Anda di halaman 1dari 88

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Fakultas Kedokteran Gigi Skripsi Sarjana

2017

Perubahan Sel Epitel yang Terjadi pada


Permukaan Mukosa Bukal Wanita Hamil

Cynthia

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/1628
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
PERUBAHAN SEL EPITEL YANG TERJADI PADA

PERMUKAAN MUKOSA BUKAL

WANITA HAMIL

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :
CYNTHIA
NIM : 130600125

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2017

Universitas Sumatera Utara


PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan


di hadapan tim penguji skripsi

Pembimbing : Medan, 13 Desember 2017


Tanda Tangan,

Dr. Ameta Primasari, drg., MDSc., M.Kes


NIP : 196803111992032001 .................................

Universitas Sumatera Utara


TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji


pada tanggal 13 Desember 2017

TIM PENGUJI

KETUA : Dr. Ameta Primasari, drg., MDSc., M. Kes


ANGGOTA : 1. Yumi Lindawati, drg., MDSc
2. Lisna Unita R, drg., M. Kes

Universitas Sumatera Utara


Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Biologi Oral

Tahun 2017

Cynthia

Perubahan Sel Epitel Yang Terjadi Pada Permukaan Mukosa Bukal

Wanita Hamil

xi ± 53 halaman

Jaringan lunak rongga mulut dilindungi oleh mukosa yang merupakan lapisan

epitel pada rongga mulut adalah stratified squamous epithelium. Stratified squamous

epithelium terdiri atas epitel berkeratin dan epitel tidak berkeratin. Pada mukosa

bukal terdapat sel epitel tidak berkeratin yang tersusun atas sel basal, sel intermediate

dan sel superfisial. Selama masa kehamilan, peningkatan hormon estrogen 10 kali

lipat dan progesteron 30 kali lipat. Perubahan hormonal ini mengakibatkan terjadinya

proliferasi sel pada rongga mulut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

perbedaan jumlah sel, ukuran diameter nukleus-sitoplasma, dan ratio nukleus

sitoplasma pada sel epitel mukosa bukal wanita hamil dan wanita tidak hamil.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan rancangan cross

sectional. Pengambilan sampel berupa sel epitel yang dilakukan terhadap 66 sampel

sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Setelah sel epitel didapat, langsung

dibawa ke laboratorium Patologi Anatomi FK USU untuk dilakukan pewarnaan

Haematoxilin-Eosin. Pemeriksaan mikroskopis untuk perhitungan jumlah rata-rata sel

epitel, ukuran diameter nukleus-sitoplasma dan ratio nukleus sitoplasma yang dilihat

Universitas Sumatera Utara


dari 4 lapang pandang yang berbeda menggunakan mikroskop mikrograf. Hasil

analisis uji Mann Whitney U menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan

(p<0,05) pada jumlah sel epitel wanita hamil dan wanita tidak hamil. Sedangkan pada

diameter nukleus-sitoplasma dan ratio nukleus sitoplasma menunjukkan tidak ada

perbedaan yang signifikan (p>0,05) antara wanita hamil dan wanita tidak hamil.

Berdasarkan penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa jumlah sel superfisial dan

ukuran diameter nukleus sel epitel mukosa oral pada wanita hamil lebih besar

dibandingkan wanita tidak hamil namun demikian ratio nukleus : sitoplasma pada

wanita hamil lebih kecil dibandingkan wanita tidak hamil.

Kata kunci: wanita hamil, jumlah sel epitel, ukuran diameter nukleus-sitoplasma,

ratio nukleus sitoplasma

Daftar rujukan : 43 (1967-2017)

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang memberikan rahmatNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Sumatera Utara.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Dr. Ameta Primasari, drg., MDSc.,
M.Kes., selaku Ketua Departemen Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Sumatera Utara, juga selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak
memberikan masukan, bimbingan, arahan, saran dan waktu yang sangat berguna
dalam meningkatkan semangat dan motivasi penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
Dalam penulisan skripsi ini penulis mendapat bimbingan, bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Trelia Boel, M.Kes., Sp.RKG(K)., selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Seluruh staf pengajar Departemen Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara Rehulina Ginting, drg., M.Si., Yendriwati, drg., M.Kes.,
Lisna Unita R., M.Kes., Minasari, drg., M.M., Yumi Lindawati, drg., MDSc yang
telah memberikan saran, masukan dan semangat dalam penyelesaian skripsi.
3. Staf Departemen Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera
Utara Ibu Ngaisah dan Kak Dani yang telah membantu dalam hal administrasi penulis
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
4. Ibu Dra. Nunuk Priyani, M.Sc selaku kepala laboratorium Mikrobiologi
Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara dan seluruh kakak/abang laboran yang
telah bersedia memberikan izin dan membantu dalam melakukan penelitian.
5. Kedua orang tua tercinta yaitu Ayahanda Ir. Henry Gomulia dan Ibunda Aini
yang telah membesarkan serta memberikan kasih sayang, doa, semangat, dan
dukungan baik secara moral maupun materil kepada penulis sehingga mampu

vi
Universitas Sumatera Utara
menyelesaikan pendidikan ini, begitu juga kepada saudara penulis yaitu Vincent
Gomulia,drg dan Felix Putra Gomulia atas doa, cinta kasih dan dukungan kepada
penulis.
6. Sahabat-sahabat terbaik penulis, yaitu Joseph Dede,drg, Rizky Annisa,drg,
Anastasia, Joselin, Carryn, Novie, Vivian Nora, Fitra Pratiwi, Agnese, Anita, Melvin
dan Wilson serta seluruh teman seperjuangan skripsi di Departemen Biologi Oral
yaitu Elisabeth, Safriani, Michael, Theresia, Lilia, Andy, Fariza, Fauzi, Yolanda,
Dheyna, Chandra, GIlang, Ughasini, Natasya dan Peijie yang telah membantu selama
penelitian serta memberikan semangat dan motivasi tiada henti kepada penulis selama
penulisan skripsi.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak
kekurangan, oleh karena itu penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila
terdapat kesalahan selama penulis melakukan penelitian dan penyusunan skripsi ini.
Dengan kerendahan hati penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan
sumbangan pikiran yang berguna bagi pengembangan displin ilmu bagi masyarakat
dan Fakultas Kedokteran Gigi Universitar Sumatera Utara khususnya Departemen
Biologi oral.

Medan, Desember 2017


Penulis,

( Cynthia )
NIM. 130600125

vii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL.............................................................................................

HALAMAN PERSETUJUAN..............................................................................

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI.................................................................

ABSTRAK ............................................................................................................

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi

DAFTAR ISI......................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL................................................................................................. x

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi

DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................... xii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................ 3
1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................. 3
1.4.1 Manfaat Praktis .......................................................................... 3
1.4.2 Manfaat Teoritis ....................................................................... 4
1.5 Hipotesis Penelitian............................................................................. 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Kehamilan ........................................................................................... 5
2.2 Hormon pada masa kehamilan ............................................................ 9
2.2.1 Hormon hCG (Human Chorionic Gonadotropin)...................... 9
2.2.2 Hormon hCS (Human Chorionic Somatomammatropin) .......... 10
2.2.3 Hormon Estrogen ....................................................................... 11
2.2.3 Hormon Progesteron .................................................................. 12
2.2.4 Hormon Plasenta Lain................................................................ 13
2.3 Mukosa Rongga Mulut........................................................................ 13
2.3.1 Epitel Stratified Squamous Epihtelium ...................................... 17
2.3.2 Lamina Propia ........................................................................... 19

viii
Universitas Sumatera Utara
2.4 Pengaruh hormonal terhadap rongga mulut ........................................ 19
2.5 Ekfoliatif Sitologi................................................................................ 20
2.5.1 Cytomorphometry....................................................................... 22
2.6 Landasan Teori.................................................................................... 24
2.7 Kerangka Teori.................................................................................... 27
2.8 Kerangka Konsep ................................................................................ 28

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Jenis Penelitian ................................................................................... 29
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................. 29
3.2.1 Lokasi Penelitian ...................................................................... 29
3.2.2 Waktu Penelitian ........................................................................ 29
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ......................................................... 29
3.3.1 Populasi ...................................................................................... 29
3.3.2 Sampel ...................................................................................... 30
3.3.3 Kriteria Sampel .......................................................................... 31
3.3.3.1 Kriteria Inklusi .................................................................. 31
3.3.3.2 Kriteria Eksklusi................................................................ 31
3.4 Variabel Penelitian ............................................................................. 31
3.4.1 Variabel Bebas ........................................................................... 32
3.4.2 Variabel Terikat ......................................................................... 32
3.4.3 Variabel Terkendali.................................................................... 32
3.4.4 Variabel Tidak Terkendali ......................................................... 32
3.5 Definisi Operasional ........................................................................... 32
3.6 Alat dan Bahan Penelitian .................................................................. 33
3.6.1 Alat Penelitian............................................................................ 33
3.6.2 Bahan Penelitian......................................................................... 34
3.7 Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data .................................. 35
3.7.1 Pengambilan sel pada permukaan mukosa rongga mulut .......... 35
3.7.2 Pewarnaan Haematoxilin-eosin.................................................. 36
3.7.3 Pemeriksaan Mikroskopis ......................................................... 37
3.7.4 Pengukuran sel epitel ................................................................ 37
3.7.5 Pengolahan dan Analisis Data.................................................... 38

BAB 4 HASIL PENELITIAN .............................................................................. 39

BAB 5 PEMBAHASAN ....................................................................................... 44

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 48


6.1 Kesimpulan ......................................................................................... 48
6.2 Saran.................................................................................................... 48

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 49

ix
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Hasil uji Mann Whitney U pada jumlah sel epitel wanita hamil dan
wanita tidak hamil ........................................................................... 40
2. Hasil uji Mann Whitney U pada diameter nukleus wanita hamil dan
wanita tidak hamil ............................................................................ 40
3. Hasil uji Mann Whitney U pada diameter sitoplasma wanita hamil
dan wanita tidak hamil ..................................................................... 41
4. Hasil uji Mann Whitney U pada ratio nukleus sitoplasma wanita
hamil dan wanita tidak hamil ........................................................... 42

x
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Ovulasi, fertilisasi ovum oleh sperma....................................................... 7

2. Fotomikrograf mukosa bukal ................................................................... 15

3. Klasifikasi sel epitel rongga mulut ........................................................... 16

4. Epitel berkeratin dan tidak berkeratin....................................................... 17

5. Stratum basal............................................................................................. 18

6. Pengukuran diameter sel .......................................................................... 23

7. Alat-alat penelitian yang digunakan ......................................................... 33

8. Alat-alat penelitian yang digunakan ......................................................... 33

9. Pengambilan sel pada mukosa rongga mulut ........................................... 36

10. Gambar sebaran epitel............................................................................... 37

11. Pengukuran ukuran diameter sel ............................................................... 38

12. Jumlah sel epitel pada wanita hamil dan wanita tidak hamil (400x) ........ 40

13. Diameter nukleus pada wanita hamil dan wanita tidak hamil (400x)....... 41

14. Diameter sitoplasma pada wanita hamil dan wanita tidak hamil (400x) .. 42

xi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Surat persetujuan komisi etik

2. Surat bukti penelitian di Laboratorium Mikrobiologi FMIPA USU

3. Skema alur pikir

4. Lembar Persetujuan Kepada Subjek Penelitian

5. Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent)

6. Lembar Kuesioner

7. Lembar Pemeriksaan

8. Hasil perhitungan SPSS

xii
Universitas Sumatera Utara
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jaringan lunak rongga mulut dilindungi oleh mukosa yang merupakan lapisan
terluar rongga mulut. Mukosa rongga mulut dilapisi oleh jaringan yang terdiri atas
dua lapisan, yaitu epitel dan jaringan ikat. Lapisan epitel pada rongga mulut adalah
stratified squamous epithelium yang terdiri atas sel-sel epitel yang melekat satu sama
lain dan tersusun pada masing-masing lapisannya sedangkan jaringan ikat adalah
lamina propia.1,2
Mukosa rongga mulut terbagi tiga yaitu mukosa mastikasi, mukosa lining,dan
mukosa specialized. Mukosa mastikasi terdiri atas epitel stratified squamous
epithelium berkeratin yang terdapat pada gingiva dan palatum keras. Mukosa yang
dilapisi oleh epitel non-keratin disebut mukosa lining. Mukosa ini terdapat pada
permukaan inferior bibir, dasar mulut, daerah bukal dan palatum molle. Sedangkan,
pada mukosa specialized terdapat pada dorsum lidah yang dilapisi oleh epitel
ortokeratin. Epitel ortokeratin memiliki lapisan epitel yang tebal yang terdiri atas sel
yang tidak berinti. Perbedaan antara mukosa berkeratin dan non-keratin adalah epitel
mukosa yang berkeratin, inti selnya tidak tampak pada permukaan. Berbeda halnya
dengan non-keratin, sel-sel pada permukaan masih mempunyai inti sel.1,3
Apusan pada bukal pasien terdapat sel-sel yang terdiri atas sel intermediate,
sel superfisial, dan sel basal. Aktivitas proliferasi sel paling banyak terjadi pada sel
intermediate dibandingkan sel superfisial maupun sel basal. Pada sel yang normal,
proliferasi sel harus seimbang dengan kematian sel. Keseimbangan antara proliferasi
sel dengan kematian sel yang dapat mempertahankan homeostatis.4
Pada wanita hamil, perkembangan normal kehamilan terdapat peningkatan
sekresi hormon estrogen 10 kali lipat dan progesteron 30 kali lipat. Perubahan
hormonal yang meningkat ini mengakibatkan adanya perubahan fisik lokal termasuk
rongga mulut.5 Menurut Depkes RI, umur wanita dalam masa reproduksi adalah 20-

Universitas Sumatera Utara


2

35 tahun karena rahim dan bagian tubuhnya sudah benar-benar siap untuk menerima
kehamilan. Masa kehamilan normal adalah 280 hari (40 minggu) dihitung dari hari
pertama haid. Kehamilan terbagi atas trimester pertama (dari bulan pertama sampai
bulan ketiga), trimester kedua (dari bulan keempat sampai bulan keenam), dan
trimester ketiga (dari bulan ketujuh sampai bulan kesembilan). Kadar hormon
estrogen dan progesteron mencapai puncak yang tinggi dan stabil pada bulan kelima ,
keenam dan sebelum parturisi.6,7
Pada hormon estrogen yang tinggi, dilakukan apusan pada mukosa bukal
pasien terdapat yang dominan sel intermediate dan sel superfisial dan meningkatkan
mitosis serta maturasi, sementara pada hormon progesteron yang tinggi terdapat
peningkatan jumlah sel epitel intermediate dan penurunan jumlah sel keratin. Hormon
progesteron yang tinggi menstimulasi terjadinya atrofi sel keratin.8
Penyakit rongga mulut yang sering terjadi selama masa kehamilan seperti
gingivitis, periodontitis, karies, sensasi rasa terbakar, dan perubahan mukosa rongga
mulut. Oleh karena itu, dokter gigi memiliki peran untuk menjaga kesehatan rongga
mulut selama masa kehamilan dan mencegah manifestasi sistemik dan lokal.
Beberapa teknik klinis menggunakan screening perubahan mukosa rongga mulut dan
sitologi oral untuk mengidentifikasi populasi yang beresiko tinggi. Sitologi oral
merupakan teknik yang relatif sederhana, non-invasif, bebas resiko dan dapat
diterima dengan baik oleh pasien. Dengan menggunakan aplikasi cytobrush,
teknologi yang maju dan cytomorphometric meningkatkan potensial akurasi dari
sitologi oral. Cytomorphometric mengevaluasi beberapa parameter seperti diameter
nukleus, diameter sel, area nukleus, area sitoplasma, dan rasio nukleus ke sitoplasma
area.9,10,11
Eksfoliatif sitologi yang dilakukan oleh Donald dkk tahun 2013 pada sel
mukosa bukal wanita menunjukkan bahwa nilai dari diameter nukleus, diameter sel,
dan ratio perbandingan nukleus berhubungan dengan hormonal.12 Penelitian yang
dilakukan oleh Lee H.Y tahun 2005 menyatakan bahwa hormon estrogen
mempengaruhi proliferasi dan menghambat apoptosis sel serviks tikus pada trimester
kedua kehamilan. Pada mukosa bukal perempuan menstruasi yang memiliki kadar

Universitas Sumatera Utara


3

estrogen dan progesteron yang tinggi menunjukkan peningkatan jumlah sel


intermediate. Daerah yang paling sering dilakukan pemeriksaan adalah mukosa bukal.
Pemeriksaan eksfoliatif sitologi menggunakan cytobrush dapat memaksimalkan
jumlah sel yang diperoleh dan memfasilitasi keseragaman pada slide mikroskop.4,7

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melihat perubahan sel epitel
yang terjadi pada permukaan mukosa bukal wanita hamil dengan menggunakan
cytobrush dan cytomorphometry.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah terdapat perbedaan jumlah sel epitel mukosa bukal yang diperoleh
pada wanita hamil dan wanita tidak hamil.
2. Apakah terdapat perbedaan ukuran diameter nukleus dan diameter
sitoplasma pada sel epitel mukosa bukal wanita hamil dan wanita tidak hamil.
3. Apakah terdapat perbedaan ratio nukleus sitoplasma pada sel epitel mukosa
bukal wanita hamil dan wanita tidak hamil.

