Prostaglandi:Sebagian besar adalah vasodilatasi bekerja secara lokal.
C. Etiologi
Menurut NANDA (2015) penyebab gagal ginjal kronik antara lain :
1) Penyakit infeksi tubulointerstitial antara lain : pielonefritis kronik atau
refluks nefropati.
2) Penyakit peradangan yaitu glomerulonefritis.
3) Penyakit vaskuler hipertensif antara lain : nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis
maligna, stenosis arteria renalis.
4) Gangguan jaringan ikat antara lain : lupus erithematosus sistemik, poliarterisis
nodosa.
5) Gangguan kongenital dan herediter antara lain : penyakit batu ginjal polikistik,
asidosis tubulus ginjal.
6) Penyakit metabolik antara lain : diabetes mellitus, goat, hiperparatiroidisme,
amiloidosis.
7) Nefropati toksik antara lain : penyalahgunaan analgesik, nefropati timah.
8) Nefropati obstruktif antara lain : traktus urinarius bagian atas (adanya batu,
neoplasma fibrosis retroperitoneal, trakus urinarius), bagian bawah (hipertrofi
prostat, struktur uretra, anomaly congenital, leher vesika urinaria dan uretra).
C. Klasifikasi
Dibawah ini terdapat 5 stadium penyakit gagal ginjal kronis menurut Husna
(2010) sebagai berikut :
1. Stadium 1 (glomerulo filtrasi rate/GFR normal > 90 ml/min) Seseorang perlu waspada
akan kondisi ginjalnya berada pada stadium 1 apabila kadar ureum atau kreatinin berada
di atas normal.
2. Stadium 2 (penurunan GFR ringan atau 60-89 ml/min) Seseorang perlu waspada akan
kondisi ginjalnya berada pada stadium 2 apabila kadar ureum atau kreatinin berada di
atas normal, didapati darah atau protein dalam urin, adanya bukti visual kerusakan ginjal
melalui pemeriksaan MRI, CT Scan, ultrasound atau contrast x-ray, dan salah satu
keluarga menderita penyakit ginjal polikistik.
3. Stadium 3 (penurunan GFR moderat atau GFR 30-59 ml/min) Seseorang yang
menderita CKD stadium 3 mengalami penurunan GFR moderat yaitu diantara 30-59
ml/min. Penurunan pada tingkat ini akumulasi sisa-sisa metabolisme akan menumpuk
dalam darah yang disebut uremia. Pada stadium ini muncul komplikasi seperti tekanan
darah tinggi (hipertensi), anemia atau keluhan pada tulang. Gejala- gejala juga terkadang
mulai dirasakan seperti :
a. Fatique : rasa lemah/lelah yang biasanya diakibatkan oleh anemia.
b. Kelebihan cairan: Seiring dengan menurunnya fungsi ginjal membuat ginjal
tidak dapat lagi mengatur komposisi cairan yang berada dalam tubuh. Hal ini
membuat penderita akan mengalami pembengkakan sekitar kaki bagian bawah,
seputar wajah atau tangan. Penderita juga dapat mengalami sesak nafas akibat
teralu banyak cairan yang berada dalam tubuh.
c. Perubahan pada urin : urin yang keluar dapat berbusa yang menandakan adanya
kandungan protein di urin, selain itu warna urin juga mengalami perubahan
menjadi coklat, orange tua, atau merah apabila bercampur dengan darah.
Kuantitas urin bisa bertambah atau berkurang dan terkadang penderita sering
terbangun untuk buang air kecil di tengah malam.
d. Rasa sakit pada ginjal : rasa sakit sekitar pinggang tempat ginjal berada dapat
dialami oleh sebagian penderita yang mempunyai masalah ginjal seperti
polikistik dan infeksi.
e. Sulit tidur : sebagian penderita akan mengalami kesulitan untuk tidur
disebabkan munculnya rasa gatal, kram otot.
4. Stadium 4 (penurunan GFR parah atau 15-29 ml/min) Pada stadium ini fungsi ginjal
hanya sekitar 15-30% saja dan apabila seseorang berada pada stadium ini maka sangat
mungkin dalam waktu dekat diharuskan menjalani terapi pengganti ginjal/dialisis atau
melakukan transplantasi. Kondisi dimana teriadi penumpukan racun dalam darah atau
uremia biasanya muncul pada stadium ini. Selain itu besar kemungkinan muncul
komplikasi seperti tekanan darah tinggi (hipertensi), anemia, penyakit tulang, masalah
pada jantung dan penyakit kardiovaskular lainnya. Gejala yang mungkin dirasakan pada
stadium 4 adalah : fatique: rasa lemah/lelah yang biasanya diakibatkan oleh anemia,
kelebihan cairan, perubahan pada urin: urin yang keluar dapat berbusa yang menandakan
adanya kandungan protein di urin, rasa sakit pada ginjal, sulit tidur, nausea : muntah atau
rasa ingin muntah, perubahan cita rasa makanan, bau mulut uremic : ureum yang
menumpuk dalam darah dapat dideteksi melalui bau pernafasan yang tidak enak, dan
sulit berkonsentrasi. Rekomendasi untuk memulai terapi pengganti ginjal adalah apabila
fungsi ginjal hanya tinggal 15% ke bawah. Hal ini adalah upaya-upaya dilakukan untuk
memperpanjang fungsi ginjal serta menunda terapi dialisis atau transplantasi selama
mungkin.
