Anda di halaman 1dari 16

PSIKOLOGI PERKEMBANGAN II

PERANAN KELOMPOK TEMAN SEBAYA (PEER GROUP) DALAM


PERKEMBANGAN REMAJA

Dosen Pengampu: Dra. Titik Muti’ah, M.A, P.hD.

Disusun oleh :

Isnaini Muslikhah (2014011010)

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA

YOGYAKARTA

2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Peranan Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) dalam Perkembangan Remaja ini
dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.

Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai pentingnya peranan peer group dalam
perkembangan remaja. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah
ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya
berharap adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah yang akan saya buat di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya dan
kita dapat mengambil manfaatnya sehingga dapat memberikan ilmu pengetahuan
terhadap pembaca.

Yogyakarta, April 2016

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang 1
B. Rumusan masalah 2
C. Tujuan 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Remaja dan Perkembangannya 3


B. Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) 4
C. Ciri-Ciri Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) 6
D. Macam-Macam Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) 7
E. Fungsi Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) 8
F. Pengaruh Perkembangan Peer Group 10

BAB III PENUTUP

Kesimpulan 12

Daftar Pustaka 13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap manusia pasti melalui tahap-tahap kehidupan yang saling


mempengaruhi satu sama lainnya. Salah satunya adalah tahap remaja yang
memiliki pengaruh besar terhadap kehidupan selanjutnya. Secara tradisional
masa remaja merupakan suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi
sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar (Hurlock, 1993).

Remaja sebagai siswa di sekolah, memandang seorang teman


mempunyai tingkatan social kompetensi yang mampu memberikan energi
tersendiri dalam penyesuaiannya dilingkungan sekolahnya. Selain peran
keluarga, peran lingkungan juga sangat membantu remaja dalam
perkembangannya. Salah satunya yaitu dengan hubungan peer group.
Hubungan peer group yang positif dapat memberikan dukungan social yang
baik terhadap remaja yang memiliki berbagai masalah dalam proses
perkembangan, sehingga memunculkan kualitas persahabatan yang positif
pula. Seperti disebutkan Hurlock (1992) bahwa perkembangan pribadi
seseorang sebagian besar tergantung pada interaksi individu dengan individu
lain melalui hubungan yang baik dan jujur, penuh rasa percaya, cita-cita dan
komitmen bersama. Namun tidak sedikit pula remaja yang salah memilih
kelompok sebayanya sehingga menimbulkan perilaku yang negatif dimana
masa remaja adalah masa krisis identitas sehingga sangat mudah dipengaruhi
oleh lingkungan sebayanya. Oleh sebab itu, peer group penting untuk
diperhatikan karena memiliki peranan yang cukup penting bagi perkembangan
remaja.

1
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang ada, maka rumusuan masalah yang


diperoleh yaitu:

1. Apa yang dimaksud dengan remaja dan perkembangan remaja?


2. Apa yang dimaksud dengan peer group?
3. Bagaimana ciri-ciri dan macam-macam bentuk peer group?
4. Apa saja fungsi peer group?
5. Bagaimana pengaruh perkembangan peer group?
C. Tujuan
Dari rumusan masalah tersebut, maka tujuan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui dan memahami pentingnya peer group dalam
perkembangan remaja.
2. Untuk mengetahui dan memahami ciri-ciri dan macam-macam bentuk
peer group.
3. Untuk mengetahui dan memahami fungsi peer group.
4. Untuk mengetahui dan memahami dampak atau pengaruh peer group.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Remaja dan Perkembangannya

Masa remaja, menurut Mappiare (1982), berlangsung antara umur 12


tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22
tahun bagi pria. Rentang usia remaja ini dapat dibagi menjadi dua bagian,
yaitu usia 12/13 tahun sampai dengan 17/18 tahun adalah remaja awal, dan
usia 17/18 tahun sampai dngan 21/22 tahun adalah remaja akhir. Pada usia ini,
umumnya anak sedang duduk di bangku sekolah menengah.

Remaja yang dalam bahasa aslinya disebut adolesence, berasal dari


bahasa latin adolescere yang artinya “tumbuh untuk mencapai kematangan”.
Istilah adolesence sesungguhnya memiliki arti yang luas, mencakup
kematangan mental emosional, sosial, dan fisik (Hurlock, 1991). Pandangan
ini didukung oleh Piaget (Hurlock, 1991) yang mengatakan bahwa secara
psikologis, remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi
kedalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa
dirinya berada dibawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama,
atau paling tidak sejajar.

Remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas. Mereka sudah


tidak termasuk golongan anak-anak, tetapi belum juga dapat diterima secara
penuh untuk masuk ke golongan orang dewasa. Remaja ada diantara anak dan
orang dewasa. Oleh karena itu remaja, seringkali dikenal dengan fase mencari
jati diri. Remaja masih belum mampu menguasai dan memfungsikan secara
maksmal fungsi fisik maupun psikisnya (Monks dkk, 1989). Namun yang
perlu ditekankan disini adalah bahwa fase remaja merupakan fase
perkembangan yang tengah berada pada masa amat potensial baik dilihat dari
aspek kognitif, emosi, maupun fisik. Remaja dikarakteristikkan sebagai masa

3
pencarian jati dirinya sendiri ditandai oleh hubungan teman sebaya yang erat
dan pembentukan clique, penemuan nilai-nilai dan ideal-ideal yang tinggi,
perkembangan kepribadian dan pembentukan identitas, dan pencapaian status
dewasa dengan tugas-tugas menantangnya dan tanggung jawab (Pikunas,
1976).

B. Kelompok Teman Sebaya (Peer Group)

Salah satu kegiatan yang dikembangkan individu pada masa remaja


adalah menjalin interaksi dengan teman yang sebaya (Gander & Gardiner,
1981). Remaja cenderung membentuk kelompok-kelompok sebaya yang
mereka sebut dengan sahabat. Istilah persahabatan atau pertemanan
menggambarkan perilaku kerjasama dan saling mendukung antara dua atau
lebih entitas sosial. Ikatan persahabatan akan ditunjukkan oleh perilaku saling
menolong di antara mereka, saling percaya, dan juga saling setia. Haber dan
Runyon (1984) menyatakan bahwa persahabatan adalah hubungan
interpersonal antar individu. Hubungan interpersonal yang efektif
memerlukan individu-individu dengan karakteristik pribadi yang sehat dan
seimbang. Perkembangan pribadi seseorang sebagian besar tergantung pada
interaksi individu dengan individu lain melalui hubungan yang baik dan jujur,
penuh rasa percaya, cita-cita dan komitmen bersama (Hurlock, 1992).

Peer group adalah kelompok teman anak sebaya yang sukses di mana
ia dapat berinteraksi (Santoso,1999:85). Dalam kelompok teman sebaya (peer
group), individu merasakan adanya kesamaan satu dengan yang lainya seperti
di bidang usia, kebutuhan dan tujuan yang dapat memperkuat kelompok itu.
Di dalam peer group tidak dipentingkan adanya struktur organisasi, namun di
antara anggota kelompok merasakan adanya tanggung jawab atas
keberhasilan dan kegagalan kelompoknya. Dalam peer group ini, individu
menemukan dirinya (pribadi) serta dapat mengembangkan rasa sosialnya
sejalan dengan perkembangan kepribadiannya. Menurut pakar psikologi
remaja Santrock, Cartwright dan Zander (kompas.com) “peer group adalah

4
sekumpulan remaja sebaya yang punya hubungan erat dan saling tergantung.
Maka di sekolah, atau di lingkungan tempat tinggal kita, biasanya ada
kelompok pertemanan”. Mereka terdiri atas beberapa orang yang merasa
punya ikatan kuat. Mereka kelihatan selalu bersama-sama dalam melakukan
berbagai aktivitas. Pendapat lain dikemukakan oleh St.Vembriarto (1993:54)
“kelompok teman sebaya berarti individu-individu anggota kelompok sebaya
itu mempunyai persamaan-persamaan dalam berbagai aspeknya”. Menurut
St.Vembriarto (1993: 55) ada beberapa pokok dalam pengertian teman
sebaya:

a. Kelompok sebaya adalah kelompok primer yang hubungan diantara


anggotanya intim.
b. Anggota kelompok sebaya terdiri atas sejumlah individu-individu yang
mempunyai persamaan usia dan status atau posisi social.
c. Istilah kelompok dapat menunjuk kelompok anak-anak, kelompok
remaja.

Dalam kelompok teman sebaya (Peer group) akan memungkinkan


individu untuk saling berinteraksi, bergaul dan memberikan semangat dan
motivasi terhadap teman sebaya yang lain secara emosional. Adanya ikatan
secara emosional dalam kehidupan peer group akan mendatangkan berbagai
manfaat dan pengaruh yang besar bagi individu yang berada dalam kelompok
tersebut. Sehingga dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peer group
adalah sekelompok teman sebaya yang mempunyai ikatan emosional yang
kuat dan mereka dapat berinteraksi, bergaul, bertukar pikiran dan pengalaman
dalam memberikan perubahan dan pengembangan dalam kehidupan sosial
dan pribadinya.

Remaja sebagai siswa di sekolah, memandang seorang teman


mempunyai tingkatan sosial kompetensi, dan untuk mengukur tingkat
kesesuaian diri remaja dalam membina hubungan dengaan orang lain maka
terdapat kualitas persahabatan yang menjadi prediktor untuk

5
mengindentifikasi penyesuaian tersebut. Kualitas peer group terdiri dari
kualitas persahabatan yang positif (seperti perasaan aman, pertemanan,
dukungan) dan kualitas persahabatan yang negatif (seperti konflik,
dominansi, permusuhan). Hubungan peer group yang positif dicirikan dengan
hubungan remaja yang membangun. Dimana terdapat dukungan sosial yang
baik dalam hubungannya, seperti ketika menghadapi peristiwa tertekan atau
stres (Laursen dalam Gunarsa, 2004). Dibandingkan dengan yang tidak
memiliki hubungan peer group atau hubungan peer group yang negatif, siswa
yang memiliki hubungan peer group yang positif lebih dapat mengatasi stres
karena dukungan dari teman-temannya.

Selain itu, peer group yang positif berpengaruh terhadap adanya


keahlian sosial yang diperoleh, seperti kemampuan kejasama dengan orang
lain. Hubungan peer group yang positif akan memberi hasil pada prestasi
akademik dan keterlibatan dalam kegiatan sekolah, sedangkan hubungan peer
group yang negatif akan menimbulkan masalah perilaku. Masalah perilaku
yang muncul pada remaja seperti terlibat dalam perkelahian, tawuran,
penggunaan obat-obatan, seks bebas sampai pada kenakalan remaja (Laursen
dalam Gunarsa, 2004).

C. Ciri-ciri Kelompok Teman Sebaya (Peer Group)

Menurut Slamet Santoso (1999:87) ciri-ciri kelompok teman sebaya


(peer group) adalah sebagai berikut:

1. Tidak mempunyai struktur organisasi yang jelas


Peer group terbentuk secara spontan. Diantara anggota kelompok
mempunyai kedudukan yang sama, tetapi ada satu diantara anggota
kelompok yang dianggap sebagai pemimpin. Dimana semua anggota
beranggapan bahwa dia memang pantas dijadikan sebagai pemimpin,
biasanya disegani dalam kelompok itu.

6
2. Bersifat sementara
Karena tidak adanya struktur yang jelas, maka kelompok ini
kemungkinan tidak bisa bertahan lama, jika yang menjadi keinginan
masing-masing anggota kelompok tidak tercapai, atau karena keadaan
yang memisahkan mereka seperti pada teman sebaya di sekolah.
3. Peer group mengajarkan individu tentang kebudayaan yang luas
Misalnya teman sebaya di sekolah, mereka umumnya terdiri dari
individu yang berbeda-beda lingkungannya, yang mempunyai aturan atau
kebiasaan yang berbeda-beda. Lalu mereka memasukkannya dalam
kelompok sebaya sehingga mereka saling belajar secara tidak langsung
tentang kebiasaan itu dan dipilih yang sesuai dengan kelompok, kemudian
dijadikan kebiasaan kelompok.
4. Anggotanya adalah individu yang sebaya. Contoh konkretnya pada anak-
anak usia SMP atau SMA.
D. Macam-macam Kelompok Teman Sebaya (Peer Group)

Menurut para ahli yang dikutip oleh Andi Mappiare (1982: 158)
terdapat kelompok-kelompok yang terbentuk dalam masa remaja. Kelompok-
kelompok tersebut adalah:

1. Kelompok “Chums” (sahabat karib)

Chums yaitu kelompok dalam mana remaja bersahabat karib


dengan ikatan persahabatan yang sangat kuat. Anggota kelompok biasanya
terdiri dari 2-3 remaja dengan jenis kelamin yang sama, memiliki minat,
kemampuan dan kemuan-kemauan yang mirip. Beberapa kemiripan itu
membuat mereka sangat akrab, walaupun kadang-kadang terjadi juga
perselisihan, tetapi dengan mudah mereka melupakan.

2. Kelompok “Cliques” (komplotan sahabat)

Cliques biasanya terdiri dari 4-5 remaja yang memiliki minat,


kemampuan dan kemauan-kemauan yang relative sama. Cliques biasanya

7
terdiri dari penyatuan dua pasang Chums yang terjadi pada tahun-tahun
pertama masa remaja awal. Jenis kelamin remaja dalam satu Cliques
umumnya sama.

3. Kelompok “Crowds” (kelompok banyak remaja)

Crowds biasnya terdiri dari banyak remaja, lebih besar dibanding


Cliques. Karena besarnya kelompok, maka jarak emosi antara anggota
juga agak renggang. Dengan demikian terdapat kemampuan, minat dan
kemauan diantara para anggota Crowds.

4. Kelompok yang diorganisir

Kelompok yang diorganisir merupakan kelompok yang sengaja


dibentuk dan diorganisir oleh orang dewasa yang biasanya melalui
lembaga lembaga tertentu misalnya sekolah. Kelompok ini timbul atas
dasar kesadaran orang dewasa bahwa remaja sangat membutuhkan
penyesuaian pribadi dan sosial, penerimaan dan ikut serta dalam suatu
kelompok-kelompok.

5. Kelompok “Gangs”

Gangs merupakan kelompok yang terbentuk dengan sendirinya


yang pada umumnya merupakan akibat pelarian dari empat jenis
kelompok tersebut diatas. Mereka belajar memahami teman-teman mereka
dan peraturan yang ada.

E. Fungsi Kelompok Teman Sebaya (Peer Group)

Sebagaimana kelompok sosial yang lain, maka peer group juga


mempunyai fungsi. Menurut Santoso (1999: 85-87) Fungsi fungsi peer group
tersebut adalah sebagai berikut :

1. Mengajarkan kebudayaan. Dalam peer group ini diajarkan kebudayaan


yang berada di tempat itu.

8
2. Mengajarkan mobilitas sosial. Mobilitas sosial adalah perubahan status
yang lain. Misalnya ada kelas menengah dan kelas rendah (tingkat
sosial). Dengan adanya kelas rendah pindah ke kelas menengah ini
dinamakan mobilitas sosial.
3. Membantu peranan sosial yang baru. Peer group memberikan
kesempatan bagi anggotanya untuk mengisi peranan sosial yang baru.
4. Peer group sebagai sumber informasi bagi orangtua dan guru bahkan
untuk masyarakat. Kelompok teman sebaya di sekolah bisa sebagai
sumber informasi bagi guru dan orang tua tentang hubungan sosial
individu dan seorang yang berprestasi baik dapat dibandingkan dalam
kelompoknya.
5. Dalam peer group, individu dapat mencapai ketergantungan satu sama
lain. Karena dalam peer group ini mereka dapat merasakan kebersamaan
dalam kelompok, mereka saling tergantungan satu sama lainnya.
6. Peer group mengajarkan moral orang dewasa. Anggota peer group
bersikap dan bertingkah laku seperti orang dewasa, untuk
mempersiapkan diri menjadi orang dewasa mereka belajar memperoleh
kemantapan sosial.
7. Di dalam peer group, individu dapat mencapai kebebasan sendiri.
Kebebasan di sini diartikan sebagi kebebasan untuk berpendapat,
bertindak atau menemukan identitas diri. Karena dalam kelompok itu,
anggota-anggota yang lainnya juga mempunyai tujuan dan keinginan
yang sama.
8. Di dalam peer group, anak-anak mempunyai organisasi sosial yang baru.
Dengan adanya kelompok sosial seperti peer group tersebut akan
memberikan ruang dan waktu kepada individu untuk berubah dan
berkembang sesuai dengan tingkat usia dan perkembangan pribadinya
dalam aspek kehidupan sosialnya. Mereka akan mengalami perubahan
dalam berbagai hal yang memungkinkan untuk berperan menjadi lebih
luas dalam kehidupan kelompok sosialnya yang ditandai dengan
perubahan sikap dan perilakunya.

9
Menurut E Mavis Hetherington and Ross D Parke (1979:486)
sebagaimana kelompok sosial yang lain, maka kelompok teman sebaya (peer
group) juga mempunyai fungsi yaitu:

1. Memberi perhatian yang positif dan saran: mengunjungi, memberikan


kejutan/hadiah, saran, menawarkan bantuan, tersenyum, membentuk
seseorang dari anak lain yang membutuhkan, percakapan umum.
2. Memberikan sikap dan penerimaan pribadi: secara fisik dan lisan.
3. Sikap tunduk: penerimaan pasif, meniru, sharing, menerima ide orang
lain, mengikuti anak lain yang bermain, berkompromi, mengikuti teman
yang lain meminta dengan keenagan dan kerjasama (kooperatif).

Dalam peer group mereka akan bersikap lebih dewasa dan berusaha
untuk dapat setara dan memberikan sesuatu yang bermanfaat dalam
kelompok, seperti belajar untuk menjadi pemimpin kelompok yang baik,
memberikan konstribusi dan pengaruh terhadap kelompok dengan suasana
yang menyenangkan dan penuh dengan keleluasaan dan kebebasan dalam
menemukan identitas diri dan juga konsep dirinya.

F. Pengaruh Perkembangan Peer Group

Dalam pertemanan sebuah peer group akan ada dampak atau pengaruh
terhadap berkembangan remaja anggotanya baik pengaruh positif maupun
negative. Menurut Santoso (1999: 88) dampak-dampak tersebut antara lain:

1. Pengaruh positif dari peer group adalah:


a. Apabila individu di dalam kehidupannya memiliki peer group maka
mereka akan lebih siap menghadapi kehidupan yang akan datang.
b. Individu dapat mengembangkan rasa solidaritas antar kawan.
c. Bila individu masuk dalam peer group, maka setiap anggota akan
dapat membentuk masyarakat yang akan direncanakan sesuai dengan
kebudayanan yang mereka anggap baik.
d. Setiap anggota dapat berlatih memperoleh pengetahuan, kecakapan
dan melatih bakatnya.

10
e. Mendorong individu untuk bersifat mandiri.
f. Menyalurkan perasaan dan pendapat demi kemajuan kelompok.
2. Pengaruh negatif dari peer group adalah :
a. Sulit menerima seseorang yang tidak mempunyai kesamaan.
b. Tertutup bagi individu lain yang tidak termasuk anggota.
c. Menimbulkan rasa iri pada anggota satu dengan yang lain yang tidak
memiliki kesamaan dengan dirinya.
d. Timbul persaingan antar anggota kelompok.
e. Timbul pertentangan/gap-gap antar kelompok sebaya.

Dalam pergaulan baik individu maupun kelompok harus dapat belajar


berperilaku agar menuju kehidupan yang lebih baik. Kelompok teman sebaya
(peer group) membutuhkan kedisiplinan agar dalam menjalankan aktivitas
kelompoknya memperoleh suatu pengakuan dari masyarakat, karena telah
berbuat sesuai dengan aturan dalam kehidupan bermasyarakat. Kedisiplinan
harus ditanamkan dan dikembangkan dengan kebiasaan yang baik, agar
seseorang dapat mencapai kehidupan yang baik, karena kedisiplinan
merupakan kunci untuk meraih kesuksesan.

11
BAB III

KESIMPULAN

Peer group merupakan kelompok teman anak sebaya yang sukses di


mana ia dapat berinteraksi. Dalam kelompok teman sebaya (peer group),
individu merasakan adanya kesamaan satu dengan yang lainya seperti di
bidang usia, kebutuhan dan tujuan yang dapat memperkuat kelompok itu.
Kelompok teman sebaya sangat berpengaruh terhadap citra diri remaja. Remaja
menjadi lebih dekat dengan teman sebayanya, karena mereka menganggap
bahwa teman sebaya dapat memahami keinginannya sehingga mereka ingin
menghabiskan waktunya dengan teman-temannya. Remaja dalam bergaul
dengan teman sebaya merasa diberi status dan memperoleh simpati. Kualitas
peer group terdiri dari kualitas persahabatan yang positif (seperti perasaan
aman, pertemanan, dukungan) dan kualitas persahabatan yang negatif (seperti
konflik, dominansi, permusuhan). Karena itu dalam pergaulan baik individu
maupun kelompok harus dapat belajar berperilaku agar menuju kehidupan
yang lebih baik. Kelompok teman sebaya (peer group) membutuhkan
kedisiplinan agar dalam menjalankan aktivitas kelompoknya memperoleh suatu
pengakuan dari masyarakat. Oleh sebab itu, peer group sangat penting untuk
diperhatikan karena memiliki peranan yang cukup penting bagi perkembangan
remaja.

12
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohammad, Mohammad Asrori. 2009. Psikologi Remaja. Jakarta: PT Bumi


Aksara.

Asmara, Tejo. 2007. Efektivitas Bimbingan Kelompok dengan Teknik Peer Group
dalam Meningkatkan Konsep Diri Siswa Kelas III A di SMP Mardisiswa 1
Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007. Skripsi. Semarang: Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Semarang.

Bayani, Irma, Sumastri Sarwasih. 2013. Attachment dan Peer Group dengan
Kemampuan Coping Stress Pada Siswa Kelas VII di SMP RSBI Al Azhar 8
Kemang Pratama. Jurnal Soul. Vol. 6, No.1.

Ekasari, Agustina, Zesi Andriyani. 2013. Pengaruh Peer Group Support dan Self-
Esteem Terhadap Resilience Pada Siswa SMAN Tambun Utara Bekasi.
Jurnal Soul. Vol. 6, No.1.

Hariastuti, Retno Tri. 2012. Penerapan Bimbingan Kelompok dengan Teknik Peer
Group untuk Meningkatkan Kemampuan Remaja dalam Menjalin
Persahabatan. Jurnal Psikologi. Vol. 2, No. 2. 135-140.

Indrayana, Praditya, Fabiola Hendrati. 2013. Hubungan antara Kecerdasan


Emosional dan Konformitas Kelompok Teman Sebaya dengan Konsep Diri
Remaja. Jurnal Psikologi Indonesia. Vol. 2, No. 3, 199 – 207.

Nisfiannoor, M., Yuni Kartika. 2004. Hubungan antara Regulasi Emosi dan
Penerimaan Kelompok Teman Sebaya pada Remaja. Jurnal Psikologi. Vol. 2
No. 2, 160-178.

Wulan, Dewi Sri Nawang. 2007. Hubungan antara Peranan Kelompok Teman
Sebaya (Peer Group) dan Interaksi Siswa dalam Keluarga dengan
Kedisiplinan Belajar Siswa Kelas XI MAN 1 Sragen Tahun Ajaran
2006/2007. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret.

13

Anda mungkin juga menyukai