Anda di halaman 1dari 66

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
1.2.Tujuan
1.3.Manfaat
1.4.Identifikasi
BAB II. LANDASAN/TINJAUAN TEORI
2.1 Laporan Pendahuluan
2.2 Asuhan Keperaawatan Teori
BAB III. ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
3.1 Pengkajian
3.2 Klasifikasi Data
3.3 Analisa Data
3.4 Diagnosa Kperawatan
3.5 Intervensi / Rencana Keperawatan dan Rasional
3.6 Implementasi dan Evaluasi
BAB IV. PEMBAHASAN
1.1 Perbandingan / Analisis Antara Tinjauan Teori dengan
Kasus Kelompok
1.2 Perbandingan / Analisis Antara Asuhan Keperawatan
Teori dengan Asuhan Keperawatan Kaasus
BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Nefrolitiasis atau batu ginjal adalah keadaan dimana ditemukannya batu pada ginjal.
Berdasarkan Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia tahun 2013, salah satu penyakit ginjal
yang paling sering terjadi di Indonesia adalah batu ginjal. Prevalensi penyakit ini
diperkirakan lebih sering pada laki-laki dibanding perempuan. Ini terjadi dikarenakan
adanya perbedaan aktivitas fisik, pola makan, serta struktur anatomis yang berbeda.Secara
garis besar pembentukan batu ginjal dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik.
Faktor intrinsik yaitu umur, jenis kelamin, dan keturunan, sedangkan faktor ekstrinsik
yaitu kondisi geografis, iklim, kebiasaan makan, zat yang terkandung dalam urine ( Fauzi,
2016).
Nefrolitiasis (batu ginjal) merupakan salah satu penyakit ginjal, dimana ditemukannya
batu yang mengandung komponen kristal dan matriks organik yang merupakan penyebab
terbanyak kelainan saluran kemih (Fauzi, 2016). Lokasi batu ginjal khas dijumpai di
kaliks, atau pelvis dan bila keluar akan terhenti dan menyumbat pada daerah ureter (batu
ureter) dan kandung kemih (batu kandung kemih).
Batu ginjal dapat terbentuk dari kalsium, batu oksalat, kalsium oksalat, atau kalsium
fosfat. Namun yang paling sering terjadi pada batu ginjal adalah batu kalsium. Penyebab
pasti yang membentuk batu ginjal belum diketahui, oleh karena banyak faktor yang
dilibatkannya. Diduga dua proses yang terlibat dalam batu ginjal yakni supersaturasi dan
nukleasi. Supersaturasi terjadi jika substansi yang menyusun batu terdapat dalam jumlah
besar dalam urin, yaitu ketika volume urin dan kimia urin yang menekan pembentukan
batu menurun. Pada proses nukleasi, natrium hidrogen urat, asam urat dan kristal
hidroksipatit membentuk inti. Ion kalsium dan oksalat kemudian merekat (adhesi) di inti
untuk membentuk campuran batu. Proses ini dinamakan nukleasi heterogen.
Prevalensi penyakit ini diperkirakan sebesar 7% pada perempuan dewasa dan 13% pada
laki-laki dewasa. Empat dari lima pasien adalah laki-laki, sedangkan usia puncak adalah
dekade ketiga sampai ke empat (Vasudevan dkk, 2016). Di Amerika Serikat, hingga 16%
pria dan 8% wanita akan memiliki 1 atau lebih gejala batu pada usia 70 tahun. Meskipun
pria terus memiliki risiko yang lebih tinggi untuk nefrolitiasis, dalam 2 dekade terakhir,
rasio pria dan wanita telah berubah dari 3: 1 menjadi sekitar 2: 1, mungkin penyebab
sekunder akibat perubahan gaya hidup (Pfau dan Knauf, 2016). Di Indonesia sendiri,
penyakit ginjal yang paling sering ditemui adalah gagal ginjal dan nefrolitiasis. Prevalensi
tertinggi penyakit nefrolitiasis yaitu di daerah DI Yogyakarta (1,2%), diikuti Aceh (0,9%),
Jawa Barat, Jawa Tengah , dan Sulawesi Tengah masing-masing (0,8%) (Riskesdas, 2013).

1.2. Tujuan

1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang penyakit yang berkaitan dengan sistem Perkemihan yaitu
Nefrolitiasis.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui konsep teoritis penyakit Nefrolitiasis.
b. Untuk mendapat informasi tentang pengertian, klasifikasi, etiologi, gejala klinis,
patofisiologi, pemeriksaan diagnostik untuk pasien dengan Nefrolitiasis.
c. Mengetahui asuhan keperawatan pre operatif, intra operatif, post operatif pada pasien
dengan Nefrolitiasis, yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, Rencana
Keperawatan, Implementasi, dan Evaluasi.
1.3. Manfaat

Meningkatkan kualitas hidup pasien (Ny. S) yang mengalami penyakit Nefrolitiasis

1.4. Identifikasi

a. Mengidentifikasi keluhan klien.


b. Mengidentifikasi keadaan umum klien.
c. Mengidentifikasi kondisi Bio-psiko-sosial-spiritual pasien.
d. Mengidentifikasi proses penyakit Nefrolitiasis.
e. Mengidentifikasi intervensi yang sesuai dengan kondisi klien.
f. Mengidentifikasi terapi farmakologis yang diberikan sesuai dengan instruksi dokter.

BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Laporan Pendahuluan

A. Pengertian
Penyakit batu ginjal (Nefrolitiasis) adalah pembentukan kristal yang biasanya
terbentuk didalam ginjal. Hal ini adalah peningkatan gangguan urologis kesehatan manusia,
yang mempengaruhi sekitar 12% dari populasi dunia dan telah dikaitkan dengan
peningkatan risiko gagal ginjal stadium akhir (Alelign, 2018).
Nefrolitiasis (batu ginjal) merupakan salah satu penyakit ginjal, dimana
ditemukannya batu yang mengandung komponen kristal dan matriks organik yang
merupakan penyebab terbanyak kelainan saluran kemih (Fauzi, 2016).

B. Anatomi dan Fisiologi


- Anatomi Ginjal
Sistem perkemihan merupakan suatu rangkaian organ yang terdiri dari ginjal, ureter
vesika urinaria, dan uretra. Ginjal yang terus menerus menghasilkan urine, dan
berbagai saluran dan reservoir yang dibutuhkan untuk membawa urine keluar
tubuh. ( Wilson,2010)
Gambar 1 Struktur Ginjal ( Syaifuddin, 2010)

Ginjal merupakan organ berbentuk seperti kacang yang terletak di kedua sisi
kolumnavertebralis.
Ginjal kanan sedikit lebih rendah dibandingkan ginjal kiri karena tertekan ke bawah oleh
hati. Kutub atasnya terletak setinggi iga kesebelas. Ginjal terletak dibagian belakang
abdomen atas, di belakang peritoneum, didepan dua iga terakhir, dantigaototbesar-
transversus abdominis, kuadratus lumborum, dan psoas mayor (Wilson,2006).
Secara umum, ginjal terdiri dari beberapa bagian :
a. Bagian dalam (interna) medula. Substansia medularis terdiri dari pyramid renalis
yang jumlahnya antara 8-16 buah yang mempunyai basis sepanjang ginjal,
sedangkan apeksnya -menghadap ke sinus renalis.
b. Bagian luar (eksternal) korteks. Substansia kortekalis berwarna coklat merah,
konsistensi lunak dan bergranula. Substansia ini tepat dibawah tunika fibrosa,
melengkung sepanjang basis pyramid yang berdekatan dengan sinus renalis, dan
bagian dalam diantara piramid dinamakan kolumna renalis.
c. Columna renalis, yaitu bagian korteks di antara pyramid ginjal
d. Procesus renalis, yaitu bagian pyramid/yang menonjol kea rah korteks
e. Hilus renalis, yaitu suatu bagian atau area di mana pembuluh darah, serabut sara
f atau duktus memasuki atau meninggalkan ginjal
f. Papilla renalis, yaitu bagian yang menghubungkan antara duktus pengumpul da
n calix minor
g. Calix minor, yaitu percabangan dari calix major
h. Calix major, yaitu percabangan dari pelvis renalis
i. Pelvis renalis, disebut juga piala ginjal, yaitu bagian yang menghubungkan anta
ra calix major dan ureter
j. Ureter, yaitu saluran yang membawa urine menuju vesica urinaria.
Ginjal dibungkus oleh suatu massa jaringan lemak yang disebut kapsula adipose atau
peritoneal feet. Bagian yang paling tebal terdapat pada tepi ginjal memanjang melalui hilus
renalis Satuan fungsional ginjal dinamakan nefron, mempunyai lebih kurang 1.3 juta nefron
selama 24 jam dapat menyaring 170 liter darah, Nefron terdiri dari bagian :
a. Glomerulus
Bagian ini merupakan gulungan atau anyaman kapiler yang terletak di dalam kapsula
bowman dan menerima darah dari arteriol aferen dan meneruskan darah ke sistem vena
melalui arteriol eferen.
Filtrasi glomerulus adalah proses dimana sekitar 20% plasma yang masuk ke kapiler
glomerulus menembus kapiler untuk masuk ke ruang interstisium, kemudian ke dalam
kapsula bowman. Pada ginjal yang sehat, sel darah merahatau protein plasma hamper
tidak ada yang mengalami filtrasi.
Proses filtrasi menembus glomerulus serupa dengan yang terjadi pada proses filtrasi
diseluruh kapiler lain. Hal yang berbeda pada ginjal adalah bahwa kapiler glomerulus sangat
permeable terhadap air dan zat-zat terlarut yang berukuran kecil ( Muttaqin & Sari, 2011).
b. Tubulus proksimal konvulta
Tubulus ginjal yang langsung berhubungan dengan kapsula bowman dengan panjang 15mm
dan diameter 55um. Bentuknya berkelok kelok menjalar dari korteks ke bagian medulla dan
kembali ke kortkes sekitar 2/3 dari natrium yang terfiltrasi diabsorpsi secara isotonis
bersama klorida.
c. Gelung henle
Bentuknya lurus dan tebal diteruskan ke segmen tipis selanjutnya ke segmen tebal
penjangnya 12mm, total panjang ansa henle 2-14 mm. klorida secara aktif diserap kembali
pada cabang asendens mempertahankan kenetralan listrik.
d. Tubulus distal konvulta
Bagian ini adalah bagian tubulus ginjal yang berkelok kelok dan letaknya jauh dari kapsula
bowman, panjagnya 55mm. tubulus distal dari masing-masing nefron bermuara ke duktus
koligens yang panjangnya 20mm.
e. Duktus koligen medula ini saluran yang secara metabolic tidak aktif.
Pengaturan secara halus dari eksresi natrium urine terjadi disini dengan aldosterone
yang paling berperan terhadap reabsorpsi natrium (Syaifuddin,2002).

- Fisiologi Ginjal

Fungsi utama ginjal adalah untuk regulasi volume, osmolalitas, elektrolit, dan konsentrasi
asam basa cairan tubuh dengan mengeksresikan air dan elektrolit dalam jumlah yang cukup
untuk mencapai keseimbangan elektrolit dan cairan tubuh total dan untuk mempertahankan
konsentrasi normalnya dalam cairan ekstraselular (ECF). (Wilson & Price,2010)
Menurut Sylvia A Price, ginjal terdiri dari dua fungsi utama, yaitu:
a. Fungsi Eksresi
1. Mempertahankan osmolalitas plasma dengan mengubah-
ubah eksresi air.
2. Mempertahankan volume dan tekanan darah dengan mengubah ubah
eksresi Na+
3. Mempertahankan konsentrasi plasma masing-masing elektrolit
individu dalam rentang normal.
4. Mempertahankan PH plasma sekitar 7,4 dengan mengeluarkan kelebih
an H+ dan membentuk kembal HCO2.
b. Fungsi Noneksresi
Mensintesis dan mengaktifkan hormone :
a. Renin: Penting dalam pengaturan tekanan darah
b. Eritropetin: Merangsang produksi sel-sel darah merah oleh sumsum tulang
belakang.
c. Prostaglandi:Sebagian besar adalah vasodilatasi bekerja secara lokal.

C. Etiologi
Menurut NANDA (2015) penyebab gagal ginjal kronik antara lain :
1) Penyakit infeksi tubulointerstitial antara lain : pielonefritis kronik atau
refluks nefropati.
2) Penyakit peradangan yaitu glomerulonefritis.
3) Penyakit vaskuler hipertensif antara lain : nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis
maligna, stenosis arteria renalis.
4) Gangguan jaringan ikat antara lain : lupus erithematosus sistemik, poliarterisis
nodosa.
5) Gangguan kongenital dan herediter antara lain : penyakit batu ginjal polikistik,
asidosis tubulus ginjal.
6) Penyakit metabolik antara lain : diabetes mellitus, goat, hiperparatiroidisme,
amiloidosis.
7) Nefropati toksik antara lain : penyalahgunaan analgesik, nefropati timah.
8) Nefropati obstruktif antara lain : traktus urinarius bagian atas (adanya batu,
neoplasma fibrosis retroperitoneal, trakus urinarius), bagian bawah (hipertrofi
prostat, struktur uretra, anomaly congenital, leher vesika urinaria dan uretra).