Pada level ini ginjal kehilangan hampir seluruh kemampuannya untuk bekerja secara
optimal. Untuk itu diperlukan suatu terapi pengganti ginjal (dialisis) atau transplantasi
agar penderita dapat bertahan hidup. Gejala yang dapat timbul pada stadium 5 antara lain,
kehilangan nafsu makan, nausea, sakit kepala, merasa lelah, tidak mampu berkonsentrasi,
gatal-gatal, urin tidak keluar atau hanya sedikit sekali, bengkak, terutama di seputar
wajah, mata dan pergelangan kaki, kram otot dan perubahan warna kulit. Seseorang yang
menderita gagal ginjal terminal disarankan untuk melakukan hemodialisis, peritoneal
dialisis atau transplantasi ginjal.
E. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala klinis pada gagal ginjal kronik dikarenakan gangguan yang
bersifat sistemik. Gagal sebagai organ koordinasi dalam peran sirkulasi memiliki fungsi
yang banyak (organ multifuncsion), sehingga kerusakan krinis secara fisisologis ginjal
akan mengakibatkan gangguan keseimbangan sirkulasi dan vasomotor. Berikut ini ada
tanda dan gejala gagal ginjal ronik :
1. Ginjal dan gastrointestinal
Sebagai akibat dari hiponatremia maka timbul hipotensi, mulut kering penurunan
turgor kulit, kelemahan, fatigue, dan mual, kemudian terjadi penurunan kesadaran
(somnolen) dan nyeri kepala berat. Dampak dari peningkatan kalium adalah
peningkatan iritabilitas otot dan akhirnya otot mengalami kelemahan. Kelebihan cairan
yang tidak terkompensasi akan mengakibatkan asidosis metabolik. Tanda paling khas
adalah terjadinya penurunan urine output dengan sedimentasi yang tinggi.
2. Kardiovaskuler
Biasanya terjadi hipertensi, aritmia, kardiomyopati, uremia pecarditis, effuse
pericardial (kemungkinan bisa terjadi temponade jantung), gagal jantung, odema
periorbital dan odema perifer.
3. Respiratory system
Biasanya terjadi edema pulmonal, nyeri pleura, friction rub dan efusi pleura, cracles,
sputum yang kental, uremia pleuritis dan uremia lung, dan sesak nafas.
4. Gastrointestinal
Biasanya menunjukkan adanya inflamasi dan ulserasi pada mukosa gastrointestinal
karena stomatitis, ulserasi dan perdarahan gusi, dan kemungkinan juga disertai
parotitis, caofagotis, gastritis, ulserasi, lesi pada usus halus/usus besar, dan
pancreatitis. Kejadian sekunder biasanya mengikuti seperti anoreksia, nausea, dan
vomiting.
5. Integument
Kulit pucat, kekuning- kuningan , kecoklatan, kering dan ada sclap. Selain itu biasanya
juga menunjukkan adanya purpura, ekimosis, petechiae, dan timbunan urea pada kulit.
6. Neurologis
Biasanya ditunjukkan dengan adanya neurophati perifer, nyeri, gatal pada lengan dan
kaki. Selain itu juga adanya kram pada otot reflek kedutan, daya memori menurun,
apatis, rasa kantuk meningkat, pusing, koma, kejang. Dari hasil EEG menunjukkan
adanya perubahan metabolik enchepalophaty.
7. Endokrin
Biasa terjadi infertilisasi dan penurunan libido, amenorhea dan gangguan siklus
menstruasi pada wanita, impoten, penurunan sekresi sperma, peningkatan sekresi
aldosterone, dan kerusakan metabolisme karbohidrat.
8. Hematopoitiec
Terjadi anemia, penurunan waktu hidup sel darah merah, trombositopenia
(dampak dari dialisis) dan kerusakan platelet. Biasanya masalah yang serius pada
system hematologi ditunjukkan dengan adanya perdarahan (purpura, ekimosis, dan
petechiae).
9. Muskuloskletal
Nyeri pada sendi dan tulang, demineralisasi tulang, fraktur pathologis dan klasifikasi
(Robinson, 2013).
Secara ringkas patofisiologi gagal ginjal kronik dimulai pada fase awal gangguan,
keseimbangan cairan, penanganan garam, serta penimbunan zat-zat sisa masih bervariasi
dan bergantung pada bagian ginjal yang sakit. Sampai fungsi ginjal turun kurang dari
25% normal, manifesasi klinis gagal ginjal kronik mungkin minimal karena nefron-
nefron sisa yang sehat mengambil alih fungsi nefron yang rusak. Nefron yang tersisa
meningkatan kecepatan filtrasi, reabsorpsi, dan sekresinya, serta mengalami hipertrofi.
