Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN TUTORIAL 11

BLOK XI
SISTEM ENDOKRIN DAN GASTROINTSTINAL
SKENARIO 2 PERTEMUAN 1 DAN 2

Disusun Oleh :
KELOMPOK 11
NUR RAHMA WIDIYAWATI (20130320006)
MIRANTI PRIMADANI (20150320022)
SUANAH (20150320023)
RISKA UMAMI (20150320043)
WILDA LESTARI (20150320057)
NADYA LESTARI (20150320081)
YOLA NANDA PUTRI (20150320084)
AGUNG LESMANA (20150320100)
BAYU AJI FIRMAN MUFLIHIN (20150320113)
NAHDHATUR RUGHAISYIAH (20150320118)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2017
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr. wb.


Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan tutorial skenario 2
pertemuan 1 dan 2 tentang penyakit Hisprung pada Blok 11 “Gastrointestinal dan Endokrin”

Dengan selesainya tugas ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang telah
memberikan masukan kepada kami. Untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih
kepada pihak yang telah mendukung dalam menyusun laporan ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan ini, baik dari materi
maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan pada masa yang akan
datang.

Akhir kata Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan pembaca
pada umumnya

Wassalamualaikum wr.wb.

Yogyakarta, 28 Maret 2017

Penulis
Skenario 2 Pertemuan 1

BLOK XI

Gastrointeritis dan Endokrin

“Bayiku”

Seorang bayi berusia 1 bulan dirawat dibangsal anak. Ibunya mengatakan bahwa
bayinya telah mendapatkan distensi abdomen dan tidak bisa buang air besar sejak 7 hari yang
lalu. Bayi muntah setelah disusui, makan yang buruk, sering menangis dan tidak bisa tidur
dengan baik diwaktu pagi, siang, atau malam hari sejak 3 hari yang lalu.

Barium Enema ditemukan dilatasi dan peningkatan gas di usus kecil dan besar.
Daerah aganglionik di dubur dengan jarak ±1,5 cm dari daerah awal dengan hipoganglionik
di atas. Diagnosa medis adalah hisprung atau megacolon. Dengan demikian, bedah yang
dilakukan satu barel ostomy usus descenden.

Bayi itu melekat dengan tas colostomy. Pada hari ke 3, kulit disekitar stoma tampak
kemerahan, produk stoma. Dia berharap kulit akan semakin baik. Ibu merasa khawatir
tentang kondisi bayinya. Perawat memberikan penkes tentang perawatan ostomy dengan
menggunakan Zink Zalf.

STEP 1 (Klarifikasi Istilah)

1. Barium Enema: pemeriksaan X-ray pada usus besar


2. Aganglionik: tidak adanya sel-sel ganglion
3. Hipoganglionik: sel ganglion sedikit atau rendah
4. Zink Zalf: krim yang digunakan untuk mengobati ruam pada kulit
5. Megacolon: pembesaran pada usus besar yang disebabkan karena adanya sumbatan
feses yang menumpuk
6. Stoma: lubang kolostomi yang muncul dipermukaan abdomen berupa mukosa
kemerahan
7. Kolostomi: sebuah lubang buatan yang dibuat oleh dokter ahli bedah pada dinding
abdomen untuk mengeluarkan feses
8. Distensi abdomen: menggambarkan kejadian yang terjadi ketika ada cairan/gas yang
menyebabkan penumpukan didalam tubuh sehingga pengembungan pada abdomen

STEP 2 (Pertanyaan)

1. Mengapa bayi bisa muntah ketika diberikan ASI?


2. Mengapa bayi tidak bisa mengeluarkan fesesnya?
3. Adakah penanganan lain selain ostomi single barel?
4. Apakah ada hubungannya dengan genetik?
5. Penkes klien terhadap ostomi?
6. Mengapa perawat menggunakan zink zalf pada perawatn ostomi?
7. Apakah jenis kelamin mempengaruhi?
8. Mengapa pada hari ke tiga kulitnya kemerahan dan produk stoma yang
dikeluarkan cair?
9. Apakah ada pengaruh dengan pemberian bedak pada daerah stoma?
10. Apa yang menyebabkan peningkatan gas pada usus bayi?
11. Apa peyebab megacolon?
12. Apakah megacolon bisa disembuhkan?

STEP 3 (Brainstrooming)

1. Mengapa bayi bisa muntah ketika diberikan ASI?


- Karena adanya distensi abdomen
- Karena penuhnya perut
- Karena terdapat reflux (nyeri) lambung
2. Mengapa bayi tidak bisa mengeluarkan fesesnya?
- Karena terjadi kerusakan syaraf pada usus besar
- Karena tidak adanya sel ganglion
- Karena tidak berfungsinya sel ganglion beserat syaraf-syarafnya
3. Adakah penanganan lain selain ostomi singlebarel?
- Ada, yaitu ileostomi
- Pemeriksaan colok anus
4. Apakah ada hubungannya dengan genetik?
- Ada, karena itu merupakan salah satu faktor resiko
5. Penkes klien terhadap ostomi?
- Inteks nutrisi pada bayinya
- Perawatan kolostomi
- Menyarankan orangtua menyadari kelainan congenital pada anak secara
dini
- Menyarankan kepada orangtua untuk memberikan makan yang
mengandung serat dan protein serta air 1 - 2 L perhari
6. Mengapa perawat menggunakan zink zalf pada perawatan ostomi?
- Untuk mengobtai ruam pada sekitar kulit yang kemerahan
- Karena Zink mempunyai peran dalam metabolisme kulit dan jaringan ikat
7. Apakah jenis kelamin mempengaruhi?
- Iya, lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan
8. Mengapa pada hari-3 kulitnya kemerahan dan produk stoma yang
dikeluarkan cair?
- Karena adanya iritasi pada sekitar stoma yang menyebabkan kemerahan
9. Apakah ada pengaruh dengan pemberian bedak pada daerah stoma?
- Ada, karena untuk mengurangi iritasi dikulit
- Mungkin, karena bisa menyamarkan ruam dan iritasi kulit
- Bayi dapat merasa nyaman
- Ada, pengaruh buruk, karena pemberian bedak pada ruam itu kurang baik
10. Apa yang menyebabkan peningkatan gas pada usus bayi?
- Obstruksi di usus
- Tidak adanya sel ganglion pada submukosa
- Karena feses yang menumpuk dapat mengeluarkan gas sehingga gas yang
tertumpuk tidak dapat dikeluarkan
11. Apa peyebab megacolon?
- Tidak adanya flexus meissner dan aurbach
- Belum diketahui secara pasti. Tapi, diketahui sel saraf yang mengelilingi
usus tidak terbentuk dengan sempurna
12. Apakah megacolon bisa disembuhkan?
- Bisa, bila diketahui sedini mungkin dan diberi pengobatan pembedahan

STEP 4 (Analisis Masalah)

1. Mengapa bayi bisa muntah ketika diberikan ASI?

- Karena adanya distensi abdomen yang menyebabkan mual dan muntah


yang tercampur karena adanya obstruksi pada kolon.

- Karena penuhnya perut, saat kekenyangan, jadi tidak bisa menampung


cairan lagi sehingga dikeluarkan lagi atau muntah

- Karena terdapat reflux (nyeri) lambung, karena abnormalitas pergerakan


peristaltic dan tidak adanya sel ganglion. Yang menyebabkan makanan
dikeluarkan lagi

2. Mengapa bayi tidak bisa mengeluarkan fesesnya?

- Karena terjadi kerusakan syaraf pada usus besar. Di usus besar tepatnya di
kolon sigmoideum terjadi masalah berupa syaraf yang abnormal. Karena
dari kerusakan syaraf tersebut yang seharusnya fungsinya untuk
mendorong feses keluar akhirnya tidak bisa. Sehingga feses lama-lama
akan menumpuk dibagian kolon sigmoideum
3. Adakah penanganan lain selain ostomi singlebarel?
- Ada, yaitu ileostomy. Ileostomi adalah prosedure bedah dengan membuka
abdomen bagian usus kecil tepatnya di ileum. Kemudian mengeluarkan
bagian ileum ke luar abdomen.
- Pemeriksaan colok anus bertujuan untuk mengeluarkan feses. Jadi anus
dicolok menggunakan ujung jari tangan yag sudah dibalut dengan sarung
tangan dan ujung jari sudah dilapisi dengan cairan (tertentu) yang dapat
membuat feses keluar.
4. Apakah ada hubungannya dengan genetik?
- Ada, karena itu merupakan salah satu faktor resiko. Jadi orangtua yang
memiliki riwayat penyakit hisprung atau megakolon ini dapat mewariskan
penyakitnya kepada keturunannya nanti.
- Selain itu juga bisa dari anak yang BBLR, karena anak yang BBLR adalah
anak yang lahir sebelum waktunya dilahirkan, jadi ada kemungkinan
pembentukan sel atau syaraf didalam tubuhnya belum berkembang dengan
sempurna.
- Dari faktor lingkungan juga memengaruhi, misalnya selama ibu
mengandung dilingkungan sekitarnya terdapat pabrik yang dapat
memancarkan sinar radiasi.
- Dari anak yang mempunyai kelainan sindrom down juga berpengaruh
besar dalam penyakit hisprung atau megakolon ini.
5. Penkes klien terhadap ostomi?
- Inteks nutrisi pada bayinya. Perlu diberikan nutrisi yang adekuat agar
stoma yang ada di abdomen tetap terjadi pertumbuhan kulit yang baru,
sehingga tidak menyebabkan luka parah
- Perawatan kolostomi perlu dilakukan karena untuk mencegah terjadinya
infeksi dan kebocoran pada akantong kolostomi.
- Menyarankan orangtua untuk menyadari kelainan congenital pada anak
secara dini
6. Mengapa perawat menggunakan zink zalf pada perawatan
ostomi?
- Untuk mengobtai ruam pada sekitar kulit yang kemerahan
- Karena Zink mempunyai peran dalam metabolisme kulit dan jaringan ikat
7. Apakah jenis kelamin mempengaruhi?
- Iya, lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan. Belum
diketahui secara pasti mengapa lebih sering terjadi pada laki-laki daripada
perempuan.
8. Mengapa pada hari-3 kulitnya kemerahan dan produk stoma yang
dikeluarkan cair?
- Karena adanya iritasi pada sekitar stoma yang menyebabkan kemerahan
- Karena didalam perut tepatnya di kolon sigmoideum sudah terjadi
penumpukan feses yang sangat banyak, sehingga mungkin sudah
mengalami kebocoran, dan kebocoran itu dapat keluar melalui stoma, dan
kmungkin karena tidak adanya perawatan yang dilakukan dengan baik.
9. Apakah ada pengaruh dengan pemberian bedak pada daerah
stoma?
- Ada, karena untuk mengurangi iritasi dikulit
- Mungkin, karena bisa menyamarkan ruam dan iritasi kulit
- Bayi dapat merasa nyaman
- Ada pengaruh buruk, karena pemberian bedak pada ruam itu kurang baik,
apalagi bedak diberikan di area abdomen yang setip hari area tersebut
ditutupi oleh baju, sehingga dapat menyebabkan area tersebut lembab dan
dapat membuat iritasi pada kulit stoma
10. Apa yang menyebabkan peningkatan gas pada usus bayi?
- Obstruksi di usus. Karena obstruksi di usus inilah yang dapat membuat gas
diperut meningkat, obstruksi feses tidak dapat dikeluarkan otomatis gas
yang seharusnya dikeluarkan juga tidak dapat dikerluarkan karena
terhalang oleh obstruksi usus
- Tidak adanya sel ganglion pada submukosa juga menjadi pemicu gas
didalam perut menumpuk, karena sel ganglion ini merupakan sel yang
berperan untuk mendorong (bahan-bahan) yang ada didalam abdoemn
untuk dikeluarkan
11. Apa peyebab megacolon?
- Tidak adanya flexus meissner dan aurbach yang tidak dirangsang oleh sel
saraf ganglion sehingga yang menjadi penyebab megacolon itu sendiri
- Belum diketahui secara pasti. Tapi, diketahui sel saraf yang mengelilingi
usus tidak terbentuk dengan sempurna
12. Apakah megacolon bisa disembuhkan?
- Bisa, bila diketahui sedini mungkin dan diberi pengobatan pembedahan.
Tapi kebanyakan kasus megakolon atau hisprung ini berakhir dengan
kematian karena ketidaktahuan orangtua dalam mengetahui penyakit ini