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui perbedaan jumlah sel epitel mukosa bukal pada wanita
hamil dan wanita tidak hamil.
2. Untuk mengetahui perbedaan ukuran diameter nukleus dan diameter
sitoplasma pada sel epitel mukosa bukal wanita hamil dan wanita tidak hamil.
3. Untuk mengetahui perbedaan ratio nukleus sitoplasma pada sel epitel
mukosa bukal wanita hamil dan wanita tidak hamil.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Praktis
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengetahui proliferasi sel pada wanita
hamil akibat pengaruh hormonal.

Universitas Sumatera Utara


4

2.Sebagai data dan informasi untuk dapat mengetahui perbedaan ukuran


diameter sel epitel mukosa bukal yang dapat terjadi pada wanita hamil.
3. Mempergunakan eksfoliatif sitologi sebagai suatu metode skrining rongga
mulut.

1.4.2 Manfaat Teoritis


1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan mengenai
perubahan ukuran diameter sel epitel mukosa bukal pada wanita hamil bagi dokter
gigi.
2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi pengetahuan dan bahan
ajar bagi Departemen Biologi Oral mengenai perubahan ukuran diameter sel epitel
mukosa bukal pada wanita hamil.

1.5 Hipotesis Penelitian


1. H0 : Tidak terdapat perbedaan jumlah sel , diameter nukleus -
sitoplasma, dan ratio nukleus sitoplasma pada sel epitel mukosa bukal wanita hamil
dan wanita tidak hamil.
Hα : Terdapat perbedaan jumlah sel, diameter nukleus - sitoplasma, dan
ratio nukleus sitoplasma pada sel epitel mukosa bukal wanita hamil dan wanita tidak
hamil.
`

Universitas Sumatera Utara


5

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kehamilan
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan merupakan
penyatuan sperma dan ovum pada fertilisasi, yang dilanjutkan dengan implantasi.
Kehamilan normal umumnya berlangsung selama 40 minggu dihitung dari periode
terakhir menstruasi. Kehamilan terjadi secara fisiologis dan alamiah, pada setiap
wanita yang telah berhubungan seksual dengan organ reproduksi yang sehat.13
Ketika masih berada di dalam ovarium, ovum berada di dalam stadium oosit
primer. Sebelum dilepaskan dari folikel ovarium oleh badan polar pertama,
nukleusnya membelah dengan cara meiosis. Hal ini membuat 23 pasang kromosom
akan kehilangan pasangannya dan bergabung dengan badan polar yang dikeluarkan.
Oosit primer kemudian membelah menjadi oosit sekunder. Pada saat inilah ovum
yang masih berada dalam oosit sekunder berovulasi ke ujung tuba fallopii yang
berfimbria.14
Apabila sperma telah masuk ke dalam ovum, oosit membelah kembali untuk
membentuk oosit matang. Ovum yang matang ini akan membawa nukleusnya
(pronukleus wanita) yang mengandung 23 kromosom. Salah satu dari kromosom ini
adalah kromosom wanita yang dikenal sebagai kromosom X. Pada saat yang
bersamaan, kepala sperma berubah membentuk pronukleus pria. Kemudian, 23
kromosom yang tidak berpasangan dari pronukleus pria dan 23 kromosom yang tidak
berpasangan dari pronukleus wanita berikatan bersama-sama membentuk 46
kromosom (23 pasang) dalam ovum yang sudah dibuahi.14
Setelah pembentukan sperma matang, setengah dari seluruh sperma akan
membawa kromosom X (kromosom wanita) dan setengahnya akan membawa
kromosom Y (kromosom pria) dalam genomnya. Jika kromosom X dari sperma
bergabung dengan kromosom Y dari ovum akan membentuk suatu gabungan XX,
seorang anak perempuan akan lahir. Tetapi jika sebuah kromosom Y dari sperma

Universitas Sumatera Utara


6

digabungkan dengan kromosom X dari ovum akan memberikan gabungan XY,


seorang anak laki=laki akan dilahirkan.14
Di dalam hubungan seksual, terdapat jutaan sperma yang masuk ke dalam
vagina sehingga terjadi kemotaksis sperma ke ovum oleh zat yang dihasilkan ovum.
Fertilisasi ovum oleh sperma terjadi di ampula tuba fallopii. Sperma yang telah
mencapai ovum sebanyak 50-100 sperma kemudian berkontak dengan zona pelusida.
Zona pelusida, yaitu struktur membranosa yang mengelilingi ovum. Sperma akan
berikatan dengan reseptor sperma di zona tersebut dan diikuti oleh enzim akrosom.
Berbagai enzim akan dilepaskan untuk mempermudah penetrasi sperma melalui zona
pelusida. Enzim akrosin akan dilepaskan untuk mempermudah penetrasi sperma
melalui zona pelusida. Pada zona ini, sperma akan berikatan pada ovum sehingga
terjadi reaksi akrosom, yaitu terurainya akrosom organel mirip lisosom di kepala
sperma.15 (Gambar 1)
Sperma akan berfusi melalui perantara fertilin yang menghasilkan sinyal
untuk memulai perkembangan. Fertilin merupakan suatu protein di permukaan kepala
sperma yang mirip dengan protein fusi virus yang memungkinkan serangan virus ke
sel. Fusi tersebut akan menghasilkan sinyal untuk memulai perkembangan. Selain itu,
fusi juga menyebabkan reduksi potensial membran ovum yang mencegah
polispermia, yaitu pembuahan sebuah ovum oleh lebih dari satu sperma.15
Embrio yang sedang berkembang disebut sebagai blastokista yang bergerak ke
bawah sepanjang tuba menuju uterus. Setelah mencapai uterus, blastokista yang
berkembang tetap tinggal selama 3 hari sebelum berimplantasi di endometrium.
Implantasi merupakan hasil kerja dari sel-sel trofoblas yang berkembang di seluruh
permukaan blastokista. Sel-sel ini menyekresikan enzim proteolitik yang mencerna
sel-sel endometrium uterus.15
Setelah kontak dengan endometrium, blastokista dikelilingi oleh sebuah
lapisan luar sinsitiotrofoblas, suatu massa multinukleus tanpa batas sel yang jelas, dan
sebuah lapisan dalam sitotrofoblas yang terbentuk dari sel. Sinsitiotrofoblas akan
menyebabkan erosi endometrium, dan terjadi implantasi di dinding dorsal uterus.

Universitas Sumatera Utara


7

Plasenta kemudian terbentuk dan sel trofoblas tetap berhubungan dengan


plasenta.14,15

Gambar 1. Ovulasi, fertilisasi ovum oleh sperma


di dalam tuba fallopii15

Seiring dengan berkembangnya embrio, tubuh ibu juga akan mengalami


perubahan-perubahan. Perubahan yang terjadi dapat berupa perubahan anatomis dan
fisiologis. Perubahan ini dipengaruhi oleh adanya perubahan kadar hormon selama
masa kehamilan.
Peningkatan sekresi hormon selama kehamilan seperti tiroksin, hormon
kotreks adrenal, hormon seks, kecepatan metabolisme wanita hamil meningkat sekitar
15 persen selama pertengahan akhir kehamilan, akibatnya wanita hamil sering merasa
kepanasan.14
Selama masa kehamilan, reaksi wanita hamil terhadap fetus dan hormon
kehamilan yang berlebihan adalah peningkatan ukuran berbagai organ-organ kelamin.
Misalnya, uterus membesar dari 30 gram sampai 1100 gram dan payudara membesar
dua kali lipat ukurannya. Pada saat yang sama vagina membesar dan introitus vagina
membuka lebih lebar. Berbagai hormon selama kehamilan dapat menyebabkan

Universitas Sumatera Utara


8

perubahan yang nyata pada penampilan wanita hamil seperti timbulnya jerawat,
edema, dan penambahan berat badan.15
Penambahan berat badan selama kehamilan terjadi selama dua trimester
terakhir sekitar 24 pon. Dari kenaikan berat badan ini, 7 pon merupakan fetus dan 4
pon adalah cairan amnion, plasenta dan selaput amnion. Payudara dan uterus
membesar masing-masing sebesar 2 pon, sehingga meninggalkan peningkatan berat
badan rata-rata sekitar 9 pon. Peningkatan keinginan makan seorang wanita hamil
selama kehamilan meningkat disebabkan oleh faktor hormonal dan pemindahan
bahan-bahan makanan dari darah ibu ke fetus.15 Masa kehamilan terbagi atas tiga
trimester, yaitu trimester pertama, trimester kedua, dan trimester ketiga. 16,17
1. Trimester 1
Kehamilan trimester pertama berawal dari 0-12 minggu. Pada trimester ini,
plasenta mulai berkembang, organ dan system saraf terbentuk. Gejala yang muncul
pada ibu adalah muntah, mual, mudah lelah, payudara membesar dan perubahan
mood. Ini disebabkan akibat peningkatan kadar hormon estrogen, progesteron, dan
hormon human chorionic gonadotropin.
2. Trimester 2
Kehamilan trimester kedua dimulai dari minggu 13-27. Pada tahap ini, janin
mulai berkembang lebih lanjut dan berfungsi. Gerakan janin dapat dirasakan dengan
jelas setelah minggu ke-24. Organ reproduksi mulai berkembang, tulang semakin
kuat, janin sudah dapat bergerak, menelan, mendengar dan menghisap. Gejala yang
paling sering muncul adalah pusing karena pola tidur yang terganggu pada ibu hamil.
Ini disebabkan oleh pembesaran rahim yang menekan pembuluh darah sehingga
menyebabkan tekanan darah menurun, menekan diafragma sehingga ibu hamil susah
bernafas yang dapat mengganggu pola tidur ibu.
Perubahan fisik yang terjadi selama kehamilan trimester kedua adalah perut
dan payudara semakin membesar. Pembesaran rahim akan tubuh sekitar 1cm pada
setiap minggunya. Pada minggu ke 20 bagian atas rahim akan sejajar dengan pusar
(umbilicus). Payudara akan membesar dan berwarna semakin gelap dan timbul
kelenjar kulit yaitu bintik-bintik kecil disekitar payudara.

Universitas Sumatera Utara


9

3. Trimester 3
Pada minggu 28-40 ini, semua organ janin sudah terbentuk sempurna.
Perubahan fisik yang terjadi adalah peningkatan berat badan pada ibu.

Pada masa kehamilan, plasenta membentuk sejumlah besar hormon untuk


berlangsungnya kehamilan normal yaitu human chorionic gonadotropin, estrogen,
progesteron, dan human chorionic somatomammaotropin.15

2.2 Hormon pada masa kehamilan


2.2.1 Hormon hCG ( Human Chorionic Gonadotropin )
Korpus luteum pada saat pembuahan ovum akan membesar sebagai respons
terhadap stimulasi oleh hormon gonadotropik. Hormon gonadotropin yang
disekresikan oleh plasenta disebut human chorionic gonadotropin (hCG). Hormon
hCG merupakan suatu glikoprotein yang mempuyai berat molekul 39.000 galaktosa
dan heksosamin, dimana dihasilkan oleh sinsitiotrofoblas. hCG terbentuk dari subunit
α dan β. hCG-α identik dengan subunit α pada LH. Hormon hCG mempunyai struktur
yang hampir sama dengan hormon LH. Hormon ini dapat dideteksi dalam darah
paling cepat 6 hari setelah konsepsi.15,18
Pada trimester pertama, terjadi peningkatan hormon hCG yang disekresikan
oleh sel-sel sinsitial trofoblas ke dalam cairan ibu. Fungsi dari hormon ini adalah
untuk mencegah involusi dan menstimulasi produksi hormon progesteron dan
estrogen pada korpus luteum, sehingga lebih banyak menghasilkan hormon kelamin
yaitu progesteron selama 6 minggu pertama. Hormon progesteron dan estrogen akan
menyebabkan endometrium terus tumbuh dan sel desidua akan berkembang pada
waktu blastokista berimplantasi sehingga menghindari terjadinya apoptosis.15
Di bawah pengaruh hormon human chorionic gonadotropin, korpus luteum di
dalam ovarium ibu akan tumbuh menjadi kira-kira dua kali dari ukuran awal. Fungsi
lainnya adalah dapat meningkatkan varkularisasi darah dan memaksimalkan suplai
darah di sekitar plasenta.15,18 Setelah trimester pertama, studi menunjukkan bahwa

Universitas Sumatera Utara


10

hormon hCG menginduksi proliferasi otot polos miometrium. Ini memberikan


kontribusi untuk pertumbuhan dan perkembangan janin.19\

2.2.2 Hormon hCS ( Human Chorionic Somatomammotropin )


Sinsitiotrofoblas menyekresikan sejumlah besar hormon protein yang
memiliki rangsangan pertumbuhan yang disebut human chorionic
somatomammatropin (hCS). Hormon ini dulu disebut sebagai chorionic growth
hormone prolatin (CGP) dan human placental lactogen (hPL). Hormon hCS
merupakan protein laktogen yang mempunyai berat molekul 38.000 dan disekresikan
oleh sinsitiotrofoblas pada plasenta. Dalam sirkulasi martenal ditemukan sejumlah
besar hormon hCS, tetapi hanya seidikit yang mencapai sirkulasi janin. Ini dapat
dideteksi pada 6 minggu pertama, yang memiliki fungsi sebagai hormon
pertumbuhan maternal pada kehamilan. Hormon ini juga mempunyai beberapa fungsi
penting.14,15
Pertama, bila diberikan pada beberapa jenis hewan, human chorionic
somatomammatropin akan menyebabkan perkembangan pada payudara hewan dan
pada beberapa keadaan dapat menyebabkan laktasi. Hormon ini diyakini mempunyai
fungsi yang sams dengan prolaktin, tetapi usaha untuk meningkatkan laktasi manusia
hormon ini tidak berhasil.
Kedua, hormon ini mempunyai kerja dan struktur kimia yang serupa dengan
hormon pertumbuhan, yang menyebabkan formasi protein. Tetapi dibutuhkan human
chorionic somatomammatropin 100 kali lebih banyak dari hormon pertumbuhan
untuk meningkatkan pertumbuhan.
Ketiga, human chorionic somatomammatropin menyebabkan penurunan
sensitivitas insulin dan menurunkan penggunaan glukosa pada ibu sehingga membuat
jumlah glukosa yang tersedia untuk janin lebih besar. Hormon ini meningkatkan
pelepasan asam lemak bebas dari cadangan lemak ibu, sehingga menyediakan sumber
energi pengganti untuk metabolisme ibu selama kehamilan.14,19

Universitas Sumatera Utara


11

Jumlah hCS yang disekresikan sebanding dengan ukuran plasenta, yang secara
normal memiliki berat sekitar seperenam berat janin. Bila kadar hCS rendah berarti
memiliki tanda suatu insufiensi plasenta.

2.2.3 Hormon Estrogen


Plasenta seperti korpus luteum menyekresikan hormon estrogen dan
progesteron. Hormon estrogen juga disekresi oleh sel-sel sinsisal trofoblas plasenta.
Estrogen yang disekresikan oleh plasenta tidak disintesis secara de novo dari zat-zat
dasar plasenta. Estrogen hampir seluruhnya dibentuk dari senyawa steroid androgen,
dehidroepiandrosteron dan 16-hidroksidehidroepiandrosteron yang dibentuk di
kelenjar adrenal ibu dan kelenjar adrenal fetus.14
Hormon estrogen menyebabkan terjadinya proliferasi stroma endometrium
dan sangat meningkatkan perkembangan kelenjar endometrium sehingga nantinya
akan membantu memberi nutrisi pada ovum yang berimplantasi. Estrogen juga
menyebabkan jumlah sel-sel epitel bersilia yang membatasi tuba fallopii bertambah
banyak, dan aktivitas silia meningkat. Silia tersebut akan bergerak ke arah uterus,
yang membantu mendorong ovum yang telah dibuahi ke uterus.14
Selama trimester pertama, hormon estrogen dominan diproduksi oleh plasenta
dan berlanjut meningkat sampai trimester terakhir. Peningkatan level estrogen ini
sebagai hasil dari produksi estron dan estriol yang tinggi oleh plasenta. Peningkatan
ini mencapai puncaknya sebelum parturisi.20
Selama kehamilan, jumlah estrogen yang berlebih akan menyebabkan
perbesaran uterus, perbesaran payudara dan pertumbuhan duktus payudara ibu dan
perbesaran genitalia eksterna wanita. Estrogen merelaksasi ligamentum pelvis
sehingga persendian sakroliaka menjadi relatif lentur dan simfisis pubis menjadi
elastis. Fase ini akan mempermudah pasase fetus melalui jalan lahir.14
Pada keadaan rongga mulut, hormon estrogen menyebaban perubahan pada
gingiva, dimana gingiva adalah bagian dari rongga mulut yang sering dijumpai
mengalami perubahan selama kehamilan. Kehamilan mempengaruhi daerah yang
terinflamasi bukan sebagai penyebab. Kehamilan memberikan respon terhadap

Universitas Sumatera Utara


12

jaringan lunak mulut terhadap iritasi sehingga mengubah metabolisme jaringan dan
mengakibatkan penurunan resistensi jaringan terhadap populasi bakteri dan
mengakibatkan terjadinya inflamasi gingiva.21
Hormon estrogen juga secara langsung mempengaruhi regulasi sel dan
jaringan. Akibat sirkulasi dari estrogen menyebabkan mukosa vagina mengalami
proliferasi dan maturasi dari sel epitel, dimana mukosa vagina mempunyai epitel
yang hampir sama dengan mukosa bukal. Estrogen mengubah epitel vagina dari tipe
kuboid menjadi bertingkat, yang dianggap lebih tahan terhadap trauma dan infeksi.
Maturasi dari epitel vagina dapat dilihat dengan tampak sel superfisial, dengan sel
parabasal dibatasi oleh epitel maturasi.22

2.2.4 Hormon Progesteron


Janin dan plasenta berinteraksi dalam pembentukan hormon steroid. Plasenta
mensintesis hormon progesteron masuk ke dalam sirkulasi janin dan menjadi substrat
untuk pembentukan kortisol dan kortikosteron di kelenjar adrenal janin.14 Hormon
progesteron penting untuk berhasilnya suatu kehamilan dimana sama pentingnya
dengan hormon estrogen. Pada minggu ke-6 hingga ke-7 kehamilan, hanya sedikit
hormon progesteron yang dihasilkan oleh ovarium. Peningkatan progestron muncul
pada minggu ke-7 hingga ke-10. Laju produsi harian progestron dalam kehamilan
sekitar 250 mg.14
Hormon progesteron berpengaruh terhadap kehamilan. Pertama, hormon
progesteron menyebabkan sel desidua tumbuh di endometrium uterus. Kedua,
hormon progesteron menurunkan kontraktilitas uterus, sehingga mencegah kontraksi
uterus yang menyebabkan abortus spontan. Ketiga, progesteron dapat meningkatkan
sekresi tuba fallopi dan uterus ibu untuk menyediakan nutrisi bagi perkembangan
marula dan blastokista. Keempat, hormon progesteron mempengaruhi pembelahan sel
pada awal perkembangan embrio. Kelima, progesteron yang disekresikan selama
kehamilan membantu estrogen mempersiapkan payudara ibu untuk laktasi.
Progesteron pada gingiva berkerja jika terjadi inflamasi dengan meningkatkan
permeabilitas vaskular. Konsentrasi progesteron mengalami peningkatan pada

Universitas Sumatera Utara


13

gingiva selama kehamilan dengan mengakibatkan proliferasi vasular dan peningkatan


permeabilitas pembuluh darah gingiva.

2.2.5 Hormon Plasenta Lain


Selain hCG, hCS, progesteron dan estrogen, plasenta menyekresikan hormon
lain. Fragmen plasenta manusia melepaskan CRH, β-endorfin, α-MSH, dan dinorfin
A yang berhubungan dengan hormon hipotalamus. Fragmen plasenta juga
menyekresikan GnRH dan inhibin. GnRH merangsang sekresi hCG sedangan inhibini
menghambat sekresi hCG. Oleh karena itu, hCG dan inhibin dibentuk setempat
sehingga dapat berkerja secara parakrin untuk mengatur sekresi hCG. Sel trofoblas
dan amnion juga mengeluarkan leptin dan hormon ini masuk ke cairan amnion.15
Plasenta juga menyekresikan subunit α hCG, dan konsentrasi subunit α
meningkat selama kehamilan. Subunit α memiliki suatu komposisi karbohidrat yang
menyebabkan tidak dapat berkombinasi dengan subunit β sehingga memiliki fungsi
tersendiri. Sekresi prolaktin meningkat sepanjang kehamilan dan subunit α dalam
darah merangsang sekresi prolaktin endometrium.15

2.3 Mukosa Rongga Mulut


Mukosa rongga mulut adalah jaringan yang melapisi rongga mulut, yang
terdiri dari dua bagian yaitu epitel berlapis gepeng (stratified squamous ephitelium)
dan jaringan ikat (lamina propia). Mukosa ini disusun oleh sel-sel epitel yang
mempunyai inti dan sitoplasma, dimana tersusun dan terikat satu sama lainnya pada
lapisan yang berbeda. Lamina propia terdiri dari pembuluh darah, dan sel yaitu
fibroblast, makrofag, sel mast, dan sel inflamasi.2
Mukosa rongga mulut yang normal secara klinis berwarna merah muda
dengan permukaan yang berkilau yang menunjukkan suplai darah yang baik. Mukosa
rongga mulut memiliki beberapa fungsi, yaitu2 :
1. Melindungi
Mukosa rongga mulut melindungi jaringan dan organ dari lingkungan di
sekitar rongga mulut. Pada aktivitas normal mengunyah, menggigit makanan akan

Universitas Sumatera Utara


14

menyebabkan tekanan mekanis pada jaringan lunak rongga mulut dan abrasi pada
permukaan. Mikroorganisme pada rongga mulut juga dapat menyebabkan tingginya
efek toksik pada jaringan. Sehingga, mukosa rongga mulut akan beradaptasi terhadap
epitel dan jaringan ikat sehingga mencegah ancaman yang terjadi.
2. Sensasi
Fungsi sensori pada rongga mulut sangat penting karena dapat meningkatkan
respon bibir dan lidah menerima stimulasi dari luar rongga mulut. Reseptor pada
rongga mulut respon terhadap suhu, sentuhan, sakit, dan pada lidah terdapat taste bud.
Refleks seperti menelan, mengunyah juga respon pada reseptor mukosa rongga
mulut.
3. Sekresi
Sekresi utama yang berhubungan dengan mukosa rongga mulut adalah saliva,
yang di produksi oleh kelenjar saliva minor.

Secara histologis, mukosa rongga mulut terbagi menjadi tiga yaitu


masticatory mucosa, lining mucosa, dan specialized mucosa.1,2
1. Masticatory mucosa terletak pada bagian gingiva dan palatum keras.
Masticatory mucosa berikatan erat dengan lamina propia pada tulang yang mendasari
dan melindungi epitel keratin dari bolus makanan selama pengunyahan. Epitel
masticatory mucosa tebal dan orthokeratinized, meskipun biasanya parakeratinized
pada daerah gingiva.
2. Lining mucosa terdapat pada bagian bibir, pipi, dasar mulut, dan lain-lain.
Epitel pada lining mucosa lebih tebal dibandingkan masticatory mucosa. Pada
mukosa bukal epitel sangat tebal mencapai 500μm, tidak berkeratin, memiliki lamina
propia yang padat serta teratur. Permukaan lining mucosa bersifat flexible agar dapat
menjalankan fungsinya sebagai pelindung.
3. Specialized mucosa terletak pada permukaan dorsal lidah. Epitel pada
mukosa ini tebal, berkeratin dan tidak keratin.
Mukosa bukal berbatasan secara vertikal dengan lipatan verstibular rahang
atas dan rahang bawah. Mukosa ini disarafi oleh saraf bukal panjang (CN V3) dan

Universitas Sumatera Utara


15

saraf alveolar superior dari divisi kedua yaitu saraf trigeminal (CN V2).3 Epitel
mukosa bukal memiliki epitel ridge lebih luas daripada epitel keratin, dan
ketebalannya mencapai lebih dari 500μm. Suplai darah pada mukosa bukal berasal
dari3 :
 Arteri bukal merupakan cabang dari arteri maksilaris.
 Arteri alveolar superior merupakan cabang ketiga dari arteri maksilaris.
 Arteri alveolar superior tengah dan posterior merupakan cabang dari arteri
maksilaris.
 Arteri fasial merupakan cabang dari arteri superfisial.
Ruang di sekitar bukal terletak pada lateral otot businator yang memiliki
anatomi terdiri dari jaringan adiposa, kelenjar Stensen, arteri fasial dan vena,
pembuluh dah limfatik, kelenjar saliva minor.3

Gambar 2. Fotomikrograf mukosa bukal menunjukkan stratifikasi sel


epitelskuamousa yang menutupi lamina propia yang tipis3

Klasifikasi dari sel epitel rongga mulut terdiri dari bentuk sel epitel dan
jumlah lapisan sel epitel rongga mulut. Berdasarkan bentuknya, sel epitel rongga

Universitas Sumatera Utara


16

mulut terdiri dari tiga macam bentuk yaitu squamous, kuboid dan kolumnar. Sel
epitel berbentuk squamous memiliki bentuk yang rata, biasanya dijumpai pada daerah
yang memliki pembuluh darah. Sel berbentuk kuboid memiliki lebar dan tinggi yang
sama, dijumpai pada jaringan yang berfungsi sebagai sekresi. Sel berbentuk kolumnar
memiliki ciri-ciri tinggi dan tipis seperti kolum.1
Terdapat tiga lapisan epitel yaitu simple, stratified, dan pseudostratified.
Simple epitel memliliki satu lapisan sel yang berfungsi sebagai absorpsi, sekresi dan
filtrasi. Simple epitel dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuk sel yaitu simple
squamous, simple cuboidal, dan simple columnar. Epitel stratified berbeda dengan
epitel simple dimana epitel stratified memiliki berlapis-lapis epitel. Epitel ini biasa
dijumpai pada bagian tubuh yang menahan rangsangan mekanik atau kimia sehingga
lebih tahan lama. Epitel stratified terdiri dari stratified squamous, stratified cuboidal.
Epitel pseudostratified memiliki rambut halus yang disebut silia dan memiliki
kelenjar uniselular yang menyekrkesikan mucus. Epitel ini dijumpai pada bagian
hidung, dan bronkitis namun juga dijumpai pada bagian reproduksi wanita yaitu tuba
fallopi dan ovarium. Epitel transisional ditemukan pada kantung kemih, ureter.1

Gambar 3. Klasifikasi sel epitel rongga mulut1

Universitas Sumatera Utara


17

2.3.1 Epitel Stratified Squamous Epithelium


Beberapa sel stratified squamous epithelium yang melapisi rongga mulut,
yaitu basal layer (stratum germinativum), prickle cell layer (stratum spinosum),
granular layer (stratum granulosum), keratinized layer (stratum corneum). Sel-sel ini
dijumpai pada masticatory mucosa yang berisi cytokeratins.1,3

Gambar 4. (A) Epitel berkeratin (B) Epitel tidak berkeratin1

Universitas Sumatera Utara


18

Stratified squamous epithelium terdiri dari epitel berkeratin dan yang tidak
berkeratin. Perbedaan antara keduanya adalah epitel mukosa yang berkeratin inti
selnya tidak tampak pada lapisan permukaan, sedangkan epitel mukosa yang tidak
berkeratin tampak sel-sel lapisan permukaan masih mempunyai inti. Epitel mukosa
yang tidak berkeratin terdiri atas tiga lapisan yaitu stratum basale, stratum
intermediate, dan stratum superficial.1,2
Stratum basal pada daerah pengunyahan berfungsi untuk mengurangi gesekan
yang besar. Lapisan basal terdiri dari satu lapisan yang memiliki sel berbentuk kuboid
atau kolumnar, memiliki warna basopilik (kebiruan), hiperkromatin, perbandingan
inti dan sitoplasma 1: 3, dan nuklues sel terletak di inti. . Sitoplasma pada lapisan ini
ditandai dengan distribusi perinuklear mitokondria dan sitoplasma filament.1,2

Gambar 5. Stratum basal1

Stratum intermediate memiliki sel yang lebih besar dengan perbandingan inti
dan sitoplasma yaitu 1:6. Sel pada stratum ini memiliki warna yang eosinopilik
(kemerahan). Sedangkan pada stratum superficial merupakan lapisan mukosa epitel
tidak berkeratin yang mempunyai sel berbentuk gepeng. Sel yang terjadi dekuamasi
pada lapisan ini dapat diobservasi sitologi untuk mengetahui normal dan tidak
normalnya sel.1,2

Universitas Sumatera Utara


19

2.3.2 Lamina Propia


Jaringan ikat yang mendukung epitel rongga mulut disebut lamina propia.
Lamina propia terbagi menjadi dua lapisan, yaitu lapisan papila superfisial dan
lapisan retikular (fiber kolagen). Perbedaan antara kedua lapisan ini terletak pada
konsentrasi fiber kolagennya. Pada lapisan papila superfisial, fiber kolagen tipis dan
terdapat kapiler darah. Sedangkan pada lapisan retikular, fiber kolagen tebal. Lamina
propia terdiri dari sel, pembuluh darah, dan fiber. Beberapa sel yang terdapat pada
lamina propia seperti fibroblast, makrofag, sel mast, dan sel inflamasi.2
Fibroblast pada lamina propia berfungsi menjaga integritas jaringan ikat dan
sekresikan fiber. Dibawah mikroskop, fibroblast berbentuk cerutu (fusiform) atau
bintang (stellate). Makrofag juga berbentuk sama dengan fibroblast yaitu fusiform
atau stellate. Ada beberapa fungsi makrofag yaitu menghilangkan kerusakan jaringan
atau bahan asing di vakoula fagositosik yang kering, sehingga dapat meningkatkan
antigen dan sebagai stimulasi proliferasi fibroblast. Pada lamina propia terdapat 2 tipe
makrofag yaitu melanofag, dan siderofag.1,2
Sel mast merupakan sel eliptikal atau spherikal mononuklear. Sel ini dijumpai
pada pembuluh darah kecil, dan mempunyai fungsi menjaga stabilitas jaringan dan
vaskular homeostatis. Sel inflamasi terjadi apabila ada kondisi akut atau kronis
sehingga menghasilkan sitokin. Interselular matriks pada lamina propia terdiri dari
fiber, kolagen, dan elastin. Kolagen pada lamina propia adalah tipe I dan tipe III
dengan basal lamina tipe IV dan VII.2

2.4 Pengaruh hormonal terhadap rongga mulut


Selama kehamilan, terdapat perubahan pada fisik maupun jaringan di rongga
mulut. Perubahan ini terjadi bersamaan dengan tumbuh kembangnya janin di dalam
kandungan. Perubahan-perubahan yang terjadi salah satunya disebabkan oleh
pengaruh hormon.21
Hormon merupakan zat yang disekresi oleh kelenjar, tanpa saluran, dan
beraksi di target organ, atau mediator kimia yang mengatur organ atau sel tertentu.
Hormon yang berpengaruh selama kehamilan adalah hormon estrogen. Estrogen