Seiring dengan makin banyaknya nefron yang mati, maka nefron yang tersisa
menghadapi tugas yang semakin berat sehingga nefron-nefron tersebut ikut rusak dan
akhirnya mati. Sebagian dari siklus kematian ini tampaknya berkaitan dengan tuntutan
pada nefron-nefron yang ada untuk meningkatkan reabsorpsi protein. Pada saat
penyusutan proresif nefron-nefron, terjadi pembentukan jaringan paut dan aliran darah
ginjal akan berkurang. Pelepasan rennin akan meningkat bersama dengan kelebihan
beban cairan sehingga dapat menyebabkan hipertensi. Hipertensi akan memperuruk
kondisi ginjal, dengan tujuan agar terjadi peningkatan filtrasi protein-protein plasma.
Kondisi akan bertambah buruk dengan semakin banyak terbentuk jaringan parut sebagai
respon dari kerusakan nefron dan secara progesif fungsi ginjal menurun secara drastis
dengan manifestasi penumpukan metabolit-metabolit yang seharusnya dikeluarkan dari
sirkulasi sehingga akan terjadi sindrom uremia berat yang memberikan banyak
manifestasi pada setiap organ tubuh (Muttaqin dan Sari, 2014).
Pathway CKD
Reaksi Arterio sklerosis Tertimbun di ginjal Retensi urin Batu ginjal Iritasi/ cedera
antingen
dan kasar jaringan
antibdi
Suplai darah
ginjal turun Menekan saraf hematuria
perifer
anemia
Nyeri pinggang
GFR turun
GGK/ CKD
Vasokontriksi
pembuluh darah
Resiko
Tekanan darah
penurunan
meningkat
curah jantung
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Tindakan konservatif
Tujuan dari terapi konservatif adalah mencegah memburuknya gagal ginjal secara
progresif, meringankan keluhan-keluhan akibat akumulasi toksin azotemia, memperbaiki
metabolisme secara optimal dan memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit antara
lain :
1) Peranan diet
Terapi diet rendah protein (DRP) menguntungkan untuk mencegah atau
mengurangi toksin azotemia, tetapi untuk jangka lama dapat merugikan terutama
gangguan keseimbangan negatif nitrogen.
Kebutuhan jumlah kalori (sumber energi) untuk CKD harus adekuat dengan tujuan
utama yaitu mempertahankan keseimbangan positif nitrogen, memelihara status
nutrisi dan memelihara status gizi.
3) Kebutuhan cairan
Bila ureum serum >150 mg kebutuhan cairan harus adekuat supaya jumlah diuresis
mencapai 2 liter/hari.
Kebutuhan jumlah mineral dan elektrolit bersifat individual tergantung dari GFR dan
penyakit ginjal dasar (underlying renal disease).
2. Terapi simtomatik
2. Anemia
ransfusi darah misalnya Paked Red Cel (PRC) merupakan salah satu pilihan terapi
alternatif, murah, dan efektif. Terapi pemberian transfusi darah harus hati-hati
karena dapat menyebabkan kematian mendadak.
3. Keluhan gastrointestinal
Anoreksi, cegukan, mual dan muntah, merupakan keluhan yang sering dijumpai pada
CKD. Keluhan gastrointestinal ini merupakan keluhan utama (chief complaint) dari
CKD. Keluhan gastrointestinal yang lain adalah ulserasi mukosa mulai dari mulut
sampai anus. Tindakan yang harus dilakukan yaitu program terapi dialisis adekuat
dan obat-obatan simtomatik.
4. Kelainan kulit
Tindakan yang diberikan harus tergantung dengan jenis keluhan kulit yang terjadi
pada pasien, seperti purpura dan ptekie.
5. Kelainan neuromuscular.
Beberapa terapi pilihan yang dapat dilakukan yaitu terapi hemodialisis reguler yang
adekuat, medikamentosa atau operasi subtotal paratiroidektomi.
3. Terapi pengganti ginjal, dilakukan pada penyakit ginjal kronik stadium 5, yaitu pada
GFR kurang dari 15 menit. Terapi tersebut dapat berupa hemodialisis, dialisis
peritoneal, dan transplantasi ginjal. Dialisis dilakukan apabila kadar kreatinin serum
biasanya diatas 6 ml/100ml pada laki-laki atau 4ml/100ml pada wanita, dan GFR
kurang dari 4ml/menit.
H. Penatalaksanaan
Menurut Muttaqin & Sari (2014) dan Padila (2012) pemeriksaan penunjang yang
dilakukan pada penderita gagal ginjal kronik antara lain:
1. Pemeriksaan laboraturium
1. Laju endap darah, meningkat yang diperberat oleh adanya anemia, dan
hipoalbuminemia, dan jumlah retikulosit yang rendah.
