Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH TENTANG JENAZAH (PENGERTIAN &

PENYELENGGARAAN JENAZAH)
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelessaikan
makalah ini yang Alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Pengurusan
Jenazah “
Makalah ini berisikan tentang pelaksanaan fardu kifayah terhadap jenazah
yaitu, memandikan, mengkafani, menshalatkan dan menguburkan
jenazah. makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua
tentang fardu kifayah yang harus kita laksanakan terhadap jenazah.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna , karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir, Semoga
Allah SWT.senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin

Bandung 26 september 2018


Penyusun:
Kelompok 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian jenazah..........................................................................
B. Penyelenggaraan Jenazah..............................................................
1. Mentalqin Jenazah...............................................................
2. Memandikan Jenazah.................................................................
3. Mengkafani Jenazah..............................................................
4. Menshalatkan Jenazah..............................................................
5. Menguburkan Jenazah………………………………
6. Ta’ziyah…………………………………………………
7. Ziarah Kubur…………………………………………
BAB III
KESIMPULAN...........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

Syariat Islam mengajarkan bahwa setiap manusia pasti akan mengalami


kematian yang tidak pernah diketahui kapan waktunya. Sebagai makhluk sebaik-
baik ciptaan Allah SWT dan ditempatkan pada derajat yang tinggi, maka Islam
sangat menghormati orang muslim yang telah meninggal dunia. Oleh sebab itu,
menjelang menghadapi kehariban Allah SWT orang yang telah meninggal dunia
mendapatkan perhatian khusus dari muslim lainnya yang masih hidup.
Dalam ketentuan hukum Islam jika seorang muslim meninggal dunia maka
hukumnya fardhu kifayah atas orang-orang muslim yang masih hidup untuk
menyelenggarakan 4 perkara, yaitu memandikan, mengkafani, menshalatkan dan
menguburkan orang yang telah meninggal tersebut.Untuk lebih jelasnya 4
persoalan tersebut, pemakalah akan mencoba menguraikan dalam penjelasan
berikut ini.
BAB II
PEMBAHASAN
PELAKSANAAN FARDU KIFAYAH TERHADAP JENAZAH
A. PENGERTIAN JENAZAH
Kata jenazah diambil dari bahasa Arab (‫ )جن ذح‬yang berarti tubuh mayat dan
kata ‫ جن ذ‬yang berarti menutupi. Jadi, secara umum kata jenazah memiliki arti
tubuh mayat yang tertutup.
Penyelenggaraan jenazah adalah fardu kifayah bagi sebagian kaum muslimin,
khususnya penduduk setempat terhadap jenazah muslim/ muslimah.
Namun, sebelum penyelenggaraan jenazah itu dimulai, maka ada beberapa hal
yang harus dilakukan terhadap jenazah tersebut, yaitu :
1. Dipejamkan matanya, mendo’akan dan meminta ampunkan atas dosanya.
2. Dilemaskan tangannya untuk disedekapkan di dada dan kakinya diluruskan.
3. Mengatupkan rahangnya atau mengikatnya dari puncak kepala sampai ke dagu
supaya mulutnya tidak menganga/terbuka.
4. Jika memungkinkan jenazah diletakkan membujur ke arah utaradan badannya
diselubungi dengan kain.
5. Menyebarluaskan berita kematiannya kepada kerabat- kerabatnya dan handai
tolannya.
6. Lunasilah hutang-hutangnya dengan segera jika ia punya hutang.
7. Segerakanlah fardu kifayahnya.

B. PENYELENGARAAN JENAZAH

Mentalqin jenazah,

1 Mentalqin adalah menuntun seseorang yang akan meninggal dunia untuk


mengucapkan kalimat syahadat Laa Ilaaha Illa Allah. Mentalqin seseorang
yang akan meninggal dunia disunnahkan bagi orang yang ada di sisi orang
yang akan meninggal dunia, sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi
wa salam:

‫لقنوا موتا كم ال إله إال هللا‬

“Tuntunlah seseorang yang akan meninggal dunia untuk mengucapkan


kalimat: ‘Laa ilaaha illa Allah’” 1

Dalam riwayat yang lain:


‫من كان آخر كالمه ال إله إال هللا دخل الجنة‬

“Barangsiapa yang ucapan terakhirnya adalah “Laa ilaaha illa Allah” maka
akan masuk surga”2

Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam masalah mentalqin diantaranya:

Apakah Faedah Mentalqin Orang Yang Akan Meninggal Dunia ?

Imam Al Qurthubiy berkata: “Para ulama’ kami mengatakan bahwasanya


mentalqin orang yang akan meninggal dunia adalah merupakan sunnah dari
para pendahulu ummat ini, yang kemudian diamalkan oleh kaum muslimin
hingga saat ini. Tujuannya adalah agar akhir ucapan yang keluar dari orang
yang akan meninggal dunia adalah “Laa ilaaha illa Allah”. Sehingga dia
menjadi orang yang berbahagia karena termasuk dalam golongan orang yang
dikatakan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam :

‫من كان آخر كالمه ال إله إال هللا دخل الجنة‬

“Barangsiapa yang ucapan terakhirnya adalah “Laa ilaaha illa Allah” maka
akan masuk surga”3

Selain itu untuk mengingatkan orang yang akan meninggal dunia terhadap
sesuatu yang dapat menolak gangguan setan karena setan akan mendatangi
orang yang akan meninggal dunia dalam rangka untuk merusak akidahnya”4.

Batasan Mentalqin Orang Yang Akan Meninggal Dunia

Mentalqin orang yang akan meninggal dunia cukup sekali saja, tidak perlu
diulang-ulang kecuali apabila setelah di-talqin dia mengucapkan kalimat yang
lain maka hendaknya diulang sekali lagi agar akhir ucapannya adalah kalimat
syahadat.

Imam Al Qurthubiy berkata: “Apabila seorang yang akan meninggal dunia


telah membaca ‘Laa Iaaha Illa Allah’ satu kali maka tidak perlu diulang lagi”.

Ibnu Al Mubarak berkata: ”Talqinlah orang yang akan meninggal dunia


dengan kalimat ‘Laa Ilaaha Illa Allah’ dan jika telah mengucapakannya maka
jangan diulangi lagi”5.

Mengapa Tidak Disyari’atkan Mengulang-ulang Talqin?

Imam al Qurthubiy berkata: “ Telah mengatakan Abu Muhammad Abdul al


Haq, hal tersebut adalah dikarenakan jika orang yang akan meninggal dunia
di-talqin secara berulang-ulang ditakutkan ia merasa terusik dan bosan
sehingga setan akan membuatnya berat mengucapkan ‘Laa Ilaaha Illa Allah‘
dan kemudian akan menjadi sebab jeleknya akhir hayatnya”.

Al Hasan bin Isa mengatakan: “Ibnu al Mubarak telah berkata kepadaku:


Talqinlah dengan kalimat syahadat dan janganlah kamu mengulangnya kecuali
jika ia mengucapkan kalimat yang lain.Tujuan talqin adalah agar seseorang
meninggal dunia sedangkan di hatinya tidaklah ada kecuali Allah,karena
pusara hal ini adalah hati. Amalan hati yang akan dilihat dan amalan hati yang
merupakan sebab keselamatan. Adapun amalan lisan yang bukan merupakan
terjemah apa yang ada di dalam hati maka tidaklah berfaedah”.

Diriwayatkan dari Abdullah bin Syubrumah ia mengatakan, “Aku bersama


Amir bin asy Sya’biy mendatangi seorang laki-laki yang sakit dan kami
menjumpainya akan meninggal dunia dan seorang laki-laki mentalqinkan
kalimat syahadat kepadanya. Laki-laki yang mentalqin tadi mengatakan,
ucapkanlah ‘laa ilaaha illa Allah‘ dan terus-menerus mengulanginya.Melihat
hal itu maka asy Sya’biy mengatakan: “Bersikap lembutlah kepada
saudaramu”. Orang yang sakit tadi lantas berbicara: ‘Baik engkau
mentalqinkanku atau tidak, aku tidaklah akan meninggalkannya’. Lalu ia
membaca firman Allah ta’ala:

‫َوأ َ ْلزَ َم ُه ْم َك ِل َمةَ الت َّ ْق َوى َو َكانُوا أ َ َح َّق بِ َها َوأ َ ْهلَ َها‬

“Dan Allah mewajibkan mereka kalimat taqwa dan mereka berhak terhadap
kalimat tersebut dan patut memilikinya”6.

Asy Sya’biy mengatakan: ‘Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan
sahabat kami ini’“7 .
Memandikan jenazah
Memandikan adalah salah satu cara yang wajib dilakukan terhadap mayat
orang yang beragama Islam. Caranya adalah menyampaikan atau mengalirkan air
bersih ke seluruh tubuhnya walaupun ia sedang haid atau junub. Memandikan ini
dilakukan orang yang masih hidup dengan menggunakan sabun dan wangi-
wangian, tetapi dengan lemah lembut.
Adapun persiapan yang harus dilakukan atau peralatan yang harus
disediakan sebelum memandikan jenazah adalah:
1. Menyediakan air yang suci dan mensucikan secukupnya dan mempersiapkan
perlengkapan mandi seperti handuk, sabun, wangi- wangian, kapur barus dan
lain-lain.
2. Mengusahakan tempat yang tertutup untuk memandikan jenazah sehingga
hanya orang yang berkepentingan saja yang ada disitu.
3. Menyediakan kain kafan secukupnya.
4. Usahakanlah orang-orang yang akan memandikan jenazah itu adalah keluarga
terdekat jenazah atau orang-orang yang dapat menjaga rahasia. Jika jenazahnya
laki-laki, maka yang memandikannya harus laki- laki, demikian juga sebaliknya
jika jenazahnya perempuan, maka yang memandikannya harus perempuan,
kecuali suami kepada istrinya/istri kepada suaminya atau muhrimnya.
Orang yang boleh memandikan jenazah adalah orang yang sama jenis
kelaminnya dengan mayat kecuali istri/ suami. Namun, jika ada beberapa orang
yang berhak memandikanny, maka yang lebih berhak adalah keluarga terdekat
yang mengetahui pelaksanaan mandi jenazah serta bersifat amanah. Kalau tidak,
orang lain yang lebih berpengetahuan serta amanah ( dapat dipercaya untuk tidak
membuka aib jenazah).
Adapun cara memandikan jenazah itu dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Niat karena Allah ta’ala.
2. Melepaskan segala pakaian yang melekat di badan jenazah dan menggantinya
dengan kain yang menutup aurat.
3. Melepaskan perhiasan dan gigi palsunya jika memungkinkan.
4. Membersihkan rongga mulutnya, kuku- kukunya dan seluruh tubuhnya dari
kotoran dan najis.
5. Memulai memandikan dengan membersihkan anggota wudu’nya, dengan
mendahulukan yang kanan dan menyiramnya sampai rata tiga, lima,tujuh kali
atau sesuai dengan kebutuhan.
6. Jenazah dimiringkan ke kiri kemudian bagian kanan badan disiram dengan air,
dan selanjutnya dimiringkan ke kanan dan bagian kiri badan disiram dengan air,
siramlah dengan bilangan ganjil.
7. Pada waktu jenazah disiram dengan air, badannya di gosok-gosok guna
menghilangkan najis/ kotoran sekaligus untuk meratakan air ke seluruh tubuh,
perutnya di urut dengan pelan atau badannya di bungkukkan sedikit supaya gas
dan kotoran yang ada dalam perutnya keluar, dan tempat keluar kotoran tersebut
disiram dengan air yang harum dengan memakai sarung tangan.
8. Pada bagian akhir siraman hendaklah disiram dengan wangi- wangian.
9. Mengeringkan badan jenazah dengan handuk dan berilah wangi-wangian. Bagi
jenazah yang berambut panjang hendaklah dikepang rambutnya jika
memungkinkan.
Selain hal di atas, yang perlu diperhatikan terhadap jenazah adalah sebagai
berikut:
1. Orang yang gugur, syahid dalam peprangan membela agama Allah cukup
dimakamkan dengan pakaian yang melekat di tubuhnya ( tanpa dimandikan,
dikafani dan disalatkan ).
2. Orang yang wafat dalam keadaan berihram di rawat seperti biasa tanpa diberi
wangi-wangian.
3. Orang yang syahid selain dalam peperangan membela agama Allah seperti
melahirkan, tenggelam, terbakar dirawat seperti biasa.
4. Jenazah janin yang telah berusia empat bulan dirawat seperti biasa.
5. Jika terdapat halangan untuk memandikan jenazah, maka cukup diganti dengan
tayammum.
6. Bagi orang yang memandikan jenazah, disunnahkan untuk mandi sesudahnya.

2 Mengkafani jenazah
Mengkafani jenazah adalah membalut seluruh tubuhnya dengan kain dan
sebagainya walaupun hanya dengan sehelai kain. Mayat laki- laki sunat dikafani
dengan tiga lapis kain putih. Hal ini sesuai dengan hadis dari Aisyah r.a
‫عن عائشة كفّن رسول هللا صلّى هللا عليه وسلّم في ثالثة اثواب بيض سحوليّة كرسف ليس فيها قميص وال‬
)‫عمامة (متّفق عليه‬
Sementara itu, mayat perempuan sunat mengkafaninya dengan lima lapis
kain yang terdiri dari sehelai kain sarung, selendang dan dua helai kain untuk
membalut tubuh mayat/jenazah.
Persiapan dan perlengkapan yang akan dilakukan untuk mengkafani
jenazah adalah :
1. Kain untuk mengkafani secukupnya dan diutamakan yang berwarna putih.
2. Kain kafan untuk jenazah laki- laki terdiri dari tiga lembar, sedangkan kain
kafan untuk jenazah perempuan terdiri dari lima lembar kain, yaitu : kain
basahan, baju kurung, kerudung dan dua lembar kain penutup.
3. Sebaiknya disediakan perlengkapan sebagai berikut:
a. Tali sejumlah 3, 5, 7, atau 9 antara lain untuk ujung kepala, leher, pinggang/
pada lengan tangan, perut, lutut, pergelangan kaki dan ujungkaki.
b. Kapas secukupnya.
c. Kapur barus atau pewangi secukupnya.
d. Meletakkan kain memanjang searah tubuhnya di atas tali-tali yang telah
disediakan.
e. Untuk jenazah perempuan, aturlah kerudung/ mukena, baju dan kain basahan
sesuai dengan letaknya.
Setelah perlengkapan disediakan, maka dilakukan dengan mengkafani jenazah
dengan urutan sebagai berikut :
1. Pada waktu hendak mengkafani dipasang lebih dahulu tirai (pendinding)
supaya jenazah itu tidak sampaidilihat orang lain/ selain orang yang mengkafani.
2. Kain kafan telah dihamparkan dengan letak sebagai berikut:
a. Kain kafan diletakkan pada urutan yang paling bawah yang telah ditaburi
dengan wangi-wangian seperti kapur barus. Dibawah kain kafan diletakkan tiga/
lima buah tali yang di ambil dari pinggir kain kafan. Cara meletakkannya, satu
helai di ujung kepala, satu helai di pinggang dan satu helai lagi di ujung kaki.
Kedua tangannya diletakkan di dadanya seperti ketika melaksanakan solat.
b. Jenazah diletakkan membujur di atas kain kafan dalam keadaan tertutup
selubung kain.
c. Lepaskan kain selubung dalam keadaan aurat tetap tertutup.
d. Jika diperlukan, tutuplah dengan kapas lubang- lubang yang mengeluarkan
cairan.
3. Bagi jenazah laki-laki di tutup dengan tiga lapis kain secara rapi dan di ikat
dengan simpul disebelah kiri.
4. Bagi jenazah yang berrambut panjang (permpuan) hendaklah rambutnya
dikepang jika memungkinkan.
5. Bagi jenazah perempuan, kenakan(pakaian) lima lapis kain yaitu: kerudung,
untuk kepala, baju kurung , kain basahan penutup aurat dan dua lembar kain
penutup secara rapi serta di ikat dengan simpul disebelah kiri.
6. Setelah tutup kepala, baju( bagi wanita) kain dan kapas dipakaikan, maka kain
kapan digulung dengan cara mempertemukan ujung kain sebelah kanan dan kiri
satu persatu, sejak dari leher sampai ke kaki kemudian di ikat dengan tali yang
telah diletakkan terlebih dahulu di bawah kain kafan yaitu di ujung sebelah kaki
dan pinggang, sedangkan yang sebelah atas masih terbuka sambil menanti
kerabatnya ziarah terakhir. Setelah kerabat dan familinya selesai berziarah, maka
disempurnakan gulungannya dan
7. kemudian di ikat di ujung sebelah atas. Dan pertemuan ikatan itu sebaiknya
dibuat sebelah kiri jenazah.

3 Menshalatkan jenazah
Dalam mensalatkan jenazah, terdapat beberapa perbedaan dengan salat-
salat pada umumnya karena ada rukun yang sama dan adapula yang berbeda
dengan rukun salat pada umumnya.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan salat
jenazah, yaitu:
a. Jenazah diletakkan di arah kiblat( di depan imam apabila berjama’ah atau di
depan orang yang mensalatkannya apabila sendiri). Posisi jenazah, kepalanya
sebelah kanan dan kaki sebelah kiri imam.
b. Pada jenazah laki- laki imamnya berdiri sejajar dengan dada jenazah,
sedangkan apabila jenazahnya perempuan, maka imam berdiri sejajar dengan
pinggang jenazah.
c. Setelah jama’ah salat jenazah siap untuk melaksanakan salat jenazah tersebut,
kemudian berniatlah di dalam hati untuk melaksanakan salat jenazah.

Adapun rukun salat jenah adalah sebagai berikut :


1. Niat dengan lafaz
‫ا صلى على هذا\ هذه الميت \ميتة اربع تكبيرات فرض كفا ية اما ما\ ما موما هلل تعلى‬
2. Berdiri bagi yang kuasa tanpa rukuk dan sujud.
3. Takbir empat kali dengan urutan sebagai berikut :
Setelah berniat sebagaimana tersebut di atas, lalu bertakbir dengan
mengangkat kedua tangan sejajar dengan kedua telinga atau sejajar kedua bahu
dan diletakkan di dada.
Sesudah takbir pertama, dibaca surat Al- Fatihah.
Sesudah takbir kedua, dibaca salawat atas nabi.
Sesudah takbir ketiga, dibaca do’a. Antara lain do’a yang dibaca Rasulullah
Saw sebagaimana hadis riwayat Muslim dan Nasa’i dari Auf bin Malik,
Rasulullah membaca :
‫سع َم ْد َخلَه َو ا ْغس ْله ب ْال َما ء َوالثلج َو ْالبَ َرد‬ ْ ‫ع ْنه َو ا َ ْكر ْم نز َله َو َو‬ َ ‫عا فه َوا عْف‬ ْ ‫اَللهم ا ْغف ْر لَه‬
َ ‫ور َح ْمه َو‬
‫ارا َخي ًْرا م ْن دَاره َوا َ ْهالً َخي ًْرا م ْن ا َ ْهله‬َ َ‫الثو ب االَ بْييَض منَ الدنَس َواَبْد ْله د‬ ْ ‫طا يَا َك َما ينَقى‬َ ‫َونَقه منَ ْال َخ‬
‫عذَاب النار( متفق عليه‬ َ ‫عذَاب ْالقَبر َو‬ َ ‫َوزَ ْوجا ً َخيْرا ً من زَ ْوجه َو قه م ْن فتْنَة‬
)
Sesudah takbir ke empat sesuai hadis riwayat Al- Hakim dibaca:
‫(ر َواه ال َحا كم‬َ ‫اَللهم الَ تَحْ ر ْمنا َ أَجْ َره َوالَ ت َ ْفتنا َ َوا ْغف ْرلنَا َو لَه‬
Apabila jenazahnya anak- anak, maka do’anya sesudah takbir ketiga
diganti dengan do’a berikut sebagaimana hadis riwayat Al-Bukhori dan Al-
Baihaqy :
) ‫طا ( رواه البخارى و البيهقي‬ ً ‫سلَفًا َوز ْخ ًرا َوفَ َر‬
َ ‫اَللهم اج َعله لَنا‬
Kemudian yang terakhir adalah mengucap salam ke kanan dan kiri :
‫السال م عليكم ورحمة هللا وبركا ته‬
4 Menguburkan jenazah
Kewajiban yang ke empat terhadap jenazah ialah menguburkannya. hukum
menguburkan jenazah adalah fardu kipayah atas orang yang masih hidup.
Dalamnya kuburan sekurang kurangnya kira-kira tidak tercium bau busuk
mayat itu dari atas kubur dan tidak dapat dibongkar oleh binatang buas,sebab
maksud menguburkan mayat ialah untuk menjaga kehormatan mayat itu dan
menjaga kesehatan orang-orang yang ada di sekitar tempat itu.
Sedangkan waktu penguburan secara normal dapat dilakukan pada siang
hari.Namun,penguburan dapat dilakukan juga pada malam hari sebab rasulullah
saw pernah menguburkan seseorang pada malam hari ,Ali r.a. menguburkan
Fatimah binti Muhammad,Abu bakar,Usman,Aisyah,dan Ibnu Mas’ud juga
dikuburkan pada malam hari sebagaimana sabda rasulullah SAW.dari jabir r.a
yang diriwayatkan ibnu m
‫حد ثنا عمرو بن عبدهللا الءودي حد ثنا وكيع عن ابرهيم بن يذيد المكي عن ابي الز بير عن جا بر بن‬
‫عبدهللا قال قا ل رسوهللا صلى هللا عليه و سلم الل تد فنوا مو تا كم با ليل اال ان‬
‫تضطروا‬

Artinya’’:janganlah kamu menguburkan jenazah pada malam hari kecuali dalam


keadaan terpaksa’’(H.R.Sunan Ibnu Majah no.1510 kitab ja’a fi al-janaiz)
Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam penguburan jenazah ini antara
lain adalah:
1) Ketika memasukkan mayat ke liang kubur hendaknya pekerja jenazah untuk
membaca’’

2) ‫و‬ ‫عليه‬ ‫هللا‬‫صلي‬ ‫هلل‬ ‫رسو‬ ‫وعلى ملة‬ ‫هللا‬


‫سلم‬ ‫بسم‬. Khusus ketika memasukkan jenazah
perempuan hendaklah di bentangkan kain di atas liang kuburnya.
3) Dua atau tiga orang dari keluarga terdekat jenazah dan di utamakan yang
tidak junub pada malam hari sebelumnya, masuk kedalam liang kubur dengan
berdiri untuk menerima jenazah.
4) Adapun melepas tali-talinya dan membuka kain yang menutupi dan jari-jari
kakinya sehingga menempel ke tanah serta memasang bantalan tidak ada
tuntunan dari rasulullah SAW.
5) Bagi pengiring jenazah yang tiba di kuburan ketika kubur bekum selesai digali
hendaklah duduk menghadap kiblat dan jangan duduk di atas kuburan.
6) Memintakan ampunan dan keteguhan dalam jawaban bagi jenazah dan
mendo’akannya sambil berdiri
7) Jenazah diperbolehkan untuk di masukkan ke dalam peti jika tanahnya berair
atau jenazah dalam keadaan mudorat.
8) Dalam kondisi darurat boleh menguburkan dalam satu lubang dua mayat atau
lebih, dan yang lebih didahulukan adalah yang lebih afdhal di antara mereka.
9) Yang menurunkan mayat adalah kaum laki-laki meskipun mayatnya
perempuan.
10) Menurut sunnah: memasukkan mayat dari arah belakang liang kubur.
11) Meletakkan mayat di atas sebelah kanannya, wajahnya menghadap kiblat.

Hukum takziah adalah sunnah. Takziah bertujuan untuk menghibur keluarga


yang di tinggalkan agar tabah dan bersabar atas cobaan, di samping itu juga
memberikan bantuan moril dan material

Takziah sebaiknya dilakukan sebelum jenazah dimakamkan agar orang-orang


yang bertakziah dapat membantu untuk mengurus jenazah seperti memandikan,
memgkafani, menyolatkan dan menguburkan.

Adab-adab bertakziah
Adab-adab bertakziah adalah sebagai berikut :
1. Takziah dilakukan dengan ikhlas untuk mengharapkan rida allah awt.
2. Berpakaian sopan dan menutup aurat
3. Bertingkah laku dan berperilaku sopan
4. Memberi bantuan kepada keluarga jenazah, baik bantuan moril maupun
meteril
5. Memberikan nasihat kepada keluarga jenazah agar tabah, sabar dan
meningkatkan iman kepada allah
6. Mengikuti salat jenazah dan medoakannya agar mendapatkan ampunan dari
allah dari segala dosanya
7. Ikut mengantarkan jenazah ke tempat pemakaman untuk menyaksikan
penguburannya

Berikut ini hal-hal yang perlu diperhatikan dalam takziah :


1. Medoakan jenazah agar amal baiknya diterima dan dosanya di ampuni allah
2. Memberi bantuan baik materi maupun moril
3. Tidak bercanda atau berkata keras
4. Tidak mengungkit –ungkit keburukan jenazah
5. Mengantar jenazah sampai ke tempat pemakaman

Mutiara hadis : dari abu hurairah ra. Rasulullah saw. Bersabda

“barang siapa yang takziah hingga disalatkan, maka ia mendapat pahala satu
qirat, dan barang siapa yang menghadiri sampai kuburkan, maka ia
mendapatkan pahala dua qirat “ Ketika rasulullah saw ditanya sahabat apakah
dua qirat itu? Beliau menjawab “ laksana dua bukit besar” (HR. Bukhari dan
Muslim)"

Sebagai manusia, kita diperintahkan untuk selalu sadar bahwa kematian adalah
sebuah kepastian. Apapun kita cari dan usahakan hendakanya jangan melupakan
datangnya kematian. Rasulullah saw telah menunjukkan kepada kita bahwa
takziah adalah media efektif dalam meringankan beban sesama dan mengingat
kematian.
Kita tidak boleh segan meluangkan waktu sejenak untuk bertakjiyah kepada
suudara kita.

Dalam pandangan rasulullah saw takziah mempunyai nilai dan keutaman tinggi
bagi yang melakukannya. Beliau bersabda :

“tidaklah seorang mukmin yang melakukan takziyah atas musibah yang menimpa
saudaranya, kecuali allah akan memakaikan untuknya permata kemulian pada
hari kiamat (HR. Ibnu majah dan al-baihaqi)

Iman syafi’i mengatakan “ aku mnyukai untuk bertakjiyah kepada keluarga mayit
(yang baru ditinggal mati) dengan harapan akan mendapat pahala dari takziah itu
dan menghibur merak agar tabah menghadapi musibah.

Dan boleh juga seorang muslim mentakziahi orang beragama lain dan
mondoakan (a’zhomullahu ajroka wa akhif anka) kemudian untuk orang yang
masih ada hubungan kerabat namun bukan non muslim dan
mendoakan (aklfullahu alaika wa la naqs adaduka).

"Dan aku menyukai agar kerabat dekat mayit dan para tentangganya membuat
makanan pada siang dan malam hari baik keluarga mayit samampu mereka
karena itu merupakan sunnah dan perbuatan baik”

Semoga artikel yang singkat ini dapat menambah pengetahuan dan menambah
keimanan kepada allah.swt, sampai jumpa lagi, bye.

Hukum ziarah kubur

Ziarah kubur adalah sebuah amalan yang disyari’atkan. Dari Buraidah Ibnul
Hushaib radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
‫ فزوروها‬،‫كنت نهيتكم عن زيارة القبور‬

“Dahulu aku melarang kalian berziarah kubur, maka (sekarang)


berziarahlah” [3]

Bolehkah wanita berziarah kubur?

Para ulama berselisih dalam hal ini. Syaikh Muhammad bin Shalih Al
‘Utsaimin rahimahullah mengatakan ada 5 pendapat ulama dalam masalah ini
:

 Disunnahkan seperti laki-laki


 Makruh
 Mubah
 Haram
 Dosa besar

Ringkasnya, pendapat yang paling kuat –wallahu a’lam– adalah wanita juga
diperbolehkan untuk berziarah kubur asal tidak sering-sering. Hal ini
berdasarkan beberapa alasan :

Pertama: Keumuman sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits


yang sudah lewat :

‫ فزوروها‬،‫كنت نهيتكم عن زيارة القبور‬

“Dahulu aku melarang kalian dari ziarah kubur, maka sekarang berziarahlah”

Dalam hadits ini Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak membedakan antara
laki-laki dan wanita.

Kedua: Hadits-hadits yang menunjukkan bolehnya wanita berziarah lebih


shahih daripada hadits yang melarang wanita berziarah. Hadits yang melarang
wanita berziarah tidak ada yang shahih kecuali hadits Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu :

‫زوارات القبور أن رسول هللا‬


ّ ‫لعن‬

“Rasulullah melaknat wanita yang sering berziarah kubur”

Ketiga: Lafazh ‫زوارات‬ّ dalam hadits di atas menunjukkan makna wanita yang
sering berziarah. Al Hafizh Ibnu Hajar menukil perkataan Imam Al Qurthubi :
“Laknat dalam hadits ini ditujukan untuk para wanita yang sering berziarah
karena itulah sifat yang ditunjukkan lafazh hiperbolik tersebut (yakni ‫زوارات‬
ّ )”.
Oleh karena itu, wanita yang sesekali berziarah tidaklah masuk dalam
ancaman hadits ini.

Keempat: Persetujuan (taqrir) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap


seorang wanita yang sedang menangis di sisi kubur kemudian beliau hanya
memberikan peringatan kepada wanita tersebut seraya berkata,

‫اتقى هللا و اصبرى‬

“Bertaqwalah engkau kepada Allah dan bersabarlah!”

Dalam hadits ini Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah mengingkari


perbuatan wanita tersebut. Dan sudah diketahui bahwa taqrir Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam adalah hujjah.

Kelima: Wanita dan laki-laki sama-sama perlu untuk mengingat kematian,


mengingat akhirat, melembutkan hati, dan meneteskan air mata dimana hal-hal
tersebut adalah alasan disyari’atkannya ziarah kubur. Kesimpulannya, wanita
juga boleh berziarah kubur

Keenam: Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan keringanan kepada


para wanita untuk berziarah kubur. Dalilnya adalah hadits dari shahabat
Abdullah bin Abi Mulaikah :

‫ من قبر أخي‬:‫ يا أم المؤمنين من أين أقبلت؟ قالت‬:‫ فقلت لها‬،‫أن عائشة أقبلت ذات يوم من المقابر‬
‫ ثم أمر‬:‫ نعم‬:‫ أليس كان رسول هللا نهى عن زيارة القبور؟ قالت‬:‫ فقلت لها‬،‫عبد الرحمن بن أبي بكر‬
‫بزيارتها‬

“Aisyah suatu hari pulang dari pekuburan. Lalu aku bertanya padanya :
“Wahai Ummul Mukminin, dari mana engkau?” Ia menjawab : “Dari kubur
saudaraku Abdurrahman bin Abi Bakr”. Lalu aku berkata kepadanya :
“Bukankah Rasulullah melarang ziarah kubur?” Ia berkata : “Ya, kemudian
beliau memerintahkan untuk berziarah” “

Ketujuh: Disebutkan dalam kisah ‘Aisyah yang membuntuti Nabi shallallahu


‘alaihi wa sallam ke pekuburan Baqi’ dalam sebuah hadits yang panjang,
‘Aisyah bertanya kepada Rasulullah,

‫ ويرحم هللا‬،‫ السالم على أهل الديار من المؤمنين والمسلمين‬:‫ قولي‬:‫كيف أقول لهم يا رسول هللا؟ قال‬
‫ وإنا إن شاء هللا بكم لالحقون‬،‫المستقدمين منا والمستأخرين‬

“Ya Rasulullah, apa yang harus aku ucapkan kepada mereka (penghuni kubur-
ed)?” Rasulullah menjawab, “Katakanlah : Assalamu’alaykum wahai penghuni
kubur dari kalangan kaum mukminin dan muslimin. Semoga Allah merahmati
orang-orang yang mendahului kami dan orang-orang yang dating kemudian.
Dan insya Allah kami akan menyusul kalian”

Syaikh Al Albani rahimahullah berkata setelah membawakan hadits ini : “Al


Hafizh di dalam At Talkhis (5/248) berdalil dengan hadits ini akan bolehnya
berziarah kubur bagi wanita”

Dengan berbagai argumen di atas jelaslah bahwa wanita juga diperbolehkan


berziarah kubur asalkan tidak sering-sering. Inilah pendapat sejumlah ulama
semisal Al Hafizh Ibnu Hajar Al ‘Asqalani, Al ‘Aini, Al Qurthubi, Asy
Syaukani, Ash Shan’ani, dan lainnya rahimahumullah.

Hikmah ziarah kubur

Ziarah kubur adalah amalan yang sangat bermanfaat baik bagi yang berziarah
maupun yang diziarahi. Bagi orang yang berziarah, maka ziarah kubur dapat
mengingatkan kepada kematian, melembutkan hati, membuat air mata
menetes, mengambil pelajaran, dan membuat zuhud terhadap dunia.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ َو ََل تَقُولُوا‬،َ‫ َوتُذَ ِ ّك ُر ْاْل ِخ َرة‬، َ‫ َوتُد ِْم ُع ا ْلعَ ْين‬،‫ب‬


َ ‫ق ا ْلقَ ْل‬ ُ ‫ور أ َ ََل فَ ُز‬
ُّ ‫ فَ ِإنَّهُ يُ ِر‬،‫ورو َها‬ ِ ُ‫ار ِة ا ْلقُب‬
َ َ‫ُك ْنتُ نَ َه ْيت ُ ُك ْم ع َْن ِزي‬
‫ُهجْ ًرا‬

“Dahulu aku melarang kalian untuk berziarah kubur, sekarang berziarahlah


karena ziarah dapat melembutkan hati, membuat air mata menetes, dan
mengingatkan akhirat. Dan janganlah kalian mengucapkan al hujr

Dalam hadits tersebut, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan


hikmah dibalik ziarah kubur. Ketika seseorang melihat kubur tepat di depan
matanya, di tengah suasana yang sepi, ia akan merenung dan menyadari bahwa
suatu saat ia akan bernasib sama dengan penghuni kubur yang ada di
hadapannya. Terbujur kaku tak berdaya. Ia menyadari bahwa ia tidaklah hidup
selamanya. Ia menyadari batas waktu untuk mempersiapkan bekal menuju
perjalanan yang sangat panjang yang tiada akhirnya adalah hanya sampai
ajalnya tiba saja. Maka ia akan mengetahui hakikat kehidupan di dunia ini
dengan sesungguhnya dan ia akan ingat akhirat, bagaimana nasibnya nanti di
sana? Apakah surga? Atau malah neraka? Nas-alullahas salaamah wal
‘aafiyah.

Selain itu, ziarah kubur juga bermanfaat bagi mayit yang diziarahi karena
orang yang berziarah diperintahkan untuk mengucapkan salam kepada mayit,
mendo’akannya, dan memohonkan ampun untuknya. Tetapi, ini khusus untuk
orang yang meninggal di atas Islam. Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha,
‫ إني أمرت أن أدعو لهم‬:‫ فسألته عائشة عن ذلك؟ فقال‬،‫ فيدعو لهم‬،‫أن النبي كان يخرج إلى البقيع‬

“Nabi pernah keluar ke Baqi’, lalu beliau mendo’akan mereka. Maka ‘Aisyah
menanyakan hal tersebut kepada beliau. Lalu beliau menjawab :
“Sesungguhnya aku diperintahkan untuk mendo’akan mereka”

Adapun jika mayit adalah musyrik atau kafir, maka tidak boleh mendo’akan
dan memintakan ampunan untuknya berdasarkan sabda beliau,

،‫ فلم يؤذن لي‬،‫ استأذنت ربي في أن أستغفر لها‬:‫ فقال‬،‫ وأبكى من حوله‬,‫ فبكى‬.‫زار النبي قبر أمه‬
‫ فزوروا القبور فإنها تذكر الموت‬،‫واستأذنته في أن أزور قبرها فأذن لي‬

“Nabi pernah menziarahi makam ibu beliau. Lalu beliau menangis. Tangisan
beliau tersebut membuat menangis orang-orang disekitarnya. Lalu beliau
bersabda : “Aku meminta izin kepada Rabb-ku untuk memintakan ampunan
untuk ibuku. Tapi Dia tidak mengizinkannya. Dan aku meminta izin untuk
menziarahi makam ibuku, maka Dia mengizinkannya. Maka berziarahlah
kalian karena ziarah tersebut dapat mengingatkan kalian kepada kematian”

Maka ingatlah hal ini, tujuan utama berziarah adalah untuk mengingat
kematian dan akhirat, bukan untuk sekedar plesir, apalagi meminta-minta
kepada mayit yang sudah tidak berdaya lagi.

Adab Islami ziarah kubur

Agar berbuah pahala, maka ziarah kubur harus sesuai dengan tuntunan syari’at
yang mulia ini. Berikut ini adab-adab Islami ziarah kubur :

Pertama: Hendaknya mengingat tujuan utama berziarah

Ingatlah selalu hikmah disyari’atkannya ziarah kubur, yakni untuk mengambil


pelajaran dan mengingat kematian.

Imam Ash Shan’ani rahimahullah berkata : “Semua hadits di atas


menunjukkan akan disyari’atkannya ziarah kubur dan menjelaskan hikmah
dari ziarah kubur, yakni untuk mengambil pelajaran seperti di dalam hadits
Ibnu Mas’ud (yang artinya) : “Karena di dalam ziarah terdapat pelajaran dan
peringatan terhadap akhirat dan membuat zuhud terhadap dunia”. Jika tujuan
ini tidak tercapai, maka ziarah tersebut bukanlah ziarah yang diinginkan
secara syari’at”

Kedua: Tidak boleh melakukan safar untuk berziarah

Hal ini berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,


،‫سلَّ َم‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ ُ‫صلَّى هللا‬
َ ‫سو ِل‬
ُ ‫الر‬
َّ ‫س ِج ِد‬
ْ ‫ َو َم‬،‫س ِج ِد ال َح َر ِام‬
ْ ‫ ال َم‬:َ‫اجد‬
ِ ‫س‬َ ‫الر َحا ُل إِ ََّل إِلَى ثَالَث َ ِة َم‬ َ ُ ‫َلَ ت‬
ّ ِ ‫ش ُّد‬
‫صى‬َ ‫س ِج ِد األ َ ْق‬
ْ ‫َو َم‬

“Janganlah melakukan perjalanan jauh (dalam rangka ibadah, ed) kecuali ke


tiga masjid : Masjidil Haram, Masjid Rasul shallallahu ‘alaihi wa
sallam (Masjid Nabawi), dan Masjidil Aqsha”

Ketiga: Mengucapkan salam ketika masuk kompleks pekuburan

“Dari Buraidah radhiyallahu ‘anhu, dahulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa


sallam mengajarkan mereka (para shahabat) jika mereka keluar menuju
pekuburan agar mengucapkan :

َ‫ار ِمنَ ْال ُمؤْ ِمنِيْنَ َو ْال ُم ْس ِل ِميْنَ َوإِنَّا إِ ْن شَا َء هللاُ لَالَ ِحقُ ْونَ نَسْأ َ ُل هللاَ لَنَا َولَ ُك ُم ْالعَافِيَة‬
ِ َ‫علَ ْي ُك ْم أ َ ْه َل ال ِدِّي‬
َ ‫سالَ ُم‬
َّ ‫اَل‬

“Salam keselamatan atas penghuni rumah-rumah (kuburan) dan kaum


mu’minin dan muslimin, mudah-mudahan Allah merahmati orang-orang yang
terdahulu dari kita dan orang-orang yang belakangan, dan kami Insya Allah
akan menyusul kalian, kami memohon kepada Allah keselamatan bagi kami
dan bagi kalian”

Keempat: Tidak memakai sandal ketika memasuki pekuburan

Dari shahabat Basyir bin Khashashiyah radhiyallahu ‘anhu : “Ketika


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang berjalan, tiba-tiba beliau
melihat seseorang sedang berjalan diantara kuburan dengan memakai sandal.
Lalu Rasulullah bersabda,

‫سلَّ َم‬ َ ُ‫صلَّى هللا‬


َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫سو َل‬
َ ِ‫َّللا‬ ُ ‫ف َر‬ َ ‫الر ُج ُل فَلَ َّما‬
َ ‫ع َر‬ َّ ‫ظ َر‬ ِ ‫ َو ْي َحكَ أ َ ْل‬،‫س ْبتِيَّتَي ِْن‬
َ َ‫ق ِس ْبتِيَّتَيْكَ » فَن‬ ِّ ِ ‫ب ال‬
َ ‫اح‬
ِ ‫ص‬َ ‫يَا‬
‫َخلَعَ ُه َما فَ َر َمى بِ ِه َما‬

“Wahai pemakai sandal, celakalah engkau! Lepaskan sandalmu!” Lalu orang


tersebut melihat (orang yang meneriakinya). Tatkala ia mengenali (kalau orang
itu adalah) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia melepas kedua
sandalnya dan melemparnya”

Kelima: Tidak duduk di atas kuburan dan menginjaknya

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata : Rasulullah shallallahu


‘alaihi wa sallam bersabda,

‫علَى قَب ٍْر‬ َ ‫ َخي ٌْر لَهُ ِم ْن أ َ ْن يَجْ ِل‬،ِ‫ص إِلَى ِج ْل ِده‬
َ ‫س‬ َ ‫س أ َ َحد ُ ُك ْم‬
َ ُ‫ فَت َْخل‬،ُ‫علَى َج ْم َرةٍ فَتُحْ ِرقَ ثِ َيابَه‬ َ ‫ََل َ ْن يَجْ ِل‬
“Sungguh jika salah seorang dari kalian duduk di atas bara api sehingga
membakar bajunya dan menembus kulitnya, itu lebih baik daripada duduk di
atas kubur”

Keenam: Mendo’akan mayit jika dia seorang muslim

. Adapun jika mayit adalah orang kafir, maka tidak boleh mendo’akannya.

Ketujuh: Boleh mengangkat tangan ketika mendo’akan mayit tetapi tidak


boleh menghadap kuburnya ketika mendo’akannya (yang dituntunkan adalah
menghadap kiblat)

Hal ini berdasarkan hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha ketika beliau mengutus
Barirah untuk membuntuti Nabi yang pergi ke Baqi’ Al Gharqad. Lalu
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berhenti di dekat Baqi’, lalu mengangkat
tangan beliau untuk mendo’akan mereka. Dan ketika berdo’a, hendaknya tidak
menghadap kubur karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang shalat
menghadap kuburan. Sedangkan do’a adalah intisari sholat.

Kedelapan: Tidak mengucapkan al hujr

Telah lewat keterangan dari Imam An Nawawi rahimahullah bahwa al


hujr adalah ucapan yang bathil. Syaikh Al Albani rahimahullah mengatakan :
“Tidaklah samar lagi bahwa apa yang orang-orang awam lakukan ketika
berziarah semisal berdo’a pada mayit, beristighotsah kepadanya, dan meminta
sesuatu kepada Allah dengan perantaranya, adalah termasuk al hujr yang
paling berat dan ucapan bathil yang paling besar. Maka wajib bagi para ulama
untuk menjelaskan kepada mereka tentang hukum Allah dalam hal itu. Dan
memahamkan mereka tentang ziarah yang disyari’atkan dan tujuan syar’i dari
ziarah tersebut”

Kesembilan: Diperbolehkan menangis tetapi tidak boleh meratapi mayit

Menangis yang wajar diperbolehkan sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa


sallam menangis ketika menziarahi kubur ibu beliau sehingga membuat orang-
orang disekitar beliau ikut menangis. Tetapi jika sampai tingkat meratapi
mayit, menangis dengan histeris, menampar pipi, merobek kerah, maka hal ini
diharamkan.
BAB III

KESIMPULAN

Sepanjang uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwasanya manusia


sebagi makhluk yang mulia di sisi Allah SWT dan untuk menghormati
kemuliannya itu perlu mendapat perhatian khusus dalam hal penyelenggaraan
jenazahnya. Dimana, penyelengaraan jenazah seorang muslim itu hukumnya
adalah fardhu kifayah. Artinya, kewajiban ini dibebankan kepada seluruh
mukallaf di tempat itu, tetapi jika telah dilakukan oleh sebagian orang maka
gugurlah kewajiban seluruh mukallaf.
Adapun 4 perkara yang menjadi kewajiban itu ialah:
a. Memandikan
b. Mengkafani
c. Menshalatkan
d. Menguburkan
Adapun hikmah yang dapat diambil dari tata cara pengurusan jenazah,
antara lain:
a. Memperoleh pahala yang besar.
b. Menunjukkan rasa solidaritas yang tinggi diantara sesame manusia.
c. Membantu meringankan beban keluarga jenazah dan sebagai ungkapan
belasungkawa atas musibah yang dideritanya.
d. Mengingatkan dan menyadarkan manusia bahwa setiap manusia akan mati dan
masing-masing supaya mempersiapkan bekal untuk hidup setelah mati.
e. Sebagai bukti bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia, sehingga
apabila salah seorang manusia meninggal dihormati dan diurus dengan sebaik-
baiknya menurut aturan Allah SWT dan RasulNya.
DAFTAR PUSTAKA
Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, Sinar Baru Algensindo Bandung. 1994
Ali Imran Sinaga, Fiqih Taharah, Ibadah, Muamalah, Cita Pustaka Media
Perintis Bandung. 2011
Buku Ajar Praktik Ibadah, Fakultas Tarbiyah IAIN SU Medan. 2012
Praktikum Ibadah, Fakultas Ushuluddin IAIN SU Medan. 2012
http: //dear.to/ Abusalma, Ringkasan Cara Penyelenggaraan Jenazah
http://zainlzainal.blogspot.com/2012/10/penyelenggaraan-jenazah-disusun-
oleh.html
https://muslim.or.id/24706-fikih-jenazah-1-mentalqin-orang-yang-akan-
meninggal.html

Anda mungkin juga menyukai