Universitas Sumatera Utara


20

berfungsi untuk regulasi homeostatis jaringan, diferensiasi organ reproduksi wanita,


dan proliferasi sel.21
Estrogen memiliki peran penting pada reproduktif biologi yang diperantai
oleh reseptor estrogen (ESRs). Reseptor estrogen adalah faktor transkripsi yang
memediatori efek pleiotropik hormon steroid terhadap pertumbuhan, perkembangan
dan keratinisasi epitel melalui pengaturan produsi protein yang terlibat dalam
proliferasi sel dan pengaturan siklus sel. Terdapat dua reseptor estrogen yaitu ESR1
(ESRα) dan ESR2 (ESRβ), ESR1 berfungsi meregulasi proliferasi dan diferensiasi
sel. Pada organ reproduktif tikus betina, menunjukkan epitel vagina mengalami
proliferasi dan diferensiasi skuamosa sel selama kehamilan.21

2.5 Eksfoliatif Sitologi


Eksfoliatif sitologi merupakan pengambilan sel pada permukaan mukosa
rongga mulut yang bertujuan untuk mendeteksi dan mendiagnosis lesi jinak maupun
ganas. 60% kanker rongga mulut dapat di diagnosis dini dan 80% kematian dapat
dicegah dengan deteksi lebih dini. Eksfoliatif sitologi telah digunakan sejak akhir
abad ke-19.10
Johannes Müller, ahli patologi yang berasal dari Berlin, pertama kali
menggunakan teknik scraping pada tumor sehingga terlihat sel kanker pada
mikroskop. Tahun 1843, Walsh menunjukkan sel kanker dari hasil scraping pada
kanker servikal. Zaskin merupakan orang pertama yang melaporkan kegunaan dari
eksfoliatif sitologi pada rongga mulut. Montgomery dan VonHmm pada tahun 1951
menggunakan eksfoliatif sitologi sebagai alat untuk diagnosis kanker rongga mulut.
Montgomery dan VonHmm pada tahun 1951 menggunakan eksfoliatif sitologi
sebagai alat untuk diagnosis kanker rongga mulut.10
Pada tahun 1967, jurnal American Dental Association (ADA) menjelaskan
bahwa eksfoliatif sitologi oral menjadi pemeriksaan yang harus dilakukan oleh dokter
gigi apabila terdapat lesi oral yang dicurigai. Eksfoliatif sitologi oral sudah digunakan
selama lebih dari 40 tahun. 60% kanker rongga mulut dapat dideteksi dini dan 80%
kematian dapat dicegah dengan.10

Universitas Sumatera Utara


21

Teknik eksfoliatif sitologi prosedurnya mudah, tidak sakit, atraumatik karena


pemeriksaan hanya dilakukan pada sel epitel yang terlepas secara fisiologis. Teknik
ini juga menguntungkan bagi pasien karena tidak sakit, relatif tidak mahal, dan dapat
di interpretasikan dengan cepat dan mudah. Eksfoliatif sitologi dilakukan pada sel
yang terdapat dipermukaan mukosa mulut. Namun, eksfoliatif sitologi pertama sekali
digunakan untuk mendeteksi lesi prekanker pada serviks. Mukosa rongga mulut yang
memiliki lapisan epitel yang sama dengan serviks, sehingga teknik ini dapat
digunakan di rongga mulut.10,23,24,25,26
Eksfoliatif sitologi diindikasikan untuk mendeteksi lesi yang pada
pemeriksaan klinis meragukan sehingga pemeriksaan visual sulit untuk menetapkan
diagnosisnya seperti lesi berupa lesi eritematus, ulserasi kronis, adanya fisur, erosi,
dan lesi yang diduga karsinoma in situ. Selain itu, eksfoliatif sitologi juga dapat
digunakan untuk memonitor kanker yang sedang dilakukan terapi penyinaran
sehingga mengetahui perkembangan sel kanker selama perawatan. Pada pasien yang
merasa takut terhadap biopsi atau menolak tindakan biopsi dengan alasan tertentu
maka eksfoliatif sitologi merupakan alternatif lain.27
Penggunaan eksfoliatif sitologi juga dapat sebagai alat bantu mendeteksi
penyakit sistemik yang bermanifestasi di rongga mulut seperti anemia pernisiosa,
anemia sickel cell, defisiensi nutrisi, lesi vesikobulousa seperti pemphigus. Lesi
keratotik, lesi homogenous leukoplakia, lesi eksofilik, lesi submukosa, dan lesi
pigmentasi yang tidak bersulkus merupakan kontraindikasi eksfoliatif sitologi.28
Hasil penelitian oleh Sabrin I.P.R, dkk didapatkan bahwa pemeriksaan
sitopatologi dapat meningkatkan keakuratan pemeriksaan histopatologi di rongga
mulut untuk lesi-lesi jinak dan dapat digunakan sebagai sarana screening untuk
menentukan lesi-lesi ganas. Jika eksfoliatif sitologi dibandingkan dengan insisi atau
biopsi, proses pengambilan sediaan eksfoliatif sitologi tidak menimbulkan luka yang
besar dan dapat mengambil sediaan pada permukaan yang lebih luas. Sedangan insisi
atau biopsi terhadap lesi dipermukaan mukosa.28
Dalam melakukan eksfoliatif sitologi di rongga mulut dapat dilakukan dengan
berbagai metode yaitu25,28,29 :

Universitas Sumatera Utara


22

1. Imprint
Sitologi imprint adalah metode mempelajari sel dengan mengambil sel dari
permukaan potongan spesimen. Sitologi imprint dilakukan pada lesi yang letaknya
ada dipermukaan dan mudah dijangkau seperti ujung lidah dan mukosa bibir. Metode
ini sederhana, cepat, ketidaknyamanan pasien minimal, dan akurat untuk
menganalisis spesimen sel kulit ganas. Metode imprint membantu penanganan lebih
awal dibandingkan menggunakan histopatologi karena hasil spesimen langsung dapat
diperoleh.30
2. Kerokan (scrap)
Pengerokan dapat dilakukan secara tegas maupun halus, tergantung pada
tempat yang akan diambil sediaannya. Spatel kayu dapat digunakan untuk
pengambilan sediaan dengan cara scraping. Cara scraping dilakukan dengan cara
mengerok mukosa oral secara berulang-ulang dan dilakukan satu arah sampai terlihat
kemerahan di daerah mukosa yang menandakan lamina propia sudah terekspos.
Spatel untuk pengerokan masih dapat digunakan, tetapi membutuhkan pengambilan
yang lebih banyak.28
3. Sikat (cytobrush)
Cytobrush adalah suatu metode eksfoliatif sitologi non invasif untuk
mengambil permukaan sel epithelium pada rongga mulut. Penggunaan cytobrush
merupakan suatu metode modern dalam eksfoliatif sitologi rongga mulut yang
didesain secara tersendiri dari bulu sikat yang berbentuk sirkuler.30
Penyikatan dengan cytobrush dapat digunakan untuk screening test yaitu
mendeteksi dini lesi prekanker.30 Metode cytobrush sederhana, relatif murah, tidak
membutuhkan anastesi dan rasa sakit yang minimal. Sel epitel rongga mulut dapat
diambil dengan memutar bulu sikat sebanyak 10-15 kali. Metode ini dapat
menghasilkan jumlah dan sebaran sel yang baik pada glass slide.31

2.5.1 Cytomorphometry
Pada tahun 1980, studi sitologi sebagian besar interpretasi subjektif atau
kualitatif. Tetapi sekarang, dengan teknologi yang semakin maju, teknik kuantitatif

Universitas Sumatera Utara


23

lebih baik seperti cytomorphometry, histometry, dan kegunaan dari image analyser
software akan melengkapi variasi sitologi. Parameter kuantitatif lebih objektif
sehingga berguna untuk menegakkan diagnosis sitopatologi.26
Cytomorphometry dapat digunakan secara selektif pada sampel yang sulit
untuk dinilai keakuratannya seperti dimensi sitoplasma dan dimensi nukelus. Pada
eksfoliatif sitologi oral dianjurkan menggunakan teknik kuantitatif seperti parameter
diameter nukleus, diameter sitoplasma, ratio perbandingan diameter nukleus dan
sitoplasma, dapat meningkatkan sensitifitas untuk mendeteksi transformasi sel ganas.
Nayar et al., dan Donald et al., menyatakan hasil dari eksfoliatif sitologi sel mukosa
bukal wanita dengan melihat diameter nukleus, diameter sitoplasma, dan ratio
perbandingan diameter nukleus dan sitoplasma dipengaruhi oleh hormonal. Reddy et
al., pada studinya peningkatan diameter nukleus dan penurunan diameter sitoplasma
dipengaruhi oleh proses penuaan dan penurunan aktivitas sel metabolik.12,26,32
Diameter sitoplasma dan diameter nukleus diukur dengan mnggunakan kursor
digital pada software dengan menarik dua garis tegak lurus dan rata-rata nilai
didapat.33
Ratio diameter nukleus sitoplasma : Diameter nukleus
Diameter sitoplasma

Gambar 6. Pengukuran diameter sel menggunakan


image analysis system33

Universitas Sumatera Utara


24

2.6 Landasan Teori


Kehamilan merupakan penyatuan sperma dan ovum pada fertilisasi yang
dilanjutkan dengan implantasi. Kehamilan terjadi secara fisiologis dan alamiah yang
umumnya berlangsung selama 40 minggu dihitung dari periode terakhir menstruasi.
Masa kehamilan terbagi atas tiga trimester yaitu trimester pertama, trimester kedua
dan trimester ketiga.13
Di dalam hubungan seksual, jutaan sperma masuk ke dalam vagina sehingga
terjadi kemotaksis sperma ke ovum. Fertilisasi ovum oleh sperma terjadi di ampula
tuba fallopi. Sperma yang telah mencapai ovum akan berkontak dengan zona
pelusida dan terjadi reaksi akrosom, yaitu terurainya akrosom organel mirip lisosom
di kepala sperma. Fertilin yang merupakan protein di permukaan kepala sperma akan
menghasilkan sinyal untuk memulai perkembangan embrio. Embrio yang sedang
berkembang yang disebut sebagai blastokista akan tetap tinggal di endometrium
selama 3 hari sebelum implantasi. Setelah kontak dengan endometrium, blastokista
dikelilingi oleh sebuah lapisan dalam sitotrofoblas yang akan menyebabkan eroi erosi
endometrisum dan terjadi implantasi di dinding dorsal uterus. Plasenta kemudian
terbentuk dan trofoblas tetap berhubungan dengan plasenta.14
Pada masa kehamilan, plasenta membentuk sejumlah hormon untuk
berlangsungnya kehamilan yaitu human chorionic gonadotropin, estrogen,
15
progesteron, dan human somatomammaotropin. Hormon estrogen meningkat pada
trimester kedua sampai trimester terakhir. Hormon ini secara langsung mempengaruhi
regulasi sel dan jaringan. Akibat sirkulasi dari hormon estrogen menyebabkan
mukosa vagina proliferasi dan maturasi dari sel epitel.22
Mukosa rongga mulut terdiri dari dua bagian yaitu epitel berlapis gepeng dan
jaringan ikat. Mukosa rongga mulut memiliki beberapa fungsi yaitu melindungi
jaringan dan organ dari lingkungan di sekitar rongga mulut, meningkatkan respon
bibir dan lidah menerima stimulasi dari luar rongga mulut, sekresi saliva yang di
produksi oleh kelenjar saliva minor.1
Untuk dapat melihat adanya proliferasi sel maka dilakukan teknik eksfoliatif
sitologi, yaitu pengambilan sel pada permukaan mukosa rongga mulut. Teknik

Universitas Sumatera Utara


25

eksfoliatif sitologi prosedurnya mudah, atraumatik, relatif tidak mahal, dan dapat
diinterpretasikan dengan cepat dan mudah. Metode eksfoliatif sitologi yang
digunakan salah satunya adalah cytobrush. Cytobrush menggunakan bulu sikat
berbentuk sirkuler yang didesain khusus untuk eksfoliatif sitologi. Sel epitel rongga
mulut dapat diambil dengan memutar bulu sikat sebanyak 10-15 kali sehingga dapat
mengambil sejumlah sel.31
Sebagian besar studi sitologi berinterpretasi kualitatif, namun dengan
teknologi yang semakin maju teknik kuantitatif lebih objektif untuk menegakkan
diagnosa sitopatologi seperti cytomorphometry, histometry. Pada eksfoliatif sitologi
oral dianjurkan menggunakan teknik kuantitatif seperti parameter diameter
sitoplasma, diameter nukleus, ratio perbandingan diameter nukleus dan sitoplasma
untuk meningkatkan sensitifitas mendeteksi transformasi sel ganas. Diameter
sitoplasma dan diameter nukleus diukur dengan menggunakan image analysis
software / cytomorphometry. Sedangkan ratio diameter nukleus sitoplasma dihitung
dengan menggunakan formula = diameter nukleus / diameter sitoplasma. 26,31
Pada masa kehamilan terjadi peningkatan level hormon estrogen dan
progesteron di dalam darah sehingga ini menyebabkan pengaruh terhadap
metabolisme sel dan proliferasi sel. Pada apusan sel pada wanita hamil terdapat
peningkatan jumlah sel yang tinggi.34,35 Hormon estrogen juga secara langsung
mempengaruhi regulasi sel dan jaringan. Akibat sirkulasi dari estrogen menyebabkan
mukosa vagina mengalami proliferasi dan maturasi dari sel epitel, dimana mukosa
vagina mempunyai epitel yang hampir sama dengan mukosa bukal.22
Mukosa rongga mulut terdiri lapisan epitel dan jaringan ikat. Lapisan epitel
pada rongga mulut adalah stratified squamous epithelium. Dari jaringan ikat yang
mendasari lamina propia ke permukaan, empat lapisan diepitel nonkeratinized adalah
stratum basal (lapisan basal), stratum spinosum (lapisan spinosum), stratum
intermediate (lapisan intermediate), dan stratum superfisial (lapisan superfisial). Pada
lapisan basal memiliki perbandingan 1:3 antara ini dan sitoplasma sedangkan pada
lapisan intermediate memiliki sel yang lebih besar dengan perbandingan inti dan
sitoplasma yaitu 1:6.1,2 Diameter nukleus semakin menurun dan diameter

Universitas Sumatera Utara


26

sitoplasma semakin meningkat dimulai dari lapisan basal sampai lapisan superfisial.
Nukleus pada sel basal relatif besar. Sel intermediate memiliki ukuran yang lebih
besar daripada sel basal tetapi ukuran nuklues sel intermediate lebih kecil daripada
sel basal.36 Pada wanita hamil, terjadi perubahan ukuran diameter nukleus dan
sitoplasma yang disebabkan akibat peningkatan level hormon estrogen dan
progesteron yang menyebabkan meningkatnya perubahan dimensi sel.34
Hipotesa penelitian ini kemungkinan terdapat perbedaan jumlah sel, diameter
nukleus - sitoplasma dan ratio nukleus sitoplasma pada epitel mukosa bukal wanita
hamil dan wanita tidak hamil.

Universitas Sumatera Utara


27

2.7 Kerangka Teori

Kehamilan

Hormonal

Hormon Hormon Hormon Hormon


HCG HPL Estrogen Progestrogen

Mukosa Rongga
Mulut

Sel Epitel
Rongga Mulut

Stratum Stratum Stratum


Basale Intermedium Superfisial

Proliferasi dan
Maturasi Sel
Epitel

Eksfoliatif
Sitologi

Metode Metode Metode


Imprint Cytobrush Scraping

Jumlah Sel Diameter Sel

Volume Sel

Universitas Sumatera Utara


28

2.8 Kerangka Konsep

Wanita
hamil

Kehamilan

Pemeriksaan eksfoliatif sitologi

Metode Cytobrush

Mengambil sejumlah sel epitel pada mukosa


bukal normal rongga mulut dengan menggunakan
sikat cytobrush berbentuk sirkuler

Fiksasi alkohol 96% untuk mencegah


destruksi sel pada glass slide

Pewarnaan sel dengan Haematoxilin-Eosin

Pengamatan sel dengan mikroskop mikrograf

Mikroskop dihubungkan ke komputer dan


menggunakan image analysis system untuk
mengukur diameter sel

1. Berapakah jumlah sel epitel mukosa bukal yang dapat diperoleh


pada wanita hamil ?

2. Apakah terdapat perubahan diameter inti dan diameter sel


mukosa bukal pada wanita hamil ?

3. Apakah terdapat perbedaan volume sel epitel mukosa bukal pada


wanita hamil dan wanita tidak hamil ?