2. Ureum dan kreatinin, meningkat biasanya perbandingan antara ureum dan
kreatinin kurang lebih 20:1. Perbandingan ini bisa meningkat oleh karena
perdarahan saluran cerna, demam, luka bakar luas, pengobatan steroid dan
obstruksi saluran kemih. Perbandingan ini berkurang : ureum lebih kecil dari
kreatinin, pada diet rendah protein, dan tes Klirens kreatinin yang menurun.
3.Hiponatremi umumnya dikarenakan kelebihan cairan. Hiperkalemia : biasanya
terjadi pada gagal ginjal lanjut bersama dengan menurunnya diuresis.
4.Hipokalsemia dan hiperfosfatemia: terjadi karena berkurangnya sintesis
vitamin D3 pada CKD.
5.Phosphate alkaline meningkat akibat gangguan metabolisme tulang, terutama
isoenzim fosfatase tulang.
6. Pemeriksaan urine
a. Volume : biasanya kurang dari 400 ml/24 jam atau tidak ada urin.
b. Warna : secara abnormal urin keruh kemungkinan disebabkan oleh pus,
bakteri, lemak, fosfat atau urat sedimen kotor, kecoklatan menunjukkan
adanya darah, Hb, mioglobin, porfirin.
c. Berat jenis kurang dari 1,010 menunjukkan kerusakan ginjal berat.
1) Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal (adanya batu atau
adanya suatu obstruksi).
2) Intra Vena Pielogrrafi (IVP) untuk menilai sistem pelviokalises dan ureter.
Pemeriksaan ini mempunyai resiko penurunan faal ginjal pada keadaan tertentu,
misalnya : usia lanjut, diabetes mellitus dan nefropati asam urat.
3) USG untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal, kepadatan
parenkim ginjal, anatomi sistem pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih
dan prostat.
4) Renogram untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi gangguan (vascular,
parenkim, ekskresi), serta sisa fungsi ginjal.
6) Endoskopi ginjal untuk menentukan pelvis ginjal, keluar batu, hematuria, dan
pengangkatan tumor selektif.
Menurut Robinson (2013) dan Suharyanto dan Majdid (2009), komplikasi CKD yang
dapat terjadi antara lain :
a. Hipertensi
b. Hiperkalemia
c. Anemia
d. Asidosis
Asidosis adalah terlalu banyak asam dalam cairan tubuh. Asidosis ginjal
biasanya tidak diobati kecuali HCO3- plasma turun dibawah angka 15 mEq/L.
Biasanya asidosis berat akan dikoreksi dengan pemberian Na HCO3- (natrium
bikarbonat) parenteral.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
A. Pengkajian
Nama, umur , jenis kelamin, alamat, pekerjaan, agama, pendidikan, tanggal masuk
rumah sakit, tanggal pengkajian, nomor RM, dx medis.
B. Riwayat kesehatan
Keluhan utama
GGK bukan merupakan penyakit keturunan, hanya tergantung pada pola hidup individu
itu sendiri.
PEMERIKSAAN FISIK
Aktivitas/Istirahat
Sirkulasi
Tanda : Hipertensi ; DVJ, nadi kuat, edema jaringan umum dan pitting pada kaki,
telapak, tangan.
Disritmia jantung. Nadi lemah halus, hipertensi ortostatik menunjukkan hipovolemia,
yang jarang pada panyakit tahap akhir. Friction rub pericardial (respons terhadap
akumulasi sisa). Pucat;kulit coklat kehijauan, kuning. Kecenderungan perdarahan.
Integritas Ego
Gejala : Faktor stres, contoh finansial, hubungan, dan sebagainya Perasaan tak
berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan
Eliminasi
Gejala : Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (gagal tahap lanjut). Abdomen
kembung, diare, atau konstipasi.
Tanda : Perubahan warna urine, contoh kuning pekat, merah, coklat, berawan.
Oliguria, dapat menjadi anuria.
Makanan/Cairan
Gejala : Peningkatan berat badan cepat (edema), penurunan berat badan (malnutrisi)
Anoreksia. Nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa metalik tak sedap pada mulut (pernapasan
amonia). Penggunaan diuretic
Neurosensori
Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Nyeri panggul, sakit kepala;kram otot/nyeri kaki (memburuk saat malam hari)
Pernapasan
Gejala : Napas pendek; dispneanoktural paroksismal; batuk dengan/tanpa sputum
kental dan banyak
Biasanya pasien dengan GGK mempunyai persepsi yang kurang baik terhadap
kesehatannya. Dan biasanya pasien mengalami nyeri bersifat hilang timbul, lemah,
mual dan terdapat udema.
2. Pola-aktivitas latihan
Biasanya pasien dengan GGK, mengalami gangguan pada pola nutrisi, yaitu mual,
muntah, anoreksia yang disertai penurunan berat badan.
