Daftar Isi.......................................................................................................... 1
PEMBAHASAN ................................................................................................. 2
I. Congenital Rubella ........................................................................................ 2
Epidemiologi ............................................................................................................... 2
Sign And Symptomps.................................................................................................. 2
Pathophysiology ......................................................................................................... 3
Management .............................................................................................................. 4
II. Pigmentary Retinopathy (25 – 50%) ............................................................... 5
Anatomy ..................................................................................................................... 5
Etiology ....................................................................................................................... 5
Sign and Symptomps .................................................................................................. 5
Diagnosis .................................................................................................................... 6
Treatment................................................................................................................... 6
Prognosis .................................................................................................................... 6
III. Katarak Kongenital (15%) .............................................................................. 7
Anatomy ..................................................................................................................... 7
Etiology7,9.................................................................................................................... 7
Sign and Symptomps7,12 ............................................................................................. 8
Evaluasi Diagnostik7,12 ................................................................................................ 8
Treatment7,9 ............................................................................................................... 9
IV. Glaucoma Congenital (10%) ......................................................................10
Anatomy ................................................................................................................... 10
Epidemiology ............................................................................................................ 10
Patofisiologi10,11 ........................................................................................................ 11
Sign and Symptomps11 ............................................................................................. 11
Diagnosis7,10,11 ........................................................................................................... 12
Differential Diagnosis10,11 ......................................................................................... 12
Management and Treatment10,11 ............................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 15
1
PEMBAHASAN
I. Congenital Rubella
2
Pada dasarnya, terdapat kriteria klasik terjadinya Congenital
Rubella Syndrome yakni: 2 gejala pada kriteria A (harus ada masalah
pada pendengaran, jantung dan atau mata) atau 1 gejala kriteria A dan
1 gejala kriteria B. Kriteria A: Congenital Cataract, Congenital
Glaucoma, Pigmentary Retinopathy, Penyakit jantung bawaan,
kehilangan pendengaran. Kriteria B: Purpura, Splenomegaly, Jaundice,
Mikroensefali, Retardasi mental, Radiolucent Bone Disease.2
Kelainan di bagian mata yang paling banyak terjadi karena
disebbakan oleh penyakit ini adalah3,4:
Pigmentary Retinopathy (25 – 50%)
Congenital Cataract (15%)
Congenital Glaucoma (10%)
Pathophysiology
Rubella adalah sebuah virus yang berasal dari family togavirus dan
merupakan genus dari Rubivirus. Virus ini berbentuk spheris dengan diameter kira
– kira 60 – 70 nm. Biasanya, infeksi dari virus ini berlangsung pada 14 – 21 hari
setelah tepapar dan biasanya transmisi dari virus ini adalah berasal dari droplet.
Pada wanita yang sedang hamil, virus rubella bisa bereplikasi di placenta. Infeksi
tertinggi terjadi pada saat trimester pertama (81% infeksi terjadi pada minggu
pertama sampai minggu kesepuluh kehamilan), sedangkan pada trimester kedua
turun menjadi sekitar 25% saja. Resiko terjadinya malformasi terjadi paling tinggi
pada minggu kedua sampai kesepuluh dengan persentase sebanyak 90%, sedangkan
apabila terinfeksi pada minggu ke 11 – 18 sebanyak 34% dan tidak ada malformasi
apabila menyerang pada minggu ke 18.
Mekanisme terjadinya kerusakan pada perkembangan organ fetus
masih belum diketahui secara pasti. Sebelum dibentuknya respons imun
maternal, virus ini menyebar melalui aliran darah dan merusak organ maternal
termasuk placenta, akhirnya virus bisa melewati placenta dan mempengaruhi
perkembangan dan organogenesis fetus.
Pada saat trimester pertama, fetus tidak bisa membuat respons imun sendiri
sehingga bergantung pada imun maternal yakni IgG yang ditransfer melalui
placenta menuju fetus. Namun sayangnya, pada saat perkembangan awal ini,
3
transfer IgG tidak signifikan dan kadar IgG dalam darah fetus hanya sebnayak 5%
terhadap 10% serum maternal sehingga fetus rentan terkena infeksi pada masa ini.
Pada saat trimester kedua dan seterusnya, terjadi perubahan pada placenta
sehingga dihipotesiskan mengurangi resiko terjadinya infeksi pada fetus. Hal ini
lebih berpengaruh dibandingkan dengan peningkatan peningkatan response imun
fetus, selain itu fetus juga sudah bisa membuat antibodinya sendiri sehingga bisa
menghasilkan respons humeral dan cytotoxic terhadap virus rubella.
Pada saat terjadinya infeksi rubella, sel – sel sehat di dalam tubuh fetus
mengalami penurunan kemampuan untuk mitosis dikarenakan chromosomal
breakdown yang disebabkan oleh produksi protein yang mencegah terjadinya
mitosis. Selain itu, hal ini bisa juga disebabkan oleh focal cytolysis dan bisa
ditemukan pada berbagai jaringan organ, tetapi yang lebih dominan dari proses ini
adalah inflamasi. Jadi, manifestasi terbsesar berupa terhambatnya pertumbuhan dan
perkembangan organ disebabkan oleh tissue destruction dan scarring yang
mungkin bisa disebabkan karena virus tetap berada di dalam fetus sehingga terjadi
respons imun terus menerus.
Management
4
II. Pigmentary Retinopathy (25 – 50%)
Anatomy
Retina adalah selembar tipis jaringan saraf yang semi transparan dan
multilapis yang melapisi bagian dalam dua per tiga posterior dinding bola mata.
Retina berbatas dengan koroid ditambah dengan sel epitel warna pada retina. Retina
sendiri terdiri atas 9 laps yakni: Lapis Fotoreseptor, membrana limitans externa,
lapisan nucleus luar, lapisan plexiform luar, lapisan nucleus dalam, lapisan
plexiform dalam, lapisen sel ganglion, lapisn serabut saraf, membrana
limitans retina.
Warna normal retina biasanya berwarna jingga, dan retina dalam
diperdarahi oleh cabang dari artery ophthalmica, yakni artery retina sentralis,
sedangkan pada retina luar diperdarahi oleh koroid5,6.
Etiology
Penyakit ini biasanya bisa mulai menyerang pada masa anak – anak, remaja
atau dewasa dengan night blindness (nyctalopia) dan permasalahan pada adaptasi
dengan ruangan yang gelap. Selain itu, pasien biasanya juga mengeluhkan
terjadinya kehilangan penglihatan bagian perifer, selain itu simptomps lain yang
muncul biasanya adalah fotofobia, dan melihat warna yang tidak lazim pada saat
melihat normal.7
Sedangkan pada pemeriksaan visual biasanya ditemukan visus mulai dari
20/20 sampai no light perception pada tahap awal penyakit. Pada funduscopy
5
biasanya ditemukan Salt and Pepper fundus dengan karakter berupa variasi bone
and spickled, massa kecil, hitam, dan irregular dengan bloatchy mottling, dan juga
kasar. Selain itu, ditambah juga dengan penipisan arteriole, dan juga waxy pallor
pada saraf penglihatan.4
Diagnosis
Prognosis penyakit ini bisa dibilang lumayan baik, karena pasien dengan
visual acquity 20/40 bisa tetap memiliki penglihatan yang baik pada umur 40an. Di
6
sisi lain, sebanyak 25% pasien bisa memiliki visus dibawah 20/200 dimana pada
kondisi ini bisa disebut sebagai legally blind.7
III. Katarak Kongenital (15%)
Katarak adalah sebuah kondisi dimana terjadi penebalan lensa di dalam bola
mata. Katarak ini bisa terjadi pada saat langsung setelah kelahiran, dan bisa terjadi
pada bilateral mata atau unilateral mata saja dan menyebabkan terjadinya gangguan
pada penglihatan.
Katarak memiliki beberapa klasifikasi berdasarkan usia pasien diantaranya
adalah6:
Katarak Kongenital Katarak yang terlihat dibawah usia 1 tahun
Katarak Juvenil Katarak yang terlihat diatas 1 tahun
Katarak Sensil Katarak yang terjadi setelah usia 50 tahun
Anatomy
7
o Alport Disease
o Diabetes Melitus
o Trisomy 21
o Trisomy 18
o Trisomy 13
Infeksi Maternal yang bisa menyebbakan terjadinya katarak kongenital
diantaranya adalah:
o Rubella
o Cytomegalovirus
o Varicella
o Herpes Simplex Virus
o Toxoplasmosis
o Syphilis
Sign and Symptomps7,12
8
Pemeriksaan fisik yang menyeluruh misalnya pemeriksaan ophthalmologi
yang lengkap dengan test visual acuity, pemeriksaan slit lamp, cek dilatasi
pupil, retinoskopi, dan juga optalmoskopi indirek.
Treatment7,9
9
IV. Glaucoma Congenital (10%)
Aqueous humor adalah cairan jernih yang berada di bilik anterior antara
kornea dan lensa yang berfungsi untuk membawa nutrisi untuk kornea dan
lensa—dimana keduanya kekurangan suplai darah. Cairan ini diproduksi oleh
badan siliaris. Badan siliaris (prosesus dan otot siliaris) sendiri terdiri atas 2
bagian yakni Pars Plana dan Pars Plicata. Prosesus siliaris, terletak di pars
plicata, adalah lipatan keluar–tonjolan—pada permukaan dalam badan siliaris
yang berisi kapiler-kapiler darah yang merupakan struktur utama untuk
mensekresi aqueous humor.14
Sudut kamera okuli anterior (KOA) atau iridocorneal angle, mempunyai
peran penting dalam proses drainase cairan aqueous, terbentuk dari sudut antara
permukaan anterior iris dan permukaan posterior kornea. Sudut KOA ini terdiri
dari Schwalbe’s line, trabecular meshwork, scleral spur, dan permukaan anterior
iris termasuk pangkal iris14
Epidemiology
10
Patofisiologi10,11
Biasanya glaucoma kongenital ini terjadi pada bilateral mata sebanyak 75%
kasus, sehingga bisa menyebabkan terlambatnya diagnosis pada penyakit ini karena
orang tua biasanya menyebutkan bahwa “Anak saya memiliki mata bulat yang
bagus”.7
Symptomps yang biasa ditunjukkan dari penyakit ini adalah:
Photophobia
Epiphora
Blepharospasm
Buphthalmos
Sedangkan Signs yang biasa ditunjukkan dari penyakit ini adalah:
Cupping dari saraf optikus
Pembesaran kornea
Haab Striae
11
Peningkatan Intra Ocular Pressure
Diagnosis7,10,11
Berikut ini dipaparkan beberapa different diagnosis yang bisa terjadi pada
kelainan glaucoma kongenital diantaranya adalah:
1. Pada saat lahir, kornea terlihat berkabut: trauma pada Descemet membrane,
infeksi rubella, kelainan metabolic
2. Pembesaran kornea: megalocornea,
3. Epiphora: penyumbatan bawaan pada ductus nasolakrimalis
Management and Treatment10,11
12
operasi untuk menurunkan IOP lebih lanjut. Obat – obatan yang biasa
digunakan adalah Timolol, Carbonic Anhidrase Inhibittors, dan Latanoprost.
Timolol adalah obat yang baik untuk menurunkan IOP pada glaucoma
ringan pada anak – anak, tetapi untuk glaucoma berat, tidak terlalu berfungsi baik
jika digunakan hanya 1 jenis obat. Obat ini tidak digunakan untuk anak dibawah
umur 2 tahun, dan memiliki pengaruh sangat baik pada anak berumur 9 tahun.
Timolol memiliki beberapa efek samping diantaranya asthma, bradycardia, apneu.
Carbonic Anhidrase Inhibittors biasanya diberikan secara oral (Acetazolamide)
dibandng topical (Dorzolamide) karena efeknya lebih baik, tetapi pada anak – anak
jarang diberikan karena efek sampingnya yang keras seperti allergy induced,
metabolic acidosis dan juga masalah pada gastrointestinal, sedangkan pada topical
CAI memiliki beberapa efek samping juga misalnya ISPA, sakit kepala, rasa mata
terbakar. Latanoprost adalah obat yang memiliki lebih sedikit efek samping
dibanding timolol dan dorzolamide tetapi memiliki rate nonresponsive yang lebih
tinggi dan memiliki efek samping yang jarang seperti kemerahan pada conjunctiva.
Terapi definitive pada penyakit ini adalah melalui operasi yang bisa
dilakukan dengan: gonoiotomy, trabeculotomy, Aqueous Drainage Device
(jarang), prosedur cyclodestructive.
Gonoiotomy adalah sebuah prosedur yang menggunakan jarum, pisau
atupun laser dengan tujuan untuk membuat insisi pada anterior trabecular
meshwork. Success rate dari prosedur ini adalah 70 – 90% apabila dilakukan pada
saat 2 tahun pertama kehidupan. Limitasi dari prosedur ini adalah kejernihan
kornea, karena pada saat kornea menjadi keruh prosedur ini tidak bisa dilakukan
karena menggunakan endoscopy untuk melihat sudutnya. Komplikasi utama dari
prosedur ini adalah hyphema yang self-limited, cyclodialysis, detachment dari
membrane decemet.
Trabeculotomy adalah sebuah prosedur yang dilakukan dengan melakukan
diseksi eksternal pada kanal schlemm dengan metal probe yang dimasukkan dan di
rotasi di dalam anterior chamber. Tindakan ini menyebabkan terjadinya hubungan
antara kanal Schlemm dengan anterior chamber. Komplikasi yang ditimbulkan
prosedur ini sama seperti gonoiotomy dan peosedur ini bisa dilakukan apabila
kornea pasien sudah keruh.
13
Aqueous Drainage Device dilakukan pada saat gonoioctomy dan
trabeculotomy gagal, tetapi pada prosedur ini, long term succession rate sangatlah
kecil. Komplikasi tersering pada prosedur ini adalah malposisi tube karena kornea
sering tersentuh, tube exposure, endophthalmitis, dan retinal detachment.
Prosedur Cyclodestructive adalah sebuah prosedur yang bertujuan untuk
menghancurkan badan siliaris dengan menggunakan siklokrioteraphy
(menggunakan suhu sangat rendah) sehingga menurunkan produksi dari aqueous
humor. Komplikasi dari prosedur ini adalah hypotony, penyusutan bola mata,
hilangnya penglihatan, uveitis, dan katarak.
14
DAFTAR PUSTAKA
15