Anda di halaman 1dari 184

MODUL

PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN

MATA PELAJARAN
BAHASA INDONESIA
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)
TERINTEGRASI PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER
DAN PENGEMBANGAN SOAL

KELOMPOK KOMPETENSI H

PEDAGOGIK:
PENILAIAN PEMBELAJARAN

PROFESIONAL:
APRESIASI DAN KREASI SASTRA

Penulis:
Dra. Elina Syarief, M.Pd. (inap4tkb@gmail.com)
Penelaah:
Dr. E. Kosasih, M.Pd. (ekos_kosasih@yahoo.com)
Dr. Sam Muchtar Chaniago, M.Pd. (samkalahari@yahoo.com)
Drs. Krisanjaya, M.Hum. (ksanjaya@yahoo.com)

Desain Grafis dan Ilustrasi:


Tim Desain Grafis

Copyright © 2017
Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Dasar
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang


Dilarang mengcopy sebagian atau keseluruhan isi buku ini untuk kepentingan komersial
tanpa izin tertulis dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

Kata Sambutan

Peran guru profesional dalam proses pembelajaran sangat penting sebagai kunci
keberhasilan belajar siswa. Guru profesional adalah guru yang kompeten
membangun proses pembelajaran yang baik sehingga dapat menghasilkan
pendidikan yang berkualitas dan berkarakter prima. Hal tersebut menjadikan guru
sebagai komponen yang menjadi fokus perhatian Pemerintah maupun pemerintah
daerah dalam peningkatan mutu pendidikan terutama menyangkut kompetensi
guru.

Pengembangan profesionalitas guru melalui Program Pengembangan


Keprofesian Berkelanjutan merupakan upaya Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan melalui Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependikan dalam
upaya peningkatan kompetensi guru. Sejalan dengan hal tersebut, pemetaan
kompetensi guru telah dilakukan melalui Uji Kompetensi Guru (UKG) untuk
kompetensi pedagogik dan profesional pada akhir tahun 2015. Peta profil hasil
UKG menunjukkan kekuatan dan kelemahan kompetensi guru dalam penguasaan
pengetahuan pedagogik dan profesional. Peta kompetensi guru tersebut
dikelompokkan menjadi 10 (sepuluh) kelompok kompetensi. Tindak lanjut
pelaksanaan UKG diwujudkan dalam bentuk pelatihan guru paska UKG pada
tahun 2016 dan akan dilanjutkan pada tahun 2017 ini dengan Program
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bagi Guru. Tujuannya adalah untuk
meningkatkan kompetensi guru sebagai agen perubahan dan sumber belajar
utama bagi peserta didik. Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
bagi Guru dilaksanakan melalui tiga moda, yaitu: 1) Moda Tatap Muka, 2) Moda
Daring Murni (online), dan 3) Moda Daring Kombinasi (kombinasi antara tatap
muka dengan daring).

Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan


(PPPPTK), Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Kelautan Perikanan Teknologi Informasi dan Komunikasi (LP3TK
KPTK) dan Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah
(LP2KS) merupakan Unit Pelaksanana Teknis di lingkungan Direktorat Jenderal

  iii
 
 

Guru dan Tenaga Kependidikan yang bertanggung jawab dalam


mengembangkan perangkat dan melaksanakan peningkatan kompetensi guru
sesuai bidangnya. Adapun perangkat pembelajaran yang dikembangkan tersebut
adalah modul Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bagi Guru
moda tatap muka dan moda daring untuk semua mata pelajaran dan kelompok
kompetensi. Dengan modul ini diharapkan program Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan memberikan sumbangan yang sangat besar dalam peningkatan
kualitas kompetensi guru.

Mari kita sukseskan Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan ini


untuk mewujudkan Guru Mulia Karena Karya.

Jakarta, April 2017


Direktur Jenderal Guru
dan Tenaga Kependidikan,

Sumarna Surapranata, Ph.D.


NIP. 195908011985031002

iv 
 
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas selesainya Modul
Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bagi Guru jenjang Sekolah
Menengah Pertama mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS), Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn),
Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Seni Budaya, serta Pendidikan
Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan. Modul ini merupakan dokumen wajib untuk
Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan.

Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bagi Guru merupakan tindak


lanjut dari hasil Uji Kompetensi Guru (UKG) 2015 dan bertujuan meningkatkan
kompetensi guru dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan mata pelajaran
yang diampunya.

Sebagai salah satu upaya untuk mendukung keberhasilan suatu program diklat,
Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Dasar pada tahun 2017 melaksanakan
review, revisi, dan mengembangkan modul paska UKG 2015 yang telah
terintegrasi Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dan Penilaian Berbasis Kelas,
serta berisi materi pedagogik dan profesional yang akan dipelajari oleh peserta
selama mengikuti Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan.

Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bagi Guru jenjang Sekolah


Menengah Pertama ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan wajib bagi para
peserta diklat untuk dapat meningkatkan pemahaman tentang kompetensi
pedagogik dan profesional terkait dengan tugas pokok dan fungsinya.

  v
 
 

Terima kasih dan penghargaan yang tinggi disampaikan kepada para pimpinan
PPPPTK IPA, PPPPTK PKn/IPS, PPPPTK Bahasa, PPPPTK Matematika,
PPPPTK Penjas-BK, dan PPPPTK Seni Budaya yang telah mengijinkan stafnya
dalam menyelesaikan modul Pendidikan Dasar jenjang Sekolah Menengah
Pertama ini. Tidak lupa saya juga sampaikan terima kasih kepada para
widyaiswara, Pengembang Teknologi Pembelajaran (PTP), dosen perguruan tinggi,
dan guru-guru hebat yang terlibat di dalam penyusunan modul ini.
Semoga Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan ini dapat
meningkatkan kompetensi guru sehingga mampu meningkatkan prestasi
pendidikan anak didik kita.

Jakarta, April 2017


Direktur Pembinaan Guru
Pendidikan Dasar

Poppy Dewi Puspitawati


NIP. 196305211988032001

vi   
 
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

  i
 
MODUL
PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN

MATA PELAJARAN
BAHASA INDONESIA
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)
TERINTEGRASI PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER

KELOMPOK KOMPETENSI H

PEDAGOGIK:
PENILAIAN PEMBELAJARAN

Penulis:
Dra. Elina Syarief, M.Pd. (inap4tkb@gmail.com)

Penelaah:
Dr. E. Kosasih, M.Pd. (ekos_kosasih@yahoo.com)
Dr. Sam Muchtar Chaniago, M.Pd. (samkalahari@yahoo.com)
Drs. Krisanjaya, M.Hum. (ksanjaya@yahoo.com)

Desain Grafis dan Ilustrasi:


TIM Desain Grafis

Copyright © 2017
Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Dasar
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang


Dilarang mengcopy sebagian atau keseluruhan isi buku ini untuk kepentingan komersial
tanpa izin tertulis dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan.
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

Daftar Isi

Hal. 

Kata Sambutan ........................................................................................................ iii 

Kata Pengantar ........................................................................................................ v 

Daftar Isi ................................................................................................................... ix 

Pendahuluan ............................................................................................................ 1 

A. Latar Belakang ........................................................................................... 1

B. Tujuan ......................................................................................................... 2

C. Peta Kompetensi ........................................................................................ 2

D. Ruang Lingkup ........................................................................................... 3

E. Cara Penggunaan Modul ............................................................................ 4

Kegiatan Pembelajaran Penilaian Pembelajaran Bahasa ................................. 5 

A. Tujuan ......................................................................................................... 5

B. Indikator Pencapaian Kompetensi .............................................................. 5

C. Uraian Materi .............................................................................................. 6

D. Aktivitas Pembelajaran ............................................................................. 36

E. Latihan/Tugas/Kasus ................................................................................ 40

F. Rangkuman .............................................................................................. 48

Evaluasi ................................................................................................................... 51 

Penutup ................................................................................................................... 63 

Daftar Pustaka ........................................................................................................ 65 

Glosarium ............................................................................................................... 67 

  ix
 
 

 
 
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Modul ini ditujukan untuk memperluas pemahaman Bapak/Ibu tentang


pembelajaran bahasa setelah menguasai teori, pendekatan, metode, teknik, serta
media-medianya. Meskpun demikian, evaluasi tidak berarti selalu harus dilakukan
pada akhir kegiatan pembelajaran. Dengan pendekatan autentic assesment
sebagaimana yang berlaku dalam Kurikulum 2013 (Permendikbud No. 23 tentang
Standar Penilaian) evaluasi harus dilakukan pula pada awal dan selama proses
pembelajaran.

Evaluasi pembelajaran penting dilakukan untuk mengetahui tingkat penguasaan


siswa terhadap suatu kegiatan belajar yang dilakukannya. Informasi tersebut
ditindaklanjuti guru untuk melakukan serangkaian kegiatan lainnya, yang
semuanya ditujukan untuk kemajuan belajar siswa.

Pembelajaran bahasa menyangkut berbagai ranah dari kompetensi berbahasa


siswa: kognitif, psikomotor, dan apektif. Psikomotor merupakan ranah yang perlu
mendapat penekanan khusus. Hal itu berkaitan dengan keterampilan berbahasa
yang bersifat psikomotoris. Meskipun demikian, aspek kognitif dan apektif tidak
berarti dapat diabaikan. Penguasaan kognisi siswa juga berlu mendapat perhatian
guru dalam satu keutuhan rangkaian evaluasi bersama dengan aspek-aspek
lainnya.

Konsep-konsep serta aplikasi dari ihwal evaluasi bahasa perlu Bapak/Ibu kuasai
sehingga Bapak/Ibu dapat menentukan teknik dan modelnya yang tepat untuk
kegiatan pembelajaran yang Bapak/Ibu lakukan. Lebih-lebih KD di dalam
Kurikulum 2013 untuk Bahasa Indonesia SMP, materinya berbasis genre, yang
materi-materinya terdiri atas berbagai jenis. Masing-masing teks tersebut
menuntut penanganan evaluasi yang relatif berbeda-beda, baik itu pada ranah
kognitif, kognitif, maupun psikomotornya dengan tetap memperhatikaan
pengembangan pendidikan karakter di dalamnya..

  1
 
 
 
 
Pendahuluan 

Terlepas dari kompleksnya masalah yang dibahas di dalam modul ini, keseriusan
Bapak/Ibu dalam mendalaminya merupakan hal yang utama. Semuanya menjadi
mudah apabila Bapak/Ibu memiliki motivasi besar untuk menguasainya dengan
baik. Lengkapi pula dengan referensi-referensi lainnya yang relevan.

Selamat belajar dan semoga kesuksesan selalu menyertai Bapak/Ibu.

B. Tujuan

Tujuan penyusunan modul PKB Kelompok Kompetensi H ini agar Bapak/Ibu dapat:

1. menjelaskan konsep-konsep dasar penilaian;

2. merancang instrumen penilaian untuk kegiatan pembelajaran bahasa


Indonesia;

3. mengembangkan kegiatan penilaian dengan langkah-langkah yang benar


dengan mengintegrasikan nilai-nilai penguatan pendidikan karakter.

C. Peta Kompetensi

Kompetensi yang akan dicapai atau ditingkatkan melalui modul ini mengacu pada
kompetensi Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 sebagai berikut.

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI GURU MAPEL


(KI) (KG)
Menyelenggarakan 8.1 Memahami prinsip-prinsip penilaian dan evaluasi
penilaian dan proses dan hasil belajar sesuai dengan
evaluasi proses dan karakteristik mata pelajaran yang diampu
hasil belajar. 8.2 Menentukan aspek-aspek proses dan hasil
belajar yang penting untuk dinilai dan dievaluasi
sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang
diampu.
8.3 Menentukan prosedur penilaian dan evaluasi
proses dan hasil belajar.
8.4 Mengembangkan instrumen penilaian dan
evaluasi proses dan hasil belajar.

2   
 
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI GURU MAPEL


(KI) (KG)
8.5 Mengadministrasikan penilaian proses dan hasil
belajar secara berkesinambungan dengan
menggunakan berbagai instrumen.
8.6 Menganalisis hasil penilaian proses dan hasil
belajar untuk berbagai tujuan.
8.7 Melakukan evaluasi proses dan hasil belajar.

D. Ruang Lingkup

Ruang lingkup modul ini terdiri atas dua kegiatan pembelajaran yaitu menentukan
pencapaian kompetensi dan menyusun instrumen pengetahuan.

Kegiatan pembelajaran mencakup: tujuan, kompetensi dan indikator pencapaian


kompetensi, uraian materi, aktivitas pembelajaran, latihan /tugas/kasus,
rangkuman, umpan balik dan tindak lanjut, pembahasan latihan/tugas/kasus

Sebagai acuan penilaian disajikan bahan evaluasi berupa soal pilihan ganda.
Bagian akhir modul ini terdapat penutup, daftar pustaka, dan glosarium

  3
 
 
 
 
Pendahuluan 

E. Cara Penggunaan Modul

Modul Diklat PKB Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi H dapat


digunakan dengan cara sebagai berikut.

1. Pelajari modul ini dengan sistematis dimulai dari pengantar, pendahuluan,


kegiatan-kegiatan hingga glosarium.

2. Bacalah pendahuluan modul ini. Cermatilah setiap tujuan, peta kompetensi,


dan ruang lingkupnya.

3. Ikuti langkah-langkah aktivitas pembelajaran dan model/teknik pembelajaran


yang digunakan pada setiap kegiatan pembelajaran dalam modul ini.

4. Pada setiap kegiatan pembelajaran modul mencakup: tujuan,kompetensi dan


indikator pencapaian kompetensi, uraian materi, aktivitas pembelajaran,latihan
/tugas/kasus, rangkuman, umpan balik dan tindak lanjut, pembahasan latihan/
tugas /kasus

5. Gunakan LK-LK yang telah disediakan untuk menyelesaikan setiap


tugas/latihan/studi kasus yang ditagihkan. Melalui kegiatan-kegiatan
pembelajaran yang dilakukan, Bapak/Ibu diharapkan dapat menghasilkan
produk seperti berikut ini.

a. Portofolio hasil belajar.

b. Rencana tindak lanjut untuk pelaksanaan PKB Guru.

c. Evaluasi akhir setiap modul.

4   
 
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

Kegiatan Pembelajaran
Penilaian Pembelajaran Bahasa

A. Tujuan
Setelah mempelajari modul ini, Bapak/Ibu dapat menjelaskan konsep-konsep
penilaian, menyelenggarakan penilaian, merancang instrumen, dan
mengembangkan kegiatan penilaian dengan langkah-langkah yang benar; disertai
pengintegrasian nilai-nilai penguatan pendidikan karakter yang rerevan.

B. Indikator Pencapaian Kompetensi


KOMPETENSI  KOMPETENSI GURU 
INTI    MAPEL  INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI 
(KI) (KG)
Menyelengg 8.1Memahami 8.1.1 Menjelaskan pengertian penilaian,
arakan prinsip-prinsip pengukuran, tes, dan evaluasi
penilaian penilaian dan 8.1.2 Membedakan penilaian, pengukuran,
dan evaluasi evaluasi proses evaluasi, dan tes
proses dan dan hasil belajar 8.1.3 Menjelaskan tujuan, fungsi, dan prinsip
hasil belajar. sesuai dengan penilaian dalam proses pembelajaran
karakteristik mata 8.1.4 Menjelaskan jenis dan bentuk penilaian
pelajaran yang
diampu 8.1.5 Menjelaskan Pendekatan penilaian
8.2 Menentukan 8.2.1 Menjelaskan aspek-aspek penilaian proses
aspek-aspek dan hasil belajar
proses dan hasil
belajar yang
8.2.2 Mengidentifikasi aspek penilaian sikap
penting untuk dinilai
dan dievaluasi
sesuai dengan 8.2.3 Mengidentifikasi aspek penilaian
karakteristik mata pengetahuan
pelajaran yang
diampu. 8.2.4 Mengidentifikasi aspek penilaian
keterampilan

8.3 Menentukan
prosedur penilaian 8.3.1 Menjelaskan prosedur penilaian sikap
dan evaluasi
proses dan hasil 8.3.2 Menjelaskan prosedur penilian
belajar. pengetahuan
8.3.3 Menjelaskan prosedur penilaian
keterampilan
8.4
Mengembangkan 8.4.1 Menjelaskan cara penyusunan kisi-kisi

  5
 
 
 
 
Kegiatan Pembelajaran 

KOMPETENSI  KOMPETENSI GURU 
INTI    MAPEL  INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI 
(KI) (KG)
instrumen penilaian
dan evaluasi 8.4.2 Menyusun instrumen sikap
proses dan hasil
belajar.
8.4.3 Menyusun instrumen pengetahuan

8.4.4 Menyusun instrumen keterampilan

8.4.5 Menganalisis instrumen penilaian secara


kualitatif
8.4.6 Menganalisis instrumen penilaian secara
kuantitatif

C. Uraian Materi

1. Pengertian Penilaian
Penilaian atau sering pula disebut evaluasi, adalah proses terencana untuk
mengetahui keadaan sesuatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya
dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan. Dalam proses
tersebut, dilakukan perbandingan antara informasi-informasi yang telah berhasil
dihimpun dengan kriteria tertentu untuk diambil keputusan atau dirumuskan
kebijakan tertentu. Kriteria atau tolak ukur tersebut berupa tujuan yang sudah
ditentukan sebelum kegiatan penilaian itu dilaksanakan.

Berikut sejumlah pengertian penilaian lainnya.


a. Penilaian merupakan keseluruhan kegiatan pengumpulan data dan informasi,
pengolahan, penafsiran, dan pertimbangan untuk membuat keputusan.

b. Penilaian merupakan proses memahami atau memberi arti, mendapatkan, dan


mengkomunikasikan suatu data bagi pihak-pihak pengambil keputusan.

c. Penilaian ialah kegiatan mengumpulkan data seluas-luasnya, sedalam-


dalamnya yang bersangkutan dengan kompetensi siswa guna mengetahui
sebab akibat dan hasil belajar.

d. Penilaian merupakan suatu kegiatan untuk menilai tingkat kercapaian suatu


program pengajaran berdasarkan kriteria yang telah direncanakan.

6   
 
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

e. Penilaian adalah suatu proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan


informasi yang sanagat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif
keputusan.

f. Penilaian sebagai suatu alat untuk menentukan tingkat ketercapaian tujuan


pendidikan dan prosesnya dalam pengembangan ilmu pengetahuan
sebagaimana yang ditetapkan sebelumnya.

g. Penilaian adalah suatu kegiatan yang direncanakan dengan cermat dan


merupakan bagian yang integral dari program pendidikan.

h. Penilaian merupakan proses yang sistematis mulai dari penenukan tujuan


sampai menentukan keputusan, yang prosesnya diawali dengan menentukan
sasaran yang akan dinilai, menentukan instrumen, cara mengukur, mencatat
data, menganalisis, menginterpretasi hasil analisis, mengambil kesimpulan
dan menetapkan keputusan.

i. Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis,


dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan
secara sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang
bermakna dalam pengambilan keputusan.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa penilaian


memiliki ciri-ciri berikut.

a. Penilaian merupakan suatu kegiatan yang direncanakan dengan cermat.

b. Kegiatan itu merupakan bagian yang integral dari pendidikan sehingga arah
dan tujuan penilaian harus sejalan dengan tujuan pendidikan dan pengajaran.

c. Penilaian harus memiliki kriteria keberhasilan yang jelas, yaitu tentang a)


belajar siswa, b) mengajar guru, dan c) program pengajaran.

d. Penilaian dilaksanakan sepanjang kegiatan program pendidikan dan


pengajaran.

e. Penilaian bernilai positif, yaitu mendorong dan mengembangkan kemampuan


belajar siswa, kemampuan mengajar guru serta menyempurnakan program
pengajaran.

  7
 
 
 
 
Kegiatan Pembelajaran 

f. Penilaian merupakan alat, bukan tujuan, yang digunakan untuk menilai proses
perkembangan belajar berdasarkan kriteria yang ditentukan sebelumnya.

g. Penilaian adalah bagian yang sangat penting dalam menentukan baik tidaknya
suatu sistem pengidikan dan pengajaran.

Beberapa prinsip lainnya yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan evaluasi


adalah sebagai berikut.

a. Penilaian harus mencakup tiga aspek kemampuan, yaitu pengetahuan,


keterampilan, dan sikap.

b. Menggunakan berbagai cara pengukuran data pada waktu kegiatan belajar


sedang berlangsung, misalnya mendengarkan, observasi, mengajukan
pertanyaan, mengamati hasil kerja siswa, memberikan tes.

c. Pemilihan cara dan bentuk penilaian berdasarkan atas tuntutan tujuan atau
indikator pembelajaran.

d. Mengacu kepada tujuan dan fungsi penilaian, misalnya pemberian umpan


balik, pemberian informasi kepada siswa tentang tingkat keberhasilan
belajarnya, memberikan laporan kepada orang tua.

e. Mengacu kepada prinsip diferensiasi, yakni memberikan peluang kepada


siswa untuk menunjukkan apa yang diketahui, yang dipahami, dan mampu
dilakukannya.

f. Tidak bersifat diskriminatif (tidak memilih-milih mana siswa yang berhasil dan
mana yang gagal dalam menerima pembelajaran).

8   
 
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

Di samping istilah penilaian, terdapat istilah lainnya yang memiliki kakrakteristik


hampir serupa. Istilah-istilah yang dimaksud adalah tes, pengukuran, dan
penilaian.

a. Tes merupakan cara untuk memperoleh sejumlah data tentang kemampuan


siswa siswa. Bentuk tes bisa berupa pertanyaan lisan ataupun tertulis.

b. Pengukuran (measurement) merupakan proses penentukan tingkat


kemampuan siswa tertentu, seperti kognitif, afektif, dan psikomotor.
Bentuknya berupa angka-angka.

c. Penilaian (asessment) merupakan proses penafsiran atas berbagai data


tentang hasil belajar siswa. Angka-angka yang diperoleh melalui proses
pengukuran berfungsi sebagai data di dalam proses evaluasi.

Dalam kaitannya dengan penilaian pembelakaran, ketiga istilah tersebut memiliki


hubungan yang sangat erat. Berikut hubungan dari istilah-istilah tersbut.

a. Tes merupakan salah satu cara pengumpulan data untuk kegiatan penilaian.

b. Pengukuran merupakan upaya pengkuantifikasian atas kemampuan tertentu


siswa. Proses penilaian menggunakan hasil-hasil pengukuran sebagai dasar
di dalam penentuan suatu kesimpuan ataupun kebijakan tertentu.

2. Fungsi Penilaian Pembelajaran


Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh informasi yang
bermakna dalam pengambilan keputusan tertentu. Informasi itu berupa tingkat
penguasaan atau pencapaian tujuan (indikator) pelajaran yang telah dirumuskan.
Berdasarkan hal itu, kemudian dapat ditentukan tindak lanjut berikutnya (follow up)
yang mungkin diberikan atas tingkat pencaian tujuan pelajaran oleh siswa. Itulah
tujuan umum penilaian.

Evaluasi juga memiliki tujuan khusus. Terdapat enam jenis penilaian berdasarkan
tujuannya. Keenam jenis penlaian itu berbentuk tes, yakni sebagai berikut.

a. Tes formatif
Tes ini diberikan setelah siswa mengikuti satu satuan pembelajaran. Tes ini
berfungsi sebagai berikut:
1) umpan balik (feed back) penyempurnaan proses belajar mengajar, dan

  9
 
 
 
 
Kegiatan Pembelajaran 

2) membantu kesulitan belajar siswa dalam menguasai materi pelajaran.


Sehubungan dengan fungsi tes tersebut, tes formatif sebenarnya berperan
pula sebagai tes yang bersifat diagnostik. Tes ini diarahkan untuk
mendiagnosis dan memperbaiki kesulitan belajar siswa (kelompok atau
individual).

b. Tes reflektif
Tes reflektif diselenggarakan pada waktu sebelum proses pembelajaran.
Tujuannya untuk memperoleh indikator atau informasi tentang kesiapan dan
tingkat pemahaman siswa atas materi yang akan dipelajarinya. Hasil dari tes
ini menjadi dasar peramalan taraf keberhasilan yang akan dicapai setelah
menjalani prose pembelajaran.

c. Tes subsumatif
Tes subsumatif merupakan tes yang dilakukan setelah guru menyampaikan
beberapa satuan pelajaran dalam satu pokok bahasan tertentu. Tes ini
berfungsi untuk meyampaikan informasi kepada orang tua tentang kemajuan
belajar anaknya.

d. Tes sumatif
Tes sumatif diberikan setelah beberapa pokok bahasan tersampaikan di dalam
satu semester. Tes ini berfungsi sebagai bahan informasi kepada orang tua
mengenai kemajuan belajar anaknya; juga merupakan dasar pertimbangan
dalam pengambilan keputusan, seperti kenaikan kelas. Asumsi yang
mendasari tes ini ialah bahwa hasil tes sumatif merupakan gambaran totalitas
kemampuan siswa belajar.

e. Tes diagnostik
Tes diagnostik ialah tes yang bertujuan untuk menentukan sebab-sebab
kesulitan belajar beserta tindakan remedial yang harus dilakukan. Tes
diagnostik biasanya memiliki standar atau dibakukan baku. Tes diagnostik
telah memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

1) Aspeknya lebih difokuskan pada kesalahan-kesalahan belajar yang paling


umum dilakukan oleh siswa.
2) Tingkat kesulitan relatif rendah.

10   
 
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

3) Penggunannya terbatas, yakni disesuaikan dengan kebutuhan


pembelajaran tertentu.
Dengan tes ini guru memperoleh kepastian tentang jenis, tingkat, serta sifat
kesulitan siswa. Dengan demikian, dapat menentukan strategi perbaikan yang
tepat, baik itu berupa remedial, bimbingan dan penyeluhan, ataupun cara-cara
lainnya.

f. Tes penempatan
Tes penempatan (placement tes) merupakan tes untuk menempatkan siswa
sesuai dengan bakat dan kemampuannya. Misalnya, siswa itu harus
ditempatkan di kelas biasa atau akselerasi, di program bahasa, IPS, atau IPA.

Adapun penilaian di dalam mata pelajaran bahasa Indonesia memiliki fungsi


untuk (1) mengetahui ketercapaian tujuan-tujuan pembelajaran bahasa
Indonesia; (2) memberikan gambaran yang objektif tentang kemampuan
berbahasa Indonesia siswa; (3) mengetahui kemampuan siswa di dalam KI-
KD tertentu; (4) menentukan kelayakan siswa dalam berbahasa Indonesia; (5)
memberikan umpan balik bagi kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia; (6)
memberikan motivasi belajar bagi siswa dan motivasi berprestasi bagi guru.

3. Prinsip-prinsip Penilaian
Prinsip-prisip umum dalam penilaian adalah sebagai berikut.
a. Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan
kemampuan yang diukur.
b. Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas,
tidak dipengaruhi subjektivitas penilai.
c. Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan siswa misalnya
karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku,
budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.
d. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen
yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.
e. Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan
keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan.

  11
 
 
 
 
Kegiatan Pembelajaran 

f. Holistik dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh pendidik mencakup


semua aspek kompetensi dan dengan menggunakan berbagai teknik penilaian
yang sesuai dengan kompetensi yang harus dikuasai peserta didik.
g. Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan
mengikuti langkah-langkah baku.
h. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi
teknik, prosedur, maupun hasilnya.
i. Edukatif, berarti penilaian dilakukan untuk kepentingan dan kemajuan peserta
didik dalam belajar.

Prinsip khusus dalam penilaian hasil belajar adalah sebagai berikut.


a. Materi penilaian dikembangkan dari kurikulum.
b. Bersifat lintas muatan atau mata pelajaran.
c. Berkaitan dengan kemampuan siswa.
d. Berbasis kinerja siswa.
e. Memotivasi belajar siswa.
f. Menekankan pada kegiatan dan pengalaman belajar siswa.
g. Memberi kebebasan peserta didik untuk mengkonstruksi responsnya.
h. Menekankan keterpaduan sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
i. Mengembangkan kemampuan berpikir divergen.
j. Menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari pembelajaran.
k. Menghendaki balikan yang segera dan terus-menerus.
l. Menekankan konteks yang mencerminkan dunia nyata.
m. Terkait dengan dunia kerja.
n. Menggunakan data yang diperoleh langsung dari dunia nyata.
o. Menggunakan berbagai cara dan instrumen.

4. Proses Penilaian
Penilaian merupakan sebuah proses. Dalam sebuah penilaian pembelajaran harus
dilakukan beberapa tahap menuju penilaian. Tahapan dalam sebuah penilaian
meliputi tahapan berikut.
a. Perencanaan, yang berisi kegiatan-kegiatan perumusan tujuan penilaian,
penetapan aspek-aspek yang akan dinilai, penentuan metode penilaian yang
akan dipergunakan, penyusunan alat penilaian, penentuan kriteria yang
dipergunakan, dan penentuan frekuensi pelaksanaan penilaian.

12   
 
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

b. Pengumpulan data yang berupa kegiatan-kegiatan pelaksanaan penilaian,


pemeriksaan hasil penilaian atau lembar tugas, dan pemberian skor.
c. Pengolahan data hasil penilaian yang mungkin dilakukan dengan teknik
statistik atau nonstatistik, tergantung jenis data yang diperoleh kualitatif atau
kuantitatif.
d. Penafsiran terhadap hasil kegiatan pengolahan data dengan mendasarkan diri
pada norma tertentu.
e. Penggunaan hasil penilaian yang telah selesai diolah dan ditafsirkan sesuai
dengan tujuan penilaian.

5. Pelaksanaan Penilaian Autentik


Penilaian autentik (autentic assesment) merupakan karakteristik lainnya yang
menandai pemberlakuan Kurikulum 2013. Penilaian autentik sering pula disebut
sebagai penilaian yang senyata-nyatanya, yakni penilaian yang berusaha
menggambarkan prestasi belajar siswa sesuai dengan kemampuan mereka yang
sesungguhnya; dalam arti tidak parsial ataupun manipulatif.
a. Parsial dalam arti hanya aspek tertentu, misalnya pengetahuan ataupun
keterampilan saja. Pada kurikulum sebelumnya (KTSP), dianggap penilaian itu
lebih terfokus pada asek-aspek tertentu dan tidak bersifat menyeluruh, yang
seharusnya mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Dalam
Kurikulum 2013, semua aspek harus mendapat penilaian guru secara
proporsional.
b. Manipulatif dalam arti terekayasa atau bersifat seolah-olah. Hal itu terjadi
karena kemampuan yang diukur dengan perangkat atau cara pengukurannya
tidaklah tepat. Misalnya, untuk mengukur kemampuan siswa berpidato, diukur
dengan teknik penilaian pilihan ganda. Seharusnya pengukurannya dilakukan
secara nyata, yakni siswa praktik berpidato secara langsung dan ketika itulah
penilaian seharusnya dilakukan.
Oleh karena itu, penilaian autentik berusaha untuk mengukur kemampuan siswa
secara menyeluruh (holistik), yakni mencakup sikap, pengetahuan, serta
keterampilan.
a. Sikap yang dinilai disesuaikan dengan rumusan yang dinyatakan KD pada KI-
1 dan KI-2 yang mencakup aspek spiritual dan sosial. Dengan demikian, tidak
semua aspek harus dinilai oleh guru, melainkan aspek-aspek tertentu yang ada

  13
 
 
 
 
Kegiatan Pembelajaran 

pada KD tersebut. Meskipun demikian, sikap yang dimaksud dianggap


menyokong kompetensi siswa pada KD yang ada pada KI-3 dan KI-4.
Misalnya, ketika KD yang dikembangkan dalam KI-4 berkenaan dengan
kemampuan menulis teks negosiasi (Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
SMA/SMK). Sikap yang harus menjadi fokus penilaian guru adalah jujur,
disiplin, peduli, dan santun; sesuai dengan sikap-sikap yang tercantum pada
KI-2.
b. Pengetahuan yang dinilai sesuai dengan KD yang tertuang pada KI-3. Dalam
proses pelaksanaanya, guru harus memperhatikan kata kerja operasional dan
materi pembelajaran yang dikehendaki oleh setiap KD. Hal ini nantinya akan
berimplikasi pada bentuk soal dan jenis materi yang harus diujikannya.
Pelaksanaan penilaian autentik seharusnya berlangsung ketika siswa sedang
melakoni pembelajaran dan tidak hanya pada akhir pembelajaran. Hal itu terutama
untuk penilaian sikap dan keterampilan. Kedua aspek tersebut dapat dinilai secara
langsung dan nyata.
1) Langsung karena pelaksanaannya dilakukan pada saat itu juga sehingga
dapat yang diperoleh benar-benar faktual dan bisa dipertanggungjawakan. Hal
itu bisa berbeda kalau penilaiannya ditunda, misalnya, dilakukan pada akhir
pembelajaran. Cara tersebut bisa menyebabkan aspek-aspek tertentu yang
terlewatkan sehingga hasilnya bisa menyebabkan timpang; tidak
menggambarkan kemampuan siswa secara utuh-menyeluruh.
2) Nyata dalam arti menunjukkan kemampuan siswa secara jelas dan senyata-
nyatanya. Misalnya, dalam pembelajaran teks dongeng. Seorang siswa tidak
hanya bisa mengapal (mengetahui) tentang teori tentang dongeng. Akan
tetapi, siswa pun bisa membuktikannya dengan kemampuan menulis atau
mendongeng dengan baik. Siswa bisa mendongeng secara jelas dan menarik.
Siswa bisa menunjukkan sikap yang penuh percaya diri, santun, menghargai,
dan sikap-sikap lainnya yang rerevan dengan kompetensi itu. Dalam hal ini
siswa tidak hanya pandai mengapal suatu konseo, tetapi juga bisa
mengapresiasi atau bahkan mengkreasikannya secara baik dan menarik.
Berdasarkan uraian tersebut dapatlah disimpulkan bahwa penilaian otentik adalah
proses pengumpulan informasi oleh guru tentang pengembangan dan pencapaian
pembelajaran yang dilakukan siswa melalui berbegai teknik yang mampu
mengungkapkan, membuktikan, atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan

14   
 
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

pembelajaran telah benar-benar dikuasai dan dicapai. Kegiatan tersebut tidak


hanya pada akhir kegiatan, tetapi pada kegiatan nyata siswa sepanjang proses
pembelajaran. Bentuk penilainnya tidak selalu berbentuk tes tertulis. Agar
gambarannya itu berupa kemampuan nyata siswa secara keseluruhan,
penilaiannya itu harus meluputi pula tes berbahasa lisan ataupun perbuatan.
Misalnya, penilaian untuk kemampuan siswa dalam berpidato. Yang dinilai tidak
hanya kemampuan dia di dalam menjawab tentang cara-cara berpidato,
pengertian pidato, dan wawasan kognitif lainnya. Yang tidak kalah pentingnya
adalah kecakapan dia yang sesunggunya ketika berbicara di depan umum,
termasuk pula sikap-sikapnya.

6. Bentuk-bentuk Penilaian
Berdasarkan Permdikbud No. 23 Tahun 2016, jenis penilaian autentik mencakup
tiga jenis, yakni sebagai berikut.

a. Penilaian Sikap
Penilaian autentik mencakup di dalamnya adalah penilaian terhadap sikap siswa,
sebagai efek penyerta selama proses mengikuti pembelajaran. Secara tersurat
sikap-sikap yang diaksud dinyatakan dalam KI-1 (spiritual) dan KI-2 (sosial).
Ragam sikap yang perlu dikembangkan guru perlu disesuakan dengan KD yang
ada pada KI-1 dan KI-2. Sikap-sikap tersebut tidak untuk dijadikan sebagai materi
pembelajaran, melainkan berfungsi sebagai efek penyerta yang diharapkan
berkembang dalam diri siswa selama dan setelah mengikuti pembelajaran dalam
KD-3 atau KD-4. Oleh karena fungsinya sebagai penyerta, guru terlebih dahulu
harus menentukan KD3 atau KD-4, yang kemudian direlevansikan dengan sikap-
sikap pada KD yang ada di KI-1 dan KI-2. Dalam proses penilaiannya, sikap-sikap
tersebut disertakan sebagai salah satu aspek pada penilaian aspek keterampilan
ataupun pengetahuan.

Penilaian sikap mencakup jenis-jenis berikut.


1) Penilaian Observasi
Dalam proses pelaksaannya, guru mengobservasi atau mengamati sikap-
sikap siswa, sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan. Sikap-sikap yang
dimaksud, misalnya, jujur, percaya diri, dan mandiri (lihat KI-1 dan KI-2). Guru
mengamati perilaku mereka berkaitan dengan ketiga aspek itu pada saat

  15
 
 
 
 
Kegiatan Pembelajaran 

proses pembelajaran berlangsung. Tentu saja sebelumnya guru harus


memiliki krieria yang jelas tentang ketiga sikap-sikap itu, “Apa kriteria
kejujuran, percaya diri, dan mandiri itu?” Hal seperti itu penting agar diperoleh
kejelasan di dalam penilaiannya serta terhindari dari kesan subjektivitas.

Berikut contoh kriteria untuk ketiga sikap yang dimaksud.


1) Jujur ditandai dengan pencatuman sumber referensi dalam menulis
laporan, makalah, dan karya-karya tulis lainnya; atau penyebutan
narasumber ketika menyampaikan suatu pendapat.
2) Percaya diri ditandai dengan keberanian tampil di muka umum, mampu
mengekspresikan kemampuan dirinya secara lugas.
3) Mandiri ditandai dengan sikap bebas menyatakan pendapat dan
kemampuan sendir, tanpa bergantung pada orang lain.
Berkut contoh instrumen observasi.

Indikator
Siswa menunjukan percaya diri, kreatif, dan santun dalam membacakan
puisi.
Jumlah
Nama Percaya diri Kreatif Santun
No. Skor
Siswa
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1.

2.

3.

….

Penilaian observasi dilakukan guru selama proses pembelajaran, yakni dengan


mengobservasi atau mengamati sikap-sikap siswa yang tertera di dalam rubrik. Sikap-
sikap yang dimaksud dapat dinyatakan melalui perilaku, perkataan, gestur, dan aktivitas-
aktivitas lainnya. Dengan demikian, haruslah ada sejumlah kegiatan yang mereka
lakukan sehingga sikap-sikap itu muncul dan bisa teramati. Aktivitas yang dimaksud
mungkin berupa diskusi, debat, presentasi, membaca sejumlah referensi, kunjungan
lapangan, pementasan, dan kegiatan sejenisnya. Adapun dari kegiatan siswa yang

16   
 
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

hanya duduk manis di bangku masing-masing, seorang guru tidak akan bisa menilai
sikap-sikap itu secara nyata.

2) Penilaian Diri
Penilaian diri bertujuan untuk menilai sikap dengan dilakukan oleh siswa itu
sendiri. Sikap yang dimaksud sesuai dengan indikator yang dinyatakan
sebelumnya oleh guru dalam rencana program pembelajaran (RPP). Dalam
ini siswa cukup menyatakan “ya” atau “tidak” pada pernyataan yang telah
disiapkan sebelumnya.

Penilaian diri merupakan cara untuk melatih siswa dalam mengukur


kejujurannya terkait dengan sikap-sikap tertentu. Cara ini pun dapat
dikateogirkan sebagai bentuk refleksi setiap siswa atas kegiatan yang telah
dilakukannya. Pada akhirnya, guru mau memanfaatkannya atau tidak,
dikembalikan pada tanggapan guru masing-masing terhadap hasil penlaian
itu. Namun, yang jelas, penlaian diri merupakan jenis penilaian yang
membantu siswa untuk terbiasa jujur dengan dirinya sendiri. Guru pun
memperoleh informasi tentang sikap-sikap siswanya.
Berikut contoh insrumen penilaian diri.

Indikator
Siswa menunjukan menunjukkan kemuan untuk bekerja sama, ketelitian,
kedisiplinan, dan kejujuran dalam kegiatan melakukan pengamatan
lapangan
No Pernyataan Ya Tidak
1 Selama melakukan tugas kelompok saya
bekerja sama dengan teman satu kelompok
2 Saya mencatat data dengan teliti dan sesuai
dengan fakta
3 Saya melakukan tugas sesuai dengan jadwal
yang telah dirancang
4 Saya membuat tugas terlebih dahulu dengan
membaca literatur yang mendukung tugas
5 Saya berusaha untuk selalu menyebutkan
sumber-sumber yang digunakan dalam
penulisan laporan penelitian lapangan.

  17
 
 
 
 
Kegiatan Pembelajaran 

Berikut contoh format lainnya untuk penilaian diri.

Nama : ______________________________
NIS : ______________________________
Kelas : ______________________________
Petunjuk
Berilah tanda silang (X) sesuai dengan kondisi diri Anda.
Keterangan
SS : Sangat Setuju, S: Setuju, TS: Tidak Setuju, dan STS: Sangat Tidak Setuju
No. Penilaian
Pernyataan
SS S TS STS
1. Saya sudah dapat mengembangkan tema pada tugas
proyek yang diberikan guru
2. Saya dapat merancang jadwal pelaksanaan kegiatan
proyek dengan baik
3. Saya dapat menyelesaikan proyek sesuai dengan
langkah langkah yang telah ditetukan
4. Saya dapat menyusun laporan dengan sistematis dan
baik
5. Saya dapat mempresentasikan hasil kegiatan proyek

3) Penilaian Antarsiswa
Penilaian sikap dapat dilakukan antarsiswa. Siswa yang satu menilai siswa
lainnya terkait dengan sikap-sikap tertentu. Sikap yang dimaksud sesuai
dengan indikator yang telah ditetapkan guru atau sikap yang sebagaimana
yang tercantum dalam KI-1 dan KI-2. Guru menyiapkan sejumlah pernyataan
berkaitan dengan sikap-sikap tertentu. Siswa kemudian memilih “ya” atau
“tidak”, sesuai dengan perilaku teman yang dinilainya.
Berikut contohnya.
Nama teman : ....
Kegiatan : presentasi tentang hasil-hasil diskusi kelompok
Indikator
Siswa dapat menunjukkan sikap demokratis, percaya diri, dan jujur di dalam
mempresentasikan hasil-hasil diskusi kelompoknya (tentang KD....)
No. Perilaku Ya Tidak
1. Menerima tanggapan-tanggapan teman.
2. Memberikan pujian/ucapan terima kasih pada
teman yang memberikan masukkan-masukan
positif
3.. Menunjukkan sikap percaya diri dalam
menyampaikan hasil-hasil diskusi.

18   
 
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

4. Menyebutkan sumber-sumber rujukan dari


setip kutipan yang dinyarakan dalam laporan
hasil diskusi.
5. Menjelaskan tentang hal-hal yang dianggap
kurang dari laporan yang disampaikannya.

4) Penilaian dengan Jurnal


Jurnal merupakan catatan guru berkaian dengan sikap-sikap tertentu siswa.
Selama proses pembelajaran, mungkin swa mennujukkan perilaku-perilaku
tertentu yang penting dan sangat menarik, baik itu berkenaan dengan
kelebihan dan kelemahannya. Temuan-temuan tersebut segera dicatat oleh
guru dalam lembaran khusus, sebagai rekaman faktual dan objektif untuk
menjadi bahan pertimbangan atas kualifikasi sikap siswa tersebut.

Dengan jurnal, guru bisa lebih leluasa di dalam memberikan penilaian


terhadap sikap-sikap siswanya. Secara keliatitatif, guru memberikan
komentar-komentarnya, sebagai suatu rekam jejak atas perilaku siswanya
terkait dengan KD ataupun indikator-indikator tertentu. Namun, di samping
catatan kualitatif, guru pun perlu membubuhkan penilaian yang bersifat
kuantitatif (skala 1-4) untuk kepentingan pelaporan pada akhir pembelajaran
pada setiap KD-nya.

Berikut beberapa contoh format jurnal.


Format 1

Jurnal

Sikap yang diamati : …. Nama Siswa : …………….

Kegiatan pembelajaran : ..... Nomor Siswa : …………….

Tanggal : ....

Catatan pengamatan guru:

...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................

  19
 
 
 
 
Kegiatan Pembelajaran 

Format 2
Jurnal
Nama Siswa : ………………..
Sikap yang diamati : ………………..

No. Hari, Tanggal Catatan Kejadian Keterangan

b. Penilaian Pengetahuan
Penilaian pengetahuan bertujuan untuk mengukur kemampuan siswa yang bersifat
kognitif. Jenisnya lebih variatif daripada jenis penilaian sikap. Guru bisa memilih
ataupun memvariasikan jenis ataupun bentuk-bentuknya itu sehingga kelebihan
yang dimiliki yang satu bisa menenutupi kelemahan yang ada pada jenis penilaian
lainnya.

Terdapat beberapa jenis penilaian yang dapat digunakan guru untuk mengukur
tingkat pengetahuan siswa berkenaan dengan KD tertentu. Jenis-jenis penilaian
yang dimaksud berupa tes lisan, tertulis, dan penugasan.
1) Tes lisan memerlukan waktu yang lebih banyak. Oleh karena itu, kurang
memungkinkan kalau diberlakukan pada setiap siswa. Tes lisan lebih tepat
digunakan sebagai tes awal (pretest), yakni dalam rangka mengetahui tingkat
pemahaman siswa secara keseluruhan atas materi yang disampaikan guru.
2) Tes tertulis pada umumnya dilakukan pada kegiatan akhir pembelajaran (post-
test). Dalam hal ini guru membagikan instrumen berupa lembar soal untuk
dikerjakan siswa secara dalam rentang waktu tertentu.
3) Penugasan diberikan guru untuk mengukur sejumlah kompetensi siswa yang
kompleks sehingga siswa tidak memungkinkan untuk mengerjakannya di dalam
kelas. Oleh karena itu, mereka diberi kesempatan untuk menyelesikannya di
tempat lain, baik secara individual atapun berkelompok.

20   
 
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

Ada jenis tes, ada pula bentuk tes. Adapun yang dimaksud dengan bentuk tes
berupa pilihan benar salah, pilihan ganda, menjodohkan, melengkapi (isian),
jawaban singkat, dan uraian. Masing-masing bentuk tes memiliki kelebihan dan
kelemahan masing-masing.

Berikut beberapa kelebihan dan kelemahannya itu.


Jenis Penilaian Kelebihan Kelemahan

1. Pilihan ganda, a) Bisa mengukur lebih a) Mengandung unsur


benar salah, banyak materi pelajaran tebak-tebakan
menjodohkan b) Pemeriksaan jawaban (gambling)
lebih objektif dan b) Penyusunan soal
mudah memerlukan banyak
waktu
2. Melengkapi, a) Mengukur lebih banyak Hanya mengukur
isian materi pelajaran kemampuan kognitif siswa
b) Pemeriksaan jawaban bertaraf rendah dan
relatif lebih objktif dan bersifat hapalan
mudah
3. Uraian a) Mengukur kognitif a) Tingginya peluang
siswa bertaraf tinggi. untuk bersifat subjektif
b) Tidak mengandung di dalam
unsur teba-tebakan. memeriksaannya.
c) Mudah di dalam b) Mengukur cakupan
pembuatan soal materi yang terbatas.

Adapun penentuan jenis-jenis tersebut harus berdasarkan kata kerja operasional


dari setiap indikator yang telah dirumuskan sebelumnya. Hal itu dimaksudkan agar
butir soalnya benar-benar dapat mengukur kemampuan siswa yang sebenarnya.
Berikut beberapa kata kerja operasional dalam relevansi dengan penentun jenis
penilaiannya.

  21
 
 
 
 
Kegiatan Pembelajaran 

Kata Kerja
No. Jenis Penilaian
Operasional
1. Menyebutkan melengkapi, jawaban singkat, pilihan ganda
2. Menjelaskan Uraian
3. Memilih Pilihan ganda
4. Membandingkan Pilihan ganda, uraian
5. Mencontohkan Pilihan ganda, melengkapi, uraian
6. Memerinci Pilihan ganda, melengkapi, uraian
7. Mendefinisikan Pilihan ganda, uraian
8. Menganalisis Uraian
9. Menunjukkan Pilihan ganda, melengkapi, uraian
10. Mendeskripsikan Melenglapi, uraian

Di dalam pengembangannya tidak berarti satu indikator satu butir soal—kecuali


untuk bentuk tes uraian. Satu indikator sebaiknya dikembangkan menadi beberapa
butir soal, khususnya untuk bentuk-bentuk soal pilihan ganda, melengkapi, dan
jawaban singkat. Kemampuan guru dalam memahami maksud dan arah
pengembangnan dari setiap indikator pembelajaran sangatlah penting. Hal ini
dimaksudkan agar guru dapat menyusun butir-butir soal secara terinci dengan
tetap memperhatikan relevansinya dengan rumusan indikator.

c. Penilaian Keterampilan
Penilaian keterampilan dilakukan dalam rangka mempeoleh gambaran tentang
kompetensi sisswa terkait dengan KI-4. Oleh karena menyangkut kompetensi yang
lebih kompeks daripada yang dinyatakan dalam KI-3, jenis penilaiannya pun
cenderung berupa praktik dan hasil karya (proyek, portofolio). Dalam hal ini siswa
menunjukkan kemampuannya dalam bentuk perbuatan ataupun hasil karya.
Kemudian, guru menilainya dengan mengunakan rubrik tertentu.

Penilaian keterampilan mencakup jenis-jenis berikut.


1) Penilaian Praktik
Penilaian praktik atau penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang
menuntut respons siswa yang berupa kegiatan tertentu, misalnya berupa

22   
 
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

kegiatan penelitian, presentasi, bermusikalisasi puisi, memerankan tokoh


drama,. Kegiatan-kegiatan tersebut dinilai guru berdasarkan kriteria tertentu.
Penilaian praktik dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung.
Sebelumnya, guru memberikan serangkaian tugas yang harus dilakukan
siswa, baik itu secara berkelompok ataupun individual. Tugas tersebut harus
disusun secara jelas dan sistematis sehingga memudahkan siswa di dalam
mengerjakannya.
a. Jelas berarti adanya keterangan tentang jenis kegiatan, alat/bahan yang
digunakan, tempat pelaksanaan, termasuk lamanya pengerjaan.
b. Sistematis berarti langkah-langkah pengerjaannya berurutan dengan
benar dan tidak menimbulkan salah tafsir.
Dengan menggunakan rubrik tertentu, guru mengamati kegiatan para siswa
dan menilainya, baik secara kualitatif ataupun kuantitatif.

Berikut contohnya.
Modul I
Rubrik Penilaian Kegiatan Observasi Lapangan
Nama kelompok : .....
Nilai
Aspek Bobot Skor Keterangan
(Bobot x skor)
1. Kecermatan 25
pencatatan
2. Kelengkapan aspek- 20
aspek pengamatan
3. Keefektifan 20
berkomunikasi
4. Keruntutan prosedur 25
pelaksanaan

  23
 
 
 
 
Kegiatan Pembelajaran 

Modul II
Rubrik Penilaian Presentasi Hasil Observasi Lapangan
Nama kelompok/siswa : .....
Tema laporan : ....
Nilai
Aspek Bobot Skor Keterangan
(Bobot x skor)
1. Kejelasan 25
2. Keruntutan 20
3. Kelengkapan 20
4. Ketepatan media 20
5. Kebakuan bahasa 15

2) Penilaian Produk
Penilaian produk merupakan jenis penilaian yang terfokus pada hasil kegiatan
atau karya siswa terkait dengan tuntutan KD tertentu. Terkait dengan Mata
Pelajaran Bahasa Indonesia, produk-produk yang dimaksud, misalnya,
kliping, makalah, dan karya-karya sejenis lainnya. Adapun aspek-aspek yang
dinilai disesuaikan pula dengan aspek degree pada indikator
pembelajarannya. Misalnya, berupa kelengkapan struktur penyajian,
kebenaran isi, kebakuan bahasa, kedisiplinan di dalam pengumpulannya.

Rubrik Penilaian Teks Ulasan


Contoh:
Indikator:
Siswa dapat menulis teks ulasan dengan memperhatikan kebenaran isi,
kelengkapan dan kepaduan struktur, kebakuan kaidah bahasa, dan
kedisiplinan dalam penyumpulannya.
Nama kelompok : .....
Skor Nilai
Aspek Bobot Keterangan
(1-4) (Bobot x skor)
a. Kebenaran isi ulasan 25
b. Kelengkapan struktur 20
c. Kepaduan unsur-unsur 15

24   
 
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

d. Kebakuan kaidah 25
kebahasaan
e. Kedisiplinan 15
pengumpulan
Jumlah 100

3) Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian yang berfokus pada sejumlah karya
siswa. Kumpulan karya siswa berkenaan dengan KD tertentu dinilai untuk
diketahui perkembangan minat, kelebihan, dan kelemahannya secara
berkesinambungan. Hal ini berbeda dengan penilaian produk yang terfokus pada
satu jenis karya saja; tidak dilihat kesinambungannya dengan karya lainnya yang
sejenis. Dalam portofolio obek yang dimaksud tidak satu, melainkan beberapa
buah sehingga dari karya-karya tersebut dapat diketahui perkembangan
kemampuan siswa secara menyeluruh dan berkesinambungan.
Adapun langkah-langkah teknis penilaian portofolio adalah sebagai berikut.
a. Guru menentukan atau mendiskusikan karya yang akan dibuat siswa,
misalnya gambar, puisi, cerita pendek, makalah, laporan.
b. Siswa menulis teks yang telah ditentukan yang mungkin di dalamnya
mencakup beberapa proses dan tahapan.
c. Tulisan siswa diperiksa atau disilangbacakan dengan temannya untuk saling
dikoreksi, baik itu berdasarkan isi, struktur, ataupun kaidah kebahasannya.
Karya siswa juga dapat dikoreksi langsung oleh guru dengan sejumlah
catatan.
d. Siswa memperbaiki kembali karyanya itu sesuai dengan saran teman ataupun
koreksian dari guru dengan tahapan-tahapan tertentu.
e. Siswa kembali berlatih menulis karya lainnya, mungkin berdasarkan KD yang
sama ataupun KD berbeda.
f. Karya-karya siswa didokumentasikan menjadi sebuah berkas untuk kemudian
dinilai secara menyeluruh dan terpadu. Berdasarkan karya-karyanya itu, akan
tampaklah minat, kemampuan, dan pencapaian hasil belajar siswa terkait
dengan KD tertentu

  25
 
 
 
 
Kegiatan Pembelajaran 

4) Penilaian Proyek
Proyek adalah serangkaian tugas belajar (learning tasks) yang meliputi kegiatan
perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan. Dengan
demikian, aspek penilaian proyek lebih kompleks daripada untuk penilaian praktik
atau produk. Hal ini karena mencakup serangkaian kegiatan yang
berkesinambungan. Hal itu tentunya memerlukan waktu pertemuan yang cukup
banyak dan mungkin juga merupakan gabungan dari beberapa KD.

Dari setiap tahapannya, kegiatan siswa mendapat menilaian dengan aspek-aspek


tertentu sehingga gambaran tentang kemampuan siswa dapat diperoleh secara
utuh dan lengkap. Guru menetapkan sejumlah aspek dari setiap tahapan kegiatan
siswa itu dan membubuhkan nilainya sesuai dengan skala yang telah ditentukan.

Berikut contohnya.
Rubrik Penilaian Penyusunan Teks Laporan Hasil Observasi
Indikator
Siswa dapat menyusun teks laporan hasil observasi dengan persiapan, proses
pengembangan, dan teknik presentasi yang benar.
Mata pelajaran : .... Guru pembimbing : ....
Nama proyek : .... Nama kelompok : ....
Alokasi waktu : .... Kelas : ....
No. Aspek Kegiatan Skor (1-4)
1. Persiapan
a. Ketepatan penentuan objek laporan
b. Kecermatan pengumpulan data
c. Kejelasan penyusunan kerangka
2. Pengembangan
a. Kelengkapan dan kepaduan struktur
b. Ketepatan kaidah kebahasaan
c. Kebakuan ejaan/tanda baca
3. Presentasi
a. Keruntutan penyajian
b. Daya tarik penyajian
Jumlah

26   
 
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

7. Pendekatan Penilaian
Secara umum ada dua metode/acuan yang digunakan untuk melihat hasil belajar
siswa yaitu penilaian acuan norma dan penilaian acuan patokan. Apabila kita
melakukan pengukuran atau penilaian berarti kita membandingkan. Dalam
penilaian pendidikan ada dua pendekatan yang digunakan sebagai pembanding,
yaitu penilaian acuan norma atau PAN (norm referenced evaluation) dan penilaian
acuan patokan atau PAP (criterion refrenced evaluation).

a. Penilaian Acuan Patokan


Penilaian acuan patokan (PAP) yang dikenal pula dengan sebutan standar
mutlak. Guru menafsirkan hasil penilaian, yakni membadingkannya pada
patokan yang telah ditetapkan. Ketuntasan ataupun kelulusan siswa belajar
ditentukan tingkat posisi nilai mereka dengan standar mutlak yang ditentukan
sebelumya oleh guru.

Perhatikan contoh berikut.

Daftar Nilai
Penulisan Paragraf Argumentasi

Nlai Aspek Nilai


No Nama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 Akhir

1 Adlizar Subhan 10 4 6 6 4 4 6 6 6 52
2 Aldi Andika Pratama 10 10 10 10 10 8 8 9 9 84
3 Ayu Endramurni 10 8 10 8 8 6 8 9 9 76
4 Bram Kusumajaya 10 4 4 8 8 6 6 6 4 56
5 Faisal Sidik 10 10 10 10 10 4 2 12 12 80
6 Fina Belia Bestari 10 10 10 10 10 6 6 12 15 89
7 Firdha Rizky Ramadahany 10 6 6 4 6 6 6 6 9 59
8 Fitri Sismawati 10 4 6 6 4 4 2 6 6 50
19 Hafidzi Hidayat 10 4 6 6 4 6 6 9 6 57
10 Hendi Susanto 10 10 10 10 10 8 8 12 9 86
11 Husna Hadiyan 10 10 10 10 6 6 6 9 6 73
12 Iqbal Fahrizal 10 8 10 6 8 6 8 6 6 68
13 Kiki Kurniasih 10 4 6 4 6 6 6 6 9 57

  27
 
 
 
 
Kegiatan Pembelajaran 

Nlai Aspek Nilai


No Nama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 Akhir

14 Muhamad Givaldha Fajar 10 6 6 10 4 6 6 6 6 54


15 Marakes Gagah Rani 10 10 10 10 10 8 8 9 9 84
16 Muhammad Fadil 10 6 8 10 6 6 6 9 9 62
17 Muhammad Rizaldi Akbar 10 6 6 8 6 4 6 6 6 58
18 Muhammad Ziko R 10 8 10 8 6 6 6 12 12 78
19 Nadia Husnullaila 10 8 8 6 6 6 6 9 9 68
20 Nurul Nida Aghnia 10 6 6 8 4 4 6 6 6 56
21 Ockti Suharti 10 6 6 6 4 4 6 6 6 54
22 Petrus Januar Saleh 10 8 8 8 6 6 8 6 6 66
23 Putri Auliya 10 8 8 8 8 6 6 6 6 66
24 Putri Ilma Agnia 10 6 8 6 6 8 6 6 6 62
25 Putri Kania Audina 10 6 8 6 6 4 6 6 6 58
26 Qorita Ayna Muthahhari 10 6 8 6 6 6 6 9 9 66
27 Raden Detha Jati Pratama 10 6 8 6 6 6 8 6 9 65
28 Refi Nurani 10 6 8 6 6 6 6 6 6 60
29 Rianty Pratiwi 10 8 8 8 6 6 6 9 9 70
30 Ruthiara Tunggadewi 10 8 8 8 6 6 6 9 9 70
31 Sarah Fidhiah 10 6 8 6 6 6 4 6 6 58
32 Sendhi Anshari Rasyid 10 10 10 10 10 8 8 12 9 87
33 Triani Kamalia 10 6 6 6 6 4 6 9 9 59
34 Tsani Nur Famy 10 6 6 6 6 4 6 9 9 59
35 Wahyu Fathria 10 8 8 8 6 6 6 6 6 64
36 Zulqaidandy Rahman 10 8 8 8 6 6 8 6 6 66
Nilai Total 2376
Nilai Rata-rata 66

28   
 
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

Apabila nilai standar yang ditetapkan guru di kelas itu adalah 80, secara
keseluruhan, kemampuan para siswanya belum dianggap tuntas. Hal ini karena
rata-rata mereka baru mencapai 66; jauh di bawah standar yang ditetapkan.
Apabila dilihat berdasrkan nilai perorangan, hanya enam orang siswa yang
dianggap tuntas dari 36 siswa.

b. Penilaian Acuan Norma


Penilaian Acuah Norma (PAN) disebut juga dengan standar penilaian relatif
karena penentuannya bergantung pada kemampuan siswa pada masing-
masing kelas. Berbeda dengan PAP yang tetap dan konsisten antara kelas
yang satu dengan kelas lainnya, PAN sangat ditentukan oleh kemampaun rata-
rata siswa per kelasnya. Dengan demikian, akan diketahui pula tingkat
kelulusan siswa secara adil dan berimbang, yakni sesuai dengan kemampuan
rata-rata keasnya. Hanya saja tingkat kemampuan para siswa itu tidaklah
mencermintkan tingkat penguasaan sebenarnya pada KD tertentu; tidak seperti
halnya ketika menggunakan standar acuan patokan (PAP). Siswa yang
dianggap pintar di kelas itu belum tentu siswa yang telah menguasai KD secara
baik.

Dengan memperhatikan daftar nilai terdahul, dengan menggunakan PAN, lebih


banyak siswa yang dianggap lulus. Mereka itu adalah para siswa yang nilainya
sama atau di atas rata-rata 66, yakni berjumlah 17 orang. Sisanya mereka
dianggap siswa yang kurang cakap. Oleh karena itu, mereka perlu diremidial.

8. Prosedur Penilaian
Agar alat penilaian yang dipergunakan telah memenuhi aspek validitas dan
reliabilitasnya, dalam mengembangkannya terdapat beberapa urutan kerja yang
harus dilakukan, yaitu sebagai berikut.

a. Menjabarkan kompetensi dasar ke dalam indikator pencapaian hasil belajar.


Hal ini merupakan langkah awal yang harus dilakukan dalam mempersiapkan
bahan penilaian. Untuk itu, guru harus menentukan kompetensi dasar,
merumuskan indikator, sekaligus materi yang akan diujikan.

  29
 
 
 
 
Kegiatan Pembelajaran 

b. Menetapkan kriteria ketuntasan.


Setelah menjabarkan kompetensi dasar menjadi beberapa indikator, langkah
selanjutnya adalah menetapkan kriteria ketuntasan, misalnya 70% (PAP).
Siswa dianggap tuntas menguasai KD itu ketika dapat menjawab dengan benar
sekurang-kurangnya tujuh dari sepuluh soal yang diujikan.

c. Penetapan teknik penilaian.


Penetapan teknik penilaian mempertimbangkan tuntutan indikator
pembelajaranya. Apabila indikator menuntut siswa melakukan sesuatu, teknik
penilaiannya pun berupa kegiatan atau tindakan yang sesuai dengan tuntutan
di dalam indikator itu. Misalnya, indikator pembelajarannya berupa kemampuan
menuliskan teks ekslanasi. Dengan demikian, teknik penilaiannya pun harus
berjenis produk atau portofolio. Hal itu bebrbeda dengan indikatornya yang
menutut kemampuan menjelaskan teks ekspalansi. Jenis penilainnya tentu saja
cukup dengan uraian.

d. Pemetaan kompetensi dasar, indikator pembelajran, dan teknik penilaian,


instrumen, dan pedoman penskoran.
Unsur-unsur tersebut dapat dipetakan di dalam suatu tabel sehingga
memudahkan di dalam pengembangannya. Dengan pemetaan itu mudah pula
di dalam menentukan korelasi antara setiap bagiannya.

e. Penyusunan kisi-kisi.
Kisi-kisi (test blue-print atau table of specification) merupakan rancangan
khusus tentang kompetensi dan aspek/prilaku yang akan diukur dan menjadi
dasar penyusunan instrumen penilaian. Tujuan penyusunannya adalah untuk
menentukan ruang lingkup dan tekanan penilaian yang setepat-tepatnya,
sehingga dapat menjadi petunjuk dalam menulis instrumen penilaian

30   
 
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

Ada beberapa persyaratan yang harus dilakukan dalam membuat kisi-kisi agar
kisi-kisi yang dibuat merupakan kisi-kisi yang baik. Persyaratan tersebut di
antaranya sebagai berikut.

a. Kisi-kisi harus dapat mewakili isi silabus/kurikulum atau materi yang telah
diajarkan secara tepat dan proporsional.
b. Komponen-komponennya diuraikan secara jelas dan mudah dipahami.
c. Materi yang hendak ditanyakan dapat dibuatkan instrumen penilaiannya.

Oleh karena itu, untuk menyusun kisi-kisi, langkah yang harus dilakukan guru
meliputi langkah-langkah berikut.

a. Merumuskan indikator pembelajaran/penilaian, yakni diturunkan dari


Kompetensi Dasar (KD) atau tujuan pembelajaran. Indikator-indiator tersebut
diharapkan dapat menjadi tolak ukur ktercapaian KD ataupun tujuan
penbelajaran. Untuk itu, indikator hendaknya menguggunakan kata-kata kerja
yang terukur; dapat diamati pencapaiannya.

b. Menentukan jenis penilaian yang relevan dengan indikatornya. Misalnya,


indikator dengan kata kerja menentukan. Jenis penilaian yang cocok adalah
pilihan ganda atau menjodohkan. Sementara itu, jika indikatornya
menggunakan kata menguraikan, jenis penilaian yang relevan adalah esai.
Adapun indikator memeragakan lebih tepat menggunakan bentuk penilaian
praktik (performansi).

c. Merumuskan indikator pencapaian soal, berupa ilustrasi terkiat dengan isi


soal/tugas yang akan disajikan. Satu indikator penilaian dapat dikembangkan
ke dalam beberapa rumusan indikator pencapaian soal.

d. Mengembangkan soal/tugas sesuai dengan tuntutan indikator pencapaoian


soal.

e. Membuat kunci jawaban apabila soal yang dikembangkan bersifat objektif;


merumuskan rubrik penilaian atau pedoman penskoran apabila penilaian yang
dikembangkan bersifat uraian/nontes (keterampilan).

  31
 
 
 
 
Kegiatan Pembelajaran 

Berikut contohnya.

Format Kisi-kisi Soal

Kunjci
Indikator
Jawaban/
KD Indiikator Pencapaian Soal
Pedoman
Soal
Penskoran
Menelaah Menjelas- Disajikan Perhatikan cuplikan berikut. A
struktur dan kan bagian kutipan Konon duluuuu sekali,
kebahasaan orientasi dongeng adalah seorang saudagar
teks narasi pada teks “Putri yang kaya. Dia mempunyai
(cerita dongeng Seorang tiga orang putri. Ketiganya
imajinasi) yang Saudagar”. berparas cantik.
yang dibaca berjudul Siswa Cuplikan itu merupakan
dan didengar “Kancil dan menjelaskan bagian dari orientasi
(3.4) Buaya” alasan karena....
ditentukan A. memperkenalkan
kutipan itu keadaan tokoh
sebagai B. mernyiapkan cerita
orientasi C. mengandung bahan
konflik
D. mengenalkan kondisi
latar

9. Menyusun Pertanyaan yang Mengembangkan Keterampilan Berpikir


Tingkat Tinggi

a. Pengertian
Keterampilan berpikir tingkat tinggi (Higher Order of Thinking Skill, HOTS)
merupakan tuntutan Kurikulum 2013. Keterampilan yang dimaksud terkait
dengan kemampuan berpikir kritis, logis, reflektif, metakognitif, dan berpikir
kreatif. Kurikulum 2013 juga menuntut materi pembelajarannya sampai
metakognitif yang mensyaratkan para siswa untuk memprediksi, mendesain,
dan memperkirakan. Pertanyaan yang berbasis HOTS bertujuan untuk
mengukur kemampuan berpikir siswa pada level analisis, sintetis, evaluasi, dan
bahkan sampai pada kemampuan mencipta dan mengkreasikan. Hal ini, antara
lain, terlihat dari kata-kata kerja operasionalnya dalam rumusan KD, ksususnya
pada Kurikulum 2013 untuk Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP yang
menuntut pengembangan keterampilan-keterampilan seperti itu. Kemampuan-
kemampuan yang diaksudtampak pada kata-kata kerja operasional seperi

32   
 
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

berikut: mengidentifikasi, menelaah, menceritakan, menyajikan. Untuk


mengembangkan kemampuan-kemampuan siswa tersebut dapat distimulus
dengan sejumlah pertanyaan yang menuntut siswa untuk berpikir tingkat tinggi.

b. Tipe-tipe Pertanyaan Berpikir Tingkat Tinggi


Pertanyaan yang menuntut berpikir tingkat tinggi dapat dibagi menjadi
beberapa jenis, yakni (1) yang pertanyaan pemecahan masalah, (2) pertanyaan
pembuat keputusan, (3) pertanyaan berpikir kritis, dan (4) berpikir kreatif.
Pertanyaan-pertanyaan yang menuntut kemampuan berpikir kritis dapat pula
mengikuti perjenjangan dari taksonomi Bloom, yang dapat digambarkan dalam
skema berikut.

  33
 
 
 
 
Kegiatan Pembelajaran 

Untuk jenjang aplikasi, misalnya. Kemampuan siswa dalam menerapkan


struktur teks ekspalansi dapat dites dengan pertanyaan-pertanyaan seperti
berikut.
1) Dapatkah struktur teks ekspalanasi itu diterapkan pada dalam penulisan
teks yang bertema proses terjadinya hujan?
2) Bagaimana cara menyusun teks eksplanasi pada tulisan tentang pergantian
siang dan malam?
Demikian pula kemampuan berpikir analitis siswa tentang teks dongeng dapat
diuji dengan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.
1) Bagaimana struktur cerita yang berjudul “Si Kancil dan Buaya”?
2) Apa yang membedakan kaidah kebahasaan pada cerita A dengan cerita B?
Soal ataupun pertanyaan-pertanyaan seperti itu dapat dinyatakan dalam bentuk
uraian ataupun pilihan ganda. Pertanyaan-pertanyaan itu merujuk pada sebuah
cuplikan teks, sebagai dasar untuk menjadi bahan aplikasi, analisis, sistesis,
evaluasi, bahkan kreasinya.

34   
 
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

Berikut contohnya.
Cuplikan Teks Ranah Pertanyaan/Soal
Cara melakukan stek batang pada bunga Analisis Dalam teks
mawar ini adalah sebagai berikut. prosedur, cuplikan
Pertama, ambillah batang dari bunga mawar. tersebut termasuk
Batang ini dibersihkan dari daun ataupun ke dalam bagian....
bunga yang menempel di batang. Batang a. pernyataan
yang dipilih haruslah batang yang sudah umum
tua. b. langkah-
Kedua, setelah batang mawar menjadi bersih, langkah
potonglah batang dengan ukuran tertentu. c. rincian
Ukuran dari batang pada akhirnya adalah petunjuk
sekitar empat sampai lima cm. Batan d. cara
dipotong dengan menggunakan pisau penanaman
yang tajam dan juga bersih.
(1) Campurkan dengan santan dan tepung Sintesis Untuk membuat
beras. (2) Celupkan cetakan kembang teks prosedur
goyang ke dalam adonan kemudian yang baik,
celupkan ke dalam minyak panas. (3) kalimat-kalimat
Kocok telur bersama gula sampai gula di atas harus
hancur. (4) Aduk adonan hingga licin. (5) disusun dengan
Goreng sampai matang. urutan nomor ...
a. (1), (2), (3),
(4), (5)
b. (1), (3), (2),
(4), (5)
c. (3), (4), (1),
(2), (5)
d. (1), (4), (2),
(5), (3)

Pertanyaan-pertanyaan itu pun dapat pula berkaitan dengan ranah


keterampilan. Dalam hal ini respons siswa berupa sejumlah kegiatan yang
berupa penuangan atau pengungkapan kembali teks, baik lisan ataupun tulisan.
Mungkin pula hal itu berbentuk tindakan, seperti pementasan drama ataupun
musikalisasi puisi. Sebagaimana yang Bapak/bu maklumi bahwa bentuk
tagihan dalam ranah keterampilan dapat berupa praktik, produk, portofolio,
ataupun proyek.

  35
 
 
 
 
Kegiatan Pembelajaran 

Berikut contoh pengembangannya!


Ranah Contoh
1. Buatlah sebuah teks prosedur berkaitan dengan
penggunaan suatu alat.
2. Susunlah teks tersebut dengan langkah-langkah seperti
Menerapkan
yang telah kita pelajari sebelumnya!
3. Sajikanlah hasil kegiatanmu itu dengan susunan sebagai
berikut.
1. Perhatikanlah cuplikan teks berikut.
.....
Mengevaluasi
2. Tunjukkan kesalahan-kesalahan penggunaan kata di
dalam teks tersebut!
1. Ubahlah teks puisi berikut ke dalam bentuk drama!
Mengkreasikan 2. Sajikanlah teks rama itu dengan memperhatikan struktur
baku dan ketepatan kaidah kebahasaannya.

D. Aktivitas Pembelajaran

Rangkaian kegiatan ini bertujuan untuk memperdalam pemahaman tentang


konsep dan pengembangan penilaian (autentik) dengan disertai penanaman sikap
gotong royong, kemandirian, dan integritas!

1) Gotong royong ditunjukkan dengan kemauan untuk bekerja sama dengan


peserta lain di dalam mengerjakan serjumlah tugas; saling menghargai
prbedaan pendapat di dalam diskusi.

2) Kemandirian dinyatakan dengan kemauan untuk bersikap percaya diri dan


mengutamakan objektivitas di dalam memutuskan suatu kegiatan
pengembangan instrumen penilaian.

3) Integritas dinyatakan dengan kemauan untuk bersikap jujur dan bertanggung


jawab terhadap berbagai keputusan yang dinyatakan di dalam proses dan
hasil penilaian

36   
 
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

Kegiatan 3.1: Curah Gagasan/Pengalaman

1. Sebagai penjajakan awal tentang tentang materi di pembelajaran ini,


tuliskanlah dalam LK yang tersedia gagasan ataupun pengalaman Bapak/Ibu
terkait pertanyaan-pertanyaan berikut!
a. Bagaiana pandangan Bapak/Ibu tentang pentingnya penilaian di dalam
Mata Pelajaran Bahasa Indonesia?
b. Bagaimana pengalaman menarik Bapak/Ibu terkait dengan pelaksanaan
penilaian di dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia?
c. Apa pula yang Bapak/Ibu ketahui tentang pengembangan penilaian
keterampilan berpikir tingkat tinggi?
2. Bacakanlah gagasan/pengalaman tersebut untuk mendapatkan tanggapan-
tanggapan dari peserta lain dengan memperhatikan sikap santun dan
tanggung jawab.

Kegiatan 3.2: Memahami Pengertian-pengertian Penilaian


1. Baca catatlah dalam LK yang tersedia pengertian-pengertian penilaian pada modul
ini dan berbagai referensi lainnya.
2. Catat pula sumber-sumber dari pengertian tersebut.
3. Simpulkanlah pengertian-pengertian penilaian itu menurut pemahaman Bapak/Ibu
sendiri.

Kegiatan 3.3: Menjelaskan Fungsi-fungsi Penilaian


1. Cermatilah paparan tentang fungsi-fungsi penilaian yang ada di dalam
modul.
2. Secara berkelompok catatlah bagian-bagian penting di dalam paparan
tersebut.
3. Sajikanlah catatan itu dalam LK yang tersedia.
4. Lakukanlah kesepakatan kelompok tentang lengkapan dan keteptan catatan
tersebut!

  37
 
 
 
 
Kegiatan Pembelajaran 

Kegiatan 3.4: Mengilustrasikan Prinsip-prinsip Penilaian


1. Perhatikan uraian tentang prinsip-prinsip penilaian pada modul.
2. Piilihlah 3-5 prinsip yang menurut Bapak/Ibu paling sesuai dengan
kepentingan Bapak/Ibu dalam pembelajaran bahasa Inonesia.
3. Secara berkelompok, tulislah ilustrasi berkaitan dengan prinsp-prinsip itu
dalam penerapannya dalam pembalaran bahasa Indonesia (LK-3.5).
4. Lakukanlah silang baca dengan kelompok lain untuk saling memberikan
komentar.
5. Apresiasi pula hasil pekerjaan peserta lain dengan penuh kewajaran dan
kesantunan.

Kegiatan 3.5: Mengaplikasikan Jenis/Bentuk Penilaian


1. Cermatilah setiap KD yang ada pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia kelas
7, Kurikulum 2013.
2. Secara berdiskusi, tentukanlah jenis dan bentuk penilaian yang relevan
dengan setiap KD itu?
3. Tuliskan dalam LK-3.5 yang kemudian tuangkan pula kertas plano/karton
(TM)
4. Dengan mengutamakan kerja sama antaranggota, pajangkah hasil diskusi
Bapak/Ibu itu pada dinding kelas untuk dilakukan kegiatan kunjung karya.
5. Setiap kelompok mengunjungi 2-3 kelompok lainnya untuk memberikan
tanggapan dan penilaian.

Kegiatan 3.6: Mengidentifikasi Model Penilaian


(Untuk kegiatan ON tidak dilakukan dalam skenario kerja sama kelompok;
melainkan tetap secara individual)
1. Cermatilah contoh pengembangan penilaian yang ada pada suatu RPP yang
Bapak/Ibu persiapkan sebelumnya.
2. Tanggapilah ketepatan pengembangan instrumen penilaian yang ada di
dalam RPP tersebut berdasarkan aspek-aspek berikut.
3. Sajikanlah kegiatan Bapak/Ibu itu ke dalam LK yang tersedia!

38   
 
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

Kegiatan 3.7: Merancang Instrumen/Rubrik Penilaian


(Untuk kegiatan ON tidak dilakukan dalam skenario kerja sama kelompok;
melainkan tetap dilakukan secara individual)
1. Rancanglah instrumen/rubrik penilaian untuk kompetensi dasar (KD) tertentu.
Tentukan juga jenis dan bentuk peniaian beserta indikator-indikatornya.
2. Tulislanlah rancangan instrumen dan rubriknya itu dalam LK 3.7 dan kertas
plano dengan soal/tugas-tugas yang dapat mengembangkan keterampilan
berpikir tingkat tinggi para siswa.
3. Tukarkanlah hasil kerja kelompok Bapak/Ibu itu dengan kelompok lainnya
untuk mendapat komentar-komentar berdasarkan kesesuaian dengan KD,
kejelasan, dan kelengkapan dalam penyusunannya. Perhatikan pula sikap
apresiatif dan kesantunan berbahasa di dalam menyampaikan komentar-
komentar itu.

Kegiatan 3.8: Refleksi


1. Lakukanlah refleksi terhadap tingkat pemahama Bapak/Ibu terkait dengan
materi dan keiatan-kegiatan pembelajarannya. Untuk itu, jawablah
pertanyaan-pertayaan berikut.
a. Bagaimana tingkat keterpahaman paparan materi dan kegiatan-kegiatan
yang telah Bapak/Ibu lakukan di dalam pembelajaran ini?
b. Paparan materi dan kegiatan manakah yang menurut Bapak/Ibu masih
memerlukan pendalaman?
2. Tuliskanlah refleksi Bapak/Ibu dalam LK yang tersedia untuk melihat tingkat
penguasaan diri terhadap materi-materi yang telah dipelajari..
3. Bacakanlah hasilnya untuk mendapatkan tanggapan dari peserta lain.

  39
 
 
 
 
Kegiatan Pembelajaran 

E. Latihan/Tugas/Kasus

LK-3.1 Curah Gagasan/Pengalaman

Petunjuk Kerja

1. Dengan mengacu pada pertanyaan-pertanyaan di Kegiatan 3.1, LK ini diisi


dengan gagasan/pengalaman Bapak/Ibu terkait dengan kegiatan penilaian.
2. Bacakanlah hasilnya untuk mendapatkan tanggapan-tanggapan dari peserta
lain!
Pertanyaan Jawaban

(a)

(b)

(c)

Tanggapan-tanggapan Peserta Lain

40   
 
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

LK-3.2 Pengertian-pengertian Penilaian

Petunjuk Kerja
1. Catatlah pengertian-pengertian menulis dari berbagai sumber.
2. Simpulkanlah pula pengertian-pengertian itu.
No. Pengertian Sumber

Kesimpulan
...

  41
 
 
 
 
Kegiatan Pembelajaran 

LK-3.3 Fungsi-fungsi Penilain

Petunjuk Kerja

1. LK berikut diisi dengan jenis-jenis penilaian beserta fungsi-fungsinya.


2. Bacalah uraian di dalam modul yang relevan dengan topik tersebut.
Lengkapilah dengan sumber-sumber lain yang relevan.
No. Jenis Penilaian Fungsi

1.

2.

3.

4.

5.

6.

42   
 
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

LK-3.4 Prinsip-prinsip Penilaian

Petunjuk Kerja
1. Tentukanlah 3-5 prinsip penilaian yang paling penting menurut Bapak/Ibu..
2. Ilustrasikanlah prinsip-prinsip itu dalam kaitannya dengan pembelajaran
bahasa Indonesia.
3. Presentasikanlah agar mendapat tanggapan-tanggapan dari peserta lain.
Prinsip-prinsip
No. Ilustrasi
Penilaian

1.

2.

3.

4.

5.

Tanggapan-tanggapan

  43
 
 
 
 
Kegiatan Pembelajaran 

LK-3.5 Jenis dan Bentuk Penilaian

Petunjuk Kerja
1. Isilah LK berikut berdasarkan langkah-langkah pada Kegiatan 3.5.
2. Cermati dengan sumber-sumber lain yang diperlukan untuk mengerjakan LK
tersebut!
KD Jenis Penilaian Bentuk Penilaian

44   
 
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

LK-3.6 Model Penilaian

Petunjuk Kerja

1. Kerjakanlah LK berikut sesuai dengan mengikuti langkah-langkah pada


Kegiatan 3.6.
2. Terlebih dahulu sediakan pula sumber-sumber yang diperlukan untuk proses
pengerjaannya, terutama RPP dan Kurikulum 2013.

KD : .....
Kelas : .....
Aspek Tanggapan
1. Kesesuaian soal
dengan KD/indikator
pembelajaran

2. Kelengkapan
pengembangan

3. Kejelasan pernyataan
soal/tugas

4. Keterperincian aspek
penilaian

5. Kebakuan penggunaan
bahasa

  45
 
 
 
 
Kegiatan Pembelajaran 

LK 3.7: Instrumen/Rubrik Penilaian

Petunjuk Kerja
1. Rancanglah intrumen (kisi-kisi) penilaian berdasarkan KD/indikator
pembelajaran tertentu.
2. Untuk itu, tentukan terlebih dahulu KD dan indikator pembelajarannya.
3. Perhatikanlah kesesuaian instrumen penilaian itu dengnan KD/indikatornya.
KD :
.....................................................................................................................................
Instrumen
Jenis/Bentuk
Indikator Kunci Jawaban/
Penilaian Soal/Tugas
Rubrik Penilaian

46   
 
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

LK-3.8 : Refleksi

Petunjuk Kerja 
1. Tulislah hasil refleksi Bapak/Ibu pada LK berikut!
2. Tuliskan pula tanggapan peserta lain atas refleksi Bapak/Ibu tersebut!
No. Pertanyaan Refleksi Diri

1.

2.

  47
 
 
 
 
Kegiatan Pembelajaran 

F. Rangkuman

1. Penilaian atau sering pula disebut evaluasi, adalah proses terencana untuk
mengetahui keadaan sesuatu objek dengan menggunakan instrumen dan
hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur yang telah dinentukan.
2. Terdapat sejumlah prinsip penilaian pembelajaran bahasa tersebut di
antaranya validitas, reliabilitas, objektif, dan mendidik. Prinsip-prinsip lainnya
adalah sebagai berikut.
a. Penilaian merupakan suatu kegiatan yang direncanakan dengan cermat.
b. Kegiatan itu merupakan bagian yang integral dari pendidikan sehingga
arah dan tujuan penilaian harus sejalan dengan tujuan pendidikan dan
pengajaran.
c. Penilaian harus memiliki kriteria keberhasilan yang jelas, yaitu tentang a)
belajar siswa, b) mengajar guru, dan c) program pengajaran.
d. Penilaian dilaksanakan sepanjang kegiatan program pendidikan dan
pengajaran.
3. Tes merupakan cara untuk memperoleh sejumlah data tentang kemampuan
siswa. Bentuk tes bisa berupa pertanyaan lisan ataupun tertulis.
4. Pengukuran (measurement) merupakan proses penentukan tingkat
kemampuan siswa tertentu, seperti kognitif, afektif, dan psikomotor.
Bentuknya berupa angka-angka.
5. Penilaian (asessment) merupakan proses penafsiran atas berbagai data
tentang hasil belajar siswa. Angka-angka yang diperoleh melalui proses
pengukuran berfungsi sebagai data di dalam proses evaluasi.
6. Penilaian autentik (autentic assesment) merupakan karakteristik lainnya yang
menandai pemberlakuan Kurikulum 2013. Penilaian autentik sering pula
disebut sebagai penilaian yang senyata-nyatanya, yakni penilaian yang
berusaha menggambarkan prestasi belajar siswa sesuai dengan kemampuan
mereka yang sesungguhnya; dalam arti tidak parsial ataupun manipulatif.

48   
 
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

7. Penilaian autentik berusaha untuk mengukur kemampuan siswa secara


menyeluruh (holistik), yakni mencakup sikap, pengetahuan, serta
keterampilan.
8. Pelaksanaan penilaian autentik berlangsung ketika siswa sedang melakoni
pembelajaran dan tidak hanya pada akhir pembelajaran. Hal itu terutama
untuk penilaian sikap dan keterampilan. Kedua aspek tersebut dapat dinilai
secara langsung dan nyata.
9. Penentuan jenis-jenis penilaian berdasarkan kata kerja operasional dari setiap
indikator yang telah dirumuskan sebelumnya. Hal itu dimaksudkan agar butir
soalnya benar-benar dapat mengukur kemampuan siswa yang sebenarnya.
10. Terdapat dua metode/acuan yang digunakan untuk melihat hasil belajar siswa
yaitu penilaian acuan norma dan penilaian acuan patokan. Apabila kita
melakukan pengukuran atau penilaian berarti kita membandingkan. Dalam
penilaian pendidikan ada dua pendekatan yang digunakan sebagai
pembanding, yaitu penilaian acuan norma atau PAN (norm referenced
evaluation) dan penilaian acuan patokan atau PAP (criterion refrenced
evaluation).
11. Langkah-langkah penilaian (a) menjabarkan kompetensi dasar ke dalam
indikator pencapaian hasil belajar, (b) penetapan teknik dan bentuk penilaian,
(c) menyusun kisi-kisi, (d) menulis soal/instrumen dan menyusun pedoman
penskoran, (e) memvalidasi soal, (f) memperbaiki tes sehingga menjadi tes
yang baik.
12. Keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order of thinking skill, HOTS)
merupakan kemampuan yang menjadi bagian dari tuntutan Kurikulum 2013.
Keterampilan yang dimaksud terkait dengan kemampuan berpikir kritis, logis,
reflektif, metakognitif, dan berpikir kreatif..

  49
 
 
 
 
Kegiatan Pembelajaran 

13. Kurikulum 2013 juga menuntut materi pembelajarannya sampai metakognitif


yang mensyaratkan para siswa untuk mampu untuk memprediksi, mendesain,
dan memperkirakan. Pertanyaan yang berbasis HOTS bertujuan untuk
mengukur kemampuan berpikir siswa pada level analisis, sintetis, evaluasi,
dan bahkan sampai pada kemampuan mencipta dan mengkreasikan.
14. Pertanyaan yang menuntut berpikir tingkat tinggi dapat dibagi menjadi
beberapa jenis, yakni (1) yang pertanyaan pemecahan masalah, (2)
pertanyaan pembuat keputusan, (3) pertanyaan berpikir kritis, dan (4) berpikir
kreatif.

50   
 
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

Evaluasi

A. Pilihan Ganda
Pilihlah jawaban yang benar!

1. Beberapa hari kemudian, singgahlah seorang pedagang minyak wangi di dekat


telaga itu. Rupanya nasibnya pun sedang sial. Kaca matanya terjatuh ke ....
saat ia hendak mencuci muka.
Kata yang tepat untuk melengkapi cuplikan cerita di atas adalah....
A. tanah C. danau
B. sungai D. bawah

2. "Mengapa pagi ini waktu sangat kacau?" ucap induk gagak. Ia lalu segera
mencari anaknya. Namun, ia tidak menemukannya. Ia pun kembali ke
sarang.....
Kalimat yang tepat untuk melengkapi cuplikan cerita itu, yang juga
menggambarkan perasaan tokoh utamanya adalah....
A. Terharu sekali induk gagak itu.
B. Terbelalak mata induk gagak menyaksiannya
C. Cemas dan rasa sedih menjadi satu.
D. Dengan rasa cemas, induk gagak meninggalkan sarang itu.

3. Seekor anak ayam berlari-larian didekat parit. Induk ayam memperingatkannya


dengan berteriak, ...."Jangan berlarian di dekat parit." Anak ayam tidak
menghiraukan, akhirnya ia terperosok ke parit. Terhadap anak ayam yang lain
hal itu merupakan peringatan yang harus diperhatikan.
Kalimat langsung yang tepat untuk melengkapi cuplikan fabel itu adalah....
A. "Jangan berlarian di dekat parit!"
B. “Ayo, lewati parit itu!”
C. “Jangan berenang-renang di parit!”
D. “Apa kamu senang ibumu kahwatir?”

  51
 
 
 
 
Evaluasi 

4. (1) Ketika itu Raden Banterang menghunus kerisnya akan menusuk istrinya,
tetapi Dewi Surati saat itu juga menceburkan dirinya ke sungai dan tenggelam.
(2) "Banyu wangi, istriku tidak bersalah!" seru Raden Banterang. (3) Ketika itu
memang tercium bau yang harum dari sungai itu.
Agar tampak sebagai suatu legenda, cuplikan tersebut harus dilengkapi
dengan kata-kata....
A. Raden Banterang akhirnya dikenal sebagai legenda di daerah itu
B. Begitulah akhirnya sungai itu dikenal dengan sebutan Banyuwangi
C. Banyuwangi dan Raden Banterang menjadi keluarga bahagia di tempat itu
D. Banyuwangi merupakan daerah yang terkenal dan mejadi legenda sampai
sekarang

5. ....
di Kerajaan Kahyangan, ada tujuh puteri yang sangat jelita. Nama-nama
mereka diambil dari nama bunga: Mawar, Dahlia, Cempaka, Tanjung,
Kenanga, Cendana dan si bungsu Melati. Mereka masing-masing mempunyai
kesukaan yang berbeda. Yang paling menonjol dari antara mereka adalah si
bungsu Melati.
Kata-kata beku yang tepat untuk melengkapi cuplikan dongeng tersebut
adalah....
A. dahulu kala C. si Bungsu
B. Kerajaan Kahyangan D. tujuh puteri

6. ....
Tetapi buaya tidak peduli. Dia tidak takut kepada biri-biri itu. Dia naik ke titian
itu, membuka mulutnya besar-besar dan akan melahap si Sulung. Si Sulung
melompat, menerjang buaya dengan kukunya. Kena mata buaya. Dia ke
sakitan. Lalu, ditanduknya perut buaya itu oleh si Sulung. Luka dan berdarah.
Buaya menjerit kesakitan, lalu menjatuhkan dirinya ke air.
Cuplikan cerita tersebut selayaknya ditempatkan pada bagian komplikasi
karena….
A. ceritanya tidak masuk akal
B. terjadi masalah-masalah yang dialami tokoh utama
C. adanya masalah-masalah yang diceritakan
D. latarnya terjadi di hutan dan dialami tokoh utama

52   
 
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

7. ....
Di sebuah ladang, ada seekor ayam jago yang berbulu merah. Ladang itu
terletak di sebuah hutan. Ayam itu mempunyai sebuah rumah. Setiap hari ia
keluar rumah untuk mencari makanan di sekitar ladang. Setelah itu, ia akan
pulang ke rumahnya dan menutup pintu.
Dalam suatu fabel, cuplikan itu seharusnya ditempatkan ke dalam....
A. abstraksi C. koda
B. orientasi D. komplikasi

8. Tetapi (1) bagaimana pun juga (2), Kusno tak akan putus asa. Ia dilahirkan
dalam kesengsaraan, hidup bersama kesengsaraaan. Dan meskipun (3)
celana 1001-nya lenyap, Kusno akan berjuang terus melawan kesengsaraan,
biarpun (4) hanya untuk mendapatkan sebuah celana 1001 yang lain.
Penggunaan konjungsi yang tidak tepat pada cuplikan cerpen itu ditandai
dengan nomor....
A. (1) B. (2) C. (3) D. (4)

9. Sebelum duduk di bawah tugu, sebagai orang kota sejati aku beberkan sapu
tanganku ke rumput, biar pantalon tropikal yang kupakai tidak kotor. Kemudian,
aku memandang pada makam sambil menyalakan sigaret lagi.
Kalimat yang tepat untuk melengkapi cuplikan cerpen itu adalah....
A. Setiap keadaan yang mungkin membawa ayah memberikan nasihat-
nasihatnya.
B. Di sekitar tempat rindang itu matahari memanas terik.
C. Kalau kamu memang betul-betul tidak menyontek, nanti kalau ada
ulangan lagi.
D. Maaf, sebenarnya aku tadi mau menolongmu, tapi kamu malah lari.

  53
 
 
 
 
Evaluasi 

10. Perhatikan urutan cerita yang benar!


(1) Dudung pergi dengan melwati hutan.
(2) Dudung hidup dengan bermalas-malasan.
(3) Dudung diminta bapaknya mencari pekerjaan.
(4) Dudung melihat serigala tua dan buta yang mendapat makanan dari sisa-
sisa makanan singa.
Urutan cerita benar adalah....
A. (1)-(3)-(2)-(4)
B. (2)-(3)-(1)-(4)
C. (3)-(1)-(2)-(4)
D. (4)-(1)-(2)-(3)

11. Perhatikan pula urutan cerita berikut!


(1) Tadi, di pemakaman, ia tambil modern dan modis.
(2) Kini sudah kembali seperti pertama kali mereka bertemu: lugu dan
bersahaja sekali.
(3) Heri baru memarkir mobil di depan rumahnya saat dirasakannya ada
bayangan yang berkelabat di belakangnya.
(4) Ketika menoleh, ternyata Ichen sudah berdiri di ujung pagar rumahnya.
Heri tertegun memandang Ichen. Gadis ini sekarang sudah berubah lagi
penampilannya.
Urutan cerita yang benar adalah....
A. (1) – (2) – (4) – (3)
B. (2) – (3) – (4) – (1)
C. (3) – (4) – (1) – (2)
D. (4) – (2) – (1) – (3)

12. Ibu :“Nak, kamu kan sudah dewasa. Jadilah contoh yang baik untuk
adik-adikmu.”
Cara bicara tokoh ibu harus disampaikan dengan nada....
A. marah-marah C. memohon
B. membujuk D. menasihati

54   
 
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

13. Adi : "Benar dalam liburan ini sekolah kita akan berdarmawisata,
Pak?"
Kepala sekolah : "Benar! Mengapa Adi bertanya?"
Adi : "Untuk meyakinkan diri. Darmawisata kemana, Pak?"
Kepala Sekolah : "Belum dipastikan. Mungkin ke Kebun Raya Bogor.
Mungkin pula ke Pantai Pangandaran."
Adi : .... Saya belum pernah ke sana."
Kepala Sekolah : "Itu hasil rapat yang menentukan."
Kalimat harapan yang tepat untuk melengkapi cuplikan drama tersebut
adalah....
A. "Mudah-mudahan ke Kebun Raya Bogor. "
B. "Dengan penuh harap, kita jadi periwsata. "
C. "Semoga saja kita ke sana jadinya. "
D. "Insya Allah, saya mau ke Bogor. "

14. Hendra : "Terima kasih, Dik."


Erwin : "Sebenarnya sudah lama aku ingin mengajakmu ke kota, tapi
mengingat ibuku masih sakit, ya kutunda sampai hari ini."
Hendra : "Ya, itulah Dik, maka aku belum mau melangkah ke luar kota.
Sekarang ibuku sudah sehat dan sudah mulai bekerja lagi, kapan
kita berangkat?"
Erwin : "Seminggu lagi? Bagaimana?"
Hendra : "Baiklah aku nanti minta izin pada ibuku dulu." .
Cuplikan drama itu dapat diceritakan kembali secara ringkas, yakni sebagai
berikut ....
A. Ibu Hendra sedang sakit dan Hendra harus menunggu.
B. Erwin ingin mengajak Hendra ke kota.
C. Hendra merasa kecewa karena ibunya sakit.
D. Erwin menengok Hendra yang sedang sakit.

  55
 
 
 
 
Evaluasi 

15. Perhatikan cuplikan berikut.


....
Tita : “Arok, sembunyilah kalian.”
Ken Arok : “Tidak, sembunyilah kalian.
(Terdengar suara rombongan datang. Ken Arok berdiri di tengah jalan).

Dalam struktur dialog drama, cuplikan tersebut sebaiknya ditempatkan dalam


bagian ke dalam....
A. orientasi
B. komplikasi
C. resolusi
D. klimaks

(Cuplikan berikut digunakan untuk menjawab soal nomor 16-17)


Di halaman rumah keluarga Frank dekat rumah yatim piatu, penduduk dikagetkan
dengan ditemukannya sosok sinterklas yang terbujur kaku. Salju di sekitar itu telah
berubah menjadi merah. Luka bekas senapan tembus ke dadanya.
Sherif : “Bagaimana ini bisa terjadi?”
Mr. Frank : “Saya juga tidak tahu, ..... Istri saya yang pertama menemukannya.”

16. Berdasarkan susunan alurnya, bagian drama tersebut seharusnya ditemptkan


termasuk ke dalam bagian….
A. perkenalan C. peleraian
B. puncak konflik D. penyelesaian

17. Kata sapaan yang harus digunakan untuk melengkapi cuplikan itu adalah....
A. bagaimana
B. sherif
C. kamu
D. anda

56   
 
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

18. Istri : “Pagarnya memang terlalu rapat ke nisan, tak ada tempat
menaruh.”
Suami : “Bisa ditambahkan. Gambar ini sempura. .... tidak, Mas Ibrahim?
(Ibrahim senyum-senum terus sambil mengunyah kue). Apa sulit
mengerjakannya?”
Kosakata percakapan yang tepat digunakan untuk melengkapi cuplikan itu
adalah....
A. memang
B. ya
C. tidak
D. bisa

(Cuplikan drama berikut digunakan untuk menjawab soal nomor 19-20)


....
Perempuan : “Sudah kuduga, Bung tentu pulang dengan selamat seperti
kemarin pagi. Kalau Bung keluar, aku selalu cemas-cemas harap.
Siapa tahu, Bung ditimpa malang. Maklumlah dalam keadaan
begini ada peluru yang sering jatuh salah alamat.”
Penyair : “Itulah yang menjadi aku kagum.”
Perempuan : “Bahwa Bung selalu selamat selama ini?”
Penyair : “Bukan, bukan itu. Sebab terus terang saja, aku sendiri
sebenarnya, tidak begitu peduli tentang keselamatanku.”
Perempuan : “Aneh.”

19. Ekspresi keheranan dalam cuplikan tersebut, yakni dinyatakan pada kata....
A. aneh
B. siapa tahu
C. sudah kuduga
D. aku cemas-ceemas harap

20. Dalam penulisan struktur alur drama, cuplikan tersebut harus ditempatkan ke
dalam bagian....
A. perkenalan C. peleraian
B. puncak konflik D. penyelesaian

  57
 
 
 
 
Evaluasi 

21. Langkah ini merupakan cara untuk memperoleh sejumlah data tentang
kemampuan siswa siswa. Bentuk tes bisa berupa pertanyaan lisan ataupun
tertulis.
Langkah yang dimaksud dinamakan dengan....
A. tes C. pengukutan
B. penilaian D. evaluasi

22. Berikut pernyataan yang benar tentang penilaian adalah, kecuali....


A. Penilaian seharusnya mencakup tiga aspek kemampuan, yaitu
pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
B. Penilaian dapat menggunakan berbagai cara pengukuran data pada waktu
kegiatan belajar sedang berlangsung.
C. Penilaian harus mengacu kepada prinsip diferensiasi, yakni memberikan
peluang kepada siswa untuk menunjukkan apa yang diketahui, yang
dipahami, dan mampu dilakukannya.
D. Pemilihan cara dan bentuk penilaian harus mengacu pada materi yang
disampaikan guru dalam proses pembelajaran.

23. 1) Umpan balik (feed back) penyempurnaan proses belajar mengajar


2) Membantu kesulitan belajar siswa dalam menguasai materi pelajaran.
Kedua pernyataan tersebut merupakan fungsi dari.....
A. tes formatif C. tes subsumatif
B. tes reflektif D. tes sumatif

24. Ketika Pak Rudianto menyusun RPP, ia bermaksud menulis indikator penilaian
berkaitan dengan ranah kognitif. Untuk itu, rumusan indikator yang sesuai
dengan keperluan Pak Rudianto adalah....
A. siswa dapat menjelaskan perbedaan syair dengan pantun.
B. siswa dapat menunjukkan cara terbaik untuk bermain drama.
C. siswa dapat berpidato dengan memperhatikan ketepatan lafal dan
intonasinya.
D. siswa dapat memberikan tanggapan terhadap pembacaan puisi yang
dilakukan temannya dengan baik.

58   
 
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

25. Dalam pengembangan KD tentang pemahaman teks puisi, Bu Anggie memilih


bentuk penilaian objektif. Ia beranggapan bahwa tes tersebut memiliki
beberapa keunggulan, kecualif, kecuali....
A. dapat ditanyakan banyak materi pelajaran.
B. dapat mengukur kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat
C. dapat diolah dengan cepat dan mempunyai ketetapan hasil pemeriksaan
yang tinggi.
D. dapat mengukur semua jenjang proses berpikir dari yang sederhana
(ingatan) sampai dengan yang kompleks (evaluasi).
26. Jenis peniaian ini menuntut kemampuan siswa untuk berpikir tingkat tinggi
terkait dengan kemampuan mendemonstrasikan KD dalam konteks tertentu
secara langsung. Jenis penilaian yang dimaksud berupa....
A. produk
B. praktik
C. proyek
D. portofolio

27. Bu Syifa menentukan batas minimal untuk kelelulusan siswanya untuk KD


mengidentifikasi struktur dan kaidah puisi sebesar 75. Dengan demikian,
pendekatan penilaian penilaian yang digunakan Bu Syifa adalah....
A. penilaian acuan patokan
B. penilaia acuan norma
C. penilaian acuan kompetensi
D. penilaian acuan standar

28. Pak Deni akan menyusun latihan soal untuk ujian sekolah para siswanya untuk
kelas VII. Untuk itu, terlebih dahulu Pak Deni myneusun kisi-kisinya. Adapun
hal-hal yang harus diperhatikannya untuk penyusan kisi-kisinya itu adalah,
kecuali.....
A. kisi-kisi harus dapat mewakili isi silabus/kurikulum
B. komponen-komponennya diuraikan secara jelas dan mudah dipahami.
C. materi yang hendak ditanyakan dapat dibuatkan instrumen penilaiannya.
D. materi yang telah diajarkan yang penting-penting saja

  59
 
 
 
 
Evaluasi 

29. Perhatikan informasi berikut


KD : Menelaah struktur, kebahasaan, dan isi teks laporan hasil observasi yang
berupa buku pengetahuan yang dibaca atau diperdengarkan
Indikator : Mampu menunjukkan struktur teks eksplanasi observasi
Soal :
1. Tuliskan kembali isi teks laporan hasil observasi yang kamu dengarkan?
2. Tentukan struktur teks laporan hasil observasi yang telah kamu baca?
3. Tunjukkan bagian deskripsi dari teks yang berjudul “Iklim di Indonesia”!
4. Catatlah pokok-pokok teks observasi yang kamu dengarkan!
Berdasarkan informasi di atas, rancangan soal yang tepat adalah…
A. 3 dan 4
B. 1 dan 3
C. 2 dan 3
D. 2 dan 4

30. Perhatikan tabel kisi-kisi soal berikut!


Kompetensi Kls/ Bentuk No.
Materi Indikator Soal
Dasar Smt Soal Soal
47.Menyimpulkan Teks VII/1 Disajikan cuplikan teks …….. 1
isi teks laporan laporan laporan hasil observasi
hasil observasi hasil untuk disimpulkan
berupa buku observasi maksudnya oleh siswa.
pengetahuan
yang dibaca dan
didengar

Bentuk soal yang sesuai dengan kisi-kisi tersebut adalah ....


A. uraian
B. produk
C. praktik
D. portofolio

60   
 
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

B. Soal Uraian
1. Perhatikan cuplikan berikut!
Alfred segera mengambil tangga dan menyandarkannya pada dinding
samping kandang lembu. Emil naik ke atas. Emil memegang erat-erat
benang yang terikat pada gigi Lina. Dan, Lina dengan patuh menaiki
tangga di belakang Emil.
Berdasarkan struktur dan kaidah kebahasaannya, cuplikan tersebut
termasuk ke dalam teks apa? Jelaskan alasan-alasannya!

2. Pak Kosasih telah menentukan jenis penilaian portofolio untuk kegiatan


siswanya di dalam menulis teks puisi. Bagaimana langkah-langkah penilaian
yang harus dilakukan Pak Kosasih di untuk kegiatan penilaiannya itu?

Kunci Jawaban

A. Pilihan Ganda

1. C 11. C 21. A

2. C 12. D 22. D

3. A 13. A 23. A

4. B 14. B 24. A

5. A 15. B 25. B

6. B 16. C 26. B

7. B 17. B 27. A

8. A 18. B 28. D

9. B 19. A 29. C

10. B 20. D 30. A

  61
 
 
 
 
Evaluasi 

B. Uraian

1. Teks tersebut termasuk ke dalam teks cerpen. Hal itu ditandai dengan stuktur
teksnya yang merupakan bagian dari komplikasi. Di dalam struktur alurnya itu
terkandung tokoh dan latar. Berdasarkan kaidah kebahasannya, teks tersebut
menggunakan ragam bahasa sehari-hari dan banyak menggunakan kata
kerja tinakan, seperti mengambil, menyandarkan, memegang, menaiki.
2. Peniaian portofolio dilakukan dengan langkah-langkah berikut.
a. Guru menentukan atau mendiskusikan karya yang akan dibuat siswa.
b. Siswa menulis teks yang telah ditentukan yang mungkin di dalamnya
mencakup beberapa proses dan tahapan.
c. Tulisan siswa diperiksa atau disilangbacakan.
d. Siswa memperbaiki kembali karyanya itu.
e. Siswa kembali berlatih menulis karya lainnya, mungkin berdasarkan KD
yang sama ataupun KD berbeda.
f. Karya-karya siswa didokumentasikan menjadi sebuah berkas untuk
kemudian dinilai secara menyeluruh dan terpadu.

62   
 
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

Penutup

Dengan tuntasnya mempelajari materi dalam modul ini, Bapak/Ibu diharapkan


dapat mengembangkan pembelajaran mengontruksi teks prosa dan drama
dengan baik dan menarik; dapat pula engembangkan penilaian pembelajaran
bahasa Indonesia secara benar dan efektif. Lebih jauhnya, Bapak/Ibu dapat pula
memperoleh pemahaman terhadap kompetensi pedagogik dan profesional
dengan komposisi yang ideal merupakan sesuatu yang sangat penting dan tidak
bisa dilewatkan pada setiap pertemuan.
Materi yang dipaparkan dalam kegiatan pembelajaran ini diharapkan dapat baik;
bisa menambah wawasan bagi Bapak/Ibu yang tentu saja hal itu bisa berimplikasi
pada pembelajaran efektif di dalam kelas. Oleh karena masih bersifat umum,
paparan tentang pendekatan, metode/strategi, dan teknik-tekniknya bisa
dikembangkan lagi sesuai dengan KD yang akan Anda sampaikan kepada para
siswa.

  63
 
 

 
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi. 1997. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi


Aksara.

Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan


Penjamin Mutu Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
2014. Materi Pelatihan Kurikulum 2013 Tahun Ajaran 2014/2015. Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Bloom, Benyamin S, et. al. 1966. Taxonomy of Educational Objective: Cognitive


Domain. New York: David Mckay Company, Inc.

Briggs, Leslie J. 1970.Instructional Design Principle and Aplication. New Jersey:


Prentice Hall inc.

Creswell, John W. 2012. Educational Research: Planning, Conducting, and


Evaluating Quantitative and Qualitative Research. Pearson.

Crocker, L. And Algina, J. 1986. Introduction to Classical and Modern Test Theory.
New York. Holt, Rinehart and Winston, Inc.

Depdikbud. 2013. Permendikbud 81A. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Depdiknas. 2006. Pedoman Penilaian di Kelas (Classroom Based Assessment).


Jakarta: Puspendik, Balitbang, Depdiknas.

Djaali dan Pudji Muljono. 2004. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakarta:
Program Pascasarjana, UNJ.

Djiwandono, M. Soenardi. 1996. Tes Bahasa dalam Pengajaran. Bandung:


Penerbit ITB.

E. Owens, Robert. Jr. 2012. Language Development An Introduction. New Jersey


: Pearson Education,Inc.

Fromkin Victoria dan Robert Rodman. 1993. An Introduction to Language. Florida:


Harcourt Brace Jovanovich Collage.

Given, Barbara K. 2007. Brain-Based Teaching (terjemahan). Bandung: Kaifa.

  65
 
 
 
 
Daftar Pustaka 

Gronlund, Norman E. 1985. Measurement and Evaluation in Teaching. New York:


McMilan Publishing Company.

Hidayat, Kosasi.1994. Evaluasi Pendidikan dan Penerapan dalam Pengajaran


Bahasa Indonesia. Bandung: Alfabeta.

Kosasih, E. 2014. Jenis-jenis Teks: Analisis Fungsi, Struktur, dan Kaidah


Kebahasaan. Bandung: Yrama Widya.

Kosasih, E. 2014. Strategi Belajar Mengajar: Implementasi Kurikulum 2013:


Yrama Widya.

Nurgiyantoro, Burhan. 1988. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra


Indonesia. Yogyakarta: BPFE.

Safari. 1997. Pengujian dan Penilaian Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta:
Kartanegara.

Surapranata, Sumarna. 2004. Panduan Penulisan Tes Tertulis. Bandung: PT


Remaja Rosa Karya

66   
 
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

Glosarium

Adil : tidak menguntungkan atau merugikan siswa misalnya


karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar
belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial
ekonomi, dan gender.
Akuntabel : dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik,
prosedur, maupun hasilnya.
Edukatif : dilakukan untuk kepentingan dan kemajuan peserta didik
dalam belajar.
Holistik : mencakup semua aspek kompetensi dan dengan
menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai
dengan kompetensi yang harus dikuasai peserta didik.
HOTS : higher order of thinking skill (keterampilan berpikir tingkat
tinggi)
Jurnal : catatan guru berkaian dengan sikap-sikap tertentu siswa.
Manipulatif : terekayasa atau bersifat seolah-olah.
Objektif : prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi
subjektivitas penilai.
Parsial : hanya aspek tertentu, misalnya pengetahuan ataupun
keterampilan saja.
Penilaian : proses terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu
objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya
dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh
kesimpulan.
Penilaian autentik penilaian yang berusaha menggambarkan prestasi belajar
siswa sesuai dengan kemampuan mereka yang
sesungguhnya; dalam arti tidak parsial ataupun manipulatif.
Pengukuran : proses penentukan tingkat kemampuan siswa tertentu,
seperti kognitif, afektif, dan psikomotor. Bentuknya berupa
angka-angka.
Portofolio : penilaian yang berfokus pada sejumlah karya siswa.

  67
 
 
 
 
Glosarium 

Proyek : serangkaian tugas belajar (learning tasks) yang meliputi


kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan secara
tertulis maupun lisan.
Sahih : mencerminkan kemampuan yang diukur.
Sistematis : dilakukan secara berencana dan bertahap dengan
mengikuti langkah-langkah baku.
Tes : cara untuk memperoleh sejumlah data tentang kemampuan
siswa siswa. Bentuk tes bisa berupa pertanyaan lisan
ataupun tertulis.
Tes diagnostik : tes yang bertujuan untuk menentukan sebab-sebab
kesulitan belajar beserta tindakan remedial yang harus
dilakukan. Tes diagnostik biasanya memiliki standar atau
dibakukan baku. Tes diagnostik telah memiliki ciri-ciri
sebagai berikut.
Tes formatif : tes yang diberikan setelah siswa mengikuti satu satuan
pembelajaran. Tes ini berfungsi sebagai berikut:
1. umpan balik (feed back) penyempurnaan proses belajar
mengajar, dan
2. membantu kesulitan belajar siswa dalam menguasai
materi pelajaran.
Tes penempatan : tes untuk menempatkan siswa sesuai dengan bakat dan
kemampuannya. Misalnya, siswa itu harus ditempatkan di
kelas biasa atau akselerasi, di program bahasa, IPS, atau
IPA.
Tes reflektif : tes yang diselenggarakan pada waktu sebelum proses
pembelajaran. Tujuannya untuk memperoleh indikator atau
informasi tentang kesiapan dan tingkat pemahaman siswa
atas materi yang akan dipelajarinya. Hasil dari tes ini
menjadi dasar peramalan taraf keberhasilan yang akan
dicapai setelah menjalani prose pembelajaran.
Tes subsumatif : tes yang dilakukan setelah guru menyampaikan beberapa
satuan pelajaran dalam satu pokok bahasan tertentu. Tes ini
berfungsi untuk meyampaikan informasi kepada orang tua
tentang kemajuan belajar anaknya.

68   
 
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

Tes sumatif : tes yang diberikan setelah beberapa pokok bahasan


tersampaikan di dalam satu semester. Tes ini berfungsi
sebagai bahan informasi kepada orang tua mengenai
kemajuan belajar anaknya; juga merupakan dasar
pertimbangan dalam pengambilan keputusan, seperti
kenaikan kelas.
Terbuka : pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang
berkepentingan.
Terpadu : tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.

  69
 
 
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

1
 
 
 
 
 
 

MODUL
PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN

MATA PELAJARAN
BAHASA INDONESIA
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)
TERINTEGRASI PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER
DAN PENGEMBANGAN SOAL

KELOMPOK KOMPETENSI H

PROFESIONAL:
APRESIASI DAN KREASI SASTRA

Penulis:
Dra. Elina Syarief, M.Pd. (inap4tkb@gmail.com)
Penelaah:
Dr. E. Kosasih, M.Pd. (ekos_kosasih@yahoo.com)
Dr. Sam Muchtar Chaniago, M.Pd. (samkalahari@yahoo.com)
Drs. Krisanjaya, M.Hum. (ksanjaya@yahoo.com)

Desain Grafis dan Ilustrasi:


Tim Desain Grafis

Copyright © 2017
Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Dasar
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang


Dilarang mengcopy sebagian atau keseluruhan isi buku ini untuk kepentingan komersial
tanpa izin tertulis dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan
 
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

Daftar Isi

Hal. 
Daftar Isi ................................................................................................................... iii 
Daftar Gambar ......................................................................................................... iv 
Daftar Tabel ............................................................................................................. iv 
Pendahuluan ............................................................................................................ 1 
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
C. Peta Kompetensi ..................................................................................... 2
D. Ruang Lingkup ........................................................................................ 2
E. Cara Penggunaan Modul......................................................................... 3
Kegiatan Pembelajaran 1 Menulis Prosa Indonesia ........................................ 11 
A. Tujuan.................................................................................................... 11
B. Kompetensi dan Indikator Pencapaian Kompetensi .............................. 11
C. Uraian Materi ......................................................................................... 11
D. Aktivitas Pembelajaran .......................................................................... 25
E. Latihan/Tugas/Kasus ............................................................................. 30
F. Rangkuman ........................................................................................... 41
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut............................................................. 42
Kegiatan Pembelajaran 2 Mementaskan Naskah Drama ................................ 43 
A. Tujuan.................................................................................................... 43
B. Kompetensi dan Indikator Pencapaian Kompetensi .............................. 43
C. Uraian Materi ......................................................................................... 43
D. Aktivitas Pembelajaran .......................................................................... 65
E. Latihan /Tugas/Kasus ............................................................................ 69
F. Rangkuman ........................................................................................... 86
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut............................................................. 87
Penutup ................................................................................................................... 89 
Daftar Pustaka ........................................................................................................ 91 
Glosarium ............................................................................................................... 93 
 

iii
 
 
 
 
 

Daftar Gambar

Hal.
Gambar 1. Alur Model Pembelajaran Tatap Muka ................................................ 3
Gambar 2. Alur Pembelajaran Tatap Muka Penuh ................................................ 4
Gambar 3. Ciri-ciri Kebahasaan Teks Drama ...................................................... 54 

Daftar Tabel

Hal.
Tabel 1. Daftar Lembar Kerja Modul...................................................................... 9
Tabel 2. Kisi-kisi UN SMP/MTs Bahasa Indonesia .............................................. 28

iv 
 
 
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

Pendahuluan

A. Latar Belakang
Puisi, prosa, dan drama merupakan bentuk karya manusia yang dipelajari dalam
ilmu sastra, yang selanjutnya disebut sebagai karya sastra. Dalam Kurikulum
2013, ketiganya dikategorikan sebagai teks nonfiksi. Adapun pembelajaran sastra
itu sendiri bertujuan melibatkan peserta didik untuk mengkaji nilai kepribadian,
budaya, sosial, dan estetik. Pilihan karya sastra dalam pembelajaran yang
berpotensi memperkaya kehidupan peserta didik, memperluas pengalaman
kejiwaan, dan mengembangkan kompetensi imajinatif. Peserta didik belajar
mengapresiasi karya sastra dan menciptakan karya sastra mereka sendiri yang
dapatmemperkaya pemahaman peserta didik akan nilai-nilai kemanusiaan dan
sekaligus memperkaya kompetensi berbahasa. Peserta didik menafsirkan,
mengapresiasi, mengevaluasi, dan menciptakan teks sastra seperti cerpen, novel,
puisi, drama, film, dan teks multimedia (lisan, cetak, digital/ online). Karya sastra
untuk pembelajaran yang memiliki nilai artistik dan budaya diambil dari karya
sastra daerah, sastra Indonesia, dan sastra dunia. Karya sastra yang memiliki
potensi kekerasan, kekasaran, konflik, dan memicu konflik SARA harus dihindari.

Ruang lingkup karya sastra mencakup pembahasan konteks sastra, tanggapan


terhadap karya sastra, menilai, dan menciptakan karya sastra. Pengenalan
konteks sastra dapat berupa peristiwa dalam sastra yang diambil dan dibentuk
oleh faktor sejarah, sosial, dan konteks budaya. Menanggapi karya sastra adalah
kegiatan identifikasi gagasan, pengalaman, dan mendiskusikannya. Menilai karya
sastra merupakan kegiatan menjelaskan dan menganalisis isi karya sastra dan
cara pengarang menyajikan karyanya. Peserta didik memahami, menafsirkan,
mendiskusikan, dan mengevaluasi gaya khas pengarang dalam menggunakan
bahasa dan cara penceritaan. Menciptakan karya sastra adalah kegiatan
akumulasi dari pemahaman, penanggapan, dan penilaian sehingga peserta didik
mendapatkan gambaran utuh bagaimana karya sastra dibuat dan mencoba
membuat karya sastra sendiri.

Dalam Kurikulum 2013, prosa dan drama merupakan dua tipe jenis teks yang
harus dipelajari siswa. Dengan pemahaman konsep-konsepnya yang tersaji di

1
 
 
 
 
 
Pendahuluan 

dalam modul ini beserta kegiatan-kegiatan yang ada di dalamnya, Bapak/Ibu dapat
memahami di dalam mengidentifikasi unsur-unsur dari kedua tipe teks sastra itu
serta menelaah karakteristik dan langkah-langkah penulisan/pementasanya.
Selanjutnya Bapak/Ibu pun dapat mengaplikasikannya di dalam proses
pembelajaran di kelas. Para siswa pun lebih paham pula di dalam menginterpretasi
kedua tipe teks itu, baik tradisional maupun mopdern, serta dapat pula
mengontruksinya secara lisan dan tertulis.

B. Tujuan
Tujuan pelatihan pada modul ini, Bapak/Ibu diharapkan dapat:
1. menjelaskan konsep-konsep penting kesastraan, khsusunya yang bergenre
prosa dan drama dengan benar dan jelas;
2. mengkreasikan jenis-jenis teks sastra (prosa dan drama) dengan terperinci,
baik berbentuk tulisan maupun pementasan;
3. merancang langkah pembelajaran kreasi sastra (prosa dan drama) sesuai
dengan tuntutan kurikulum dengan mengintegrasikan nilai-nilai penguatan
pendidikan karakter.

C. Peta Kompetensi

Kompetensi yang akan dicapai dan ditingkatkan melalui modul ini mengacu pada
kompetensi Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 sebagai

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI GURU MAPEL


(KI) (KG)
20. Menguasai materi, struktur, 20.7 Mengapresiasi karya sastra
konsep, dan pola pikir keilmuan secara reseptif dan produktif.
yang mendukung mata
pelajaran yang diampu.

D. Ruang Lingkup

Ruang lingkup modul ini terdiri atas dua kegiatan pembelajaran yaitu:
1) Kegiatan Pembelajaran 1 membahas penulisan prosa


 
 
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

2) Kegiatan Pembelajaran 2 membahas pementasan drama

Setiap kegiatan pembelajaran mencakup: tujuan, kompetensi dan indikator


pencapaian kompetensi, uraian materi, aktivitas pembelajaran, latihan/
tugas/kasus, rangkuman, umpan balik dan tindak lanjut..

Sebagai acuan penilaian modul PKB Kelompok Kompetensi H ini disajikan bahan
evaluasi berupa soal pilihan ganda dan uraian. Pada bagian akhir modul ini
terdapat penutup, daftar pustaka, dan glosarium.

E. Cara Penggunaan Modul

Secara umum, cara penggunaan modul pada setiap Kegiatan Pembelajaran


disesuaikan dengan skenario setiap penyajian mata diklat. Modul ini dapat
digunakan dalam kegiatan pembelajaran guru, baik untuk moda tatap muka
dengan model tatap muka penuh maupun model tatap muka in-on-in. Alur model
pembelajaran secara umum dapat dilihat pada bagan berikut.

Gambar 1. Alur Model Pembelajaran Tatap Muka

3
 
 
 
 
 
Pendahuluan 

1. Deskripsi Kegiatan Diklat Tatap Muka Penuh


Kegiatan pembelajaran diklat tatap muka penuh adalah kegiatan fasilitasi
peningkatan kompetensi guru melalui model tatap muka penuh yang dilaksanakan
oleh unit pelaksana teknis dilingkungan ditjen GTK maupun lembaga diklat lainnya.
Kegiatan tatap muka penuh ini dilaksanakan secara terstruktur pada suatu waktu
yang dipandu oleh fasilitator.

Tatap muka penuh dilaksanakan menggunakan alur pembelajaran yang dapat


dilihat pada alur dibawah.

Gambar 2. Alur Pembelajaran Tatap Muka Penuh

Kegiatan pembelajaran tatap muka pada model tatap muka penuh dapat
dijelaskan sebagai berikut.

a. Pendahuluan
Pada kegiatan pendahuluan fasilitator memberi kesempatan kepada peserta
diklat untuk mempelajari
1) latar belakang yang memuat gambaran materi;
2) tujuan kegiatan pembelajaran setiap materi;
3) kompetensi atau indikator yang akan dicapai melalui modul;
4) ruang lingkup materi kegiatan pembelajaran;


 
 
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

5) langkah-langkah penggunaan modul.

b. Mengkaji Materi
Pada modul ini fasilitator memberi kesempatan kepada guru sebagai peserta
untuk mempelajari materi yang diuraikan secara singkat sesuai dengan
indikator pencapaian hasil belajar. Guru sebagai peserta dapat mempelajari
materi secara individual maupun berkelompok dan dapat mengkonfirmasi
permasalahan kepada fasilitator.

c. Melakukan Aktivitas Pembelajaran


Pada kegiatan ini peserta melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan
rambu-rambu atau instruksi yang tertera pada modul dan dipandu oleh
fasilitator. Kegiatan pembelajaran pada aktivitas pembelajaran ini
menggunakan pendekatan yang akan secara langsung berinteraksi di kelas
pelatihan bersama fasilitator dan peserta lainnya, baik itu dengan
menggunakan diskusi tentang materi, malaksanakan praktik, dan latihan
kasus.

Lembar kerja pada pembelajaran tatap muka penuh adalah bagaimana


menerapkan pemahaman materi-materi yang berada pada kajian materi.

Pada aktivitas pembelajaran materi ini juga peserta secara aktif menggali
informasi, mengumpulkan dan mengolah data sampai pada peserta dapat
membuat kesimpulan kegiatan pembelajaran.

d. Presentasi dan Konfirmasi


Pada kegiatan ini peserta melakukan presentasi hasil kegiatan sedangkan
fasilitator melakukan konfirmasi terhadap materi dan dibahas bersama.pada
bagian ini juga peserta dan penyaji me-review materi berdasarkan seluruh
kegiatan pembelajaran

e. Persiapan Tes Akhir


Pada bagian ini fasilitator didampingi oleh panitia menginformasikan tes akhir
yang akan dilakukan oleh seluruh peserta yang dinyatakan layak tes akhir.

5
 
 
 
 
 
Pendahuluan 

2. Deskripsi Kegiatan Diklat Tatap Muka In-On-In


Kegiatan diklat tatap muka dengan model in-on-in merupakan kegiatan fasilitasi
peningkatan kompetensi guru yang menggunakan tiga kegiatan utama, yaitu in
service learning 1 (in-1), on the job learning (on), dan in service learning 2 (in-2).
Secara umum, kegiatan pembelajaran diklat tatap muka in-on-in tergambar pada
alur berikut.

Gambar 3. Alur Pembelajaran Tatap Muka model In-On-In


 
 
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

Kegiatan pembelajaran tatap muka pada model In-On-In dapat dijelaskan sebagai
berikut,

a. Pendahuluan
Pada kegiatan pendahuluan disampaikan bertepatan pada saat pelaksanaan
In service learning 1 fasilitator memberi kesempatan kepada peserta diklat
untuk mempelajari hal-hal berikut:
1) latar belakang yang memuat gambaran materi;
2) tujuan kegiatan pembelajaran setiap materi;
3) kompetensi atau indikator yang akan dicapai melalui modul;
4) ruang lingkup materi kegiatan pembelajaran;
5) langkah-langkah penggunaan modul .

b. In Service Learning 1 (IN-1)


1) Mengkaji Materi
Pada kegiatan ini, fasilitator memberi kesempatan kepada guru sebagai
peserta untuk mempelajari materi yang diuraikan secara singkat sesuai
dengan indikator pencapaian hasil belajar. Guru sebagai peserta dapat
mempelajari materi secara individual maupun berkelompok dan dapat
mengkonfirmasi permasalahan kepada fasilitator.

2) Melakukan Aktivitas Pembelajaran


Pada kegiatan ini peserta melakukan kegiatan pembelajaran sesuai
dengan rambu-rambu atau instruksi yang tertera pada modul dan dipandu
oleh fasilitator. Kegiatan pembelajaran pada aktivitas pembelajaran ini
akan menggunakan pendekatan/metode yang secara langsung
berinteraksi di kelas pelatihan, baik itu dengan menggunakan metode
berfikir reflektif, diskusi, brainstorming, simulasi, maupun studi kasus yang
kesemuanya dapat melalui Lembar Kerja yang telah disusun sesuai
dengan kegiatan pada IN-1. Pada aktivitas pembelajaran materi ini peserta
secara aktif menggali informasi, mengumpulkan dan mempersiapkan
rencana pembelajaran pada on the job learning.

7
 
 
 
 
 
Pendahuluan 

c. On the Job Learning (ON)


1) Mengkaji Materi
Pada kegiatan ini, guru sebagai peserta akan mempelajari materi yang
telah diuraikan pada in service learning 1 (IN-1). Guru sebagai peserta
dapat membuka dan mempelajari kembali materi sebagai bahan dalam
mengerjaka tugas-tugas yang ditagihkan kepada peserta.

2) Melakukan Aktivitas Pembelajaran


Pada kegiatan ini peserta melakukan kegiatan pembelajaran di sekolah
maupun di kelompok kerja masing-masing. Kegiatan tersebut berfokus
pada rencana yang telah disusun pada IN-1 dan sesuai dengan rambu-
rambu atau instruksi yang tertera pada modul. Kegiatan pada
pembelajaran ini menggunakan pendekatan/metode praktik, eksperimen,
sosialisasi, implementasi, peer discussion yang secara langsung dilakukan
di sekolah maupun kelompok kerja melalui tagihan berupa kembar kerja
yang telah disusun sesuai dengan kegiatan pada ON.

Dalam hal ini peserta diharapkan aktif menggali informasi, mengumpulkan dan
mengolah data denganmelakukan pekerjaan dan menyelesaikan tagihan pada
on the job learning.

d. In Service Learning 2 (IN-2)


Pada kegiatan ini peserta melakukan presentasi produk-produk tagihan ON
yang akan di konfirmasi oleh fasilitator dan dibahas bersama. Pada bagian ini
juga peserta dan penyaji me-review materi berdasarkan seluruh kegiatan
pembelajaran

e. Persiapan Tes Akhir


Pada bagian ini fasilitator didampingi oleh panitia menginformasikan tes akhir
yang akan dilakukan oleh seluruh peserta yang dinyatakan layak tes akhir.


 
 
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

3. Lembar Kerja
Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan kelompok kompetensi (KK) H
ini teridiri dari beberapa kegiatan pembelajaran yang di dalamnya terdapat
aktivitas-aktivitas pembelajaran sebagai pendalaman dan penguatan pemahaman
materi yang dipelajari.

Modul ini mempersiapkan lembar kerja yang nantinya akan dikerjakan oleh
peserta, lembar kerja tersebut dapat terlihat pada tabel berikut.

Tabel 1. Daftar Lembar Kerja Modul

Kode
No Nama LK Keterangan
LK
1. LK-1.1 Pengertian Prosa TM, IN-1

2. LK-1.2 Jenis-jenis Prosa TM, IN-1


3. LK-1.3 Struktur dan Kaidah Kebahasaan Prosa TM, IN-1
4. LK-1.4 Langkah Penulisan Prosa TM, ON
5. LK-1.5 Langkah-langkah Pembelajaran Penulisan TM, ON
Prosa
6. LK-1.6 Penulisan Kisi-kisi dan Pengembangan Soal TM, IN-ON
Prosa
7. LK-2.1 Pengertian Drama TM, IN-1

8. LK-2.2 Perkembangan Drama TM, IN-1


9. LK-2.3 Beberapa Nama Pertunjukan Drama di TM, IN-1
Dunia
10. LK-2.4 Unsur-unsur Drama, Struktur, dan Kaidah- TM, IN-1
kaidah Kebahasaannya
11. LK-2.5 Teknik Pemeranan TM, ON
12. LK-2.6. Penulisan Naskah Drama TM, ON
13. LK-2.7 Penulisan Kisi-kisi dan Pengembangan TM, ON
Soal Prosa
14. LK-3.1 Curah Gagasan/Pengalaman TM, IN-1

15. LK-3.2 Pengertian-pengertian Penilaian TM, IN-1


16. LK-3.3 Fungsi-fungsi Penilain TM, IN-1
17. LK-3.4 Prinsip-prinsip Penilaian TM, IN-1

9
 
 
 
 
 
Pendahuluan 

Kode
No Nama LK Keterangan
LK
18. LK-3.5 Jenis dan Bentuk Penilaian TM, IN-1
19. LK-3.6. Pembuatan Kisi-kisi Penilaian TM, ON
20. LK-3.7 Instrumen/Rubrik Penilaian TM, ON
21. LK-3.8 Refleksi TM, IN-2

Keterangan.
TM : Digunakan pada tatap muka penuh
IN-1 : Digunakan pada in service learning 1
ON : Digunakan pada on the job learning

10 
 
 
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

Kegiatan Pembelajaran 1
Menulis Prosa Indonesia

A. Tujuan
Setelah mempelajari modul ini, Bapak/Ibu dapat
1. menjelaskan konsep-konsep prosa dengan benar dan jelas;
2. mengkreasikan jenis-jenis prosa dengan terperinci, baik berbentuk tulisan
maupun pementasan;
3. merancang langkah pembelajaran prosa sesuai dengan tuntutan kurikulum
dengan mengintergrasikan nilai-nilai penguatan pendidikan karakter.

B. Kompetensi dan Indikator Pencapaian Kompetensi


KOMPETENSI INTI    KOMPETENSI GURU MAPEL INDIKATOR PENCAPAIAN 
(KI) (KG) KOMPETENSI 
Menguasai materi, 20.7 Mengapresiasi karya 20.7.4 Menulis prosa
struktur, konsep, dan pola sastra secara reseptif dan Indonesia
pikir keilmuan yang produktif.
mendukung mata
pelajaran yang diampu.

C. Uraian Materi

1. Pengertian Prosa
Istilah prosa berasal dari bahasa Latin prosa, yang artinya "terus terang". Prosa
diartikan pula sebagai karangan bebas. Hal ini untuk membedakannya dengan
bentuk teks lain, terutama puisi (lama) sebagai teks yang terikat oleh aturan bait,
larik, ataupun rimanya. Prosa sering diidentikan dengan jenis-jenis teks sastra,
seperti cerpen dan novel. Padahal prosa dapat pula berupa karya-karya nonsastra,
seperti esai, artikel, ataupun biografi. Oleh karena itu, berdasarkan isinya, prosa
dapat diklasifikasikan ke dalam dua macam.

11
 
 
 
 
 
Kegiatan Pembelajaran 1 

1) Prosa berbasis fakta, yakni esai, artikel, biografi, surat, berita, dan sejenisnya.
Prosa ini sering pula disebut sebagai karya ilmiah.

2) Prosa berbasis fiksi, yakni dongeng, cerpen, novel, dan sejenisnya. Prosa ini
lazim disebut sebagai karya sastra.

Prosa

Berbasis Berbasis
Fakta Fiksi

Esei Biografi Cerpen Dongeng

2. Jenis-jenis Prosa
Dalam khasanah sastra Indonesia, teks berbentuk prosa juga dikasifiasikan lagi
ke dalam dua bentuk, yakni prosa lama dan prosa baru.

a. Prosa Lama
Prosa lama adalah prosa yang merupakan hasil cipta karya masyarakat
Indonesia (Melayu) dan belum mendapat pengaruh dari sastra Barat. Untuk
membedakan dengan bentuk sastra baru atau modern, berikut dirumuskan ciri-
ciri prosa lama.
1) Penyebarannya secara lisan. Namun demikian, ada pula yang disebarkan
lewat tulisan. Namun tentu saja, penyalinannya tidak dengan alat
percetakan, melainkan ditulis tangan. Bahan-bahan tulisannya pun khas,
yakni ada yang berasal dari kulit kayu, bambu, kertas padi, lontar, nipah,
dan sejenisnya.
2) Disebarkan dalam bentuk yang relatif tetap, atau dalam bentuk yang
standar dan tersebar di antara kelompok tertentu, dalam kurun waktu
yang cukup lama.

12 
 
 
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

3) Nama pencipta prosa lama biasanya sudah tidak diketahui lagi


(anonymous).
4) Prosa ada dalam versi yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh cara
penyebarannya, yang pada dasarnya secara lisan.
5) Prosa ditandai oleh ungkapan-ungkapan klise (formulazired). Misalnya,
dalam menggambarkan kecantikan seorang putri selalu dipakai kata-kata
“seperti bulan empat belas”, “tiada sebagainya pada masa itu”.
6) Berfungsi kolektif, misalnya, sebagai media pendidikan, pelipur lara,
protes sosial, dan proyeksi keinginan terpendam.
7) Bersifat pralogis, yakni mempunyai logika sendiri yang tidak sesuai
dengan logika umum.
8) Merupakan milik bersama dari kolektif tertentu.
9) Umumnya bersifat polos dan lugu, kasar, terlalu spontan. Hal ini dapat
dimaklumi karena cerita rakyat merupakan proyeksi manusia yang paling
jujur manifestasinya.
10) Jenisnya berupa mite, fabel, dan legenda (Kosasih, 2011).

b. Prosa Baru
Prosa baru adalah bentuk prosa yang yang telah dipengaruhi oleh kebudayaan
Barat. Prosa baru reraltif lebih bergam, baik itu dalam hal bentuk maupun
isinya. Bahasanya pun tidak hanya menggunakan bahasa Melayu, tetapi
sudah menggunakan bahasa serapan dari bahasa asing maupun bahasa
daerah lainnya.

Adapun jenis-jenis prosa baru/modern adalah sebagai berikut.


1) Novel
Novel berasal dari bahasa Italia novella yang berarti ‘sebuah barang baru
yang kecil. Kemudian kata itu diartikan sebagai sebuah karya sastra dalam
bentuk prosa. Novel adalah adalah karya imajinatif yang mengisahkan sisi
utuh atas problematika kehidupan seseorang atau beberapa orang tokoh.
2) Cerpen
Cerpen (cerita pendek) adalah karangan pendekyang mengisahkan
sepenggal kehidupan tokoh, yang penuh pertikaian, peristiwa yang
mengharukan atau menyenangkan, dan mengandung kesan yang tidak
mudah dilupakan. Seperti halnya jenis prosa lainnya, seperti novel, cerpen

13
 
 
 
 
 
Kegiatan Pembelajaran 1 

dibentuk oleh unsur tema, amanat, latar, alur, penokohan, dan sudut
pandang.
3) Riwayat
Riwayat bercerita tentang kisah hidup orang atau biasanya tokoh terkenal
atau yang menginspirasi. Ada dua jenis riwayat, yaitu biografi (ditulis oleh
orang lain) dan otobiografi (ditulis sendiri oleh tokoh tersebut).
4) Kritik
Kritik adalah bentuk tulisan yang sifatnya memberi tanggapan atau bahasan
tentang suatu karya, keadaan, pendapat, dan sejenisnya; terkait dengan
kebaikan dan kelemahannya berdasarkan alasan atau sudut pandang
tertentu.
5) Esai
Esai adalah tulisan yang berisi pandangan ataupun opini pribadi penulis
terhadap suatu isu tertentu. Esai memiliki bentuk sajian yang beragam,
cenderung bebas, dan subjektif. Oleh karena itu, esai dapat dikelompokkan
ke dalam bentuk karya sastra.

3. Unsur-Unsur Prosa
Baik itu prosa lama maupun prosa baru dibentuk oleh unsur-unsur intrinsik berikut
berikut.
a. Tema
Tema adalah gagasan yang menjalin struktur isi cerit. Tema suatu cerita
menyangkut segala persoalan, baik itu berupa masalah kemanusiaan,
kekuasaan, kasih sayang, kecemburuan, dan sebagainya. Untuk mengetahui
tema suatu cerita, diperlukan apresiasi menyeluruh terhadap berbagai unsur
karangan itu. Bisa saja temanya itu dititipkan pada unsur penokohan, alur, atau
pun pada latar.

Tema jarang dituliskan secara tersurat oleh pengarangnya. Untuk dapat


merumuskan tema cerita, seorang pembaca harus terlebih dahulu mengenali
unsur-unsur intrinsik lainnya yang dipakai oleh pengarang untuk
mengembangkan ceritanya.

14 
 
 
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

b. Alur
Alur merupakan pola pengembangan cerita yang terbentuk oleh hubungan
sebab akibat. Pola pengembangan cerita suatu cerpen atau novel tidaklah
seragam. Alur cerita kadang-kadang berbelit-belit dan penuh kejutan, juga
kadang-kadang sederhana. Hal itu bergantung pada bentuknya. Misalnya, alur
suatu novel tidak akan sesederhana jalan cerita dalam cerpen. Novel akan
memiliki jalan cerita yang lebih panjang. Hal ini karena tema cerita yang
dikisahkannya lebih kompleks dengan persoalan para tokohnya yang juga
lebih rumit.

c. Latar
Latar atau seting meliputi tempat, waktu, dan budaya yang digunakan dalam
suatu cerita. Latar dalam suatu cerita bisa bersifat faktual atau bisa pula yang
imajiner. Latar berfungsi untuk memperkuat atau mempertegas keyakinan
pembaca terhadap jalannya suatu cerita.

d. Penokohan
Penokohan merupakan salah satu unsur intrinsik karya sastra, di samping
tema, alur, latar, sudut pandang, dan amanat. Penokohan adalah cara
pengarang menggambarkan dan mengembangkan karakter tokoh-tokoh
dalam cerita.

e. Point of view atau Sudut Pandang


Point of view adalah posisi pengarang dalam memawakan cerita. Posisi
pengarang ini terdiri atas tiga macam berikut ini.
1) Berperan langsung sebagai orang pertama, sebagai tokoh yang terliat
dalam cerita yang bersangkutan. Perannya mungkin dominan sebagai
tokoh utama; mungkin pula sebagai tokoh figuran
2) Berperan sebagai orang kedua, karangan menempatkan tokoh utama
sebagai orang kedua. Prosa ini dtandai dengan penggunaan kata ganti
kamu untuk peran tokoh keduanya itu.
3) Hanya sebagai orang ketiga yang berperan sebagai pengamat yang serba
tahu ataupun tokoh sebagai pengamat.

15
 
 
 
 
 
Kegiatan Pembelajaran 1 

f. Amanat
Amanat merupakan ajaran moral atau pesan dikatis yang hendak disampaikan
pengarang kepada pembaca melalui karyanya itu. Amanat disimpan rapi dan
disembunyikan pengarangnya dalam keseluruhan isi cerita. Karena itu, untuk
menemukannya, tidak cukup dengan membaca dua atau tiga paragraf,
melainkan harus menghabiskannya sampai tuntas.

g. Gaya Bahasa
Dalam cerita, penggunaan bahasa berfungsi untuk menciptakan suatu nada
atau suasana persuasif serta merumuskan dialog yang mampu
memperlihatkan hubungan dan interaksi antara sesama tokoh. Kemampuan
sang penulis mempergunakan bahasa secara cermat dapat menjelmakan
suatu suasana yang berterus-terang atau satiris, simpatik atau menjengkelkan,
objektif atau emosiona. Bahasa dapat menimbulkan suasana yang tepat guna
bagi adegan yang seram, adegan cinta, ataupun peperangan, keputusan,
maupun harapan.

16 
 
 
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

4. Struktur dan Kaidah Kebahasaan prosa


Kegiatan mengapresiasi dan mengkreasikan prosa perlu memperhatikan fungsi,
struktur, dan kaidah-kaidah kebahasaan yang berlaku pada bentuk karya sastra
itu. Berdasarkan fungsinya, teks prosa terbagi ke dalam jenis-jenis berikut prosa
naratif, deskriptif, eksplanatif, argumentatif, dan persuatif. Adapun prosa yang
berbasis fiksi (teks sastra) pada umumnya bersifat naratif, contohnya dongeng,
cerpen, dan novel
Berikut adalah cuplikan prosa naratif.

Alfred segera mengambil tangga dan menyandarkannya pada dinding samping


kandang lembu. Emil naik ke atas. Emil memegang erat-erat benang yang terikat pada
gigi Lina. Dan, Lina dengan patuh menaiki tangga di belakang Emil.
Emil juga membawa pukul besi dan sebatang paku besar. Emil segera
menancapkan paku pada bubungan atap dan mengikatkan benag pada paku. Selesai
sudah, tinggal terjun.
“Ayo, loncat sekarang!” kata Emil. (Novel Semua Beres Kalau Ada Emil”, Astrid
Lindgren)

Itulah contoh narasi. Dalam teks tersebut, diceritakan suatu kejadian atau
peristiwa. Kejadian itu dilakoni oleh kejadi Alfred, Lina, dan Emil. Mula-mula Alfred
mengambil tangga dan menyandarkannya pada dinding. Kemudian, Emil naik, dan
seterusnya. Kejadian demi kejadian yang diceritakan dalam teks itu disusun
menurut urutan waktu. Susunan cerita semacam itu dinamakan dengan urutan
kronologis.
Prosa narasi menceritakan suatu peristiwa atau kejadian sehingga pembaca
seolah-olah mengalami kejadian yang diceritakan itu. Berdasarkan contoh di atas,
prosa narasi memiliki struktur certa sebagai berikut.
1. Orientasi, yakni pengenalan tokoh, latar, ataupun peristiwa.
2. Komplikasi, yakni berupa terdapatnya serangkaian konflik yang dialami para
tokohnya.
3. resolusi, yakni berupa penyelesaian konflik.
Stuktur prosa merupakan rangkaian cerita yang membentuk suatu cerita secara
utuh. Dengan demikian, struktur prosa tidak lain berupa unsur yang berupa alur,
yakni berupa jalinan cerita yang terbentuk secara kronologis. Secara umum jalan
cerita terbagi ke dalam bagian-bagian berikut.

17
 
 
 
 
 
Kegiatan Pembelajaran 1 

a. Orientasi
Dalam bagian ini, pengarang memperkenalkan para tokoh, menata adegan
dan hubungan antartokoh. Dalam bagian ini juga disajikan peristiwa awal yang
menimbulkan berbagai masalah, pertentangan, ataupun kesukaran-kesukaran
bagi para tokohnya.
b. Komplikasi
Pada bagian ini terjadi masalah-masalah yang dialami tokoh utama yang
berupa suatu konflik, entah itu konflik dengan diri sendiri, dengan orang lain,
mungkin pula berupa konflik dengan lingkungan sekitarnya. Dalam bagian ini
mungkin pula terdapat evaluasi, yang berupa komentar pengarang atas
peristiwa puncak yang telah diceritakannya. Komentar yang dimaksud dapat
dinyatakan langsung oleh pengarang atau diwakili oleh tokoh tertentu. Pada
bagian ini alur ataupun konflik cerita agak mengendur, tetapi pembaca tetap
menunggu implikasi ataupun konflik selanjutnya, sebagai akhir dari ceritanya.
c. Resolusi
Sebagai akhir cerita, pada bagian ini berisi penjelasan tentang sikap ataupun
nasib-nasib yang dialami tokohnya setelah mengalami konflik tertentu. Namun
ada pula, cerpen yang penyelesaian akhir ceritanya itu diserahkan kepada
imajinasi pembaca. Jadi, akhir ceritanya itu dibiarkan menggantung, tanpa ada
penyelesaian.

Di samping kedua bagian utamanya itu, suatu prosa mungkin pula dilengkapi
dengan bagian-bagian lainnya. Pada bagian awal, mungkin dihadirkan abstrak,
sebagai gambaran umum tentang keseluruhan cerita yang akan disampaikan.
Pada bagian akhir, mungkin pula pengarangnya menyajikan koda, sebagai
ungkapan penutup yang menandai berakhirnya suatu cerita. Abstrak dan koda
bersifat opsional; merupakan suatu pilihan yang mungkin ada dan mungkin pula
tidak tersaji di dalamnya.
Unsur lain yang memerlukan perhatian kita secara khusus adalah kadiah
bebahasaan yang biasa digunakan di dalam prosa. Sebagaimana yang kita
maklumi bahwa prosa sastra merupakan genre fiksi naratif. Dengan demikian,
terdapat pihak yang berperan sebagai tukang cerita (pengarang). Terdapat
beberapa kemungkinan posisi pengarang di dalam menyampaikan ceritanya,
antara lain, sebagai berikut.

18 
 
 
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

a) Berperan langsung sebagai orang pertama, sebagai tokoh yang terlibat dalam
cerita yang bersangkutan. Dalam cerpen atau novel dengan sudut pandang ini
akan ditemukan kata ganti orang pertama, seperti aku, saya, kami. Kata-kata
itu merupakan pengganti pengarang sebagai tokoh cerita, mungkin sebagai
tokoh utama ataupun sebagai tokoh sampingan.
b) Berperan sebagai orang ketiga, berperan sebagai juru cerita yang serba tahu
atapun sebagai pengamat. Ia tidak terlibat di dalam cerita. Pengarang
menggunakan kata dia untuk tokoh-tokohnya.
Selain itu, prosa naratif memiliki kaidah-kaidah kebahasaan sebagai berikut.
1) Banyak menggunakan kalimat bermakna lampau, yang ditandai oleh fungsi-
fungsi keterangan yang bermakna kelampauan, seperti ketika itu, beberapa
tahun yang lalu, telah terjadi.
2) Banyak menggunakan kata yang menyatakan urutan waktu (konjungsi
kronologis). Contoh: sejak saat itu, setelah itu, mula-mula, kemudian.
3) Banyak menggunakan kata kerja yang menggambarkan suatu peristiwa yang
terjadi, seperti menyuruh, membersihkan, menawari, melompat, menghindar.
4) Banyak menggunakan kata kerja yang menyatakan sesuatu yang dipikirkan
atau dirasakan oleh tokoh. Contoh: merasakan, menginginkan, mengarapkan,
mendambakan, mengalami
5) Menggunakan kata-kata sifat untuk menggambarkan tokoh, tempat, atau
suasana.
6) Menggunakan banyak dialog. Hal ini ditunjukkan oleh tanda petik ganda (“….”)
dan kata kerja yang menunjukkan tuturan langsung. Di dalamnya kalimat-
kalimat itu bisa berupa kalimat berita, tanya, perintah, ataupun kalimat seru
(Kosasih, 2014).
Berbeda dengan teks sebelumnya yang berbasis fakta, prosa sastra baru/modern
merupakan teks narasi imajinatif yang memotret kehidupan sehari-hari. Oleh
karena itu, bahasa yang digunakan pun merupakan kata yang biasa digunakan
dalam kehidupan sehari-hari, sesuai dengan lingkungan para tokoh dan konteks
ceritanya. Prosa yang bertokoh seorang pelajar, tentu saja bahasanya adalah
bahasa yang biasa digunakan oleh kalangan pelajar. Demikian pula dengan prosa
yang berlatar belakang pasar, bahasa yang digunakannya adalah bahasa ragam
pasar. Sementara itu, teks prosa lama pada umumnya ditandai pula oleh

19
 
 
 
 
 
Kegiatan Pembelajaran 1 

penggunaan kata-kata beku (formalized), seperti pada suatu hari, konon, alkisah,
dahulu kala.

5. Mengontruksi Prosa
Dengan memperhatikan struktur dan ciri kebahasannya itu, prosa narasi disusun
dengan langkah-langkah sebagai beriut.
a. Penentuan topik, yang menarik dan bisa memberikan sesuatu yang baru bagi
pembacanya.
b. Mengembangkan topik itu ke dalam suatu kerangka, yang meliputi orentasi,
komplikasi, dan resolusi; mungkin pula diawali oleh abstrak dan diakhiri koda.
Di dalamnya termuat pula hal-hal yang akan kita tulis, terutama mencakup alur,
tokoh, dan latarnya. Penyiapan kerangka tulisan sangat penting dalam
memandu seseorang ketika menulis sehingga tulisannya menjadi lebih
sistematis dan teratur. Kerangka memudahkan penempatan antara bagian
karangan yang penuh konflik dengan yang biasa. Pengaturan bagian-bagian
itu secara kronologis, akan menjadikan pembaca tidak bosan, selalu
penasaran, dan terus menikmati karangan hingga tuntas.
c. Pembuatan kerangka karangan tidak harus selalu sistematis seperti itu. Bisa
puala susunnya lebih bebas, dalam bentuk peta pikiran (mind maping) yang di
dalamnya disertai dengan gambar-gambar dan aneka lukisan visual lainnya.
d. Mengembangkan kerangka menjadi sebuah prosa narasi yang utuh dengan
memperhatikan ciri-ciri kebahasaannya (Kosasih, 2014).
Perhatikan cuplikan cerita berikut.
Pendakian ke puncak Gunung Kerinci kami mulai dari Desa Kersik Tuo, Kecamatan
Kayu Aro, dengan waktu tempuh 10 -12 jam. Selama pendakian, kami pun melakukan
kemah, menikmati keindahan edelweis, pengamatan tumbuhan. Satwa dalam alam di
sepanjang jalan setapak. Hampir di setiap persimpangan, sudah ada papan keterangan
dan petunjuk. Jadi, selama perjalanan itu, kami tidak pernah tersesat.

Cuplikan di atas merupakan pengalaman seseorang. Objek yang diceritakannya


merupakan sesuatu yang menarik yang pernah dialaminya. Pengalaman selama
pendakian ke Puncak Gunung Kerinci bagi penulis itu merupakan pengalaman
berkesan yang perlu ia abadikan dalam sebuah karangan.
Pengalaman itu tidak harus berupa peristiwa dahsyat, pertemuan dengan orang
terkenal, ataupun sejenisnya. Peristiwa yang biasa-biasa pun, seperti ketinggalan

20 
 
 
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

dompet, menemukan anak kucing di tengah jalan, ketiban buah mangga ketika
sedang jajan, akan menjadi sebuah cerita menarik dan mengesankan. Syaratnya,
kita harus pandai di dalam mengolah kata-katanya dan berkonflik sehingga
pembaca menjadi penasaran dan terpesona karenanya.
Adapun konflik dapat diartikan sebagai suatu pertentangan. Bentuk-bentuk
petentangan itu, sebagaimana yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari,
sangatlah bermacam-macam. Misalnya:
a. pertentangan manusia dengan dirinya sendiri (konflik batin),
b. pertentangan manusia dengan sesamanya,
c. pertentangan manusia dan lingkungannya, baik itu lingkungan alam, ekonomi,
politik, sosial, dan budaya.
d. pertentangan manusia dengan Tuhan atau keyakinannya.
Bentuk-bentuk konflik atau pertentangan-pertentangan semacam itulah yang
menjadikan sajian suatu cerita lebih menarik. Konflik itulah yang menggerakkan
alur cerita. Karenanya, tidak berlebihan apabila dikatakan bahwa konflik
merupakan inti dari sebuah cerita. Tanpa adanya konflik, akan sangat sulit bagi
terbentuknya suatu cerita. Cerita tentang putus cinta seorang remaja. Cerita itu
tidak akan terjadi kalau tidak ada konflik-konflik yang melatarbelakanginya.
Tentang keberadaan konflik dalam suatu cerita, mari kita pelajari penggalan cerita
berikut.
Heri menghela napas panjang. Ichennya yang sederhana yang telah merenggut
seluruh hatinya, telah berubah dan tak mau lagi mengenal dirinya. Heri merasa
diombang-ambing perasaan dan hatinya oleh permainan yang diciptakan oleh Ichen.
Apakah kini ia telah melupakan ketertarikannya pada Ichen? Atau, akan menghentikan
perburuannya dengan adanya perubahan yang telah ditunjukkan gadis itu? Ternyata
tidak sama sekali. Heri justru merasa semakin tertantang. Ia penasaran, apa yang
diinginkan Ichen sebenarnya? Lalu, siapa pria muda yang menjemputnya tadi?
Kalau dilihat dari sikapnya, jelas pria tadi sangat dekat hubungannya dengan
Ichen. Kekasihnyakah, atau tunangannya? Mereka jelas datang dari etnis yang sama.
Menyadari hal itu semua membuat Heri jadi orang linglung. Kalau pada
mulanya Heri tertarik pada Ichen karena kesederhanaan dan pesona gadis itu, kini,
selain daya tarik itu, adalah karena kepandaian gadis itu berperan. Bagaimana mungkin
dalam waktu yang begitu singkat ia bisa berubah penampilan. Siapakah Ichen
sebenarnya dan apa maunya gadis itu?

21
 
 
 
 
 
Kegiatan Pembelajaran 1 

Heri baru memarkir mobil di depan rumahnya saat dirasakannya ada bayangan
yang berkelabat di belakangnya. Ketika menoleh, ternyata Ichen sudah berdiri di ujung
pagar rumahnya. Heri tertegun memandang Ichen. Gadis ini sekarang sudah berubah
lagi penampilannya. Tadi, di pemakaman, ia tambil modern dan modis. Kini sudah
kembali seperti pertama kali mereka bertemu: lugu dan bersahaja sekali. (“Ichen dan
Ichen”, Rosida)

Dalam cuplikan cerita di atas, cukup tergambar tentang bentuk konflik yang
menggerakan cerita tersebut. Konflik-konflik tersebut berupa
a. pertentangan tokoh utama dengan Ichen, yang menjadikannya keheranan dan
bertanya-tanya,
b. pertentangan tokoh utama dengan batinnya sendiri, antara menghentikan
petualangannya memikat hati Ichen dan meneruskannya.
Kedua pertentangan atau konflik itulah yang kemudian menghdupkan alur cerita.
Bermula dari kepenasaranan dan keheranan tokoh Heri menjadikan cerita itu
bergerak dan berkembang. Cerita itu tidak sampai pada kisah Heri berkasih-
kasihan dengan Ichen. Lebih menantang lagi, adalah penyelidikan Heri terhadap
wanita yang dikasihinya itu, di samping sikap Ichen sendiri yang bersikap "aneh",
seperti memiliki kepribadian ganda atau memang ada dua Ichen. Konflik-konflik
itulah yang menjadi cerita itu menarik dan pembaca merasa menjadikan
penasaran dibuatnya.
Sebagaimana yang telah dipaparkan terdahulu bahwa topik yang akan ceritakan
termasuk konflik-konflik yang akan disusun itu sebaiknya dibuat terlebih dahulu
kerangkanya, yang meliputi abstrak, orientasi, komplikasi, resolusi, dan koda.
Kerangka tersebut juga dapat disusun dalam bentuk peta pikiran (mind mapping),
seperti di bawah ini.
Adapun langkah-langkah penyusunan peta pikiran adalah sebagai berikut.
a) Menyiapkan kertas kosong, spidol atau pensil berwarna-warni.
b) Menuliskan topik utama dari cerpen yang akan kita buat di tengah-tengah
kertas. Misalnya, pengalaman di pantai. Lingkarilah kata kunci itu.
c) Buat cabang utama terkait topik tersebut. Misalnya, tentang peristiwa-peristiwa
menarik yang dialami, nama-nama tempat, benda-benda yang dijumpai.

22 
 
 
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

d) Teruskan dengan membuat cabang-cabang lainnya dan gunakan warna


berbeda. Cabang-cacang itu diisi oleh kata-kata kunci yang berhubungan
dengan cabang utama.
e) Gunakan warna yang menarik dan gambar atau simbol-simbol yang
mencerminkan pengalaman dan imajinasi itu berkaitan dengan topik-topi itu.
f) Apabila ada kata kunci yang masih berkaitan dengan kata kunci dari cabang
lainnya, anda bisa membuat garis lengkung yang menghubungkannya.
Bubuhkan simbol yang menjadi alasan keterkaitan antara kata-kata kunci itu.
g) Perhatikan kelengkapan pengalaman dan imajinasi itu. Apakah sudah
tercurahkan semua?
h) Jika sudah lengkap, nomorilah kata-kata kunci itu sesuai dengan urutan yang
akan disusun di dalam cerita. Bersamaan dengan itu, coretlah kata-kata kunci
yang dianggap tidak penting untuk dikembangkan. Misalnya, karena terlalu
menyimpang dari topik utama atau terlalu biasa kalau dijadikan bahan cerita

Setelah peta pikiran itu diberi nomor, penulis mengembangkannya menjadi sebuah
cerita yang utuh. Bersamaan dengan itu, penulis pun tetap bisa menambahkan
peristiwa dan imajinasi lain di luar kerangka yang tersedia, sepanjang tidak
menganggu topik utama yang telah disusun sebelumnya.

Langkah terakhir dari langkah penulisan prosa adalah penyuntingan. Selain aspek
kebenaran isi dan ketepatan strukturnya, dalam langkah penyutingan harus
memperhatikan ketepatan bahasanya. Terkait dengan penulisan prosa, bahasa
meruoakan salah satu penentu menarik atau didaknya tulisan itu. Bahasa dalam
suatu cerita harus mudah dipahami, menghibur, dan menumbulkan
kepenasaranan khalayak. Di samping itu, penggunaan bahasa harus benar dari
aspek ejaan dan tanda bacanya.

Kegiatan memperbaiki cerita ataupun jenis prosa lainnya disebut dengan


menyunting. Lebih jelasnya lagi, menyunting atau mengedit merupakan kegiatan
untuk menyiapkan naskah atau karangan dengan memperhatikan isi tulisan,
struktur penyajian, dan bahasa yang digunakannya.
1. Isi
a. Apakah ceritanya menyajikan sesuatu yang baru atau hanya merupakan
pengulangan dari cerita-cerita sebelumnya?

23
 
 
 
 
 
Kegiatan Pembelajaran 1 

b. Apakah karakter tokoh dan konflik-konfliknya saling memperkuat atau


malah bertolak belakang?
c. Apakah latarnya relevan dengan konflik atau peristiwa yang diceritakan?
d. Apakah nilai atau amanatnya relevan dengan kepentingan para pembaca
dan tidak bertentangan dengan SARA?
2. Struktur penyajian
a. Apakah orientasi atau pembukanya menarik, menimbulkan kepenasaranan
pembaca?
b. Apakah komplikasinya jelas, tidak berbelit-belit?
c. Apakah bagian-bagiannya mengusung topik yang sama atau ada yang
menyimpang?
3. Kaidah Bahasa
a. Apakah paragaf-paragnya sudah padu, setiap paragraf mengusung satu
peristiwa/konflik yang sama?
b. Apakah kalimat-kalimatnya sudah efektif?
c. Apakah pilihan katanya wajar?
d. Apakah ejaan dan tanda bacanya sudah tepat?

Berkaitan dengan hal itu, tugas-tugas penyuntingan meliputi hal-hal berikut.


1) Mencari kesalahan-kesalahan pada isi karangan dan memperbaikinya.
2) Menjaga agar tidak terdapat isi karangan yang berlawanan.
3) Memperbaiki kesalahan bahasa.
4) Menjaga jangan sampai terjadi unsur penghinaan atau hal-hal yang
menyimpang lainnya.

Untuk itu, dalam proses penyuntingan kita memerlukan beberapa pedoman,


yakni:
a) buku tata bahasa Indonesia,
b) buku ejaan bahasa Indonesia (EBI), dan
c) kamus bahasa Indonesia.
Ketiga sumber di atas, diperlukan agar tidak terjadi kesalahan dan kebingungan
selama proses penyuntingan.

24 
 
 
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

D. Aktivitas Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran ini bertujuan untuk mendalami pemahaman tentang
langkah-langkah penulisan prosa dan dapat mengembangkannya di dalam
kegiatan tulis-menulis para siswa di sekolah. Kegiatan ini diharapkan dapat
menumbuhkan sikap kegotongroyongan dan kemandirian Bapk/Ibu.
a. Kegotongroyongan dinyatakan dengan kemampuan Bapak/Ibu di dalam
kegiatan berdiskusi, yang dinyatakan dengan sikap saling membantu, bekerja
sama, dan saling menghargai.
b. Kemandirian dinyatakan dengan kemauan, kepercayaan diri, dan keberanian
Bapak/Ibu di dalam mendalam mengekspresikan pengetahuan, pemahaman,
dan pengalaman di dalam suatu tulisan.

Kegiatan 1.1: Mendalami Pengertian Prosa


1. Para peserta dibagi per kelompok denngan anggota sekitar 4-6 orang.
2. Dengan mengutamakan kerja sama, setiap kelompok mencatat pengertian-
pengertian prosa dari berbagai sumber.
3. Catatan setiap kelompok dituangkan ke dalam LK-1.1.
4. Secara bergiliran hasil diskusi dibacakan secara bergilirian untuk ditanggapi
peserta lain. Apresiasi ataupun penghargaan terhadap karya dari kelompok
lain perlu diperhatikan.
5. Pendapat-pendapat setiap kelompok disimpulkan sehingga menjadi pendapat
keseluruhan peserta.

Kegiatan 1.2: Mengelompokkan Jenis Prosa


1. Bagilah peserta pelatihan ke dalam empat kelompok.
2. Kelompok 1-2 membuat peta konsep untuk pengelompokkan prosa lama;
kelompok 3-4 membuat peta konsep untuk pengelompokkan prosa baru.
3. Sajikanlah pemetaan itu dalam LK-1.2 yang kemudian diperjelas pada kertas
plano/manila.
4. Saling perukarkanlah hasil pekerjaan kelompok dengan kelompok lainnya:
kelompok 1 dengan kelompok 2; kelompok 3 dengan kelompok 4. Lakukanlah

25
 
 
 
 
 
Kegiatan Pembelajaran 1 

saran terhadap peta konsep itu.


5. Perbaikilah peta-peta konsep itu sesuai dengan saran/tanggapan dari
kelompok lain.
6. Pajanglah peta konsep yang dalam kertas plano di dinding kelas untuk menjadi
bahan kunjung karya. Kesantunan di dalam memberikan tanggapan perlu
diutamakan.

Kegiatan 1.3: Menganalisis Struktur


dan Kaidah Kebahasaan Teks prosa
1. Para peserta dibagi empat kelompok (disesuaikan dengan jumlah peserta)
dengan tugas yang berbeda.
a. Kelompok 1 menganalisis struktur dongeng
b. Kelompok 2 menganalisis struktur cerpen
c. Kelompok 3 menganalisis kaidah kebahasaan dongeng
d. Kelompok 4 menganlsisi kaidah kebahasaan cerpen
2. Bersamaan dengan itu tentukan pula judul dongeng/cerpen prosa yang akan
menjadi bahan analisisnya
3. Hasil diskusi ditulis pada LK-1.3; yang kemudian dituangkan pula di dalam
keras plano untuk dikarya-kunjungkan.
4. Setiap kelompok mempresentasikan karyanya ke kelompok lain dengan
mengutus 1-2 sebagai narasumbernya
5. Catatan dan tanggapan kelompok ditulis (dalam post-it) dan ditempelkan pada
karya itu.

Kegiatan 1.4: Mengkonstruksi Langkah Penulisan Prosa


1. Buatlah empat kelompok dengan harapan dapat masing-masing peserta dapat
bekerja sama dan berbagi pengalaman.
2. Setiap kelompok bekerja sama memperhatikan materi-materi di dalam modul
dini dengan pembagian tugas sebagai berikut.
a. Kelompok 1 mendalami materi tentang kepenulisan prosa berbasis fakta
b. Kelompok 2 mendalami materi tentang kepenulisan prosa berbasis fiksi
(imajinasi)

26 
 
 
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

c. Kelompok 3 mendalami materi tentang kepenulisan prosa lama


d. Kelompok 4 mendalami materi tentang kepenulisan prosa baru
3. Para peserta secara berkelompok saling mebantu menyusun bagian-bagian
penting dari uraian tersebut dalam bentuk peta konsep dan menuangkannya
ke dalam bentuk power point. (Catatan tentang skema bagian-bagian penting
itu sendiri dinyatakan dalam LK-1.4)
4. Setiap kelompok berdasarkan menunjuk 1-2 orang perwakilan yang akan
mempresentasikan hasil diskusinya.
5. Secara bergiliran dan penuh percaya diri, setiap kelompok mempresentasikan
hasil diskusinya untuk mendapatkan tanggapan dari kelompok lain.
6. Tanggapan disampaikan dalam bahasa yang santun dan saling menghargai
pendapat orang lain.

Kegiatan 1.5: Merumuskan


Langkah-langkah Pembelajaran Menulis Prosa
(Untuk kegiatan ON tidak dilakukan dalam skenario kerja sama kelompok;
melainkan dilakukan secara individual dengan pengerjaan semua jenis teks:
berbasis fakta- teks imajinasi dan prosa lama-prosa baru)
1. Setiap kelompok peserta bekerja sama merancang skenario pembelajaran
menulis untuk jenis-jenis teks yang berlaku pada Kurikulum 2013. Diharapkan
setiap kelompok memilih jenis prosa yang berbeda.
a. Kelompok 1 tentang jenis prosa berbasis fakta.
b. Kelompok 2 tentang jenis prosa berbasis imajinasi
c. Kelompok 3 tentang jenis prosa lama
d. Kelompok 4 tentang jenis prosa baru
Skenario pembelajar dirancang dengan berpedoman pada KD tertentu dan
langkah-langkah pendekatan saintifik (mengamati, menanya, menalar,
mengasosiasi, dan mengomunikasikan)
2. Setiap kelompok bersama-sama menuliskan hasil diskusinya pada LK 1.5
dan menyalinnya kembali pada kertas plano dan hasilnya dipajang pada
tempat yang tersedia.
3. Setiap kelompok melakukan kunjung karya ke kelompok lainnya untuk
memberikan tanggapan. Tanggapan disampaikan dalam bahasa yang santun

27
 
 
 
 
 
Kegiatan Pembelajaran 1 

dan tidak merendahkan orang lain.


4. Temuan dan berbagai persoalan yang muncul dari kegiatan kunjung karya
dibahas dalam diskusi kelas dengan menghargai perbedaan pendapat untuk
menjadi bahan refleksi bagi kepentingan pembelajaran dalam konteks yang
sebenarnya.

Kegiatan 1.6: Menulis Kisi-kisi dan Mengembangan Soal-soal Prosa


1. Sebagai akhir kegiatan pada materi tentang prosa, Bapak/Ibu diharapkan
dapat menyusun langkah penilaian, yang berupa soal berdasarkan kisi-kisi
UN yang berlaku.
2. Untuk itu, perhatikan kembali paparan materi/kegiatan yang telah Bapak/Ibu
pelajari terdahulu tentang prosa, baik itu prosa lama maupun prosa baru.
3. Pelajari pula kisi-kisi yang telah dikeluarkan Kemdikbud sebagaimana yang
terlampir.
4. Pilihlah lingkup materi yang ada pada kisi-kisi UN tersebut yang sesuai
dengan isi modul ini.
5. Rumuskanlah kisi-kisi sesuai dengan format LK yang tersedia.
6. Berdasarkan ksi-kisi itu, kembangkan soal-soal yang sesuai dengan konsep
HOTs yang meliputi tiga soal pilihan ganda dan tiga soal esai (Gunakan
format/kartu soal yang tersedia).
Tabel 2. Kisi-kisi UN SMP/MTs Bahasa Indonesia
Lingkup Materi
Menyunting
Menyunting
Level Kognitif Membaca Kata,
Menulis Ejaan
Nonsastra Membaca Satra Kalimat,
Terbatas dan Tanda
Paragraf
Baca

Pengetahuan dan Siswa dapat Siswa dapat Siswa dapat Siswa dapat Siswa dapat
Pemahaman - menentukan - menentukan melengkapi - menunjukkan -
 Mengidentifikasi makna makna kata istilah/kata kata yang menunjukkan
Menentukan kata/kalimat dalam cerpen dalam kalimat tidak sesuai kesalahan
 Memaknai pada teks dan fabel kaidah penggunaan
- menentukan - menentukan - menunjukkan ejaan
informasi makna kalimat yang -
tersurat teks tersurat tidak sesuai menunjukkan
- menentukan dalam cerpen kaidah kesalahan
bagian teks dan fabel penggunaan
- menentukan tanda baca
bagian
cerpen dan
fabel
Aplikasi Siswa dapat Siswa dapat Siswa dapat Siswa dapat Siswa dapat
Menyimpulkan - menentukan - menyimpulkan - menyusun - menggunakan -
Menggunakan ide pokok urutan kata menggunakan

28 
 
 
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

konsep/prinsip teks makna simbol kalimat bentukan ejaan


- menyimpulkan dalam berbagai (mengisi - menggunaan
isi teks cerpen dan jenis teks kata sesuai tanda
- menyimpulkan fabel - melengkapi kaidah Baca
pendapat - menyimpulkan paragraf bentukan kata)
pro/kontra isi - melengkapi - mengisi
dalam teks tersirat dalam bagian konjungsi
- meringkas isi cerpen/fabel teks (eksposisi, dalam kalimat
teks - menyimpulkan deskripsi,
sebab/akibat ulasan, dan
konflik lain-lain)
Penalaran Siswa dapat Siswa dapat Siswa dapat Siswa dapat Siswa dapat
Mengevaluasi - - - - memperbaiki - memperbaiki
Membandingkan pola membandingkan membandingkan memvariasikan kesalahan kesalahan
(menganalisis) penggunaan pola kata penggunaan penggunaan
Menanggapi bahasa pengembangan - kata, kalimat, ejaan
Memvariasikan dan pola cerpen dan memvariasikan dan - memperbaiki
penyajian fabel 8 ketidakpaduan kesalahan
beberapa jenis - - menulis paragraf penggunaan
teks membandingkan dengan - menentukan tanda
menilai penggunaan ilustrasi alasan baca
keunggulan/ bahasa tertentu kesalahan - menentukan
kelemahan teks cerpen/fabel - mengubah penggunaan alasan
- mengomentari - menunjukkan teks ke kata, kalimat, kesalahan
isi teks bukti bentuk lain dan penggunaan
latar dan watak ketidakpaduan ejaan
- mengomentari paragraph dan tanda
unsur baca
intrinsik karya
sastra

Kegiatan: Penutup
1. Lakukanlah refleksi terhadap seluruh rangkaian kegiatan yang telah
Bapak/Ibu lakukan pada pembelajaran ini.
2. Perhatikan tingkat keterpahaman Bapak/Ibu dalam kaitan dengan tujuan dan
indikator yang ada pada modul ini.
3. Lakukanlah pendalaman terhadap materi-materi tentang prosa yang
dianggap kurang memadai sehingga ketika Bapak/Ibu mengembangkannya
di dalam proses pembelajaran menjadi lebih baik.

29
 
 
 
 
 
Kegiatan Pembelajaran 1 

E. Latihan/Tugas/Kasus
LK-1.1 Pengertian Prosa

Petunjuk Kerja

1. Isilah LK ini sesuai dengan petunjuk pada Kegiatan 1.1 tentang Mendalami
Pengertian Prosa, meliputi rumusan pengertian dan sumbernya.
2. Lakukanlah kegiatan itu secara berkelompok!
No. Pengerian Sumber

Kesimpulan

30 
 
 
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

LK-1.2 Jenis-jenis Prosa

Petunjuk Kerja

1. Isilah LK berikut sesuai dengan langkah-langkah Kegiatan 1.2 tentang


Pengelompokkan Jenis-jenis Prosa.
2. Lakukanlah kegiatan tersebut dengan pembagian tugas yang jelas
antaranggota kelompok!

Kelompok: .....

Peta Konsep

.................................................

31
 
 
 
 
 
Kegiatan Pembelajaran 1 

32 
 
 
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

LK-1.3 Struktur dan Kaidah Kebahasaan Prosa

Petunjuk Kerja

1. LK tentang Struktur dan Kaidah Kebahasaan Prosa diisi oleh masing-masing


kelompok sesuai dengan tugas yang menjadi tanggung jawabnya..
2. LK tersebut diisi berdasarkan karakter prosa yang telah ditentukan oleh
masing-masing kelompok.

Struktur Prosa

Judul prosa : .....

Sumber : .....

Struktur Kutipan Cerita

1. Abstrak

2. Orientasi

33
 
 
 
 
 
Kegiatan Pembelajaran 1 

3. Komplikasi

4. Resolusi

5. Koda

Kesimpulan

34 
 
 
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

Kaidah Kebahasaan Prosa

Judul prosa : .....

Sumber : .....

Aspek Kutipan Cerita

1. Penggunaan
Kalimat

2. Pilihan Kata

35
 
 
 
 
 
Kegiatan Pembelajaran 1 

3. Tanda baca

Kesimpulan

36 
 
 
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

LK-1.4 Langkah Penulisan Prosa

Petunjuk Kerja

1. Bacalah paparan subab tentang Mengontruksi Prosa. Perkaya pula


pemahaman Bapak/Ibu tentang topik tersebut dari berbagai referensi yang
relevan.

2. Tuangkanlah dalam LK berikut hasil kegiatan membaca Bapak/Ibu sesuai


dengan tugas yang telah ditentukan dalam format berikut.

Peta Konsep
Materi tentang..................................

37
 
 
 
 
 
Kegiatan Pembelajaran 1 

LK-1.5 Langkah-langkah Pembelajaran Penulisan Prosa

Petunjuk Kerja

1. Berdasarkan Kegiatan 1.5, tuangkanlah hasil kerja Bapak/Ibu pada bagan LK


berikut!

2. Perhatikanlah kelengkapan, sistematika, dan kejelasannya!

KD : .......

Langkah-langkah
Perincian
Pembelajaran

a. Mengamati

b. Menanya

c. Menalar

d. Mengasosiasi

e. Mengomunikasikan

38 
 
 
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

LK-1.6 Penulisan Kisi-kisi dan Pengembangan Soal Prosa

Petunjuk Kerja

1. Tuliskanlah kisi-kisi penulisan soal prosa dengan langkah-langkah yang telah


Bapak/Ibu pelajari pada Kegiatan 1.6.
2. Bapak/Ibu bisa memilik format yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku di
sekolah masing-masing.
Kisi-kisi Soal

Jenis Sekolah : SMP/MTs


Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Standar
Kompetsi/ Kompetensi Lingkup
No. Kelas Indikator Bentuk Soal
Kompetensi Dasar Materi*
Inti

1.

* Diambil dari kisi-kisi UN

39
 
 
 
 
 
Kegiatan Pembelajaran 1 

Kartu Soal
Jenjang : Sekolah Menengah Pertama
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas : ...
Kompetensi : ...
Level : ...
Lingkup Materi : ...
Bentuk Soal : ....

(Soal)

Kunci Jawaban
....

40 
 
 
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

F. Rangkuman
1. Prosa merupakan karangan bentuk bebas; yang berbeda dengan karangan
berbentuk puisi (lama) yang terikat oleh aturan bait, larik, ataupun rimanya;
juga berbeda dengan drama yang berwujud dialog.
2. Prosa dapat dikelompokkan ke dalam prosa berbasis fakta dan rosa
berbasis fiksi.
a. Prosa berbasis fakta, yakni esai, artikel, biografi, surat, berita, dan
sejenisnya. Proa ini sering pula disebut sebagai karya ilmiah.
b. Prosa berbasis fiksi, yakni dongeng, cerpen, novel, dan sejenisnya.
Prosa ini lazim disebut sebagai karya sastra.
3. Dalam khasanah sastra Indonesia, teks berbentuk prosa juga dikasifiasikan
lagi ke dalam dua bentuk, yakni prosa lama dan prosa baru.
a. Prosa lama: dongeng, hikayat.
b. Prosa baru: cerpen, novel.
4. Baik itu prosa lama maupun prosa baru dibentuk oleh unsur-unsur intrinsik
berikut berikut: tema, amanat, alur, penokohan, latar, sudut pandang, dan
gaya bahasa.
5. Struktur prosa secara umum dibentuk oleh orientasi, komplikasi, dan
resolusi; yang mungkin pula diawali oleh abstrak dan diakhiri dengan kode.
6. Kaidah kebahasaan yang berlaku dalam prosa, seperti cerpen dan novel,
pada umumnya menggunakan bahasa tidak baku atau tidak formal; ragam
bahasa sehari-hari. Prosa (cerpen, novel) cerpen lebih banyak memotret
atau mengisahkan gambaran kehidupan sehari-hari.
7. Penulisan prosa sebaiknya berdasarkan suatu pengalaman. Penulisan
prosa perlu memperhatikan fungsi, struktur, dan kaidah-kaidah
kebahasaan yang berlaku pada bentuk karya sastra itu.
8. Kegiatan memperbaiki prosa ataupun jenis karangan lainnya disebut
dengan menyunting. Lebih jelasnya lagi, menyunting atau mengedit
merupakan kegiatan untuk menyiapkan naskah atau karangan dengan
memperhatikan daya tarik isi, struktur penyajian, isi tulisan, dan kaidah
bahasa yang digunakannya.
 

41
 
 
 
 
 
Kegiatan Pembelajaran 1 

G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut


1. Apa saja materi yang sudah Bapak/Ibu pahami terkait dengan penulis
prosa?

2. Nilai-nilai karakter apakah saja yang tertanam pada diri Bapak/Ibu setelah
mengikuti sejumlah kegiatan pada pembelajaran ini?

 
 

3. Bagaimana kemungkinan pengembangan materi penulisan prosa di dalam


proses pembelajaran di sekolah dengan berbasis pendidikan karakter?

42 
 
 
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

Kegiatan Pembelajaran 2
Mementaskan Naskah Drama

A. Tujuan
Setelah mempelajari modul ini, Bapak/Ibu dapat menejelaskan konsep-konsep
pementasan drama dan dapat merumuskan strategi pembelajarannya di kelas
dengan mengintergrasikan nilai-nilai penguatan pendidikan karakter..

B. Kompetensi dan Indikator Pencapaian Kompetensi


KOMPETENSI INTI    KOMPETENSI GURU MAPEL INDIKATOR PENCAPAIAN 
(KI) (KG) KOMPETENSI 
20. Menguasai materi, 20.7 Mengapresiasi karya 20.7.6 Mementaskan
struktur, konsep, dan sastra secara reseptif naskah drama
pola pikir keilmuan dan produktif. sederhana
yang mendukung mata Indonesia
pelajaran yang diampu.

C. Uraian Materi
Modul ini berisi tentang pembelajaran mementaskan naskah drama sederhana.
Materi tersebut sangat penting Bapak/Ibu dalam terkait dengan keberadaan
kompetensi dasar (KD) tentang teks drama pada Kurikulum 2013 SMP/MTs.
Beberapa materi penting terkait dengan KD tersebut adalah tentang
pengidentifikasian unsur-unsur drama, penginterpretasian dan penelaahan
karakteristik struktur dan kaidah drama, serta penyajiannya dalam bentuk naskah
dan pementasan.

1. Pengertian Drama
Drama berarti perbuatan, tindakan. Hal itu merujuk pada asal katanya, yakni dari
berasal Yunani draomai yang berarti ‘berbuat, berlaku, atau bertindak. Menurut
Aristoteles, drama adalah tiruan (imitasi) dari suatu tindak-tanduk manusia.
Adapun menurut Moulton, drama adalah kehidupan yang dilukiskan dengan gerak
(life presented action). Menurut Balthazar Verhagen, drama adalah kesenian
melukiskan sifat dan sikap manusia dengan gerak. Menurut Dietrich, drama adalah

43
 
 
 
 
 
Kegiatan Pembelajaran 2 

cerita konflik manusia dalam bentuk dialog, yang diproyeksikan dengan


menggunakan percakapan dan lakuan pada pentas di hadapan penonton.

Dalam bahasa Belanda, drama sama maknanya dengan toneel atau dalam
bahasa Indonesianya sandiwara. Istilah tonel berasal dari bahasa Belanda toneel,
yang artinya pertunjukan. Istilah ini populer pada masa penjajahan Belanda.
Adapun istilah sandiwara diciptakan oleh Mangkunegara VII, berasal dari kata
bahasa Jawa sandhi yang berarti ’rahasia’, dan warah yang berarti ’pengajaran’.
Ole Ki Hajar Dewantara, istilah sandiwara diartikan sebagai pengajaran yang
dilakukan dengan perlambang, secara tidak langsung.

Dalam pengertian yang lebih luas, drama diartikan sebagai bentuk karya
sastra yang bertujuan menggambarakn kehidupan dengan menyampaikan
pertikaian dan emosi melalui lakuan dan dialog. Lakuan dan dialog dalam drama
tidak jauh beda dengan lakuan serta dialog yang terjadi dalam kehidupan sehari-
hari. Drama merupakan penciptaan kembali kehidupan nyata, atau menurut istilah
Aristoteles, adalah peniruan gerak yang memanfaatkan unsur-unsur aktivitas
nyata. Drama adalah kisah kehidupan manusia yang dikemukakan di pentas
berdasarkan naskah, menggunakan percakapan, gerak laku, unsur-unsur
pembantu (dekor, kostum, rias, lampu, musik), serta disaksikan oleh penonton.

Bahasa merupakan unsur utama dalam drama. Namun demikian, masih ada
unsur lainnya yang tidak kalah pentingnya, yakni gerak, posisi, isyarat, dan
ekspresi wajah. Dalam drama, bahasa harus dioptimalkan dengan sebaik-baiknya,
tidak hanya berkenaan dengan kata-kata itu sendiri, melainkan juga intonasi dan
tempo kalimat, pelafalan, volume suara, tekanan, serta aspek-aspek kebahasaan
lain, agar dapat menyampaikan pesan secara sempuma.

Berbicara dengan gerak, posisi, ekspresi, dan yang lainnya sudah mengarah pada
pengertian drama sebagai seni pementasan. Dalam hal inilah drama sama artinya
dengan teater. Istilah ini berasal dari kata Yunani theatron, yang arti sebenarnya
adalah dengan takjub memandang, melihat. Pengertian dari teater adalah (1)
gedung pertunjukan, (2) suatu bentuk pengucapan seni yang penyampaiannya
dilakukan dengan dipertunjukkan di depan umum.

44 
 
 
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

Sementara itu, teater merupakan segala tontonan yang dipertunjukkan di depan


orang banyak. Sementara itu, dalam pengertian sempit, teater adalah drama, kisah
hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di atas pentas dengan
percakapan, gerak dan laku didasarkan pada naskah yang tertulis ditunjang oleh
dekor, musik, nyanyian, tarian, dan sebagainya.

Namun, untuk membedakan drama dengan teater secara lebih mudah, kata drama
diartikan sebagai lakon yang dipertunjukkan oleh para aktor di atas pentas,
sedangkan teater diartikan sebagai tempat lakon itu dipentaskan. Dengan
demikian, seharusnya kita bukan mengajak ’bermain teater’ tetapi ’bermain
drama’, dan bukan ’menonton teater’ tetapi ’menonton drama di teater’.

2. Perkembangan Drama
Drama merupakan bentuk sastra yang digemari oleh masyarakat luas. Hampir
setiap kelompok masyarakat di berbagai daerah dan pelosok dunia sejak tempo
dulu, sudak akrab bentuk sastra ini. Hal tersebut sebagaimana yang tampak pada
istilah-istilah “kedramaan” yang melekat erat dengan ciri budaya setempat.
Cikal bakal seni drama ditemukan pada dinding piramida Mesir, 3500 Sebelum
Masehi. Di situ teriukis, seorang pendeta berdiri di antara para jemaah. Wajahnya
bertopeng. Sementara itu, tubuhnya berayun seperti tengah menceritakan
sesuatu. Rupanya pendeta Mesir Kuno itu sedang melukiskan keagungan Sang
Pencipta Langit dan Bumi. Ia memanfaatkan seni peran dalam menyampaikan
ajarannya.

Pertunjukan drama yang lengkap, ditemukan pertama kali di Yunani, tahun 534
SM. Sebagai penghormatan pada Dewa Dionisius, bangsa Yunani membuat
upacara keagamaan yang berupa seni pertunjukkan. Pemerannya hanya seorang.
Sang aktor berating dan memerankan beberapa karakter sekaligus. Ia didampingi
oleh grup paduan suara sekitar 50 orang. Sesekali, sang aktor melakukan dialog
dengan mereka. Upacara keagamaan seperti ini lalu meripakan suatu tradisi. Seni
drama di Yunani berkembang pesat. Cerita yang terkenal hingga sekarang, salah
satunya, Oedipus.

Pada zaman Romawi, cerita yang populer adalah cerita-cerita komedi. Mereka
biasa mementaskannya di hari-hari libur atau hari besar. Para aktor dan aktrisnya
tak lain adalah budak-budak. Para aktor bertanggungjawab pada majikan yang

45
 
 
 
 
 
Kegiatan Pembelajaran 2 

memberi mereka peran. Tak hanya berakting, mereka juga menyanyi dan menari,
meceritakan cerita komedi.

Tahun 1776, aktor dan penulis drama Prancis, Pierre de Beaumarchais menulis
Le Mariage de Figaro (Perkawinan Figaro). Drama komedi ini penuh dengan
kritik-kritik tajam: mengulas bagaimana kekejaman para bangsawan terhadap
rakyatnya. Banyak drama lainnya yang ditentang Raja Louis XVI dan kemudian
menjadi picu penggerak Revolusi Prancis (1789-1799).

Drama-drama sosial kemudian mulai tumbuh di abad 19. Seni drama tak lagi milik
para bangsawan atau golongan menengah atas, melainkan milik rakyat kecil.
Cerita yang diceritakan pun mengacu pada nasib si Miskin. Di dalam negeri, seni
drama menjadi wadah mengungkapkan kritik pada penguasa. Tak hanya grup
drama tradisional dan profesional, namun juga oleh di kampus-kampus.

Seni drama tradisional berkembang hampir di seluruh pelosok daerah dengan


beragam variasi dan bentuk. Namanya pun berbeda-berbeda menurut daerah
asal dari seni itu lahir. Di antaranya adalah wayang golek dari Jawa Barat, ketoprak
dari Jawa Tengah dan Jawa Timur, Lenong dari Jakarta, Randai dari Sumatera
Barat, dan lain-lain.

3. Beberapa Nama Pertunjukan Drama di Dunia


a. Ketoprak
Drama tradisional ini berasal dari Jawa. Pementasannya bermula dilakukan
dengan cara berkeliling, dari satu kota ke kota lain dalam jangka waktu
tertentu. Cerita ketoprak biasanya merupakan kisah raja-raja Jawa. Agar lebih
variatif, mereka menampilkan cerita dari Timur Tengah seperti Aladin dan
Lampu Ajaib ataupun cerita horor populer seperti Beranak dalam Kubur.
Seserius apapun cerita yang dimainkan, dalam Ketoprak selalu ada babak
dagelan atau lawakan. Gelak tawa penonton selalu menyertai babak ini.

b. Noh dan Kabuki


Seni peran ini berasal dari negeri Sakura, Jepang. Noh berkembang pada abad
ke-14. dahulunya, Noh dikhususkan untuk tontonan para pejuang atau
samurai. Penataan panggungnya sederhana. Para pemainnya mengenakan
topeng dan kostum gaya kuno. Mereka bergerak dengan lambat sambil

46 
 
 
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

mengalunkan lagu. Sementara itu, Kabuki berkembang pada abad ke-17.


Bahasa yang dipakai adalah bahasa Jepang kuno. Kabuki kaya akan adegan
yang dramatis, dengan banyak gerakan. Uniknya, semua pemain Kabuki
adalah laki-laki. Meski begitu, mereka luwes dalam memerankan tokoh wanita.
Pertunjukan Kabuki berlangung cukup lama. Empat sampai lima jam. Karena
itulah, ada jeda waktu bagi penonton untuk makan dan beristirahat dahulu.

c. Opera Beijing
Opera Beijing muncul sekitar 200 tahun yang lalu. Seni pertunjukkan
Merupakan gabungan antara akrobat dan nyanyian. Cerita yang diceritakan
berupa sejarah ataupun legenda. Misalnya, Legenda Si Ular Putih.

Riasan wajah pemain opera ini mencermin kan ciri kepribadian. Kuning dan
putih menyimbolkan kecerdikan dan kelicikan. Warna merah mewakili
kejujuran dan kesetiaan. Hitam untuk berani dan kebijaksanaan. Biru dan hijau
mengibarkan semangat. Sementara itu, warna emas dan perak adalah simbol
dari kekuatan magis.

d. Balet Eropa
Seni ini merupakan gabungan drama tanpa dialog dengan tari dan musik
dalam pementasan sebuah cerita. Balet lahir di abad ke-17, sebagai hiburan
keluarga bangsawan di Eropa. Langkah-langkah pada balet mengutamakan
keseimbangan dan keanggunan gerak kaki.

Raja Prancis, Louis XIV, adalah salah satu bangsawan yang menggemari
balet. Pada masa kekuasaannya (tahun 1670-an), seni balet berkembang
pesat. Karya besar teater balet di masanya adalah Le Bourgeois Gentilhomme
karya Moliere.

Di samping itu, dikenal beberapa istilah drama lainna, yakni sebagai berikut.
a. Tragedi (drama duka), yaitu drama yang menampilkan tokoh yang sedih atau
muram, yang terlibat dalam situasi gawat karena sesuatu yang tidak
menguntungkan. Keadaan tersebut mengantarkan tokoh pada keputusasaan
dan kehancuran. Dapat juga berarti drama serius yang melukiskan tikaian di
antara tokoh utama dan kekuatan yang luar biasa, yang berakhir dengan
malapetaka atau kesedihan.

47
 
 
 
 
 
Kegiatan Pembelajaran 2 

b. Komedi (drama ria), yaitu drama ringan yang bersifat menghibur, walaupun
selorohan di dalamnya dapat bersifat menyindir, dan yang berakhir dengan
bahagia.
c. Tragikomedi (drama dukaria), yaitu drama yang sebenarnya menggunakan
alur dukacita tetapi berakhir dengan kebahagiaan.
d. Drama absurd, yaitu drama yang sengaja mengabaikan atau melanggar
konversi alur, penokohan, tematik.

4. Karakterstik Drama
Drama memililkki karakteristik tersendiri, baik itu dalam hal struktur maupun kaidah
kebahasaannya. Struktur drama pada umumnya bergerak dari suatu permulaan,
melalui suatu bagian tengah, menuju suatu akhir. Dalam drama, bagian-bagian ini
dikenal sebagai orientasi, komplikasi, dan resolusi (denouement).

a. Orientasi sesuatu cerita menentukan aksi dalam waktu dan tempat;


memperkenalkan para tokoh, menyatakan situasi sesuatu cerita, mengajukan
konflik yang akan dikembangkan dalam bagian utama cerita tersebut, dan
adakalanya membayangkan resolusi yang akan dibuat dalam cerita itu.

b. Komplikasi atau bagian tengah cerita, mengembangkan konflik. Sang


pahlawan atau pelaku utama menemukan rintangan-rintangan antara dia dan
tujuannya, dia mengalami aneka kesalahpahaman dalam perjuangan untuk
menanggulangi rintangan-rintangan ini.

Pengarang dapat mempergunakan teknik flash-back atau sorot balik untuk


memperkenalkan penoton dengan masa lalu sang pahlawan, menjelaskan
suatu situasi, atau untuk memberikan motivasi bagi aksi-aksinya.

c. Resolusi atau denouement hendaklah muncul secara logis dari apa-apa yang
telah mendahuluinya di dalam komplikasi. Titik batas yang memisahkan
komplikasi dan resolusi, biasanya disebut klimaks (turning point). Pada klimaks
itulah terjadi perubahan penting mengenai nasib sang tokoh. Kepuasan para
penonton terhadap suatu cerita tergantung pada sesuai-tidaknya perubahan
itu dengan yang mereka harapkan.

48 
 
 
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

Namun, terjadinya pergerakan alur dalam drama pada dasarnya karena adanya
konflik. Adapun yang dimaksud dengan konflik adalah pertentangan dengan tokoh
lainnya, dengan dirinya sendiri, atau dengan ide atau dengan lingkungan.
Pertentangan-pertentangan tersebut saling membentur sehingga membentuk
rangkaian peristiwa yang menjadi padu dalam lakon tersebut. Pengarang
menciptakan bermacam-macam konflik bagi tokoh ceritanya yang kemudian dapat
menggerakkan cerita menuju komplikasi.

Konflik berfungsi sebagai penyebab munculnya rangkaian peristiwa yang


menggerakkan cerita. Situasi satu dengan situasi berikutnya merupakan cerita
yang berkaitan, berhenti sebentar untuk pengenalan pelaku, intermeso, persiapan
situasi berikutnya, demikian seterusnya, hingga terbentuk sebuah alur utama yang
tidak terputus. Konflik juga berfungsi sebagai penyampai tema. Ada hubungan
langsung antara tema dan alur dalam drama. Alur yang digariskan haruslah
menjabarkan tema. Alur terbentuk dari rangkaian situasi yang terjadi karena
adanya konflik. Situasi-situasi tersebut selanjutnya akan membentuk konflik-
konflik yang lebih besar. Konflik-konflik yang lebih besar itulah yang disebut tema.

Dalam drama, konflik merupakan unsur yang memungkinkan para tokoh saling
berinteraksi. Konflik tidak selalu berupa pertengkaran, kericuhan, atau
permusuhan di antara para tokoh. Ketegangan batin antartokoh, perbedaan
pandangan, dan sikap antartokoh sudah merupakan konflik. Konflik dapat
membuat penonton tertarik untuk terus mengikuti atau menyaksikan pementasan
drama.

Bentuk konflik terdiri dari dua, yaitu konflik eksternal dan konflik internal.
a. Konflik eksternal adalah konflik yang terjadi antara seorang tokoh dengan
lingkungan alamnya (konflik fisik) atau dengan lingkungan manusia (konflik
sosial). Konflik fisik disebabkan oleh perbenturan antara tokoh dengan
lingkungan alam. Misalnya,seorang tokoh mengalami permasalahan ketika
banjir melanda desanya. Konflik sosial disebabkan oleh hubungan atau
masalah sosial antarmanusia. Misalnya, konflik terjadi antara buruh dan
pengusaha di suatu pabrik yang mengakibatkan demonstarasi buruh.
b. Konflik internal adalah konflik yang terjadi dalam diri atau jiwa tokoh. Konflik ini
merupakan perbenturan atau permasalahan yang dialami seorang tokoh

49
 
 
 
 
 
Kegiatan Pembelajaran 2 

dengan dirinya sendiri, misalnya masalah cita-cita, keinginan yang terpendam,


keputusan, kesepian, dan keyakinan.

Kedua jenis konflik diatas dapat diwujudkan dengan bermacam peristiwa yang
terjadi dalam suatu pementasan drama. Konflik-konflik tersebut ada yang
merupakan konflik utama dan konflik-konflik pendukung. Konflik utama (bias
konflik eksternal, konflik internal, atau kedua-duannya) merupakan sentral alur dari
drama yang dipentaskan, sedangkan konflik-konflik pendukung berfungsi utnuk
mempertegas keberadaan konflik utama.

Dalam drama, konflik-konflik itu dapat dibagi ke dalam beberapa bagian, yang
disebut dengan babak. Bagian-bagian alur drama yang terdiri atas orientasi,
komplikasi, dan resolusi, lebih sering disebut sebagai babak. Dengan demikian,
sebuah drama yang lengkap sekurang-kurangnya terbagi ke dalam tiga babak;
atau tiga bab kalau sebutan di dalam novel. Adapun pergantian babak di dalam
drama ditandai oleh perubahan nasib, pergeseran masalah, ataupun pergantian
peristiwa yang cukup besar antara bagian yang satu dengan yang lainnya. Dalam
pementasannya, pergatian babak ditandai oleh peruabah dekorasi panggung yang
menunjukkan adanya pergantian seting (tempat dan waktu).

Di dalam babak itulah suatu rangkaian adegan. Adegan merupakan bagian dari
drama menunjukkan perubahan peristiwa kecil, yang ditandai dengan pergantian
tokoh. Adegan juga bisa diartikan sebagai pemunculan tokoh baru. Misalnya,
dalam peristiwa pertama, tokoh A berbicara dengan tokoh B. Kemudian, mereka
berjalan ke tempat lain lalu bertemu dengan tokoh C. Dengan demikian, dalam
bagian tersebut terdapat perubahan atau pemunculan tokoh, termasuk juga seting.
Di samping alur beserta konfliknya, drama memiliki unsur-unsur lainnya sebagai
berikut.

50 
 
 
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

a. Penokohan
Tokoh dalam pementasan drama mempunyai posisi yang penting. Tokohlah yang
menghdiupkan naskah drama di atas pentas. Tokoh yang didukung oleh latar
peristiwa dan aspek-aspek lainnya akan menampilkan cerita dan pesan-pesan
yang ingin disampaikan.

Berdasarkan perannya, tokoh terbagai atas tokoh utama dan tokoh pembantu.
Tokoh utama adalah tokoh yang menjadi sentral cerita dalam pementasan drama,
sedangkan tokoh pembantu adalah tokoh yang dilibatkan atau dimunculkan untuk
mendukung jalan cerita dan memiliki kaitan dengan tokoh utama.

Tokoh utama setidaknya ditandai oleh empat hal, yakni


1) paling sering muncul dalam setiap adegan;
2) menjadi sentral atau pusat perhatian tokoh-tokoh yang lain;
3) kejadian-kejadian yang melibatkan tokoh lain selalu dapat dihubungkan
dengan peran tokoh utama; dan
4) dialog-dialog yang dilibatkan tokoh-tokoh lain selalu berkaitan dengan peran
tokoh utama.

Dari segi perwatakannya, tokoh dan perannya dalam pementasan drama


terdiri empat jenis, yaitu tokoh berkembang, tokoh pembantu, tokoh statis dan
tokoh serba bias.
1) Tokoh berkembang adalah tokoh yang mengalami perkembangan selama
pertunjukan. Misalnya, tokoh yang awalnya seorang yang baik, namun pada
akhirnya menjadi seorang yang jahat.
2) Tokoh pembantu adalah tokoh yang diperbantukan untuk menjelaskan tokoh
lain. Tokoh pembantu merupakan minor character yang berfungsi sebagai
pembantu saja atau tokoh yang memerankan suatu bagian penting dalam
drama, namun fungsi utamanya tetap sebagai tokoh pembantu.
3) Tokoh statis, adalah tokoh yang tidak mengalami perubahan karakter dari awal
hingga akhir dalam dalam suatu drama. Misalnya, seorang tokoh yang
berkarakter jahat dari awal drama akan tetap bersifat jahat di akhir drama.
4) Tokoh serba bisa adalah tokoh yang dapat berperan sebagai tokoh lain (all
round). Misalnya, tokoh yang berperan sebagai seorang raja, namun ia juga
berperan sebagai seorang pengemis untuk mengetahui kehidupan rakyatnya.

51
 
 
 
 
 
Kegiatan Pembelajaran 2 

Berdasarkan waktaknya, tokoh dalam drama dapat dikelompokkan ke dalam tiga


macam.
(a) Protagonis, tokoh yang menampilkan kebaikan.
(b) Antagonis, tokoh jahat atau tokoh penentang kebaikan.
(c) Tritagonis, tokoh mendukung protagonis untuk memperjuangkan nilai
kebaikan.

b. Tema
Tema drama merujuk pada sesuatu yang menjadi pokok persoalan yang ingin
diungkapkan oleh penulis naskah. Berdasarkan keluasannya tema itu dapat
dikelimpokkan ke dalam dua jenis, yakni tema utama dan tema tambahan.
1. Tema utama adalah tema secara keseluruhan yang menjadi landasan dari
lakon drama.
2. Tema tambahan merupakan tema-tema lain yang terdapat dalam drama yang
mendukung tema utama.

Tema-tema itu biasanya tidak disampaikan secara eksmplisit. Setelah


menyaksikan seluruh adegan dan dialog antarpelaku dalam pementasan drama,
kita akan dapat menemukan tema drama itu. Kita harus menyimpulkannya dari
keseluruhan adegan dan dialog yang ditampilkan.

Walaupun tema dalam drama itu cenderung ”abstrak”, kita dapat menunjukkan
tema dengan menunjukkan bukti atau alasan yang terdapat dalam cerita. Bukti-
bukti itu dapat ditemukan dalam narasi pengarang, dialog antarpelaku, atau
adegan atau rangkaian adegan yang saling terkait.

Unsur drama lainya adalah latar, diksi, dan pesan atau amanat.
a. Latar dalam pementasan drama terdiri dari tempat, waktu, dan suasana.
Penataan latar akan menghidupkan suasana. Penataan latar akan
menghidupkan suasana, menguatkan karakter tokoh, serta menjadikan
pementasan drama semakin menarik. Oleh karena itu, ketetapan pemilihan
latar akan ikut menentukan kualitas pementasan drama secara keseluruhan.
b. Amanat adalah sesuatu yang disampaikan pengarang kepada pembaca.
Setiap karya sastra selalu disisipi pesan atau amanat oleh penulisnya. Dengan
demikian pula dengan drama. Hanya saja, pesan itu tidak ditulis secara
eksplisit, tetapi secara implisit. Kita harus menafsirkan pesan di balik cerita

52 
 
 
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

drama itu. Untuk menentukan pesan drama, kita harus memahai maksud di
balik narasi pengarang, dialog antarpelaku, adegan atau rangkaian adegan.
Mungkin pula kita menemukannya melalui pemahaman atas latar, karakter
tokoh, dan konflik-konfliknya.
c. Diksi, harus dipilih secara cermat agar mampu menggambarkan masalah atau
konflik yang terjadi, karakter, dan perlaku para tokohnya.

Sebagaimana halnya percakapan sehari-hari, dialog dalam teks drama banyak


menggunakan diksi atau pilihan kata/kalimat yang biasa digunakan di dalam
kehidupan sehari-hari. Di dalamnya banyak kosakata percakapan, seperti oh, ya,
aduh, sih, dong. Mungkin di dalamnya banyak ditemukan kata-kata yang tidak
baku dan juga tidak lepas dari kalimat-kalimat seru, suruhan, pertanyaan. Dengan
demikian, berdasarkan ragam, hampir semua jenis kalimat dapat kita temukan di
dalamnya

Selain itu, teks drama memiliki ciri-ciri kebahasaan sebagai berikut.


a. Menggunakan kata ganti orang pertama dalam dialog-dialognya.
b. Banyak menggunakan kata yang menyatakan urutan waktu (konjungsi
kronologis).
c. Banyak menggunakan kata kerja yang menggambarkan suatu peristiwa yang
terjadi (kata kerja material).
d. Banyak menggunakan kata kerja yang menyatakan sesuatu yang dipikirkan
atau dirasakan oleh tokoh (kata kerja mental).
e. Menggunakan kata-kata sifat untuk menggambarkan tokoh, tempat, atau
suasana (Kosasih, 2014).

53
 
 
 
 
 
Kegiatan Pembelajaran 2 

• Aduh • kemudian
• Sih • akhirnya
• Ya • lalu
• kan
Konjungsi
Kosakata kronologis/
percakapan urutan
waktu

Kata sifat Kata kerja

• gambaran • perilaku
sifat tokoh, • gambaran
tempat, pikiran,
suasana, perasaan

Gambar 3. Ciri-ciri Kebahasaan Teks Drama

5. Teknik Pemeranan
Untuk memerankan sebuah drama, diperlukan beberapa hal. Pemain harus dapat
menghayati dengan peranan ataupun posisi dari tokoh yang akan kita perankan.
Berdasarkan perannya tehadap jalan cerita, tokoh drama bisa dibedakan menjadi
tiga.
a. Tokoh protagonis, yaitu tokoh yang mendukung cerita. Biasanya ada satu atau
dua figur tokoh protagonis utama yang dibantu oleh tokoh-tokoh lainnya yang
ikut terlibat sebagai pendukung cerita.
b. Tokoh antagois, yaitu tokoh penentang cerita. Biasanya ada seorang tokoh
utama yang menentang cerita clan beberapa figur pembantu yang ikut
menentang cerita.
c. Tokoh tritagonis, yaitu tokoh pembantu, baik untuk tokoh protagonis maupun
untuk tokoh antagonis.

Memerankan drama berarti mengaktualisasikan segala hal yang terdapat di dalam


naskah drama ke dalam lakon drama di atas pentas. Aktivitas yang menonjol
dalam memerankan drama ialah dialog antartokoh, monolog, ekspresi mimik,
gerak anggota badan, dan perpindahan letak pemain.

54 
 
 
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

Pada saat melakukan dialog ataupun monolog, aspek-aspek suprasegmental


(lafal, intonasi, nada atau tekanan dan mimik) mempunyai peranan sangat penting.
Lafal yang jelas, intonasi yang tepat, dan nada atau tekanan yang mendukung
penyampaian isi/pesan

Sebelum memerankan drama, kegiatan awal yang perlu kita lakukan ialah
membaca dan memahami naskah drama. Naskah drama adalah karangan atau
tulisan yang berisi nama-nama tokoh, dialog yang diucapkan, latar panggung yang
dibutuhkan, dan pelengkap lainnya (kontum, lighting, dan musik pengiring). Dalam
naskah drama, yang diutamakan ialah tingkah laku (acting) dan dialog
(percakapan antartokoh) sehingga penonton memahami isi cerita yang
dipentaskan secara keseluruhan. Oleh karena itu, kegiatan membaca naskah
drama dilakukan sampai dikuasainya naskah drama yang akan diperankan.

Dalam naskah drama yang perlu kita pahami ialah pesan-pesan dan nilai-nilai
yang dibawakan oleh pemain. Dalam membawakan pesan dan nilai-nilai itu,
pemain akan terlibat dalam konflik atau pertentangan. Dengan demikian, yang
perlu kita baca dan pahami ialah rangkaian peristiwa yang membangun cerita dan
konflik-konflik yang menyertainya.

Hal penting lainnya yang harus dilakukan sebelum pementasan drama adalah
pengahayatan terhadap tokoh yang akan diperankan. Untuk itu, kita perlu
mengenali karakter tokoh itu dengan baik. Caranya adalah sebagai berikut.

1. Membaca keseluruhan dialog tokoh itu dari awal hingga akhir. Dengan
demikian, kita akan mengetahui secara baik karakter tokoh itu sebagaimana
yang diiinginkan penulis skenarionya. Karaker tokoh dapat diidentifikasi melaui
(1) narasi pengarang, (2) dialog-dialog dalam teks drama, (3) komentar atau
ucapan tokoh lain terhadap tokoh tertentu, dan (4) latar yang mengungkapkan
watak tokoh.
2. Mengamati tokoh itu dalam kehidupan sehari-hari sebagai upaya untuk lebih
mengenali perilakunya secara lebih nyata. Kalau cara ini tidak memungkinkan,
kita bisa membacanya dari berbagai literatur.
3. Mengimajinasikan diri menjadi tokoh yang akan diperankan itu, baik itu dalam
gaya bicara, gaya berjalan, dandanan, dan perilaku lainnya.

55
 
 
 
 
 
Kegiatan Pembelajaran 2 

Untuk menghayati karakter seorang tokoh, seseorang perlu memperhatikan


petunjuk (kramagung) yang ditulis pengarang mengenai suasana dan gerak tokoh
itu. Di samping itu, kita pun perlu memperhatikan kalimat yang diucapkan tokoh.
Kalimat-kalimat yang diucapkan tokoh harus diekspresikan dengan disertai lafal,
intonasi, serta nada yang menggambarkan karakter tokoh itu. Dalam hal inilah
perlunya kemampuan meniru-niru tingkah laku tokoh. Seorang pemain drama
yang baik adalah orang yang dapat menirukan tokoh yang diperankannya dengan
wajar, apa adanya.

Melalui menghayati yang sungguh-sungguh, kita dapat memerankan tokoh


tertentu dengan baik. Watak seorang tokoh dapat diekspresikan melalui cara sang
tokoh memikirkan dan merasakan, bertutur kata, dan bertingkah laku, seperti
dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Artinya, watak seorang tokoh bisa
dihayati mulai dari cara sang tokoh memikirkan dan merasakan sesuatu, cara
tokoh bertutur kata dengan tokoh lainnya, dan cara tokoh bertingkah laku.

Kita perlu mengawalinya dengan pengenalan dan pemahaman terhadap tokoh


yang akan dimainkan. Kita harus menelusuri tokoh itu ditinjau dari bebagai aspek,
misalnya:
1. usia,
2. jenis kelamin,
3. status sosial sosial,
4. latar belakang budaya
5. pendidikan, dan
6. pekerjaan.
Antara lain, kelima aspek itulah yang berpengaruh terhadap watak seorang tokoh.
Oleh karena itu, aspek-aspek itu harus dipertimbangkan ketika mendialogkan
sebuah naskah drama.

56 
 
 
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

Secara umum ada dua langkah utama yang harus kita lakukan ketika akan
mementaskan drama.
1. Memahami naskah dan karakter tokoh yang akan kita perankan, yakni melalui
dialog-dialognya serta kramagung atau petunjuk laku yang dinyatakan
langsung oleh pengarang.
2. Memerankan tokoh dengan memperhatikan aspek lafal, intonasi,
nada/tekanan, mimik, dan gerak-geriknya.
Aspek-aspek itulah yang dapat menghidupkan suatu pementasan dan karakter
seorang tokoh yang kita bawakan.
1. Lafal adalah cara sesorang dalam mengucapkan kata atau bunyi bahasa.
Aspek ini penting kita perhatikan guna kejelasan makna suatu kata. Misalnya,
perhatikanlah kata sejak. Apabila tidak tepat pelafalannya, kata itu akan
tertukar bunyinya dengan kata [sesak], [semak], [sepak]. Kata-kata itu memiliki
makna yang berlainan, bukan?
2. Intonasi adalah naik turunnya lagu kalimat. Kalimat berita, perintah, dan
kalimat tanya harus menggunakan intonasi yang berbeda. Intonasi kalimat
untuk menyatakan kegembiraan juga berbeda dengan kalimat yang bermakna
kecemburuan.
3. Nada/tekanan adalah kuat lemahnya penurunan suatu kata dalam kalimat.
Kata yang ingin diperjelas maksudnya mendapat tekanan lebih kuat daripada
kata lainnya.
Contoh penggunaan nada/tekanan dalam kalimat.
a. Lalu diambilnya tinta bak dan disiramkannya ke tembok-tembok WC.
b. Lalu diambilnya tinta bak dan disiramkannya ke tembok-tembok WC.
c. Lalu diambilnya tinta dan disiramkannya ke tembok-tembok WC.
Bagian yang bergaris bawah merupakan kata yan mendapat tekanan kuat.
Adakah perbedaan makna dari penggunaan nada/tekanan yang berbeda
dalam kalimat-kalimat itu

4. Mimik adalah ekspresi atau raut muka yang menggambarkan suatu emosi:
sedih, gembira, kecewa, takut, dan sebagainya. Mimik berperan dalam
memperjelas suatu maksud tuturan.
5. Gerak-gerik adalah berbagai gerak pada anggota badan atau tingkah laku
seseorang dalam menyatakan maksud tertentu. Bentuknya, misalnya,

57
 
 
 
 
 
Kegiatan Pembelajaran 2 

kepalan tangan, anggukan kepala, dan menggit jari.

Apabila akan mementaskannya secara lebih serius lagi, kita harus memperhatikan
tata pentas lainnya:
1. blocking atau masalah posisi aktor di atas pentas,
2. tata panggung yang menggambarkan peristiwa (tempat, waktu, dan suasana)
dalam cerita,
3. tata bunyi (efek dan musik), serta
4. tata lampu.

Adapun langkah-langkah pementasannya adalah sebagai berikut.


1. Lakukan pembedahan secara bersama-sama tehadap isi naskah yang akan
dipentaskan. Tujuannya agar semua calon pemain memahami liani isi naskah
yang akan dimainkan.
2. Reading. Calon pemain membaca keseluruhan naskah sehingga dapat
mengenal masing-masing peran.
3. Casting. Melakukan pemilihan peran. Tujuanannya agar peran yang akan
dimainkan sesuai dengan kekemampaun akting pemain.
4. Mendalami peran yang akan dimainkan. Pendalaman peran dilakukan dengan
mengadakan pengamatan di lapangan. Misalnya, kalau peran itu sebagai
seorang tukang jamu, maka lakukanlah pengamatan terhadap kebiasaan dan
cara kehidupan para tukang jamu.
5. Blocking. Sutradara mengatur teknis pentas, yakni dengan cara merarahkan
dan mengatur pemain. Misalnya, dari mana seorang pemain itu harus muncul
dan dari mana mereka berada ketika dialog dimainkan.
6. Running. Pemain menjalani latihan secara lengkap, mulai dari dialog sampai
pengaturan pentas.
7. Gladiresik atau latihan terakir sebelum pentas. Semua bermain dari awal
sampai akhir pementasan tanpa ada kesalahan lagi.
8. Pementasan. Semua pemain sudah siap dengan kostumnya. Dekorasi
panggung sudah lengkap.

Persiapkan pula properti atau perlengkapannya, seperti kostum tata suara dan
pencahayaaan, dan tata panggungnya. Hal tersebut dimaksudkan agar pergelaran
drama yang kita lakukan menyerupai pementasan yang sesungguhnya.

58 
 
 
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

Dalam pentas drama sekurang-kurangnya ada enam unsur yang perlu kita
perhatikan, yaitu (1) naskah drama, (2) sutradara, (3) pemeran, (4) panggung, (5)
perlengkapan panggung yang meliputi tata cahaya, rias, bunyi, pakaian, dan (6)
penonton.

1. Naskah drama merupakan bahan pokok pementasan. Secara garis besar,


naskah drama dapat berisi tragedi (tentang kesedihan dan kemalangan) atau
komedi (tentang lelucon dan tingka laku konyol). Naskah drama juga dapat
disajikan secara realis, yakni mendekati kenyataan yang sebenarnya dalam
pementasan, baik itu dalam bahasa, pakaian, ataupun tata panggungnya.
Mungkin pula isi drama itu bersifat simbolik. Pementasannnya tidak perlu mirip
dengan kenyataan yang sebenarnya sebagaimana yang terjadi dalam realitas
kehidupan sehari-hari. Drama itu bisa dibuat puitis, dibumbui musik-koor-
tarian, dan panggung kosong tanpa hiasan yang melukiskan suatu realitas.
Drama semacam itu, misalnya karya Putu Wijaya. Naskah yang telah dipilih
harus dicerna atau diolah, bahkan mungkin diubah, ditambah atau dikurangi
disinkronkan dengan tujuan pementasan tafsiran sutradara, situasi pentas,
kerabat kerja, peralatan, dan penonton yang dibayangkannya.

2. Sutradara. Setelah naskah, faktor sutradara memegang peranan yang penting.


Sutradara inilah yang bertugas mengkoordinasikan lalu lintas pementasan
agar pementasannya berhasil. Ia bertugas membuat atau mencari naskah
drama, mencari pemeran, kerabat kerja, penyandang dana (produsen), dan
dapat mensikapi calon penonton.

3. Pemeran. Pemeran inilah yang harus menafsirkan perwatakan tokoh yang


diperankannya. Memang sutradaralah yang menentukannya, tetapi tanpa
kepiawaian dalam mewujudkan pemeranannya, konsep peran yang telah
digariskan sutradara berdasarkan naskah, hasilnya akan sia-sia belaka.

4. Panggung. Secara garis besar variasi panggung dapat dibedakan menjadi dua
kategori:
a. panggung yang dipergunakan sebagai pertunjukan sepenuhnya,
sehingga semua penonton dapat mengamati pementasan secara
keseluruhan dari luar panggung,

59
 
 
 
 
 
Kegiatan Pembelajaran 2 

b. panggung berbentuk arena sehingga memungkinkan pemain berada di


sekitar penonton.

5. Cahaya (lighting) diperlukan untuk memperjelas penglihatan penonton


terhadap mimim pemeran, sehingga tercapai atau dapa mendukung
penciptaan suasana sedih, murung, atau gembira, dan juga dapat mendukung
keratistikan set yang dibangun di panggung.

6. Bunyi (sound effect) memegang peran penting. Bunyi dapat diusahakan secara
langsung (orkestra, band, gamelan, dsb), tetapi juga dapat lewat perekaman
yang jauh hari sudah disiapkan oleh awak pentas yang bertanggung jawab
mengurusnya.

7. Pakaian atau sering disebut kostum, adalah pakaian yang dikenakan para
pemain untuk membantu pemeran dalam menampilkan perwatakan tokoh
yang diperankannya. Dengan melihat kostum yang dikenakannya para
penonton secara langsung dapat menerka profesi tokoh yang ditampilkan di
panggung (dokter, perawat, tentara, petani, dsb), kedudukannya (rakyat jelata,
punggawa, atau raja), dan sifat sang tokoh trendi, ceroboh, atau cermat).

8. Rias. Berkat rias yang baik, seorang gadis berumur 18 tahun dapat berubah
wajah seakan-akan menjadi seorang nenek-nenek. Dapat juga wajah tampan
dapat dipermak menjadi tokoh yang tampak kejam dan jelek. Semua itu
diusahakan untuk lebih membantu para pemeran untuk membawakan
perwatakan tokoh sesuai dengan yang diinginkan naskah dan tafsiran
sutradara.

9. Penonton. Dalam setiap pementasan faktor penonton perlu dipikirkan juga.


Jika drama yang dipentaskan untuk para siswa sekolah sendiri, faktor
mpenonton tidak begitu merisaukan. Apabila terjadi kekeliruan, mereka akan
memaafkan, memaklumi, dan jika pun mengkritik nadanya akan lebih
bersahabat. Akan tetapi, dalam pementasan untuk umum, hal seperti tersebut
di atas tidak akan terjadi. Oleh karena itu, jauh sebelum pementasan sutradara
harus mengadakan survei perihal calon penonton. Jika penontonnya ”ganas”
awak pentas harus diberi tahu, agar lebih siap, dan tidak mengecewakan para
penonton.

60 
 
 
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

Sebelum sampai pada penggarapan naskah untuk pementasan, perlu kita


mengkenal beberapa fungsi atau peran dalam pementasan. Pada dasarnya kerja
pementasan adalah kerja kelompok atau tim. Tim terbagi menjadi dua, yaitu tim
penyelenggara dan tim pementasan. Yang dimaksud tim penyelenggara
pementasan adalah orang-orang yang bekerja untuk melaksanakaan "acara"
pementasan. Tim penyelenggara meliputi ketua panitia (pimpinan produksi),
sekretasis, bendahara, seksi dana, seksi publikasi, seksi perlengkapan, seksi
dokumentasi, seksi konsumsi, dan petugas-petugas lainnya. Tim ini berperan
dalam "menjual" karya seni (drama). Sukses tidaknya acara pementasan (dengan
indikasi jumlah penonton yang banyak, keuntungan finansial minimal balik modal,
apresiasi penonton, soundsistem, lighting yang bagus) bergantung pada tim ini.
Tim kedua adalah tim pementasan. Yang dimaksud tim pementasan adalah
sekelompok orang yang bertugas menyajikan karya seni (drama) untuk ditonton.
Tim pementasan terdiri dari sutradara, penulis naskah, tim artistik, tim tata rias, tim
kostum, tim lighting, dan aktor. Sebenarnya tim pementasan ini terbagi menjadi
dua kelompok yaitu tim on stage (di atas panggung) atau aktor, dan tim behind
stage (belakang panggung). Kedua tim ini memiliki peran yang sama dalam
mensukseskan pertunjukan/pementasan.
a. Sutradara. Seperti yang telah dipaparkan di atas, sutradara adalah pimpinan
pementasan. Ia bertugas melakukan casting (memilih pemain sesuai peran
dalam naskah), mengatur akting para aktor, dan mengatur kru lain dalam
mendukung pementasan. Pada dasarnya seorang sutradara berkuasa mutlak
sekaligus bertanggung jawab mutlak atas pementasan.
b. Penulis naskah. Sebenarnya ketika sebuah naskah dipilih untuk dipentaskan,
penulis naskah sudah "mati". Artinya, ia tidak memiliki hak lagi untuk mengatur
visualisasi atas naskahnya. Tanggung jawab visualisasi ada pada sutradara.
Biasanya, dalam perencanaan akting, seorang penulis naskah hanya diminta
sebagai komentator.
c. Penata panggung. Tugas utama penata panggung adalah mewujudkan latar
(setting panggung) seperti yang diinginkan oleh sutradara. Biasanya sutradara
akan berdiskusi dengan penata panggung untuk mewujudkan setting
panggung yang mendukung cerita.
d. Penata cahaya. Tugas utama penata cahaya adalah merencanakan sekaligus
memainkan pencahayaan pada saat pementasan sehingga pencahayaan

61
 
 
 
 
 
Kegiatan Pembelajaran 2 

mendukung penciptaan latar suasana panggung. Jelas bahwa penata caha


perlu berkoordinasi dengan penata panggung. Seorang penata cahaya harus
memiliki pengetahuan memadai dalam hal mixer cahaya.
e. Penata rias dan busana. Tugas utama penata rias dan busana adalah
mewujudkan rias dan kostum para aktor sesuai dengan karakter tokoh yang
dituntut oleh sutradara. Biasanya, penata rias dan busana berkoordinasi erat
dengan sutradara.
f. Penata suara. Tugas utama penata suara adalah mewujudkan soundeffect
yang mendukung pementasan. Bersama dengan penata busana, penata
panggung, dan penata cahaya, penata suara menciptakan latar yang
mendukung pementasan. Jelas bahwa prasyarat untuk menjadi penata suara
adalah memiliki kemampuan mengelola soundsystem dan soundeffect.
g. Aktor. Tugas utama aktor adalah memerankan tokoh yang ditugaskan
kepadanya oleh sutradara.

6. Penulisan Naskah Drama


Pementasan drama berawal dari suatu naskah (skenario). Dialog dan tata laku
yang dipentaskan oleh para pemainnya, sesuai dengan cerita yang disusun
sebelumnya oleh penulis naskah. Ide penyusunannya bisa berdasarkan pemikiran
sang penulis. Dapat pula ide itu diambil dari cerpen, novel, dan karya-karya lainnya
yang sudah ada sebelumnya.

Langkah-langkah menulis naskah drama tidak jauh berbeda dengan ketika


menulis karangan lainnya. Yang pertama-tama perlu kita tentukan adalah tema
atau pokok permasalahan (konflik) yang akan diungkap dalam drama tersebut.
Misalnya, tentang cinta, tragedi kemanusiaan, konflik sosial.

Berikutnya adalah pengumpulan bahan. Berbeda dengan ketika menulis karya


ilmiah yang harus bersifat faktual (nyata), bahan untuk drama bisa berupa hasil
imajinasi atau paduan dari fakta dan imajinasi. Bisa juga merupakan saduran dari
karya-karya yang sudah ada, misalnya dari dongeng, cerpen, novel, hikayat, atau
pengalaman nyata.

Supaya hasilnya lebih menarik, kita juga perlu menyusun kerangka atau alur
ceritanya. Alur cerita kemudian dikembangkan ke dalam cerita drama secara utuh.

62 
 
 
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

Selama proses pengembangan, kerangka tersebut bisa saja berubah. Sebabnya,


bisa jadi selama proses tersebut, muncul inspirasi-inspirasi baru yang sebelumnya
tidak terpikirkan.

Dalam proses penulisan naskah drama kita tidak selalu bersifat faktual (nyata),
bahan untuk penulisan kita perlu memperhatikan tiga unsur drama, yakni tokoh
beserta perwatakannya, wawancang atau dialog, serta kramagung. Dalam naskah
drama ada pula yang dikenal dengan prolog (pengantar) dan epilog (cerita
penutup).

Salah satu hal yang harus diperhatikan dalam menulis drama adalah kaidah
penulisan naskah drama. Misalnya ada peragaan yang disampaikan oleh pelaku
harus ditulis berbeda dengan teks dialog pelaku tersebut.

Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan naskah drama adalah
sebagai berikut.
1. Struktur dasar sebuah drama terdiri atas tiga bagian: prolog, dialog, dan
epilog.
a. Prolog merupakan pembukaan atau peristiwa pendahuluam dalam
sebuah drama atau sandiwara. Bisa juga, dalam sebuah prolog
dikemukakan para pemain, gambaran seting, dan sebagainya.
b. Dialog merupakan media kiasan yang melibatkan tokoh-tokoh drama
yang diharapkan dapat menggambarkan kehidupan dan watak manusia,
problematika yang dihadapi, dan bagaimana manusia dapat
menyelesaikan persoalan hidupnya.
c. Epilog adalah bagian terakhir dari sebuah drama yang berfungsi untuk
menyampaikan intisari cerita atau menafsirkan maksud cerita oleh
seorang aktor pada akhir cerita. Dengan kata lain, epilog merupakan
peristiwa terakhir yang menyalesaikan peristiwa induk.
2. Dalam sebuah dialog itu sendiri, ada tiga elemen yang tidak boleh dilupakan.
Ketiga elemen tersebut adalah tokoh, wawancang, dan kramagung.
a. Tokoh adalah pelaku yang mempunyai peran yang lebih dibandingkan
pelaku-pelaku lain, sifatnya bisa protagonis atau antagonis.
b. Wawancang adalah dialog atau percakapan yang harus diucapkan oleh
tokoh cerita.

63
 
 
 
 
 
Kegiatan Pembelajaran 2 

c. Kramagung adalah petunjuk perilaku, tindakan, atau perbuatan yang harus


dilakuan oleh tokoh. Dalam naskah drama, kramagung dituliskan dalam
tanda kurung (biasanya dicetak miring).

Membuat naskah drama dari karya yang sudah ada tidak begitu sulit. Hal ini karena
ide cerita, alur, latar, dan unsur-unsur lainnya sudah ada. Kita dalam hal ini hanya
mengubah formatnya saja ke dalam bentuk dialog. Seperti yang kita ketahui
bahwa ciri utama drama adalah bentuk penyajiannya yang semua berbentuk
dialog. Oleh karena itu, tugas kita dalam hal ini adalah mengubah seluruh
rangkaian cerita yang ada dalam novel ke dalam bentuik dialog.

Pengalaman merupakan bahan yang baik untuk menulis karangan, termasuk


naskah drama. Kita akan mudah menceritakannya karena kejadiannya teramati,
terdengar, dan bahkan terasakan secara langsung. Karangan itu akan lebih
lengkap karena melibatkan banyak indera, tidak hanya penglihatan ataupun
pendengaran, tetapi juga indera-indera lainnya.

Oleh karena itu, daripada berpayah-payah, jadikanlah pengalaman para siswa


Bapak/Ibu sebagai bahan untuk menulis drama mereka. Caranya adalah sebagai
berikut.
1. Daftarkalah pengalaman-pengalaman yang paling menarik.
2. Pilihlah satu pengalaman yang memiliki konflik yang kuat dan melibatkan
cukup banyak tokoh.
3. Catatlah nama-nama tokoh beserta karakternya. Jelaskan pula latarnya, baik
waktu, tempat, dan suasananya.
4. Catat pula topik-topik yang akan dikembangkan dalam drama tersebut.
5. Kembangkanlah topik-topik itu ke dalam bentuk dialog.

Naskah drama juga dapat bersumber dari peristiwa sehari-hari. Peristiwa itu ditata
dan diperkaya dengan inspirasi dan imajinasi penulis sendiri. Dengan demikian,
untuk menuliskannya, seorang penulis pun bisa mengawalinya dari perilaku yang
biasa dialami atau disaksikan sendiri. Perilaku itu, misalnya, ketika beradu tawar
dengan penjaga kantin, memohon izin pada guru untuk memperoleh dispensasi
sekolah, menyambut kedatangan tamu, membagikan sumbangan kepada para
korban bencan alam.

64 
 
 
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

D. Aktivitas Pembelajaran
Pendahuluan

1. Kegiatan pembelajaran diawali dengan membaca doa sesuai dengan agama


masing-masing.
2. Peserta mendapatkan penjelasan tujuan pembelajaran, cakupan materi, dan
langkah-langkah kegiatan pembelajaran dengan penanaman nilai religius,
nasionalisme, gotong royong, kemandirian
a. Sikap religius dan nasionalisme ditandai dengan besarnya komitmen atau
perhatian pada masalah-masalah keagamaan dan kebangsaan yang
ditandai dengan pemilihan tema-tema drama yang bernuasa religi ataupun
kebangsaan.
b. Gotong royong ditandai dengan kemauan untuk bekerja sama dan saling
menghargai di dalam kegiatan pembelajaran penulisan naskah drama.
c. Kemandirian ditandai dengan kesungguhan dan kedisiplinan di dalam
melakukan tugas-tugas pribadi terkait dengan pendalaman materi tentang
pementasan drama.

Kegiatan 2.1: Mendalami Pengertian Drama


1. Para peserta dibagi per kelompok dengan anggota sekitar 4-6 orang.
2. Setiap kelompok mencatat pengertian-pengertian drama dari berbagai
sumber. Kemampuan bekerja sama perlu diperhatikan dalam proses ini.
3. Catatan setiap kelompok dituangkan ke dalam LK-2.1.
4. Secara bergiliran hasil diskusi dibacakan secara bergilirian untuk ditanggapi
dan diapresiasi peserta lain.
5. Pendapat-pendapat setiap kelompok disimpulkan sehingga menjadi pendapat
keseluruhan peserta.

Kegiatan 2.2: Memerinci Perkembangan Drama


1. Cermatilah dengan baik subbab tentang Perkembangan Drama.
2. Catatlah bagian-bagian penting dalam materi tersebut.

65
 
 
 
 
 
Kegiatan Pembelajaran 2 

3. Sajikanlah dalam bentuk bagan alur; yang disusun secara kronoligis.


Tuangkanlah dalam LK yang tersedia.
4. Silang bacakan LK tersebut dengan kelompok lain untuk saling memberikan
komentar dengan memperhatikan kesantunan berbahasa.

Kegiatan 2.3: Mengenal Beberapa Nama Pertunjukan Drama di Dunia


1. Berdasarkan kesepakatan, peserta dibagi ke dalam enam kelompok.
a. Kelompok 1-2 mengenali nama-nama pertunjukan drama daerah
b. Kelompok 3-4 mengenali nama-nama pertunjukkan drama nasional (dapat
diisi dengan nama-nama grup teater nasional)
c. Kelompok 5-6 mengenali nama-mama pertujukkan drama internasional
(luar negeri)
2. Untuk memperkaya wawasan tentang topik-topik itu, Bapak/Ibu bisa
mendalami berbagai sumber.
3. Catatan penting tentang topik-topik itu dituangkan ke dalam LK-2.3 dan
sepakatilah hasilnya dengan kelompok lain yang memiliki tugas yang sama.
Kemampuan saling menghargai pendapat sangatlah diutamakan.
4. Sebagai perwakilan dari dua kelompok, presentasikanlah hasil
kesepakatannya itu di depan kelompok lain untuk mendapatkan tanggapan-
tanggapan.

Kegiatan 2.4: Menganalisis Naskah Drama: Unsur-unsur, Struktur,


dan Kaiadah Kebahasaannya
1. Peserta dibagi ke dalam enam kelompok dengan pembagian tugas sebagai
berikut.
b. Kelompok 1-2 menganalisis unsur-unsur drama
c. Kelompok 3-4 menganalisis struktur dtama
d. Kelompok 5-6 menganalisis kaidah kebahasaan drama
2. Secara kritis setiap kelompok melakukan bedah naskah dengan terlebih
dahulu mereka menyiapkannya dari berbagai sumber, baik dari buku drama
ataupun dri internet. Naskah yang dipilih hendaknya bertema
religius/nasionalisme.

66 
 
 
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

1. Setiap kelompok mencatat identitas, fungsi, struktur, dan kaidah-kaidah


kebahsaanya yang menjadi karakteristik dari drama itu.
2. Hasil diskusi mereka dicatat dalam LK yang tersedia dan kertas plano untuk
disilangbacakan dengan kelompok lainnya. Komentar disampaikan dengan
penuh tanggung jawab dan bahasa yang santun dan menghargai pendapat
orang lain.

Kegiatan 2.5: Menjelaskan Teknik Pemeranan


(Untuk kegiatan ON tidak dilakukan dalam skenario kerja sama kelompok;
melainkan tetap dilakukan secara individual)
1. Bacalah paparan subab tentang Teknik Pemeranan.
2. Secara berkelompok, catatlah bagian-bagian penting di dalam paparan
tersebut dan sajikanlah dalam bentuk peta konsep (LK-2.5).
3. Lakukanlah silang baca dengan kelompok lain untuk saling memberikan
tanggapan dan penghargaan terhadap peta konsep itu berdasarkan
kesesuaian, kelengkapan, dan kejelasannya.
4. Perbaiki kembali LK tersebut sesuai dengan saran-saran dari kelompok lain.

Kegiatan 2.6: Menulis Naskah Drama


(Untuk kegiatan ON tidak dilakukan dalam skenario kerja sama kelompok;
melainkan tetap dilakukan secara individual)
1. Setiap peserta secara kreatif berlatih menulis naskah drama sederhana yang
bertema religius/nasionalisme dengan memperhatikan langkah-langkah yang
telah dipelajari sebelumnya. Penyusunan naskah drama tersebut harus
memperhatikan struktur dan kaidah kebahasaannya (Gunakan LK-2.6).
2. Naskah yang telah disusun disilangbacakan untuk dikomentari dan diapresiasi
oleh peserta lain berkaitan dengan daya tarik tema, kelengkapan struktur, dan
ketepatan bahasanya. Komentar disampaikan dengan bahasa yang santun
dan menghargai pendapat orang lain.

Kegiatan 2.7: Menuls Kisi-kisi dan Mengembangkan Soal-soal Drama

67
 
 
 
 
 
Kegiatan Pembelajaran 2 

1. Susun pula kisi-kisi dan pengembangan soal-soal tentang drama. Untuk itu,
perhatikan kisi-kis utamanya yang dikeluarkan pemerintah dan sesuaikan
pula dengan isi modul pada pembelajaran ini. Sebagai akhir kegiatan pada
materi tentang drama, Bapak/Ibu juga diharapkan dapat menyusun soal
berdasarkan kisi-kisi UN yang berlaku dengan ketentuan tiga soal pilihan
ganda dan tiga soal esai.
2. Perhatikan pula prinsip-prinsip penulisan soal yang sesuai dengan dengan
konsep HOTs.
3. Tuangkanlah penulisan kisi-kisi dan pengembangan soal Bapak/Ibu pada LK
yang tersedia.

Kegiatan: Penutup
1. Lakukanlah pula refleksi terhadap seluruh rangkaian kegiatan yang telah
Bapak/Ibu lakukan pada pembelajaran ini.
2. Perhatikan tingkat keterpahaman Bapak/Ibu dalam kaitan dengan tujuan dan
indikator yang ada pada modul ini.
3. Lakukanlah pendalaman terhadap materi-materi tentang drama yang
dianggap kurang memadai sehingga ketika Bapak/Ibu mengembangkannya
di dalam proses pembelajaran menjadi lebih baik.

68 
 
 
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

E. Latihan /Tugas/Kasus
LK-2.1 Pengertian Drama

Petunjuk Kerja

1. Isilah LK ini sesuai dengan petunjuk pada Kegiatan 2.1 tentang Mendalami
Pengertian Drama, meliputi rumusan pengertian dan sumbernya.
2. Lakukanlah kegiatan itu secara berkelompok!
No. Pengertian Sumber

Kesimpulan

69
 
 
 
 
 
Kegiatan Pembelajaran 2 

LK-2.2 Perkembangan Drama

Petunjuk Kerja

1. Isilah LK berikut sesuai dengan langkah-langkah Kegiatan 2.2 tentang


Perkembangan Drama.
2. LK tersebut diisi dengan catatan tahun dan bentuk-bentuk/peristiwa yang
terjadi pada kurun waktu tersebut.
3. Bapak/Ibu bisa melengkapi pemahaman tentang materi tersebut dari
berbagai referensi yang relevan.

Kelompok: .....

Perkembangan Drama.

70 
 
 
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

.... ...
• ... • ...
• .... • .... • ... • ....
• .... • .....
.... ....

Penjelasan

.....

71
 
 
 
 
 
Kegiatan Pembelajaran 2 

LK 2.3 Beberapa Nama Pertunjukan Drama di Dunia

Petunjuk Kerja

1. Isilah LK ini berdasarkan hasil membaca Bapak/Ibu dari berbagai referensi,


sesuai dengan tanggung jawab kelompok masing-masing.
2. Rundingkanlah hasilnya dengan kelompok lain yang memiliki tugas yang
sama untuk mendapatkan kesepakatan-kesepakatan..

Nama-nama Pementasan Drama

............................

Nama-nama
Terknik Pentas
Pementasan

72 
 
 
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

Nama-nama
Terknik Pentas
Pementasan

73
 
 
 
 
 
Kegiatan Pembelajaran 2 

LK 2.4 Unsur-unsur Drama, Struktur, dan Kaidah-kaidah Kebahasaannya

Petunjuk Kerja

1. LK ini diisi setelah Bapak/Ibu membaca sebuah naskah drama yang judulnya
ditentukan oleh masing-masing kelompok.
2. tentang Struktur dan Kaidah Kebahasaan Prosa diisi oleh masing-masing
kelompok sesuai dengan tugas yang menjadi tanggung jawabnya..
3. LK tersebut diisi berdasarkan hasil menganalisis terhadap prosa yang telah
ditentukan oleh masing-masing kelompok.

Unsur-unsur Drama

Judul drama : .....


Penulis : .....
Sumber : .....

Unsur-unsur Penjelasan

1. Tema

2. Penokohan

74 
 
 
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

6. Latar

7. Amanat

8. Diksi

Kesimpulan

75
 
 
 
 
 
Kegiatan Pembelajaran 2 

Struktur Drama

Judul drama : .....

Penulis : .....

Sumber : .....

Struktur Kutipan Naskah

1. Prolog

2. Orientasi

3. Komplikasi

76 
 
 
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

4. Resolusi

5. Epilog

Kesimpulan

77
 
 
 
 
 
Kegiatan Pembelajaran 2 

Kaidah Kebahasaan Drama

Judul drama : .....


Penulis : .....
Sumber : .....

Aspek Kutipan Cerita

1. Penggunaan
Kalimat

2. Pilihan Kata

78 
 
 
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

4. Tanda baca

Kesimpulan

79
 
 
 
 
 
Kegiatan Pembelajaran 2 

LK-2.5 Teknik Pemeranan

Petunjuk Kerja

1. Isilah LK berikut sesuai dengan langkah-langkah pada Kegiatan 2.5.


2. Hasilnya kemudian disilangbacakan dengan kelompok lain.
Peta Konsep
..................................

80 
 
 
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

Komentar Kelompok Lain

Kesesuaian Kelengkapan Kejelasan

81
 
 
 
 
 
Kegiatan Pembelajaran 2 

LK-2.6 Penulisan Naskah Drama

Petunjuk Kerja

1. Tuliskanlah sebuah naskah drama sederhana.


2. Perhatikan daya tarik tema, kelengkapan struktur, dan ketepatan penggunaan
bahasanya.
3. Tuangkan ke dalam LK berikut.
Judul : ................................................
Tokokoh-tokoh/peran
a. .....
b. .....
c. .....
d. .....
Struktur Uraian

a. Prolog

b. Orientasi

c. Komplikas

82 
 
 
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

d. Resolusi

e. Epliog

(Apabila tidak mencukup, naskah dapat dibuat dalam lembaran lain)

83
 
 
 
 
 
Kegiatan Pembelajaran 2 

LK-2.7 Penulisan Kisi-kisi dan Pengembangan Soal Drama

Petunjuk Kerja

1. Tuliskanlah soal tentang drama berdasarkan kisi-kisi yang tersedia dengan


langkah-langkah yang telah Bapak/Ibu pelajari pada Kegiatan 2.7. Tiga soal
pilihan ganda dan tiga soal esai
2. Bapak/Ibu bisa memilik format yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku di
sekolah masing-masing.
Kisi-kisi Soal

Jenis Sekolah : SMP/MTs


Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Standar
Kompetsi/ Kompetensi Lingkup
No. Kelas Indikator Bentuk Soal
Kompetensi Dasar Materi*
Inti

1.

84 
 
 
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

* Diambil dari kisi-kisi UN

Kartu Soal
Jenjang : Sekolah Menengah Pertama
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas : ...
Kompetensi : ...
Level : ...
Lingkup Materi : ...
Bentuk Soal : ....

(Soal)

Kunci Jawaban
....

85
 
 
 
 
 
Kegiatan Pembelajaran 2 

F. Rangkuman
1. Drama merupakan kisah kehidupan dalam dialog dan lakuan tokoh yang berisi konflik.
2. Drama merupakan bentuk sastra yang digemari oleh masyarakat luas. Hampir setiap
kelompok masyarakat di berbagai daerah dan pelosok dunia sejak tempo dulu, sudak
akrab bentuk sastra ini.
3. Seni drama tradisional berkembang hampir di seluruh pelosok daerah dengan
beragam variasi dan bentuk. Namanya pun berbeda-berbeda menurut daerah asal
dari seni itu lahir. Di antaranya adalahwayang dan ketoprak dari Jawa Tengah,
Lenong dari, Jakarta, Randai dari Sumatera Barat, dan lain-lain.
4. Drama terdiri atas bagian-bagian yang tersusun secara sistematis. Susunan bagian-
bagian drama tersebut disebut dengan alur.
5. Struktur drama terdiri atas prolog, dialog, dan epilog. Dalam dialog terdapat bagian
orientasi, komplikasi, dan resolusi (denouement).
6. Drama merupakan karya fiksi yang dinyatakan dalam bentuk dialog. Oleh karena itu,
kalimat-kalimat yang tersaji di dalamnya hampir semuanya berupa dialog atau tuturan
langsung para tokohnya.
7. Sebagaimana halnya percakapan sehari-hari, dialog dalam teks drama sering kali
menggunakan kosakata percakapan, seeperti oh, ya, aduh, sih, dong. Mungkin di
dalamnya banyak ditemukan kata-kata yang tidak baku dan juga tidak lepas dari
kalimat-kalimat seru, suruhan, pertanyaan. Teks drama juga memiliki ciri-ciri
kebahasaan sebagai berikut.
a. Banyak menggunakan kata yang menyatakan urutan waktu (konjungsi
kronologis).
b. Banyak menggunakan kata kerja yang menggambarkan suatu peristiwa
yang terjadi.
c. Banyak menggunakan kata kerja yang menyatakan sesuatu yang
dipikirkan atau dirasakan oleh tokoh.
d. Menggunakan kata-kata sifat untuk menggambarkan tokoh, tempat, atau
suasana.
8. Pementasan drama berawal dari suatu naskah (skenario). Dialog dan tata laku yang
dipentaskan oleh para pemainnya, sesuai dengan cerita yang disusun sebelumnya
oleh penulis naskah. Ide penyusunannya bisa berdasarkan pemikiran sang penulis.
Dapat pula ide itu diambil dari cerpen, novel, dan karya-karya lainnya.

86 
 
 
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

9. Untuk menulis naskah drama, sekurang-kurangnya kita dapat menggunakan


tiga sumber, yakni dari karya sudah ada, semacam dongeng, cerpen, ataupun
novel. Bisa juga berdasarkan imajinasi dan pengalamana sendiri ataupun
orang lain
10. Mementaskan drama berarti mengaktualisasikan segala hal yang terdapat di
dalam naskah drama ke dalam lakon drama di atas pentas. Aktivitas yang
menonjol dalam memerankan drama ialah dialog antartokoh, monolog,
ekspresi mimik, gerak anggota badan, dan perpindahan letak pemain.

G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut


1. Materi penting apa saja yang telah Bapak/Ibu pahami tentang pembelajaran
pementasan naskah drama? 
 
 
 
 
2. Nilai-nilai karakter apa yang sudah Bapak/Ibu dapatkan dari pembelajaran
pementasan drama?

87
 
 
 
 
 
Kegiatan Pembelajaran 2 

3. Bagaimana rencana pembelajaran yang dapat Bapak/Ibu lakukan terkait


dengan pembelajaran pementasan drama dengan berbasis pendidikan
karakter?
 

88 
 
 
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

Penutup

Bersyukurlah, Bapak/Ibu sudah tuntas mempelajari modul ini. Meskpun demikian,


Bapak/Ibu diharapkan bisa memperdalam materi modul tersebut dengan
mempelajari berbagai referensi lainnya yang lebih lengkaop. Yang lebih penting
lagi, Bapak/Ibu dapat merelevansikan materi-materi tersebut ke dalam
kepentingan pembelajaran di kelas.

Sebagaimana yang telah Bapak/Ibu maklumi bahwa prosa dan drama merupakan
salah satu genre sastra yang juga terdapat di dalam Kurikulum 2013. Oleh karena
itu, materi-materi tersebut sapat membantu Bapak/Ibu di dalam pembelajaran
kedua jenis teks tersebut. Para siswa pun diharapkan lebih mudah pula di dalam
menguasainya secara lebih komprehensif.

89
 
 

 
 
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

Daftar Pustaka

Fromkin Victoria dan Robert Rodman. 1993. An Introduction to Language. Florida:


Harcourt Brace Jovanovich Collage.

Hendy, Zaidan. 1988. Pelajaran Sastra. Jakarta: Gramedia.

Hidayat, Kosadi.1994. Evaluasi Pendidikan dan Penerapan dalam Pengajaran


Bahasa Indonesia. Bandung: Alfabeta.

Hill, Mc. Graw. (2012). Learning to Teach. New York : Mc. Graw Hill Companies,
Inc.

Husen, Akhlan, dkk. 1997. Telaah Buku Kurikulum dan Buku Teks. Jakarta:
Depdiknas.

http://organisasi.org/arti-definisi-pengertian-drama-dan-jenis-macam-drama-
pelajaran-bahasa-indonesia

http://blog-indonesia.com/blog-archive-6802-5.html

http://blog.elearning.unesa.ac.id/alim-sumarno/memahami-9-tipe-kecerdasan-
jamak.pada tanggal 22 Juni 2012

Jansen, Eric. 2008. Brain-Based Learning, Pembelajaran Berbasis Kemampuan


Otak. Yogyakarta: Pustaka Pelaj

Junaedi, Moha. 1982. Apresiasi Sastra II. Ujung Pandang: FPBS IKIP Press

Kosasih, E. 2011. Khaszanah Sastra Melayu Klasik Islam. Jakarta: Nobel

Kosasih, 2013. Apresasi Sastra Indonesia. Bandung: Yrama Widya.

Kosasih, E. 2014. Kompetensi Ketatabahasaan dan Kesusastraan, Cermat


Berbahasa Indonesia. Bandung: Yrama Widya.

Kosasih, E. 2014. Strategi Belajar dan Pembelajaran, Implementasi Kurikulum


Bahasa Indonesia. Bandung: Jakarta.

Kosasih, 2016. Cerdas Berbahasa Indonesia SMA. Jakarta: Erlangga.

Lado, Robert. Language Teaching. Amerika: MC Grow Hill. 1964

91
 
 
 
 
 
Daftar Pustaka 

Melani Budianta, dkk. Membaca Sastra. (Magelang : Indonesia Tera, 2006) hal :
188

Mien, Rukmieni.2000. Apresiasi Drama Secara Produktif. Jakarta: Depdikbud.

Nasution, S.. 1988. Asas-asas Kurikulum. Bandung: Jemmars.

Ramelan, Kastoyo. 1980. Seni Drama. Jakarta: Tiga Serangkai

Tjokroatmodjo dkk. 1985. Pendidikan Seni Drama Suatu Pengantar. Surabaya:


Usaha Nasional

92 
 
 
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

Glosarium

Alur (plot) : rangkaian peristiwa dalam cerita.


Amanat : ajaran moral atau pesan dikatis yang hendak
disampaikan pengarang kepada pembaca melalui
karyanya itu.
Casting : pemilihan peran.
Cerpen (cerita pendek) : karangan pendekyang mengisahkan sepenggal
kehidupan tokoh, yang penuh pertikaian, peristiwa
yang mengharukan atau menyenangkan, dan
mengandung kesan yang tidak mudah dilupakan.
Dialog : percakapan tokoh pada drama.
Diksi : pilihan kata
Drama : bentuk karya sastra yang bertujuan menggambarakn
kehidupan dengan menyampaikan pertikaian dan emosi
melalui lakuan dan dialog.
Drama absurd : drama yang sengaja mengabaikan atau melanggar
konversi alur, penokohan, tematik.
Epilog : bagian terakhir dari sebuah drama yang berfungsi
untuk menyampaikan intisari cerita atau menafsirkan
maksud cerita oleh seorang aktor pada akhir cerita.
Esai : tulisan yang berisi pandangan ataupun opini pribadi
penulis terhadap suatu isu tertentu.
Gaya bahasa : penggunaan bahasa yang berfungsi untuk
menciptakan suatu nada atau suasana persuasif serta
merumuskan dialog yang mampu memperlihatkan
hubungan dan interaksi antara sesama tokoh.

93
 
 
 
 
 
Glosarium 

Gerak-gerik : berbagai gerak pada anggota badan atautinggah


laku seseorang dalam menyatakan maksud tertentu.
Bentuknya, misalnya, kepalan tangan, anggukan
kepala, mengigit jari.
Intonasi : naik turunnya lagu kalimat.
Kabuki : drama Jepang yang pemerannya laki-laki.
Ketoprak : drama tradisional yang berasal dari Jawa.
Pementasannya bermula dilakukan dengan cara
berkeliling, dari satu kota ke kota lain dalam jangka
waktu tertentu.
Komedi (drama ria) : drama ringan yang bersifat menghibur walaupun
selorohan di dalamnya dapat bersifat menyindir, dan
yang berakhir dengan bahagia.
Komplikasi : bagian cerita yang menyajikan sejumlah masalah yang
dialami tokoh utama yang berupa suatu konflik, entah
itu konflik dengan diri sendiri, dengan orang lain,
mungkin pula berupa konflik dengan lingkungan
sekitarnya.
Konflik : suatu pertentangan sebagaimana yang terjadi dalam
kehidupansehari-hari.
a. pertentangan manusia dengan dirinya sendiri
(konflik batin),
b. pertentangan manusia dengan sesamanya,
c. pertentangan manusia dan lingkungannya, baik itu
lingkungan alam, ekonomi, politik, sosial, dan
budaya.
d. pertentangan manusia dengan Tuhan atau
keyakinannya.

94 
 
 
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

Konflik eksternal : konflik yang terjadi antara seorang tokoh dengan


lingkungan alamnya (konflik fisik) atau dengan
lingkungan manusia (konflik sosial).
Konflik internal : konflik yang terjadi dalam diri atau jiwa tokoh.
Kramagung : petunjuk perilaku, tindakan, atau perbuatan yang harus
dilakuan oleh tokoh. Dalam naskah drama, kramagung
dituliskan dalam tanda kurung (biasanya dicetak
miring).
Kritik : bentuk tulisan yang sifatnya memberi tanggapan atau
bahasan tentang suatu karya, keadaan, pendapat, dan
sejenisnya; terkait dengan kebaikan dan kelemahannya
berdasarkan alasan atau sudut pandang tertentu.
Lafal : cara sesorang dalam mengucapkan kata atau bunyi
bahasa.
Latar : tempat, waktu, dan budaya yang digunakan dalam
suatu cerita

Menyunting : kegiatan untuk menyiapkan naskah atau karangan


dengan memperhatikan isi tulisan, struktur penyajian,
dan bahasa yang digunakannya.
Mimik : ekspresi atau raut muka yang menggambarkan
suatu emosi: sedih, gembira, kecewa, takut, dan
sebagainya; berperan dalam memperjelas suatu
maksud tuturan
Nada/tekanan : kuat lemahnya penurunan suatu kata dalam kalimat.
Kata yang ingin diperjelas maksudnya mendapat
tekanan lebih kuat daripada kata lainnya.

95
 
 
 
 
 
Glosarium 

Novel : karya imajinatif yang mengisahkan sisi utuh atas


problematika kehidupan seseorang atau beberapa
orang tokoh.
Orientasi : perkenalan tokoh, penataan adegan, dan gambaran
awal hubungan antartokoh; disajikan pada awal yang
cerita.
Penokohan : cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan
karakter tokoh-tokoh dalam cerita.
Point of view : posisi pengarang dalam memawakan cerita.
Prolog : pembukaan atau peristiwa pendahuluam dalam sebuah
drama atau sandiwara.
Prosa : karangan bebas umumya berbentuk cerita.
Prosa baru : bentuk prosa yang yang telah dipengaruhi oleh
kebudayaan Barat.
Prosa lama : prosa yang merupakan hasil cipta karya masyarakat
Indonesia (Melayu) dan belum mendapat pengaruh
dari sastra Barat.
Reading : membaca keseluruhan naskah sehingga dapat
mengenal masing-masing peran.
Resolusi : sebagai akhir cerita, pada bagian ini berisi penjelasan
tentang sikap ataupun nasib-nasib yang dialami
tokohnya setelah mengalami konflik tertentu.

96 
 
 
 
 
 
Bahasa Indonesia SMP KK H 

Riwayat : cerita tentang kisah hidup orang atau biasanya tokoh


terkenal atau yang menginspirasi.
Tokoh : pelaku yang mempunyai peran yang lebih
dibandingkan pelaku-pelaku lain, sifatnya bisa
protagonis atau antagonis.
Tokoh antagois : tokoh penentang cerita; biasanya ada seorang tokoh
utama yang menentang cerita dan beberapa figur
pembantu yang ikut menentang cerita.

Tokoh berkembang : tokoh yang mengalami perkembangan selama


pertunjukan. Misalnya, tokoh yang awalnya seorang
yang baik, namun pada akhirnya menjadi seorang
yang jahat.
Tokoh pembantu : tokoh yang diperbantukan untuk menjelaskan tokoh
lain.
Tokoh protagonis : tokoh yang mendukung cerita; biasanya ada satu atau
dua figur
Tokoh serba bisa : tokoh yang dapat berperan sebagai tokoh lain (all
round). Misalnya, tokoh yang berperan sebagai
seorang raja, namun ia juga berperan sebagai seorang
pengemis untuk mengetahui kehidupan rakyatnya.
Tokoh statis : tokoh yang tidak mengalami perubahan karakter dari
awal hingga akhir dalam dalam suatu drama. Misalnya,
seorang tokoh yang berkarakter jahat dari awal drama
akan tetap bersifat jahat di akhir drama.

97
 
 
 
 
 
Glosarium 

Tokoh tritagonis : tokoh pembantu, baik untuk tokoh protagonis maupun


untuk tokoh antagonis.
Teater : segala tontonan yang dipertunjukkan di depan orang
banyak.
Tema : inti atau pokok yang menjadi dasar pengembangan
cerita.
Tragedi (drama duka) : drama yang menampilkan tokoh yang sedih atau
muram, yang terlibat dalam situasi gawat karena
sesuatu yang tidak menguntungkan.
Tragikomedi : drama yang sebenarnya menggunakan alur dukacita
tetapi berakhir dengan kebahagiaan.
Wawancang : dialog atau percakapan yang harus diucapkan oleh
tokoh cerita

98 
 
 

 
 
 
 
 
 

Anda mungkin juga menyukai