C. Klasifikasi
Dibawah ini terdapat 5 stadium penyakit gagal ginjal kronis menurut Husna
(2010) sebagai berikut :
1. Stadium 1 (glomerulo filtrasi rate/GFR normal > 90 ml/min) Seseorang perlu waspada
akan kondisi ginjalnya berada pada stadium 1 apabila kadar ureum atau kreatinin berada
di atas normal.
2. Stadium 2 (penurunan GFR ringan atau 60-89 ml/min) Seseorang perlu waspada akan
kondisi ginjalnya berada pada stadium 2 apabila kadar ureum atau kreatinin berada di
atas normal, didapati darah atau protein dalam urin, adanya bukti visual kerusakan ginjal
melalui pemeriksaan MRI, CT Scan, ultrasound atau contrast x-ray, dan salah satu
keluarga menderita penyakit ginjal polikistik.
3. Stadium 3 (penurunan GFR moderat atau GFR 30-59 ml/min) Seseorang yang
menderita CKD stadium 3 mengalami penurunan GFR moderat yaitu diantara 30-59
ml/min. Penurunan pada tingkat ini akumulasi sisa-sisa metabolisme akan menumpuk
dalam darah yang disebut uremia. Pada stadium ini muncul komplikasi seperti tekanan
darah tinggi (hipertensi), anemia atau keluhan pada tulang. Gejala- gejala juga terkadang
mulai dirasakan seperti :
a. Fatique : rasa lemah/lelah yang biasanya diakibatkan oleh anemia.
b. Kelebihan cairan: Seiring dengan menurunnya fungsi ginjal membuat ginjal
tidak dapat lagi mengatur komposisi cairan yang berada dalam tubuh. Hal ini
membuat penderita akan mengalami pembengkakan sekitar kaki bagian bawah,
seputar wajah atau tangan. Penderita juga dapat mengalami sesak nafas akibat
teralu banyak cairan yang berada dalam tubuh.
c. Perubahan pada urin : urin yang keluar dapat berbusa yang menandakan adanya
kandungan protein di urin, selain itu warna urin juga mengalami perubahan
menjadi coklat, orange tua, atau merah apabila bercampur dengan darah.
Kuantitas urin bisa bertambah atau berkurang dan terkadang penderita sering
terbangun untuk buang air kecil di tengah malam.
d. Rasa sakit pada ginjal : rasa sakit sekitar pinggang tempat ginjal berada dapat
dialami oleh sebagian penderita yang mempunyai masalah ginjal seperti
polikistik dan infeksi.
e. Sulit tidur : sebagian penderita akan mengalami kesulitan untuk tidur
disebabkan munculnya rasa gatal, kram otot.

4. Stadium 4 (penurunan GFR parah atau 15-29 ml/min) Pada stadium ini fungsi ginjal
hanya sekitar 15-30% saja dan apabila seseorang berada pada stadium ini maka sangat
mungkin dalam waktu dekat diharuskan menjalani terapi pengganti ginjal/dialisis atau
melakukan transplantasi. Kondisi dimana teriadi penumpukan racun dalam darah atau
uremia biasanya muncul pada stadium ini. Selain itu besar kemungkinan muncul
komplikasi seperti tekanan darah tinggi (hipertensi), anemia, penyakit tulang, masalah
pada jantung dan penyakit kardiovaskular lainnya. Gejala yang mungkin dirasakan pada
stadium 4 adalah : fatique: rasa lemah/lelah yang biasanya diakibatkan oleh anemia,
kelebihan cairan, perubahan pada urin: urin yang keluar dapat berbusa yang menandakan
adanya kandungan protein di urin, rasa sakit pada ginjal, sulit tidur, nausea : muntah atau
rasa ingin muntah, perubahan cita rasa makanan, bau mulut uremic : ureum yang
menumpuk dalam darah dapat dideteksi melalui bau pernafasan yang tidak enak, dan
sulit berkonsentrasi. Rekomendasi untuk memulai terapi pengganti ginjal adalah apabila
fungsi ginjal hanya tinggal 15% ke bawah. Hal ini adalah upaya-upaya dilakukan untuk
memperpanjang fungsi ginjal serta menunda terapi dialisis atau transplantasi selama
mungkin.

5. Stadium 5 (penyakit ginjal stadium akhir/terminal atau GFR < 15 ml/min)

Pada level ini ginjal kehilangan hampir seluruh kemampuannya untuk bekerja secara
optimal. Untuk itu diperlukan suatu terapi pengganti ginjal (dialisis) atau transplantasi
agar penderita dapat bertahan hidup. Gejala yang dapat timbul pada stadium 5 antara lain,
kehilangan nafsu makan, nausea, sakit kepala, merasa lelah, tidak mampu berkonsentrasi,
gatal-gatal, urin tidak keluar atau hanya sedikit sekali, bengkak, terutama di seputar
wajah, mata dan pergelangan kaki, kram otot dan perubahan warna kulit. Seseorang yang
menderita gagal ginjal terminal disarankan untuk melakukan hemodialisis, peritoneal
dialisis atau transplantasi ginjal.

E. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala klinis pada gagal ginjal kronik dikarenakan gangguan yang
bersifat sistemik. Gagal sebagai organ koordinasi dalam peran sirkulasi memiliki fungsi
yang banyak (organ multifuncsion), sehingga kerusakan krinis secara fisisologis ginjal
akan mengakibatkan gangguan keseimbangan sirkulasi dan vasomotor. Berikut ini ada
tanda dan gejala gagal ginjal ronik :
1. Ginjal dan gastrointestinal
Sebagai akibat dari hiponatremia maka timbul hipotensi, mulut kering penurunan
turgor kulit, kelemahan, fatigue, dan mual, kemudian terjadi penurunan kesadaran
(somnolen) dan nyeri kepala berat. Dampak dari peningkatan kalium adalah
peningkatan iritabilitas otot dan akhirnya otot mengalami kelemahan. Kelebihan cairan
yang tidak terkompensasi akan mengakibatkan asidosis metabolik. Tanda paling khas
adalah terjadinya penurunan urine output dengan sedimentasi yang tinggi.
2. Kardiovaskuler
Biasanya terjadi hipertensi, aritmia, kardiomyopati, uremia pecarditis, effuse
pericardial (kemungkinan bisa terjadi temponade jantung), gagal jantung, odema
periorbital dan odema perifer.
3. Respiratory system
Biasanya terjadi edema pulmonal, nyeri pleura, friction rub dan efusi pleura, cracles,
sputum yang kental, uremia pleuritis dan uremia lung, dan sesak nafas.
4. Gastrointestinal
Biasanya menunjukkan adanya inflamasi dan ulserasi pada mukosa gastrointestinal
karena stomatitis, ulserasi dan perdarahan gusi, dan kemungkinan juga disertai
parotitis, caofagotis, gastritis, ulserasi, lesi pada usus halus/usus besar, dan
pancreatitis. Kejadian sekunder biasanya mengikuti seperti anoreksia, nausea, dan
vomiting.
5. Integument
Kulit pucat, kekuning- kuningan , kecoklatan, kering dan ada sclap. Selain itu biasanya
juga menunjukkan adanya purpura, ekimosis, petechiae, dan timbunan urea pada kulit.
6. Neurologis
Biasanya ditunjukkan dengan adanya neurophati perifer, nyeri, gatal pada lengan dan
kaki. Selain itu juga adanya kram pada otot reflek kedutan, daya memori menurun,
apatis, rasa kantuk meningkat, pusing, koma, kejang. Dari hasil EEG menunjukkan
adanya perubahan metabolik enchepalophaty.

7. Endokrin
Biasa terjadi infertilisasi dan penurunan libido, amenorhea dan gangguan siklus
menstruasi pada wanita, impoten, penurunan sekresi sperma, peningkatan sekresi
aldosterone, dan kerusakan metabolisme karbohidrat.
8. Hematopoitiec
Terjadi anemia, penurunan waktu hidup sel darah merah, trombositopenia
(dampak dari dialisis) dan kerusakan platelet. Biasanya masalah yang serius pada
system hematologi ditunjukkan dengan adanya perdarahan (purpura, ekimosis, dan
petechiae).
9. Muskuloskletal
Nyeri pada sendi dan tulang, demineralisasi tulang, fraktur pathologis dan klasifikasi
(Robinson, 2013).

F. Patofisiologi dan Patoflow

Secara ringkas patofisiologi gagal ginjal kronik dimulai pada fase awal gangguan,
keseimbangan cairan, penanganan garam, serta penimbunan zat-zat sisa masih bervariasi
dan bergantung pada bagian ginjal yang sakit. Sampai fungsi ginjal turun kurang dari
25% normal, manifesasi klinis gagal ginjal kronik mungkin minimal karena nefron-
nefron sisa yang sehat mengambil alih fungsi nefron yang rusak. Nefron yang tersisa
meningkatan kecepatan filtrasi, reabsorpsi, dan sekresinya, serta mengalami hipertrofi.
Seiring dengan makin banyaknya nefron yang mati, maka nefron yang tersisa
menghadapi tugas yang semakin berat sehingga nefron-nefron tersebut ikut rusak dan
akhirnya mati. Sebagian dari siklus kematian ini tampaknya berkaitan dengan tuntutan
pada nefron-nefron yang ada untuk meningkatkan reabsorpsi protein. Pada saat
penyusutan proresif nefron-nefron, terjadi pembentukan jaringan paut dan aliran darah
ginjal akan berkurang. Pelepasan rennin akan meningkat bersama dengan kelebihan
beban cairan sehingga dapat menyebabkan hipertensi. Hipertensi akan memperuruk
kondisi ginjal, dengan tujuan agar terjadi peningkatan filtrasi protein-protein plasma.
Kondisi akan bertambah buruk dengan semakin banyak terbentuk jaringan parut sebagai
respon dari kerusakan nefron dan secara progesif fungsi ginjal menurun secara drastis
dengan manifestasi penumpukan metabolit-metabolit yang seharusnya dikeluarkan dari
sirkulasi sehingga akan terjadi sindrom uremia berat yang memberikan banyak
manifestasi pada setiap organ tubuh (Muttaqin dan Sari, 2014).
Pathway CKD

Infeksi Vaskuler Zat Toksik Obstruksi saluran kemih

Reaksi Arterio sklerosis Tertimbun di ginjal Retensi urin Batu ginjal Iritasi/ cedera
antingen
dan kasar jaringan
antibdi
Suplai darah
ginjal turun Menekan saraf hematuria
perifer

anemia
Nyeri pinggang
GFR turun

GGK/ CKD

Sekresi protein terganggu Retensi Na


Suplai nutrisi
Sekresi
dalam darah
eritropoitin turun
Sindrom uremia Urokrom turun
tertimbun di Total CES naik
kulit
Produksi Hb
Gangguan turun
perpospatemia keseimbangan Tek. Kapiler
asam basah Perubahan
naik
warna kulit Oksihemoglobin
pruritis turun
Penurunan
Vol. interstisial fungsi jantung Bendungan atrium
Prod. Asam Preload
naik naik
Nausea,naik
vomitus kiri kiri naik
Gangguan Suplai O2 turun
integritas
kulit Resiko Beban jantung naik Tek. Vena
As. lambung
gangguan kelebihan volume COP turun Perubahan pola
pulmonalis
naik
nutrisi cairan napas
Renin meningkat Metab. anaerob Syncope
RAA turun
(kehilangan Gang. Pertukaran
kesadaran) gas
Angiotensin I Retensi Na & Asam laktat
meningkat H2O naik meningkat

Angiotensin II Kelebihan vol. - Faligus


Intoleransi aktivitas
meningkat cairan - Nyeri sendi

Vasokontriksi
pembuluh darah

Resiko
Tekanan darah
penurunan
meningkat
curah jantung
G. Pemeriksaan Penunjang

Penatalaksanaan CKD menurut Husna (2010) antara lain sebagai berikut :

1. Tindakan konservatif

Tujuan dari terapi konservatif adalah mencegah memburuknya gagal ginjal secara
progresif, meringankan keluhan-keluhan akibat akumulasi toksin azotemia, memperbaiki
metabolisme secara optimal dan memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit antara
lain :

1) Peranan diet
Terapi diet rendah protein (DRP) menguntungkan untuk mencegah atau
mengurangi toksin azotemia, tetapi untuk jangka lama dapat merugikan terutama
gangguan keseimbangan negatif nitrogen.

2) Kebutuhan jumlah kalori

Kebutuhan jumlah kalori (sumber energi) untuk CKD harus adekuat dengan tujuan
utama yaitu mempertahankan keseimbangan positif nitrogen, memelihara status
nutrisi dan memelihara status gizi.

