Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KULTUR SEKOLAH DAN MUTU PENDIDIKAN

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sosio Antropologi Pendidikan


Dosen Pengampu : Agustina Tri Wijayanti S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh:

Brata Sukma 16504241042

Jujur Prihatin 16504244002

Priten Nugraha 16504244013

Arnafi Kurnia 16504244024

Zio Kenny 16504249001

Kelas: C

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang masih memberikan rahmat
dan karunianya berupa nikmat kesehatan dan kesempatan kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah berjudul Kultur Sekolah dan Mutu Pendidikan. Shalawat serta salam
tidak lupa pula kami kirimkan kepada junjungan alam, yakni Nabi Muhamad SAW yang
telah membawa umatnya dari alam kebodohan ke alam yang berilmu pengetahuan.
Tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada segenap pihak yang telah membantu dalam
proses penyusunan makalah ini, sehingga makalah ini dapat tersusun dengan baik. Kami
menyadari dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, baik dalam penulisan
maupun penyajiannya, maka kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun agar kedepannya lebih baik.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kami khususnya dan pembaca umumnya.

Yogyakarta, 25 Maret 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. 2


DAFTAR ISI............................................................................................................................. 3
BAB I ......................................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................................. 4
B. Rumusan Masalahh ......................................................................................................... 4
C. Tujuan ............................................................................................................................. 5
BAB II ....................................................................................................................................... 6
A. Pengertian Kultur Sekolah .............................................................................................. 6
1. Peran Kultur terdadap Kinerja..................................................................................... 7
2. Peran Kultur Sekolah dalam Membangun Mutu Sekolah ........................................... 7
3. Karakteristik Kultur Sekolah ....................................................................................... 8
B. Unsur-unsur Budaya Sekolah ......................................................................................... 9
1. Klasifikasi budaya sekolah, berdasarkan usaha peningkatan kualitas pendidikan...... 9
2. Klasifikasi budaya sekolah berdasarkan kategori ..................................................... 10
C. Fungsi dan Peran Budaya Sekolah ................................................................................ 10
1. Bernilai Strategis ....................................................................................................... 11
2. Memiliki Daya Ungkit .............................................................................................. 11
3. Berpeluang Sukses .................................................................................................... 11
D. Membangun Kultur dan Masyarakat Sekolah............................................................... 11
1. Etika .......................................................................................................................... 13
2. Kejujuran ................................................................................................................... 14
3. Bertanggung jawab .................................................................................................... 14
4. Menghormati hukum dan peraturan .......................................................................... 14
5. Tepat waktu ............................................................................................................... 14
E. Aplikasi Budaya Sekolah .............................................................................................. 14
1. Budaya akademik ...................................................................................................... 14
2. Budaya non akademik ............................................................................................... 15
BAB III.................................................................................................................................... 17
A. Kesimpulan ................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 18
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan dan budaya (kultur) merupakan satu kesatuan, melalui proses pendidikan
maka terbentuklah budaya. Pendidikan melahirkan sebuah pola pikir, pola kerja, pola
tingkah laku dan kemudian diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga
menjadi kebiasaan yang terpola dan itulah yang disebut budaya. Demikian pula di lembaga
pendidikan seperti sekolah misalnya, pola pikir, pola kerja, pola belajar da pola tingkah laku
warganya yang didasarkan pada nilai-nilai dan norma-norma yang baik dan sesuai, awalnya
dikenalkan, diakui dan diikuti (proses sosialisasi) dan kemudian menginternalisasi atau
mengkulturisasi (melembaga) serta kemudian menjadi pedoman yang membudaya pada
warga sekolah. Demikian pula kebutuhan dan keinginan untuk menjadikan sekolah menjadi
suatu institusi yang berkualitas harus dimulai dari proses sosialisasi pada seluruh warga
sekolah dan setahap demi setahap akan menjadi budaya (kultur) sekolah tersebut.
Peningkatan mutu sekolah dapat sejalan dengan pengembangan kultur sekolah. HAR
(2002) mengungkapkan bahwa antara pendidikan dan kebudayaan terdapat hubungan yang
erat dalam arti kebudayaan berkenaan dengan satu hal yang sama yaitu nilai-nilai. Kultur
sekolah yang baik akan tercermin pula dari core nilai (nilai-nilai dominan) yang
dibudayakan di sekolah tersebut dan nilai-nilai tersebut tercermin dari prilaku warga sekolah
dan kondisi atmosfir akademik yang ada di sekolah tersebut.
Berdasarkan pemahaman kultur yang ada, perlu dipetakan dan dipahamai baik kultur
yang mendukung atau posisi kultur tersebut dalam kaitannya dengan belajar mengajar.
Berdasarkan pemahaman kultur yang ada, perlu dipetakan dan dipahami baik kultur yang
mendukung atau positif terhadap kegiatan belajar mengajar maupun kultur yang
menghambat atau negatif terhadap belajar mengajar. Pemahaman ini dijadikan titik tolak
dalam upaya mengembangkan kultur sekolah yang pro atau mendukung peningkatan mutu
belajar mengajar.

B. Rumusan Masalahh
1. Apa pengertian dari kultur sekolah?
2. Bagaimana peran kultur sekolah dalam membangun mutu sekolah?
3. Bagaimana karakteristik kultur sekolah?
4. Bagaimana membangun dan mengembangkan kultur sekolah?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari kultur sekolah
2. Mengetahui peran kultur sekolah dalam membangun mutu sekolah
3. Mengetahui karakteristik kultur sekolah
4. Mengetahui membangun dan mengembangkan kultur sekolah
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kultur Sekolah


Deal dan kennedy (1999) mendefinisikan Kultur Sekolah sebagai keyakinan
dan nilai-nilai milik bersama yang menjadi pengikat kuat kebersamaan mereka sebagai
warga suatu masyarakat. Jika definisi ini diterapkan di sekolah, sekolah dapat saja
memiliki
sejumlah kultur dengan satu kultur dominan dan sejumlah kultur lainnya sebagai
subordinasi. Sejumlah keyakinan dan nilai disepakati secara luas di sekolah, sejumlah
kelompok memiliki kesepakatan terbatas di kalangan mereka tentang keyakinan dan
nilai-nilai. Keadaaan ini tidak menguntungkan, jika antara nilai-nilai dominan dan nilai-
nilai subordinasi tidak sejalan atau bahkan bertentangan dengan membangun suatu
masyarakat sekolah pro belajar atau membangun sekolah yang bermutu.
Pengertian lain tentang Kultur Sekolah dari Schein (1992), Kultur Sekolah
adalah suatu pola asumsi dasar hasil invensi, penemuan atau pengembangan oleh suatu
kelompok tertentu saat ia belajar mengatasi masalah-masalah yang telah berhasil baik
serta dianggap valid, dan akhirnya diajarkan ke warga baru sebagai cara-cara yang
benar dalam memandang, memikirkan, dan merasakan masalah-masalah tersebut.
Berdasarkan pendapat dari sejumlah pakar maka dapat disimpulkan bahwa Kultur
Sekolah adalah kreasi bersama, dapat dipelajari dan teruji dalam mengatasi kesulitan-
kesulitan.
Selanjutnya Stolp dan Smith (1995) mengungkapkan bahwa kultur sekolah
adalah pola makna yang terdiri atas normanorma, nilai-nilai, kepercayaan, tradisi dan
mitos yang dipahami oleh anggota-anggota dalam komunitas sekolah. Adapun Paterson
(2002) budaya sekolah adalah kumpulan dari normanorma, nilai-nilai, kepercayaan,
ritual-ritual dan seremonial, simbol-simbol dan cerita-cerita yang menghiasi
kepribadian
sekolah.
Dengan demikian, kultur sekolah adalah sekumpulan pola tingkah laku,
kebiasaan, nilai, norma dan iklim kehidupan sekolah, yang dimiliki bersama dari hasil
sebuah proses perjalan yang panjang (investasi) dan membudaya pada para warga
sekolah. Setiap sekolah memiliki keunikan budayanya sendiri-sendiri, yang awalnya
merupakan kreasi bersama dan telah teruji pada saat sekolah menghadapi berbagai
halangan dan kesulitan. Kultur sekolah yang baik akan memengaruhi kepribadian yang
baik pula pada warga sekolah.

1. Peran Kultur terdadap Kinerja


Kultur Sekolah yang diharapkan akan memperbaiki kinerja sekolah, baik
Kepala Sekolah, Guru, Siswa, dan Karyawan maupun pengguna sekolah lainnya,
akan terjadi manakala kualifikasi kultur tersebut bersifat sehat, solid, kuat, positif,
profesional. Ini berarti kultur sekolah menjadi komitmen luas di sekolah, jati diri
sekolah, kepribadian sekolah yang didukung oleh stakeholder-nya. Dengan Kultur
sekolah, suasana kekeluargaan, kolaborasi, ketahanan belajar, semangat terus
maju, dorongan bekerja keras, dan belajar mengajar dapat diciptakan. Siswa dan
guru dapat bekerja secara maksimal dengan mengupayakan yang terbaik,
meletakkan target hasil tertinggi, dan berusaha merealisasikan kesemuanya itu.
Sekolah perlu mewaspadai adanya kultur yang bersifat racun, yaitu yang
menganggu dan meyimpang dari normanorma, nilai-nilai, dan keyakinan yang
mendasari beroperasinya sekolah. Kultur yang baik akan secara efektif
menghasilkan kinerja yang terbaik pada:
 setiap individu
 kelompok kerja atau unit kerja
 sekolah sebagai satu institusi, dan
 hubungan sinergis di antara ketiga tingkatan kinerja tersebut.

2. Peran Kultur Sekolah dalam Membangun Mutu Sekolah


Perbaikan sistem persekolahan pada intinya adalah membangun sekolah per
sekolah dengan kekuatan utama sekolah yang bersangkutan. Perbaikan mutu
sekolah perlu memahami kultur sekolah sebagai modal dasarnya. Melalui
pemahaman Kultural Sekolah, berfungsinya sekolah dapat dipahami, aneka
permasalahan dapat diketahui, dan pengalamanpengalamannya dapat
direfleksikan. Setiap sekolah memiliki keunikan berdasarkan pola interaksi
komponen sekolah secara internal dan eksternal. Oleh sebab itu, dengan memahami
ciri-ciri kultur sekolah akan dapat diusahakan tindak nyata dari perbaikan mutu
sekolah. Nilai-nilai, keyakinan, dan asumsiasumsi kehidupan itu begitu kuat dan
sulit diamati serta sangat sukar berubah. Jika suatu pencapaian mutu sekolah
memerlukan usaha mengubah kondisi dan perilaku sekolah, warga sekolah, dan
pendukung sekolah, maka dimensi kultural menjadi sangat sentral. Perubahan
nilai-nilai yang diyakini sekolah akan dapat menggerakkan usaha perbaikan jangka
panjang.

3. Karakteristik Kultur Sekolah


Kultur Sekolah diharpkan memperbaiki mutu sekolah, kinerja di sekolah
dan mutu kehidupan yang diharapkan memiliki ciri sehat, dinamis atau aktif,
positif, dan profesional. Sekolah perlu memperkecil ciri tanpa kultur, anarkis,
negatif, beracun, bias dan dominatif. Kultur sekolah sehat memberikan peluang
sekolah dan warga sekolah berfungsi secara optimal, bekerja secara efisien,
energik, penuh vitalitas, memiliki semangat tinggi, dan akan mampu terus
berkembang. Oleh karena itu, kultur sekolah ini perlu dikembangkan.
Kultur yang kokoh atau kuat memberikan indikasi bahwa ia telah memasuki
ketiga tingkatan kehidupan yaitu terpendam dalam asumsi dasar, termuat dalam
nilai dan keyakinan, dan terpatri dalam tindakan dan berbagai artifak lainnya.
Kultur Sekolah harus terus menerus dikembangkan dan diwariskan dari kohor
siswa ke kohor siswa berikutnya dan dari kelompok satu ke kelompok lainnya.
Kultur Sekolah yang kuat berhasil membangun konsesus luas terhadap
masalahmasalah yang luas pula. Kultur yang kokoh memiliki kekuatan dan
menjadi modal dalam mengadakan perubahan perbaikan.
Kultur sekolah itu milik kolektif dan merupakan hasil perjalanan sejarah
sekolah, produk dari interaksi berbagai kekuatan yang masuk ke sekolah. Sekolah
perlu menyadari secara serius keberadaan aneka kultur sekolah dengan sifat yang
ada, sehat-tidak sehat, kuat-lemah, positif-negatif, kacau-stabil, dan
konsekuensinya terhadap perbaikan sekolah. Nilainilai dan keyakinan tidak akan
hadir dalam waktu
singkat. Mengingat pentingnya sistem nilai yang diinginkan untuk perbaikan
sekolah, maka langkahlangkah kegiatan yang jelas perlu disusun untuk
membentuk kultur sekolah.
Secara singkat langkah-langkah membentuk kultur sekolah yang positif
adalah (1) mengamati dan membaca kultur sekolah yang kini ada, melacak
historinya dan masalah apda saja yang timbul oleh keberadaan kultur sekolah
tersebut;
(2) mengembangkan sistem asesmen kultur sekolah sejalan dengan tujuan
perbaikan sekolah yang diinginkan;
(3) melakukan kegiatan assesmen sekolah guna mendiagnosisi permasalahan
yang ada dan tindakan kultural yang dapat dilakukan;
(4) mengembangkan visi strategis dan misi perbaikan sekolah;
(5) melakukan redefinisi aneka peranan: kepemimpinan Kepala Sekolah, guru,
siswa, orang tua, dan aneka stekeholders;
(6) mewaspadai perilaku yang lama yang negatif, nilai-nilai yang bersifat racun,
dan koalisi mereka;
(7) merancang pola pengembangan kultur sekolah dan membangun praktik-
praktik baru dan artifak baru dikaitkan secara sadar dengan nilai nilai lama yang
relevan dan nilai-nilai baru yang diharapkan tumbuh; dan
(8) melakukan pemantauan dan evaluasi secara dinamika terhadap perkembangan
kultur sekolah dan dampaknya.

B. Unsur-unsur Budaya Sekolah


Bentuk budaya sekolah secara intrinsik muncul sebagai suatu fenomena yang unik dan
menarik, karena pandangan sikap, perilaku yang hidup dan berkembang dalam sekolah
pada dasarnya mencerminkan kepercayaan dan keyakinan yang mendalam dan khas
dari warga sekolah. Unsur-unsur budaya sekolah terdiri berbagai macam hal sehingga
diklasifikasikan sebagai berikut.

1. Klasifikasi budaya sekolah, berdasarkan usaha peningkatan kualitas pendidikan.


Menurut Djemari Mardapi dalam Srinatun (2003: 28) membagi unsurunsur budaya
sekolah jika ditinjau dari usaha peningkatan kualitas pendidikan sebagai berikut :
a. Kultur sekolah yang positif
Kultur sekolah yang positif adalah kegiatan-kegiatan yang mendukung
peningkatan kualitas pendidikan, misalnya kerjasama dalam mencapai
prestasi, penghargaan terhadap prestasi, dan komitmen terhadap belajar.
b. Kultur sekolah yang negatif
Kultur sekolah yang negatif adalah kultur yang kontra terhadap peningkatan
mutu pendidikan. Artinya resisten terhadap perubahan, misalnya dapat berupa:
siswa takut salah, siswa takut bertanya, dan siswa jarang melakukan kerja sama
dalam memecahkan masalah.
c. Kultur sekolah yang netral
Kultur sekolah yang netral adalah kultur yang tidak berfokus pada satu sisi
namun dapat memberikan konstribusi positif tehadap perkembangan
peningkatan mutu pendidikan. Hal ini bisa berupa arisan keluarga sekolah,
seragam guru, seragam siswa dan lain-lain.

2. Klasifikasi budaya sekolah berdasarkan kategori


Hedley Beare mendeskripsikan unsur-unsur budaya sekolah dalam dua
kategori, yakni :
a. Budaya yang dapat diamati
Berupa konseptual yaitu struktur organisasi, kurikulum, behavior (perilaku)
yaitu kegiatan belajar mengajar, upacara, prosedur,peraturan dan tata tertib,
material yaitu fasilitas dan perlengkapan.
b. Budaya yang tidak dapat diamati
Berupa filosofi yaitu visi, misi serta nilai-nilai, yaitu kualitas, efektivitas,
keadilan, pemberdayaan dan kedisiplinan. Dalam mengkaji budaya sekolah
lebih difokuskan pada hal-hal yang tidak dapat diamati, khususnya nilai-
nilai sebagai inti budaya. Lebih dari itu nilai merupakan landasan bagi
pemahaman, sikap dan motivasi serta acuan seseorang atau kelompok
dalam memilih suatu tujuan atau tindakan.

C. Fungsi dan Peran Budaya Sekolah


Budaya sekolah yang terpelihara dengan baik, mampu menampilkan perilaku iman,
takwa, kreatif, inovatif, dan dapat bergaul harus terus dikembangkan. Manfaat yang
dapat diambil dari budaya demikian adalah dapat menjamin hasil kerja dengan kualitas
yang lebih baik, membuka seluruh jaringan komunikasi, keterbukaan, kebersamaan,
kegotongroyongan, kekeluargaan, menemukan masalah dan cepat memperbaiki, cepat
menyesuaikan diri dengan perkembangan yang terjadi di luar (faktor eksternal seperti
teknologi, sosial, ekonomi, dll. Budaya sekolah memiliki fungsi dan peran yang penting
dalam meningkatkan mutu sekolah termasuk kualitas sumber daya yang dimiliki
sekolah, sebab budaya sekolah akan memberi dukungan dan identitas terhadap sekolah
serta membentuk kerangka kerja bagi kegiatan pembelajaran. Budaya sekolah yang
positif sangat kondusif memberi kontribusi bagi kelancaran pelaksanaan kurikulum.
Oleh sebab itu sekolah perlu memperhatikan dan mengusahakan budaya sekolah yang
positif. Djemari dalam Srinatun (2011: 65) membagi karakteristik peran kultur sekolah
berdasarkan sifatnya dapat dibedakan menjadi tiga yakni :

1. Bernilai Strategis
Budaya yang dapat berimbas dalam kehidupan sekolah secara dinamis. Misalnya
memberi peluang pada warga sekolah untuk bekerja secara efisien, disiplin dan
tertib. Kultur sekolah merupakan milik kolektif bukan milik perorangan, sehingga
sekolah dapat dikembangkan dan dilakukan oleh semua warga sekolah.

2. Memiliki Daya Ungkit


Budaya yang memliki daya gerak akan mendorong semua warga sekolah untuk
berprestasi, sehingga kerja guru dan semangat belajar siswa akan tumbuh karena
dipacu dan di dorong, dengan dukungan budaya yang memiliki daya ungkit yang
tinggi. Misalnya kinerja sekolah dapat meningkat jika disertai dengan imbalan
yang pantas, penghargaan yang cukup, dan proporsi tugas yang seimbang. Begitu
juga dengan siswa akan meningkat semangat belajranya, bila mereka diberi
penghargaan yang memadai, pelayanan yang prima, serta didukung dengan sarana
yang memadai.

3. Berpeluang Sukses
Budaya yang berpeluang sukses adalah budaya yang memiliki daya ungkit dan
memiliki daya gerak yang tinggi. Hal ini sangat penting untuk menumbuhkan rasa
keberhasilan dan rasa mampu untuk melaksanakan tugas dengan baik. Misalnya
budaya gemar membaca. Budaya membaca di kalangan siswa akan dapat
mendorong mereka untuk banyak tahui tentang berbagai macam persoalan yang
mereka pelajari di lingkungan sekolah. Demikian juga bagi guru mereka semakin
banyak pengetahuan yang diperolah, tingkat pemahaman semakin luas, semua ini
dapat berlangsung jika disertai dengan kesadaran, bahwa mutu/kualitas yang akan
menentukan keberhasilan seseorang.

D. Membangun Kultur dan Masyarakat Sekolah


Pada dasarnya kualitas sebuah lembaga pendidikan dapat dilihat dari sejauh
mana keberhasilannya dalam meningkatkan kualitas mulai dari kultur organisasi atau
institusi. Khusus dalam lembaga pendidikan formal seperti sekolah kultur yang
dibangun adalah nilai-nilai atau norma-norma yang dianut dari generasi ke generasi.
Peran kultur di sekolah akan sangat mempengaruhi perubahan sikap maupun
perilaku dari warga sekolah. Kultur sekolah yang positif akan menciptakan suasana
kondusif bagi tercapainya visi dan misi sekolah, demikian sebaliknya kultur yang
negatif akan membuat pencapaian visi dan misi sekolah mengalami banyak kendala.
Kultur sekolah yang baik misalnya kemauan menghargai hasil karya orang lain,
kesungguhan dalam melaksanakan tugas dan kewajiban, motivasi untuk terus
berprestasi, komitmen serta dedikasi kepada tanggungjawab. Sedangkan kultur yang
negatif misalnya kurang menghargai hasil karya orang lain, kurang menghargai
perbedaan, minimnya komitmen, dan tiadanya motivasi berprestasi pada warga
sekolah.
Berkaitan dengan peningkatan sumber daya manusia, juga perlu diciptakan
kultur yang baik. Pada semua tenaga pendidik dan tenaga kependidikan harus ada
komunikasi dan kolaborasi yang apik sehingga mendukung sebuah lembaga untuk terus
berinovasi, untuk terus melakukan perubahan yang positif, atau Tajdid dalam bahasa
persyarikatan kita. Tenaga pendidik dan kependidikan yang memiliki kultur yang baik
akan meciptakan suasana pembelajaran kepada peserta didik yang juga menyenangkan,
dilakukan dengan kesungguhan dan sepenuh hati.
Untuk siswa perlu ditingkatkan motivasi belajar dan pentingnya kedisiplinan,
kejujuran dan motivasi berprestasi sehingga kompetisi antar siswa akan tercipta.
Contoh kultur negatif yang masih sering dilakukan siswa antara lain masih kurang
diperhatikannya persoalan kedisiplinan, ini terbukti dari angka keterlambatan yang
cukup tinggi.
Budaya inovasi juga perlu ditingkatkan dalam semua elemen dan warga
sekolah. Misalnya saja guru harus membudayakan untuk terus berinovasi dalam
pembuatan media pembelajaran. Metode pembelajaran yang konvensional harus
diganti dengan metode baru yang kontemporer dan profesional tanpa meninggalkan
penekanan kepada makna dan kearifan lokal. Setiap perubahan budaya menuju
perbaikan jelas akan menemui tantangan, terutama oleh mereka yang merasa sudah
mapan, status quo yang yang sudah terlanjur nyaman dengan kemapanan. Kelompok
pembaharu umumnya akan ditentang, memang karena perubahan itu akan terkesan
menakutkan bagi sebagian orang. Dalam manajemen organisasi ini sesuatu yang wajar
namun tetap perlu dikendalikan.
Solusinya, harus ada kemauan untuk membangun budaya yang kondusif bagi
pembelajaran itu dari semua pihak. Lembaga sekolah harus melakukan berbagai
pendekatan agar terjadi komunikasi yang baik antara sekolah dengan warga sekolah.
Pendekatan yang dilakukan bisa massal maupun personal.
Bagi guru, agar mudah menerima perubahan maka mesti memperluas wawasan,
sharing perkembangan yang sudah terjadi sehingga bisa berpikir lebih akomodatif
terhadap perubahan positif kebudayaan. Dan yang tidak kalah penting, kepada siswa
perlu dilakukan sosialisasi mengenai tantangan dunia ke depan sehingga mereka
termotivasi untuk menyiapkan diri menghadapi tantangan zaman.
Terhadap kultur yang dibawa oleh kecanggihan teknologi memang tidak
semuanya baik. Kita perlu menyaring, memilih dan memilah mana yang baik dan mana
yang tidak baik. Tidak semuanya konsekuensi teknologi itu kita biarkan, diperlukan
adaptasi, bukan adopsi. Namun adanya sisi negatif itu bukan berarti kita harus menutup
diri dari teknologi, kalau kita antipati maka kita pasti semakin tertinggal.
Sekolah dapat berpengaruh terhadap semua aspek kehidupan di dalam sekolah,
termasuk kepada pendidik dan peserta dididk. Budaya sekolah berpengaruh terhadap
bagaimana pendidik berhubungan dan bekerja sama dengan semua warga sekolah,
dengan sesama pendidik, peserta didik, orangtua peserta didik, pegawai tata usaha
sekolah, dan juga kepada masyarakat.
Nilai-nilai sosial budaya sangat berpengaruh terhadap bagaimana sekolah
menghadapi masalah sekolah, dan sekaligus memecahkan masalahnya, termasuk
masalah hasil belajar peserta didik. Nilai-nilai sosial budaya sekolah tentu saja dapat
dibangun, diubah sesuai dengan budaya baru yang tumbuh dalam masyarakat. Ketika
masyarakat masih memiliki paradigma lama dengan menyerahkan sepenuhnya urusan
pendidikan anaknya kepada sekolah, maka lahirlah satu bentuk hubungan sekolah
dengan orangtua siswa dan masyarakat yang sangat birokratis. Orangtua dan
masyarakat berada di bawah perintah kepala sekolah.
Contoh nilai-nilai sosial budaya yang harus ditanam pada masyarakat sekolah yaitu :

1. Etika
Etika atau akhlakul karimah adalah tata aturan untuk bisa hidup bersama dengan
orang lain. Kita hidup tidak sendirian, dilahirkan oleh dan dari orang lain yang
bernama ibu dan ayah kita, dan kemudian hidup bersama dengan orang lain, oleh
karena itu, kita harus hidup beretika, menghormati diri sendiri dan orang lain.
2. Kejujuran
Semua warga sekolah harus dilatih berbuat jujur, mulai jujur kepada dirinya
sendiri, jujur kepada Tuhan, jujur kepada orang lain. Kejujuran itu harus dibangun
di sekolah.
3. Bertanggung jawab
Mahatma Gandhi mengingatkan bahwa semua hak itu berasal dari kewajiban yang
telah dilaksanakan dengan baik. Itulah sebabnya maka kita harus memupuk rasa
tanggung jawab ini sejak dini ini di lembaga pendidikan sekolah, bahkan dari
keluarga.

4. Menghormati hukum dan peraturan


Sering kita menghormati hukum dan peraturan karena takut kepada para penegak
hukum. Kita mematuhi hukum dan perundang-undangan karena takut terhadap
ancaman hukuman. Seharusnya, kita mengormati hukum dan peraturan atas dasar
kesadaran bahwa hukup dan peraturan itu adalah kita buat untuk kebaikan hidup
kita.

5. Tepat waktu
Waktu adalah pedang, adalah warisan petuah para sahabat Nabi. Time is money
adalah warisan para penjelajah ”rules of the waves” bangsa pemberani orang
Inggris. Maka tanamlah benih-benih menghargai waktu di ladang sekolah kita.
Sudah tentu masih banyak lagi nilai-nilai sosial budaya yang harus kita tanam
melalui ladang lembaga pendidikan sekolah. Nilai-nilai sosial budaya tersebut
harus dapat ditanamkan dan terus dipupuk melalui proses pendidikan dan
pembudayaan di rumah, sekolah, dan dalam kehidupan masyarakat.

E. Aplikasi Budaya Sekolah


Banyak sekali nilai-nilai sosial budaya yang harus dibangun di sekolah. Sekolah
adalah ibarat taman yang subur tempat menanam benih-benih nilainilai sosial
budaya tersebut. Beberapa contoh aplikasi budaya sekolah dapat dibedakan
menjadi :

1. Budaya akademik
a. Budaya disiplin
Yaitu dimana siswa tidak diperkenankan masuk kelas bila terlambat dan
melakukan pelanggaran tata tertib sekolah.
b. Budaya kerja keras
Yaitu siswa dilatih menyelesaikan tugas-tugasnya dengan cepat, dan
tepat waktu.
c. Mandiri & bertanggung jawab
Yaitu melatih siswa untuk bekerja sendiri tanpa bantuan orang lain dan
bertanggung jawab penuh terhadap tugas yang diberikan guru.
d. Mencintai belajar
Mencintai belajar jauh lebih penting ketimbang bersusah payah menghafalkan
bahan ajar.
e. Mencintai pekerjaan
Pekerjaan adalah bagian penting dari kehidupan ini. Siapa yang tidak bekerja
adalah tidak hidup. Oleh karena itu, peserta didik harus diberikan kesadaran
tentang pentingnya menghargai pekerjaan.

2. Budaya non akademik


a. Budaya salam
Yaitu dimana setiap kali bertemu (guru, siswa dan orang tua) saling mengucapkan
salam dan berjabat tangan
b. Budaya bersih
Yaitu adalah kegiatan kebersihan sekolah dan kebersihan diri sendiri,
c. Budaya Kreatif
Yaitu melatih siswa menciptakan inovasi sesuai bakat dan minatnya.
d. Etika
Etika atau akhlakul karimah adalah tata aturan untuk bisa hidup
bersama dengan orang lain.
e. Kejujuran
Semua warga sekolah harus dilatih berbuat jujur, mulai jujur kepada dirinya
sendiri, jujur kepada Tuhan, jujur kepada orang lain.
f. Kasih sayang
Kasih sayang telah melahirkan kepercayaan. Kepercayaan menghasilkan
kepercayaan, dan kepercayaan akan menghasilkan kepercayaan, dan kepercayaan
akan menghasilkan kewibawaan.
g. Menghormati hukum dan peraturan
Kita mengormati hukum dan peraturan atas dasar kesadaran bahwa hukum dan
peraturan itu adalah kita buat untuk kebaikan hidup kita.
h. Menghormati hak orang lain
Penghargaan kepada orang lain tidak boleh melihat perbedaan status sosial,
ekonomi, agama, dan budaya.
i. Suka menabung
j. Ekstrakurikuler
Yaitu kegiatan non akademik yang memberi wadah /kesempatan kepada siswa
untuk mengembangkan kreatifitasnya sesuai dengan bakat dan minatnya masing-
masing (Suparlan, 2009: 3)
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Budaya sekolah yang positif akan mendorong semua warga sekolah untuk
bekerjasama yang didasarkan saling percaya, mengundang partisipasi seluruh warga,
mendorong munculnya gagasan-gagasan baru, dan memberikan kesempatan untuk
terlaksananya pembaharuan di sekolah yang semuanya ini bermuara pada pencapaian
hasil terbaik. Budaya sekolah yang baik dapat menumbuhkan iklim yang mendorong
semua warga sekolah untuk belajar, yaitu belajar bagaimana belajar dan belajar
bersama. Belajar yang muncul dari dorongn diri sendiri, intrinsik, motivasi, bukan
karena tekanan dari luar dalam segala bentuknya.Akan tumbuh suatu semangat di
kalangan warga sekoalah untuk senantiasa belajar tentang sesuatu yang memiliki nilai-
nilai kebaikan. Budaya sekolah yang baik dapat memperbaiki kinerja sekolah, baik
kepala sekolah, guru, siswa, karyawan maupun pengguna sekolah lainnya. Situasi
tersebut akan terwujud manakala kualifikasi budaya tersebut bersifat sehat, solid, kuat,
positif, dan professional. Dengan demikian suasana kekeluargaan, kolaborasi,
ketahanan belajar, semangat terus maju, dorongan untuk bekerja keras dan belajar
mengajar dapat diciptakan. Budaya sekolah yang baik akan secara efektif menghasilkan
kinerja yang terbaik pada setiap individu, kelompok kerja/ unit dan sekolah sebagai satu
institusi, dan hubungan sinergis antara tiga tingkatan tersebut.
Budaya sekolah diharapkan memperbaiki mutu sekolah, kinerja di sekolah dan mutu
kehidupan yang diharapkan memiliki ciri sehat, dinamis atau aktif, positif dan
profesional. Budaya sekolah sehat memberikan peluang sekolah dan warga sekolah
berfungsi secara optimal, bekerja secara efisien, energik, penuh vitalitas, memiliki
semangat tinggi, dan akan mampu terus berkembang. Oleh karena itu, budaya sekolah
ini perlu dikembangkan.
DAFTAR PUSTAKA

Septiarti,S.W,dkk.2017.Sosiologi dan Antropologi Pendidikan.Yogyakarta:


UNY Press
Atmadi, A. & Setianingsih, Y. (ed). 2000. Transformasi Pendidikan, Memasuki
Milenium Ketiga. Yogyakarta: Penerbitan Universitas Sanata Dharma.

Anda mungkin juga menyukai