Universitas Sumatera Utara


29

BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain penelitian


Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik melalui pendekatan cross
sectional, yang dilakukan pada wanita hamil dan wanita tidak hamil (dewasa muda).
Penelitian ini menggambarkan perbedaan jumlah sel yang dihasilkan pada
pemeriksaan eksfoliatif sitologi dengan menggunakan metode cytobrush dan ukuran
diameter sel epitel yang dihitung melalui image analysis system pada wanita hamil
yang dilakukan pada satu kali pemeriksaan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


3.2.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Rumah Sakit Badrul Aini Medan untuk
pengambilan sampel wanita hamil dan Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara untuk melakukan pewarnaan Haematoxiline-
eosin. Untuk penggunaan mikroskop mikrograf dan image analysis system dilakukan
di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara.

3.2.2 Waktu Penelitian


Waktu penelitian dilakukan sejak bulan Oktober 2016 s/d November 2017.
Dimulai dari pengumpulan sampel, kemudian dilakukan penelitian, analisa data dan
penulisan hasil serta pembahasan penelitian ini.

3.3 Populasi dan Sampel


3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua wanita yang sedang hamil umur
21-30 tahun di Rumah Sakit Badrul Aini Medan.

Universitas Sumatera Utara


30

3.3.2 Sampel
Sampel wanita hamil yang sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi akan
menjadi sampel penelitian sesuai dengan hitungan besar sampel penelitian. Cara
pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan cara consecutive sampling yaitu
pengambilan sampel dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sampai
mencapai besar sampel yang telah ditentukan.
Penentuan besar sampel menggunakan rumus data proporsi pada satu
populasi. Jumlah sampel yang dibutuhkan berdasarkan hasil perhitungan melihat
proporsi yang digunakan sebesar 50% dengan tingkat kemaknaan (α) 0,05.
Besar sampel pada penelitian ini menggunakan rumus30 :

N = 2σ2 ( Zα + Zβ )2
( μ0 – μi )2

Keterangan :
N : Sampel penelitian
Zα : Deviat baku alfa. Nilai Zα yang digunakan adalah 5% (Zα adalah 1,96)
Zβ : Deviat baku beta.Nilai Zβ yang digunakan adalah 10% (Zβ adalah 1,282)
μ0 – μi : Selisih minimal rerata yang dianggap bermakna yang ditentukan oleh
peneliti ( nilai selisih minimal rerata adalah 40% )
SD : Standar deviasi. ( nilai SD : 0,5 )

Hasil perhitungan :
N = 2 0,52 (1,96+1,282)2
(40%)2
N = 32,84

Dari rumus diatas didapat sampel sebanyak 32,84. Besar sampel dibulatkan
yaitu menjadi 33 sampel untuk masing-masing sampel yaitu wanita hamil dan wanita
tidak hamil.

Universitas Sumatera Utara


31

3.3.3 Kriteria Sampel


3.3.3.1 Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi pada penelitian ini, yaitu :
1. Umur 21-30 tahun pada wanita hamil
2. Wanita hamil pada trimester ke-II dan trimester ke-III
3. Memiliki mukosa rongga mulut yang normal
4. OH baik.

3.3.3.2 Kriteria Eksklusi


Kriteria eksklusi pada penelitian ini, yaitu :
1. Perokok
2. Alkoholik
3. Kebiasaan mulut seperti menggigit-gigit mukosa mulut
4. Pernah menerima radioterapi di daerah rongga mulut
5. Penyakit degeneratif seperti diabetes mellitus.

3.4 Variabel Penelitian

Variabel tidak terkendali


 Frekuensi Kehamilan

Variabel bebas : Variabel tergantung :


 Jumlah sel epitel
 Mukosa Normal Bukal rongga mulut
 Ukuran diameter
Wanita Hamil Kanan nukleus - sitoplasma
 Ratio nukleus
sitoplasma

Variabel terkendali
 Siklus kehamilan
 Metode cytobrush
 Mikroskop Mikrograf
 Image analysis software Axiovision Rel 4.8
 Keterampilan Operator

Universitas Sumatera Utara


32

3.4.1 Variabel bebas


Mukosa normal bukal wanita hamil kanan

3.4.2 Variabel tergantung


a. Jumlah sel epitel rongga mulut
b. Ukuran diameter nukleus – sitoplasma
c. Ratio nukleus sitoplasma

3.4.3 Variabel terkendali


a. Siklus kehamilan
b. Metode cytobrush
c. Mikroskop mikrograf
d. Image analysis software Axiovision Rel 4.8
e. Keterampilan Operator

3.4.4 Variabel tidak terkendali


a. Frekuensi kehamilan

3.5 Defenisi Operasional


a. Kehamilan adalah masa dimana seorang wanita membawa embrio atau
janin di dalam tubuhnya.
b. Usia kehamilan trimester kedua adalah keadaan mengandung embrio atau
fetus didalam tubuh selama 13-27 minggu.
c. Usia kehamilan trimester ketiga adalah keaadan mengandung embrio atau
fetus didalam tubuh selama 28-40 minggu.
c. Mukosa normal adalah mukosa rongga mulut yang secara klinis berwarna
merah muda yang menunjukkan suplai darah yang baik dengan permukaan yang
berkilau.
d. Jumlah sel epitel adalah hasil dari perhitungan sel dengan cara membagi
glass slide menjadi empat bagian, kemudian setiap bagian dengan satu lapangan

Universitas Sumatera Utara


33

pandang dihitung sel yang didapat. Setiap bagian dengan satu lapangan pandang di
foto selnya dengan menggunakan mikroskop Mikrograf dengan pembesaran 100x.
Selanjutnya sel yang telah difoto dihitung jumlah selnya dari masing-masing bagian.
e. Ukuran diameter nukleus – sitoplasma adalah ukuran diameter dari nuklues
dan sitoplasma sel yang dihitung melalui image analysis software, dengan
menggerakkan kursor digital pada sel kemudian sistem akan menghitung diameter sel
epitel.
f. Ratio nukleus sitoplasma adalah ratio ukuran diameter dari nukleus ke
sitoplasma sel yang dihitung dengan menggunakan formula diameter nukleus dibagi
dengan diameter sitoplasma.
g. Metode cytobrush adalah metode eksfoliatif sitologi pada mukosa bukal
yang dilakukan dengan cara dibrush menggunakan alat cytobrush yang memiliki bulu
sikat berdiameter 5mm dan berbentuk sirkuler.
h. Mikroskop Mikrograf adalah alat yang digunakan untuk melihat sel pada
glass slide sekaligus memfoto sel yang terlihat dan dihubungkan dengan komputer.
i. Image analysis software Axiovision Rel 4.8 adalah suatu software yang
digunakan untuk menghitung ukuran diameter sel dalam skala μm (mikrometer).
j. Keterampilan operator adalah keahlian dan ketelitian peneliti dalam
berbagai prosedur penelitian seperti pengambilan sel dengan menggunakan
cytobrush, pemeriksaan mikroskopis dan ketelitian dalam menjumlahkan sel serta
melihat gambaran sel.

3.6 Alat dan Bahan Penelitian


3.6.1 Alat Penelitian
1. Nerbeiken
2. Sonde, pinset dan kaca mulut
3. Objek glass
4. Cytobrush
5. Botol fiksasi
6. Spidol warna hitam

Universitas Sumatera Utara


34

7. Kotak penyimpanan objek glass


8. Mikroskop Mikrograf
9. Computer image analysis software Axiovision Rel 4.8
9. Masker
10. Sarung tangan

Gambar 7. Cytobrush29

Gambar 8. Mikroskop Mikrograf (Zeiss Germany)29

3.6.2 Bahan Penelitian


1. Haematoxiline

Universitas Sumatera Utara


35

2. H2O
3. Acid Alkohol 1%
4. Eosin 1%
5. Alkohol 80%
6. Alkohol 95%
7. Alkohol Absolut
8. Xylol
9. Alkohol 96%
10. Kapas
11. Kain kasa
12. Saline
.
3.7 Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data
Tahap-tahap pengambilan dan pengumpulan data penelitian ini adalah :

3.7.1 Pengambilan sel pada permukaan mukosa rongga mulut


Terlebih dahulu, alat dan bahan dipersiapkan sebelum dilakukan pengambilan
sel. Pasien dianjurkan untuk melakukan pengisian lembar persetujuaan sampel.
Kemudian dilakukan pemeriksaan rongga mulut dengan lembar pemeriksaan yang
telah tersedia.
1. Objek glass diberi label nama sampel dan bagian yang diambil di rongga mulut
dengan menggunakan pensil.
2. Pasien di dudukkan senyaman mungkin.
3. Pasien diminta untuk berkumur-kumur dengan aqua gelas yang telah disediakan.
4. Permukaan mukosa bukal dibersihkan dengan saline menggunakan kapas.
5. Mukosa bukal dibrush dengan menggunakan cytobrush dengan gerakan memutar
sebesar 360o.
6. Sel yang telah didapat disapukan ke objek glass dengan gerakan berputar dan
difiksasi dengan alcohol 96%.
7. Letakkan di atas kain kasa untuk dikeringkan diudara.

Universitas Sumatera Utara


36

8. Objek glass yang sudah kering dikirim ke Laboratorium Patologi Anatomi dengan
menggunakan kotak penyimpanan.

Gambar 9. Pengambilan sel pada permukaan mukosa rongga


mulut dengan menggunakan cytobrush (dokumentasi).

3.7.2 Pewarnaan Haematoxiline-eosin


1. Objek glass yang sudah dikirim kemudian dilakukan pewarnaan haematoxiline-
eosin.
2. Lakukan fiksasi, kemudia objek glass dicelupkan ke dalam Haematoxiline-eosin
selama 5 menit lalu bilas dengan air mengalir selama 3 menit.
3. Objek glass dicelupkan ke dalam acid alcohol 1% sebanyak 1 celup lalu bilas
dengan air mengalir selama 3 menit.
4. Lakukan pewarnaan dengan Eosin selama 2.-3 menit lalu bilas dengan air mengalir
selama 3 menit.
5. Objek glass dicelupkan juga kedalam Alkohol 80% selama 3 menit, Alkohol 95%
selama 3 menit dan Alkohol Absolut selama 3 menit.
6. Lalu objek glass dicelukpan kedalam Xylol selama 3 menit.

Universitas Sumatera Utara


37

7. Kemudian objek glass dimounting dengan Canada Balssam dan ditutup dengan
deck glass.

3.7.3 Pemeriksaan Mikroskopis


Setelah dilakukan pewarnaan, objek glass dievaluasi mengenai jumlah sel
yang didapat. Perhitungan jumlah sel dilakukan dengan membagi glass slide menjadi
4 bagian, setiap bagian diamati dengan mikroskop mikrograf. Sel yang dihitung
hanya dengan melihat inti selnya, bila sel bertumpuk maka sel yang dihitung hanya
dengan melihat inti yang tampak saja.
Mikroskop mikrograf memliki kamera pada bagian atasnya yang dapat
langsung terhubung dengan komputer. Kemudian, sel difoto dengan menggunakan
mikroskop mikrograf pembesaran 100x.

Gambar 10. Gambar sebaran epitel A) Sel yang bertumpuk


B) Sel yang tidak bertumpuk (dokumentasi).

3.7.4 Pengukuran sel epitel


Sel difoto dengan menggunakan mikroskop mikrograf pembesaran 400x.
Kemudian dilakukan penghitungan ukuran diameter sel dengan menggunakan image
analysis system. Kursor digital digerakkan kearah diameter sitoplasma dan diameter
nukleus yang akan dihitung, kemudian sistem tersebut akan mengkalkulasi diameter

Universitas Sumatera Utara


38

sel secara otomatis. Untuk mengukur ratio diameter nukleus sitoplasma


menggunakan formula yaitu diameter nukleus / diameter sitoplasma.

Gambar 11. Perhitungan ukuran diameter sel menggunakan computer image


analysis system32

3.7.5 Pengolahan dan Analisis Data


Pengolahan data dilakukan secara manual dan ditabulasi dengan sistem
komputerisasi SPSS. Uji analisis statistik ini dilakukan untuk melihat normalitas data
penelitian dengan uji Shapiro-Wilk Test. Data dianalisis secara statistik dengan
tingkat kemaknaan (P<0,05), dengan menggunakan uji statistik Mann Whitney Test
untuk melihat perbedaan jumlah sel, diameter nukleus – sitoplasma, dan ratio nukleus
sitoplasma yang didapat pada sel epitel mukosa rongga mulut wanita hamil dan tidak
hamil. Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel.

Universitas Sumatera Utara


39

BAB 4
HASIL PENELITIAN

Penelitian ini menggambarkan perbedaan jumlah sel, diameter nukleus –


sitoplasma dan ratio nukleus sitoplasma yang dihasilkan pada pemeriksaan eksfoliatif
sitologi dengan menggunakan metode cytobrush pada wanita hamil dan wanita tidak
hamil yang dilakukan pada satu kali pemeriksaan.
Populasi pada penelitian ini adalah wanita yang sedang hamil berusia 21-30
tahun di Rumah Sakit Badrul Aini. Sampel pada penelitian ini berjumlah 66 orang
wanita, 33 orang wanita yang sedang hamil dan 33 orang wanita yang sedang tidak
hamil di Rumah Sakit Badrul Aini Medan. Sampel yang tersedia tersebut diseleksi
sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi yang telah ditetapkan. Sampel yang telah
memenuhi kriteria inklusi dilakukan pengambilan sel epitel pada bagian bukal
mukosa rongga mulutnya dengan menggunakan cytobrush.
Sel epitel yang telah didapatkan dengan cytobrush disapukan ke objek glass
dengan gerakan berputar dan difiksasi dengan alkohol 96%. Kemudian objek glass
dilakukan pewarnaan menggunakan Haematoxilin-eosin. Setelah dilakukan
pewarnaan, objek glass dievaluasi mengenai jumlah sel dan diameter sel yang didapat
dari masing-masing sampel. Perhitungan jumlah sel dan diameter sel dilakukan
dengan cara membagi objek glass menjadi 4 bagian, kemudian setiap bagian dengan 1
lapangan pandang difoto dengan menggunakan mikroskop mikrograf pembesaran
100x untuk melihat jumlah sel dan pembesaran 400x untuk melihat diameter sel. Foto
setiap bagian diprint kemudian hasil print dihitung jumlah sel dari masing-masing
bagian. Pengukuran diameter sel dihitung dengan menggunakan image analysis
system. Setelah itu, ratio diameter sel dihitung dengan formula diameter nukleus
dibagi dengan diameter sitoplasma.

Universitas Sumatera Utara


40

Tabel 1. Hasil uji Mann Whitney U pada jumlah sel epitel wanita hamil dan wanita
tidak hamil
Jumlah sel epitel
Karakteristik Jumlah (orang) Signifikasi p
Mean ±SD

Hamil 33 463,64±144,11
0.00*
Tidak hamil 33 168,27±60,69

*Uji Mann Whitney U Test p < 0,05

Pada tabel 1, hasil analisis uji Mann Whitney U test diperoleh nilai signifikan
p = 0,00. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan jumlah sel epitel yang
signifikan antara kelompok wanita hamil dan wanita tidak hamil. Kelompok wanita
hamil memiliki jumlah sel epitel yang lebih banyak (463.64±144,11) dibandingkan
kelompok wanita tidak hamil (168.27±60,69).

A B
Gambar 12. Perbandingan jumlah sel epitel dari mukosa oral pada wanita hamil (A)
dan wanita tidak hamil (B) dengan pembesaran 10x10 (dokumentasi)

Universitas Sumatera Utara


41

Tabel 2. Hasil uji Mann Whitney U pada diameter nukleus wanita hamil dan wanita
tidak hamil
Diameter Nukleus
Karakteristik Signifikasi p
Mean ±SD

Hamil 12,57±5,09µm
0,07
Tidak hamil 11,05±1,96µm

Pada tabel 2, hasil analisis uji Mann Whitney U test pada diameter nukleus
wanita hamil dan wanita tidak hamil menunjukkan nilai signifikansi p = 0,07
sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan diameter nukleus yang tidak
signifikan (p > 0,05) antara kelompok wanita hamil dan wanita tidak hamil. Pada
kelompok wanita hamil diameter nukleus yang paling besar adalah 31,77 sedangkan
diameter nukleus yang paling rendah adalah 7,82. Pada kelompok wanita tidak hamil
diameter nukleus yang paling besar adalah 19,71 sedangkan diameter nukleus yang
paling rendah adalah 8,91 (lampiran 9). Hal ini menunjukkan bahwa kelompok
wanita hamil memiliki diameter nukleus yang lebih besar (12,57±5,09) dibandingkan
kelompok wanita tidak hamil (11,05±1,96).

A B
Gambar 13. Perbandingan diameter nukleus dari mukosa oral pada wanita hamil (A)
dan wanita tidak hamil (B) dengan pembesaran 40x10 (dokumentasi)

Universitas Sumatera Utara


42

Tabel 3. Hasil uji Mann Whitney U pada diameter sitoplasma wanita hamil dan
wanita tidak hamil
Diameter Sitoplasma
Karakteristik Signifikasi p
Mean ±SD

Hamil 64,65±10,04µm
0,83
Tidak hamil 68,09±20,95µm

Pada tabel 3, hasil analisis uji Mann Whitney U test pada diameter sitoplasma
wanita hamil dan wanita tidak hamil diperoleh nilai signifikan p = 0,83 sehingga
dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan diameter sitoplasma yang tidak
signifikan (p > 0,05) antara kelompok wanita hamil dan wanita tidak hamil. Pada
kelompok wanita hamil memiliki diameter sitoplasma yang paling besar adalah 80,07
sedangkan diameter sitoplasma yang paling rendah adalah 42,00. Pada kelompok
wanita tidak hamil memiliki diameter sitoplasma yang paling besar adalah 176,43
sedangkan diameter sitoplasma yang paling rendah adalah 52,04 (lampiran 9). Hal ini
menunjukkan bahwa kelompok wanita hamil memiliki diameter sitoplasma yang
lebih kecil (64,65±10,04) dibandingkan kelompok wanita tidak hamil (68,09±20,95).

A B
Gambar 14. Perbandingan diameter sitoplasma dari mukosa oral pada wanita hamil
w( A) dan wanita tidak hamil ( B) dengan pembesaran 40x10 (dokumentasi)

Universitas Sumatera Utara


43

Tabel 4. Hasil uji Mann Whitney U pada ratio nukleus sitoplasma wanita hamil dan
wanita tidak hamil
Ratio nukleus sitoplasma
Karakteristik Signifikasi p
Mean ±SD

Hamil 0,186±0,090 µm
0,728
Tidak hamil 0,170±0,048 µm

Pada tabel 4, hasil analisis uji pada ratio nukleus sitoplasma wanita hamil dan
wanita tidak hamil menunjukkan nilai signifikansi p = 0,728 sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan ratio nukleus sitoplasma yang tidak signifikan
(p > 0,05) antara kelompok wanita hamil dan wanita tidak hamil. Ratio nukleus
sitoplasma yang paling besar pada wanita hamil adalah 0,510 dan yang paling rendah
adalah 0,023. Sedangkan pada kelompok wanita tidak hamil memiliki ratio nukleus
yang lebih besar adalah 0,378 dan ratio nukleus yang lebih rendah adalah 0,111
(lampiran 9). Hal ini menunjukkan bahwa kelompok wanita hamil memiliki ratio
nukleus sitoplasma yang lebih besar (0,186±0,090) dibandingkan kelompok wanita
tidak hamil (0,170±0,048). Pada kelompok wanita hamil terdapat perbandingan ratio
nukleus sitoplasma yaitu 1:5 sedangkan pada wanita tidak hamil terdapat
perbandingan ratio nukleus sitoplasma adalah 1:6.

Universitas Sumatera Utara


44

BAB 5
PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan pada 66 orang dengan 33 orang wanita yang sedang
hamil dan 33 orang wanita yang sedang tidak hamil. Pengamatan dilakukan dengan
pengambilan sampel dari mukosa bukal menggunakan teknik cytobrush, kemudian
diamati dibawah mikroskop mikrograf dengan pembesaran 100x untuk melihat
jumlah sel dan pembesaran 400x untuk melihat diameter sel. Hasil penelitian ini diuji
dengan Saphiro-Wilk sebagai uji normalitas data, kemudian dilanjutkan dengan
analisa berdasarkan uji Mann Whitney U Test. Uji Mann Whitney U Test untuk
melihat perbandingan jumlah sel, diameter nukleus – sitoplasma dan ratio nukleus
sitoplasma pada wanita hamil dan wanita tidak hamil. Hasil yang diperoleh melalui
penelitian ini adalah berupa data jumlah sel, diameter nukleus - sitoplasma dan ratio
nukleus sitoplasma dari wanita hamil dan wanita tidak hamil.
Eksfoliatif sitologi merupakan suatu metode pengambilan sel epitel pada
permukaan mukosa rongga mulut yang terlepas. Pengamatan yang dihasilkan oleh
metode tersebut dapat digunakan untuk mengamati sel pada wanita hamil. Metode
yang sering dipakai pada eksfoliatif sitologi rongga mulut adalah cytobrush. Pada
penelitian ini digunakan metode tersebut untuk pengambilan sel epitel pada mukosa
bukal dari kelompok wanita hamil dan wanita tidak hamil.27
Berdasarkan hasil analisa uji Mann Whitney U test menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan jumlah sel epitel yang signifikan antara kelompok wanita hamil
dan wanita tidak hamil dengan nilai signifikan p = 0,00. Kelompok wanita hamil
memiliki jumlah sel epitel yang lebih banyak (463,64±144,11) dibandingkan
kelompok wanita tidak hamil (168,27±60,69). Maka penelitian ini sesuai dengan
hipotesa bahwa jumlah sel epitel pada wanita hamil lebih banyak dibandingkan
jumlah sel epitel pada wanita tidak hamil (tabel 1). Desmiana tahun 2013 menyatakan
jumlah sel epitel pada mukosa rongga mulut normal didapat 212±36,345.35

Universitas Sumatera Utara


45

Hofbauer tahun 1933 menyatakan bahwa selama kehamilan terjadi


peningkatan proliferasi sel akibat pengaruh hormonal.36 Ziskin dkk tahun 1948
menyatakan pada sel epitel rongga mulut terjadi perubahan yang mencerminkan
pengaruh hormonal.37 Menurut penelitian Donald dkk tahun 2013 menunjukkan
perubahan hormonal terhadap sel epitel rongga mulut disebabkan karena peningkatan
level hormon estrogen dan progesteron yang terjadi di dalam darah sehingga
mengakibatkan peningkatan pertumbuhan jumlah sel. Hormon estrogen
mempengaruhi sitodiferensiasi dari stratified squamous epithelium melalui reseptor
selular yang menghasilkan meningkatnya jumlah sel di dalam tubuh.34
Menurut Boorsma,P dkk tahun 1956 selama masa kehamilan, apabila
dilakukan smear pada vagina maka terdapat aktivasi proliferasi sel dan pertumbuhan
jumlah sel. Masa reproduktif kehamilan meningkat tinggi mencapai puncaknya
sekitar pada hari ke-100. Selama periode ini plasenta menstimulasi corpus luteum
untuk memproduksi jumlah hormon estrogen dan progesteron yang banyak sehingga
pada smear pada vagina terdapat peningkatan jumlah sel intermediate dan sel
superficial. Pada minggu ke-30, sel-sel yang dominan adalah sel intermediate karena
terjadi sekresi hormon progesteron yang besar.38
Cytomoprhometry merupakan metode untuk menganalisis sel berdasarkan
basis komputer. Ameta dkk tahun 2001 menyatakan parameter morfometrik seperti
diameter nukleus–sitoplasma dan ratio diameter sitoplasma dapat meningkatkan
sensitivitas dari eksfoliatif sitologi untuk diagnosis awal dari keganasaan.32,33
Mukosa rongga mulut dilapisi oleh jaringan epitel dan jaringan ikat. Sebagian
besar permukaan mukosa rongga mulut dilapisi oleh epitel skuamousa berlapis
nonkeratinized kecuali pada gingiva, palatum durum, dan permukaan dorsal lidah
dimana epitelnya adalah keratin. Dari jaringan ikat yang mendasari lamina propia ke
permukaan, empat lapisan diepitel nonkeratinized adalah stratum basal (lapisan
basal), stratum spinosum (lapisan spinosum), stratum intermediate (lapisan
intermediate), dan stratum superfisial (lapisan superfisial). Diameter nukleus semakin
menurun dan diameter sitoplasma semakin meningkat dimulai dari lapisan basal
sampai lapisan superfisial. Nukleus pada sel basal relatif besar. Sel intermediate

Universitas Sumatera Utara


46

memiliki ukuran yang lebih besar daripada sel basal tetapi ukuran nuklues sel
intermediate lebih kecil daripada sel basal. Semakin maturasi sel epitel rongga mulut,
aktivitas fisiologi dari nukleus menurun menuju ke permukaan.1,32
Pada tabel 2, hasil analisis uji menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
diameter nukleus yang tidak signifikan antara kelompok wanita hamil dan wanita
tidak hamil dengan diperoleh nilai signifikan p = 0,07. Dimana, kelompok wanita
hamil memiliki diameter nukleus yang lebih besar (12,57±5,09) dibandingkan
diameter nukleus kelompok wanita tidak hamil (11,05±1,96). Penelitian yang
dilakukan Pavan dkk tahun 2017 menyatakan diameter nukleus pada normalnya
berukuran 10,36 µm sedangkan Nivia dkk tahun 2015 menyatakan diameter nukleus
pada pasien normal berukuran 9,81µm.32,39
Hasil analisis uji pada tabel 3 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
diameter sitoplasma yang tidak signifikan antara kelompok wanita hamil dan wanita
tidak hamil pada nilai signifikan p = 0,83. Kelompok wanita hamil memiliki diameter
sitoplasma yang lebih kecil (64,65±10,04) dibandingkan diameter sitoplasma pada
kelompok wanita tidak hamil (68,09±20,95). Nivia dkk tahun 2015 menyatakan
diameter sitoplasma pada normal mukosa berukuran 79,58 µm sedangkan Pavan dkk
tahun 2017 menyatakan diameter sitoplasma pada pasien yang memiliki mukosa
normal berukuran 67,24 µm. Perbedaan ini terjadi karena pemakaian software image
analysis system yang berbeda, yaitu Image-Pro Insight image analysis system.
Software ini dapat mengukur ukuran diameter sel dengan presisi yang tepat.32,39
Pada hasil analisis uji tabel 4 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan ratio
nukleus sitoplasma yang tidak signifikan antara kelompok wanita hamil dan wanita
tidak hamil dengan nilai signifikan p= 0,728. Kelompok wanita hamil memiliki ratio
nukleus sitoplasma yang lebih besar (0,186±0,090) dibandingkan kelompok wanita
tidak hamil (0,170±0,048). Nivia dkk tahun 2015 menyatakan ratio nukleus
sitoplasma pada mukosa oral normal berukuran 0,168. Pada kelompok wanita hamil
terdapat perbandingan nukleus dan sitoplasma 1:5 sedangkan pada kelompok wanita
tidak hamil terdapat perbandingan nukleus dan sitoplasma adalah 1:6. Normalnya
perbandingan nukleus dan sitoplasma pada sel yang normal sekitar 1:4 sampai 1:6.32

Universitas Sumatera Utara


47

Secara teoritis, pada sitologi vagina yang diambil selama kehamilan terdapat
dominan sel intermediate dan sedikit sel superfisial. Dimana diameter nukleus pada
sel intermediate lebih besar dibandingkan sel superfisial dan diameter sitoplasma
pada sel intermediate lebih kecil daripada sel superfisial. Ini sesuai dengan hasil uji
penelitian pada tabel 2 dan tabel 3.41
Menurut Singh dkk tahun 2014 menyatakan peningkatan aktivitas sel ditandai
dengan perubahan morfologi seperfi hiperkromatin, pembesaran nukleus dan
meningkatnya mitosis. Ukuran diameter nukleus yang meningkat dan diameter
sitoplasma yang menurun merupakan dua perubahan morfologi yang terjadi selama
proliferasi sel aktif. Peningkatan ukuran diameter nukleus berhubungan dengan
meningkatnya jumlah deoxyribonucleic acid (DNA) yang berfungsi sebagai replikasi
sel. Sehingga, ratio nukleus sitoplasma semakin meningkat.42
Penelitian mengenai diameter nukleus-sitoplasma dan ratio nukleus
sitoplasma pada wanita hamil sebelumnya belum pernah dilakukan, namun dalam
penelitian ini terdapat perubahan selain jumlah sel epitel yang meningkat pada wanita
hamil yaitu terdapat perbedaan diameter nukleus-sitoplasma dan ratio nukleus
sitoplasma pada kelompok wanita hamil dan wanita tidak hamil walaupun tidak
signifikan. Ini dapat disebabkan akibat tingginya level hormon estrogen dan
progesteron didalam darah selama masa kehamilan yang mengakibatkan
pertumbuhan sel sehingga meningkatkan dimensi ukuran nukleus dan sitoplasma.35
Pada penelitian selanjutnya dapat diamati lebih lanjut mengenai gambaran sel epitel
dari mukosa oral wanita hamil dengan distribusi yang lebih luas. Balan dkk tahun
2006 menyatakan bahwa reseptor hormon yang terdapat pada mukosa oral dapat
mempengaruhi perubahan morfologi sel pada perempuan.43

Universitas Sumatera Utara


48

BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang didapat dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Terdapat lebih banyak jumlah sel epitel mukosa oral pada wanita hamil
dibandingkan pada wanita tidak hamil p = 0,00 (p<0,05).
2. Pada wanita hamil memiliki diameter nukleus yang lebih besar
dibandingkan pada wanita tidak hamil namun tidak signifikan p = 0,07 (p>0,05)
3. Pada wanita hamil memiliki diameter sitoplasma yang lebih kecil
dibandingkan pada wanita tidak hamil namun tidak signifikan p = 0,83 (p>0,05)
4. Ratio nukleus sitoplasma pada wanita hamil lebih besar dibandingkan
pada wanita hamil namun tidak signifikan p= 0,728 (p>0,05)

6.2 Saran
1. Penelitian lebih lanjut mengenai gambaran sel epitel dari mukosa oral
pada wanita hamil dengan distribusi usia lebih luas dari usia remaja, dewasa muda
dan usia lanjut.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan software
image analysis system Image-Pro Insight.

Universitas Sumatera Utara


49

DAFTAR PUSTAKA

1. Jose M. Essentials of oral biology (oral anatomy, histology, physiology &


embryology). New Delhi: CBS publisher, 2010: 96-105.
2. Nanci A. Ten cate’s oral histology : Development, structure, and function. USA :
Mosby Elsevier, 2008: 319-57.
3. Michael R, Joseph E, Guido B, et al. European Association of Urology. Oral
mucosa harvest : an overview of anatomic and biologic considerations. USA :
Elsevier publisher, 2007: 179-87.
4. Maidhof F, Hornstein O.P. Autoradiographic study on some proliferative
properties of human buccal mucosa. Arch Dermatol Res, 1979: 165-72.
5. Herve B, Marie L, Luc E, et al. Oral infections and pregnancy : knowledge of
gynecologists/obstetricians, midwives and dentists. J Oral Health Prev Dent
2016; 14:(1): 41-7.
6. Hasibuan S. Perawatan dan pemeliharaan kesehatan gigi-mulut pada masa
kehamilan. Dentika Dent J 2004; 1-7.
7. Lee H.Y. Influence of blocking the actions of relaxin, estrogen, and progesterone
on the rates of proliferation and apoptosis of cervical cells during rat pregnancy.
Endocrinology, 2005: 53-72.
8. Main D.M.G, Ritchie G.M. Cyclic changes in oral smears from young
menstruating women. Br J Derm 1967; 79: 20–30.
9. Rezazadeh F, Falsafi N, Sarraf Zm, Shahbazi M. Oral mucosa disorder pregnant
versus non-pregnant women. Dent J 2014; 2: 134-41.
10. Kaur M, Saxena S, Samantah Y.P, et al. Usefulness of oral exfoliative cytology in
dental practice. J Oral Health Comm Dent 2013; 7:(3): 161-5.
11. Patel P.V, Kumar S, Kumar V, Vidya G.D. Quantitive cytomorphometric analysis
of exfoliated normal gingival cells. J Cytol 2011; 28:(2): 66-72.
12. Donald et al. Hormonal changes in exfoliated normal buccal mucosal cells. J
Cytol 2013 ; 30:(4): 252-6.

Universitas Sumatera Utara


50

13. Prawirohardjo, S. Fisiologi kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir. Edisi
4. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Parwirohardjo, 2008: 174-87.
14. Guyton, Hall. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 11. Jakarta : EGC. 2006:
1070-88.
15. Ganong, W.F. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 22. Jakarta : EGC, 2005:
465-68.
16. The American College of Obstetricians and Gynecologist. Your pregnancy and
birth. 4th ed. Washington DC : Meredith Books. 2005 : 21-9.
17. Bonillas C.A, Feehan R. Normalizing the changes experienced during each three
trimester of pregnancy. J Perinatal Edu 2008; 17:(1): 39-43.
18. Fournier T, Guibourdenche J, Evain-Brion D. hCGs : Different sources of
production, different glycoforms and functions. J Placenta 2015; 1:(6): 1-6.
19. Oratz S. The hormone of the placenta. Res, 2014: 35-41.
20. Agoreyo F.O, Okeke O.G. Estrogen level in the three trimesters of pregnancy in
albino rat. Jos J of the Med 2014; 8:(1): 30-3.
21. Grover M.C, More P.V, Grover S. Crosstalk between hormones and oral health in
the mid-life of women: A comprehensive review. J Int Soc Prev Community Dent
2014; 4:(1): 5-10..
22. Leimola-Virtaren R, Pennanen R, Syrjanen K, Syrjanen S. Estrogen response in
buccal mucosa - a cytologival and immunohistological assay. J of the Climateric
Post Menopause 1997: 41-5.
23. Masood R, Jaffar R, Zaib N, et al. Oral cytomorphometry of smokers and non
smokers. J the Islamic Inter Med College 2015; 10:(3): 219-23.
24. Kabiraj A, Khaitan T, Bhowmick D, et al. Screening of oral potentially malignant
disorders using exfoliative cytology : A diagnostic modality. J of Cancer of
Epidemiology 2016; 4: 1-4.
25. Babuta S, Garg R, Morga K, Dagal N. Cytomorphometrical analysis of exfoliated
buccal mucosal cells : Effect of smoking. Acta Media Inter 2014; 1:(1): 22-6.

Universitas Sumatera Utara


51

26. Khot K, Deshmane S, Warke D, et al. A cytomorphometric analysis of oral


mucosal changes in tobacco users. J of Natural Science, Biology and Medicine
2015; 6:(1): 22-4.
27. Segura I.G, Secchi D, Carrice A, et al. Exfoliative cytology as a tool for
monitoring pre-malignant and malignant lesions based on combined stains and
morphometry techniques. J Oral Pathol Med 2014; 1-7.
28. Sabrin I.P.R. Sitopatologi eksfoliatif mukosa oral sebagai pemeriksaan penunjang
di kedokteran gigi. J Ked Kesehatan 2015; 2:(1): 157-61.
29. Braz-Silva P.H, Magalha M.H.C.G, Hofman V, et al. Usefulness of oral
cytophatology in the diagnosis of infectious disease. J Cytophatology 2010;
21:(5): 281-99.
30. Ramakrishanaiah V.P.N, Babu R, Pai D, Verma S.K. Role of imprint / exfoliative
cytology in ulcerated skin neoplasm. Indian J Surg Oncol 2013; 3:(4): 385-9.
31. Hall D.L. Oral brush biopsy technique instruction outcomes for senior dental
students. J of Dent Edu 2006; 70:(8): 820-1.
32. Nivia M, Sunil S.N, Rathy R, Anilkumar T.V. Comparative cytomoprhometric
analysis of oral mucosa cells in normal, tobacco users, oral leukoplakia and oral
squamous cell carcinoma. J Cytol 2015; 32:(4): 253- 60.
33. Khoo S.P, Primasari A, Saub R. Nuclear and cellular volumetric alterations in
oral lichen planus and lichenoid lesions : A histomorphometric study. J Oral Sci
2001; 43:(3): 151-7.
34. Donald P.M, George R, Sriram G, et al. Hormonal changes in exfoliated normal
buccal mucosa cells. J Cytol 2013; 30:(4): 252-56.
35. Desmiana D, Primasari A. Perbandingan metode cytobrush dengan scraping pada
eksfoliatif sitologi mukosa normal rongga mulut. Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara, 2013: 1-5.
36. Hofbauer J, Baltimore M.D. Epithelial proliferation in the cervix uteri during
pregnancy and its clinical implications. J Obst Gyn 1933; 25:(6): 779-91.
37. Ziskin DE, Moulton RA. Comparison of oral and vaginal smears. J Clin
Endocrinol Metab, 1948: 8:(2): 146-65.

Universitas Sumatera Utara


52

38. Boorsma P. Vaginal smear examination in normal and pathological pregnancy.


Franeker : Uitg, 1956: 173-87.
39. Palakurthy P, Kulkarni P, Nandan R. Cytological changes in normal oral mucosa
of individuals with tobacco habits : a cytomorphometric study. J Contemp Dent
Pract 2017; 18:(8): 722-27.
40. Surbone A, Peccatori F, Pavlidis N. Cancer and pregnancy. New York: Springer,
2008: 301-3.
41. Eroschenko V. Difiore’s atlas of histology with functional correlations. 11th ed.
Philadephia: Lippincott Williams & Wilkins. 2007: 474-6.
42. Singh M, Sircar K, Tandon A et al. The role of tobacco as an etiological agent for
oral cancer: Cytomorphometrical analysis of the buccal mucosa in tobacco users.
J Dent Res 2014; 11:(6): 649-55.
43. Balan, Usha. Study on clinical and cytological features of the exfoliated cells of
the oral cavity in normal menstrual cycle of the healthy women. Thesis. Rajiv
Gandhi university og health science, 2006: 119.

Universitas Sumatera Utara


53

Lampiran 1:

Universitas Sumatera Utara


54

Lampiran 2:

Universitas Sumatera Utara


55

Lampiran 3: Skema Alur Pikir

1. Jaringan lunak rongga mulut dilindungi oleh mukosa yang merupakan lapisan
terluar rongga mulut. Mukosa rongga mulut dilapisi oleh jaringan yang terdiri
dari dua lapisan, yaitu epitel dan jaringan ikat. Lapisan epitel pada rongga
mulut adalah stratified squamous epithelium yang terdiri dari sel-sel epitel
yang melekat satu sama lain dan tersusun pada masing-masing lapisannya
sedangkan jaringan ikat adalah lamina propia. (Jose M, 2010)
2. Apusan pada bukal pasien terdapat sel-sel yang terdiri dari sel intermediate,
sel superfisial, dan sel basal. Aktivitas proliferasi sel paling banyak terjadi
pada sel intermediate dibandingkan sel superfisial maupun sel basal.
(Maidhof F, Hornstein O.P, 1979)
3. Pada sel yang normal, proliferasi sel harus seimbang dengan kematian sel.
Keseimbangan antara proliferasi sel dengan kematian sel yang dapat
mempertahankan homeostatis. (Maidhof F, Hornstein O.P, 1979)
4. Pada wanita hamil, perkembangan normal kehamilan terdapat peningkatan
sekresi hormon estrogen 10 kali lipat dan progesteron 30 kali lipat. Perubahan
hormonal yang meningkat ini mengakibatkan adanya perubahan fisik lokal
termasuk rongga mulut. (Herve B, Marie L, Luc E, et al, 2016)
5. Masa kehamilan normalnya adalah 280 hari (40 minggu) dihitung dari hari
pertama haid. Kehamilan terbagi atas trimester pertama (dari bulan pertama
sampai bulan ketiga), trimester kedua (dari bulan keempat sampai bulan
keenam), dan trimester ketiga (dari bulan ketujuh sampai bulan kesembilan).
(Hasibuan S, 2004)
6. Kadar hormon estrogen dan progesteron mencapai puncak yang tinggi dan
stabil pada bulan kelima , keenam dan sebelum parturisi. (Hasibuan S, 2004)
7. Pada hormon estrogen yang tinggi, dilakukan apusan pada mukosa bukal
pasien terdapat dominan sel intermediate dan sel superfisial dan

Universitas Sumatera Utara


56

meningkatkan mitosis serta maturasi, sementara pada hormon progesteron


yang tinggi terdapat peningkatan jumlah sel intermediate dan penurunan
jumlah sel keratin. (Main D.M.G, Ritchie G.M, 1967)
8. Penyakit rongga mulut yang sering terjadi selama masa kehamilan seperti
gingivitis, periodontitis, karies, sensasi rasa terbakar, dan perubahan mukosa
rongga mulut. (Rezazadeh F, Falsafi N, et al, 2014)
9. Dokter gigi memiliki peran untuk menjaga kesehatan rongga mulut selama
masa kehamilan dan mencegah manifestasi sistemik dan lokal. Beberapa
teknik klinis menggunakan screening perubahan mukosa rongga mulut dan
sitologi oral untuk mengidentifikasi populasi yang beresiko tinggi. (Kaur M,
et al, 2013)
10. Sitologi oral merupakan teknik yang relatif sederhana, non-invasif, bebas
resiko dan dapat diterima dengan baik oleh pasien yang menggunakan
berbagai macam metode salah satunya adalah cytobrush. (Kaur M, et al,
2013)
11. Cytomorphometric meningkatkan potensial akurasi dari sitologi oral yang
mengevaluasi beberapa parameter seperti diameter nukleus, diameter sel, area
nukleus, area sitoplasma, dan rasio nukleus ke sitoplasma area. (Patel, et al,
2013)

Rumusan Masalah

1. Apakah terdapat perbedaan jumlah sel epitel mukosa bukal yang diperoleh pada
wanita hamil dan wanita tidak hamil?
2. Apakah terdapat perubahan ukuran diameter nukleus dan diameter sel epitel
mukosa bukal pada wanita hamil dan wanita tidak hamil?
3. Apakah terdapat perbedaan volume sel epitel mukosa bukal pada wanita hamil
dan wanita tidak hamil?

Universitas Sumatera Utara


57

Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui jumlah sel epitel mukosa bukal pada wanita hamil.
2. Untuk mengetahui perubahan diameter inti dan diameter sel epitel mukosa bukal
pada wanita hamil.
3. Untuk mengetahui perbedaan volume sel epitel mukosa bukal pada wanita hamil
dan wanita tidak hamil

Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan mengenai
perubahan ukuran diameter sel epitel mukosa bukal pada wanita hamil bagi dokter
gigi.
2. Penelitian ini diharpkan dapat menjadi referensi pengetahuan dan bahan ajar bagi
Departemen Biologi Oral mengenai perubahan ukuran diameter sel epitel mukosa
bukal pada wanita hamil.

Manfaat Praktis
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengetahui perubahan ukuran diameter sel
epitel mukosa bukal yang terjadi pada wanita hamil.
2. Mempergunakan eksfoliatif sitologi sebagai suatu metode skrining rongga mulut.

Universitas Sumatera Utara


58

Hipotesis Penelitian
1. H0 : Tidak terdapat perubahan jumlah sel epitel mukosa jumlah sel epitel
mukosa bukal pada wanita hamil dan wanita tidak hamil.
Hα : Terdapat perubahan jumlah sel epitel mukosa bukal pada wanita hamil
dan wanita tidak hamil.
2. H0 : Tidak terdapat perubahan ukuran diameter nukleus dan diameter sel
epitel mukosa bukal pada wanita hamil dan wanita tidak hamil.
Hα : Terdapat perubahan ukuran diameter nukleus dan diameter sel epitel
mukosa bukal pada wanita hamil dan wanita tidak hamil.
3. H0 : Tidak terdapat perbedaan volume sel epitel mukosa bukal pada wanita
hamil dan wanita tidak hamil.
Hα : Terdapat perbedaan volume sel epitel mukosa bukal pada wanita hamil
dan wanita tidak hamil.

Universitas Sumatera Utara


59

Lampiran 4: Lembar Persetujuan Kepada Subjek Penelitian

LEMBAR PERSETUJUAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Kepada Yth :
Saudari
………………..

Bersama ini saya, Cynthia yang sedang menjalani program sarjana pada
Fakultas Kedokteran Gigi USU, memohon kesediaan saudari untuk berpartisipasi
sebagai subjek penelitian saya yang berjudul “ PERUBAHAN SEL EPITEL YANG
TERJADI PADA PERMUKAAN MUKOSA BUKAL WANITA HAMIL ”.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui perubahan sel epitel yang
terjadi pada permukaan mukosa bukal wanita hamil dan tidak hamil dengan
melakukan pengambilan swab mukosa bukal.
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi tentang
perubahan sel epitel yang terjadi pada permukaan mukosa bukal wanita hamil dan
tidak hamil.
Saudari sekalian, tingginya kadara hormon selama masa kehamilan
mempengaruhi sel pada mukosa rongga mulut. Pada penelitian ini, saudari akan
menjalani prosedur penelitian. Saudari akan diberi kuesioner dan memilih jawab yang
telah disediakan. Setelah pengisian kuesioner selesai, saya akan melakukan
pengambilan sel epitel pada mukosa pipi dengan menggunakan cytobrush. Penelitian
ini tidak menimbulkan efek samping. Semua tindakan membutuhkan waktu sekitar 5-
10 menit. Selama penelitian, pemeriksaan ini tidak akan menimbulkan rasa sakit
maupun masalah/komplikasi pada rongga mulut sendiri.
Partisipasi saudara/I untuk melakukan penelitian ini bersifat sukarela tanpa
paksaan. Jika saudari sudah mengerti isi dari lembar persetujuan ini dan bersedia
menjadi subjek penelitian, maka mohon kiranya saudari untuk mengisi dan

Universitas Sumatera Utara


60

menandatangani surat pernyataan persetujuan sebagai subjek penelitian yang


terlampir pada lembar berikutnya. Saudari dapat mengundurkan diri dari penelitian
ini bila merasa keberatan.
Pada penelitain ini, identitas saudara/i akan disamarkan hanya dokter peneliti,
anggota peneliti, anggota komisi etik yang dapat melihat data tersebut. Kerahasiaan
data saudara/i akan dijaga sepenuhnya.
Demikian lembar persetujuaan ini saya buat, semoga keterangan ini dapat
dimengerti dan atas kesediaan saudara/i untuk berpartisipasi dalam penelitian ini saya
ucapkan terima kasih.

Peneliti,

Cynthia

Universitas Sumatera Utara


61

Lampiran 5: Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN


( INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama :
Usia :
Alamat :
No.Telp/HP :

Setelah mendapatkan penjelasan tentang penelitian ini:


Judul penelitian : Perubahan Sel Epitel Yang Terjadi Pada Permukaan Mukosa
Bukal Wanita Hamil
Nama peneliti : Cynthia
NIM : 130600125
Fakultas : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

Dengan ini saya mengakui bahwa saya memahami sepenuhnya tentang penelitian ini
dan bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini secara sukarela tanpa paksaan. Saya
mengerti bahwa saya telah dijamin terhadap setiap kerugian yang timbul. Nama saya
tidak akan diumumkan dan akan diperlakukan secara rahasia oleh peneliti.
Demikian surat pernyataan ini untuk dapat digunakan sepenuhnya.

Medan, 2017
Mahasiswa Peneliti, Yang Menyetujui,

Cynthia .............................................

Universitas Sumatera Utara


62

Lampiran 6: Kuesioner

DEPARTEMEN BIOLOGI ORAL


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PERUBAHAN SEL EPITEL YANG TERJADI PADA


PERMUKAAN MUKOSA BUKAL
WANITA HAMIL
No :
Tanggal :

KUESIONER

A. Identitas Sampel
Nama :
Usia :
Alamat :
No.Telp/HP :
Kelompok : a. Hamil , bulan ke…. b. Tidak hamil

B. Riwayat Sampel
1. Apakah anda memiliki penyakit degeneratif seperti diabetes mellitus ?
a. Ya, sebutkan ………
b. Tidak
2. Apakah anda mengonsumsi obat-obatan secara rutin seperti pil KB, antihistamin?
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah anda pernah menerima radioterapi di sekitar rongga mulut ?
a. Ya

Universitas Sumatera Utara


63

b. Tidak
4. Apakah anda mempunyai keluhan pada daerah rongga mulut ?
a. Ya
b. TIdak

Universitas Sumatera Utara


64

Lampiran 7: Lembar Pemeriksaan


1. Odontogram

2. Jaringan lunak mulut`


Mukosa Bukal Normal Ada Kelainan …..
Mukosa Labial Normal Ada Kelainan …..
Frenulum Labial Normal Ada Kelainan …..
Lidah Normal Ada Kelainan …..
Palatum Normal Ada Kelainan …..
Tonsil Normal Ada Kelainan …..
Dasar Mulut Normal Ada Kelainan …..
Gingiva Normal Ada Kelainan …..