3) Kebutuhan cairan

Bila ureum serum >150 mg kebutuhan cairan harus adekuat supaya jumlah diuresis
mencapai 2 liter/hari.

4) Kebutuhan elektrolit dan mineral

Kebutuhan jumlah mineral dan elektrolit bersifat individual tergantung dari GFR dan
penyakit ginjal dasar (underlying renal disease).

2. Terapi simtomatik

1. Asidosis metabolik harus dikoreksi karena meningkatkan serum kalium


(hiperkalemia). Untuk mencegah dan mengobati asidosis metabolik dapat diberikan
suplemen alkali. Terapi alkali (sodium bicarbonat) harus segera diberikan intavena
bila pH < 7,35 atau serum bikarbonat < 20 mEq/L.

2. Anemia

ransfusi darah misalnya Paked Red Cel (PRC) merupakan salah satu pilihan terapi
alternatif, murah, dan efektif. Terapi pemberian transfusi darah harus hati-hati
karena dapat menyebabkan kematian mendadak.
3. Keluhan gastrointestinal

Anoreksi, cegukan, mual dan muntah, merupakan keluhan yang sering dijumpai pada
CKD. Keluhan gastrointestinal ini merupakan keluhan utama (chief complaint) dari
CKD. Keluhan gastrointestinal yang lain adalah ulserasi mukosa mulai dari mulut
sampai anus. Tindakan yang harus dilakukan yaitu program terapi dialisis adekuat
dan obat-obatan simtomatik.

4. Kelainan kulit

Tindakan yang diberikan harus tergantung dengan jenis keluhan kulit yang terjadi
pada pasien, seperti purpura dan ptekie.

5. Kelainan neuromuscular.

Beberapa terapi pilihan yang dapat dilakukan yaitu terapi hemodialisis reguler yang
adekuat, medikamentosa atau operasi subtotal paratiroidektomi.

6. Hipertensi : pemberian obat-obatan anti hipertensi.

7. Kelainan sistem kardiovaskular

Tindakan yang diberikan tergantung dari kelainan kardiovaskular yang diderita.

3. Terapi pengganti ginjal, dilakukan pada penyakit ginjal kronik stadium 5, yaitu pada
GFR kurang dari 15 menit. Terapi tersebut dapat berupa hemodialisis, dialisis
peritoneal, dan transplantasi ginjal. Dialisis dilakukan apabila kadar kreatinin serum
biasanya diatas 6 ml/100ml pada laki-laki atau 4ml/100ml pada wanita, dan GFR
kurang dari 4ml/menit.
H. Penatalaksanaan
Menurut Muttaqin & Sari (2014) dan Padila (2012) pemeriksaan penunjang yang
dilakukan pada penderita gagal ginjal kronik antara lain:
1. Pemeriksaan laboraturium
1. Laju endap darah, meningkat yang diperberat oleh adanya anemia, dan
hipoalbuminemia, dan jumlah retikulosit yang rendah.
2. Ureum dan kreatinin, meningkat biasanya perbandingan antara ureum dan
kreatinin kurang lebih 20:1. Perbandingan ini bisa meningkat oleh karena
perdarahan saluran cerna, demam, luka bakar luas, pengobatan steroid dan
obstruksi saluran kemih. Perbandingan ini berkurang : ureum lebih kecil dari
kreatinin, pada diet rendah protein, dan tes Klirens kreatinin yang menurun.
3.Hiponatremi umumnya dikarenakan kelebihan cairan. Hiperkalemia : biasanya
terjadi pada gagal ginjal lanjut bersama dengan menurunnya diuresis.
4.Hipokalsemia dan hiperfosfatemia: terjadi karena berkurangnya sintesis
vitamin D3 pada CKD.
5.Phosphate alkaline meningkat akibat gangguan metabolisme tulang, terutama
isoenzim fosfatase tulang.
6. Pemeriksaan urine
a. Volume : biasanya kurang dari 400 ml/24 jam atau tidak ada urin.
b. Warna : secara abnormal urin keruh kemungkinan disebabkan oleh pus,
bakteri, lemak, fosfat atau urat sedimen kotor, kecoklatan menunjukkan
adanya darah, Hb, mioglobin, porfirin.
c. Berat jenis kurang dari 1,010 menunjukkan kerusakan ginjal berat.

d. Osmoalitas : kurang dari 350 mOsm/kg, menunjukkan kerusakan


ginjal tubular dan rasio urin/serum sering 1:1.
e. Natrium : lebih besar dari 40 mEq/L karena ginjal tidak mampu
mereabsorpsi natrium.
f. Protein : derajat proteinuria (kuran lebih 3-4) secara kuat menunjukkan
kerusakan glomerulus bila SDM dan fragmen juga ada.
2. Pemeriksaan diagnostik lain

1) Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal (adanya batu atau
adanya suatu obstruksi).

2) Intra Vena Pielogrrafi (IVP) untuk menilai sistem pelviokalises dan ureter.
Pemeriksaan ini mempunyai resiko penurunan faal ginjal pada keadaan tertentu,
misalnya : usia lanjut, diabetes mellitus dan nefropati asam urat.

3) USG untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal, kepadatan
parenkim ginjal, anatomi sistem pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih
dan prostat.

4) Renogram untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi gangguan (vascular,
parenkim, ekskresi), serta sisa fungsi ginjal.

5) EKG untuk melihat kemungkinan: hipertropi ventrikel kiri, tanda- tanda


perikarditis, aritmia, gangguan elektrolit (hiperkalemia).

6) Endoskopi ginjal untuk menentukan pelvis ginjal, keluar batu, hematuria, dan
pengangkatan tumor selektif.

7) Arteriogam ginjal untuk mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi


ekstravaskular , masa ginjal.
I. Komplikasi

Menurut Robinson (2013) dan Suharyanto dan Majdid (2009), komplikasi CKD yang
dapat terjadi antara lain :

a. Hipertensi

Pada saat penyusutan progresif nefron-nefron, terjadi pembentukan jaringan


parut dan aliran darah ginjal akan berkurang. Pelepasan rennin akan
meningkat bersama dengan kelebihan beban cairan sehingga dapat
menyebabkan hipertensi.

b. Hiperkalemia

Hiperkalemia merupakan komplikasi yang palig serius, karena bila K+ serum


mencapai 7 mEq/L, dapat mengakibatkan aritmia dan juga henti jantung.

c. Anemia

Anemia pada gagal ginjal kronik diakibatkan karena penurunan sekresi


eritropoeitin oleh ginjal.

d. Asidosis

Asidosis adalah terlalu banyak asam dalam cairan tubuh. Asidosis ginjal
biasanya tidak diobati kecuali HCO3- plasma turun dibawah angka 15 mEq/L.
Biasanya asidosis berat akan dikoreksi dengan pemberian Na HCO3- (natrium
bikarbonat) parenteral.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

A. Pengkajian

Nama, umur , jenis kelamin, alamat, pekerjaan, agama, pendidikan, tanggal masuk
rumah sakit, tanggal pengkajian, nomor RM, dx medis.

B. Riwayat kesehatan

 Keluhan utama

Biasanya badan tersa lemah, mual, muntah, dan terdapat udem.

 Riwayat kesehatan sekarang

Keluhan lain yang menyerta biasanya : gangguan pernapasan, anemia, hiperkelemia,


anoreksia, tugor pada kulit jelek, gatal-gatal pada kulit, asidosis metabolik.

 Riwayat kesehatan dahulu

Biasanya pasien dengan GGK, memili riwayat hipertensi.

 Riwayat kesehatan keluarga

GGK bukan merupakan penyakit keturunan, hanya tergantung pada pola hidup individu
itu sendiri.

PEMERIKSAAN FISIK

 Aktivitas/Istirahat

Gejala : Kelelahan ekstrem, kelemahan,malaise. Gangguan tidur (insomnia/gelisah


atau somnolen)

Tanda : Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak.

 Sirkulasi

Gejala : Riwayat hipertensi lama atau berat

Palpitasi : Nyeri dada (angina)

Tanda : Hipertensi ; DVJ, nadi kuat, edema jaringan umum dan pitting pada kaki,
telapak, tangan.
Disritmia jantung. Nadi lemah halus, hipertensi ortostatik menunjukkan hipovolemia,
yang jarang pada panyakit tahap akhir. Friction rub pericardial (respons terhadap
akumulasi sisa). Pucat;kulit coklat kehijauan, kuning. Kecenderungan perdarahan.

 Integritas Ego

Gejala : Faktor stres, contoh finansial, hubungan, dan sebagainya Perasaan tak
berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan

Tanda : menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan kepribadian.

 Eliminasi

Gejala : Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (gagal tahap lanjut). Abdomen
kembung, diare, atau konstipasi.

Tanda : Perubahan warna urine, contoh kuning pekat, merah, coklat, berawan.
Oliguria, dapat menjadi anuria.

 Makanan/Cairan

Gejala : Peningkatan berat badan cepat (edema), penurunan berat badan (malnutrisi)
Anoreksia. Nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa metalik tak sedap pada mulut (pernapasan
amonia). Penggunaan diuretic

Tanda : distensi abdomen/asites, pembesaran hati (tahap akhir) Perubahan turgor


kulit/kelembaban. Edema (umum, tergantung). Ulserasi gusi, perdarahan gusi/lidah.
Penurunan otot, penurunan lemak subkutan, penampilan tak bertenaga.

 Neurosensori

Gejala : sakit kepala, penglihatan kabur.

Tanda : gangguan status mental, contoh penurunan lapang perhatian.

 Nyeri/Kenyamanan

Gejala : Nyeri panggul, sakit kepala;kram otot/nyeri kaki (memburuk saat malam hari)

Tanda : Perilaku berhati-hati/distraksi,gelisah

 Pernapasan
Gejala : Napas pendek; dispneanoktural paroksismal; batuk dengan/tanpa sputum
kental dan banyak

Tanda : Takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi/kedalaman (pernapasan kussmaul),


Batuk produktif dengan sputum merah muda encer (edema paru)

Pola Kebutuhan Dasar Manusia, Menurut Gordon

1. Pola persepsi-pemeliharaan kesehatan

Biasanya pasien dengan GGK mempunyai persepsi yang kurang baik terhadap
kesehatannya. Dan biasanya pasien mengalami nyeri bersifat hilang timbul, lemah,
mual dan terdapat udema.

2. Pola-aktivitas latihan

Biasanya pasien dengan GGK, mengalami gangguan aktivitas, karena adanya


kelemahan otot.

3. Pola nutrisi metabolic

Biasanya pasien dengan GGK, mengalami gangguan pada pola nutrisi, yaitu mual,
muntah, anoreksia yang disertai penurunan berat badan.

4. Pola eliminasi

Biasanya pasien dengan GGK, mengalami gangguan pada eliminasi, mis : oliguria,
diare/konstipasi, dan perut kambung.

5. Pola tidur – istirahat

Biasanya padien dengan GGK, mengalami pola tidur.

6. Pola kognitif – perceptual

Biasanya pasien dengan GGK, memiliki komunikasi yang baik dengan orang lain,
pendengaran dan penglihatan baik dan tidak menggunakan alat bantu.

7. Pola toleransi – koping stress

Biasanya pasien dengan GGK, dapat menerima keadaan penyakitnya.

8. Persepsi diri / konsep diri


Biasanya pasien dengan GGK, tidak mengalami gangguan konsep diri.

9. Pola seksual – reproduksi

Biasanya pasien dengan GGK, mengalami gangguan pada pola ini, sehubungan dengan
kelemahan tubuh.

10. Pola hubungan dan peran

Biasanya pasien dengan GGK, memiliki komunikasi dengan keluarga, perawat, dokter,
dan lingkungan sekitar.

11. Pola nilai dan keyakinan

Biasanya pasien dengan GGK, tidak mengalami gangguan dalam pola nilai dan
kayakinan
DIAGNOSA KEPERAWATAN PADA PASIEN CKD
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan perubahan membrane alveolar-kapiler atau
ventilasi-perfusi
NOC NIC
Setelah diberikan tindakan Manajemen jalan nafas:
keperawatan, klien menunjukkan status 1. Buka jalan nafas (gunakan teknik chin
respirasi: pertukaran gas yang lift atau jaw thrust bila klien tidak
adekuat dengan indikator: sadar)
1. Status mental sesuai yang 2. Pasang oral atau nasofaringeal
diharapkan airway.
2. Kemudahan bernafas 3. Monitor status hemodinamik.
3. Tidak ada dispnea pada saat 4. Dukung nafas dalam dan lambat,
istirahat ganti posisi dan batuk.
4. Tidak ada dispnea pada saat 5. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya
aktivitas daerah yang menurun atau tidak ada
5. Tidak ada kelelahan ventilasi dan adanya suara paru
6. Tidak ada sianosis abnormal.
7. Tidak ada somnolen 6. Ajarkan klien bagaimana
8. PaO2 dalam batas normal menggunakan inhaler.
9. PaCO2 dalam batas normal 7. Kolaborasi untuk terapi nebulasi
10. pH arteri dalam batas normal ultrasonic.
11. Saturasi O2 dalam batas normal 8. Atur posisi untuk mengurangi
12. Rontgen dada sesuai yang dispnea.
diharapkan 9. Posisikan klien untuk ventilasi yang
maksimum.
Keterangan skala: 10. Lakukan fisioterapi dada.
1: Tidak pernah menunjukkan 11. Beri humidifikasi udara atau O2.
2: Jarang menunjukkan 12. Monitor status respirasi dan
3: kadang-kadang menunjukkan oksigenasi.
4: Sering menunjukkan 13. Identifikasi klien: membutuhkan
5: Selalu menunjukkan insersi jalan nafas (actual/potensial)
14. Beri bronkodilator (sesuai program
terapi)
15. Bantu klien memakai spirometri
insentif.
16. Lakukan suction
17. Atur intake cairan untuk optimalisasi
keseimbangan cairan.
18. Kolaborasi pemberian terapi aerosol.

Monitor respirasi:
1. Monitor ritme, irama, kedalaman dan
usaha respirasi.
2. Catat pergerakan dada, penggunaan
otot respirasi, retraksi otot interkostal
dan supraklavikula.
3. Monitor bunyi gaduh saat bernafas
(crackles, ronki)
4. Monitor pola nafas: takipnea, apnea
5. Palpasi kemungkinan adanya
pembesaran paru.
6. Kaji kebutuhan suction bila pada
asukultasi terdengar bunyi crackles
dan ronki.
7. Gunakan resusitasi jika perlu.

Terapi oksigen:
1. Bersihkan secret pada hidung, oral
dan trakea.
2. Menjaga jalan nafas tetap terbuka.
3. Pasang peralatan oksigen dan beri
humidifier.
4. Berikan suplai oksigen pada klien.
5. Monitor aliran oksigen.
6. Monitor posisi peralatan oksigen.
7. Observasi tanda hipoventilasi.
8. Monitor tanda keracunan oksigen dan
absorbs atelektasis.

2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi


NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan Fluid Management :
keperawatan, klien dapat 1. Monitor BB tiap hari
mencapai keseimbangan cairan 2. Ukur peningkatan BB
dengan indikator: 3. Pertahankan catatan intake dan output
1. Vital sign dalam batas cairan selama 24 jam, balance cairan
normal 4. Pasang DC bila perlu
2. Rata-rata tekanan arteri 5. Monitor status hidrasi (membrane mukosa,
dalam batas normal nadi, tekanan darah ortostatik)
3. Tekanan vena sentral dalam 6. Monitor hasil laboratorium yang
batas normal berhubungan dengan retensi cairan
4. Tekanan paru dalam batas 7. Monitor status hemodinamik
normal 8. Monitor Vital sign
5. Nadi perifer teraba 9. Monitor indikasi overload cairan (edema,
6. Tidak ada hipotensi asites)
ortostatik 10. Kaji lokasi edema
7. Keseimbangan intake dan 11. Kelola terapi intravena
output 24 jam 12. Monitor status nutrisi
8. Tidak ada suara nafas 13. Kelola pemberian diuretic (kolaborasi)
tambahan 14. Monitor respon klien selama terapi cairan
9. Berat badan stabil
10. Tidak ada asites Fluid Monitoring :
11. Tidak ada distensi vena 1. Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake
jugularis cairan dan eliminasi
12. Tidak ada edema perifer 2. Tentukan kemungkinan factor resiko dari
13. Kelembaban kulit dalam ketidak seimbangan cairan (hipertermi,
batas normal terapi diuretic, kelainan renal, diaphoresis,
14. Membrane mukosa lembab disfungsi hati, gagal jantung, dll)
15. Elektrolit serum dalam batas 3. Monitor Berat Badan
normal 4. Monitor serum dan elektrolit urine
16. Nilai hematokrit dalam batas 5. Monitor serum dan osmolalitas urine
normal 6. Monitor BP<HR dan RR
17. Berat jenis urin dalam batas 7. Onitor tekanan darah orthostatic dan
normal perubahan irama jantung
8. Monitor parameter hemodinamik invasive
Keterangan : 9. Catat secara akurat intake dan output cairan
1 : Extremely compromised 10. Monitor membrane mukosa dan turgor
2 : Substantially compromised kulit, serta rasa haus
3 : Moderately compromised 11. Catat monitor warna dan jumlah urin
4 : Mildly compromised 12. Monitor adanya distensi leher, ronchi,
5 : Not compromised edema perifer dan penambahan BB
13. Monitor tanda dan gejala edema
14. Beri cairan sesuai keperluan
15. Beri obat yang dapat meningkatkan output
cairan
16. Lakukan hemodialisis bila perlu dan catat
respon pasien

3. Mual berhubungan dengan peningkatan motilitas GI sekunder thd gangguan biokimia


: uremia
NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan Nausea Management :
keperawatan diharapkan pasien 1. Kaji penyebab nausea/mual (missal medikasi
dapat mengontrol mual, dengan dan prosedur)
indicator : 2. Monitor pengalaman mual pasien
1. Mengenal onset mual 3. Ajarkan klien makan sedikit tapi sering
2. Menunjukkan factor 4. Anjurkan klien makan saat makanan masih
penyebab mual hangat
3. Mengenal rangsangan 5. Evaluasi pengaruh mual terhadap kualitas
presipitasi hidup pasien
4. Gunakan ukuran 6. Pastikan keefektifan pemberian antiemetic
pencegahan 7. Kontrol factor lingkungan yang dapat
5. Menggunakan catatan harian menyebabkan mual
untuk monitor gejala 8. Kurangi/batasi factor personal yang
6. Menghindari factor merupakan pencetus mual
penyebab 9. Identifikasi strategi yang baik untuk
7. Menghindari bau yang mengatasi mual
merangsang 10. Ajarkan tehnik nonfarmakologi untuk
8. Menggunakan antiemetic memanage mual (missal biofeedback,
sesuai anjuran hypnosis, relaksasi, guide imagery, distraksi,
akupresure, terapi music)
9. Melaporkan gagalnya 11. Tingkatkan istirahat dan tidur untuk
pengobatan antiemetic menfasilitasi pengurangan mual
10. Melaporkan efek samping 12. Lakukan oral hygiene untuk meningkatkan
dari antiemetic kenyamanan dan mengurangi mual
11. Melaporkan mual dan 13. Anjurkan makan tinggi karbohidrat dan
muntah yang rendah lemak
teratasi/terkontrol 14. Monitor catatan intake
15. Monitor uremia dalam darah
Keterangan : 16. Jelaskan tentang mual, penyebab dan
1 : tidak pernah menunjukkan bagaimana itu terjadi
2 : jarang menunjukkan 17. Monitor pengaruh manajemen nausea
3 : kadang-kadang menunjukkan terhadap pasien
4 : sering menunjukkan
5 : menunjukkan secara
konsisten

Appetite :
1. Ada keinginan untuk makan
2. Membutuhkan/
menginginkan makanan
3. Menikmatai makanan
4. Dapat mencicipi makanan
5. Ada laporan peningkatan
energy untuk makan
6. Intake makanan adekuat
7. Intake cairan adekuat
8. Ada rangsangan untuk
makan

Keterangan :
1 : Severely compromised
2 : Substantially compromised
3 : Moderately compromised
4 : Mildly compromised
5 : Not compromised

4. Ketidakseimbangan nutrusi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan factor


biologis
NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi:
keperawatan, klien dapat 1. Kaji adanya alergi makanan
mencapai status nutrisi yang
adekuat dengan indikator:
1. Berat badan dalam rentang 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
normal menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
2. Tidak ada tanda-tanda dibutuhkan klien.
malnutrisi 3. Berikan makanan yang terpilih (sudah
3. Intake nutrisi adekuat dikonsultasikan dengan ahli gizi)
4. Intake cairan adekuat 4. Ajarkan klien bagaimana membuat catatan
makanan harian.
Keterangan skala: 5. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori.
1: Sangat berat 6. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi.
2: Berat 7. Kaji kemampuan klien untuk mendapatkan
3: Sedang nutrisi yang dibutuhkan.
4: Ringan
5: Tidak ada Monitoring Nutrisi:
1. Monitor adanya penurunan berat badan.
2. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa
dilakukan.
3. Monitor lingkungan selama makan.
4. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak
selama jam makan.
5. Monitor turgor kulit.
6. Monitor mual dan muntah.
7. Monitor kadar albumin, total protein, Hb dan
kadar hematokrit.
8. Kaji makanan kesukaan.
9. Monitor adanya pucat, kemerahan dan
kekeringan jaringan konjungtiva.
10. Monitor kalori dan intake nutrisi.

5. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot


NOC NIC
Tingkat mobilitas Positioning
Setelah dilakukan intervensi 1. Posisikan klien sesuai dengan body
keperawatan selama 3x24 jam, alignment
klien dapat mencapai tingkat 2. Dorong latihan ROM aktif
mobilitas berupa : 3. Instruksikan klien bagaimana penggunaan
1. Keseimbangan tubuh body mekanik yang benar saat
2. Dapat memposisikan tubuh beraktivitas.
sendiri 4. Ganti posisi tiap dua jam.
3. Gerakan otot : mandiri/pasif 5. Posisikan untuk meringankan dispnea
4. Gerakan sendi : aktif/pasif (semifowler)
5. Berpindah :
dependen/bantuan alat/ Terapi Aktivitas : Mobilitas Sendi
bantuan 1. Tentukan hambatan pergerakan sendi dan
orang.independen(targetkan) efeknya terhadap fungsi.
6. Ambulasi berjalan : 2. Kolaborasi dengan terapis fisik dalam
dependen/bantuan mengembangkan danmenentukan program
latihan
alat/bantuan orang 3. Jelaskan kepada pasien atau keluarga
independen (targetkan) tujuan dan rencana dari latihan sendi
7. Ambulasi dengan kursi roda : 4. Lindungi pasien dari trauma selama
dependen/bantuan latihan
alat/bantuan 5. Berikan pasien posisi badan yang optimal
orang/independen (targetkan) untuk pergerakan pasif atau aktif.
6. Berikan latiha ROM pasif atau ROM aktif
jika memungkinkan
7. Latih pasien dan keluarga bagaimana cara
melakukan ROM aktif dan pasif.
8. Dukung pergerakan sendi secara teratur
dengan membatasi nyeri dan mobilitas
sendi.
9. Berikan reinforcement positif dalam
melakukan latihan sendiri.

6. Defisit perawatan diri : mandi berhubungan dengan kelemahan


NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan a. Bathing
keperawatan diharapkan pasien - Bantu pasien mandi, dan mencuci
mampu membersihkan tubuhnya rambut
secara mandiri (self-care : - Bantu pasien dalam perianal care
bathing), dengan criteria : - Monitor kondisi kulit saat mandi
- Kemampuan masuk dan - Monitor kemampuan fungsional saat
keluar kamar mandi mandi
- Mengambil perlengkapan b. Self-care assistance : bathing/hygiene
mandi - Pertimbangkan budaya pasien dalam
- Kemampuan menjangkau meningkatkan aktifitas perawatan diri
sumber air - Pertimbangkan usia pasien dalam
- Kemampuan membasuh peningkatan aktifitas perawatan diri
wajah - Sediakan perlengkapan mandi
- Kemampuan membasuh - Fasilitasi kegiatan sikat gigi dan mandi
tubuh bagian atas - Monitor kebersihan tubuh
- Kemampuan membasuh - Monitor integritas kulit
tubuh bagian bawah - Anjurkan pasien/keluarga berpartisipasi
- Kemampuan dalam kegiatan rutinitas pasien
membersihkan area
perianal
Keterangan :
1 : Severely compromised
2 : Substantially compromised
3 : Moderately compromised
4 : Mildly compromised
5 : Not compromised

7. Defisit perawatan diri : toileting berhubungan dengan kelemahan


NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan Self care assintance : toileting
keperawatan diharapkan pasien - Pertimbangkan budaya pasien dalam
mampu melakukan aktivitas meningkatkan aktifitas perawatan diri
toileting secara mandiri (self- - Pertimbangkan usia pasien dalam
care : toileting), dengan criteria : peningkatan aktifitas perawatan diri
- Kemampuan masuk dan - Lepaskan pakaian yang menghalangi pasien
keluar toilet untuk eliminasi
- Pengosongan kandung - Bantu pasien untuk toileting
kencing - Pertimbangkan/jaga privacy pasien
- Pengosongan bowel - Fasilitasi kebersihan toilet setelah eliminasi
- Membersihkan diri setelah - Atur jadwal toileting sesuai kebutuhan
BAK - Anjurkan pasien untuk toileting rutin
- Membersihkan diri setelah - Sediakan alat bantu toileting
BAB - Monitor integritas kulit pasien
- Kemampuan trurun dari
toilet
- Kemampuan melepaskan
pakaian sebelum toileting
- Kemampuan mengenakan
pakaian setelah toileting
Keterangan :
1 : Severely compromised
2 : Substantially compromised
3 : Moderately compromised
4 : Mildly compromised
5 : Not compromised

8. Resiko kerusakan intergritas kulit berhubungan dengan perubahan turgor kulit


NOC NIC
Selama perawatan di rumah Massage :
sakit, infeksi tidak terjadi dengan 1. Kaji kontraindikasi seperti adanya luka
menggunakan Kontrol resiko, atau lesi, trombositopenia, inflamasi,
indicator : tumor.
1. Pengetahuan tentang 2. Pilih area yang akan di massage.
resiko 3. Cuci tangan dengan air hangat.
2. Memonitor factor resiko 4. Siapkan ruangan yang hangat , nyaman
dari lingkungan dan privasi.
3. Memonitor factor resiko 5. Gunakan lotion atau minyak untuk
dari factor personal mengurangi friksi pada kulit.
4. Mengembangkan strategi 6. Massage area yang ditentukan
control resiko yang (punggung, tangan, kaki).
efektif. 7. Evaluasi dan catat hasil tindakan dari
5. Mengatur strategi massage.
pengontrolan resiko
seperti yang dibutuhkan. Pencegahan luka tekan :
6. Melaksanakan strategi 1. Gunakan instrument untuk mengkaji
control resiko yang factor resiko pada klien seperti Braden
dipilih. Scale.
7. Menghindari paparan 2. Catat berat badan dan perubahan dari
yang bisa menyebabkan berat badan.
infeksi. 3. Catat kondisi dari kulit.
8. MEngenali perubahan 4. Monitor adanya tanda kemerahan yang
status kesehatan. tertutup.
9. Memonitor perubahan 5. Ubah posisi tiap 1-2 jam.
status kesehatan 6. Ubah posisi secara hati-hati agar tidak
trauma.
Keterangan Skala : 7. Pertahankan sprei tetap bersih, kering
1: tidak pernah menunjukkan dan bebas kerutan.
2: jarang menunjukkan 8. Pasang sprei dengan kencang.
3: kadang-kadang menunjukkan 9. Gunakan tipe “donat” untuk areal sacral.
4: sering menunjukkan 10. Jangan gunakan air panas saat
5: selalu menunjukkan memandikan.
11. Monitor sumber area yang beresiko
Selama perawatan di rumah untuk tertekan atau luka.
sakit, kerusakan integritas kulit 12. Gunakan pelindung siku dan tumit
tidak terjadi dengan integritas seperti bantal.
jaringan : kulit dan membrane
mukosa, indicator :
1. Suhu kulit
2. Sensasi kulit
3. Elastisitas kulit
4. Hidrasi kulit
5. Tekstur kulit
6. Perfusi jaringan
7. Intagritas kulit
8. Lesi kulit
9. Eritema
Keterangan skala :
1:sangat tampak
2:tampak
3:tampak sedang
4:tampak ringan
5:tidak tampak
.

9. Keputusasaan berhubungan dengan penurunan kondisi fisiologis


NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan Hope Inspiration :
keperawatan diharapkan pasien 1. Anjurkan pasien untuk mengidentifikasi
tidak mengalami putus ada harapan dalam hidup
dengan indicator : 2. Tunjukkan harapan dengan mengenalkan
Hope : factor instrinsik pasien dan pandangan
pasien tentang penyakitnya
1. Mengekpresikan harapan 3. Kaji mekanisme koping yang dapat
masa depan yang positif dilakukan pasien
2. Mengekpresikan iman 4. Ajarkan pengenalan realita dengan
3. Mengekspresikan keinginan melakukan surve situasi dan membuat
untuk hidup rencana
4. Mengekpresikan alas an 5. Anjurkan pasien untuk membuat tujuan
untuk hidup sebagai objek harapan
5. Mengekpresikan arti hidup 6. Bantu pasien daam menggali spiritual
6. Mengekspresikan optimism diri
7. Mengekspresikan 7. Fasilitasi pasien mengungkapkan
kepercayaan dalam diri pengalaman pribadi
pasien 8. Anjurkan pasien untuk menjalin
8. Mengekpresikan hubungan dengan orang lain
kepercayaan pada orang lain 9. Ajarkan pada keluarga tentang aspek
9. Mengekspresikan positif dari harapan
kedamaian dalam diri 10. Beri pasien dan keluarga kesempatan
10. Mengekspresikan kepekaan untuk memberikan dukungan
pengendalian diri 11. Ciptakan lingkungan yang memfasilitasi
11. Menunjukkan semangat pasien melakukan agamanya
untuk hidup

Keterangan :
1 : tidak pernah menunjukkan
2 : jarang menunjukkan
3 : kadang-kadang
menunjukkan
4 : sering menunjukkan
5 : menunjukkan secara
konsisten

10. Kurang pengetahuan tentang hemodialisa berhubungan dengan kurang pajanan


informasi
NOC NIC
Setelah diberikan penjelasan (1-3 Pengetahuan: Ajarkan proses penyakit
kali) klien memperoleh 1. Kaji pengetahuan klien tentang proses
pengetahuan: proses penyakit, penyakit.
dengan indikator: 2. Jelaskan patofisiologi penyakit.
1. Mendeskripsikan proses 3. Jelaskan tanda dan gejala penyakit.
penyakit spesifik 4. Terangkan proses penyakit.
2. Mendeskripsikan faktor yang 5. Identifikasi proses kemungkinan penyebab.
berkontribusi dan penyebab 6. Berikan informasi tentang kondisi klien.
3. Mendeskripsikan faktor 7. Hindari memberi harapan palsu.
risiko
4. Mendeskripsikan efek 8. Berikan informasi kemajuan klien pada klien
penyakit dan keluarga.
5. Mendeskripsikan tanda dan 9. Diskusikan perubahan gaya hidup untuk
gejala mencegah komplikasi di masa depan.
6. Mendeskripsikan perjalanan 10. Terangkan rasional tindakan.
penyakit 11. Terangkan tanda dan gejala apa yang harus
7. Mendeskripsikan tindakan dilaporkan ke tenaga kesehatan.
untuk menurunkan 12. Jelaskan cara mencegah atau meminimalkan
progresifisitas efek samping penyakit.
8. Mendeskripsikan komplikasi
9. Mendeskripsikan tanda dan Pengetahuan: Ajarkan terapi hemodialisa
gejala dari komplikasi 1. Jelaskan klien untuk mengenal prosedur dan
penatalaksanaan hemodialisa
Keterangan skala: 2. Informasikan efek samping dari hemodialisa
1: pengetahuan tidak ada 3. Identifikasi efek samping hemodialisa
2: pengetahuan terbatas 4. Jelaskan cara mengatasi efek samping
3: pengetahuan sedang hemodialisa
4: pengetahuan baik 5. Berikan informasi tertulis tentang
5: pengetahuan sangat baik penatalaksanaan dan efek samping dari
hemodialisa

11. Cemas berhubungan dengan krisis situasional : Hemodialisa


NOC NIC
Selama 1x24 jam perawatan di Penurunan kecemasan:
rumah sakit akan tercapai kontrol 1. Tenangkan klien.
cemas dengan indikator: 2. Jelaskan tentang penatalaksanaan, prosedur
1. Monitor intensitas dan efek samping dari Hemmosialisa
kecemasan 3. Berusaha memahami keadaan klien.
2. Menyingkirkan tanda 4. Berikan informasi tentang diagnose,
kecemasan prognosis dan tindakan.
3. Menurunkan stimulus 5. Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada
lingkungan ketika cemas tingkat kecemasan (takikardi, takipnea,
4. Mencari informasi untuk ekspresi cemas non verbal).
menurunkan cemas 6. Gunakan pendekatan dan sentuhan,
5. Merencanakan strategi verbalisasi untuk meyakinkan klien tidak
koping sendiri.
6. Menggunakan strategi 7. Temani klien untuk mendukung keamanan
koping yang efektif dan menurunkan rasa takut.
7. Menggunakan teknik 8. Dukung penggunaan mekanisme defensive
relaksasi untuk menurunkan dengan cara yang tepat.
kecemasan 9. Instruksikan klien untuk menggunakan
8. Melaporkan penurunan teknik relaksasi.
durasi dari episode cemas 10. Kurangi rangsangan yang berlebihan dengan
9. Melaporkan peningkatan mneyediakan lingkungan yang tenang,
rentang waktu antara episode kontak yang terbatas dengan orang lain.
cemas
10. Melaporkan pemenuhan Manajemen lingkungan:
kebutuhan tidur adekuat
11. Melaporkan tidak adanya 1. Ciptakan lingkungan yang nyaman untuk
manifestasi fisik dari klien.
kecemasan 2. Identifikasi kebutuhan akan kenyamanan
12. Tidak ada manifestasi klien berdasarkan pada level fungsi fisik.
perilaku kecemasan 3. Kurangi stimulus lingkungan.
Keterangan skala: 4. Atur suhu ruangan di sekitar klien.
1: tidak pernah dilakukan 5. Kontrol dan cegah penambahan
2: jarang dilakukan suara/kebisingan.
3: kadang dilakuan 6. Batasi pengunjung.
4: sering dilakukan 7. Gunakan pengharum ruangan.
5: selalu dilakukan 8. Tempatkan bunga di ruangan.
9. Manipulasi pencahayaan.
Selama 1x24 jam perawatan di
rumah sakit klien menggunakan
koping dengan indikator:
1. Menunjukkan fleksibilitas
peran
2. Pertentangan masalah
3. Memanej masalah
4. Mengkespresikan perasaan
dan kebebasan emosional
5. Menunjukkan strategi untuk
memanajemen masalah
6. Menggunakan strategi
penurunan stress
7. Mempunyai perencanaan
pada kondisi kegawatan
8. Menggunakan support sosial

Keterangan skala:
1: tidak pernah menunjukkan
2: jarang menunjukkan
3: kadang menunjukkan
4: sering menunjukkan
5: selalu menunjukkan

12. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive


NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan Kontrol infeksi
perawatan diharapkan pasien tidak 1. Bersihkan lingkungan secara tepat setelah
terjadi infeksi selama perawatan, digunakan oleh pasien.
dengan indicator : 2. Memonitor TTV.
Status imun 3. Ganti infus setiap 3x24 jam, NGT
1. Status gastro intestinal seminggu sekali (bila terpasang).
dalam rentang yang 4. Batasi jumlah pengunjung.
diharapkan. 5. Ajarkan cuci tangan untuk menjaga
2. Status respiratori dalam kesehatan individu.
rentang yang diharapkan.
3. Status genitourinary dalam 6. Gunkan sabun antimicrobial untuk cuci
rentang yang diharapkan. tangan.
4. Suhu badan dalam rentang 7. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
yang diharapkan. dengan pasien.
5. Integritas kulit utuh. 8. Lakukan universal precautions
6. Antibodi titer dalam batas 9. Gunakan sarung tangan steril.
normal. 10. Lakukan perawatan aspetik pada semua
7. Lekosit dalam batas normal. jalur IV.
8. Hitung jenis lekosit dalam 11. Kolaborasi rencana pemeriksaan urine
batas normal. midstream (urin pancar tengah).
9. Infeksi berulang tidak 12. Kolaborasi pemberian terapi antibiotic.
terjadi.
10. Kehilangan berat badan Proteksi terhadap infeksi
tidak terjadi. 1. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik
11. Mukosa utuh. dan local.
12. Fatigue kronik tidak ada. 2. Monitor kerentanan terhadap infeksi.
3. Monitor hitung granulosit, WBC.
Pengetahuan : manajemen 4. Saring pengunjung terhadap penyakit
infeksi menular (penunggu 1-2 orang).
1. Keluarga/pasien 5. Pertahankan tehnik aspesis pada pasien
menerangkan cara-cara yang beresiko.
penyebaran. 6. Pertahankan tehnik isolasi k/p.
2. Keluarga/pasien 7. Inspeksi kulit dan membran mukosa
menerangkan factor-faktor terhadap kemerahan, panas dan drainase.
yang berkontribusi dengan 8. Dorong masukan nutriasi cukup (TKTP).
penyebaran. 9. Dorong istirahat.
3. Keluarga/pasien 10. Dorong peningkatan mobilitas dan latihan.
menjelaskan tanda-tanda 11. Kolaborasi pemberian antibiotic.
dan gejala. 12. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan
4. Keluarga/pasien gejala infeksi.
menjelaskan aktivitas yang 13. Ajarkan cara menghindari infeksi.
dapat meningkatkan 14. Batasi buah segar, sayuran dan merica pada
re3sistensi terhadap infeksi pasien netropenia.
15. Laporkan kecurigaan infeksi.
16. Laporkan kultur positif.
PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Ruangan :C Tanggal Pengkajian : 20 Februari 2019

Kamar : Kamar 11 Waktu Pengkajian : 12.30 WIB

Auto Anamnese :

A. IDENTIFIKASI
1. Klien
Nama : Tn. S
Tempat / Tgl lahir : 04/01/1952 ( 67 tahun)
Jenis kelamin : Laki-laki
Status perkawinan : Kawin
Jumlah anak : 3 orang
Agama/suku : Kristen Protestan/Batak
Warga negara : Indonesia
Bahasa yang digunakan : Indonesia
Pendidikan : S2
Pekerjaan : Pensiunan
Alamat rumah : Jln. Tebet Barat Dalam IX No. 26 Jakarta Selatan
2. PENANGGUNG JAWAB
Nama : Ny. S
Alamat : Jln. Tebet Barat Dalam IX No. 26 Jakarta Selatan
Hubungan dengan klien : Istri

B. DATA MEDIK
I. Dikirim oleh : Instalasi Rawat Jalan (IRJ)
II. Diagnosa Medik :
- Saat masuk : Nefrolitiasis
Saat pengkajian : Nefrolitiasis

C. KEADAAN UMUM
I. Keadaan sakit : Pasien tampak sakit sedang
Alasan : terbaring lemah.
- Posisi tubuh : Supinasi

Keluhan utama : Nyeri


Riwayat keluhan utama : Pasien yang ditemani oleh istrnya datang ke
rumah sakit melalui intalasi rawat jalan dan selanjutnya di kirim ke ruangan C
Rumah Sakit PGI Cikini. Saat dilakukan pengkajian pasien mengeluh nyeri.
Nyeri yang dirasakan oleh pasien sudah dirasakan sejak 2 minggu yang lalu.
Pada awalnya nyeri yang dirasakan hanya di bagian abdomen sebelah kiri tapi
kemudian menyebar sampai kebagian belakang. Nyeri yang dirasakan pasien
seperti ditusuk-tusuk dan hilang timbul dan bisa juga sampai 10 menit dengan
skala nyeri 6 (0-10). Pasien juga mengatakan 1 minggu yang lalu sempat kolik
di daerah kandung kemih. Pasien mengatakan untuk menghilangkan kolik
tersebut pasien meminum Buskopan 10 mg.
Keluhan yang menyertai : Selain itu juga pasien

II. TANDA – TANDA VITAL


a. Kesadaran
- Kualitatif : Compos Mentis
- Kuantitatif :
Skala Coma Gaslow Jumlah
Respon motorik :6
15
Respon bicara :5
Respon membuka mata: 4
Kesimpulan : pasien dalam keadaan kesadaran penuh
- Flapping tremor / asterixis : negatif

b. Tekanan Darah :120 / 70 mmHg


MAP : 86,6 mmHg
Kesimpulan : Perfusi darah kejaringan normal
c. Suhu :36,3 0c
d. Nadi : 90 x/menit
e. SpO2 : 98%
f. Pernapasan : Frekuensi 20 x/ menit
Irama : Teratur
Jenis : Dada

III. Pengukuran
a. Lingkar lengan atas : 29,5 cm
b. Lipat kulit trisep : 5 mm
c. Tinggi badan : 154 cm
d. Berat badan pre HD : 78,3 kg
e. Berat badan kering : Observasi
f. BB Post HD lalu : 75 kg
g. I.M.T : 31,62
h. Kesimpulan : Pasien memiliki Berat badan yang tidak sesuai
indeks massa tubuh normal ( obesitas )
IV. Genogram
\

Keterangan :

: Laki-laki : Klien

: Perempuan

: Meninggal

: Tinggal Serumah

Kesimpulan : Pasien merupakan anak ke 2 dari 4 bersaudara. Pasien sudah memiliki riwayat
DM dari tahun 2009 dan Ayah dari pasien tersebut memiliki riwayat DM juga.
D. Pengkajian Pola Kesehatan
1. Kajian persepsi kesehatan-pemeliharaan kesehatan
Riwayat penyakit yang pernah di alami :

Kapan Catatan
Diabetes Melitus 2009 Pasien mengatakan
memiliki luka diabetes
dan selalu melakukan
perawatan dirumah
sakit.

a. Data Subjektif
o Keadaan sebelum sakit : Pasien mengatakan sebelum sakit, pasien
biasanya mengontrol kesehatannya ke puskesmas terdekat.
o Keadaan setelah sakit : Pasien mengatakan sejak sakit, ia rutin untuk
datang ke RS setiap 3 kali dalam seminggu untuk melakukan Hemodialisa
dan percaya dengan segala pelayanan kesehatan yang telah diberikan.

b. Data Objektif
o Observasi
- Kebersihan rambut : bersih, tidak ada parasit (kutu), rambut
telah beruban
- Kulit kepala : tidak berminyak , tidak berketombe,
tidak ada lesi ataupun bekas operasi dikepala.
- Kebersihan kulit : bersih
- Higiene rongga mulut : bersih
- Kebersihan genitalia : tidak dikaji
- Kebersihan anus : tidak dikaji
- Tanda / scar vaksinasi : BCG, Cacar
V. Kajian Nutrisi Metabolik
a. Data Subjektif
o Keadaan sebelum sakit :
Klien mengatakan sebelum sakit klien makan 3 x sehari , dengan menu
makan pagi berupa nasi, sayur, ikan, tergantung apa yang dimakan saat
itu . menu makan siang dan malam nasi, ikan, dan sayur. Klien minum
±1500ml perhari.
o Keadaan setelah sakit :
Pasien mengatakan setelah sakit makan 3 x sehari , dengan menu pagi
roti, siang makan nasi, ikan dan sayur porsi makan di habiskan. Minum
air putih sehari ± 600ml dan pada saat pagi pasien minum susu.

b. Data Objektif
o Observasi
o Pemeriksaan fisik
- Keadaan rambut : Rambut sudah beruban
- Hidrasi kulit : Kulit elastis
- Palpebrae : Tidak gelap
- Sclera : Anicterik
- Hidung : Simetris
- Rongga mulut : Kotor , berkaries
- Gigi geligi : Ada gigi lubang , gigi kuning
- Kemampuam mengunyah keras : Kurang baik
- Lidah : Simetris
- Pharings : Tidak ada pembengkakan
- Kelenjar getah bening leher : Tidak ada kelainan
- Kelenjar parotis : Tidak ada kelainan
- Abdomen
 Inspeksi
Bentuk : Datar
Bayangan vena : Tidak ada
Benjolan vena : Tidak terlihat
 Auskultasi
Peristaltik : 7x / menit
 Palpasi
Tanda nyeri umum : Tidak ada
Massa : Tidak ada
Hidrasi kulit : Kurang elastis
Nyeri tekan : Tidak ada
 Perkusi : Tidak kembung
Ascites : Negatif

- Kelenjar linfa inguinal :


- Kulit

 Spider navi : Negatif


 Uremik forst : Negatif
 Edema : Negatif
 Icterik : Negatif
 Tanda – tanda radang
- Lesi : Tidak ada

VI. Kajian Pola Eliminasi


a. Data Subjektif
o Keadaan sebelum sakit : Klien mengatakan sebelum sakit klien
BAB tidak menentu , biasanya 1 minggu 2 kali tergantung juga
pada makanan yang dimakan , BAK kira – kira 5 – 6 kali / hari

o Keadaan setelah sakit : Klien mengatakan setelah sakit dan saat


akan melakukan hemodialisa klien belum pernah BAB . BAK
sudah jarang karena produksi urine yang menurun.

b. Data Objektif
o Pemeriksaan fisik
- Peristaltik usus : 7 x.menit
- Palapasi suorapubika :-
- Nyeri ketuk ginjal : +/+

IV. KAJIAN POLA AKTIVITAS DAN LATIHAN


a) Data subjektif
o Keadaan sebelum sakit :
Klien mengatakan sebelum sakit aktivitas pasien seperti membuat kue
tradisional untuk di jual dikiosnya.

o Keadaan setelah sakit :


Klien mengatakan setelah sakit dan memiliki luka dikaki kiri, klien
mengatakan semua aktivitas dibantu oleh keluarga dan perawat kecuali
makan.

b) Data objektif
o Observasi :
Klien terlihat hanya bisa tidur dan duduk di atas tempat tidur, ADL
dibantu oleh keluarga dan perawat. Klien tampak lemah, klien terlihat ada
luka insisi post operasi pada kaki sebelah kiri. Ukuran luka panjang 15
cm, warna sekitar luka pucat, dan ada exudat tetapi hanya sedikit.

o Aktivitas harian :
1) Makan : Mandiri
2) Mandi : Bantuan keluarga
3) Berpakaian : Bantuan orang/keluarga
4) Kerapian : Bantuan orang/keluarga
5) Buang air besar : Bantuan orang/keluarga
6) Buang air kecil : Bantuan orang/keluarga
7) Mobilisasi tempat tidur : Bantuan orang/keluarga
8) Ambulasi : Kursi roda

o Postur tubuh :
1) Gaya jalan : -
2) Anggota gerak yang cacat : kaki kiri dikarenakan ada gangren
3) Fiksasi : tidak ada
4) Trakeostomie : tidak ada
o Pemeriksaan fisik
1) JVP : 5 + 2 cm H2O
Kesimpulan :
2) Perfusi darah perifer kuku : <3 detik
3) Thorax dan pernapasan :
1. Inspeksi :
Bentuk thorax : Simetris
Stridor : Negatif
Dypnea d’efford : Negatif
Sianosis : Negatif
2. Palpasi : Volkal fremitus
3. Perkusi :
Batas paru-hepar : ICS 5 mid clavicula dextra

4. Auskultasi : Suara napas : vesikular

Suara ucapan : normal

Suara tambahan : tidak ada


4) Jantung
1. Inspeksi : ictus cordis : tidak terlihat
Klien menggunakan alat pacu jantung : Negatif
2. Palpasi : ictus cordis teraba
Thrill : negatif
3. Perkusi :
Batas atas jantung : ICS II
Batas kanan jantung : ICS IV Mid clavicula dextra
Batas kiri jantung : ICS V Mid axila sinixtra
4. Auskultasi : Bunyi jantung II A : Normal

Bunyi jantung II P : Normal


Bunyi jantung I T : Normal
Bunyi jantung I M : Normal
Bunyi jantung ke III irama galoop : tidak di kaji
Mumur : Negatif
5) Lengan dan tungkai :
Atrofi otot : Negatif
Mati sendi : tidak ada
Kaku sendi : tidak ada
Uji kekuatan otot :
5 5

5 4

Refleks fisiologik : tidak dikaji


Refleks patologik : babinski, kiri : Tidak dikaji
Kanan : Negatif
Clubing jari-jari : Negatif
Verices tungkai : Negatif
Columna veterbralis : tidak ada kelainan
Inspeksi : kelainan bentuk : tidak ada kelainan
Palpasi : nyeri tekan : Negatif
N.III - IV – VI : Bola mata simetris, respon cahaya (+), otot-
otot wajah tidak ada kekakuan
N.VIII Romberg test : tidak dikaji
N.XI : -
Kaku kuduk : Negatif

V. KAJIAN POLA TIDUR DAN ISTIRAHAT


a. Data subjektif
o Keadaan sebelum sakit :
Klien mengatakan sebelum sakit pasien tidur malam selama 7 jam, dari
jam 10 malam dan bangun jam 5 pagi.

o Keadaan setelah sakit :


Klien mengatakan sering istirahat, tapi sering terbangun. Tidur malam dari
pukul 8 – 5 pagi.

b. Data objektif.
o Observasi :
Ekspresi wajah mengantuk : Negatif
Banyak menguap : Negatif
Palpebrae inferior berwarna gelap : Negatif
VI. KAJIAN POLA PERSEPSI KOGNITIF
a. Data subjektif
o Keadaan sebelum sakit :
Klien mengatakan bahwa dia tidak ingin mendapatkan sakit penyakit.
o Keadaan setelah sakit :
Klien mengatakan bahwa tetap menerima sakit yang diderita.

b. Data objektif
o Observasi : Klien terlihat tetap tenang dalam menunggu proses
hemodialisa.

o Pemeriksaan fisik
 Penglihatan :
Kornea : Bersih dan transparan
Visus : Tidak dikaji
Pupil : Mengecil saat terkena cahaya
Lensa mata : Normal
Tekanan inta ocular : Tidak dikaji
 Pendengaran
Pina : Simetris, tidak ada kelainan
Canalis : Bersih
Membran tympani : terlihat saat dikaji
Tes pendengaran : Normal, baik telinga kiri dan kanan masih
berfungsi dengan baik
 Pengenalan rasa posisi pada pergerakan lengan dan tungkai :

NI : Normal, lubang hidung kanan dan kiri masih


dapat membedakan bau
N II : Lapang pandang pasien normal
N V Sensorik : Mandibula dan maxilla normal atas dan bawah,
mandibular dan maxilla masih bisa merasakan sentuhan
N VII Sensorik : Pasien dapat membedakan rasa
N VIII pendengaran : Normal, baik kiri maupun kanan masih berfungsi
dengan baik
VII. KAJIAN POLA PERSEPSI DAN KONSEP DIRI.
a. Data subjektif
o Keadaan sebelum sakit :
Klien mengatakan sebelum sakit tidak merasa terbeban dalam menjalani
hidupnya. Klien positif memandang dirinya sendiri.
o Keadaan setelah sakit :
Setelah sakit klien mengatakan menerima keadaan sakitnya.

b. Data objektif
o Observasi :
Kontak mata : Baik
Rentang penglihatan : Baik
Suara dan cara bicara : Suara cukup terdengar kuat, cara bicara tenang
Postur tubuh : Badan klien gemuk
o Pemeriksaan fisik :
Kelainan bawaan yang nyata : tidak ada
Abdomen : bentuk : datar
Bayangan vena : tidak terlihat
Benjolan massa : tidak ada
Kulit : lesi kulit : tidak ada
Penggunaan protesa : tidak ada

VIII. KAJIAN POLA PERAN DAN HUBUNGAN DENGAN SESAMA


a. Data subjektif
o Keadaan sebelum sakit :
Klien mengatakan memiliki hubungan baik dengan keluarga dan orang-orang
di sekitar lingkungan yang ia tinggal.

o Keadaan setelah sakit :


Klien mengatakan setelah sakit klien masih memiliki hubungan yang baik
dengan anak-anaknya dan cucu. Begitu juga dengan perawat yang ada
diruangan.

b. Data objektif
o Observasi :
Terlihat klien berkomunikasi baik dengan anaknya dan berbincang-bincang
dengan perawat yang ada diruangan hemodialisa.
IX. KAJIAN POLA REPRODUKSI – SEKSUALITAS
a. Data subjektif
o Keadaan sebelum sakit :
Klien mengatakan sudah menopause.

o Keadaan setelah sakit : klien mengatakan sudah menopause.

X. KAJIAN POLA MEKANISME KOPING DAN TOLERANSI TERHADAP STRESS


a. Data subjektif
o Keadaan sebelum sakit :
Klien mengatakan sebelum sakit setiap ada masalah selalu berdoa untuk
menenangkan diri.

o Keadaan setelah sakit :


Klien mengatakan menerima keadaan sakit tidak menyalahkan siapapun dan
menjalaninya dengan baik proses hemodialisa di Rumah sakit.

b. Data objektif
o Observasi :
o Pemeriksaan fisik
Tekanan darah :Berbaring : 120/80 mmHg
Duduk : 120/80 mmHg
Berdiri : -
Kesimpulan : hipotensi ortostatik : negatif
HR : tidak dikaji
Kulit : keringat dingin : negatif
Basah : negatif
XI. KAJIAN POLA SISTEM NILAI KEPERCAYAAN
a. Data subjektif
o Keadaan sebelum sakit:
Klien mengatakan sebelum sakit aktif beribadah. Saat terkena penyakit CKD
dan adanya luka dikaki klien sudah jarang pergi ibadah beribadah.
o Keadaan setelah sakit :
Klien mengatakan sudah jarang beribadah tetapi kadang berdoa.

b. Data objektif
o Observasi :
Klien tidak terlihat berdoa saat memulai proses hemodialisa.
KLASIFIKASI DATA

DATA SUBJEKTIF (DS) DATA OBJEKTIF (DO)


- Pasien mengeluh kedua kakinya - Odema
bengkak sehari sebelum datang ke - Hasil lab terlampir
ruang hemodialisa Ureum : 46.6
- Klien mengatakan merasa nyeri Kreatinin : 8.02
dikaki kiri yang terdapat luka HB : 10.3
- Klien mengatakan sulit untuk HT : 34
berjalan karena ada luka dikaki kiri - BB Post Hd yang lalu : 75 kg
- Klien mengatakan aktivitas dibantu BB Pre Hd : 78.3 kg
keluarga - Wajah tampak meringis
- Klien mengatakan aktivitas rutin - P: Nyeri pada luka
(Menjual kue) terhambat karena Q: Nyeri dirasakan seperti ditusuk-
adanya luka pada kaki sebelah kiri tusuk
R: kaki sebelah kiri
S: 5 dari (0-10)
T: Nyeri dirasakan hilang timbul
- TTV:
TD: 120/70 mmHg
N : 90 x /Menit
R : 20 x /Menit
SB: 36.3 C
SPO2: 98%
- Keadaan umum pasien tampak
sedang
- Kesadaran Compos Mentis
- GCS: A4, V5, M6 ,= 15
- Terdapat luka dikaki kiri pasien
- ADL tampak dibantu
- Klien berpindah tempat/ambulasi
dibantu keluarga
ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1 DS : Pasien mengeluh kedua GFR turun Kelebihan Volume
kakinya bengkak sehari sebelum Cairan
datang ke ruang hemodialisa Aktivasi RAA
DO :
- Odema Renin meningkat
- Hasil lab terlampir
Ureum : 46.6 Aktivasi ADH
Kreatinin : 8.02
HB : 10.3 Volume cairan
HT : 34 meningkat
- BB Post Hd yang lalu :
75 kg Edema ekstremitas
BB Pre Hd : 78.3 kg
Kelebihan volume cairan
2 DS: Komplikasi Vaskuler Nyeri akut
- Klien mengatakan
merasa nyeri dikaki kiri Makrovaskuler
yang terdapat luka
Ektremitas
DO:
- Wajah tampak meringis Ulkus
- P: Nyeri pada luka
Q: Nyeri dirasakan Nyeri
seperti ditusuk-tusuk
R: kaki sebelah kiri
S: 5 dari (0-10)
T: Nyeri dirasakan
hilang timbul
- TTV:
TD: 120/70 mmHg
N : 90 x /Menit
R : 20 x /Menit
SB: 36.3 C
SPO2: 98%
3 DS : Gangguan penyembuhan Intoleransi Aktivitas
- Klien mengatakan sulit luka
untuk berjalan karena
ada luka dikaki kiri Nekrosis
- Klien mengatakan
aktivitas dibantu Pembedahan
keluarga
Intoleransi aktivitas
- Klien mengatakan
aktivitas rutin (Menjual
kue) terhambat karena
adanya luka pada kaki
sebelah kiri

DO :
- Keadaan umum pasien
tampak sedang
- Kesadaran Compos
Mentis
- GCS: A4, V5, M6 ,= 15
- Terdapat luka dikaki kiri
pasien
- ADL tampak dibantu
- Klien berpindah
tempat/ambulasi dibantu
keluarga
PRIORITAS MASALAH

1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan mekanisme pengaturan melemah


2. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya ganggrein pada kaki sebelah kiri
Diagnosa Tujuan dan Kriteria
No Intervensi Rasional
Keperawatan Hasil
1. Kelebihan volume NIC:
NOC:
cairan Fluid Management:
Fluid balance
berhubungan 1. Monitor tanda- tanda
Tujuan : 1. Keadaan umum pasien
dengan vital klien
Setelah dilakukan dapat diketahui
mekanisme tindakan keperawatan
pengaturan selama 3 x 4 jam
melemah kelebihan volume 2. Monitor status hidrasi 2. Status hidrasi kulit,
cairan teratasi dengan (kelembaban membran menunjang adanya
kriteria: mukosa, TD ortostatik, kelebihan cairan dalam
1. Tekanan darah tubuh
dan keadekuatan dinding
2. Nilai nadi radial dan
nadi)
perifer
3. MAP
3. Monitor hasil 3.Adanya perubahan dari
4. CVP
laboratorium yang hasil pemeriksaan ureum,
5. Keseimbangan
menunjang. kreatinin, elektrolit serta
intake dan output
osmolaritas menunjukan
dalam 24 jam
adanya kelebihan volume
6. Kestabilan berat
cairan tubuh.
badan
7. Serum elektrolit 4.Intake dan Output yang
8. Hematokrit 4. Pertahankan intake dan
seimbang mampu
9. Asites output cairan secara meminimalkan adanya
10. Edema perifer akurat penumpukan cairan.

5. Batasi intake cairan pada 5. Pembatasan cairan akan


pasien. menentukan berat badan
tubuh ideal, respon terhadap
terapi yang diberikan dan
pemasukan cairan yang
berlebihan dapat
menyebabkan terjadinya
penumpukan cairan.

6. Kolaborasi dalam 6.Pemberian Diuretik untuk


pemberian diuretik memobilisasi cairan edema,
sehingga volume cairan
ekstrasel kembali normal
Nyeri akut
berhubungan NOC : NIC :
2 dengan agen injury Pain Control Pain Management
Setelah dilakukan 1. Observasi tanda-tanda 1. Adanya perubahan tanda-
asuhan selama 1x4 jam, vital pasien tanda vital dapat terpantau.
nyeri teratasi dengan
kriteria hasil: 2. Tentukan Karakteristik 2. Dengan mengetahui
1. Kenali karakteristik nyeri secara menyeluruh karakteristik nyeri secara
nyeri ( Kuantitas, kualitas menyeluruh dapat
2. Jelaskan faktor memudahkan penentuan
nyeri, skala nyeri, lokasi,
penyebab nyeri intervensi yang akan
durasi)
3. Gunakan obat diberikan.
analgesik dan non 3. Berikan terapi 3.Teknik relaksasi terapi
analgesik sesuai (nonfarmakologi) seperti nonfarmakologi mampu
instruksi teknik relaksasi Tarik mengalihkan perhatian dari
4. Laporkan nyeri nafas dalam untuk rasa nyeri.
yang terkontrol meringankan nyeri.

4. Kontrol faktor 4.Faktor lingkungan sangat


lingkungan yang mempengaruhi, dari
mungkin menyebabkan temperature ruangan,
pencahayaan dan suara.
respon ketidaknyamanan
klien (misalnya
temperature ruangan,
pencahayaan, suara).

Intoleransi
aktivitas NIC:
3 NOC:
berhubungan Activity Therapy
Activity Tolerance 1.Menentukan sejauh mana
dengan kelemahan 1. Observasi adanya
Tujuan kemampuan klien dalam
fisik
Setelah dilakukan pembatasan klien dalam beraktivitas.
keperawatan selama 3 x melakukan aktivitas.
4 jam jam pasien
bertoleransi terhadap 2. Monitor akan adanya 2.Kelemahan fisik mampu
aktivitas kelelahan fisik secara menjadi penyebab adanya
Kriteria hasil: intoleransi dalam
berlebihan
1. Nadi saat aktivitas beraktivitas
2. RR saat aktivitas 3. Bantu klien untuk
3. Tekanan darah 3. Identifikasi aktivitas
mengidentifikasi
sistol dan diastol yang mampu dilakukan
aktivitas yang mampu
saat istirahat secara mandiri
dilakukan
4. Mampu melakukan
aktivitas sehari-hari 4. Bantu untuk 4.Membantu dalam
(ADLs) secara mendapatkan alat aktivitas dan meminimalkan
mandiri bantuan aktivitas seperti resiko jatuh.
kursi roda, krek.

5. Fasilitasi klien dalam 5.Aktivitas secara bertahap


dilakukan untuk
keterlibatan kegiatan
mengurangi intoleransi
senam rutin di ruangan
dalam beraktivitas.
hemodialisa.
HARI
NO. DIAGNOSA TANGGAL/ IMPLEMENTASI EVALUASI TTD
JAM
Nyeri akut RABU,
berhubungan 06/02-2019
dengan agen injury (09.00) Pain Management
1. Mengobservasi tanda-tanda vital pasien
Hasil:

2. Menentukan dampak nyeri terhadap kualitas


hidup klien (misalnya tidur, nafsu makan,
aktivitas, kognitif, suasana hati, hubungan,
kinerja kerja, dan tanggung jawab peran).
Hasil:
Pasien mengatakan nyeri yang diasakan
berdampak pada aktivitasnya
1 3. Memilih dan menerapkan berbagai cara
(nonfarmakologi) untuk meringankan nyeri.
Hasil:
- Pasien diajarkan teknik pengontrolan
nyeri (teknik relaksasi napas dalam)
dilakukan dengan cara menarik napas
melalui hidung dan menghembuskan
napas melalui mulut, sebanyak tiga kali
- Pasien memperhatikan penjelasan
perawat (Astried)

4. Mengontrol faktor lingkungan yang


mungkin menyebabkan respon
ketidaknyamanan klien (misalnya
temperature ruangan, pencahayaan, suara).
Hasil: ????

Kelebihan volume NIC:


cairan berhubungan Fluid Management:
dengan mekanisme 1. Memonitor status hidrasi (kelembaban
pengaturan membrane mukosa, TD ortostatik, dan
melemah keadekuatan dinding nadi)
Hasil:
CRT: < 3 detik
TD :
N :

2. Memonitor status hemodinamik (CVP,


MAP, PAP, dan PCWP) jika tersedia.
2 Hasil:

3. Memonitor hasil laboratorium yang


berhubungan dengan retensi cairan
(peningkatan kegawatan spesifik,
peningkatan BUN, penurunan hematokrit,
dan peningkatan osmolalitas urin)
Hasil:
- Hasil Lab terlampir
4. Mempertahankan intake dan output secara
akurat
Hasil:
-
5. Membatasi intake cairan pada hiponatremi
dilusi dengan serum Na dengan jumlah
kurang dari 130 mEq/L
Hasil:

6. Berkolaborasi dalam pemberian diuretic


Hasil:

Intoleransi aktivitas NIC:


berhubungan Activity Therapy
dengan adanya 1. Mengobservasi adanya pembatasan klien
gangrein pada kaki dalam melakukan aktivitas.
sebelah kiri Hasil:

2. Memonitor pasien akan adanya kelelahan


fisik dan emosi secara berlebihan
Hasil:

3. Membantu klien untuk mengidentifikasi


3 aktivitas yang mampu dilakukan
Hasil:
- ADL dibantu kecuali makan dan
minum.

4. Membantu klien untuk mendapatkan alat


bantuan aktivitas seperti kursi roda/walker
Hasil:
- Mobilisasi klien dibantu menggunakan
kursi roda
5. Fasilitasi klien dalam keterlibatan kegiatan
senam rutin di ruangan hemodialisa
Hasil:
- Klien terlibat dalam kegiatan senam
rutin
- Klien tampak hanya menggunakan kaki
sebelah kanan saat kegiatan senam rutin
BAB IV
PEMBAHASAN

Gagal Ginjal Akut (GGA) atau Chronic Kidney Disease dapat terjadi karena adanya
penyakit penyerta seperti Hipertensi, Diabetes mellitus, dan gaya hidup yang tidak sehat seperti
yang telah dijelaskan di tijauan teoritis. Pada pasien kelolaan Ny.T memiliki riwayat penyakit
Diabetes Mellitus dari tahun 2009 dan mengonsumsi obat rutin. pasien juga memiliki riwayat
gagal ginjal kronik dari tahun 2014 dan sedang dalam program Hemodialisa (HD).

Pasien datang ke ruang hemodialisa dengan keluhan yaitu bengkak di bagian ektremitas
bagian bawah dan disertai juga nyeri di ekstremitas bagian kiri dan juga pasien dalam melakukan
aktivitasnya selalu dibantu oleh anaknya ataupun keluarga yang lain. Sehingga dalam penetuan
masalah keperawatan, kelompok mengakat masalah kelebihan volume cairan, nyeri, dan juga
intoleransi aktivitas.

Kelompok melalukukan intervensi keperawatan pada Ny. T selama 3 hari dikarenakan


pasien melakukan cuci darah seminggu sebanyak 3 kali. Pasien masuk ke ruang hemodialisa
dengan keadaan sakit sedang dan terbaring di tempat tidur dengan posisi semi fowler dan
ditangannya terpasang AV Fistula di sebelah kanan. Pasien dilakukan hemodialisa selama 4 jam
dengan total volume sebnyak 4000 ml.

BAB V

PENUTUP
5.1 KESIMPULAN

CKD (Cronik Kidney Disease) adalah kelainan ginjal berupa kelainan struktural atau fungsional
yang di manifestasikan oleh kelainan patologi atau petanda kerusakan ginjal secara laboratorik
atau kelainan pada pemeriksaan radiologi dengan atau tanpa penurunan fungsi ginjal yang
berlangsung > 3 bulan.

Manifestasi klinik antara lain : hipertensi, (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivitas sistem
renin-angiotensin-aldosteron), gagal jantung kongestif dan udem pulmoner (akibat cairan
berlebihan) dan perikarditis (akibat iritasi pada lapisan perikardial oleh toksik, pruritis,
anoreksia, mual, muntah, dan cegukan, kedutan otot, kejang, perubahan tingkat kesadaran, tidak
mampu berkonsentrasi)

5.2 SARAN

Dengan adanya laporan asuhan keperawatan ini, semoga dapat digunakan sebagai pedoman bagi
tenaga kesehatan khusunya perawat dalam pemberian asuhan keperawatan secara professional
di rumah sakit maupun dipuskesmas maupun dilingkungan pelaksanaan tindakan keperawatan
lainnya. Dan juga sebagai refrensi bagi mahasiswa keperawatan yang akan turun dilahan praktek
seperti di rumah sakait.

Laporan ini masih banyak kekurangan dalam hal penulisan maupun isi. Oleh sebab itu kami
kelompok mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan penyusunan laporan asuhan
keperawatan ini.
DAFTAR PUSTAKA

Angelantino, dkk. 2010. Chronic Kidney Disease and Risk of Major Cardiovaskuler
Disease and non vascular mortality: prospective population based cohort
study. British medical journal. 324, 768

Anggraini, F & Putri, AF. 2016. Pemantauan Intake Output Cairan Pada Pasien
Gagal Ginjal Kronik Dapat Mencegah Overload Cairan. Vo. 19 No.3
pISSN 1410-4490, eISSN 2354-9203

Bulechek, G.M., et al. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC). 6th


Indonesian edn. Elsevier Singapore Pte Ltd.

Center for Disease Control. 2015. National Center for Chronic Disease Prevention
and Health Promotion: Chronic Kidney Disease Initiative

Dermawan. 2012. Proses Keperawatan Penerapan Konsep dan Kerangka Kerja.


Gosyen Publising: Yogyakarta
Deswani. 2009. Proses Keperawatan Berfikir Kritis. Salemba Medika : Jakarta

Firdaus, RB & Jadmiko,AW. 2016,’Upaya Peatalaksanaan Pola Nafas Tidak


Efektif Pada Pasie Chronic Kidney Disease di RSUD dr. Soehadi
Prijonegoro’,Karya Tulis Ilmiah, Uniersitas Muhammadyah Surakarta

Handayani, RS & Rahmawati, E. 2013. Faktor Faktor yang Berhubungan dengan


Kualitas Hidup Pasien Chronic Kidney Disease (CKD) yang Menjalani
Hemodialisis. Jurnal Keperawatan. Volume IX, No. 2. ISSN 1907 – 0357

Husna, C. 2010. Gagal ginjal kronis dan penanganannya: literature review.


Jurnal Keperawatan. Vol. 3 No.2

Hutahean. 2010. Konsep dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media

Mailani, F. 2015. Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani
Hemodialisis: Systematic Review. Ners Jurnal Keperawatan. Vol. 11 No.
1 ISSN 1907-686X

Mary, B, Dayrit, WM & Siswadi, Y. 2009. Seri Asuhan Keperwatan Klien


Gangguan Ginjal. Jakarta: EGC
Moorhead, S., et al. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC). 5th Indonesian
edn. Elsevier Singapore Pte Ltd
Muttaqin, A & Sari, K. 2014. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan.
Jakarta: Salemba Medika

NANDA. 2015. Diagnosis Keperawatan Defisiensi Dan Klasifikasi 2015-2017.


Edk 10. Jakarta: EGC

Nurarif, AH & Kusuma, H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Medication Jogja

Padila. 2012. Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika

Renal Registry. 2014. Konsensus Dialisis Perhimpunan Nefrologi Indonesia.


Jakarta

Robinson, JM. 2013. Professional Guide To Desease Tenth Edition . Philadelphia


: Lippincot William Dan Walker

Setiadi. 2012. Konsep dan Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan Teori dan
Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu

Supratman. 2008. Buku Ajar : Asuhan Keperawatan Sistem Perkemihan.


Universitas Muhammadyah Surakarta

Suharyanto, T & Madjid, A. 2013. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan


Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: CV. Trans Info Media

Sukriswati, I. 2016,‘Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kualitas Hidup Pasien


Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa di RSUD Moewardi
Surakarta’,Skripsi Publikasi Ilmiah, Universitas Muhammadyah Surakarta

WHO. 2014. Chronic Kidney Disease Health Topic dilihat tanggal 29 Januari 2019.
www.WHO.int/en/

Wijaya, AS & Putri, YM. 2013. KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah Keperawatan
Dewasa Teori dan Contoh Asuhan Keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai

  • LENGKAP
    LENGKAP
    Dokumen32 halaman
    LENGKAP
    Anonymous NhoVQxEEc9
    Belum ada peringkat
  • Sucction PDF
    Sucction PDF
    Dokumen119 halaman
    Sucction PDF
    Anonymous NhoVQxEEc9
    Belum ada peringkat
  • Suction 1
    Suction 1
    Dokumen13 halaman
    Suction 1
    Anonymous NhoVQxEEc9
    Belum ada peringkat
  • Diabetes Melitus
    Diabetes Melitus
    Dokumen3 halaman
    Diabetes Melitus
    Anonymous NhoVQxEEc9
    Belum ada peringkat
  • Askep Kelompok Print
    Askep Kelompok Print
    Dokumen85 halaman
    Askep Kelompok Print
    Anonymous NhoVQxEEc9
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen4 halaman
    Bab Iv
    Anonymous NhoVQxEEc9
    Belum ada peringkat
  • 1.1.1 Sop Pendaftaran Rawat Jalan Regis
    1.1.1 Sop Pendaftaran Rawat Jalan Regis
    Dokumen39 halaman
    1.1.1 Sop Pendaftaran Rawat Jalan Regis
    Indah Shofiyah
    Belum ada peringkat
  • Lembar Pendaftaran Ners
    Lembar Pendaftaran Ners
    Dokumen1 halaman
    Lembar Pendaftaran Ners
    Anonymous NhoVQxEEc9
    Belum ada peringkat
  • Suction 1
    Suction 1
    Dokumen13 halaman
    Suction 1
    Anonymous NhoVQxEEc9
    Belum ada peringkat
  • Kuesioner Pengetahuan
    Kuesioner Pengetahuan
    Dokumen2 halaman
    Kuesioner Pengetahuan
    Anonymous NhoVQxEEc9
    Belum ada peringkat
  • Metode Dan Media
    Metode Dan Media
    Dokumen11 halaman
    Metode Dan Media
    galihsatriow
    Belum ada peringkat
  • Asam Basa
    Asam Basa
    Dokumen23 halaman
    Asam Basa
    Anonymous NhoVQxEEc9
    Belum ada peringkat
  • Teori Motivasi
    Teori Motivasi
    Dokumen3 halaman
    Teori Motivasi
    Anonymous NhoVQxEEc9
    Belum ada peringkat
  • Nyeri
    Nyeri
    Dokumen2 halaman
    Nyeri
    Anonymous NhoVQxEEc9
    Belum ada peringkat
  • Askep Kasus
    Askep Kasus
    Dokumen66 halaman
    Askep Kasus
    Anonymous NhoVQxEEc9
    Belum ada peringkat
  • Pathway CKD
    Pathway CKD
    Dokumen2 halaman
    Pathway CKD
    Anonymous NhoVQxEEc9
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan
    Laporan Pendahuluan
    Dokumen28 halaman
    Laporan Pendahuluan
    Anonymous NhoVQxEEc9
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan
    Laporan Pendahuluan
    Dokumen28 halaman
    Laporan Pendahuluan
    Anonymous NhoVQxEEc9
    Belum ada peringkat
  • Askep CKD
    Askep CKD
    Dokumen15 halaman
    Askep CKD
    mandamufa
    33% (3)
  • Hipertensi
    Hipertensi
    Dokumen1 halaman
    Hipertensi
    Anonymous NhoVQxEEc9
    Belum ada peringkat
  • Bab I Keseimbangan Asam Dan Basa
    Bab I Keseimbangan Asam Dan Basa
    Dokumen24 halaman
    Bab I Keseimbangan Asam Dan Basa
    Deby Rizkika Putri
    Belum ada peringkat
  • Diabetes Melitus
    Diabetes Melitus
    Dokumen3 halaman
    Diabetes Melitus
    Anonymous NhoVQxEEc9
    Belum ada peringkat
  • Bagian Sel Hewan Yang Tidak Ditemukan Pada Sel Tumbuhan
    Bagian Sel Hewan Yang Tidak Ditemukan Pada Sel Tumbuhan
    Dokumen3 halaman
    Bagian Sel Hewan Yang Tidak Ditemukan Pada Sel Tumbuhan
    Anonymous NhoVQxEEc9
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Mata Risma Fix
    Jurnal Mata Risma Fix
    Dokumen11 halaman
    Jurnal Mata Risma Fix
    Nurfarahin Mustafa
    Belum ada peringkat
  • Diabetes Melitus
    Diabetes Melitus
    Dokumen3 halaman
    Diabetes Melitus
    Anonymous NhoVQxEEc9
    Belum ada peringkat
  • Diabetes Melitus
    Diabetes Melitus
    Dokumen3 halaman
    Diabetes Melitus
    Anonymous NhoVQxEEc9
    Belum ada peringkat
  • Ikhaa
    Ikhaa
    Dokumen5 halaman
    Ikhaa
    Anonymous NhoVQxEEc9
    Belum ada peringkat