Anda di halaman 1dari 21

SHARI’ATE ENTERPRISE THEORY (SET) DALAM AKUNTABILITAS

PENGELOLAAN DANA DESA DI DESA PEJARING KECAMATAN


SAKRA BARAT KABUPATEN LOMBOK TIMUR

FARHA
12F018007

MAGISTER AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MATARAM

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 34 tahun 2004 tentang

otonomi daerah, Negara memberikan hak, kewajiban, dan wewenang kepada

daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemrintahan dan

kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Termasuk didalamnya mengenai anggran pendapatan dan belanja daerah (APBD).

Hak dan kewajiban daerah diwujudkan dalam bentuk rencana kerja pemerintah

daerah yang dijabarkan dalam bentuk pendapatan, belanja, dan pembiayaan dan

dkikelola dalam system keuangan daerah.

Dalam struktur pemerintahan daerah provinsi terdiri dari kabupaten-

Kabupaten (Kota) dan setiap kabupaten teridiri dari kecamatan-kecamatan

dimana kecamatan terdiri dari kumpulan desa-desa. Desa adalah kesatuan

masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur

dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat

berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang

diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik

Indonesia (Dewanti, 2015).

Desa sebagai pemerintah yang langsung bersentuhan dengan masyarakat

menjadi focus utama dalam pembangunan, hal ini dikarenakan sebagaina besar

wilayah Indonesia ada di pedesaan. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005

tentang Desa pasal 68 ayat 1 poin c, menyebutkan bahwa bagian dari dana

perimbangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten/kota untuk desa,
paling sedikit 10% secara proposional pembagiannya untuk setiap desa, Dana ini

dalam bentuk Alokasi Dana Desa atau sering disebut sebagai ADD (Muntahanh

dan Murdijaningsih, 2010). Pengalokasian dana oleh pemerintah kabupaten untuk

desa, bersumber dari bagi hasil penerimaan pajak daerah daerah, bagi hasil

penerimaan retribusi daerah, dan bagian dan perimbangan keuangan pemerintah

pusat dan daerah yang diterima pemerintah kabupaten kecuali dana alokasi khusus

(Apriliani, 2014).

Dalam bebarapa situasi, penggunaan Alokasi Dana Desa ini rawan terhadap

penyelewengan dana oleh pihak yang seharusnya bisa dipercaya oleh masyarakat

dalam membangun desa menjadi lebih maju dan berkembang. Pada tahun 2017

Kepala Desa non aktif Desa Pejaring tertangkap operasi tangkap tangan (OTT)

dimana perbuatan terdakwa terbukti dalam dakwaan pasal 11 Undang-undang

nomor 20 tahun 2001 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi sebagaimana

tuntuan jaksa dalam dakwaan subsidair yang mengakibatkan kerugian bagi warga

senilai Rp. 56. 300.000 uang tunai yang menjadi barang bukti dalam perkara dan

dijatuhi hukuman penjara selama satu tahun tiga bulan

(http://lombokpost.net/2018/05/02/kades-pejaring).

Berdasarkan kasus diatas pentingnya peran masyarakat sebagai pengawas

langsung dan tidak lepas dari peran pemerintah kabupaten selaku pemberi dana

untuk selalu memonitor jalannya pembangunan di desa. Hal ini dilakukan karena

sebesar 70% dari Alokasi Dana Desa diperuntukkan bagi pemberdayaan

masyarakat dan 30% untuk penyelengaraan pemerintah desa. ADD yang

digunakan untuk pemberdayaan masyarakat desa diarahkan untuk perbaikan atau

pembangunan sarana dan prasarana fisik desa yang meliputi perbaikan sarana
publik dalam skala kecil dan perbaikan lingkungan serta pemukiman, honor Tim

Pelaksana ADD dan penguatan kelembagaan desa dan kegiatan desa lainnya yang

dianggap penting. Sedangkan penggunaan ADD untuk penyelenggaraan

pemerintahan desa diarahkan untuk menunjang penyelenggaraan pemerintah desa

dan operasional Badan Permusyawaratan Desa (BPMPD, 2013).

Fajri, Setyowat dan Siswidiyanto (2014), Jamaludin (2015), dan Wibisono

(2018) menyatakan akuntabilitas penggunaan dana desa tidak optimal yang

mengakibatkan masyarakat tidak mengerti tentang substansi dana desa, perioritas

anggaran tidak akurat, dan digunakan tidak sesuai dengan kebutuhan desa. Namun

hasil penelitian yang dilakukan oleh Makalalag, Nangoi, dan Karamoy (2016),

Afasadun, Herdiningsih, Ratnasari, dan Srimindarti (2015) menyatakan

akuntabilitas pengelolaan dana desa dilaksanakan berdasarkan prinsip transparan,

akuntabel, dan partisifatif. Perbedaan hasil tersebut menunjukan efektifitas dan

akuntabilitas penggunaan dana desa masih banyak pengguna anggaran yang

belum mengerti.

Akuntabilitas dalam penggunaan dana desa sangat diperlukan untuk

menentukan tingkat pertanggungjawaban atas dana yang telah digunakan.

Berdasarkan Shari’ate Enterprise Theory (SET) akuntabilitas bersifat holistik

karena meliputi 3 hubungan dimensi yaitu dimensi hubungan manusia dengan

Tuhan (akuntabilitas spiritual), dimensi hubungan manusia dengan lingkungan

alam (akuntabilitas ekologi), dan dimensi hubungan manusia dengan sesama

manusia (akuntabilitas ekonomi dan akuntabilitas sosial) (Triyuwono, 2011).

Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan

paradigma interpretif dengan pendekatan fenomenologi. Paradigma interpretif


lebih menekankan pada makna atau interpretasi seseorang terhadap sebuah

simbol. Burrell dan Morgan (1979) menggambarkan sifat interpretif sebagai

paradigma yang memiliki karakteristik untuk memahami dan menjelaskan dunia

sosial yang tidak terlepas dari kacamata personal yang terlibat langsung dalam

sebuah proses sosial. Penelitan ini menggunakan pendekatan fenomenologi karena

metode ini dapat mencerminkan pengalaman langsung seseorang, sejauh

pengalaman itu secara intensif berhubungan dengan suatu objek (Kuswarno,

2009). Fenomenologi dapat mencari jawaban tentang makna dari suatu fenomena.

Dalam penelitian ini fokus peneliti adalah pihak-pihak yang terlibat dalam

pengelola dana desa mulai dari Kepala Desa, Sekretaris Desa, Benadahara Desa

dan Kaur-kaur dimana narasumber bisa memberikan penjelasan lebih dalam

mengenai akuntabilitas pengelolaan dana desa. peneliti ini bertujuan untuk

mengungkapkan akuntabilitas pengelolaan dana desa di desa pejaring kec. Sakra

Barat.

1.2 Pertanyaan penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan diatas maka rumusan

pertanyaan yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah: Bagaiamana

akuntabilitas pengelolaan Dana Desa Di Desa Pejaring Kecamatan Sakra Barat

Kabupaten Lombok Timur dengan menggunakan Shari’ate Enterprise Theory

(SET) ?.

1.3 Tujuan penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini berdasarkan pertanyaan

penelitian adalah untuk mengungkapkan : menganlaisis akuntabilitas pengelolaan


Dana Desa Di Desa Pejaring Kecamatan Sakra Barat Kabupaten Lombok Timur

dengan menggunakan Shari’ate Enterprise Theory (SET).

1.4 Manfat penelitian

Manfaat yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah :

1. Praktis

a. Bagi Pemerintah Desa Pejaring Desa Sakra Kecamatan Sakra Barat

Penelitian ini dapat membantu Pemerintah Desa Pejaring Kecamatan

Sakra Barat Kabupaten Lombok Timur dalam mengevaluasi apakah yang

direncanakan telah mencapai hasil dan memiliki dampak yang sesuai

dengan tujuan.

b. Peneliti

Penelitian ini memberikan pengetahuan yang lebih bagi peneliti mengenai

akuntabilitas pengelolaan Dana Desa di Desa Pejaring Kecamatan Sakra

Barat Kabupaten Lombok Timur dilihat dari Shari’ate Enterprise Theory

(SET). Selain itu juga dapat digunakan sebagai pembelajaran.

2. Teoritis

Bagi akademisi dan peneliti yang tertarik pada bidang peneltian yang

sama, penelitian ini dapat memberikan bukti empiris dan memberikan

sumbangan dalam pengembangan teori dan menjadi bahan pertimbangan

dalam melakukan penelitian selanjutnya.

1.5 Sistematika penulisan

Pembahasan akan dibagi menjadi tiga bab yang terdiri dari beberapa

subbab. Sistematika penulisan ini secara garis besar disusun sebagai berikut :
BAB 1. PENDAHULUAN

Pendahuluan berisi tentang latar belakang penelitian yang menjadi dasar

pengambilan topic akuntabilitas pengelolaan dana desa ditinjau dari

Shari’ate Enterprise Theory (SET). Berdasarkan latar belakang tersebut

dapat ditarik pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian secara

teoritis dan praktis serta sistematika dalam penelitian penelitian.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka berisi teori yang berhubungan dengan rumusan masalah.

Tinjauan pustaka berisi teori tentang akuntabiltas pengelolaan dana desa

dan Shari’ate Enterprise Theory (SET). Selain itu berisi penjelasan

mengenai penelitian terdahulu dan kerangka penelitian.

BAB 3. METODE PENELITIAN

Metodologi penelitian berisi penjelasan mengenai jenis penelitian

fenomenologi, tempat dan waktu penelitian, jenis data primer dan

sekunder. Sumber data diperoleh melalui teknik wawancara dan

dokumentasi. Selain itu pada bab ini berisi teknik analisis data dalam

penelitian fenomenologi dengan unit-unit analisis antara lain akuntabilitas

spiritual, akuntabilitas ekologi, dan akuntabilitas ekonomi dan

akuntabilitas sosial.
BAB I

KAJIAN TEORI

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Konsep Dasar Dana Desa

Dana desa adalah dana APBN yang diperuntukkan bagi desa yang

ditransfer melalui APBD Kabupaten yang diperioritaskan untuk pelaksanaan

pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa. Dana Desa dianggarkan

sebesar 10% dalam APBN diluar dana transfer Daerah secara bertahap dimana

Dana Desa dihitung berdsarkan jumlah Desa dan dialokasikan dengan

memperhatikan jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah dan tingkat

kesulitan geografis dengan tujuan untuk meningkatkan pelayanan public di desa,

mengentaskan kemiskinan, memajukan perekonomian desa, mengatsi kesenjangan

pembangunan antar desa serta memperkuat masyarakat desa sebagai subyek

pembangunan (Kementrian Keuangan Republik Indonesia).

2.1.2 Akuntabilitas dalam Pandangan Shari’ate Enterprise Theory (SET)

Shari’ate Enterprise Theory (SET) seperti dijelaskan (Triyuwono, 2011)

memiliki karakter keseimbangan yang menyeimbangkan nilai egoistik dengan

nilai altruistik serta nilai materi dengan nilai spiritual. Konsekuensi dari nilai

keseimbangan ini menyebabkan SET tidak hanya peduli pada kepentingan

individu, tetapi juga pihak-pihak lainnya. Untuk itu pandangan SET tentang

akuntabilitas, menyatakan terdapat tiga dimensi hubungan akuntabilitas.

Dimensi hubungan pertama adalah kepada Allah sebagai pencipta dan

pemilik Tunggal dari seluruh sumberdaya yang ada di dunia ini. Maka yang

berlaku dalam Shari’ate Enterprise Theory adalah Allah sebagai sumber utama,
karena Dia adalah pemilik yang tunggal dan mutlak. Sumberdaya yang dimiliki

oleh para manusia pada dasarnya adalah amanah dari Allah yang di dalamnya

melekat sebuah tanggungjawab untuk menggunakan dengan cara dan tujuan yang

ditetapkan oleh Sang Pemberi Amanah. Sehingga tujuan dari penggunaan

sumberdaya ini tidak lain adalah untuk mendapatkan keberkahan.

Dimensi hubungan akuntabilitas kedua adalah manusia dengan manusia,

dibedakan menjadi dua kelompok yaitu direct dan stakeholders. Direct adalah

pihak - pihak yang secara langsung memberikan kontribusi baik dalam bentuk

kontribusi keuangan maupun non-keuangan. Sementara indirect adalah pihak

yang sama sekali tidak memberikan kontribusi baik keuangan maupun

nonkeuangan, tetapi secara syari’ah mereka adalah pihak yang berhak untuk

mendapatkan kesejahteraan (Slamet, 2001)

Sementara golongan terakhir atau dimensi hubungan akuntabilitas dari

SET adalah alam. Alam adalah ekosistem vital yang memberikan kontribusi bagi

kelangsungan hidup. Keseimbangan dalam menjaga kelestarian alam adalah poin

utama dalam menciptakan harmoni kehidupan yang selaras dan seimbang.

Akuntabilitas SET merupakan akuntabilitas bersifat holistik karena meliputi

dimensi hubungan manusia dengan Tuhan (akuntabilitas spiritual), dimensi

hubungan manusia dengan lingkungan alam (akuntabilitas ekologi), dan dimensi

hubungan manusia dengan sesama manusia (akuntabilitas ekonomi dan

akuntabilitas sosial).

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai akuntabilitas pengelolaan dana desa sudah pernah

dilakukan. Penelitian terdahulu terkait dengan akuntabiltas pengelolaan dana desa


bisa dijadikan sebagai gambaran awal kondisi saat ini. Dalam penelitian ini,

penelitia akan menggunakan Shari’ate Enterprise Theory (SET) dalam meneliti

akuntabilitas pengelolaan Dana Desa Di Desa Pejaring Kecamatan Sakra Barat

Kabupaten Lombok Timur. Oleh sebab itu peneliti mengambil contoh beberapa

peneliti terdahulu yang terkait dengan tujuan dari peneliti.

(Jamaludin, 2015) menyebutkan bahwa akuntabilitas penggunaan dana

desa tidak optimal digunakan". Dengan demikian hal tersebut menimbulkan

beberapa efek, yaitu: a. Penduduk desa tidak mengerti substansi dana desa,

sehingga masyarakat dalam penggunaan dana desa masih rendah, b. Desa tidak

dapat memprioritaskan penggunaan anggaran secara akurat, dan c. Kebijakan

program penganggaran tidak direncanakan dan disusun berdasarkan kebutuhan

dan tipologi desa yang sebenarnya.

(Riskasari, 2016) menyebutkan bahwa penerapan prinsip akuntabilitas

pengelolaan alokasi dana desa di desa Bongki Lengkese brdasarkan indicator

akuntabilitas kebijakan publik (policy decision accountability) sudah memadai

dengan pemahaman para perangkat desa mengenai tugas dan fungsinya.

(Nafidah, & Nur Anisa, 2017) menyebutkan bahwa berdasarkan Peraturan

Bupati Nomor 33 Tahun 2015 tentang pengelolan Keuangan Desa secara garis

besar pengelolaan Keuangan Desa telah mencapai akuntabilitas. Selain itu masih

diperlukan adanya pendampingan desa dari pemerintah daerah yang intensif

dalam membantu desa untuk mewujudkan akuntabilitas pengelolaan keuangan

Desa.
2.3 Kerangka Penelitian

Dalam menentukan kerangka penelitian, peneliti memakai Shari’ate

Enterprise Theory sebagai dasar dan panduan dalam meneliti bagaimana

akuntabiltas pengelolaan dana Desa di Desa Pejaring Kecamatan Sakra Barat

Kabupaten Lombok Timur. Shari’ate Enterprise Theory (SET) memiliki karakter

keseimbangan yang menyeimbangkan nilai egoistik dengan nilai altruistik serta

nilai materi dengan nilai spiritual. Konsekuensi dari nilai keseimbangan ini

menyebabkan SET tidak hanya peduli pada kepentingan individu, tetapi juga

pihak-pihak lainnya. Untuk itu pandangan SET tentang akuntabilitas, menyatakan

terdapat tiga dimensi hubungan akuntabilitas. Dimensi hubungan pertama adalah

kepada Allah sebagai pencipta dan pemilik Tunggal dari seluruh sumberdaya yang

ada di dunia ini. Maka yang berlaku dalam Shari’ate Enterprise Theory adalah

Allah sebagai sumber utama, karena Dia adalah pemilik yang tunggal dan mutlak.

Sumberdaya yang dimiliki oleh para manusia pada dasarnya adalah amanah dari

Allah yang di dalamnya melekat sebuah tanggungjawab untuk menggunakan

dengan cara dan tujuan yang ditetapkan oleh Sang Pemberi Amanah. Sehingga

tujuan dari penggunaan sumberdaya ini tidak lain adalah untuk mendapatkan

keberkahan.

Sesuai dengan penjelasan diatas, adapun kerangka penelitian sebagai

berikut :
Shari’ate Enterprise
Theory (SET)

Pemerintah Desa Pejaring Kec. Penggunaan Akuntabilitas Hasil


(melalui APBN) Sakra Barat Kab. Anggaran
Lotim

Gambar 2.1 Kerangka Penelitian


BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Interpretasi adalah suatu deskripsi dan ungkapan yang mencoba untuk

mengerti tentang sebuah data atau peristiwa melalui pemikiran yang lebih

mendalam. Selain itu, interpretasi dapat dikatakan sebagai aktivitas yang

bertujuan untuk memberikan informasi yang menarik dan akurat untuk

mengungkapkan pemahaman dan pengertian tentang arti dan hubungan antara

pihak yang menafsirkan (interpreter) dengan suatu peristiwa. Dalam interpretasi,

pemahaman dan pemaknaan untuk penafsiran tidak diarahkan pada suatu proses

yang hanya menyentuh permukaan saja tetapi ditekankan untuk mampu

menembus ke dalam makna yang terkandung di dalam peristiwa.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian tersebut bertujuan

untuk memahami realitas lebih mendalam, memiliki cara pandang yang subjektif,

dan membangun teori berdasarkan logika induktif. Paradigma yang digunakan

adalah interpretif. Paradigma interpretif lebih menekankan pada makna atau

interpretasi seseorang terhadap sebuah simbol. Tugas teori dalam paradigma ini

adalah memaknai (to interpret atau to understand). Burrell dan Morgan (1979)

menggambarkan sifat interpretif sebagai paradigma yang memiliki karakteristik

untuk memahami dan menjelaskan dunia sosial yang tidak terlepas dari kacamata

personal yang terlibat langsung dalam sebuah proses sosial. Penelitian ini

dilakukan dengan metode fenomenologi. Fenomenologi akan menggali data untuk

menemukan makna dari hal-hal mendasar dan esensial dari fenomena, realitas,

atau pengalaman yang dialami oleh objek penelitian. Fenomenologi bertujuan

untuk mengetahui dunia dari sudut pandang orang yang mengalami secara
langsung atau berkaitan dengan sifat-sifat alami pengalaman manusia, dan makna

yang ditempelkannya padanya (Kuswarno, 2009). Fenomenologi adalah studi

yang mempelajari fenomena seperti penampakan, segala hal yang muncul dalam

pengalaman kita, cara kita mengalami sesuatu, dan makna yang kita miliki dalam

pengalaman kita. Kuswarno (2009) menggambarkan sifat dasar penelitian

kualitatif, yang relevan menggambarkan posisi metodologis fenomenologi dan

membedakannya dari penelitian kuantitatif:

a. Menggali nilai-nilai dalam pengalaman kehidupan manusia.

b. Fokus penelitian adalah pada keseluruhannya, bukan pada per bagian yang

membentuk keseluruhan itu.

c. Tujuan penelitian adalah menemukan makna dan hakikat dari pengalaman,

bukan sekedar mencari penjelasan atau mencari ukuan-ukuran dari realitas.

d. Memperoleh gambaran kehidupan dari sudut pandang orang pertama, melalui

wawancara formal dan informal.

e. Data yang diperoleh adalah dasar bagi pengetahuan ilmiah untuk memahami

perilaku manusia.

f. Pertanyaan yang dibuat merefleksikan kepentingan, keterlibatan dan

komitmen pribadi dari peneliti.

g. Melihat pengalaman dan perilaku sebagai suatu kesatuan yang tidak dapat

dipisahkan, baik itu kesatuan antara subjek dan objek, maupun antara bagian

dari keseluruhan. Fenomenologi berupaya mengungkapkan dan memahami

realitas penelitian berdasarkan perspektif subjek penelitian.

Dalam penelitian ini, peneliti menggali informasi mengenai bagaimana

akuntabilitas pengelolaan Dana Desa di Desa Pejaring Kecamatan Sakra Barat


Kanupaten Lombok Timur yang didasarkan pada Shari’ate Enterprise Theory

(SET). Peneliti harus memahami secara mendalam mengenai objek penelitian

yaitu pengelolaan dana desa sehingga dapat menggali informasi dari informan

secara mendalam dan detail.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian akan dilakukan dengan melakukan pertemuan dengan informan

di tempat yang telah disepakati yaitu di Kantor Desa Pejaring Kecamatan Sakra

Barat Kabupaten Lombok Timur. Kemudian peneliti akan melakukan wawancara

dengan informan. Wawancara dilakukan selama 15-30 menit.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer yaitu data yang berasal langsung dari sumber data yang

dikumpulkan secara khusus dan berhubungan langsung. Data primer diperoleh

dengan melakukan wawancara kepada Kepala Desa, Sekretaris Desa, Bendahara

Desa dan tiga orang staff yang bekerja di Kantor Desa Pejaring Kec, Sakra Barat

Kabupaten Lombok Timur. Alasan utama memilih informan diatas karena

informan tersebut berhubungan langsung dengan peristiwa yang sedang diteliti

mengenai akuntabilitas pengelolaan dana desa.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini diawali dengan studi kepustakaan dengan mencari berbagai

informasi dan peraturan dana desa. Kemudian mencari teori yang paling tepat

untuk meneliti akuntabilitas pengelolaan dana desa. Setelah memahami dana desa

dan teori yang digunakan untuk penelitian ini, peneliti melakukan studi lapangan

untuk memilih informan dalam penelitian ini. Penelitian ini menggunakan metode

wawancara semi-terstruktur. Metode ini dipilih agar peneliti dapat


mengembangkan pertanyaan berdasarkan jawaban informan pada saat dilakukan

wawancara. Wawancara dilakukan dengan bertanya langsung kepada informan

untuk menggali dan mendapatkan informasi yang berkaitan dengan data yang

dibutuhkan. Adapun wawancara dengan menggunakan pedoman wawancara,

sehingga peneliti dapat mengembangkan pertanyaan-pertanyaan penelitian sesuai

dengan kebutuhan informasi yang diinginkan.

Pedoman wawancara telah dipetakan menjadi tiga bagian utama yang

didasarkan pada Shari’ate Enterprise Theory (SET). Bagian pertama untuk

menggali dimensi hubungan manusia dengan Tuhan (akuntabilitas spiritual),

kedua dimensi hubungan manusia dengan lingkungan alam (akuntabilitas

ekologi), dan ketiga dimensi hubungan manusia dengan sesama manusia

(akuntabilitas ekonomi dan akuntabilitas sosial).

Hasil wawancara akan dianalisis untuk mengetahui akuntabilitas dalam

pengelolaan dana desa di Desa Pejaring Kecamatan Sakra Barat Kabupaten

Lombok Timur berdasarkan Shari’ate Enterprise Theory (SET). Selain

wawancara, peneliti juga menggunakan acuan berupa dokumen-dokumen seperti

dokumen terkait pencatatan penggunaan dana desa sebagai acuan dalam

menentukan akuntabilitas dari Pemerintah Desa tersebut.

3.5 Teknik Analisis Data


Menurut Sugiyono (2010) menyebutkan bahwa analisis data adalah:
Proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari
hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam
unitunit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang
penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga
mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.’
Dalam penelitian ini teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis dalam

fenomenologi transendental Husserl. Komponen-komponen konseptual (unit-unit

analisis) dalam fenomenologi transendental Husserl antara lain:

1. Kesengajaan (Intentionality)

Kesengajaan proses internal dalam diri manusia dan orientasi pikiran terhadap

objek tertentu. Kesengajaan akan selalu berhubungan dengan kesadaran. Oleh

karena diawali kesadaran, maka faktor yang berpengaruh terhadap kesengajaan

antara lain kesenangan (minat), penilaian awal, dan harapan terhadap objek. siapa

yang mempersepsi, kapan waktu dipersepsi, dan sudut pandang bagaimana, latar

belakang proses persepsi, harapan, penilaian, dan titik terbaik pengambilan

makna.

2. Noema dan Noesis

Noema adalah sesuatu yang diterima oleh panca indera manusia yang

merupakan deskripsi objektif yang disertai bukti yang akurat. Terdapat kaitan

yang erat antara noema dan noesis, walaupun secara prinsip keduanya sangatlah

berbeda. Noema akan membimbing kita pada noesis. Tidak akan ada noesis bila

kita tidak memiliki noema sebelumnya. Lawan dari noema adalah noesis. Noesis

adalah sisi ideal objek dalam pikiran kita, bukan objek yang sebenarnya. Husserl

melihat suatu fenomena itu sebagai noesis (berdasarkan makna yang ada

padanya), bukan berdasarkan ciriciri fisik yang ada padanya. Dengan noesis, suatu

objek dibawa dalam kesadaran, muncul dalam kesadaran, dan secara rasional

ditentukan. Lebih jauh manusia berpikir, merasa, menilai, dan mengingat dengan

menggunakan noesis. Deskripsi noesis adalah deskripsi subjektif, karena sudah

ada pemberian makna padanya.


3. Intuisi

Intuisi adalah proses kehadiran esensi fenomena dalam kesadaran. Intuisilah

yang menghubungkan noema dan noesis. Dengan kata lain intuisi-lah yang

mengubah noema menjadi noesis.

4. Intersubjektivitas

Makna yang kita berikan pada objek turut juga dipengaruhi oleh empati yang

kita miliki terhadap orang lain. Secara alamiah, kita akan membandingkan

pengalaman kita dengan pengalaman milik orang lain. Persepsi yang kita miliki

adalah persepsi kita yang utama, namun dalam persepsi ini termasuk juga persepsi

terhadap orang lain sebagai analogi.


DAFTAR PUSTAKA

Aprialiani, G. S. 2014. Akuntabilitas Pengelolaan ADD di Desa Kedongrejo


Kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi. Jurnal. Fakultas Ekonomi
Universitas Jember

Alfasadun dkk. (2018). Transparansi Dan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa.


Prosiding SENDI_U 2018 ISBN: 978-979-3649-99-3. Universitas
Stikubank.

Burrell, G., & Morgan, G. (1979). Sociological Analysis & Organisational


Analysis: Element of The Sociology of Corporate Life. London:
Heinemann Educational Books.

Dewanti, Elsa Dwi Wahyu, Sudarno dkk. 2016. Analisis Perencanaan Pengelolaan
Keuangan Desa di Desa Boreng (Studi Kasus Pada Desa Boreng
Kecamatan Lumajang Kabupaten Lumajang). Jurnal akutansi, Fakultas
Ekonomi Universitas Jember

Fajri Rahmi, Endah Setyowati & Siswidiyanto. (2014). Akuntabilitas Pemerintah


Desa Pada Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) (Studi pada Kantor
Desa Ketindan, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang). Jurnal
Administrasi Publik (JAP) Vol. 3, No. 7, Hal. 1099-1104. Universitas
Brawijaya Malang.

Farida Vilmia, A. Waluya Jati & Riska Harventy. (2018). Analisis Akuntabilitas
Pengelolaan Alokasi Dana Desa (Add) Di Kecamatan Candipuro
Kabupaten Lumajang. Jurnal Akademi Akuntansi 2018 Volume. 1 No. 1
‫ ׀‬64. Universitas Muhammadiyah Malang.

Jamaluddin Yanhar. (2015). Akuntabilitas Penggunaan Dana Desa Di Indonesia


Tahun 2015. Administratio ISSN: 2087-0825. Universitas Islam Sumatera
Utara.

Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Buku Pintar Dana Desa, Dana Desa
untuk Kesejahteraan Rakyat.

Kuswarno, E. (2009). Metodologi Penelitian Komunikasi Fenomenologi:


Konsepsi, Pedoman dan Contoh Penelitian. Bandung: Widya
Padjadjaran.

Mubaraq, Muhammad Raihan. (2018). Kepercayaan Muzakki Dalam Penerimaan


Dan Penyaluran Zakat, Infaq Dan Sedekah (ZIS) Melalui Baznas Dan
Lembaga Lainnya. Tesis. Universitas Airlangga.

Nafidah, Lina Nasehatun & Nur Anisa. (2015). Akuntabilitas Pengelolaan


Keuangan Desa di Kabupaten Jombang. Jurnal Ilmu Akuntansi Volume
10 (2), Oktober 2017 P-ISSN: 1979-858X; E-ISSN: 2461 -1190 Page 273
– 288. STIE PGRI Dewantara Jombang.
Riskasari. (2016) Akuntabilitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa Di Desa Bongki
Lengkese Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai. Jurnal Office, Vol.
2 No 2. Universitas Muhammadiyah Makassar.

Slamet, M. (2001). Enterprise Theory dalam konstruksi akuntansi syari’ah (studi


teoritis pada konsep akuntansi syari’ah). Skripsi, Malang FE UB.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan:Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D, cetakan kesebelas. Bandung : Alfabeta.

Triyuwono, I. (2011). Akuntansi Syari'ah: Menuju Puncak Kesadaran Ketuhanan


Manunggaling Kawulo Gusti. Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 2(2).

Wulandari Anis, Gugus Irianto & Unti Ludigdo. (2011). Telaah Kritis Atas
Konsepgood Corporate Governance Ditinjau Darishari’ate Enterprise
Theory. Jurnal Ekonomi & Keuangan Islam Volume 1 No.2,
Juli2011:123-139. Universitas Trunojoyo Madura.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2014


TENTANG DESA.
ROAD MAP PENELITIAN

Shari’ate Enterprise Theory (SET) Dalam Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa


Di Desa Pejaring Kecamatan Sakra Barat Kabupaten Lombok Timur

Latar Belakang Metode Penelitian Tujuan Penelitian


o Pemerintah (APBN) Penelitian ini merupakan mengetahui akuntabilitas
o Dana Desa di Desa Pejaring penelitian kualitatif dengan pengelolaan Dana Desa Di
o Akuntabilitas pengelolaan dana Dessa metode fenomenologi. Desa Pejaring Kecamatan
o Shari’ate Enterprise Theory (SET) Fenomenologi akan menggali Sakra Barat Kabupaten
 Hubungan manusia dengan Tuhan data untuk menemukan makna Lombok Timur dengan
(akuntabilitas spiritual) dari hal-hal mendasar dan menggunakan Shari’ate
 Hubungan manusia dengan esensial dari fenomena, realitas, Enterprise Theory (SET).
lingkungan alam (akuntabilitas atau pengalaman yang dialami
ekologi) oleh objek penelitian.
 Hubungan manusia dengan sesama
manusia (akuntabilitas ekonomi dan
akuntabilitas sosial).

Tempat dan Waktu


di Kantor Desa Pejaring Kecamatan Sakra
Barat Kabupaten Lombok Timur
Rumusan Masalah Jenis dan Sumber Data
Bagaiamana akuntabilitas pengelolaan Jenis data yang digunakan dalam penelitian
Dana Desa Di Desa Pejaring ini adalah data primer dan data sekunder
Kecamatan Sakra Barat Kabupaten Teknik Pengumpulan Data
Lombok Timur dengan menggunakan metode wawancara semi-terstruktur
Shari’ate Enterprise Theory (SET) Teknik Analisis Data
analisis yang digunakan adalah teknik
analisis dalam fenomenologi transendental
Husserl

Tinjaun Pustaka
Konsep Dasar Dana Desa
Dana desa adalah dana APBN yang diperuntukkan
bagi desa yang ditransfer melalui APBD Kabupaten
yang diperioritaskan untuk pelaksanaan
pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa
Shari’ate Enterprise Theory (SET)
 Hubungan manusia dengan Tuhan (akuntabilitas
spiritual)
 Hubungan manusia dengan lingkungan alam
(akuntabilitas ekologi)
 Hubungan manusia dengan sesama manusia
(akuntabilitas ekonomi dan akuntabilitas sosial).

Anda mungkin juga menyukai