Anda di halaman 1dari 4

Tragedi Teluk Buyat

Kasus Teluk Buyat, Sulawesi Utara, mendapatkan rating tertinggi dalam kasus
pencemaran lingkungan hidup di dunia tahun 2004, nyaris menyamai rekor kasus Penyakit
Minamata di Teluk Minamata, Jepang. Tragedi Minamata yang pernah terjadi di Jepang pada
era 1960-an itu seperti terulang di Indonesia. Saat itu, terjadi pencemaran merkuri dalam kadar
yang tinggi di Teluk Minamata, yang berasal dari limbah perusahaan batu baterai dan aki yang
sudah beroperasi disana belasan tahun. Dampaknya adalah, masyarakat sekitar yang
mengonsumsi ikan menderita penyakit gangguan saraf dan kanker, atau yang dikenal dengan
Penyakit Minamata (Minamata Disease).

Penyebab tercemarnya Teluk Buyat adalah pencemaran air laut akibat logam berat
arsen (As) dan merkuri (Hg) yang telah melebihi nilai ambang batas yang ditetapkan. PT
Newmont Minahasa Raya merupakan perusahaan yang dituding sebagai biang keladi
pencemaran ini, karena membuang tailing atau batuan dan tanah sisa ekstraksi bijih emas ke
dasar laut di Teluk Buyat.

Gambar 1. Pantai Teluk Buyat

Tailing merupakan batuan dan tanah yang tersisa dari suatu proses ekstraksi bijih
logam, seperti bijih emas dan bijih tembaga. Tailing dihasilkan dalam jumlah yang luar biasa
besar dari segi volume, mengingat dalam satu ton tanah yang mengandung bijih emas, hanya
terdapat 0,001 ton emas murni. Dapat dibayangkan, akan tersisa 0,999 ton tanah (yang dikenal
sebagai tailing), serta membutuhkan penanganan lanjut setelah kegiatan penambangan
tersebut.

Tailing tidak hanya berisi tanah dan batuan saja, namun juga mengandung unsur-unsur
logam berat lainnya yang tidak ekonomis untuk diekstraksi dari kawasan pertambangan
tersebut, seperti aluminium (Al), antimony (Sb), dan timah (Sn). Sebenarnya logam-logam ini
terdapat dalam jumlah yang sangat terbatas dan rendah dalam tailing. Namun volume tailing
yang sangat besar menjadikan kuantitas yang ada akan cukup besar, serta dapat memberikan
dampak negatif jika dibuang tanpa pengolahan yang tepat sebelumnya.

Selama proses pengekstraksian bijih emas, ditambahkan juga merkuri dan arsen yang
berasal dari bahan kimia. Senyawa arsenik digunakan sebagai bahan tambahan untuk mengikat
emas dengan lebih baik (senyawa amalgam) dalam kadar yang lebih tinggi. Namun setelah
emas terikat pada arsen, dilakukan proses pemanggangan bijih emas yang terikat arsen.

Saat proses pemanggangan, arsen akan terlepas sebagai gas dan terjadi reduksi
konsentrasi arsen dalam bijih tersebut. Proses pengolahan gas buang hasil pemanggangan
dilakukan dengan penyemprotan (scrubbing) pada alat pengendali pencemaran udara wet
scrubber. Air yang berperan sebagai scrubber dalam proses tadi masih membutuhkan
penanganan lebih lanjut sebelum dibuang ke laut bersama sisa tailing yang ada. Senyawa
merkuri juga digunakan sebagai senyawa amalgam untuk emas (membantu pengikatan emas)
dalam tailing yang akan diekstraksi. Tailing yang mengandung bijih emasakan terikat bersama
merkuri. Untuk mengurangi kadar merkuri pada pengolahan tailing tersebut, umumnya
dilakukan pemerasan dengan menggunakan fabric filter.

Merkuri sisa perasan yang tersisa dalam bentuk cair tersebut juga harus diolah lebih
lanjut. Kandungan merkuri dan arsen yang terdapat dalam tailing juga harus diperhatikan,
mengingat recovery percentage dari arsen maupun merkuri tidak akan pernah mencapai 100%.

Teknologi pembuangan tailing ke dasar laut sudah sejak lama ditinggalkan di beberapa
negara maju. Meskipun pembuangan dilakukan pada kedalaman hingga ratusan meter dan
beberapa puluh kilometer dari bibir pantai, namun dampak yang ditimbulkan dapat
memberikan efek negatif pada biota laut, yang akan menimbulkan dampak buruk pula bagi
manusia dan kesehatannya. Hal inilah yang menjadi dasar pertimbangan pembuangan ke dasar
laut sudah ditinggalkan oleh negara-negara maju saat ini.

Sebelum tailing dibuang ke dasar laut, parameter fisika, kimia, dan mikrobiologi air
laut mutlak untuk dipertimbangkan. Namun pembuangan ke laut bukan berarti tidak terdapat
suatu pengolahan pendahuluan untuk tailing. Tailing harus diolah hingga suatu tingkat yang
aman dibuang ke laut sebagai lokasi pembuangan akhir. Oleh karenanya, konsep dalam
pembuangan tailing ke dasar laut adalah melakukan pengolahan pendahuluan (pretreatment )
dengan tujuan untuk meminimalisasi dan imobilisasi logam-logam berat yang terkandung
dalam tailing.
Saat penutupan tambangnya, 31 Agustus 2004, Newmont meninggalkan lebih dari 4
juta ton limbah tailing di dasar teluk Buyat. Sekitar 70 keluarga nelayan kehilangan mata
pencaharian, 80% lebih dari mereka mengalami gangguan kesehatan serius, puluhan anak putus
sekolah, sementara konflik horizontal terjadi berkepanjangan. Akhirnya pemerintah
mengumumkan bahwa Teluk Buyat tercemar akibat limbah tailing tambang PT Newmont.
Namun dengan modal dan kekuasaannya, Newmont, perusahaan tambang emas terkaya
didunia ini berupaya dengan licik memanipulasi informasi dengan mengemukakan fakta-fakta
yang berlawanan dan merugikan masyarakat sekitar.

Hasil penelitian selama Agustus sampai September 2004 memastikan arsen atau arsenik
di Teluk Buyat berasal dari pembuangan tailing PT Newmont Minahasa Raya. Pencemaran
teluk akibat pembuangan tailing di bawah termoklin atau lapisan di perairan dimana terjadi
perubahan suhu yang cepat pada arah kedalaman atau vertikal. Limbah tailing Newmont
dibuang ke pembuangan yang kedalamannya hanya 82 meter dari permukaan perairan. Padahal
sesuai analisa dampak lingkungan, lokasi pembuangan limbah harus sedalam 110 meter di
bawah termoklin. Dampaknya, limbah mencemari biota laut dan lingkungan di sekitar Teluk
Buyat. Empat dari enam sumur milik warga Buyat mengandung arsen sebesar 0,07 mikrogram.
Kandungan ini dinilai lebih dari standar baku mutu air minum sesuai ketetapan Departemen
Kesehatan, yaitu 0,01 mikrogram.

Komentar

Dalam menangani pencemaran limbah B3 di Teluk Buyat ini, ada beberapa hal yang dapat
dilakukan, diantaranya :

1. Dilakukan pemantauan Teluk Buyat oleh pihak PT. Newmont Minahasa Raya dan juga
pemerintah sampai dengan 30 tahun yang akan datang.

2. Masyarakat setempat yang terkena penyakit mempunyai gejala yang sama dengan gejala
yang diakibatkan terpapar oleh arsen, karena itu diperlukan penanganan medis yang lebih
lanjut.

3. Kondisi Teluk Buyat dikategorikan mempunyai risiko tinggi terhadap kesehatan manusia
dengan adanya ikan yang mengandung arsen dan merkuri, maka masyarakat disarankan untuk
mengurangi konsumsi ikan yang berasal dari Teluk Buyat.

4. Perlu dipertimbangkan untuk merelokasi penduduk sekitar Teluk Buyat ke tempat lain.
5. Perlu dilakukan penegakan hukum terhadap pelanggaran peraturan perundangundangan
Lingkungan Hidup yang dilakukan oleh PT. Newmont Minahasa Raya.

6. Kajian hukum tim teknis merekomendasikan pemerintah untuk selanjutnya melarang


pembuangan limbah tambang atau tailing ke laut.

Anda mungkin juga menyukai