4. Pola eliminasi
Biasanya pasien dengan GGK, mengalami gangguan pada eliminasi, mis : oliguria,
diare/konstipasi, dan perut kambung.
Biasanya pasien dengan GGK, memiliki komunikasi yang baik dengan orang lain,
pendengaran dan penglihatan baik dan tidak menggunakan alat bantu.
Biasanya pasien dengan GGK, mengalami gangguan pada pola ini, sehubungan dengan
kelemahan tubuh.
Biasanya pasien dengan GGK, memiliki komunikasi dengan keluarga, perawat, dokter,
dan lingkungan sekitar.
Biasanya pasien dengan GGK, tidak mengalami gangguan dalam pola nilai dan
kayakinan
DIAGNOSA KEPERAWATAN PADA PASIEN CKD
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan perubahan membrane alveolar-kapiler atau
ventilasi-perfusi
NOC NIC
Setelah diberikan tindakan Manajemen jalan nafas:
keperawatan, klien menunjukkan status 1. Buka jalan nafas (gunakan teknik chin
respirasi: pertukaran gas yang lift atau jaw thrust bila klien tidak
adekuat dengan indikator: sadar)
1. Status mental sesuai yang 2. Pasang oral atau nasofaringeal
diharapkan airway.
2. Kemudahan bernafas 3. Monitor status hemodinamik.
3. Tidak ada dispnea pada saat 4. Dukung nafas dalam dan lambat,
istirahat ganti posisi dan batuk.
4. Tidak ada dispnea pada saat 5. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya
aktivitas daerah yang menurun atau tidak ada
5. Tidak ada kelelahan ventilasi dan adanya suara paru
6. Tidak ada sianosis abnormal.
7. Tidak ada somnolen 6. Ajarkan klien bagaimana
8. PaO2 dalam batas normal menggunakan inhaler.
9. PaCO2 dalam batas normal 7. Kolaborasi untuk terapi nebulasi
10. pH arteri dalam batas normal ultrasonic.
11. Saturasi O2 dalam batas normal 8. Atur posisi untuk mengurangi
12. Rontgen dada sesuai yang dispnea.
diharapkan 9. Posisikan klien untuk ventilasi yang
maksimum.
Keterangan skala: 10. Lakukan fisioterapi dada.
1: Tidak pernah menunjukkan 11. Beri humidifikasi udara atau O2.
2: Jarang menunjukkan 12. Monitor status respirasi dan
3: kadang-kadang menunjukkan oksigenasi.
4: Sering menunjukkan 13. Identifikasi klien: membutuhkan
5: Selalu menunjukkan insersi jalan nafas (actual/potensial)
14. Beri bronkodilator (sesuai program
terapi)
15. Bantu klien memakai spirometri
insentif.
16. Lakukan suction
17. Atur intake cairan untuk optimalisasi
keseimbangan cairan.
18. Kolaborasi pemberian terapi aerosol.
Monitor respirasi:
1. Monitor ritme, irama, kedalaman dan
usaha respirasi.
2. Catat pergerakan dada, penggunaan
otot respirasi, retraksi otot interkostal
dan supraklavikula.
3. Monitor bunyi gaduh saat bernafas
(crackles, ronki)
4. Monitor pola nafas: takipnea, apnea
5. Palpasi kemungkinan adanya
pembesaran paru.
6. Kaji kebutuhan suction bila pada
asukultasi terdengar bunyi crackles
dan ronki.
7. Gunakan resusitasi jika perlu.
Terapi oksigen:
1. Bersihkan secret pada hidung, oral
dan trakea.
2. Menjaga jalan nafas tetap terbuka.
3. Pasang peralatan oksigen dan beri
humidifier.
4. Berikan suplai oksigen pada klien.
5. Monitor aliran oksigen.
6. Monitor posisi peralatan oksigen.
7. Observasi tanda hipoventilasi.
8. Monitor tanda keracunan oksigen dan
absorbs atelektasis.
Appetite :
1. Ada keinginan untuk makan
2. Membutuhkan/
menginginkan makanan
3. Menikmatai makanan
4. Dapat mencicipi makanan
5. Ada laporan peningkatan
energy untuk makan
6. Intake makanan adekuat
7. Intake cairan adekuat
8. Ada rangsangan untuk
makan
Keterangan :
1 : Severely compromised
2 : Substantially compromised
3 : Moderately compromised
4 : Mildly compromised
5 : Not compromised
Keterangan :
1 : tidak pernah menunjukkan
2 : jarang menunjukkan
3 : kadang-kadang
menunjukkan
4 : sering menunjukkan
5 : menunjukkan secara
konsisten
Keterangan skala:
1: tidak pernah menunjukkan
2: jarang menunjukkan
3: kadang menunjukkan
4: sering menunjukkan
5: selalu menunjukkan
Auto Anamnese :
A. IDENTIFIKASI
1. Klien
Nama : Tn. S
Tempat / Tgl lahir : 04/01/1952 ( 67 tahun)
Jenis kelamin : Laki-laki
Status perkawinan : Kawin
Jumlah anak : 3 orang
Agama/suku : Kristen Protestan/Batak
Warga negara : Indonesia
Bahasa yang digunakan : Indonesia
Pendidikan : S2
Pekerjaan : Pensiunan
Alamat rumah : Jln. Tebet Barat Dalam IX No. 26 Jakarta Selatan
2. PENANGGUNG JAWAB
Nama : Ny. S
Alamat : Jln. Tebet Barat Dalam IX No. 26 Jakarta Selatan
Hubungan dengan klien : Istri
B. DATA MEDIK
I. Dikirim oleh : Instalasi Rawat Jalan (IRJ)
II. Diagnosa Medik :
- Saat masuk : Nefrolitiasis
Saat pengkajian : Nefrolitiasis
C. KEADAAN UMUM
I. Keadaan sakit : Pasien tampak sakit sedang
Alasan : terbaring lemah.
