MATA PELAJARAN
BAHASA INDONESIA
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)
TERINTEGRASI PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER
DAN PENGEMBANGAN SOAL
KELOMPOK KOMPETENSI A
PEDAGOGIK:
KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK
PROFESIONAL:
HAKIKAT DAN PEMEROLEHAN BAHASA
Penulis:
Drs. Mudini (bangdinik@gmail.com)
Muhammad Nasir, M.Pd. (muhnasir02@yahoo.com)
Mulyadi (mulyadi_115@yahoo.co.id)
Anggraini (dewi55anggrainitahir@gmail.com)
Penelaah:
Andik Wahyu Sulistiyo, S.S. (ws.andik@gmail.com)
Copyright 2017
Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Dasar
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Kata Sambutan
Peran guru profesional dalam proses pembelajaran sangat penting sebagai kunci
keberhasilan belajar siswa. Guru profesional adalah guru yang kompeten
membangun proses pembelajaran yang baik sehingga dapat menghasilkan
pendidikan yang berkualitas dan berkarakter prima. Hal tersebut menjadikan guru
sebagai komponen yang menjadi fokus perhatian Pemerintah maupun
pemerintah daerah dalam peningkatan mutu pendidikan terutama menyangkut
kompetensi guru.
iii
iv
BahasaIndonesiaSMPKKA
Kata Pengantar
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas selesainya Modul
Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bagi Guru jenjang Sekolah
Menengah Pertama mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS), Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn),
Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Seni Budaya, serta Pendidikan
Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan. Modul ini merupakan dokumen wajib untuk
Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan.
Sebagai salah satu upaya untuk mendukung keberhasilan suatu program diklat,
Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Dasar pada tahun 2017 melaksanakan
review, revisi, dan mengembangkan modul paska UKG 2015 yang telah
terintegrasi Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dan Penilaian Berbasis Kelas,
serta berisi materi pedagogik dan profesional yang akan dipelajari oleh peserta
selama mengikuti Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan.
Terima kasih dan penghargaan yang tinggi disampaikan kepada para pimpinan
PPPPTK IPA, PPPPTK PKn/IPS, PPPPTK Bahasa, PPPPTK Matematika,
PPPPTK Penjas-BK, dan PPPPTK Seni Budaya yang telah mengijinkan stafnya
dalam menyelesaikan modul Pendidikan Dasar jenjang Sekolah Menengah
Pertama ini. Tidak lupa saya juga sampaikan terima kasih kepada para
widyaiswara, Pengembang Teknologi Pembelajaran (PTP), dosen perguruan tinggi,
dan guru-guru hebat yang terlibat di dalam penyusunan modul ini.
Semoga Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan ini dapat
meningkatkan kompetensi guru sehingga mampu meningkatkan prestasi
pendidikan anak didik kita.
vi
MODUL
PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN
MATA PELAJARAN
BAHASA INDONESIA
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)
TERINTEGRASI PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER
KELOMPOK KOMPETENSI A
PEDAGOGIK:
KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK
Penulis:
Drs. Mudini (bangdinik@gmail.com)
Muhammad Nasir, M.Pd. (muhnasir02@yahoo.com)
Mulyadi (mulyadi_115@yahoo.co.id)
Anggraini (dewi55anggrainitahir@gmail.com)
Penelaah:
Andik Wahyu Sulistiyo, S.S. (ws.andik@gmail.com)
Copyright 2017
Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Dasar
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Daftar Isi
Hal.
Kata Sambutan ................................................................................................... iii
Kata Pengantar .................................................................................................... v
Daftar Isi .............................................................................................................. ix
Daftar Tabel .......................................................................................................... x
Daftar Gambar ..................................................................................................... x
Pendahuluan ........................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Tujuan .......................................................................................................... 2
C. Peta Kompetensi .......................................................................................... 2
D. Ruang Lingkup ............................................................................................. 3
E. Cara Penggunaan Modul ............................................................................. 3
Kegiatan Pembelajaran Karakteristik Peserta Didik ...................................... 11
A. Tujuan ........................................................................................................ 11
B. Indikator Pencapaian Kompetensi ............................................................. 11
C. Uraian Materi.............................................................................................. 12
D. Aktivitas Pembelajaran............................................................................... 37
E. Latihan/Kasus/Tugas ................................................................................. 40
F. Rangkuman ................................................................................................ 42
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ................................................................. 43
H. Pembahasan Latihan/Tugas/Kasus ........................................................... 45
Evaluasi .............................................................................................................. 47
Penutup .............................................................................................................. 51
Daftar Pustaka ................................................................................................... 53
Glosarium ........................................................................................................... 55
ix
Daftar Tabel
Hal.
Tabel 1. Peta Kompetensi Pedagogik ................................................................... 2
Tabel 2. Daftar Lembar Kerja Modul KK A Profesional ......................................... 9
Tabel 3. Indikator Pencapaian Kompetensi ......................................................... 11
Daftar Gambar
Hal.
Gambar 1 Alur Model Pembelajaran Tatap Muka ................................................ 3
Gambar 2 Alur Model Pembelajaran Tatap Muka Penuh ..................................... 4
Gambar 3 Alur Model Pembelajaran Tatap Muka In-On-In ................................... 6
x
BahasaIndonesiaSMPKKA
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Penyusunan modul ini bertujuan untuk memberikan referensi kepada para guru
agar dapat menguasai kompetensi pedagogik terkait dengan pemahaman,
sikap, dan keterampilan terhadap model pembelajaran. Kompetensi tersebut
merupakan standar minimal yang harus dikuasai oleh guru SMP untuk
mendukung keberhasilan dalam menjalankan tugas pokoknya dalam
pembelajaran di kelas dan di luar kelas.
Pendahuluan
B. Tujuan
C. Peta Kompetensi
Kompetensi yang akan dicapai melalui modul ini mengacu pada Permendiknas
nomor 16 Tahun 2007 dengan mengembangkan kompetensi profesional Bahasa
Indonesia menjadi indikator pencapaian kompetensi untuk guru Sekolah
Menengah Pertama.
Kompetensi
Kompetensi Inti Kompetensi Guru
Utama
2
BahasaIndonesiaSMPKKA
D. Ruang Lingkup
Gambar1.AlurModelPembelajaranTatapMuka
Pendahuluan
Untuk memperjelas bagan tersebut, berikut ini diuraikan tentang (1) deskripsi
kegiatan diklat tatap muka penuh; (2) deskripsi kegiatan diklat tatap muka in-on-
in; dan (3) lembar kerja.
Gambar2.AlurModelPembelajaranTatapMukaPenuh
a. Pendahuluan
Fasilitator memberi peserta kesempatan untuk mempelajari lima hal pokok
pendahuluan, meliputi (1) latar belakang kegiatan, (2) tujuan diklat secara
4
BahasaIndonesiaSMPKKA
b. Mengkaji Materi
Fasilitator memberi peserta kesempatan untuk mempelajari materi yang
diuraikan pada subbagian Uraian Materi secara singkat sesuai dengan
indikator pencapaian hasil belajar. Peserta dapat mempelajari materi secara
individual atau berkelompok, kemudian diperbolehkan menanyakan hal-hal
atau masalah yang ditemui kepada fasilitator.
Pendahuluan
Gambar3.AlurModelPembelajaranTatapMukaInOnIn
a. Pendahuluan
Kegiatan pendahuluan dilaksanakan bertepatan dengan pelaksanaan in
service learning 1. Dalam sesi pendahuluan ini fasilitator memberi
6
BahasaIndonesiaSMPKKA
kesempatan kepada peserta diklat untuk mempelajari lima hal, yaitu (1) latar
belakang yang memuat gambaran materi, (2) tujuan kegiatan pembelajaran
setiap materi, (3) kompetensi atau indikator yang akan dicapai dalam modul,
(4) ruang lingkup materi kegiatan pembelajaran, dan (5) langkah-langkah
penggunaan modul.
Pendahuluan
8
BahasaIndonesiaSMPKKA
3. Lembar Kerja
Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan kelompok kompetensi A
profesional Hakikat Pemerolehan Bahasa ini terdiri atas beberapa aktivitas
pembelajaran yang dapat diikuti oleh peserta untuk mendalami dan memperkuat
pemahaman tentang hakikat bahasa dan pemerolehan bahasa. Oleh sebab itu,
dalam modul ini disiapkan beberapa lembar kerja yang nanti akan dikerjakan
oleh peserta. Berikut ini daftar lembar kerja yang akan Bapak/Ibu kerjakan!
BahasaIndonesiaSMPKKA
Kegiatan Pembelajaran
Karakteristik Peserta Didik
A. Tujuan
11
KegiatanPembelajaran
C. Uraian Materi
Sebagai seorang pendidik tentunya tidak hanya bertugas mengajar di kelas saja,
tetapi mendidik dan juga melatih. Hal ini sangat tepat apabila dikaitkan dengan
pembentukan karakter yang baik bagi para peserta didik. Seperti apa seorang
pendidik mendidik, bagaimana mengajar, dan bagaimana melatih para peserta
didik. Semua tantangan diatas berawal dari pendidik itu sendiri, bagaimana
menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, misalnya dengan
memunculkan kesan pertama pendidik yang positif saat kegiatan belajar di kelas.
12
BahasaIndonesiaSMPKKA
13
KegiatanPembelajaran
14
BahasaIndonesiaSMPKKA
Kognitif atau pemikiran adalah istilah yang digunakan oleh ahli psikologi
untuk menjelaskan semua aktivitas mental yang berhubungan dengan
persepsi, pikiran, ingatan dan pengolahan informasi yang memungkinkan
seseorang memeroleh pengetahuan, memecahkan masalah, dan
merencanakan masa depan, atau semua proses psikologis yang berkaitan
bagaimana individu mempelajari, memperhatikan, mengamati,
membayangkan, memperkirakan, menilai dan memikirkan lingkungannya.
(Desmita, 2009).
Tidak kalah penting, guru juga harus mengetahui tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi peserta didik. Yang sangat sentral dalam faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan kognitif adalah gaya pengasuhan dan
15
KegiatanPembelajaran
16
BahasaIndonesiaSMPKKA
Agar seorang peserta didik dapat memiliki kecerdasan emosi dengan baik
haruslah dibentuk sejak usia dini, karena pada saat itu sangat menentukan
pertumbuhan dan perkembangan manusia selanjutnya. Sebab pada usia ini
dasar-dasar kepribadian anak telah terbentuk. Jelaslah sudah betapa
pentingnya seorang pendidik memahami perkembangan sosio-emosional
peserta didik, agar dalam proses pembelajaran perkembangan sosio-
emosional peserta didik yang berbeda-beda dapat diatasi dengan baik.
17
KegiatanPembelajaran
Spiritual berasal dari bahasa latin spiritus yang berarti nafas atau udara,
spirit memberikan hidup, menjiwai seseorang. Spiritual meliputi komunikasi
dengan Tuhan (fox 1983), dan upaya seseorang untuk bersatu dengan
Tuhan (Magill dan Mc Greal 1988), spiritualitas didefinisikan sebagai suatu
kepercayaan akan adanya suatu kekuatan atau suatu yang lebih agung dari
diri sendiri (Witmer, 1989). Karakteristik spiritual yang utama meliputi
perasaan dari keseluruhan dan keselarasan dalam diri seorang, dengan
orang lain, dan dengan Tuhan atau kekuatan tertinggi sebagai satu
penetapan. Orang-orang, menurut tingkat perkembangannya, pengalaman
memerhitungkan keamanan individu, tanda-tanda kekuatan, dan perasaan
dari harapan. Hal itu tidak berarti bahwa individu adalah puas secara total
dengan hidup atau jawaban yang mereka miliki. Seperti setiap hidup individu
berkembang secara normal, timbul situasi yang menyebabkan kecemasan,
tidak berdaya, atau kepusingan. Karakteristik kebutuhan spiritual meliputi:
kepercayaan, pemaafan, cinta dan hubungan, keyakinan, kreativitas dan
harapan, maksud dan tujuan, serta anugrah dan harapan.
18
BahasaIndonesiaSMPKKA
19
KegiatanPembelajaran
Potensi fisik merupakan kondisi kesehatan fisik dan berfungsinya anggota tubuh
dengan baik yang diperoleh dari pemeriksaan oleh tenaga medis, observasi
perilaku, wawancara, dan pengisian angket akan menunjang kelancaran peserta
didik melakukan aktivitas belajar dan memaksimalkan keberhasilan peserta didik
dalam belajar. Organ tubuh akan berfungsi dengan baik dan maksimal apabila
kondisi kesehatan peserta didik juga baik.
Minat didefinisikan sebagai suatu perangkat mental yang terdiri dari suatu
campuran dari perasaan, harapan, pendirian, prasangka, rasa takut atau
kecenderungan lain yang mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu.
Minat peserta didik dapat memengaruhi sikap dan perilakunya dalam menerima
pembelajaran.
20
BahasaIndonesiaSMPKKA
Moral merupakan ajaran baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan,
sikap, kewajiban, dan sebagainya. Adapun keagamaan peserta didik berkaitan
dengan konsep ketuhanan yang dianutnya. Moral dan keagamaan individu
memberikan pengaruh pada pembentukan nilai dan keyakinan yang dianutnya.
Peserta didik yang memiliki keyakinan akan nilai-nilai kebenaran, kearifan, dan
saling menghargai akan berdampak pada proses dan hasil pencapaian potensi
peserta didik.
2) Faktor Psikologis
Faktor psikologis berkaitan dengan hal kejiwaan, kapasitas mental,
emosi, dan intelegensi individu. Kemampuan berpikir peserta didik
memberikan pengaruh pada hal memecahkan masalah dan juga
berbahasa. Hal lain yang berkaitan dengan aspek psikologi peserta didik
adalah motivasi intrinsik. Menurut Arden N.F. (Hayinah, 1992) motivasi
21
KegiatanPembelajaran
Intrinsik meliputi dorongan ingin tahu; sifat positif dan kreatif; keinginan
mencapai prestasi; dan kebutuhan untuk menguasai ilmu dan
pengetahuan yang berguna bagi dirinya. Sedangkan motivasi ekstrinsik
adalah faktor yang datang dari luar individu tetapi memberi pengaruh
terhadap kemauan belajar peserta didik.
3) Lingkungan sekolah
Lingkungan sekolah, seperti teman sekelas, guru, dan staf administrasi
dapat memberikan pengaruh terhadap proses belajar peserta didik.
Hubungan baik dan harmonis diantara ketiganya memberikan pengaruh
pada proses belajar. Memberikan motivasi yang positif dan kesempatan
pada peserta didik untuk belajar dan berkembang akan sangat
berpengaruh pada pencapaian potensinya. Guru harus dapat mengamati
dengan baik karakteristik dari peserta didik.
22
BahasaIndonesiaSMPKKA
23
KegiatanPembelajaran
Esensinya tidak ada peserta didik di muka bumi ini benar-benar sama. Hal ini
bermakna bahwa masing-masing peserta didik memiliki karakteristik
tersendiri. Karakteristik peserta didik adalah totalitas kemampuan dan
perilaku yang ada pada pribadi mereka sebagai hasil dari interaksi antara
pembawaan dengan lingkungan sosialnya, sehingga menentukan pola
aktivitasnya dalam mewujudkan harapan dan meraih cita-cita.
24
BahasaIndonesiaSMPKKA
Teknik yang paling tepat untuk mengetahui bekal ajar awal peserta didik
yaitu tes. Teknik tes ini menggunakan tes prasyarat dan tes awal. Sebelum
memasuki pelajaran sebaiknya guru membuat tes prasyarat dan tes awal.
Tes prasyarat adalah tes untuk mengetahui apakah peserta didik telah
memiliki pengetahuan keterampilan yang diperlukan atau di syaratkan untuk
mengikuti suatu pelajaran. Sedangkan tes awal adalah tes untuk
mengetahui seberapa jauh siswa telah memiliki pengetahuan atau
keterampilan mengenai pelajaran yang hendak diikuti. Benjamin S. Bloom
melalui beberapa eksperimen membuktikan bahwa untuk belajar yang
bersifat kognitif apabila pengetahuan atau kecakapan pra syarat ini tidak
dipenuhi, maka betapa pun kualitas pembelajaran tinggi, maka tidak akan
menolong untuk memperoleh hasil belajar yang tinggi. Hasil pretest juga
sangat berguna untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan yang dimiliki
dan sebagai perbandingan dengan hasil yang dicapai setelah mengikuti
pelajaran. Jadi kemampuan awal sangat diperlukan untuk menunjang
pemahaman siswa sebelum diberi pengetahuan baru karena kedua hal
tersebut saling berhubungan.
Contoh angket sederhana untuk mengetahui bekal ajar awal peserta didik
sebagai berikut.
25
KegiatanPembelajaran
Peserta didik mempunyai hak yang sama untuk mencapai kinerja akademik
(academic performance) yang memuaskan. Namun kenyataannya pendidik
kurang memahami peserta didik yang memiliki perbedaan dalam hal
kemampuan intelektual, kemampuan fisik, latar belakang, kebiasaan dan
pendekatan belajar antara pesetrta didik satu dengan lainnya. Sementara itu,
penyelenggaraan pendidikan di sekolah-sekolah pada umumnya hanya
ditunjukkan kepada para peserta didik yang berkemampuan rata-rata,
sehingga peserta didik yang berkemampuan lebih atau yang berkemampuan
kurang akan terabaikan. Peserta didik yang berkategori di luar rata-rata itu
(sangat pintar dan sangat rendah) tidak mendapat kesempatan yang
memadai untuk berkembang sesuai dengan kepasitasnya. Kesulitan belajar
(learning difficulty) yang tidak hanya dialami peserta didik berkemampuan
26
BahasaIndonesiaSMPKKA
rendah saja, tetapi juga dialami oleh peserta didik yang berkemampuan
tinggi.
27
KegiatanPembelajaran
Faktor ekstern meliputi Faktor tempat, misalnya tidak ada tempat khusus
untukbelajar. Faktor alat, alat-alat yang diperlukan dalam belajar kurang atau
tidak ada. Faktor waktu dan suasana, yaitu tidak dapat mengatur waktu
belajar, ramai dan gaduh, rumah dekat jalan yang cukup ramai. Faktor
lingkungan sekolah, misalnya bahan pelajaran kurang, metode guru
mengajar tidak memuaskan, pengeruh teman yang tidak baik (negatif).
Faktor lingkungan keluarga dan masyarakat, misalnya situasi keluarga yang
tidak menguntungkan anak dalam belajar, begitu pula dengan
masyarakatnya.
28
BahasaIndonesiaSMPKKA
dengan baik apabila dapat menerapkan cara mengajar yang sesuai dengan
prinsip-prinsip orang belajar. Dengan kata lain supaya dapat mengontrol
sendiri apakah tugas-tugas mengajar yang dilakukannya telah sesuai dengan
prinsip-prinsip belajar maka guru perlu memahami prinsip-prinsip belajar.
29
KegiatanPembelajaran
30
BahasaIndonesiaSMPKKA
2) Gangguan Simbolik
Gangguan simbolik yaitu ketidakmampuan anak untuk dapat memahami
suatu obyek sekalipun ia tidak memiliki kelainan pada organ tubuhnya.
Ciri-cirinya antara lain (1) siswa mampu mendengar tapi tidak mengerti
apa yang didengar; (2) mampu mengaitkan obyek yang dilihat, namun
mengalami gangguan pengamatan (visual reseptive), (3) mengalami
gangguan gerak-gerik (motoraphasia).
3) Gangguan Nonsimbolik
Gangguan nonsimbolik merupakan ketidakmampuan anak untuk
memahami isi pelajaran karena ia mengalami kesulitan untuk mengulang
kembali apa yang telah dipelajarinya. Kesulitan belajar yang telah
dipaparkan tersebut sangat berdampak pada proses belajar. Namun, ada
pula siswa SD yang karena proses kelahiran atau musibah mengalami
cidera otak, sehingga siswa itu tidak mampu untuk belajar.
Ketidakmampuan untuk melakukan tugas-tugas tertentu yang tidak dapat
dilakukan anak-anak yang sebaya seperti: mandi sendiri, sikat gigi,
menulis, membaca disebut learning disability. Anak yang mengalami
kerusakan saraf yang berat disebut learning disorder. Anak yang
mempunyai kecerdasan diatas rata-rata, namun prestasi akademiknya
rendah disebut underachiever. Sedangkan anak yang lamban belajar
dan tidak mampu menyelesaikan pekerjaannya dengan tepat serta waktu
belajarnya lebih lama dibandingkan rata-rata anak seusianya disebut
slow learner.
31
KegiatanPembelajaran
32
BahasaIndonesiaSMPKKA
menarik diri dan pemalu. Keadaan sosial ekonomi yang rendah akan
mengakibatkan anak merasa bahwa dirinya bodoh dan enggan untuk
mencoba membuat atau mengerjakan tugas-tugas yang diberikan karena
dirinya merasa tidak mampu. Kesembilan, learning disability, anak ini
tidak memiliki kemampuan mental yang setara dengan anak-anak normal
yang sebayanya. Anak seperti ini sulit untuk menganalisis, menangkap
isi pelajaran, dan mengaplikasikan apa yang dipelajari. Kesepuluh,
learning disorder, anak ini mempunyai cacat bawaan baik kerusakan fisik
maupun saraf. Anak seperti ini cenderung sulit belajar secara normal,
sehingga membutuhkan penanganan para ahli yang dilakukan oleh
lembaga-lembaga khusus. Kesebelas, under achiver, anak ini
mempunyai potensi intelektual di atas rata-rata, namun potensi
akademiknya di kelas sangat rendah. Semangat belajarnya juga sangat
rendah. Kedua belas, over achiver, anak ini mempunyai semangat
belajar yang sangat tinggi. Ia merespon dengan cepat. Anak ini tidak bisa
menerima kegagalan dan tidak mudah menerima kritikan dari siapapun
termasuk dari gurunya. Ketiga belas, slow learner, anak ini sulit
menangkap pelajaran dan membutuhkan waktu yang lama untuk dapat
menjawab dan mengerjakan tugas-tugasnya. Keempat belas, social
interseption child, anak ini kurang peka dan tidak peduli terhadap
lingkungannya. Anak ini kurang tanggap dalam membaca ekspresi dan
sulit bergaul dengan teman-teman yang ada di kelas.
33
KegiatanPembelajaran
2) Gangguan kesehatan
Anak yang mengalami gangguan kesehatan sebaiknya diistirahatkan di
rumah dengan tetap memberinya bahan pelajaran dan dibimbing oleh
orang tua dan keluarga lainnya.
3) Program remedial
Siswa yang gagal mencapai tujuan pembelajaran akibat gangguan
internal, perlu ditolong dengan melaksanakan program remedial. Teknik
program remedial dapat dilakukan dengan berbagai cara. Di antaranya
adalah mengulang kembali bahan pelajaran yang belum dikuasai,
memberikan tugas-tugas tertentu kepada siswa, dan lain sebagainya.
34
BahasaIndonesiaSMPKKA
1) Bimbingan Belajar
Bimbingan belajar merupakan upaya guru untuk membantu siswa yang
mengalami kesulitan dalam belajarnya. Secara umum, prosedur
bimbingan belajar dapat ditempuh melalui langkah-langkah sebagai
berikut. (1) Identifikasi kasus; Identifikasi kasus merupakan upaya untuk
menemukan siswa yang diduga memerlukan layanan bimbingan belajar.
Robinson dalam Abin Syamsuddin Makmun (2003) memberikan
beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk mendeteksi siswa
yang diduga mebutuhkan layanan bimbingan belajar. (2) Call them
approach; melakukan wawancara dengan memanggil semua siswa
secara bergiliran sehingga dengan cara ini akan dapat ditemukan siswa
yang benar-benar membutuhkan layanan bimbingan. (3) Maintain good
relationship; menciptakan hubungan yang baik, penuh keakraban
sehingga tidak terjadi jurang pemisah antara guru dengan siswa. Hal ini
dapat dilaksanakan melalui berbagai cara yang tidak hanya terbatas
pada hubungan kegiatan belajar mengajar saja, misalnya melalui
kegiatan ekstra kurikuler, rekreasi dan situasi-situasi informal lainnya. (4)
Developing a desire for counseling; menciptakan suasana yang
menimbulkan ke arah penyadaran siswa akan masalah yang
dihadapinya. Misalnya dengan cara mendiskusikan dengan siswa yang
bersangkutan tentang hasil dari suatu tes, seperti tes inteligensi, tes
bakat, dan hasil pengukuran lainnya untuk dianalisis bersama serta
diupayakan berbagai tindak lanjutnya. Melakukan analisis terhadap hasil
belajar siswa, dengan cara ini bisa diketahui tingkat dan jenis kesulitan
atau kegagalan belajar yang dihadapi siswa. (5) Melakukan analisis
sosiometris; dengan cara ini dapat ditemukan siswa yang diduga
mengalami kesulitan penyesuaian sosial
2) Identifikasi Masalah
Langkah ini merupakan upaya untuk memahami jenis, karakteristik
kesulitan atau masalah yang dihadapi siswa. Dalam konteks proses
belajar mengajar, permasalahan siswa dapat berkenaan dengan aspek :
(a) substansial material; (b) struktural fungsional; (c) behavioral; dan
atau (d) personality. Untuk mengidentifikasi masalah siswa, Prayitno dkk.
35
KegiatanPembelajaran
36
BahasaIndonesiaSMPKKA
1) Siswa telah menyadari (to be aware of) atas adanya masalah yang
dihadapi.
2) Siswa telah memahami (self insight) permasalahan yang dihadapi.
3) Siswa telah mulai menunjukkan kesediaan untuk menerima
kenyataan diri dan masalahnya secara obyektif (self acceptance).
4) Siswa telah menurun ketegangan emosinya (emotion stress
release).
5) Siswa telah menurun penentangan terhadap lingkungannya
6) Siswa mulai menunjukkan kemampuannya dalam
mempertimbangkan, mengadakan pilihan dan mengambil keputusan
secara sehat dan rasional.
7) Siswa telah menunjukkan kemampuan melakukan usaha-usaha
perbaikan dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya, sesuai
dasar pertimbangan dan keputusan yang telah diambilnya.
D. Aktivitas Pembelajaran
1. Kegiatan 1: Pendahuluan
37
KegiatanPembelajaran
38
BahasaIndonesiaSMPKKA
6. Kegiatan 6: Penutup
1) Peserta melakukan refleksi terhadap materi yang telah dipelajari dengan
jujur dan bahasa yang santun.
39
KegiatanPembelajaran
E. Latihan/Kasus/Tugas
No Tahapan
1.
2.
3.
40
BahasaIndonesiaSMPKKA
No Tahapan
4.
Permasalahan Solusi
Ketika melaksanakan
pembelajaran, Anda
berhadapan dengan siswa
yang mengalami kesulitan
belajar. Apa tindakan yang
akan Anda lakukan?
Pertanyaan Jawaban
Bagaimanakah cara
mengidentifikasi
pemahaman awal (entry
behavior) pada peserta
didik?
41
KegiatanPembelajaran
F. Rangkuman
Sebagai seorang pendidik tentunya Anda tidak hanya bertugas mengajar di kelas
saja, akan tetapi tugas seorang pendidik adalah: mendidik, mengajar, dan
melatih. Hal ini sangatl tepat apabila dikaitkan dengan pembentukan karakter
yang baik bagi para peserta didik. Seperti apa seorang pendidik mendidik,
bagaimana mengajar, dan bagaimana melatih para peserta didik. Semua
tantangan di atas berawal dari pendidik itu sendiri, bagaimana menciptakan
pembelajaran yang menyenangkan, diantaranya dengan kesan pertama pendidik
itu berada di lingkungan kelas.
42
BahasaIndonesiaSMPKKA
Setiap peserta didik memiliki potensi. Potensi peserta didik yang dimaksud
adalah kemampuan yang mungkin dikembangkan atau menunjang potensi lain.
Potensi ini meliputi: potensi fisik, intelektual, kepribadian, minat, potensi moral,
dan religius.
Faktor-faktor yang memengaruhi potensi peserta didik berasal dari aspek internal
dan eksternal. Selain itu, aspek fisik, psikologis dan lingkungan sosial budaya
juga berperan penting. Pendidik harus mampu mengidentikasi dengan cermat
keberagaman dari karakteristik peserta didik agar proses dan hasil belajar dari
peserta didik menjadi maksimal.
Menurut Tidjan (2000) secara umum ada dua macam faktor penyebab terjadinya
kesulitan belajar, yaitu faktor interen dan faktor ekstern. Faktor interen meliputi
faktor fisiologis, intelektual, minat, konsentrasi perhatian kurang, ingatan kurang,
dan emosi. Faktor ekstern meliputi faktor tempat, alat, waktu, suasana, serta
lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat.
43
KegiatanPembelajaran
Nilai-nilai karakter apa yang dapat Bapak/Ibu terapkan kepada peserta didik
setelah mempelajari materi ini?
Pengalaman penting apa yang Bapak/ibu peroleh setelah mempelajari materi da-
lam modul ini?
44
BahasaIndonesiaSMPKKA
H. Pembahasan Latihan/Tugas/Kasus
No Tahapan
Permasalahan Solusi
45
KegiatanPembelajaran
Pertanyaan Jawaban
46
BahasaIndonesiaSMPKKA
Evaluasi
47
Evaluasi
3. Seorang anak yang tidak mampu membangun kerja sama dalam kelompok.
Dia cenderung menguasai forum dan tidak memberi kesempatan kepada
teman-temannya. Jika teman lain berhasil mengendalikan diskusi, dia lebih
memilih bekerja mandiri.
Anak seperti itu bermasalah dalam hal perkembangan ....
A. kognitif interaksional
B. sosial emosional
C. moral spiritual
D. sosial kognitif
48
BahasaIndonesiaSMPKKA
49
Evaluasi
9. Cara yang yang paling cepat dan akurat yang digunakan untuk
mengidentifikasi kesulitan belajar peserta didik yang bersumber dari faktor
sosial adalah
A. brainstorming
B. wawancara
C. angket
D. sosiometri
10. Status pengetahuan dan keterampilan peserta didik sekarang untuk menuju
ke status yang akan datang yang diinginkan guru agar tercapai oleh peserta
didik merupakan konsep dasar dari .
A. proses belajar
B. kemajuan belajar
C. bekal awal
D. capaian belajar
50
BahasaIndonesiaSMPKKA
Penutup
51
BahasaIndonesiaSMPKKA
Daftar Pustaka
Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.
Jakarta: Rineka Cipta
Effendi, Mukhlison dan Siti Rodliyah. 2004. Ilmu Pendidikan. Ponorogo: PPS
Press
Fauzi, Ahmad. 2011. Analisis Karakteristik Siswa. Diunduh dari
http://pengantarpendidikan.files.wordpress.com/2011/02/analisis-
karakteristik-siswa.pdf. Diakses 28 Mei 2012.
Hamalik, Oemar. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Hernawati, Kuswari. 2011. E-Learning Adaptif Berbasis Karakteristik Peserta
Didik. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/adaptif%20elearning.pdf
Hurlock, E.B. 1980. Psikolog Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan. Terjemahan Istiwidanti dan Soedarjarwo. Jakarta:
Erlangga.
Hurlock, E.B. 1997. Perkembangan Anak Jilid 1. Terjemahan Tsandrasa, M.M.
dan Zarkasih, M. Jakarta: Penerbit Erlangga
Mardiya. 2009. Peranan Orang Tua dalam Pembentukan Karakter dan Tumbuh
Kembang Anak. Diunduh dari http://mardiya.wordpress.com/2009/10/25/
peranan-orang-tua-dalam-pembentukan-karakter-dan-tumbuh-kembang-
anak.
Muda, Aslam Syah. 2012. Pengaruh Pola Asuh terhadap Kepribadian Anak.
Diunduh dari http://edukasi.kompasiana.com/2012/09/06/pengaruh-pola-
asuh-terhadap-kepribadian-anak/
Partanto, Pius A. dan M. Dahlan Al-Barry. 1994. Kamus Ilmiah Populer.
Surabaya: Arkola.
Purwanto, Ngalim. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: CV Remaja Karya.
Santrock, J.W. 2002. Life Span Development, Perkembangan Masa Hidup
(Terjemahan). Jakarta: Erlangga.
Semiawan, Cony. 2008. Perspektif Pendidikan Anak Berbakat. Jakarta: PT
Grasindo.
Suhadianto. 2009. Pentingnya Mengenal Kepribadian Siswa untuk Meningkatkan
Prestasi Belajar. Diunduh dari http://h2dy.wordpress.com/2009/02/17/
pentingnya-mengenal-kepribadian-siswa-untuk-meningkatkan-prestasi-
belajar.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2004. Landasan Psikologi Proses Pendidikan.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sumarmo, Alim. 2012. Memahami 9 Tipe Kecerdasan Jamak. Diunduh dari
http://blog.elearning.unesa.ac.id/alim-sumarno/memahami-9-tipe-
kecerdasan-jamak. Diakses 22 Juni 2012.
53
DaftarPustaka
54
BahasaIndonesiaSMPKKA
Glosarium
Motivasi ekstrinsik : faktor yang datang dari luar individu tetapi memberi
pengaruh terhadap kemauan belajar
55
Glosarium
56
MODUL
PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN
MATA PELAJAR
BAHASA INDONESIA
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)
TERINTEGRASI PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER
DAN PENGEMBANGAN SOAL
KELOMPOK KOMPETENSI A
PROFESIONAL:
HAKIKAT DAN PEMEROLEHAN BAHASA
Penulis:
Drs. Mudini (bangdinik@gmail.com)
Muhammad Nasir, M.Pd. (muhnasir02@yahoo.com)
Mulyadi (mulyadi_115@yahoo.co.id)
Anggraini (dewi55anggrainitahir@gmail.com)
Penelaah:
Andik Wahyu Sulistiyo, S.S. (ws.andik@gmail.com)
Copyright 2017
Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Dasar
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
BahasaIndonesiaSMPKKA
Daftar Isi
Hal.
Daftar Isi .............................................................................................................. iii
Daftar Tabel ......................................................................................................... iv
Daftar Gambar .................................................................................................... iv
Pendahuluan ........................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Tujuan .......................................................................................................... 3
C. Peta Kompetensi .......................................................................................... 3
D. Ruang Lingkup ............................................................................................. 3
E. Cara Penggunaan Modul ............................................................................. 4
Kegiatan Pembelajaran 1 Hakikat Bahasa ...................................................... 11
A. Tujuan Pembelajaran ................................................................................. 11
B. Indikator Pencapaian Kompetensi ............................................................. 11
C. Uraian Materi.............................................................................................. 11
D. Aktivitas Pembelajaran ............................................................................... 15
E. Latihan/Kasus/Tugas ................................................................................. 17
F. Rangkuman ................................................................................................ 18
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ................................................................. 19
Kegiatan Pembelajaran 2 Pemerolehan Bahasa............................................. 21
A. Tujuan Pembelajaran ................................................................................. 21
B. Indikator Pencapaian Kompetensi ............................................................. 21
C. Uraian Materi.............................................................................................. 21
D. Aktivitas Pembelajaran ............................................................................... 33
E. Latihan/Kasus/Tugas ................................................................................. 35
F. Rangkuman ................................................................................................ 39
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ................................................................. 41
H. Pembahasan Latihan/Kasus/Tugas ........................................................... 43
iii
Evaluasi .............................................................................................................. 47
Penutup .............................................................................................................. 55
Daftar Pustaka.................................................................................................... 57
Glosarium ........................................................................................................... 59
Daftar Tabel
Hal.
Tabel 1 Peta Kompetensi Profesional .................................................................. 2
Tabel 2 Daftar Lembar Kerja Modul KK A Profesional ......................................... 4
Tabel 3 Indikator Pencapaian Kompetensi Pembelajaran 1 .................................. 7
Tabel 4 Indikator Pencapaian Kompetensi Pembelajaran 2 ............................... 12
Tabel 5 Fase Pemerolehan Bahasa Menurut Ross Dan Roe ............................. 20
Tabel 6 Kisi-kisi Ujian Nasional Bahasa Indonesia SMP/MTs 2016-2017........... 25
Daftar Gambar
Hal.
Gambar 1 Alur Model Pembelajaran Tatap Muka ............................................... 2
Gambar 2 Alur Model Pembelajaran Tatap Muka Penuh .................................... 3
Gambar 3 Alur Model Pembelajaran Tatap Muka In-On-In .................................. 5
iv
BahasaIndonesiaSMPKKA
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Peningkatan mutu pendidikan akan berhasil dengan baik apabila ditunjang oleh
mutu guru yang baik. Peran guru sangat dibutuhkan untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa, kehadiran guru profesional akan mampu memberikan
kesejahteraan profesional kepada setiap peserta didik yang akan meningkatkan
kecerdasan bangsa yang selanjutnya akan bermuara pada kesejahteraan umum.
Tidaklah berlebihan kalau dikatakan bahwa masa depan masyarakat, bangsa,
dan negara di dunia ini termasuk di Indonesia sebagian besar ditentukan oleh
peran guru.
Salah satu upaya yang perlu dilakukan oleh para pendidik untuk menjadikan
dirinya sebagai pendidik yang profesional adalah selalu meningkatkan
kompetensinya, baik kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, maupun
sosial. Hal ini mengacu kepada peraturan perundangan yang berlaku, yaitu:
Peraturan Pemerintah (PP) nomor 74 tahun 2008 tentang Guru yang
menyatakan bahwa pengembangan dan peningkatan kompetensi bagi Guru
dilakukan dalam rangka memenuhi kualifikasi dan menjaga agar kompetensi
keprofesiannya tetap sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi,
seni dan budaya dan/atau olah raga.
Pendahuluan
Penyusunan modul ini bertujuan untuk memberikan referensi kepada para guru
sekolah menengah pertama agar dapat menguasai kompetensi profesional
terkait dengan bahasa Indonesia yang terdiri atas pemahaman, sikap, dan
keterampilan terhadap: (1) Apresiasi Puisi dan (2) Apresiasi Prosa Kompetensi
tersebut merupakan standar minimal yang harus dikuasai oleh guru SMP agar
memiliki keterampilan berbahasa dan kebahasaan yang akan mendukung
keberhasilannya dalam menjalankan tugas pokoknya dalam pembelajaran di
dalam maupun di luar kelas.
2
BahasaIndonesiaSMPKKA
B. Tujuan
C. Peta Kompetensi
Kompetensi yang akan dicapai melalui modul ini mengacu pada Permendiknas
nomor 16 Tahun 2007 dengan mengembangkan kompetensi profesional Bahasa
Indonesia menjadi indikator pencapaian kompetensi untuk guru Sekolah
Menengah Pertama.
Kompetensi
Kompetensi Inti Kompetensi Guru
Utama
Profesional 20. Menguasai materi, 20.2 Memahami hakikat
struktur, konsep, dan pola bahasa dan
pikir keilmuan yang pemerolehan bahasa
mendukung mata
pelajaran yang diampu
D. Ruang Lingkup
Pendahuluan
Untuk memperjelas bagan tersebut, berikut ini diuraikan tentang (1) deskripsi
kegiatan diklat tatap muka penuh; (2) deskripsi kegiatan diklat tatap muka in-on-
in; dan (3) lembar kerja.
4
BahasaIndonesiaSMPKKA
a. Pendahuluan
Fasilitator memberi peserta kesempatan untuk mempelajari lima hal pokok
pendahuluan, meliputi (1) latar belakang kegiatan, (2) tujuan diklat secara
umum dan tujuan pembelajaran secara khusus pada modul kelompok
kompetensi A ini, (3) kompetensi dan indikator yang akan dicapai melalui
modul ini, (4) ruang lingkup materi kegiatan pembelajaran, dan (5) langkah-
langkah penggunaan modul ini.
Pendahuluan
b. Mengkaji Materi
Fasilitator memberi peserta kesempatan untuk mempelajari materi yang
diuraikan pada subbagian Uraian Materi secara singkat sesuai dengan
indikator pencapaian hasil belajar. Peserta dapat mempelajari materi secara
individual atau berkelompok, kemudian diperbolehkan menanyakan hal-hal
atau masalah yang ditemui kepada fasilitator.
6
BahasaIndonesiaSMPKKA
a. Pendahuluan
Kegiatan pendahuluan dilaksanakan bertepatan dengan pelaksanaan in
service learning 1. Dalam sesi pendahuluan ini fasilitator memberi
kesempatan kepada peserta diklat untuk mempelajari lima hal, yaitu (1) latar
belakang yang memuat gambaran materi, (2) tujuan kegiatan pembelajaran
setiap materi, (3) kompetensi atau indikator yang akan dicapai dalam modul,
(4) ruang lingkup materi kegiatan pembelajaran, dan (5) langkah-langkah
penggunaan modul.
Pendahuluan
8
BahasaIndonesiaSMPKKA
3. Lembar Kerja
Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan kelompok kompetensi A
profesional Hakikat Pemerolehan Bahasa ini terdiri atas beberapa aktivitas
pembelajaran yang dapat diikuti oleh peserta untuk mendalami dan memperkuat
pemahaman tentang hakikat bahasa dan pemerolehan bahasa. Oleh sebab itu,
dalam modul ini disiapkan beberapa lembar kerja yang nanti akan dikerjakan
oleh peserta. Berikut ini daftar lembar kerja yang akan Bapak/Ibu kerjakan!
Pendahuluan
Keterangan
TM : Digunakan pada Tatap Muka Penuh
IN1 : Digunakan pada In service learning 1
ON : Digunakan pada on the job learning
10
BahasaIndonesiaSMPKKA
Kegiatan Pembelajaran 1
Hakikat Bahasa
A. Tujuan Pembelajaran
Indikator pencapaian kompetensi pada modul ini tertuang dalam tabel berikut ini.
C. Uraian Materi
Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang dipakai untuk berkomunikasi oleh
masyarakat pemakaianya. Bahasa berkembang berdasarkan suatu sistem, yaitu
seperangkat aturan yang dipatuhi oleh pemakainya. Bahasa sendiri berfungsi
sebagai sarana komunikasi serta sebagai integrasi dan adaptasi.
11
KegiatanPembelajaran1
Ada dua belas hakikat bahasa, yaitu (a) bahasa itu sistem, (b) bahasa itu
lambang, (c) bahasa itu bunyi, (d) bahasa itu arbitrer, (e) bahasa itu bermakna,
(f) bahasa itu konvensional, (g) bahasa itu unik, (h) bahasa itu universal, (i)
bahasa itu produktif, (j) bahasa itu bervariasi, (k) bahasa itu dinamis, dan (l)
bahasa itu manusiawi. Hal itu dijelaskan sebagai berikut.
12
BahasaIndonesiaSMPKKA
13
KegiatanPembelajaran1
6. Bahasa itu Konvensional
Meskipun hubungan antara lambang dan sesuatu yang dilambangkan itu
bersifat arbitrer, tetapi penggunaan lambang tersebut bersifat konvensional.
Artinya, penggunaan lambang tersebut harus atas kesepakatan masyarakat
pemilik bahasa tersebut. Pada awalnya kesepakatan itu tidak tertulis,
kesepakatan terjadi begitu saja, lalu dipatuhi oleh orang-orang sesudahnya
sehingga semua anggota masyarakat bahasa itu mematuhi konvensi bahwa
lambang tertentu itu digunakan untuk mewakili konsep yang diwakilinya.
Misalnya, binatang berkaki empat yang biasa dikendarai, dilambangkan
dengan bunyi [kuda], maka anggota masyarakat bahasa Indonesia harus
mematuhinya. Kalau tidak dipatuhi dan digantikan dengan lambang lain,
maka komunikasi akan terhambat.
14
BahasaIndonesiaSMPKKA
D. Aktivitas Pembelajaran
1. Kegiatan 1: Pendahuluan
a. Sebelum peserta melakukan aktivitas pembelajaran, peserta berdoa
menurut keyakinannya agar aktivitas pembelajaran dapat berjalan lancar.
Berdoa dapat dipimpin oleh ketua kelas dalam pelatihan ini.
15
KegiatanPembelajaran1
2. Kegiatan 2: Curah Pendapat tentang Hakikat dan Pemerolehan Bahasa
a. Peserta diminta melaksanakan curah pendapat untuk menjelaskan
berbagai masalah yang dihadapi dalam pembelajaran bahasa Indonesia,
khususnya yang berkaitan dengan pemerolehan bahasa siswa. Peserta
melaksanakan curah pendapat secara kreatif, percaya diri, dan tanggung
jawab.
16
BahasaIndonesiaSMPKKA
E. Latihan/Kasus/Tugas
17
KegiatanPembelajaran1
F. Rangkuman
Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para
anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan
mengidentifikasikan diri (Kridalaksana, 1983). Ciri atau sifat yang hakiki dari
bahasa yaitu: (1) bahasa adalah sebuah sistem, (2) bahasa berwujud lambang,
(3) bahasa itu berupa bunyi, (4) bahasa itu bersifat arbitrer, (5) bahasa itu
bermakna, (6) bahasa itu bersifat konvensional, (7) bahasa itu bersifat unik, (8)
bahasa itu bersifat universal, (9) bahasa itu bersifat produktif, (10) bahasa itu
bervariasi, (11) bahasa itu bersifat dinamis, dan (12) bahasa itu manusiawi.
Sebagai sebuah sistem, bahasa itu bersifat sistematis dan sistemis. Sistematis
berarti bahasa itu tersusun menurut suatu pola, tidak tersusun secara acak.
Sistemis berarti bahasa itu bukan sistem tunggal, tetapi terdiri dari sub-subsistem
atau sistem bawahan (disebut tataran linguistik).
Bunyi bahasa adalah bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia. Tetapi juga tidak
semua bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia termasuk bunyi bahasa.
Bahasa bersifat arbitrer, berarti antara lambang dan yang dilambangkan bersifat
mana suka dan sewenang-wenang, sesuai kehendak masyarakat bahasa itu.
18
BahasaIndonesiaSMPKKA
Bahasa itu unik, berarti setiap bahasa mempunyai ciri khas sendiri yang
membedakannya dari bahasa yang lain.
Bahasa itu universal, berarti setiap bahasa itu mempunyai ciri yang sama
sehingga bisa disebut sebagai bahasa.
Bahasa itu bervariasi, berarti dalam sebuah bahasa bisa terdapat beberapa
ragam. Ragam bahasa itu bisa bersifat perorangan (idiolek) dan komunal
(dialek).
Bahasa itu dinamis, berarti bahasa itu bisa mengalami perubahan seperti
pemunculan kata baru, perubahan makna, dan lain-lain.
Bahasa itu manusiawi, berarti bahasa itu milik manusia dan hanya dapat
digunakan oleh manusia. Binatang dan tumbuhan tidak memiliki bahasa dan
tidak dapat menggunakan bahasa.
Nilai-nilai karakter apa yang Bapak/Ibu peroleh setelah membahas materi hakikat
bahasa?
19
KegiatanPembelajaran1
Nilai-nilai karakter apa yang dapat Bapak/Ibu terapkan kepada peserta didik
setelah mempelajari materi ini?
20
BahasaIndonesiaSMPKKA
Kegiatan Pembelajaran 2
Pemerolehan Bahasa
A. Tujuan Pembelajaran
Indikator pencapaian kompetensi pada modul ini tertuang dalam tabel berikut ini.
C. Uraian Materi
Materi pada kegiatan pembelajaran ini adalah konsep pemerolehan bahasa dan
fase-fase pemerolehan bahasa.
1. Pemerolehan Bahasa
Uraian materi tentang pemerolehan bahasa ini meliputi dua materi pokok, yaitu
(1) hakikat pemerolehan bahasa dan (2) teori pemerolehan bahasa anak yang
terdiri atas empat macam teori, meliputi (a) teori behaviorisme, (b) teori
21
KegiatanPembelajaran2
nativisme, (c) teori kognitivisme, dan (d) teori interaksionisme. Hal itu dipaparkan
sebagai berikut.
22
BahasaIndonesiaSMPKKA
1) Teori behaviorisme
Teori behaviorisme menyoroti aspek perilaku kebahasaan yang dapat
diamati langsung dan hubungan antara rangsangan (stimulus) dan reaksi
(response). Perilaku bahasa yang efektif adalah membuat reaksi yang
tepat terhadap rangsangan. Reaksi ini akan menjadi suatu kebiasaan jika
reaksi tersebut dibenarkan. Pada saat ini anak belajar bahasa pertama.
Contohnya, seorang anak mengucapkan bilangkali untuk barangkali.
Sudah pasti si anak akan dikritik oleh ibunya atau siapa saja yang
mendengar kata tersebut. Apabila suatu ketika si anak mengucapkan
barangkali dengan tepat, dia tidak akan mendapatkan kritikan karena
pengucapannya sudah benar. Situasi seperti inilah yang dinamakan
membuat reaksi yang tepat terhadap rangsangan dan merupakan hal
yang pokok bagi pemerolehan bahasa pertama pada anak.
23
KegiatanPembelajaran2
Perkembangan bahasa seseorang ditentukan oleh frekuensi dan
intensitas latihan yang disodorkan.
2) Teori nativisme
Chomsky merupakan penganut nativisme. Menurutnya, bahasa hanya
dapat dikuasai oleh manusia, binatang tidak mungkin dapat menguasai
bahasa manusia. Pendapat Chomsky didasarkan pada beberapa
asumsi. Pertama, perilaku berbahasa adalah sesuatu yang diturunkan
(genetik), setiap bahasa memiliki pola perkembangan yang sama
(merupakan sesuatu yang universal), dan lingkungan memiliki peran
kecil di dalam proses pematangan bahasa. Kedua, bahasa dapat
dikuasai dalam waktu yang relatif singkat. Ketiga, lingkungan bahasa
anak tidak dapat menyediakan data yang cukup bagi penguasaan tata
bahasa yang rumit dari orang dewasa.
Menurut aliran ini, bahasa adalah sesuatu yang kompleks dan rumit
sehingga mustahil dapat dikuasai dalam waktu yang singkat melalui
24
BahasaIndonesiaSMPKKA
Semua anak yang normal dapat belajar bahasa apa saja yang digunakan
oleh masyarakat sekitar. Apabila diasingkan sejak lahir, anak ini tidak
memperoleh bahasa. Dengan kata lain, LAD tidak mendapat makanan
sebagaimana biasanya sehingga alat ini tidak bisa mendapat bahasa
pertama sebagaimana lazimnya seperti anak yang dipelihara oleh
serigala (Baradja, 1990:33). Tanpa LAD, tidak mungkin seorang anak
dapat menguasai bahasa dalam waktu singkat dan menguasai sistem
bahasa yang rumit. LAD juga memungkinkan seorang anak dapat
membedakan bunyi bahasa dan bukan bunyi bahasa.
3) Teori kognitivisme
25
KegiatanPembelajaran2
kompleks, abstrak, dan khas. Begitu juga dengan lingkungan berbahasa.
Bahasa harus diperoleh secara alamiah.
4) Teori interaksionisme
26
BahasaIndonesiaSMPKKA
Fase kedua adalah tahap satu kata (12-18 bulan), anak sudah mulai belajar
menggunakan satu kata yang memiliki arti yang mewakili keseluruhan idenya.
Satu kata mewakili satu frase atau lebih. Kata-kata pertama yang lazim
diucapkan berhubungan dengan objek-objek atau perbuatan. Kata-kata yang
sering diucapkan orang tua sewaktu mengajak bayinya berbicara berpotensi
lebih besar menjadi kata pertama yang diucapkan si bayi. Selain itu, anak usia
12-18 bulan cenderung lebih cepat menguasai pengucapan kata-kata yang
mengandung konsonan bilabial (b, p, m) dan vokal a. Vokal a secara artikulasi
mudah diucapkan karena hanya membuka mulut saja.
Fase ketiga adalah tahap dua kata (18-24 bulan), sebagian besar anak pada usia
tersebut sudah mulai mencapai tahap kombinasi dua kata. Kata-kata yang
diucapkan ketika masih tahap satu kata dikombinasikan dalam ucapan-ucapan
pendek tanpa kata penunjuk, kata depan, atau bentuk-bentuk lain yang
seharusnya digunakan. Anak mulai dapat mengucapkan Ma, maem,
maksudnya Mama, saya mau makan. Pada tahap dua kata ini anak mulai
mengenal berbagai makna kata, tetapi belum dapat menggunakan bentuk
bahasa yang menunjukkan jumlah, jenis kelamin, dan waktu terjadinya peristiwa.
Selain itu, anak belum dapat menggunakan pronomina saya, aku, kamu, dia,
mereka, dan sebagainya.
Fase keempat adalah tahap banyak kata (3-5 tahun). Pada saat anak berusia 3
tahun, perbendaharaan kata anak semakin kaya. Mereka sudah mulai mampu
membuat kalimat pertanyaan, pernyataan negatif, kalimat majemuk, dan
berbagai bentuk kalimat. Tompkins dan Hoskisson (dalam Tarigan dkk., 1998)
menyatakan bahwa pada usia 3-4 tahun, tuturan anak mulai lebih panjang dan
tata bahasanya lebih teratur. Dia tidak lagi hanya sekadar mengucapkan dua
27
KegiatanPembelajaran2
kata, tetapi bisa tiga atau lebih. Selanjutnya, pada umur 5-6 tahun, bahasa anak
telah menyerupai bahasa orang dewasa. Sebagian besar aturan gramatika telah
dikuasainya dan pola bahasa serta panjang tuturannya semakin bervariasi. Anak
telah mampu menggunakan bahasa dalam berbagai cara untuk berbagai
keperluan, termasuk bercanda atau menghibur.
Fase pemerolehan bahasa menurut Ross dan Roe (dalam Zuchdi dan
Budiasih,1997) terbagi menjadi tiga fase. Fase pertama adalah fase fonologis,
terjadi pada sekitar usia 0-2 tahun. Pada fase ini anak baru saja mulai bermain
dengan bunyi-bunyi bahasa, mengoceh-ngoceh, kemudian berkembang sampai
mengucapkan kata-kata sederhana. Fase kedua adalah fase sintaksis, terjadi
pada sekitar usia 2-7 tahun. Pada fase ini anak mulai menunjukkan kesadaran
gramatis, dan berusaha berbicara menggunakan kalimat. Fase ketiga adalah
fase semantik, terjadi pada sekitar usia 7-11 tahun. Pada fase ini anak mulai
dapat membedakan kata sebagai simbol dan konsep yang terkandung dalam
kata. Secara ringkas, hal itu tampak pada tabel di bawah ini.
28
BahasaIndonesiaSMPKKA
29
KegiatanPembelajaran2
kata itu satu demi satu sampai semua fitur semantik dikuasai, seperti yang
dikuasai oleh orang dewasa (Mc.Neil, 1970; Clark, 1997). Clark (1997)
menyimpulkan pemerolehan bahasa pada tataran semantik dapat dibagi
menjadi empat tahap, sebagai berikut.
4) Tahap generalisasi
Tahap ini berlangsung setelah kanak-kanak berusia lima tahun. Pada
tahap ini kanak-kanak telah mulai mampu mengenal benda-benda yang
sama dari sudut persepsi, bahwa benda-benda itu mempunyai fitur-fitur
semantik yang sama. Pengenalan seperti ini semakin sempurna jika
kanak-kanak itu semakin bertambah usia. Jadi, ketika berusia antara
30
BahasaIndonesiaSMPKKA
lima tahun sampai tujuh tahun misalnya, mereka telah mampu mengenal
yang dimaksud dengan hewan.
Dari segi sintaktiknya, USK sangat sederhana karena memang hanya terdiri
dari satu kata saja, bahkan untuk bahasa seperti bahasa Indonesia hanya
sebagian saja dari kata itu. Di samping ciri ini, USK juga mempunyai ciri-ciri
yang lain. Pada awalnya USK hanya terdiri dari KV saja. Bila kata itu KVK
maka K yang kedua dilesapkan. Kata mobil akan disingkat menjadi /bi/.
Pada perkembangannya kemudian, konsonan akhir ini mulai muncul. Pada
umur 2;0 misalnya, Echa menamakan ikan sebagai /kan/, persis sama
dengan kata bukan. Pada awal USK juga tidak ada gugus konsonan. Semua
gugus yang ada di awal atau akhir kalimat disederhanakan menjadi satu
konsonan saja. Kata Indonesia putri (untuk Eyang putri) diucapkan oleh Echa
mula-mula sebagai Eyang /ti/. Ciri lain dari USK adalah kata-kata dari
kategori sintaktik utama (content words), yakni nomina, verba, adjektiva, dan
mungkin juga adverbia. Tidak ada kata fungsi seperti form, to, dari, atau ke.
Di samping itu, kata-katanya selalu dari kategori sini dan kini. Tidak ada yang
merujuk kepada yang tidak ada di sekitar atau pun ke masa lalu dan masa
depan. Anak pun juga dapat menyatakan negasi no atau nggak,
pengulangan more atau lagi, dan habisnya sesuatu gone!
31
KegiatanPembelajaran2
Sekitar umur 2;0 anak mulai mengeluarkan Ujaran Dua Kata (UDK) (two
word utterance). Anak mulai dengan dua kata yang diselingi jeda sehingga
seolah-olah dua kata itu terpisah. Untuk menyatakan bahwa lampunya telah
menyala. Echa misalnya, bukan mengatakan /lampunala/ lampu nyala tapi
/lampu // nala/. Jadi, berbeda dengan USK, UDK sintaksisnya lebih kompleks
(karena adanya dua kata) tetapi semantiknya makin lebih jelas.
Bila orang tua menyapanya atau anak-anak yang menyapa terlebih dahulu,
itu adalah tanda bahwa percakapan akan dimulai atau sebagai pembukaan.
Pada tahap giliran, akan terjadi pemberian respon. Pada bagian penutup
tidak mustahil pula bahwa pertanyaan tadi tidak terjawab karena anak pergi
begitu saja atau beralih ke kegiatan lain.
32
BahasaIndonesiaSMPKKA
D. Aktivitas Pembelajaran
1. Kegiatan 1: Pendahuluan
a. Sebelum peserta melakukan aktivitas pembelajaran, peserta berdoa
menurut keyakinannya agar aktivitas pembelajaran dapat berjalan lancar.
Berdoa dapat dipimpin oleh ketua kelas dalam pelatihan ini.
b. Peserta memahami kompetensi, tujuan, indikator pembelajaran, dan
kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan, agar pembelajaran lebih
terarah dan terukur.
33
KegiatanPembelajaran2
c. Saat wakil kelompok presentasi, peserta lain memperhatikan dengan
seksama, empati, menghargai orang lain dan solidaritas.
d. Fasilitator memberikan penguatan terhadap materi yang telah menjadi
keputusan bersama dalam diskusi.
34
BahasaIndonesiaSMPKKA
E. Latihan/Kasus/Tugas
35
KegiatanPembelajaran2
36
BahasaIndonesiaSMPKKA
atau
Buatlah 6 kartu soal yang terdiri atas 3 kartu soal pilihan ganda dan 3 kartu
soal uraian! Soal dibuat berdasarkan kisi-kisi penulisan soal yang sudah
dibuat pada LK 2.4. Usahakan sebagian besar soal yang dibuat itu bersifat
HOT (Higher Order Thinking)! Gunakan format kartu soal berikut ini!
37
KegiatanPembelajaran2
38
BahasaIndonesiaSMPKKA
komentar/Tanggapan
F. Rangkuman
Ada empat fase pemerolehan bahasa, meliputi fase pralingustik, fase satu kata,
fase dua kata, dan fase banyak kata. Fase pertama adalah tahap pralinguistik
(usia 0-12 bulan), anak mengucapkan bunyi-bunyi bahasa yang masih belum
bermakna, baik vokal maupun konsonan. Fase kedua adalah tahap satu kata
(12-18 bulan), anak sudah mulai belajar menggunakan satu kata yang memiliki
arti yang mewakili keseluruhan idenya. Fase ketiga adalah tahap dua kata (18-24
bulan), sebagian besar anak pada usia tersebut sudah mulai mencapai tahap
39
KegiatanPembelajaran2
kombinasi dua kata. Kata-kata yang diucapkan ketika masih tahap satu kata
dikombinasikan dalam ucapan-ucapan pendek tanpa kata penunjuk, kata depan,
atau bentuk-bentuk lain yang seharusnya digunakan. Fase keempat adalah
tahap banyak kata (3-5 tahun). Pada saat anak berusia 3 tahun, perbendaharaan
kata anak semakin kaya. Mereka sudah mulai mampu membuat kalimat
pertanyaan, pernyataan negatif, kalimat majemuk, dan berbagai bentuk kalimat.
40
BahasaIndonesiaSMPKKA
Nilai-nilai karakter apa yang dapat Bapak/Ibu terapkan kepada peserta didik
setelah mempelajari materi ini?
41
KegiatanPembelajaran2
42
BahasaIndonesiaSMPKKA
H. Pembahasan Latihan/Kasus/Tugas
Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer, bermakna, unik,
universal, konvensional, produktif, variatif, dinamis, dan manusiawi yang dipakai
oleh masyarakat pemakaianya untuk bekerja sama, mengidentifikasi diri, dan
berkomunikasi. Dengan demikian, ada dua belas hakikat bahasa, yaitu (1)
bahasa itu sistem, (2) bahasa itu lambang, (3) bahasa itu bunyi, (4) bahasa itu
arbitrer, (5) bahasa itu bermakna, (6) bahasa itu konvensional, (7) bahasa itu
unik, (8) bahasa itu universal, (9) bahasa itu produktif, (10) bahasa itu bervariasi,
(11) bahasa itu dinamis, dan (12) bahasa itu manusiawi.
43
KegiatanPembelajaran2
beranggapan bahwa bahasa bukanlah suatu ciri alamiah yang terpisah,
melainkan salah satu di antara beberapa kemampuan yang berasal dari
kematangan kognitif. Teori interaksionisme beranggapan bahwa
pemerolehan bahasa merupakan hasil interaksi antara kemampuan mental
pembelajaran dan lingkungan bahasa.
44
BahasaIndonesiaSMPKKA
Bila kita gunakan Kurikulum 2006, berikut ini contoh pengembangan butir soal
sesuai kisi-kisi di atas.
KARTU SOAL 1
Jenjang : SMP
Kompetensi Dasar : 3.1 Menemukan makna kata tertentu dalam kamus secara
cepat dan tepat sesuai dengan konteks yang diinginkan
melalui kegiatan membaca memindai.
Indikator Soal : Dengan diberi sebuah paragraf yang rumpang, siswa dapat
menentukan sebuah kata yang tepat untuk melengkapinya.
Sejak kecil aku dan dia selalu bersama, bermain bersama, bercanda bersama,
bahkan orangtuanya dan orangtuaku juga bersahabat karena rumah kami memang
berdekatan. [1] .... TK sampai sekarang kami selalu sekolah di sekolah yang sama.
Ternyata semua itu tidak ada artinya bagi dia. Hanya karena dia menilai aku sok
cantik, aku sok artis, aku sok percaya diri, dia tega membenciku [2] .... menjelek-
jelekkanku pada teman-teman baru di SMP. Bahkan ketika Pak Guru memanggil dan
mempertemukan aku dan dia, dia dengan tegas berkata bahwa dia membenciku. Aku
45
KegiatanPembelajaran2
syok sekali. Aku kaget dan benar-benar tidak menyangka, [3] .... dialah yang telah
mengadu-adu dan menyebabkan semua teman menjauhiku.
Kata yang tepat untuk bagian [1], [2], dan [3] adalah ...
Kunci Jawaban :C
46
BahasaIndonesiaSMPKKA
Evaluasi
1. Sebuah benda berbentuk bundar berisi udara, terbuat dari kulit, dapat ditendang
atau dipukul oleh masyarakat bahasa disebut bola. Pernyataan tersebut
menunjukkan bahasa sebagai sistem tanda yang berfungsi sebagai alat komunikasi
verbal yang disepakati.
Hal di atas termasuk dalam aliran ....
A. transformasional
B. tradisional
C. strukturalis
D. humanistik
2. Bentuk meja itu variatif ada yang segi empat dan ada yang bundar, ada yang
berkaki enam, empat, dua dan berkaki satu. Meskipun bentuknya berbeda tetapi
memiliki fungsi yang sama sehingga semua benda tersebut disebut meja.
Konsep di atas menunjukkan bahasa sebagai sistem ....
A. petanda penanda
B. ikon indeks
C. unik universal
D. variatif dinamis
47
Evaluasi
4. Seorang anak mulai menunjukkan niat komunikasinya dengan tersenyum, menoleh
bila dipanggil, menggapai bila diberi sesuatu, dan memberikan sesuatu kepada
orang lain. Tahapan pemerolehan bahasa anak yang tergambar dalam ilustrasi
tersebut temasuk dalam bidang ....
A. morfologi
B. semantik
C. pragmatik
D. fonologi
5. Unsur bahasa itu terbatas, tetapi dengan unsur terbatas itu dapat dibuat satuan
bahasa yang tidak terbatas walaupun bersifat relatif, sesuai dengan sistem yang
berlaku dalam bahasa itu. Contoh dari huruf p, a, l, u dapat dibentuk kata palu, lupa,
dan pula. Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa bahasa itu bersifat ....
A. konvensional
B. produktif
C. unik
D. bervariasi
48
BahasaIndonesiaSMPKKA
8. Susunan kalimat Apa kabar? tidak bisa diubah menjadi Kabar apa?. Hal itu
membuktikan bahwa ...
A. bahasa itu sistem.
B. bahasa itu produktif.
C. bahasa itu lambang.
D. bahasa itu bermakna.
9. Seorang anak telah memahami bahwa kata pelajar dibentuk oleh imbuhan pe-
dan kata ajar. Hal itu menunjukkan anak tersebut telah mendapatkan
perkembangan pemerolehan bahasa pada tataran ...
A. pralinguistik.
B. fonologi.
C. sintaksis.
D. morfologi.
11. Di Indonesia orang menyebut air untuk menunjuk pada sebuah benda yang
bersifat cair, bisa direbus, bisa dipakai untuk mandi dan mencuci. Namun, di Inggris
orang menyebutnya water, sedangkan di Saudi Arabia orang menyebutkan
maan. Orang Jawa punya sebutan lain lagi, yakni banyu. Sementara Orang
Sunda menyebutnya cai.
Hal itu membuktikan bahwa ...
A. bahasa itu relatif.
B. bahasa itu produktif.
C. bahasa itu arbitrer.
D. bahasa itu lambang.
49
Evaluasi
C. bahasa itu bunyi dan bermakna.
D. bahasa itu arbitrer dan bermakna.
13. Bahasa Sunda memiliki fonem vokal /eu/, sedangkan bahasa Indonesia tidak
memilikinya. Berdasarkan kenyataan ini, dapat disimpulkan bahwa ...
A. bahasa itu bersifat unik.
B. bahasa itu bersifat universal.
C. bahasa itu bersifat dinamis.
D. bahasa itu bersifat produktif.
14. Dulu kata saudara digunakan untuk menyebut orang-orang yang masih memiliki
hubungan darah atau keluarga, namun sekarang kata tersebut mengalami perluasan
makna. Kata saudara digunakan untuk menyebut orang-orang yang menjadi lawan
bicara kita atau orang kedua. Peristiwa ini membuktikan bahwa ...
A. bahasa itu produktif.
B. bahasa itu konvensional.
C. bahasa manusiawi.
D. bahasa itu dinamis.
15. Di Makassar, pada Minggu 20 Maret 2016, Mila (17) dilaporkan membunuh buah
hatinya, Alif (13 bln), karena sang bayi sering menangis. Mila mengaku berniat
menenangkan si bayi dari tangisannya, tapi perlakuan Mila justru menyebabkan
anaknya tewas. Di hadapan penyidik Mila mengaku terpaksa menyiksa bayi hasil
perkawinannya dengan suami pertamanya itu karena kesal, bayinya yang masih
berusia 13 bulan itu sering menangis. (Sumber: Ibu Bunuh Bayinya Karena Sering
Menangis, m.liputan6.com, diakses 8 Maret 2017, 06:55 WIB)
Terkait teori pemerolehan bahasa, tanggapan yang paling tepat adalah ...
A. Anak yang berusia 13 bulan itu masih berada pada fase pralinguistik sehingga
belum mampu berkata-kata untuk menyampaikan isi hatinya. Oleh sebab itu,
seharusnya ibu memaklumi jika anak itu sering menangis.
B. Seharusnya anak berusia 13 bulan sudah bisa mengucapkan satu atau dua kata
untuk menyampaikan keinginan. Mungkin karena pengasuhan yang kurang
tepat, anak tersebut mengalami keterlambatan pemerolehan bahasa. Akibatnya,
anak tersebut sering menangis.
C. Anak yang berusia 13 bulan itu baru belajar mengucapkan satu kata dan belum
mampu berkata-kata sehingga menangis adalah cara dia untuk menyampaikan
pesan. Seorang ibu seharusnya memahami hal itu.
D. Seharusnya seorang ibu menyadari dan memaklumi jika anak yang berusia 13
bulan itu masih suka menangis karena pada usia itu anak memang masih
50
BahasaIndonesiaSMPKKA
berada pada fase pralinguistik. Pada fase itu anak-anak masih belajar
mengucapkan konsonan dan vokal dalam bentuk celotehan.
16. Saat itu pukul 5 pagi. Bu Ambar dikejutkan ulah anaknya yang tiba-tiba mendorong-
dorong tubuhnya. Bu Ambar bangun, Apa sayaaang? ujarnya sambil menatap
wajah anaknya yang lucu. Miik..., kata anaknya. Adik mau mimik? tanya sang ibu.
Miiik.., jawab si anak lagi, sambil bergeliat tampak akan mulai menangis.
Komentar yang paling tepat terkait teori pemerolehan bahasa adalah ...
A. Berdasarkan caranya berkomunikasi, tampak bahwa anak Bu Ambar berusia
sekitar 6-12 bulan. Kemampuan berbahasanya masih berada pada fase
pralinguistik.
B. Berdasarkan caranya berkomunikasi, tampak bahwa anak Bu Ambar berusia
sekitar 0-2 tahun. Kemampuan berbahasanya masih sampai pada fase fonologis
dan morfologis.
C. Berdasarkan caranya berkomunikasi, tampak bahwa anak Bu Ambar berusia
sekitar 12-18 bulan. Kemampuan berbahasanya masih sampai pada fase one
word utterance.
D. Berdasarkan caranya berkomunikasi, tampak bahwa anak Bu Ambar berusia
sekitar 12-24 bulan. Kemampuan berbahasanya masih sampai pada fase two
word utterance.
17. Adik, sudah makan siang? tanya mama Reza kepada buah hatinya.
Dah..., jawab anaknya.
Terkait dengan teori pemerolehan bahasa, berdasarkan peristiwa berbahasa
tersebut, dapat disimpulkan bahwa ...
A. Anak mama Reza berada pada fase ujaran satu kata, anak sudah mulai belajar
menggunakan satu kata yang memiliki arti yang mewakili keseluruhan idenya.
B. Anak mama reza berada pada fase ujaran dua kata, ia mulai mengenal berbagai
makna kata, tetapi belum dapat menggunakan pronomina saya, aku, kamu, dia,
mereka, dan sebagainya.
C. Anak mama Reza berada pada fase banyak kata, ia mampu menggunakan
bahasa dengan berbagai cara untuk berbagai keperluan. Lesapan yang terjadi
adalah kesengajaan yang ia lakukan.
D. Anak mama Reza berada pada awal fase ujaran satu kata, anak baru bisa
mengucapkan satu suku kata untuk menyampaikan satu kata. Satu kata yang
dipilih itu mewakili keseluruhan idenya.
18. Siang itu cuaca sangat terik, udara panas sekali. Di rumah tidak ada air conditioning
(AC).
Dedek berkata kepada ibunya, Num... num.
51
Evaluasi
Eeeeh, adik haus ya? Ingin minum ya? ujar mama Dedek.
Dedek pun menjawab dengan sangat singkat lagi, Num... num.
Peristiwa tersebut dikategorikan pemerolehan bahasa pada tataran ....
A. fonologi
B. semantik
C. morfologi
D. sintaksis
19. Mama Dedek menanyai Dedek, Dedek, Dedek tahu tidak, alat-alat dapur itu apa
saja sih Dek? Dedek pun langsung berkata lantang, Pisau, piring, gelas, rantang,
panci! Pinteeer!!! teriak mama Dedek sambil mengangkat tubuh Dedek.
Peristiwa tersebut menunjukkan bahwa pemerolehan bahasa Dedek sudah
berkembang pada tataran semantik tahap ....
A. Tahap penyempitan makna kata
B. Tahap generalisasi berlebihan
C. Tahap medan semantik
D. Tahap generalisasi
20. Saat itu Dedek berusia 2 tahun. Dedek dan mama Dedek pergi ke suatu tempat
wisata. Kebetulan di sana ada gambar-gambar beraneka binatang. Mama Dedek
karena ingin kecerdasan anaknya berkembang dengan baik, berkata kepada Dedek,
Dedek, binatang itu bermacam-macam. Ada binatang menyusui. Ada binatang yang
bertelur. Binatang menyusui itu juga bermacam-macam, ada kucing, anjing,
harimau, singa, sapi, kambing, dan lain-lain. Binatang yang bertelur itu juga
bermacam-macam, ada ayam, burung, bebek, angsa, dan lain-lain.
Tanggapan kritis terhadap peristiwa tersebut adalah ...
A. Tindakan mama Dedek itu sangat tepat. Anak pada usia 24 bulan memang pada
tataran sintaksis, belum mampu memroduksi satu kalimat yang terdiri atas
banyak kata. Namun, dari pada tataran semantiknya, anak pada usia 24 bulan
sudah memasuki fase medan semantik sehingga sangat tepat bila dikenalkan
pada macam-macam binatang.
B. Tindakan mama Dedek itu tidak salah. Anak pada usia 24 bulan memang pada
tataran sintaksis, belum mampu memroduksi satu kalimat yang terdiri atas
banyak kata. Namun, dari pada tataran semantiknya, anak pada usia 24 bulan
sudah memasuki fase generalisasi sehingga sangat tepat bila dikenalkan pada
macam-macam binatang.
C. Tindakan mama Dedek itu tidak tepat. Anak berusia 2 tahun pada tataran
sintaksis baru mampu memroduksi dua kata dalam ujarannya, bahkan pada
tataran semantiknya anak tersebut masih sampai pada fase generalisasi
52
BahasaIndonesiaSMPKKA
berlebihan, fase kedua pada tataran semantik. Oleh sebab itu, pengenalan
terhadap macam-macam binatang secara deduktif seperti itu tidak efektif.
D. Tindakan mama Dedek itu salah. Pemerolehan bahasa anak yang berusia 2
tahun masih sampai pada tataran fonologi dan morfologi. Anak tersebut baru
memiliki kemampuan pada level USK atau ujaran satu kata (one word
utterance). Pada tataran semantik anak yang berusia 2 tahun belum mampu
memahami kata-kata yang diucapkannya karena masih sebatas meniru-niru
ucapan orang yang di sekitarnya.
53
Evaluasi
Kunci Jawaban Evaluasi
1 C
2 A
3 A
4 C
5 B
6 B
7 D
8 A
9 D
10 A
11 C
12 A
13 A
14 D
15 C
16 C
17 C
18 D
19 D
20 C
54
BahasaIndonesiaSMPKKA
Penutup
55
BahasaIndonesiaSMPKKA
Daftar Pustaka
Baradja, M.F. 1990. Kapita Selekta Pengajaran Bahasa. Malang: IKIP MALANG.
Nurhadi. 2000. Membaca Cepat dan Efektif. Bandung: Sinar Baru dan YA3
Malang.
57
DaftarPustaka
Tompkins, G.E. dan Hoskisson, K. 1995. Language Arts: Content and Teaching
Strategies. Columbus, O.H.: Prentice Hall Inc.
58
BahasaIndonesiaSMPKKA
Glosarium
Sistematis : teratur menurut sistem; memakai sistem; dengan cara yang diatur
baik-baik
Tahap : Tahap anak belajar mengucapkan berbagai bunyi bahasa, baik vokal
pralinguistik
maupun konsonan.
Tahap satu : Tahap anak belajar mengucapkan dan menggunakan satu kata
kata setelah menguasai pengucapan bunyi-bunyi bahasa.
Tahap dua kata : Tahap anak belajar mengucapkan dan menggunakan dua kata
setelah menguasai pengucapan dan penggunaan satu kata.
Tahap banyak : Tahap anak belajar merangkai beberapa kata untuk menyampaikan
kata sebuah pesan kepada lawan tutur dalam bentuk kalimat atau klausa.
Unik : ciri khas, ciri yang membedakan sesuatu dari yang lain
59
Glosarium
Universal : ada ciri-ciri yang sama yang dimiliki oleh setiap bahasa yang ada di
dunia
Variasi bahasa : bentuk-bentuk bagian atau varian dalam bahasa yang masing-masing
memiliki pola yang menyerupai pola umum bahasa induksinya.
60