STEP 5 (Learning Objective)

1. Anatomi dan fisiologi usus besar serta pertumbuhan dan perkembangan


embrional

2. Definisi hisprung
3. Klasifikasi hisprung
4. Pathway: a. etiologi
b. Faktor Resiko
c. Manifestasi Klinis
d. Komplikasi
e. Masalah Keperawatan
5. Pemeriksaan Diagnostict
6. Penatalaksanaan (medis dan nonmedis)
7. Perawatan kolostomi
8. EBN (zink)
9. IRK
STEP 6 (Belajar Mandiri)
STEP 7 (Laporan)
1. Anatomi dan fisiologi usus besar serta pertumbuhan dan perkembangan
embrional

ANATOMI

Usus besar atau colon berbentuk tabung muskular berongga dengan panjang sekitar
1,5 m dengan bangunan khas yaitu taenia coli, haustrae, dan appendices epiploicae.
Bagian-bagian usus besar meliputi: sekum, appendix vermiformis, colon ascendens,
colon transversum, colon descendens, colon sigmoideum, rektum dan kanalis analis.

a. Sekum

- Yaitu kantong buntu yang bersambung dengan colon ascendens yang


terletak pada fossa iliaca dextra

- Pada dinding posteromedialnya terdapat valva ileocecalis atau muara


ileum

- Disebelah inferior valva ileocecalis terdapat muara appendix vermiformis

b. Appendix Vermiformis

- Merupakan pipa buntu dengan panjang 3-10 cm yang bentuknya seperti


cacing
- Mesoappendix menggantung appendix vermiformis ke mesenterium ileum

c. Colon Ascendens

- Panjangnya 12-20 cm dari sekum ke flexura coli dextra pada kuadran


kanan atas

- Letaknya retroperitoneal pada sulcus paravertebralis dextra

d. Colon Transversum

- Panjangnya 40-50 cm dari flexura coli dextra sampai flexura coli sinistra
pada kuadran kiri atas

- Paling besar dan paling mobile

- Bagian posteriornya digantung oleh mesocolon transversum

e. Colon Descendens

- Dari flexura coli sinistra sampai colon sigmoideum pada fossa iliaca
sinistra

f. Colon Sigmoideum

- Biasanya berbentuk huruf S, namun juga tergantung pada jumlah isi feses,
dengan panjang 15-50 cm

- Dari colon descendens sampai rektum

- Penggantungnya meocolon sigmoideum

g. Rektum dan Canalis Analis

- Mulai dari batas colon sigmoideum dengan panjang 12 cm

- Bagian yang melebar sebagai ampulla recti

- Canalis analis merupakan bagian terakhir dari tractus digestivus yang


berakhir sebagai anus pada perineum
- Pada dindingnya terdapat m sphincter ani internus da m sphincer ani
externus

FISIOLOGI

Fungsi usus besar yang utama adalah absorbsi air dan elektrolit. Setiap hari colon
mengabsorbsi ±600 ml air. Kapasitas absorbsi usus besar adalah 200 ml/hari, jika
kapasitas ini terlampaui maka akan terjadi diare. Berat akhir feses normal yang
dikeluarkan sekitar 200 gr dengan komposisi yang terdiri dari 75% berupa air dan
sisanya berupa residu makanan yang tidak di absorbsi, bakteri, sel epitel yang
mengelupas dan mineral yang tidak diabsorbsi.

Proses pencernaan makanan yang terjadi di usus besar dilakukan dengan bantuan
bakteri di usus besar. Bakteri ini berfungsi mensintesis vitamin K dan beberapa
vitamin B dan membantu pembusukan beberapa zat makanan seperti protein dan
karbohidrat, serta membentuk berbagai gas (NH3, CO2, H2, H2S, CH4) yang dapat
membantu pembentukan flatus di colon.

ANATOMI EMBRIOLOGI COLON

Dalam perkembangan embrionologis normal, sel-sel neuroenterik bermigrasi dari


krista neural ke saluran gastrointestinal bagian atas kemudian melanjutkan ke arah
distal. Sel-sel saraf pertama sampai di esofagus dalam gestasi minggu ke 5. Sel-sel
saraf sampai ke migdud dan mencapai colon distal dalam minggu ke 12. Migrasi
berlangsung mula-mula ke dalam pleksus auerbach, selanjutnya sel-sel ini menuju ke
dalam pleksus submukosa. Sel-sel krista neural dalam migrasinya dibimbing oleh
berbagai glikoprotein neural atau serabut-serabut saraf yang berkembang lebih awal
daripada sel-sel krista neural.

Secara embriologik, kolon kanan berasal dari usus tengah, sedangkan kolon kiri
berasal dari usus belakang. Lapisan otot longitudinal kolon membentuk tiga buah pita
yang disebut taenia yang berukuran lebih pendek dari kolon itu sendiri. Sehingga
kolon berlipat-lipat dan berbentuk seperti sakulus (kantong kecil) dan biasa disebut
dengan haustrae.

2. Definisi hisprung
- Juga disebut dengan aganglionik megakolon kongenital adalah salah satu
penyebab paling umum dari obstruksi usus neonatal. Merupakan penyakit
dari usus besar berupa gangguan perkembangan dari sistem saraf enterik.
- Suatu bentuk penyumbatan pada usus besar yang terjadi akibat lemahnya
pergerakan usus karena sebagian dari usus besar tidak memiliki saraf yang
mengendalikan kontraksi otot
3. Klasifikasi hisprung
Hisprung dibagi menjadi 2 klasifikasi
1. Tipe kolon spastik
Dipicu oleh makanan, konstipasi berkala atau diare disertai dengan nyeri, sering
tampak lendir pada tinja
2. Tipe yang menyebabkan diare tanpa rasa nyeri dan konstipasi yang relatif
tanpa rasa nyeri.
Menurut letak segmen aganglionik:
1. Megakolon kongenital segmen pendek (bila segmen aganglionik meliputi
rektum sampai sigmoid)
2. Megakolon kongenital segmen panjang (bila segmen aganglionik lebih tinggi
dari sigmoid)
3. Kolon aganglionik total (bila segmen aganglionik mengenai saluran kolon)
4. Kolon aganglionik universal (bila segmen aganglionik meliputi seluruh usus –
pylorus)
4. Pathway: a. etiologi
b. Faktor Resiko
c. Manifestasi Klinis
d. Komplikasi
e. Masalah Keperawatan
Etiologi
Disebabkan aganglionik meissener dan aurbach dalam lapisan dinding usus, mulai
dari sphincter ani internus ke arah proksimal.
Diduga karena faktor genetik sering terjadi pada anak down sindrome, kegagalan sel
neural pada masa embrio pada dinding usus.
Faktor Resiko
- Anak dengan kelainan sindrom down
- Genetik
- Usia
- Jenis kelamin (laki-laki lebih sering terkena hisprung daripada perempuan)
Manifestasi Klinis
a. Periode neonatal
- Pengeluaran mekonium yang terlambat lebih dari 24 jam
- Muntah hijau dan distensi abdomen
b. Anak usia 1-3 tahun
- Gejala klinis yang menojol adalah konstipas kronis dan gizi buruk
- Tidak dapat mengeluarkan BAB
- Konstipasi
- Perut buncit
- Demam dan kelelahan
Komplikasi
Enterokolitis: terjadi karena proses peradangan mukosa kolon dan usus halus.
Semakin mengalami tekanan pada usus maka lumen usus halus makin dipenuhi oleh
eksudat fibrin yang dapat meningkatkan resiko perforasi
Kebocoran Anastomose: pasca operasi dapat disebabkan oleh ketegangan yang
berlebihan pada garis anastomose. Vaskularisasi yang tidak adekuat pada tepi sayatan
usus. Infeksi dan abses sekitar anastomose serta trauma colok dubur
Masalah Keperawatan
- Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
- Gangguan pola eliminasi
- Resiko ketidakseimbangan elektrolit
- Kekurangan volume cairan
- Intoleransi aktivitas
- Gangguan rasa nyaman
- Hipotermia
- Gangguan eliminasi urine

Pathway (1)

Kegagalan migrasi sel Lesi primer Kegagalan reflek


neuroblast sfinkter anal
Aganglion
parasimpatic

Tak ada sel ganglion aurbach


dan meisnerr

Penebalan serabut saraf Hipertropik otot

Hirscprung

Distrupsimotilitas usus
Gangguan pasase gastrointestinal

Proses defekasi abnormal

Penatalaksanaan medis

Pre operatif Post operatif (2)

Gangguan pengeluaran Kegagalan evakuasi


Obstruksi usus akut mekonium dan udara mekonium dan udara

Penurunan motilitas usus


Infeksi pada kolon Perut kembung Distensi abdomen

Akumulasi feses pada colon Muntah warna Ketidakseimbangan


hijau nutrisi kurang dari Penurunan vaskularisasi
kebutuhan tubuh uterus

Gangguan pola
eliminasi
Obstipasi
Hipoksia

Nekrosis
Resiko infeksi Bau busuk
Megacolon
Distensi abdomen Peningkatan suhu Enterokolitis

Hipertermia Diare
Penekanan intra abdomen ke torakal

Suplai O2 ke jaringan tak adekuat Gangguan pola nafas Defisit H2O dan
elektrolit
Letargi/kelelahan
Intoleransi aktivitas
Resiko ketidakseimbangan elektrolit,
Post Operatif Kekurangan volume cairan

Efek anestesi Pembedahan Stenosis Kebocoran Tirah baring


anastomosis

Gangguan defekasi
Perlukaan jaringan
vasodilatasi pembuluh
darah
Merangsang pusat Penurunan aktivitas
kesadaran Abses rongga pelvis

Inkontinensia alvi Penurunan suplay O2


ke kapiler jaringan
Mendeteksi pada
SSP Penyebaran kuman
Vasokonstriksi yang Enterokolitis ke jaringan selular
Penurunan fx organ diikuti pengeluaran
neuromodulator
Peningkatan
Abses intra abdomen metabolisma
Peningkatan suhu
peritonitis anaerob
Medula oblongata

Resiko infeksi
Peningkatan asam
laktat
Dipersepsikan
Sepsis/kematian
Gangguan rasa
Intoleransi
nyaman
aktivitas

Gangguan rasa
nyaman

Penurunan Penurunan sistem Penurunan sistem Penurunan fungsi Penurunan fx


peristaltik usus perkemihan pernapasan hemoregulasi di jantung
hipotalamus

Penurunan TD
Distensi abdomen Gangguan eliminasi Penurunan kapasitas
urine paru Hipotermia

Mual/muntah Suplay darah ke


ginjal menurun
Ketidakefektifan
pola napas
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh Ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer
5. Pemeriksaan Diagnostict
a. Pemeriksaan radiologis (pemeriksaan yang penting pada penyakit
hisprung)
Pada foto polos abdomen dapat dijumpai gambaran obstruksiusus letak
rendah.
b. Pemeriksaan yang merupakan standar dalam menegakkan diagnosa
hisprung adalah barium enema. Dimana akan dijumpai 3 tanda khas:
1. Tampak daerah penyempitan dibagian rektum ke proksimal yang
panjangnya bervariasi
2. Terdapat daerah transisi terlihat diproksimal daerah penyempitan ke arah
dilatasi
3. Terdapat daerah pelebaran lumen dan proksimal transisi
6. Penatalaksanaan (medis dan nonmedis)
MEDIS
a. COLOSTOMI
Pengangkatan segmen aganglionik diikuti dengan anastomose dengan cara
mengeluarkan kotoran kepermukaan abdomen untuk mengalihkan arus tinja
sementara.
b. PULL TROUGH
Prosedure operasi dengan menarik usus melalui anus. Pada neonatus setelah di
kolostomi dapat dioperasi lagi bila BB 9-10 kg
c. WASH OUT
Pemasangan selang kateter kemudian diisi dengan NaCl 0.9% hangat untuk
merangsang peristaltik dan mengeluarkan feses
NONMEDIS
Memberikan edukasi kepada keluarga bagaimana cara melakukan perawatan
kolostomi yang baik dan benar
7. Perawatan kolostomi
Pasien dengan pemasangan kolostomi perlu berbagai penjelasan baik sebelum
maupun setelah operasi terutama tentang perawatan kolostomi bagi pasien yang harus
menggunakan kolostomi permanen.
Tujuan dari perawatan kolostomi adalah sebagai berikut:
1. Menjaga kebersihan pasien sendiri

2. Mencegah terjadinya infeksi

3. Mencegah terjadinya iritasi kulit sekitar stoma

4. Mempertahankan akan kenyamanan pasien dan lingkungannya

Persiapan pasien sebelum dilaksanakannya perawatan kolostomi ini adalah dengan :


 Memberi penjelasan pada pasien tentang tujuan tindakan dari perawatan kolostomi.

 Mengatur posisi tidur pasien (supinasi)

 Mengatur tempat tidur pasien dan lingkungan pasien serta privacy dengan (menutup
gorden jendela, pintu, memasang penyekat tempat tidur), mempersilahkan keluarga
untuk menunggu di luar.Bila pasien akan pulang dan diperlukan untuk belajar
perawatan kolostomi maka keluarga dipersilakan untuk berada di sisi pasien untuk
dapat belajar bagaimana merawat kolostomi bila di rumah

Persiapan alat yang akan digunakan adalah :

1. Kolostomi bag atau cincin tumit, bantalan kapas, kain berlubang, dan kain persegi
empat.

2. Kapas sublimate/kapas basah, NaCl.

3. Kapas kering atau tissue.

4. 1 pasang sarung tangan bersih.

5. Kantong untuk balutan kotor.

6. Baju ruangan / celemek.

7. Bethadine (bila perlu) bila mengalami iritasi.

8. Zink salep.

9. Perlak dan alasnya.

10. Plester dan gunting.

11. Bila perlu obat desinfektan.

12. Bengkok.

13. 1 Set alat ganti balut.


Persiapan pasien adalah dengan :

 Memberitahu pasien.

 Menyiapkan lingkungan pasien.

 Mengatur posisi tidur pasien.

Pelaksanaan dan Prosedur Perawatan dengan :

1. Cuci tangan

2. Gunakan sarung tangan

3. Letakkan perlak dan alasnya di bagian kanan atau kiri pasien sesuai letak stoma

4. Meletakkan bengkok di atas perlak dan didekatkan ke tubuh pasien.

5. Mengobservasi produk stoma (warna, konsistensi, dll).

6. Membuka kantong kolostomi secara hati-hati dengan menggunakan pinset dan tangan
kiri menekan kulit pasien.

7. Meletakan kolostomi bag kotor dalam bengkok.

8. Melakukan observasi terhadap kulit dan stoma.

9. Membersihkan kolostomi dan kulit disekitar kolostomi dengan kapas sublimat / kapas
hangat (air hangat) / NaCl.

10. Mengeringkan kulit sekitar colostomy dengan sangat hati-hati menggunakan kassa
steril.

11. Memberikan zink salep (tipis-tipis) jika terdapat iritasi pada kulit sekitar stoma.

12. Menyesuaikan lubang kolostomy dengan stoma colostomi.

13. Menempelkan kantong kolostomi dengan posisi vertical./.horizontal / miring sesuai


kebutuhan pasien.
14. Memasukkan stoma melalui lubang kantong kolostomi.

15. Merekatkan / memasang kolostomi bag dengan tepat tanpa udara didalamnya.

16. Merapikan klien dan lingkungannya.

17. Membereskan alat-alat dan membuang kotoran.

18. Melepas sarung tangan.

19. Mencuci tangan.

20. Membuat catatan perawatan.

8. IRK

“Sesungguhnya orang yang lebih sering kenyang di dunia, dialah yang akan sering lapar
di hari kiamat nanti”. (HR. Tirmidzi As Silsilah Ash Shohihah, Syaikh Al Albani
mengatakan bahwa hadist ini shoheh).

DAFTAR PUSTAKA

Betz and Sowden,2002,Buku Saku Keperawatan Pediatri(terjemahan),EGC,Jakarta


Gordon et.al,2001,Nursing Diagnoses : Definition & Classification 2001-2002,
Philadelpia USA
Suriadi,Yuliani,2001,Asuhan Keperawatan pada Anak,CV Sagung Seto,Jakarta
Saryono,2002,Hiscprung Disease(Handout materi Kuliah Keperawatan Anak), PSIK
FK UGM Jogjakarta. tidak dipublikasikan

Anda mungkin juga menyukai