PENYELENGGARAAN JENAZAH)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelessaikan
makalah ini yang Alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Pengurusan
Jenazah “
Makalah ini berisikan tentang pelaksanaan fardu kifayah terhadap jenazah
yaitu, memandikan, mengkafani, menshalatkan dan menguburkan
jenazah. makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua
tentang fardu kifayah yang harus kita laksanakan terhadap jenazah.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna , karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir, Semoga
Allah SWT.senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin
B. PENYELENGARAAN JENAZAH
Mentalqin jenazah,
“Barangsiapa yang ucapan terakhirnya adalah “Laa ilaaha illa Allah” maka
akan masuk surga”2
“Barangsiapa yang ucapan terakhirnya adalah “Laa ilaaha illa Allah” maka
akan masuk surga”3
Selain itu untuk mengingatkan orang yang akan meninggal dunia terhadap
sesuatu yang dapat menolak gangguan setan karena setan akan mendatangi
orang yang akan meninggal dunia dalam rangka untuk merusak akidahnya”4.
Mentalqin orang yang akan meninggal dunia cukup sekali saja, tidak perlu
diulang-ulang kecuali apabila setelah di-talqin dia mengucapkan kalimat yang
lain maka hendaknya diulang sekali lagi agar akhir ucapannya adalah kalimat
syahadat.
َوأ َ ْلزَ َم ُه ْم َك ِل َمةَ الت َّ ْق َوى َو َكانُوا أ َ َح َّق بِ َها َوأ َ ْهلَ َها
“Dan Allah mewajibkan mereka kalimat taqwa dan mereka berhak terhadap
kalimat tersebut dan patut memilikinya”6.
Asy Sya’biy mengatakan: ‘Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan
sahabat kami ini’“7 .
Memandikan jenazah
Memandikan adalah salah satu cara yang wajib dilakukan terhadap mayat
orang yang beragama Islam. Caranya adalah menyampaikan atau mengalirkan air
bersih ke seluruh tubuhnya walaupun ia sedang haid atau junub. Memandikan ini
dilakukan orang yang masih hidup dengan menggunakan sabun dan wangi-
wangian, tetapi dengan lemah lembut.
Adapun persiapan yang harus dilakukan atau peralatan yang harus
disediakan sebelum memandikan jenazah adalah:
1. Menyediakan air yang suci dan mensucikan secukupnya dan mempersiapkan
perlengkapan mandi seperti handuk, sabun, wangi- wangian, kapur barus dan
lain-lain.
2. Mengusahakan tempat yang tertutup untuk memandikan jenazah sehingga
hanya orang yang berkepentingan saja yang ada disitu.
3. Menyediakan kain kafan secukupnya.
4. Usahakanlah orang-orang yang akan memandikan jenazah itu adalah keluarga
terdekat jenazah atau orang-orang yang dapat menjaga rahasia. Jika jenazahnya
laki-laki, maka yang memandikannya harus laki- laki, demikian juga sebaliknya
jika jenazahnya perempuan, maka yang memandikannya harus perempuan,
kecuali suami kepada istrinya/istri kepada suaminya atau muhrimnya.
Orang yang boleh memandikan jenazah adalah orang yang sama jenis
kelaminnya dengan mayat kecuali istri/ suami. Namun, jika ada beberapa orang
yang berhak memandikanny, maka yang lebih berhak adalah keluarga terdekat
yang mengetahui pelaksanaan mandi jenazah serta bersifat amanah. Kalau tidak,
orang lain yang lebih berpengetahuan serta amanah ( dapat dipercaya untuk tidak
membuka aib jenazah).
Adapun cara memandikan jenazah itu dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Niat karena Allah ta’ala.
2. Melepaskan segala pakaian yang melekat di badan jenazah dan menggantinya
dengan kain yang menutup aurat.
3. Melepaskan perhiasan dan gigi palsunya jika memungkinkan.
4. Membersihkan rongga mulutnya, kuku- kukunya dan seluruh tubuhnya dari
kotoran dan najis.
5. Memulai memandikan dengan membersihkan anggota wudu’nya, dengan
mendahulukan yang kanan dan menyiramnya sampai rata tiga, lima,tujuh kali
atau sesuai dengan kebutuhan.
6. Jenazah dimiringkan ke kiri kemudian bagian kanan badan disiram dengan air,
dan selanjutnya dimiringkan ke kanan dan bagian kiri badan disiram dengan air,
siramlah dengan bilangan ganjil.
7. Pada waktu jenazah disiram dengan air, badannya di gosok-gosok guna
menghilangkan najis/ kotoran sekaligus untuk meratakan air ke seluruh tubuh,
perutnya di urut dengan pelan atau badannya di bungkukkan sedikit supaya gas
dan kotoran yang ada dalam perutnya keluar, dan tempat keluar kotoran tersebut
disiram dengan air yang harum dengan memakai sarung tangan.
8. Pada bagian akhir siraman hendaklah disiram dengan wangi- wangian.
9. Mengeringkan badan jenazah dengan handuk dan berilah wangi-wangian. Bagi
jenazah yang berambut panjang hendaklah dikepang rambutnya jika
memungkinkan.
Selain hal di atas, yang perlu diperhatikan terhadap jenazah adalah sebagai
berikut:
1. Orang yang gugur, syahid dalam peprangan membela agama Allah cukup
dimakamkan dengan pakaian yang melekat di tubuhnya ( tanpa dimandikan,
dikafani dan disalatkan ).
2. Orang yang wafat dalam keadaan berihram di rawat seperti biasa tanpa diberi
wangi-wangian.
3. Orang yang syahid selain dalam peperangan membela agama Allah seperti
melahirkan, tenggelam, terbakar dirawat seperti biasa.
4. Jenazah janin yang telah berusia empat bulan dirawat seperti biasa.
5. Jika terdapat halangan untuk memandikan jenazah, maka cukup diganti dengan
tayammum.
6. Bagi orang yang memandikan jenazah, disunnahkan untuk mandi sesudahnya.
2 Mengkafani jenazah
Mengkafani jenazah adalah membalut seluruh tubuhnya dengan kain dan
sebagainya walaupun hanya dengan sehelai kain. Mayat laki- laki sunat dikafani
dengan tiga lapis kain putih. Hal ini sesuai dengan hadis dari Aisyah r.a
عن عائشة كفّن رسول هللا صلّى هللا عليه وسلّم في ثالثة اثواب بيض سحوليّة كرسف ليس فيها قميص وال
)عمامة (متّفق عليه
Sementara itu, mayat perempuan sunat mengkafaninya dengan lima lapis
kain yang terdiri dari sehelai kain sarung, selendang dan dua helai kain untuk
membalut tubuh mayat/jenazah.
Persiapan dan perlengkapan yang akan dilakukan untuk mengkafani
jenazah adalah :
1. Kain untuk mengkafani secukupnya dan diutamakan yang berwarna putih.
2. Kain kafan untuk jenazah laki- laki terdiri dari tiga lembar, sedangkan kain
kafan untuk jenazah perempuan terdiri dari lima lembar kain, yaitu : kain
basahan, baju kurung, kerudung dan dua lembar kain penutup.
3. Sebaiknya disediakan perlengkapan sebagai berikut:
a. Tali sejumlah 3, 5, 7, atau 9 antara lain untuk ujung kepala, leher, pinggang/
pada lengan tangan, perut, lutut, pergelangan kaki dan ujungkaki.
b. Kapas secukupnya.
c. Kapur barus atau pewangi secukupnya.
d. Meletakkan kain memanjang searah tubuhnya di atas tali-tali yang telah
disediakan.
e. Untuk jenazah perempuan, aturlah kerudung/ mukena, baju dan kain basahan
sesuai dengan letaknya.
Setelah perlengkapan disediakan, maka dilakukan dengan mengkafani jenazah
dengan urutan sebagai berikut :
1. Pada waktu hendak mengkafani dipasang lebih dahulu tirai (pendinding)
supaya jenazah itu tidak sampaidilihat orang lain/ selain orang yang mengkafani.
2. Kain kafan telah dihamparkan dengan letak sebagai berikut:
a. Kain kafan diletakkan pada urutan yang paling bawah yang telah ditaburi
dengan wangi-wangian seperti kapur barus. Dibawah kain kafan diletakkan tiga/
lima buah tali yang di ambil dari pinggir kain kafan. Cara meletakkannya, satu
helai di ujung kepala, satu helai di pinggang dan satu helai lagi di ujung kaki.
Kedua tangannya diletakkan di dadanya seperti ketika melaksanakan solat.
b. Jenazah diletakkan membujur di atas kain kafan dalam keadaan tertutup
selubung kain.
c. Lepaskan kain selubung dalam keadaan aurat tetap tertutup.
d. Jika diperlukan, tutuplah dengan kapas lubang- lubang yang mengeluarkan
cairan.
3. Bagi jenazah laki-laki di tutup dengan tiga lapis kain secara rapi dan di ikat
dengan simpul disebelah kiri.
4. Bagi jenazah yang berrambut panjang (permpuan) hendaklah rambutnya
dikepang jika memungkinkan.
5. Bagi jenazah perempuan, kenakan(pakaian) lima lapis kain yaitu: kerudung,
untuk kepala, baju kurung , kain basahan penutup aurat dan dua lembar kain
penutup secara rapi serta di ikat dengan simpul disebelah kiri.
6. Setelah tutup kepala, baju( bagi wanita) kain dan kapas dipakaikan, maka kain
kapan digulung dengan cara mempertemukan ujung kain sebelah kanan dan kiri
satu persatu, sejak dari leher sampai ke kaki kemudian di ikat dengan tali yang
telah diletakkan terlebih dahulu di bawah kain kafan yaitu di ujung sebelah kaki
dan pinggang, sedangkan yang sebelah atas masih terbuka sambil menanti
kerabatnya ziarah terakhir. Setelah kerabat dan familinya selesai berziarah, maka
disempurnakan gulungannya dan
7. kemudian di ikat di ujung sebelah atas. Dan pertemuan ikatan itu sebaiknya
dibuat sebelah kiri jenazah.
3 Menshalatkan jenazah
Dalam mensalatkan jenazah, terdapat beberapa perbedaan dengan salat-
salat pada umumnya karena ada rukun yang sama dan adapula yang berbeda
dengan rukun salat pada umumnya.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan salat
jenazah, yaitu:
a. Jenazah diletakkan di arah kiblat( di depan imam apabila berjama’ah atau di
depan orang yang mensalatkannya apabila sendiri). Posisi jenazah, kepalanya
sebelah kanan dan kaki sebelah kiri imam.
b. Pada jenazah laki- laki imamnya berdiri sejajar dengan dada jenazah,
sedangkan apabila jenazahnya perempuan, maka imam berdiri sejajar dengan
pinggang jenazah.
c. Setelah jama’ah salat jenazah siap untuk melaksanakan salat jenazah tersebut,
kemudian berniatlah di dalam hati untuk melaksanakan salat jenazah.
Adab-adab bertakziah
Adab-adab bertakziah adalah sebagai berikut :
1. Takziah dilakukan dengan ikhlas untuk mengharapkan rida allah awt.
2. Berpakaian sopan dan menutup aurat
3. Bertingkah laku dan berperilaku sopan
4. Memberi bantuan kepada keluarga jenazah, baik bantuan moril maupun
meteril
5. Memberikan nasihat kepada keluarga jenazah agar tabah, sabar dan
meningkatkan iman kepada allah
6. Mengikuti salat jenazah dan medoakannya agar mendapatkan ampunan dari
allah dari segala dosanya
7. Ikut mengantarkan jenazah ke tempat pemakaman untuk menyaksikan
penguburannya
“barang siapa yang takziah hingga disalatkan, maka ia mendapat pahala satu
qirat, dan barang siapa yang menghadiri sampai kuburkan, maka ia
mendapatkan pahala dua qirat “ Ketika rasulullah saw ditanya sahabat apakah
dua qirat itu? Beliau menjawab “ laksana dua bukit besar” (HR. Bukhari dan
Muslim)"
Sebagai manusia, kita diperintahkan untuk selalu sadar bahwa kematian adalah
sebuah kepastian. Apapun kita cari dan usahakan hendakanya jangan melupakan
datangnya kematian. Rasulullah saw telah menunjukkan kepada kita bahwa
takziah adalah media efektif dalam meringankan beban sesama dan mengingat
kematian.
Kita tidak boleh segan meluangkan waktu sejenak untuk bertakjiyah kepada
suudara kita.
Dalam pandangan rasulullah saw takziah mempunyai nilai dan keutaman tinggi
bagi yang melakukannya. Beliau bersabda :
“tidaklah seorang mukmin yang melakukan takziyah atas musibah yang menimpa
saudaranya, kecuali allah akan memakaikan untuknya permata kemulian pada
hari kiamat (HR. Ibnu majah dan al-baihaqi)
Iman syafi’i mengatakan “ aku mnyukai untuk bertakjiyah kepada keluarga mayit
(yang baru ditinggal mati) dengan harapan akan mendapat pahala dari takziah itu
dan menghibur merak agar tabah menghadapi musibah.
Dan boleh juga seorang muslim mentakziahi orang beragama lain dan
mondoakan (a’zhomullahu ajroka wa akhif anka) kemudian untuk orang yang
masih ada hubungan kerabat namun bukan non muslim dan
mendoakan (aklfullahu alaika wa la naqs adaduka).
"Dan aku menyukai agar kerabat dekat mayit dan para tentangganya membuat
makanan pada siang dan malam hari baik keluarga mayit samampu mereka
karena itu merupakan sunnah dan perbuatan baik”
Semoga artikel yang singkat ini dapat menambah pengetahuan dan menambah
keimanan kepada allah.swt, sampai jumpa lagi, bye.
Ziarah kubur adalah sebuah amalan yang disyari’atkan. Dari Buraidah Ibnul
Hushaib radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
فزوروها،كنت نهيتكم عن زيارة القبور
Para ulama berselisih dalam hal ini. Syaikh Muhammad bin Shalih Al
‘Utsaimin rahimahullah mengatakan ada 5 pendapat ulama dalam masalah ini
:
Ringkasnya, pendapat yang paling kuat –wallahu a’lam– adalah wanita juga
diperbolehkan untuk berziarah kubur asal tidak sering-sering. Hal ini
berdasarkan beberapa alasan :
“Dahulu aku melarang kalian dari ziarah kubur, maka sekarang berziarahlah”
Dalam hadits ini Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak membedakan antara
laki-laki dan wanita.
Ketiga: Lafazh زواراتّ dalam hadits di atas menunjukkan makna wanita yang
sering berziarah. Al Hafizh Ibnu Hajar menukil perkataan Imam Al Qurthubi :
“Laknat dalam hadits ini ditujukan untuk para wanita yang sering berziarah
karena itulah sifat yang ditunjukkan lafazh hiperbolik tersebut (yakni زوارات
ّ )”.
Oleh karena itu, wanita yang sesekali berziarah tidaklah masuk dalam
ancaman hadits ini.
من قبر أخي: يا أم المؤمنين من أين أقبلت؟ قالت: فقلت لها،أن عائشة أقبلت ذات يوم من المقابر
ثم أمر: نعم: أليس كان رسول هللا نهى عن زيارة القبور؟ قالت: فقلت لها،عبد الرحمن بن أبي بكر
بزيارتها
“Aisyah suatu hari pulang dari pekuburan. Lalu aku bertanya padanya :
“Wahai Ummul Mukminin, dari mana engkau?” Ia menjawab : “Dari kubur
saudaraku Abdurrahman bin Abi Bakr”. Lalu aku berkata kepadanya :
“Bukankah Rasulullah melarang ziarah kubur?” Ia berkata : “Ya, kemudian
beliau memerintahkan untuk berziarah” “
ويرحم هللا، السالم على أهل الديار من المؤمنين والمسلمين: قولي:كيف أقول لهم يا رسول هللا؟ قال
وإنا إن شاء هللا بكم لالحقون،المستقدمين منا والمستأخرين
“Ya Rasulullah, apa yang harus aku ucapkan kepada mereka (penghuni kubur-
ed)?” Rasulullah menjawab, “Katakanlah : Assalamu’alaykum wahai penghuni
kubur dari kalangan kaum mukminin dan muslimin. Semoga Allah merahmati
orang-orang yang mendahului kami dan orang-orang yang dating kemudian.
Dan insya Allah kami akan menyusul kalian”
Ziarah kubur adalah amalan yang sangat bermanfaat baik bagi yang berziarah
maupun yang diziarahi. Bagi orang yang berziarah, maka ziarah kubur dapat
mengingatkan kepada kematian, melembutkan hati, membuat air mata
menetes, mengambil pelajaran, dan membuat zuhud terhadap dunia.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Selain itu, ziarah kubur juga bermanfaat bagi mayit yang diziarahi karena
orang yang berziarah diperintahkan untuk mengucapkan salam kepada mayit,
mendo’akannya, dan memohonkan ampun untuknya. Tetapi, ini khusus untuk
orang yang meninggal di atas Islam. Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha,
إني أمرت أن أدعو لهم: فسألته عائشة عن ذلك؟ فقال، فيدعو لهم،أن النبي كان يخرج إلى البقيع
“Nabi pernah keluar ke Baqi’, lalu beliau mendo’akan mereka. Maka ‘Aisyah
menanyakan hal tersebut kepada beliau. Lalu beliau menjawab :
“Sesungguhnya aku diperintahkan untuk mendo’akan mereka”
Adapun jika mayit adalah musyrik atau kafir, maka tidak boleh mendo’akan
dan memintakan ampunan untuknya berdasarkan sabda beliau,
، فلم يؤذن لي، استأذنت ربي في أن أستغفر لها: فقال، وأبكى من حوله, فبكى.زار النبي قبر أمه
فزوروا القبور فإنها تذكر الموت،واستأذنته في أن أزور قبرها فأذن لي
“Nabi pernah menziarahi makam ibu beliau. Lalu beliau menangis. Tangisan
beliau tersebut membuat menangis orang-orang disekitarnya. Lalu beliau
bersabda : “Aku meminta izin kepada Rabb-ku untuk memintakan ampunan
untuk ibuku. Tapi Dia tidak mengizinkannya. Dan aku meminta izin untuk
menziarahi makam ibuku, maka Dia mengizinkannya. Maka berziarahlah
kalian karena ziarah tersebut dapat mengingatkan kalian kepada kematian”
Maka ingatlah hal ini, tujuan utama berziarah adalah untuk mengingat
kematian dan akhirat, bukan untuk sekedar plesir, apalagi meminta-minta
kepada mayit yang sudah tidak berdaya lagi.
Agar berbuah pahala, maka ziarah kubur harus sesuai dengan tuntunan syari’at
yang mulia ini. Berikut ini adab-adab Islami ziarah kubur :
َار ِمنَ ْال ُمؤْ ِمنِيْنَ َو ْال ُم ْس ِل ِميْنَ َوإِنَّا إِ ْن شَا َء هللاُ لَالَ ِحقُ ْونَ نَسْأ َ ُل هللاَ لَنَا َولَ ُك ُم ْالعَافِيَة
ِ َعلَ ْي ُك ْم أ َ ْه َل ال ِدِّي
َ سالَ ُم
َّ اَل
علَى قَب ٍْر َ َخي ٌْر لَهُ ِم ْن أ َ ْن يَجْ ِل،ِص إِلَى ِج ْل ِده
َ س َ س أ َ َحد ُ ُك ْم
َ ُ فَت َْخل،ُعلَى َج ْم َرةٍ فَتُحْ ِرقَ ثِ َيابَه َ ََل َ ْن يَجْ ِل
“Sungguh jika salah seorang dari kalian duduk di atas bara api sehingga
membakar bajunya dan menembus kulitnya, itu lebih baik daripada duduk di
atas kubur”
. Adapun jika mayit adalah orang kafir, maka tidak boleh mendo’akannya.
Hal ini berdasarkan hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha ketika beliau mengutus
Barirah untuk membuntuti Nabi yang pergi ke Baqi’ Al Gharqad. Lalu
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berhenti di dekat Baqi’, lalu mengangkat
tangan beliau untuk mendo’akan mereka. Dan ketika berdo’a, hendaknya tidak
menghadap kubur karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang shalat
menghadap kuburan. Sedangkan do’a adalah intisari sholat.
KESIMPULAN