- Posisi tubuh : Supinasi
III. Pengukuran
a. Lingkar lengan atas : 29,5 cm
b. Lipat kulit trisep : 5 mm
c. Tinggi badan : 154 cm
d. Berat badan pre HD : 78,3 kg
e. Berat badan kering : Observasi
f. BB Post HD lalu : 75 kg
g. I.M.T : 31,62
h. Kesimpulan : Pasien memiliki Berat badan yang tidak sesuai
indeks massa tubuh normal ( obesitas )
IV. Genogram
\
Keterangan :
: Laki-laki : Klien
: Perempuan
: Meninggal
: Tinggal Serumah
Kesimpulan : Pasien merupakan anak ke 2 dari 4 bersaudara. Pasien sudah memiliki riwayat
DM dari tahun 2009 dan Ayah dari pasien tersebut memiliki riwayat DM juga.
D. Pengkajian Pola Kesehatan
1. Kajian persepsi kesehatan-pemeliharaan kesehatan
Riwayat penyakit yang pernah di alami :
Kapan Catatan
Diabetes Melitus 2009 Pasien mengatakan
memiliki luka diabetes
dan selalu melakukan
perawatan dirumah
sakit.
a. Data Subjektif
o Keadaan sebelum sakit : Pasien mengatakan sebelum sakit, pasien
biasanya mengontrol kesehatannya ke puskesmas terdekat.
o Keadaan setelah sakit : Pasien mengatakan sejak sakit, ia rutin untuk
datang ke RS setiap 3 kali dalam seminggu untuk melakukan Hemodialisa
dan percaya dengan segala pelayanan kesehatan yang telah diberikan.
b. Data Objektif
o Observasi
- Kebersihan rambut : bersih, tidak ada parasit (kutu), rambut
telah beruban
- Kulit kepala : tidak berminyak , tidak berketombe,
tidak ada lesi ataupun bekas operasi dikepala.
- Kebersihan kulit : bersih
- Higiene rongga mulut : bersih
- Kebersihan genitalia : tidak dikaji
- Kebersihan anus : tidak dikaji
- Tanda / scar vaksinasi : BCG, Cacar
V. Kajian Nutrisi Metabolik
a. Data Subjektif
o Keadaan sebelum sakit :
Klien mengatakan sebelum sakit klien makan 3 x sehari , dengan menu
makan pagi berupa nasi, sayur, ikan, tergantung apa yang dimakan saat
itu . menu makan siang dan malam nasi, ikan, dan sayur. Klien minum
±1500ml perhari.
o Keadaan setelah sakit :
Pasien mengatakan setelah sakit makan 3 x sehari , dengan menu pagi
roti, siang makan nasi, ikan dan sayur porsi makan di habiskan. Minum
air putih sehari ± 600ml dan pada saat pagi pasien minum susu.
b. Data Objektif
o Observasi
o Pemeriksaan fisik
- Keadaan rambut : Rambut sudah beruban
- Hidrasi kulit : Kulit elastis
- Palpebrae : Tidak gelap
- Sclera : Anicterik
- Hidung : Simetris
- Rongga mulut : Kotor , berkaries
- Gigi geligi : Ada gigi lubang , gigi kuning
- Kemampuam mengunyah keras : Kurang baik
- Lidah : Simetris
- Pharings : Tidak ada pembengkakan
- Kelenjar getah bening leher : Tidak ada kelainan
- Kelenjar parotis : Tidak ada kelainan
- Abdomen
Inspeksi
Bentuk : Datar
Bayangan vena : Tidak ada
Benjolan vena : Tidak terlihat
Auskultasi
Peristaltik : 7x / menit
Palpasi
Tanda nyeri umum : Tidak ada
Massa : Tidak ada
Hidrasi kulit : Kurang elastis
Nyeri tekan : Tidak ada
Perkusi : Tidak kembung
Ascites : Negatif
b. Data Objektif
o Pemeriksaan fisik
- Peristaltik usus : 7 x.menit
- Palapasi suorapubika :-
- Nyeri ketuk ginjal : +/+
b) Data objektif
o Observasi :
Klien terlihat hanya bisa tidur dan duduk di atas tempat tidur, ADL
dibantu oleh keluarga dan perawat. Klien tampak lemah, klien terlihat ada
luka insisi post operasi pada kaki sebelah kiri. Ukuran luka panjang 15
cm, warna sekitar luka pucat, dan ada exudat tetapi hanya sedikit.