Universitas Sumatera Utara


65

3. Indeks Oral Hygiene

16 11 26
46 31 36

Debris Index (DI) Calculus Index (CI)


Skor Keterangan Skor Keterangan
0 Tidak ada debris 0 Tidak ada kalkulus
Supragingiva kalkulus
1 Debris menutupi < 1/3 gigi 1
menutupi < 1/3 gigi
Supragingiva kalkulus > 2/3
Debris menutupi > 1/3 gigi
2 2 gigi atau ada flek subgingiva
dan < 2/3 gigi
kalkulus
Supragingiva kalkulus > 2/3
3 Debris menutupi >2/3 gigi 3 gigi atau ada subgingiva di
sekililing gigi

Nilai DI-S = Nilai CI-S =


Jumlah total nilai setiap gigi
Jumlah permukaan yang diperiksa
Nilai OHI-S = DI-S + CI-S

Derajat Kebersihan Mulut

Baik 0 - 1,2

Sedang 1,3 - 3,0

Buruk 3,1 – 6,0

Universitas Sumatera Utara


66

Kriteria pemberian skor dengan indeks periodontal


Kode Kriteria

0 Negatif Tidak ada kerusakan jaringan periodontal,


tidak ada kehilangan fungsi akibat
kerusakan jaringan pendukung.

1 Gingivits ringan Ada daerah yang mengalami peradangan


pada tepi gingiva bebas tetapi tidak
mengelilingi gigi.

2 Gingivits sedang Peradangan mengelilingi gigi, tetapi


perlekatan epitel masih utuh

6 Gingivitis disertai Perlekatan epitel terputus, adanya saku


pembentukan saku periodontal, fungsi pengunyahan normal,
periodontal gigi masih utuh pada soketnya dan tidak
tilting

8 Kerusakan periodon- Gigi goyang, tilting, bunyinya tumpul pada


waktu dilakukan perkusi dengan logam atau
tal yang hebat dan
gigi terlihat tidak stabil berada dalam soket
kehilangan fungsi
pengunyahan

Skor periodontal indeks = Total skor penilaian pemeriksaan pada gigi


Jumlah gigi yang diperiksa
= ……………

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

Universitas Sumatera Utara


67

Lampiran 8: Hasil Perhitungan SPSS

Uji Normalitas Data

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Jumlah Epitel .141 66 .002 .921 66 .000

Diameter_Nukleus .343 66 .000 .563 66 .000

Diameter_Sitoplasma .181 66 .000 .609 66 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Group Statistics

Kelompok
Sampel N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Jumlah Epitel Hamil 33 463.6364 144.10843 25.08606

Normal 33 168.2727 60.68993 10.56476

Diameter_Nukleus Hamil 33 12.5727 5.09333 .88664

Normal 33 11.0497 1.96169 .34149

Diameter_Sitoplasma Hamil 33 64.6506 10.08585 1.75572

Normal 33 68.0936 20.94991 3.64691

Universitas Sumatera Utara


68

Uji Mann Whitney U

a
Test Statistics

Jumlah Epitel Diameter_Nukleus Diameter_Sitoplasma

Mann-Whitney U 14.000 404.500 528.000

Wilcoxon W 575.000 965.500 1089.000

Z -6.804 -1.795 -.212

Asymp. Sig. (2-tailed) .000* .073 .832

a. Grouping Variable: Kelompok Sampel

Group Statistics

Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Rasio Nukleus Sitoplasma Hamil 32 .18622 .090186 .015943

Tidak Hamil 33 .17006 .048474 .008438

a
Test Statistics

Rasio Nukleus
Sitoplasma

Mann-Whitney U 501.500

Wilcoxon W 1062.500

Z -.348

Asymp. Sig. (2-tailed) .728

a. Grouping Variable: Kelompok

Universitas Sumatera Utara


69

Lampiran 9: Data Kelompok

Data jumlah sel epitel pada 4 lapang pandang kelompok wanita hamil dan
wanita tidak hamil

Kelompok Hamil
No. Lapangan Pandang Total
1 2 3 4
1 80 104 43 60 287
2 106 80 94 70 350
3 76 69 80 142 370
4 121 280 65 42 508
5 130 80 103 70 383
6 62 107 142 115 426
7 170 142 180 175 667
8 150 94 85 89 418
9 69 98 80 105 352
10 88 88 65 66 312
11 96 113 103 90 402
12 120 110 95 100 425
13 150 220 120 190 680
14 110 143 82 91 426
15 142 120 150 148 560
16 168 150 128 110 556
17 135 168 108 84 495
18 128 101 146 152 527
19 131 144 152 125 552
20 153 160 203 238 754
21 184 195 105 141 625
22 240 133 105 121 599
23 95 64 81 65 305
24 69 83 73 96 321
25 72 95 56 60 283
26 148 104 126 138 516
27 96 114 109 82 401
28 89 108 120 94 411
29 148 121 107 97 473
30 49 63 79 89 275
31 62 73 47 36 218
32 165 192 187 210 754
33 116 134 226 193 669

Universitas Sumatera Utara


70

Kelompok Tidak Hamil


No. Lapangan Pandang Total
1 2 3 4
1 33 41 34 67 `175
2 20 24 28 27 95
3 63 32 46 28 169
4 70 84 89 25 208
5 69 124 36 79 308
6 37 45 31 35 148
7 65 26 66 64 221
8 67 74 75 80 296
9 49 43 49 68 209
10 58 49 44 36 187
11 36 74 17 52 159
12 119 60 36 57 272
13 61 82 47 24 214
14 40 60 82 46 228
15 55 37 40 37 169
16 20 31 24 16 91
17 22 23 24 25 94
18 16 103 67 48 234
19 57 49 29 17 152
20 31 54 17 18 120
21 72 26 21 28 147
22 26 36 74 19 155
23 60 42 40 20 162
24 59 69 45 43 216
25 23 18 37 23 101
26 25 32 50 45 153
27 31 33 27 20 111
28 62 44 75 42 223
29 22 29 32 50 133
30 19 35 17 21 92
31 27 15 13 24 79
32 17 21 39 24 101
33 41 23 26 19 131

Universitas Sumatera Utara


71

Data ukuran diameter nukleus pada 4 lapang pandang kelompok wanita hamil
dan wanita tidak hamil

Kelompok Hamil

No. Lapangan Pandang Total Rata-rata


1 2 3 4 Total
1 12,39 11,03 12,28 9,23 44,93 11,23
2 10,75 13,61 13,05 13,06 50,47 12,61
3 12,07 9,02 8,62 13,97 43,68 10,92
4 12,69 12,39 13,77 10,62 49,46 12,36
5 10,32 11,79 11,65 13,42 47,18 11,79
6 11.45 11,05 8,54 8,54 39,58 9,89
7 11,7 13,58 12,13 12,37 49,78 12,44
8 12,45 12,79 13,83 10,78 49,85 12,46
9 15,19 10,30 10,76 10,64 46,89 11,72
10 10,79 8,75 11,17 12,18 42,83 10,70
11 10,74 10,29 94,16 11,89 127,08 31,77
12 14,77 11,33 10,57 12,44 49,11 12,28
13 9,05 7,83 8,85 1,06 26,77 6,69
14 9,82 10,16 1,11 10,20 31,29 7,82
15 9,88 12,73 12,84 10,76 46,21 11,55
16 11,78 11,11 10,01 11,20 44,1 11,02
17 12,64 11,3 11,67 12,03 47,64 11,91
18 11,14 14,47 11,78 10,28 47,67 11,92
19 9,90 10,64 13,01 7,95 41,5 10,37
20 11,20 9,65 9,66 11,78 42,29 10,57
21 10,44 9,63 11,90 13,07 45,04 11,25
22 10,63 13,68 14,56 11,32 112,46 28,11
23 10,56 8,85 10,93 13,83 44,17 11,04
24 10,56 9,41 10,226 11,05 41,27 10,32
25 8,63 8,3 12,30 12,49 41,72 10,43
26 11,67 12,13 12,30 10,76 42,09 10,52
27 12,65 9,60 12,21 13,57 48,03 12,00
28 11,1 9,40 3,91 10,59 35,00 8,75
29 10,75 10,76 13,28 10,37 45,16 11,29
30 11,40 12,92 12,15 10,36 46,83 11,70
31 11,10 14,84 11,68 12,06 49,68 12,42
32 9,07 12,13 10,50 11,53 89,85 22,46
33 12,90 13,85 12,05 11,54 50,33 12,58

Universitas Sumatera Utara


72

Kelompok Tidak Hamil


No. Lapangan Pandang Total Rata-rata
1 2 3 4 Total
1 3,63 9,43 11,80 9,34 39,2 9,8
2 11,59 11,74 10,97 14,48 48,78 12,19
3 11,27 14,16 10,89 10,43 46,75 11,68
4 10,29 9,28 10,36 9,85 39,78 9,94
5 7,82 1,12 8,30 10,64 27,88 6,97
6 9,25 10,99 9,75 11,17 41,16 10,29
7 10,83 14,18 11,89 8,84 44,94 11,23
8 7,61 10,51 10,09 9,62 37,83 9,45
9 11,90 11,75 14,72 13,71 52,08 13,02
10 11,11 14,15 12,52 11,17 48,95 12,23
11 9,54 11,08 11,05 10,43 42,1 10,5
12 11,18 11,58 10,16 10,43 43,35 10,83
13 7,68 10,44 10,22 10,56 38,9 9,72
14 12,08 7,84 10,32 12,48 42,72 10,68
15 13,72 10,25 9,85 14,45 48,27 12,06
16 10,36 9,87 8,74 11,17 40,14 10,03
17 10,04 8,96 8,02 10,42 37,44 9,36
18 11,05 10,73 13,17 12,01 46,96 11,74
19 8,81 11,72 10,53 7,52 78,85 19,71
20 7,70 9,87 11,54 10,17 39,28 9,82
21 14,89 9,23 1,01 10,53 35,66 8,91
22 8,56 9,90 11,68 111,72 41,96 10,46
23 10,43 10,53 12,58 11,52 45,06 11,26
24 10,03 13,84 12,91 12,11 48,89 12,22
25 10,48 14,28 10,64 9,87 45,27 11,31
26 10,37 13,56 11,24 10,20 45,37 11,34
27 9,79 9,38 12,37 12,95 44,49 11,12
28 10,75 12,48 10,03 12,67 45,93 11,48
29 9,55 12,91 8,09 10,04 40,59 10,15
30 8,61 14,26 9,55 10,41 42,84 10,7
31 10,53 10,50 11,05 10,25 42,33 10,58
32 11,73 10,86 12,43 11,74 46,76 11,69
33 13,99 10,89 14,10 9,59 48,57 12,14

Universitas Sumatera Utara


73

Data ukuran diameter sitoplasma pada 4 lapang pandang kelompok wanita


hamil dan wanita tidak hamil

Kelompok Hamil
No. Lapangan Pandang Total Rata-rata
1 2 3 4 Total
1 84,77 71,48 96,96 49,74 302,95 75,74
2 78,39 56,89 77,46 68,84 281,52 76,38
3 92,59 66,57 97,80 77,31 314,27 78,57
4 66,21 66,99 90,85 67,37 291,42 72,85
5 41,82 65,83 85,52 59,72 252,49 63,12
6 85,98 68,29 62,11 49,56 265,94 66,48
7 89,13 84,83 71,27 54,26 299,49 74,87
8 61,76 60,57 60,28 64,86 47,47 61,86
9 71,27 56,91 40,52 58,35 227,05 56,76
10 57,16 61,63 81,07 37,30 277,16 69,29
11 78,17 58,79 92,48 52,27 261,71 65,43
12 66,42 42,27 67,81 37,42 213,92 53,48
13 61,99 64,27 42,65 82,57 251,48 62,87
14 68,31 54,26 56,72 57,61 236,72 59,18
15 59,25 86,31 65,87 57,19 264,52 66,13
16 76,97 36,71 52,56 65,91 232,13 58,03
17 90,87 72,64 76,67 80,13 320,31 80,07
18 73,91 89,58 89,86 62,21 314,66 78,66
19 68,83 70,20 65,95 54,69 259,67 64,92
20 66,40 62,21 43,93 55,84 228,38 57,09
21 73,32 73,42 58,63 71,81 277,18 69,29
22 44,44 13,68 73,08 36,83 168,03 42,00
23 62,10 96,17 38,25 85,40 281,92 70,48
24 64,95 70,48 62,10 76,00 273,17 68,29
25 40,89 36,73 62,49 40,53 180,64 45,16
26 61,11 71,57 75,22 52,69 260,56 65,14
27 60,95 44,12 50,53 63,69 219,29 54,82
28 70,72 35,86 42,57 72,58 221,73 55,43
29 76,84 78,92 79,13 79,89 314,78 78,69
30 65,85 86,65 58,54 69,06 280,1 70,02
31 67,84 77,61 75,21 54,27 274,73 68,68
32 41,23 73,26 57,12 51,10 176,09 44,02
33 64,14 53,75 56,41 64,38 238,68 59,67

Universitas Sumatera Utara


74

Kelompok Tidak Hamil


No. Lapangan Pandang Total Rata-rata
1 2 3 4 Total
1 83,86 74,45 89,87 72,74 320,92 80,23
2 81,68 89,16 74,49 105,92 255,86 63,96
3 83,98 86,51 73,77 45,84 290,1` 72,52
4 76,94 66,68 71,12 77,25 293,99 73,49
5 69,39 45,17 81,13 54,04 249,73 62,13
6 42,29 41,92 75,54 72,88 232,63 58,16
7 76,48 54,76 52,20 58,54 241,98 60,49
8 73,81 85,10 52,56 65,26 276,64 69,63
9 46,36 92,63 46,05 67,29 252,33 63,08
10 74,74 59,52 57,88 52,60 244,74 61,18
11 71,92 59,32 76,69 49,24 260,17 65,04
12 72,40 58,51 81,90 63,29 276,1 69,02
13 76,33 80,42 56,36 71,75 284,86 71,21
14 68,39 80,24 57,01 65,49 271,13 67,78
15 102,5 96,53 101,59 57,93 358,55 89,64
16 47,58 62,18 60,59 53,43 233,78 55,94
17 69,16 36,98 51,86 61,03 214,03 53,50
18 49,50 46,27 68,08 55,74 219,59 54,89
19 70,23 70,03 50,80 57,36 208,19 52,04
20 56,00 87,82 64,63 64,59 273,04 68,26
21 76,22 45,47 62,14 52,61 236,44 59,11
22 69,54 46,05 50,73 58,65 225,01 56,25
23 45,67 77,18 67,14 61,85 251,84 62,96
24 61,71 52,74 87,75 85,06 287,26 71,81
25 71,35 48,44 49,05 62,94 232,03 58,6
26 89,36 52,58 54,29 70,23 293,63 68,40
27 56,73 57,42 52,55 70,23 236,57 59,14
28 72,63 64,23 71,37 59,16 267,35 66,83
29 75,31 69,74 41,88 84,34 271,27 67,81
30 64,62 80,66 67,09 27,72 240,09 60,02
31 80,0 61,62 78,05 85,94 705,72 176,40
32 57,66 78,81 65,23 66,67 268,37 67,09
33 45,72 52,71 68,50 75,56 242,49 60,62

Universitas Sumatera Utara


75

Data ratio nukleus sitoplasma pada kelompok wanita hamil dan wanita tidak
hamil

No. Kelompok Hamil Kelompok Tidak Hamil


1 0,148 0,122
2 0,165 0,190
3 0,138 0,161
4 0,169 0,135
5 0,186 0,111
6 0,148 0,176
7 0,166 0,185
8 0,201 0,136
9 0,206 0,206
10 0,154 0,199
11 0,485 0,161
12 0,229 0,156
13 0,106 0,136
14 0,132 0,157
15 0,174 0,134
16 0,189 0,179
17 0,148 0,174
18 0,151 0,213
19 0,159 0,378
20 0,185 0,143
21 0,162 0,150
22 0,023 0,185
23 0,156 0,178
24 0,151 0,170
25 0,230 0,193
26 0,161 0,165
27 0,218 0,188
28 0,157 0,171
29 0,143 0,149
30 0,167 0,178
31 0,180 0,059
32 0,510 0,174
33 0,210 0,200

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai