Disusun Oleh :
Nama : VIKA ICHSANIA NINDITYA
NIM : 15/377781/KH/8504
1
I. JUDUL/TOPIK DISKUSI
“Layer Periode Produksi Mati Mendadak”
Virus (NDV)
Etiologi
Parasit
(cacing pita)
Patogenesis
Gejala klinis
"Layer Periode
Produksi Mati
Mendadak " Pemeriksan
Diagnosa
laboratorium
Penanganan
Program
vaksinasi
Pencegahan
Biosecurity
IV. TOPIK DISKUSI
A. Karakter Virus Newcastle Disease Beserta Patogenesis dan Gejala Klinis
1. Etiologi
Penyakit Newcastle adalah penyakit unggas menular yang
mempengaruhi banyak spesies unggas domestik dan liar, dan menular ke
manusia. Virus ini pertama kali diidentifikasi di Jawa, Indonesia, pada tahun
1926, dan pada tahun 1927, di Newcastle-upon-Tyne, Inggris (dari mana ia
mendapatkan namanya).
Cestodiasis
Infeksi Raillietina pada ayam dapat disebabkan oleh Raillietina cesticillus,
Raillietina tetragona, dan Raillietina echinohothrida. Cacing ini merupakan cacing
pita pada ayam yang paling umum di Amerika Utara dan mungkin diseluruh dunia.
Tubuhnya mempunyai banyak proglotid. Terdapat rostelum dengan kait berbentuk
palu yang tersusun dalam lingkaran ganda. Alat penghisap biasanya dipersenjatai
dengan kait yang kecil dan berdegenerasi yang tersusun dalam beberapa lingkaran.
Terdapat kantung parenkimatosa dalam proglotid bunting masing-masing dengan
satu atau beberapa telur (Levine, 1994).
Raillietina cistisellus panjangnya dapat mencapai 13 cm, tetapi biasanya
lebih pendek. Skolek mempunyai Rostelum yang lebar dengan 400-500 kait, dan
alat penghisap biasanya tidak dipersenjatai. Setiap kapsula telur berisi satu telur
berdiameter 75-88 mikron. Stadium peralihan adalah sistiserkoid, ditemukan dalam
kumbang tinja, kumbang tanah, dan kumbang hitam genus Amara, Anisotarurus,
Choeridium, Cratacanthus, Calathus, Selenophorus, Stenolaphus, dan Stenocellus,
dan secara buatan juga pada kumbang tepung tribolium (Levine, 1994). Raillietina
cistisellus menimbulkan lesi pada usus dan hambatan pertumbuhan, namun pada
infeksi buatan ternyata cacing tersebut bersifat tidak patogenik (Tabbu, 2002).
Raillietina echinobotrida terdapat dalam usus halus ayam dan kalkun di
seluruh dunia. Panjangnya mencapai 25 cm, dan mempunyai rostelum dengan 200
kait yang panjangnya 10-13 mikron dalam 2 baris. Alat penghisapnya dipersenjatai
dengan 8-10 baris kait yang agak besar. Telur terbungkus oleh kapsula, setiap
kapsula terdapat 6-12 telur. Merupakan salah satu cacing pita paling patogenik
karena sering menimbulkan nodula tempat melekatnya pada dinding usus dan
kadang-kadang nodul ini dapat melubangi usus halus dan menyebabkan peritonitis.
Beberapa peneliti melaporkan adanya granuloma dengan diameter 1-6 mm pada
tempat perlekatan cacing pita tersebut dalam waktu enam bulan pasca infeksi.
Pembentukan granuloma tersebut dapat dihubungkan dengan enteritis proliferatifa
dan infiltrasi limfosit, heterofil dan eosinofil. Sistiserkoid terdapat pada semut
genus Pheidole dan Tetramurium (Levine, 1994 ; Tabbu, 2000).
Raillietina tetragona terdapat dalam usus halus bagian posterior pada ayam
dan bangsa ayam lain di dunia. Panjangnya mencapai 25 cm dan lebar 3mm
mempunyai rostelum satu baris dari 100 kait–kait yang panjangnya 6-8 mikron.
Alat penghisap dipersenjatai dengan 8-10 baris kait yang lebih kecil dari yang
dimiliki Raillietina echinobotrida; kait ini mudah lepas. Telur terbungkus oleh
kapsula, di dalam setiap kapsula terdapat 8-12 telur. Sistiserkoid terdapat dalam
semut genus Phidola dan Tetramurium (Levine, 1994).
Penanggulangan cacing pita membutuhkan pengendalian hospes perantara
untuk mencegah infeksi ulangan dan pengobatan ayam yang terinfeksi untuk
membasmi cacing tersebut. Pengobatan terhadap cacing pita pada ayam dapat
dilakukan dengan butinorat (dibutiltin dilaurat). Bahan tersebut dilaporkan efektif
untuk mengobati penyakit yang ditimbulkan oleh enam spesies cacing pita pada
ayam yaitu Raillietina cesticillus, Raillietina tetragona, Choanotaenia
infundihulum, Davainea proglottina, Hymenolepis carioca dan Amoehotaenia
sphenoides. Obat tersebut dapat juga diberikan dalam bentuk kombinasi dengan
piperazin dan fenotiazin melalui pakan. Di samping itu, dapat juga diberikan
beberapa turunan benzimidazol, misalnya mebendazol, fenbendazol, dan
albendazol bersama pakan atau melalui air minum dengan hasil yang bervariasi.
Suatu obat anti cacing pita harus merusak skoleks agar cacing tersebut dapat mati.
Jika skoleks masih berfungsi dan hanya segmen bagian belakang yang dirusak,
maka segmen baru dapat dibentuk lagi dan ayam akan terinfeksi lagi oleh cacing
tersebut (Tabbu, 2000 ; Akoso, 2002).
Pencegahan Cestodiasis
Tata laksana pencegahan cestodiasis meliputi:
a. Optimalisasi program deworming
Pengendalian penyakit cacingan merupakan salah satu usaha untuk
mendapatkan hasil peternakan yang optimal, usaha pencegahan yaitu: pemberian obat
cacing. Obat cacing (anthelmintik) merupakan senyawa yang berfungsi membasmi cacing
sehingga dikeluarkan dari saluran pencernaan, jaringan atau organ tempat cacing berada
dalam tubuh hewan. Secara garis besar, cara kerja obat cacing ada 2 yaitu mempengaruhi
syaraf otot cacing dan mengganggu proses pembentukan energi. Cara kerja yang pertama
akan mengakibatkan cacing lumpuh sehingga dengan mudah dikeluarkan dari tubuh ternak
bersama dengan feses. Sedangkan cara kerja kedua menyebabkan cacing kehilangan energi
dan akhirnya mati (Argus dkk., 2013).
Pengendalian cacing melalui program pencegahan adalah salah satu pilihan
bijak yang bisa diambil peternak, terutama bagi peternak yang ayam peliharaannya
pernah terserang cacingan. Strateginya adalah dengan memberikan obat cacing pada
1 bulan pertama pemeliharaan (umur 31 hari), kemudian diulang tiap beberapa
bulan. Waktu pengulangan pemberian obat cacing ini akan lebih tepat bila disesuikan
dengan periode prepaten cacing yang menyerang. Periode prepaten adalah rentang
waktu antara masuknya telur infektif ke dalam tubuh ayam hingga keluarnya telur
cacing baru yang dihasilkan cacing dewasa dari dalam tubuh ayam ke lingkungan
luar. Adapun periode prepaten dari beberapa jenis cacing tercantum pada Tabel 1.
Dari Tabel 1, terlihat bahwa periode prepaten cacing pita 14-21 hari. Atas dasar
data inilah, maka jika ayam dipelihara di kandang postal atau non slat, lakukan
pengulangan pemberian obat cacing tiap 14-21 hari atau sekitar 0,5-1 bulan.
Sedangkan bila ayam dipelihara pada kandang baterai/slat pengulangan bisa
dilakukan tiap 3 bulan karena ayam tidak kontak dengan litter. Yang perlu
diperhatikan saat pemberian obat cacing ialah tentukan terlebih dahulu zat aktif apa
yang diberikan untuk ayam. Ada beberapa jenis zat aktif yang biasa terkandung
dalam obat cacing untuk ayam, dan masing-masing zat aktif tersebut ada yang
berspektrum luas (bisa sekaligus membasmi cacing gilig dan pita) maupun tidak.
Contohnya niclosamide, obat ini efektif untuk mengatasi cacing pita.
Pemberian niclosamide diaplikasikan melalui ransum karena tidak larut
air. Niclosamide juga tidak dapat diserap usus sehingga batas keamanannya luas.
Dapat juga diberikan Nyclosol yang mengandung niclosamide 200 gram dan
levamisole 40 gram. Dosis diberikan 0.5 gram Nyclosol per kg berat badan atau
setara dengan 7.5 Kg per ton pakan (dosis sekali pakai pada pemberian pakan
pertama) (Sujana, 2017).
Selain menjaga feses tetap kering, melakukan sanitasi kandang dengan baik
juga menjadi langkah tepat untuk mengendalikan perkembangbiakan lalat.
Langkah sanitasi yang dapat dilakukan yaitu :
1. Segera buang atau singkirkan bangkai ayam mati maupun telur yang pecah.
2. Bersihkan ransum dan feses yang tumpah segera, terlebih lagi jika
kondisinya basah.
3. Bersihkan kandang dan peralatan kandang secara rutin kemudian semprot
dengan desinfektan seperti Antisep, Neo Antisep atau Medisep.
(Surjana, 2017)
b) Kontrol mekanik
Teknik pengendalian lalat ini relatif banyak diaplikasikan oleh masyarakat
pada umumnya. Di pasaran, juga telah banyak dijual perangkat alat untuk
membasmi lalat, biasanya disebut sebagai perangkap lalat. Perangkap tersebut
bekerja secara elektrikal (aliran arus listrik) dan dilengkapi dengan bahan yang
dapat menarik perhatian lalat untuk mendekat. Perangkap lalat seringkali
diletakkan di tengah kandang. Di tempat penyimpanan telur sebaiknya juga
diletakkan perangkap lalat ini. Lalat tidak akan bergerak atau terbang melawan
arus atau arah angin. Oleh karenanya tempatkan fan atau kipas angin dengan arah
aliran angin keluar kandang atau ke arah pintu kandang (Surjana, 2017)
c) Kontrol kimiawi
Kontrol kimiawi dapat menggunakan bahan kimia seperti Larvatox.
Dosisnya dengan dicampurkan 100 gram Larvatox dengan 5 kg ransum secara
bertahap, kemudian campurkan dengan 1 ton ransum sampai homogen.
Larvatox diberikan selama 4-6 minggu berturut-turut kemudian dihentikan
selama 4-8 minggu dan gunakan kembali jika lalat terlihat mulai berkembang
biak (Ahmad dkk., 2015).
V. KESIMPULAN
Penyakit NDV sangat mematikan dan sifatnya cepat menular ke ayam-
ayam yang lain. Gejala yang ditimbulkan tergantung dengan stadium infeksi dari
NDV sendiri. Teknik diagnosa yang sering dilakukan adalah dengan teknik
TAB, RT-PCR, dan ELISA. Penanggulangan dan pencegahan dari penyakit ini
adalah dilakukannya perbaikan pada manajemen kandang yang paling utama
adalah sanitasi dan biosekuritinya dan dilakukan program vaksinasi semnejak
ayam DOC. Cestodiasis yang sering menyerang pada ayam adalah Raillietina
spp. dengan vektor lalat dan semut. gejala yang sering terjadi adalah penurunan
produksi dari ayam petelur.
Pencegahan kejadian cestodiasis dengan menerapkan program de
worming secara berkala dan pengendalian kejadian cestodiasis dengan
menerapkan good manajemen practice dalam upaya penurunan hospes
intermediet cestoda dan penurunan cacing cestoda di lingkungan.
VI. LUARAN PEMBELAJARAN