o Aktivitas harian :
1) Makan : Mandiri
2) Mandi : Bantuan keluarga
3) Berpakaian : Bantuan orang/keluarga
4) Kerapian : Bantuan orang/keluarga
5) Buang air besar : Bantuan orang/keluarga
6) Buang air kecil : Bantuan orang/keluarga
7) Mobilisasi tempat tidur : Bantuan orang/keluarga
8) Ambulasi : Kursi roda
o Postur tubuh :
1) Gaya jalan : -
2) Anggota gerak yang cacat : kaki kiri dikarenakan ada gangren
3) Fiksasi : tidak ada
4) Trakeostomie : tidak ada
o Pemeriksaan fisik
1) JVP : 5 + 2 cm H2O
Kesimpulan :
2) Perfusi darah perifer kuku : <3 detik
3) Thorax dan pernapasan :
1. Inspeksi :
Bentuk thorax : Simetris
Stridor : Negatif
Dypnea d’efford : Negatif
Sianosis : Negatif
2. Palpasi : Volkal fremitus
3. Perkusi :
Batas paru-hepar : ICS 5 mid clavicula dextra
5 4
b. Data objektif.
o Observasi :
Ekspresi wajah mengantuk : Negatif
Banyak menguap : Negatif
Palpebrae inferior berwarna gelap : Negatif
VI. KAJIAN POLA PERSEPSI KOGNITIF
a. Data subjektif
o Keadaan sebelum sakit :
Klien mengatakan bahwa dia tidak ingin mendapatkan sakit penyakit.
o Keadaan setelah sakit :
Klien mengatakan bahwa tetap menerima sakit yang diderita.
b. Data objektif
o Observasi : Klien terlihat tetap tenang dalam menunggu proses
hemodialisa.
o Pemeriksaan fisik
Penglihatan :
Kornea : Bersih dan transparan
Visus : Tidak dikaji
Pupil : Mengecil saat terkena cahaya
Lensa mata : Normal
Tekanan inta ocular : Tidak dikaji
Pendengaran
Pina : Simetris, tidak ada kelainan
Canalis : Bersih
Membran tympani : terlihat saat dikaji
Tes pendengaran : Normal, baik telinga kiri dan kanan masih
berfungsi dengan baik
Pengenalan rasa posisi pada pergerakan lengan dan tungkai :
b. Data objektif
o Observasi :
Kontak mata : Baik
Rentang penglihatan : Baik
Suara dan cara bicara : Suara cukup terdengar kuat, cara bicara tenang
Postur tubuh : Badan klien gemuk
o Pemeriksaan fisik :
Kelainan bawaan yang nyata : tidak ada
Abdomen : bentuk : datar
Bayangan vena : tidak terlihat
Benjolan massa : tidak ada
Kulit : lesi kulit : tidak ada
Penggunaan protesa : tidak ada
b. Data objektif
o Observasi :
Terlihat klien berkomunikasi baik dengan anaknya dan berbincang-bincang
dengan perawat yang ada diruangan hemodialisa.
IX. KAJIAN POLA REPRODUKSI – SEKSUALITAS
a. Data subjektif
o Keadaan sebelum sakit :
Klien mengatakan sudah menopause.
b. Data objektif
o Observasi :
o Pemeriksaan fisik
Tekanan darah :Berbaring : 120/80 mmHg
Duduk : 120/80 mmHg
Berdiri : -
Kesimpulan : hipotensi ortostatik : negatif
HR : tidak dikaji
Kulit : keringat dingin : negatif
Basah : negatif
XI. KAJIAN POLA SISTEM NILAI KEPERCAYAAN
a. Data subjektif
o Keadaan sebelum sakit:
Klien mengatakan sebelum sakit aktif beribadah. Saat terkena penyakit CKD
dan adanya luka dikaki klien sudah jarang pergi ibadah beribadah.
o Keadaan setelah sakit :
Klien mengatakan sudah jarang beribadah tetapi kadang berdoa.
b. Data objektif
o Observasi :
Klien tidak terlihat berdoa saat memulai proses hemodialisa.
KLASIFIKASI DATA
DO :
- Keadaan umum pasien
tampak sedang
- Kesadaran Compos
Mentis
- GCS: A4, V5, M6 ,= 15
- Terdapat luka dikaki kiri
pasien
- ADL tampak dibantu
- Klien berpindah
tempat/ambulasi dibantu
keluarga
PRIORITAS MASALAH
Intoleransi
aktivitas NIC:
3 NOC:
berhubungan Activity Therapy
Activity Tolerance 1.Menentukan sejauh mana
dengan kelemahan 1. Observasi adanya
Tujuan kemampuan klien dalam
fisik
Setelah dilakukan pembatasan klien dalam beraktivitas.
keperawatan selama 3 x melakukan aktivitas.
4 jam jam pasien
bertoleransi terhadap 2. Monitor akan adanya 2.Kelemahan fisik mampu
aktivitas kelelahan fisik secara menjadi penyebab adanya
Kriteria hasil: intoleransi dalam
berlebihan
1. Nadi saat aktivitas beraktivitas
2. RR saat aktivitas 3. Bantu klien untuk
3. Tekanan darah 3. Identifikasi aktivitas
mengidentifikasi
sistol dan diastol yang mampu dilakukan
aktivitas yang mampu
saat istirahat secara mandiri
dilakukan
4. Mampu melakukan
aktivitas sehari-hari 4. Bantu untuk 4.Membantu dalam
(ADLs) secara mendapatkan alat aktivitas dan meminimalkan
mandiri bantuan aktivitas seperti resiko jatuh.
kursi roda, krek.
Gagal Ginjal Akut (GGA) atau Chronic Kidney Disease dapat terjadi karena adanya
penyakit penyerta seperti Hipertensi, Diabetes mellitus, dan gaya hidup yang tidak sehat seperti
yang telah dijelaskan di tijauan teoritis. Pada pasien kelolaan Ny.T memiliki riwayat penyakit
Diabetes Mellitus dari tahun 2009 dan mengonsumsi obat rutin. pasien juga memiliki riwayat
gagal ginjal kronik dari tahun 2014 dan sedang dalam program Hemodialisa (HD).
Pasien datang ke ruang hemodialisa dengan keluhan yaitu bengkak di bagian ektremitas
bagian bawah dan disertai juga nyeri di ekstremitas bagian kiri dan juga pasien dalam melakukan
aktivitasnya selalu dibantu oleh anaknya ataupun keluarga yang lain. Sehingga dalam penetuan
masalah keperawatan, kelompok mengakat masalah kelebihan volume cairan, nyeri, dan juga
intoleransi aktivitas.
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
CKD (Cronik Kidney Disease) adalah kelainan ginjal berupa kelainan struktural atau fungsional
yang di manifestasikan oleh kelainan patologi atau petanda kerusakan ginjal secara laboratorik
atau kelainan pada pemeriksaan radiologi dengan atau tanpa penurunan fungsi ginjal yang
berlangsung > 3 bulan.
Manifestasi klinik antara lain : hipertensi, (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivitas sistem
renin-angiotensin-aldosteron), gagal jantung kongestif dan udem pulmoner (akibat cairan
berlebihan) dan perikarditis (akibat iritasi pada lapisan perikardial oleh toksik, pruritis,
anoreksia, mual, muntah, dan cegukan, kedutan otot, kejang, perubahan tingkat kesadaran, tidak
mampu berkonsentrasi)
5.2 SARAN
Dengan adanya laporan asuhan keperawatan ini, semoga dapat digunakan sebagai pedoman bagi
tenaga kesehatan khusunya perawat dalam pemberian asuhan keperawatan secara professional
di rumah sakit maupun dipuskesmas maupun dilingkungan pelaksanaan tindakan keperawatan
lainnya. Dan juga sebagai refrensi bagi mahasiswa keperawatan yang akan turun dilahan praktek
seperti di rumah sakait.
Laporan ini masih banyak kekurangan dalam hal penulisan maupun isi. Oleh sebab itu kami
kelompok mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan penyusunan laporan asuhan
keperawatan ini.
DAFTAR PUSTAKA
Angelantino, dkk. 2010. Chronic Kidney Disease and Risk of Major Cardiovaskuler
Disease and non vascular mortality: prospective population based cohort
study. British medical journal. 324, 768
Anggraini, F & Putri, AF. 2016. Pemantauan Intake Output Cairan Pada Pasien
Gagal Ginjal Kronik Dapat Mencegah Overload Cairan. Vo. 19 No.3
pISSN 1410-4490, eISSN 2354-9203
Center for Disease Control. 2015. National Center for Chronic Disease Prevention
and Health Promotion: Chronic Kidney Disease Initiative
Hutahean. 2010. Konsep dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media
Mailani, F. 2015. Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani
Hemodialisis: Systematic Review. Ners Jurnal Keperawatan. Vol. 11 No.
1 ISSN 1907-686X
Padila. 2012. Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika
Setiadi. 2012. Konsep dan Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan Teori dan
Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu
WHO. 2014. Chronic Kidney Disease Health Topic dilihat tanggal 29 Januari 2019.
www.WHO.int/en/
Wijaya, AS & Putri, YM. 2013. KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah Keperawatan
Dewasa Teori dan Contoh Asuhan Keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika