Anda di halaman 1dari 263

Kumpulan

Ceramah
Ramadhan
Bekal Da’i untuk Ceramah Tarwih & Ta’lim Subuh

Isi Buku Ini Adalah Hasil Transkrip Ceramah dari


Ustadz Harman Tajang, Lc di Berbagai Waktu & Tempat
RAMADHAN SELALU INDAH...

(Sebuah Pengantar)

Manusia-manusia shalih sepanjang zaman selalu


merindukannya.

Karena ia adalah “hidangan” Allah yang sepanjang-


panjangnya dan seindah-indahnya. Ampunan dan maghfirahNya
terbentang begitu luas, hingga sungguh hanya manusia-manusia
bodoh sajalah yang akan kehilangannya. Janji anugrahNya di
saat engkau menahan perihnya lapar dan dahaga, sungguh tak
terkira. Hanya Ia yang tahu tentang itu. Terserah Dia jugalah
anugrah itu dilipatgandakannya untukmu...

Dan –sekali lagi-, hanya manusia-manusia pandir sajalah


yang melepaskan janji Sang Maha memenuhi janji itu...

Itulah Ramadhan. Momentum terindah dalam jejak


langkahmu di 12 bulan setahun ini.

Itulah Ramadhan. Bukti cinta Allah yang Maha Pengasih


untuk kita, karena Ia Mahatahu bahwa kita tidak lebih dari
sekumpulan hamba pendosa, yang terjatuh dan terjatuh lagi
dalam dosa. Maka Dia pun menghadirkan Ramadhan dalam
hidupmu...

Agar engkau datang menghiba ampunanNya.


Agar engkau menyeret langkah meski payah, demi
menorehkan namamu di barisan para hamba yang
dibebaskanNya dari neraka.

Agar engkau memaksa jiwa tersaruk letih, demi mengetuk


pintu al-Rayyan yang menghantarkanmu dirimu yang payah
menghirup semerbak Jannah yang hanya diliputi keindahan.

Maka itulah Ramadhan selalu saja indah...

***

Dan Ramadhan kali ini menjadi semakin indah...

Semakin indah, karena kita akan dibersamai oleh


“hidangan ilmu” yang teracik indah dari untaian kalam yang
bernas dari al-Ustadz al-Fadhil, Harman Tajang –hafizhahuLlah-.

Jika selama ini, kita “hanya” bisa menikmati kefasihan dan


kecemerlangan paparan beliau secara lisan, maka di Ramadhan
kali ini, setidaknya kita dapat menikmatinya melalui lembar-
lembar yang teruntai lewat kata dan kalimat.

Makassar, 12 Mei 2018

Dr. Muh. Ihsan Zainuddin, Lc., M.Si.


‫الرحِ ِيم‬
‫الرحْ َم ِن ه‬ ‫بِس ِْم ه ِ‬
‫َّللا ه‬

‫ت أ َ ْع َما ِلنَا‬ ‫ور أ َ ْنفُ ِسنَا‪َ ,‬و َ‬


‫سيِّئ َا ِ‬ ‫‪ِ .‬إ هن ْال َح ْم َد ِ هَلِلِ‪ ,‬نَ ْح َم ُدهُ‪َ ,‬ونَ ْستَعِينُهُ‪َ ,‬ونَ ْست َ ْغف ُِرهُ‪َ ,‬ونَعُوذُ بِ ه ِ‬
‫اَلِل ْ‬
‫مِن ش ُُر ِ‬

‫ِي لَهُ‪َ ,‬وأ َ ْش َه ُد أ َ ْن الَ إِلَهَ إِاله ه‬


‫َّللاُ َوحْ َدهُ الَ ش َِريْكَ‬ ‫ضل ِْل فَالَ هَاد َ‬ ‫ضله لَهُ‪َ ,‬و َم ْن يُ ْ‬ ‫َم ْن يَ ْه ِد ِه ه‬
‫َّللاُ فَالَ ُم ِ‬
‫سولُه ُ‬ ‫ر‬ ‫و‬ ‫ه‬‫د‬‫ُ‬ ‫ب‬
‫ْ‬
‫ُ َ ه َ ُ َ َ ُ‬‫ع‬ ‫ًا‬
‫د‬ ‫م‬ ‫ح‬ ‫م‬ ‫ن‬‫ه‬ ‫َ‬ ‫أ‬ ‫د‬
‫ُ‬ ‫‪.‬لَهُ‪َ ,‬وأ َ ْش َه‬

‫َّللا َح هق ت ُ َقاتِ ِه َوالَ ت َ ُموت ُ هن ِإاله َوأ َ ْنت ُ ْم ُم ْس ِل ُمونَ‬


‫‪َ .‬يا أَيُّ َها الهذِينَ آ َمنُوا اتهقُوا ه َ‬
‫ث مِ ْن ُه َما ِر َجاالً‬‫اس اتهقُوا َربهكُ ُم الهذِي َخلَقَكُ ْم م ِْن نَ ْف ٍس َواحِ َدةٍ َو َخلَقَ مِ ْن َها زَ ْو َج َها َو َب ه‬
‫َيا أَيُّ َها ال هن ُ‬
‫َ‬
‫عل ْيكُ ْم َرقِيبًا‬ ‫ام ِإ هن ه‬
‫َّللاَ َكانَ َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬
‫سا َءلونَ بِ ِه َواألََ ْر َح َ‬ ‫ه‬ ‫ُ‬
‫سا ًء َواتهقوا ه َ‬
‫َّللا الذِي ت َ َ‬ ‫‪َ .‬كث ً‬
‫ِيرا َونِ َ‬

‫صلِحْ لَكُ ْم أَع َْمالَكُ ْم َويَ ْغف ِْر لَكُ ْم ذُنُوبَكُ ْم َو َم ْن يُِِ ِ ِ‬ ‫يَا أَيُّ َها الهذِينَ آ َمنُوا اتهقُوا ه َ‬
‫َّللا َوقُولُوا قَ ْوالً َ‬
‫سدِيدًا يُ ْ‬
‫‪َّ.‬للا َو َرسُولَهُ فَقَ ْد فَازَ فَ ْو ًزا َ‬
‫عظِ ي ًما‬ ‫هَ‬

‫‪:‬أ َ هما بَ ْع ُد‬

‫ي ُم َح همدٍ‪َ ,‬وش هَر األ ُ ُم ِ‬


‫ور ُمحْ َدثَات ُ َها‪َ ,‬وكُله ُمحْ َدث َ ٍة‬ ‫َّللاِ‪َ ,‬و َخي َْر ْال َه ْدي ِ َه ْد ُ‬
‫َاب ه‬ ‫فَإ ِ هن َخي َْر ْال َحدِي ِ‬
‫ث ِكت ُ‬
‫ضالَلَ ٍة فِي النه ِ‬
‫ار‬ ‫ضالَلَةٌ‪َ ,‬وكُ ُّل َ‬ ‫عةٌ‪َ ,‬وكُله بِ ْد َ‬
‫ع ٍة َ‬ ‫بِ ْد َ‬

‫‪Segala puji bagi Allah subhanahu wa ta‟ala atas nikmat tak‬‬


‫‪terhingga, shalawat serta salam salam semoga tetap tercurah‬‬
‫‪kepada nabi kita Muhammad shallallahu „alaihi wasallam.‬‬

‫‪Seorang hamba ketika meninggal dunia maka terputuslah‬‬


‫‪amalan-amalannya, karena tidak lagi memiliki kekuatan apa-apa‬‬
‫‪bahkan sekadar beristighfar sekali memohon ampun kepada‬‬
‫‪Allah. Namun bukan berarti tidak ada lagi jalan lain agar‬‬
‫‪pahalanya bertambah atau dosanya berkurang.‬‬
Sebagaimana sabda nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

ُ ‫ِح َي ْد‬
‫عو‬ َ ‫ار َي ٍة َوع ِْل ٍم يُ ْنتَفَ ُ ِ ِب ِه َو َولَ ٍد‬
ٍ ‫صال‬ ِ ‫ص َدقَ ٍة َج‬ ْ ‫ع َملُهُ ِإ هال‬
َ ‫مِن ث َ َالث َ ٍة م ِْن‬ َ َ‫سا ُن ا ْنق‬
َ ِ َ ِ ِ ْ َ‫ِإذَا َمات‬
َ ‫اْل ْن‬
ُ‫لَه‬

“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya


kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang
dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim)

Olehnya itu buku ini kami susun sebagai bentuk bakti kepada
ayahanda kami tercinta, Bapak Tajang Mappa rahimahullahu
ta’ala sebagai orang tua sekaligus guru yang telah memberikan
ilmu yang bermanfaat. Semoga dengan ini Allah menambahkan
pahala kebaikan serta menghapus dosa keburukan beliau. Amin.

Ucapan terimakasih yang tak terhingga juga kami ucapkan


kepada Tim Infokom Markaz Imam Malik yang dengan penuh
profesionalisme meliput, merekam, dan mentraskrip ceramah-
ceramah kami di berbagai waktu dan tempat di dalam dan luar
kota Makassar. Semoga tercatat sebagai amaliyah jariyah pada
setiap kebaikan yang dishare. Jazahumullahu Khairan.

Akhirnya kami berharap semoga buku ini bermanfaat bagi para


da‟I dalam memberikan ceramah-ceramah di masjid-masjid di
manapun mereka berada.

Makassar, 27 Sya‟ban 1439


Hijriyah
13 Mei 2018 M.

Harman Tajang, Lc.


DAFTAR ISI
Kata Pengantar ..................................................................
Daftar Isi .............................................................................
1. 5 Nasehat Sebelum Melakukan Maksiat ...................... 1
2. 3 Alamat Kebahagiaan ................................................ 9
3. 3 Ciri Akhlak Yang Mulia.............................................. 18
4. 3 Hal Yang Paling Membutuhkan Kesabaran .............. 23
5. 3 Kunci Kebahagiaan Dunia ........................................ 29
6. 3 Tips Menghindari Dosa Namimah Dan Ghibah ......... 47
7. 4 Golongan Yang Dirindukan Surga ............................ 52
8. 5 Amalan Diselamatkan Dari Neraka ........................... 61
9. 7 Tips Agar Mudah Bangun Sholat Malam................... 69
10. 11 Amalan Dibangunkan Rumah Di Surga .................. 79
11. 3 Kelezatan Dan Kebahagiaan .................................... 86
12. Cinta Allah Kepada Walinya ........................................ 91
13. Dahsyatnya Neraka ..................................................... 101
14. Cukuplah Kematian Sebagai Nasehat ......................... 111
15. Dosa Besar Menuduh Tanpa Bukti .............................. 119
16. Dunia Tak Selebar Daun Kelor .................................... 124
17. Istighfar Solusi Segala Kesulitan ................................. 138
18. Janji Allah Untuk Yang Bersabar ................................. 149
19. Kabar Gembira Yang Menjaga Sholat Subuh .............. 155
20. Kabar Gembira Bagi Yang Menjaga Sholatnya ............ 163
21. Keburukan Dari Dosa Jariyah ...................................... 171
22. Kegelapan Pada Hari Kiamat....................................... 186
23. Kematian Yang Selalu Dihindari .................................. 198
24. Keutamaan Sholat Subuh Berjama'ah ......................... 203
25. Cara Agar Tidak Termasuk Orang Yang Merugi .......... 210
26. Kisah Rindu Orang Sholeh Dengan Surga................... 220
27. Kiat Menjadi Kerabat Allah .......................................... 226
28. Sebersih Hati Penghuni Surga..................................... 236
29. Setiap Hari dan Malamnya Pembebasan Api Neraka .. 247
30. Semua Nikmat Akan Ditanya Di Hari Kemudian .......... 252
5 NASEHAT SEBELUM
MELAKUKAN MAKSIAT
‫الرحِ ٌِم‬
‫الر ْح َم ِن ه‬
‫َّللا ه‬
ِ ‫ِبس ِْم ه‬

Ada 5 nasehat sebelum melakukan maksiat dari salah seorang


salaf yang hidup pada abad ke 7 hijriyah, beliau bernama Abu
Ishak nama aslinya Ibrahim Ibn Adham Rahimahullah salah
seorang ulama Ahlusunnah yang terkenal kezuhudannya, beliau
berasal dari keluarga yang terpandang dan kaya raya.

Imam Ahmad Rahimahullah pernah ditanya:"Bisakah orang yang


memiliki ribuan dinar itu dikatakan zuhud", beliau berkata:”Bisa
yaitu ketika ia tidak tertipu dengan harta yang ia miliki dan tidak
bersedih ketika diambil oleh Allah Subhanahu wata‟ala”,. Orang
miskin tidak dikatakan zuhud ketika tamak, oleh karenanya salah
seorang salaf pernah melihat disiang hari pada bulan suci
Ramadhan ada yang bekerja sebagai pemungut sampah dan dia
tidak berpuasa dan beliau kemudian menangis, ketika ditanya
beliau berkata:”Orang yang paling celaka adalah orang yang
celaka dunianya dan celaka juga akhiratnya”, sudah terhinakan
didunia dan juga tidak mengenal tuhannya”. Biar kita miskin
yang penting mengenal Allah dan rajin beribadah dan biar kaya
yang penting taat. Karena ketakwaanlah yang menjadikan kita
mulia disisi Allah Subhanahu wata‟ala.

Suatu ketika ada seorang pemuda yang datang kepada Ibrahim


Ibn Adham Rahimahullah, pemuda ini curhat, pemuda ini
berkata:”Ya syaikh, sesungguhnya jiwaku (nafsu amarah yang
memerintahkan kepada keburukan_Penj) mendorongku untuk
melakukan kemaksiatan, tolong berikan kepadaku nasehat, yang

1
mudah-mudahan nasehat itu aku bisa menahan diri untuk
terjatuh dalam kemaksiatan".

Ibrahim Ibn Adham Rahimahullah berkata:”Jika jiwa mengajak


untuk bermaksiat kepada Allah maka silahkan, tidak mengapa
tetapi ada 5 syarat".

Pemuda ini kemudian berkata “Coba sampaikan”.

1. Ibrahim Ibn Adham Rahimahullah berkata:”Jika engkau


ingin bermaksiat kepada Allah Subhanahu wata‟ala
lakukanlah ditempat yang engkau tidak dilihat oleh Allah".

Jangankan diri kita apa yang kita sembunyikan dalam hati kita
diketahui oleh Allah Subhanahu wata‟ala

Allah Subhanahu wata‟ala berfirman:


َْ ُ‫ُور ُك ْْم أَ ْْو ت ُ ْبدُوْهُ ٌَ ْعلَ ْم ْه‬
ًِ‫ّللاُ ْۗ َوٌَ ْعلَ ُمْ َما ف‬ ِ ‫صد‬ ُ ًِ‫ن ت ُ ْخفُوا َما ف‬ ْْ ‫ل ِإ‬ ْْ ُ‫ل‬
ٌ‫ًَءٍْ لَدٌِر‬ ْ ‫لش‬ ِّْ ‫ّللاُ َعلَىْ ُك‬ َْ ‫ض ْۗ َو‬ ْ ِ ‫ت َو َما ِفً ْاْل َ ْر‬
ِْ ‫س َم َاوا‬
َ ‫ال‬

Katakanlah:"Jika kamu menyembunyikan apa yang ada


dalam hatimu atau kamu melahirkannya, pasti Allah
mengetahui". Allah mengetahui apa-apa yang ada di langit dan
apa-apa yang ada di bumi. Dan Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu". (QS. Ali „Imran : 29).

َ ْ‫ْو ْالبَ ْح ِر‬


ْ‫ْۚو َما‬ ْ ِ‫َْلٌَْ ْعلَ ُم َهاْإِ ََلْه َُوْْۚ َوٌَ ْعلَ ُمْ َماْف‬
َ ‫ًْالبَ ِ ّر‬ َ ‫ب‬ ْ ‫َو ِع ْن َدهُْ َمفَاتِ ُح‬
ِ ٌْ َ‫ْالؽ‬
ْ‫ْو ََل‬
َ ‫ب‬ ٍ ‫ط‬ ْ ‫ْر‬
َ ‫ْو ََل‬ َ ‫ض‬ ِ ‫ِْاْل َ ْر‬
ْ ‫ظلُ َمات‬ ُ ًِْ‫اْو ََلْ َحبَةٍْف‬ َ ‫ْو َرلَةٍْإِ ََلٌَْ ْعلَ ُم َه‬
َ ‫ْم ْن‬ ِ ُ‫تَ ْسمُط‬
ٍ ‫ٌَابِ ٍسْ ِإ ََلْفًِْ ِكتَا‬
ٍْ ِ‫بْ ُمب‬
‫ٌن‬

2
"Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak
ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia
mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada
sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya
(pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi,
dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan
tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)". (QS. Al An'am
: 59).

Ibnu Abbas Rahimahullah mengatakan:”Tidaklah ada daun yang


jatuh melainkan ada malaikat ditugaskan menjaganya dia tahu
kemana jatuhnya dan dibawa kemana oleh angin”.

‫إذا ما خلوت برٌبة فً ظلمة * والنفس داعٌة إلى العصٌان‬

ً‫فاستح من نظر اإلله وقل لها* ٌا نفس إن الذي خلق الظالم ٌران‬.

Jika engkau bersendirian dalam gelapnya malam dan jiwamu


mengajak engkau untuk bermaksiat dan malulah pada
pandangan Allah dan katakana pada dirimu sesungguhnya yang
menciptakan malam melihat apa yang aku lakukan.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:“Malulah kalian


kepada Allah dengan sebenar-benarnya”. “Kami sudah malu
duhai Rasulullah”, jawab para sahabat. Nabi bersabda:

ْ‫ْو َما‬َ ‫س‬ َ ْ‫ْالرأ‬


َ ‫ظ‬ َ َ‫اءْأَ ْنْت َ ْحف‬ ْ ‫ّْللاِْ َح َك‬
ِ ٌَ‫ْال َح‬ َ ‫ْم ْن‬ ِ ‫ْسْذَانَ ْ َولَ ِك َن‬
ِ ‫ْاَل ْستِ ْحٌَا َء‬ َ ٌَ‫ل‬
ْ ‫ىْو َم ْنْأَ َرا َد‬
ْ َ‫ْاْل ِخ َرة َْتَ َرن‬ َ َ‫ْو ْال ِبل‬ ْ ‫ىْو ْلتَ ْذ ُك ْر‬
َ َ‫ْال َم ْوت‬ َ ‫ْو َماْ َح َو‬ َ َ‫طن‬ ْ َ‫ىْو ْالب‬ َ ‫َو َع‬
ِِ ‫ح ٌَاء‬ ْ ‫ح َك‬
َ ‫ْال‬ َ ‫اْم ْن‬
َْ ِْ‫ّْللا‬ ِ ٌَ ‫ِزٌنَةَْال ُّد ْن ٌَاْفَ َم ْنْفَ َعلَْذَلِنَ ْفَمَدْْا ْست َ ْح‬
“Bukan demikian namun yang dimaksud malu kepada Allah
dengan sebenar-benarnya adalah menjaga kepala dan anggota
badan yang terletak di kepala, menjaga perut dan anggota
3
badan yang berhubungan dengan perut, mengingat kematian
dan saat badan hancur dalam kubur. Siapa yang menginginkan
akhirat harus meninggalkan kesenangan dunia. Siapa yang
melakukan hal-hal tersebut maka dia telah merasa malu dengan
Allah dengan sebenar-benarnya.” (HR. Tirmidzi dll, dinilai
hasan karena adanya riwayat-riwayat lain yang
menguatkannya oleh Al Albani dalam Shahih Jami‟ Shaghir
no. 935).

Allah Subhanahu wata'ala berfirman:


َ ْ‫ِْم ْن‬
ًِْ‫ش ًْءٍ ْف‬ َ َ‫ْو َماٌَْ ْخفَىْ َعل‬
ِ ‫ىّْللا‬ َ ‫َربَنَاْإِنَنَ ْتَ ْعلَ ُمْ َماْنُ ْخ ِف‬
َ ُْ‫ًْو َماْنُ ْع ِلن‬
َ ‫ْو ََلْفًِْال‬
ِْ ‫س َم‬
‫اء‬ َ ‫ض‬ ِ ‫ْاْل َ ْر‬
"Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang
kami sembunyikan dan apa yang kami lahirkan; dan tidak ada
sesuatupun yang tersembunyi bagi Allah, baik yang ada di bumi
maupun yang ada di langit". (QS. Ibrahim : 38).

Ibrahim Ibn Adham Rahimahullah berkata:”Jika demikian engkau


tidak malu keapda Allah sedangkan Allah melihatmu", Pemuda
ini kemudian terdiam dan berkata:”Tambahkan nasehatmu
kepadaku”.

2. Ibrahim Ibn Adham Rahimahullah jika engkau bermaksiat


keapda Allah Subhanahu wata‟ala jangan engkau
bermaksiat dibuminya Allah, lelaki itu kemudian
berkata:”Jika begitu kemana saya akan pergi, dimana
semua yang ada dibumi ini dan yang ada dilangit adalah
milik Allah Subhanahu wata‟ala".

4
Ibrahim Ibn Adham Rahimahullah berkata:”Jika demikian engkau
tidak malu bermaksiat kepada Allah sedangkan engkau tinggal
dibuminya Allah”.

Rumah yang kita miliki merupakan pinjaman dari Allah


Subhanahu wata‟ala bahkan jiwa kita bukan milik kita, akan
tetapi milik Allah, ketahuilah ketika kita bermaksiat kepada Allah
berarti kita bermaksiat pada nikmat Allah Subhanahu wata'ala.

Pemuda ini kemudian berkata:”Tambahkan nasehatmu


kepadaku",

3. Ibrahim Ibn Adham Rahimahullah mengatakan:"Jika engkau


hendak bermaksiat kepada Allah silahkan tetapi jangan
engkau makan rezeki yang Allah Subhanahu wata'ala
berikan kepadamu".

ْ‫اْوٌَ ْعلَ ُمْ ُم ْستَمَ َرهَا‬


َ ‫ىْهللاْر ْزلُ َه‬
ِ َ‫اْم ْنْ َدابَةٍْفًِْاْلرضْإَِلْ َعل‬ ِ ‫َو َم‬
ِ‫بْ ُمبٌِن‬ ٍ ‫َو ُم ْستَ ْو َد َع َهاْ ُك ٌّلْفًِْ ِكتَا‬
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan
Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat
berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya
tertulis dalam kitab yang nyata (Al Lauh Al Mahfuz)". (QS. Hud :
6).

Semua rezeki kita telah ditentukan oleh Allah Subhanahu


wata‟ala, oleh karenanya jangan takut banyak anak Karena
setiap anak yang lahir rezekinya sudah ditentukan bahkan
bertambah, oleh karenanya perkataan orang tua kita dahulu
yang mengatakan banyak anak banyak rezeki itu benar.

5
Pemuda ini kemudian berkata:”Bagaimana saya bisa hidup kalau
begitu, dimana semua nikmat itu datangnya dari Allah
Subhanahu wata‟ala".

Ibrahim Ibn Adham Rahimahullah berkata:”Jika demikian apakah


engkau tidak malu bermaksiat kepada Allah dialah Allah yang
memberikan kepadamu makan, memberikan kepadamu minum
dan yang menjaga rezekimu".

Pemuda ini kemudian mengatakan:”Coba tambahkan lagi


nasehatmu kepadaku”.

4. Ibrahim Ibn Adham Rahimahullah berkata:”Jika engkau


bermaksiat kepada Allah Subhanahu wata‟ala kemudian
datang seorang malaikat maut hendak mencabut nyawamu
bisakah engkau mengatakan mohon maaf saya belum mau
mati".

Pemuda ini kemudian mengatakan:"Subhanallah saya tidak


mampu mengatakannya".

Andaikan kematian itu bisa ditolak dengan kekayaan maka


niscaya tidak akan ada orang kaya yang mati, andaikan malaikat
maut itu bisa dijaga oleh para penjaga maka tidak ada pejabat
dan penguasa yang mati.

Salah seorang sholeh ketika hilang jabatannya ia kemudian


berkata:”Ya Allah jika engkau mencabut pangkat dan jabatan itu
dariku jangan engkau mencabut dariku rahmat mu ya Allah“.

Kemudian Ibrahim Ibn Adham Rahimahullah


berkata:”Subhanallah engkau mampu bermaksiat dan tidak
mampu bersembunyi dari pandangan Allah, kemudian engkau
tinggal dibuminya Allah, kemudian engkau mendapatkan rezeki
6
dari Allah, kemudian engkau tidak mampu menolak datangnya
malaikat maut kemudian engkau hendak bermaksiat kepada
Allah".

Akhirnya pemuda ini kemudian berkata:”Tolong sampaikan


nasehat anda yang terakhir”.

5. Ibrahim Ibn Adham Rahimahullah kemudian


berkata:”Silahkan engkau bermaksiat tapi nanti dihari
kiamat ketika malaikat hendak menyeretmu dan
memasukkanmu kedalam neraka bisakah engkau
mengatakan saya tidak mau masuk neraka saya mau masuk
surga".

Akhirnya pemuda ini mengatakan:"Saya tidak mampu".

Ibrahim Ibn Adham Rahimahullah mengatakan:”Subhanallah


engkau tidak mampu bersembunyi dari pandangan Allah,
engkau tinggal dibuminya Allah, engkau makan rezekinya Allah,
engkau tidak mampu menolak datangnya malaikat maut dan
engkau tidak mampu menolak dirimu ketika diseret kedalam
neraka, kemudian engkau hendak bermaksiat kepada Allah.?".

Akhirnya pemuda ini mengatakan:”Astagfirullah Al adzhim”, dia


beristighfar dan bertobat akhirnya ia kemudian tidak jadi
melakukan kemaksiatan tersebut.

Jadikan nasehat ini untuk kita semua, kita hanya diberi waktu
yang singkat oleh Allah Azza Wa Jalla, jangan ada diantara kita
yang rajin bermaksiat dan rezekinya lancar kemudian dia
mengatakan:”Saya rajin bermaksiat dan rezekiku juga lancar, ini
dinamakan dengan istidraj", terkadang Allah membiarkan
kedzaliman kepada orang yang berbuat dzalim namun jika Allah
telah mengambilnya maka tidak akan ada yang
7
menyelamatkannya, kita akan berjumpa kepada Allah
Subhanahu wata‟ala, semoga nasehat Ibrahim Ibn Adham
Rahimahullah ini bisa kita jadikan pelajaran dan semakin
membuat diri kita takut kepada Allah Subhanahu wata‟ala dan
menjaga diri kita dari maksiat.
Wallahu A‟lam Bish Showaab

Oleh : Ustadz Harman Tajang, Lc., M.H.I Hafidzahullahu


Ta‟ala (Direktur Markaz Imam Malik)

@Ahad, 05 Rajab 1438 H

8
3 ALAMAT KEBAHAGIAAN
‫اٌشدْ َّ ِٓ ه‬
‫الرحِ ٌِم‬ ‫َّللاِ ه‬
‫غ ُِ ه‬
ْ ‫ِث‬
Tidak ada satupun manusia didunia ini kecuali dia sedang
mencari dan mengharapkan kebahagian yaitu :”Kebahagiaan
didunia yang fana dan terlebih lagi kebahagiaan diakhirat yang
kekal abadi, namun seorang mukmin lebih mendahulukan
kebahagiaan akhirat”.
Firman Allah Subhanahu wata‟ala:
‫ْوأَ ْبمَى‬ َ ْ ‫َو‬
َ ‫اْل ِخ َرةُْ َخٌ ٌْر‬
“Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.”
(QS. Al A‟laa: 17).
Berkata Imam Ibnul Qayyim Jauziah Rahimahullahu Ta‟ala dan
juga perkataan dari Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab
Rahimahullahu Ta‟ala dalam kitab beliau Al-Qowa‟idul
Arba‟ah beliau sebutkan 3 ciri atau tanda kebahagiaan seorang
muslim:

1. Bersyukur Ketika Diberi Nikmat


Semua manusia diberikan nikmat oleh Allah Subhanahu wata‟ala
dan nikmat terbesar yang Allah berikan kepada seorang hamba
adalah nikmat iman dan islam karena dengan sebab nikmat
tersebut kita mampu melakukan keta‟atan dan ibadah kepada
Allah Subhanahu wata‟ala. Oleh karna itu ketika penduduk surga
menginjakkan kaki pertama mereka di dalam surga mereka
mengucapkan:
ُ‫ِيْلَ ْو ََلْأَ ْنْ َه َدانَاْاللَـ ْه‬ َ َ‫واْال َح ْمدُْ ِللَـ ِهْالَذِيْ َه َدانَاْ ِل َهـذ‬
َ ‫اْو َماْ ُكنَاْ ِلنَ ْهتَد‬ ْ ُ‫َولَال‬

9
“Segala puji bagi Allah yang telah memberi hidayah kami ke
(Surga) ini, dan kami tidak akan mendapat hidayah kalau
sekiranya Allah tidak menunjukkan kami” (QS. Al-A‟raaf: 43).
Seorang hamba tidak akan mampu menghitung nikmat Allah
Subhanahu wata'ala. Allah Azza wa jalla berfirman:

ٌ َ‫ظلُو ٌمْ َكف‬


ْ‫ار‬ َ َ‫سانَ ْل‬ ِ ْ ‫صو َْهاْإِ َن‬
َ ‫ْاْل ْن‬ ُ ‫َِْلْت ُ ْح‬ َ َ‫َوإِ ْنْتَعُدُّواْنِ ْع َمة‬
َ ‫ّْللا‬
“Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu
menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim
dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” (QS. Ibrahim: 34).
Para ulama mengatakan:”Seseorang tidak akan dikatakan
hamba yang pandai bersyukur kepada Allah Subhanahu
wata‟ala kecuali dia mengumpulkan 3 bentuk kesyukuran.
1. Bersyukur dengan hati
Bersyukur dengan hati dengan meyakini bahwasanya segala
nikmat itu datangnya dari Allah Subhanahu wata‟ala dan tidak
ada satupun nikmat kecuali datangnya dari Allah Subhanahu
wata‟ala. Allah Ta‟ala Berfirman:

ِ ‫َو َماْ ِب ُك ْم‬


َْ َ‫ْم ْنْنِ ْع َمةٍْفَ ِمن‬
ِ‫ّْللا‬
“Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah
(datangnya)”.(QS. An Nahl : 53). Ketika pertama kali
mendapatkan suatu nikmat maka pertama kali yang harus
dilakukan adalah bersyukur dengan hati lalu kembalikan kepada
Allah bahwanya kita dapat merasakan nikmat tersebut kecuali
taufik dari Allah Subhanahu wata‟ala.
2. Bersyukur dengan lisan
Diantara cara bersyukur dengan lisan selain memuji Allah
Subhanahu wata‟ala atas nikmat tersebut adalah dengan
menceritakan nikmat tersebut kepada orang lain dalam rangka
10
untuk bersyukur kepada Allah bukan untuk berbangga dengan
nikmat tersebut kepada manusia. Allah Subhanahu wata‟ala
berfirman:
َ ‫َوأَ َماْبِنِ ْع َم ِة‬
ْ ‫ْربِّنَ ْفَ َح ّد‬
ْ‫ِث‬
“Adapun mengenai nikmat Rabbmu, maka ceritakanlah”. (QS.
Adh-Dhuha:11).
Namun hendaknya tidak menceritakan kepada setiap orang
akan tetapi ceritakanlah kepada orang yang kita percaya dan
kenal dengan sifat dan akhlaknya serta keimanannya kepada
Allah Subhanahu wata‟ala agar nikmat yang kita ceritakan
tersebut tidak membuat seseorang menjadi hazad dan dengki.
Sebagaimana Kisah Yusuf „Alaihissalam dalam Firman Allah
Subhanahu wata‟ala :
ْ‫ْو ْالمَ َم َر‬
َ ‫س‬ َ ‫اْوال‬
َ ‫ش ْم‬ َ ْ‫ًْرأٌَْتُ ْأ َ َح َد‬
َ ‫عش ََرْ َك ْو َك ًب‬ َ ّ‫ْْل َ ِبٌ ِهْ ٌَاْأَ َبتِْ ِإ ِن‬
ِ ‫ؾ‬ُ ‫س‬ُ ‫ِإ ْذْلَالٌَُْو‬
ْ‫ْرإْ ٌَانَ ْ َعلَىْإِ ْخ َوتِنَ ْفٌََ ِكٌدُوا‬ ُ ‫ص‬ ْ ‫ص‬ ُ ‫َْلْتَ ْم‬ َ َْ‫اجدٌِنَْْلَالٌََْاْبُن‬
َ ً ِ ‫س‬َ ًْ‫َرأَ ٌْت ُ ُه ْمْ ِل‬
ٌْ ِ‫عد ٌُّوْ ُمب‬
‫ٌن‬ َ ْ‫ان‬
ِ ‫س‬ ِ ْ ‫طانَ ْ ِل‬
َ ‫ْل ْن‬ َ ٌْ ‫ش‬َ ‫لَنَ ْ َك ٌْدًاْْۖ ِإ َنْال‬
(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya: "Wahai
ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang,
matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku".
Ayahnya berkata: "Hai anakku, janganlah kamu ceritakan
mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, maka mereka
membuat makar (untuk membinasakan)mu. Sesungguhnya
syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia".(QS. Yusuf :
4-5).

3. Bersyukur dengan anggota tubuh mengerjakan amalan sholeh


dan keta‟atan kepada Allah Subhanahu wata‟ala .

Puncak dari kesyukuran adalah beramal dengan anggota tubuh


dengan menggunakan nikmat tersebut untuk mendekatkan diri

11
kepada Allah Subhanahu wata'ala , didalam Al-Qur‟an ketika
Allah berbicara kepada Nabi daud Alaihissalam dimana Nabi
Daud Alaihissalam diberikan kerajaan oleh Allah Subhanahu
wata‟ala gunung dan burung – burung ikut bertasbih
bersamanya, lalu Allah perintahkan untuk bersyukur dengan
beramal sholeh , sebagaimana dalam firman Allah Subhanahu
wata‟ala:

ُ ‫ش ُك‬
ْ‫ور‬ َ ‫ِيْال‬ ِّ ‫ْولَ ِلٌل‬
َ ‫ٌْم ْنْ ِعبَاد‬ ُ ْ‫ا ْع َملُواْآلَْ َد ُاوو َد‬
َ ً‫ش ْكرا‬
“Wahai keluarga Dawud beramallah sebagai bentuk syukur
(kepada Allah). Dan sedikit sekali di antara para hamba-Ku yang
bersyukur”.(QS. Saba‟: 13).
Begitu pula dengan Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam
bersama para sahabatnya dalam perang badar dimana jumlah
kaum muslimin sebanyak 314 melawan 1000 pasukan kafir dan
akhirnya kaum muslimin menang setelah itu Allah Subhanahu
wata‟ala mengingatkan kaum muslimin bahwa kemenangan
pada perang badar adalah salah satu nikmat yang besar yang
harus disyukuri kepada Allah Subhanahu wata‟ala.
Allah Subhanahu wata‟ala berfirman:
َْ‫واّْللاْلَ َعلَ ُك ْمْت َ ْش ُك ُرون‬
َ َ ُ‫ْوأَ ْنت ُ ْمْأَذِلَةٌْْۖفَاتَم‬ َ َ‫َولَمَدْْن‬
َ ‫ص َر ُك ُم‬
َ ‫ّْللاُْ ِببَد ٍْر‬
“Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar,
padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah.
Karena itu bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-
Nya.”(QS. Ali Imran: 123).
Di kisahkan Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam banyak
melakukan ibadah kepada Allah Subhanahu wata‟ala sampai
kaki beliau bengkak sebagaimana diriwayatkan dari „Aisyah
Radhiyallahu anha, dia berkata:
12
“Jika Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam melakukan shalat,
beliau berdiri hingga kedua telapak kaki beliau merekah, lalu
„Aisyah bertanya, „Kenapa engkau melakukan semua ini,
padahal Allah Subhanahu wa Ta‟ala telah memberikan ampunan
bagimu atas dosa-dosa-mu yang telah lalu dan yang akan
datang?‟, Lalu beliau menjawab:
َ ْ‫أَفَالَْأَ ُك ْونُ ْ َع ْبدًا‬
‫ش ُك ْو ًرا‬
“Apakah tidak boleh jika aku termasuk hamba yang
bersyukur”.(HR. Al-Bukhari).
kata para ulama semua nikmat yang tidak bisa mendekatkan diri
kita kepada Allah Azza Wa Jalla ketahuilah bahwasanya itu
bukan nikmat tetapi dia adalah bala atau musibah.

2. Bersabar Ketika Ditimpa Musibah (cobaan).

Firman Allah Subhanahu wata‟ala:


ْ‫ب‬
ٍ ‫سا‬ ِ ‫صا ِب ُرونَ ْأ َ ْج َرهُ ْمْ ِبؽٌَ ِْر‬
َ ‫ْح‬ َ ‫ِإنَ َماٌُْ َوفَىْال‬
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang
dicukupkan pahala mereka tanpa batas”. (QS. Az-Zumar : 10).
Bersabar tebagi menjadi 3 yaitu:
1. Bersabar diatas ketaatan
Bersabar dalam beribadah kepada Allah Subhanahu wata‟ala
seperti sholat dan amalan ibadah yang lainnya dalam rangka
meningkatkan ketakwaan disisi Allah Subhanahu wata‟ala
Seorang Syaikh pernah ditanya tentang bagaimana cara terbaik
agar kita selalu berada diatas keta'atan dan kita menjauhi
kemaksiatan dan dosa, beliau mengatakan:”ketika datang rasa
malas untuk melakukan keta‟atan, katakan kepada diri kita rasa
capek yang di dapatkan ketika melakukan keta‟atan akan segera
hilang dan tinggallah pahalanya disisi Allah Subhanahu wata‟ala
begitu pula ketika jiwa dan hawa nafsu ketika datang syaithan
13
yang menggoda untuk melakukan perbuatan maksiat katakan
kepada diri kita kelezatan dan kenikmatan maksiat akan hilang
dan akan tetap dituliskan dosa-dosanya".
2. Bersabar menjauhi maksiat

Syaikh abdul aziz bin baz Rahimahullah pernah ditanya tentang


hadits larangan berjalan dengan memakai satu sendal
sebagaimana hadist Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam
bersabda:
‫اح َدةٍْ ِلٌُ ْن ِعْْل ُه َماْ َج ِمٌعًاْأَ ْوْ ِلٌَ ْخلَ ْع ُه َماْ َج ِمٌعًا‬ َ ‫ََلٌَْ ْم ِشْأَ َح ُد ُك ْمْفًِْنَ ْع ٍل‬
ِ ‫ْو‬
"Janganlah salah seorang di antara kalian berjalan dengan
hanya memakai satu sandal. Pakailah keduanya (sepasang)
atau jangan memakai sama sekali." (HR. Al-Bukhari no. 5408
dan Muslim no.2097). Syaikh kemudian mengatakan dzahir dari
hadist ini adalah menunjukkan larangan seseorang berjalan
dengan menggunakan satu sandal haram hukumnya kata beliau,
kemudian orang tersebut bertanya lagi wahai syaikh terkadang
kita meletakkan sandal berdampingan kiri dan kanan tetapi
ketika kita datang ingin memakai sandal tersebut sudah terpisah
jauh apakah boleh saya memakai yang kanan lalu saya berniat
untuk mengambil yang kiri ?, Syaikh mengatakan:”tidak boleh,
hendaklah memakai keduanya atau melepas keduanya”,
kemudian ia bertanya lagi:”Syaikh meskipun cuman satu langkah
?”, Syaikh abdul aziz bin baz mengatakan:”Berusahalah agar
engkau tidak bermaksiat kepada Allah Subhanahu wata‟ala
meskipun satu langkah”.
3. Bersabar atas takdir Allah Subhanahu wata‟ala
Kita diperintahkan oleh Allah Subhanahu wata'ala untuk
berusaha adapun hasilnya dikembalikan kepada Allah
Subhanahu wata‟ala sebagai bentuk takdir kepada Allah
Subhanahu wata‟ala.

14
3. Memohon Ampun Pada Allah Ketika Telah Terjerumus
Dalam Dosa.

Semua manusia pernah terjatuh dalam kesalahan dan dosa


sebagaimana Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam bersabda:
َ ‫ْالخ‬
َْ‫َطائٌِْنَ ْالتَ َوابُ ْون‬ ْ ‫ْو َخٌ ُْر‬ َ ‫ ُك ُّلْبَنًِْآ َد َمْخ‬.
َ ‫َطا ٌء‬
“Setiap anak Adam pasti berbuat salah dan sebaik-baik orang
yang berbuat kesalahan adalah yang bertaubat”. (HR Tirmidzi).
Dan bahkan orang yang senantiasa bertaubat kepada Allah akan
dijanjikan surga, Allah Ta‟ala berfirman:
ْ‫ض‬
ُ ‫اْلر‬
ْ ‫ْو‬ َ ُ‫س َم َاوات‬ ُ ‫ْو َجنَةٍْ َع ْر‬
َ ‫ض َهاْال‬ َ ‫ْربِّ ُك ْم‬ ِ ‫عواْإِلَىْ َم ْؽ ِف َرة‬
َ ‫ٍْم ْن‬ ُ ‫ار‬
ِ ‫س‬
َ ‫َو‬
ْ ‫أ ُ ِعد‬
َْ‫َتْ ِل ْل ُمتَ ِمٌن‬
"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Rabbmu dan
kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang
disediakan untuk orang-orang yang bertakwa"(QS. Ali Imran:
133).
Allah Ta‟ala berfirman:
ْ‫واّْللاْفَا ْستَ ْؽفَ ُرواْ ِلذُنُوبِ ِه ْم‬ َْ ُ‫ظلَ ُمواْأَ ْنف‬
َ َ ‫س ُه ْمْذَ َك ُر‬ َ ْ‫شةًْأ َ ْو‬
َ ‫اح‬ِ َ‫َوالَذٌِنَ ْإِذَاْفَعَلُواْف‬
َ ُ‫ص ُّرواْ َعلَىْ َماْفَعَل‬
َِ‫واْوهُ ْمٌَْ ْعلَ ُمون‬ ِ ٌُْ‫ْولَ ْم‬
َ ُ‫ّْللا‬ َ ُ‫َو َم ْنٌَْ ْؽ ِف ُرْالذُّن‬
َ ‫وبْإِ ََل‬
“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan
keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu
memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi
yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan
mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka
mengetahui.” (QS. Ali „Imran: 135). Bertaubatlah kepada Allah
Subhanahu wata‟ala untuk menggapai kebahagiaan didunia dan
akhirat
Dari Abu Hurairah, Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam
bersabda dalam hadist Qudsi:

15
ْ‫َب‬َ ‫ْوتَ َعالَىْأَ ْذن‬ َ َ‫ارن‬ َ َ‫ْفَمَالَْتَب‬.‫َبْ َع ْبدٌْذَ ْنبًاْفَمَالَْاللَ ُه َمْا ْؼ ِف ْرْ ِلىْذَ ْنبِى‬ َ ‫أَ ْذن‬
َ ‫ْث ُ َمْ َعا َدْفَؤ َ ْذن‬.‫ب‬
ْ‫َب‬ ِ ‫ْو ٌَؤْ ُخذُْ ِبالذَ ْن‬
َ ‫ب‬ َ ‫َعْْبدِىْذَ ْنبًاْفَ َع ِل َمْأَ َنْلَه‬
َ ‫ُْربًّاْ ٌَ ْؽ ِف ُرْالذَ ْن‬
ْ‫َبْذَ ْنبًاْفَعَ ِل َم‬َ ‫ْوتَعَالَىْ َع ْبدِىْأ َ ْذن‬ َ َ‫ارن‬ َ َ‫ْفَمَالَْتَب‬.‫ْربّ ِْا ْؼ ِف ْرْ ِلىْذَ ْنبِى‬ َ ‫ى‬ ْ َ ‫فَمَالَْأ‬
ْ‫ْربّ ِْا ْؼ ِف ْر‬ َ ‫ى‬ ْ َ ‫َبْفَمَالَْأ‬َ ‫ْث ُ َمْ َعا َدْفَؤ َ ْذن‬.‫ب‬ ِ ‫ْوٌَؤْ ُخذُْبِالذَ ْن‬ َ ‫ب‬ َ ‫أَ َنْلَه‬
َ ‫ُْربًّاٌَْ ْؽ ِف ُرْالذَ ْن‬
َ ‫َبْ َع ْبدِىْذَ ْنبًاْفَ َع ِل َمْأَ َنْلَه‬
ْ‫ُْربًّاٌَْ ْؽ ِف ُر‬ َ ‫ْوتَ َعالَىْأ َ ْذن‬ َ َ‫ارن‬ َ َ‫ْفَمَالَْتَب‬.‫ِلىْذَ ْن ِبى‬
َِ‫ؼفَ ْرتُ ْلَن‬ َ ْْ‫ْوا ْع َم ْلْ َماْ ِشئْتَ ْفَمَد‬ َ ‫ب‬ِ ‫ْو ٌَؤْ ُخذُْ ِبالذَ ْن‬َ ‫ب‬ َ ‫الذَ ْن‬
“Ada seorang hamba yang berbuat dosa lalu dia mengatakan
„Allahummagfirliy dzanbiy‟ (Ya Allah, ampunilah dosaku). Lalu
Allah berfirman, „Hamba-Ku telah berbuat dosa, lalu dia
mengetahui bahwa dia memiliki Rabb yang mengampuni dosa
dan menghukumi setiap perbuatan dosa‟. (Maka Allah
mengampuni dosanya), kemudian hamba tersebut mengulangi
lagi berbuat dosa, lalu dia mengatakan, „Ay robbi agfirli dzanbiy‟
(Wahai Rabb, ampunilah dosaku). Lalu Allah berfirman, „Hamba-
Ku telah berbuat dosa, lalu dia mengetahui bahwa dia memiliki
Rabb yang mengampuni dosa dan menghukumi setiap
perbuatan dosa‟. (Maka Allah mengampuni dosanya), kemudian
hamba tersebut mengulangi lagi berbuat dosa, lalu dia
mengatakan, „Ay robbi agfirli dzanbiy‟ (Wahai Rabb, ampunilah
dosaku). Lalu Allah berfirman, „Hamba-Ku telah berbuat dosa,
lalu dia mengetahui bahwa dia memiliki Rabb yang mengampuni
dosa dan menghukumi setiap perbuatan dosa. Beramallah
sesukamu, sungguh engkau telah diampuni (maksudnya: selama
engkau berbuat dosa lalu bertaubat, maka Allah akan
mengampunimu, pen).”( HR. Muslim no. 2758).
Jangan berputus asa dari Rahmat Allah Subhanahu wata'ala.
Allah Ta'ala berfirman:
َ َ ‫ّْللاِْ ِإ َن‬
ْ‫ّْللا‬ َ ‫ْر ْح َم ِة‬ َ ‫واْم ْن‬
ِ ‫ط‬ َ ‫ِيْالَذٌِنَ ْأَس َْرفُواْ َعلَىْأَ ْنفُ ِس ِه ْم‬
ُ َ‫َْلْت َ ْمن‬ َ ‫لُ ْلٌَْاْ ِعبَاد‬
‫ْوأ َ ْس ِل ُمواْلَه‬ َ َ‫ْوأَنٌِبُواْ ِإل‬
َ ‫ىْر ِّب ُك ْم‬ َ ‫ْالر ِحٌ ُم‬
َ ‫ور‬ ْ ‫وبْ َج ِمٌ ًعاْ ِإنَهُْه َُو‬
ُ ُ‫ْالؽَف‬ َ ُ‫ٌَ ْؽ ِف ُْرْالذُّن‬

16
“Katakanlah: “Hai hamba-hambaKu yang malampaui batas
terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari
rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa
semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada Rabb-mu, dan
berserah dirilah kepada-Nya”. (QS. Az-Zumar: 53-54).

17
3 CIRI AKHLAK YANG MULIA
ُ١ِ ِ‫اٌشد‬
‫اٌشدْ َّ ِٓ ه‬
‫َّللا ه‬
ِ ‫غ ُِ ه‬
ْ ‫ِث‬

Diantara sebab utama setelah taufik dari Allah Subhanahu


wata‟ala sehingga agama ini tersebar diseluruh penjuru dunia
adalah ketika Rasulullah menyebarkan agama ini dengan akhlak
dan budi pekerti yang luhur yang dengannya Allah Subhanahu
wata‟ala memuji beliau didalam al-Qur‟an, Allah Subhanahu
wata‟ala berfirman:

ٍ ُ‫َو ِإنَنَ ْلَ َعلَىْ ُخل‬


ْ‫كْ َع ِظ ٌٍم‬
"Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang
agung". (QS. Al- Qalam :4).

Dalam ayat yang lain:

ِ ‫َْل ْنفَض‬
ْ‫ُّواْم ْن‬ َ ‫ب‬ِ ‫ْالمَ ْل‬
ْ ‫ظ‬ ًّ َ‫ْۖولَ ْوْ ُك ْنتَ ْف‬
َ ٌ‫ظاْ َؼ ِل‬ َ ْ‫ّْللاِْ ِل ْنتَ ْلَ ُه ْم‬
َ َ‫ٍْمن‬ َ ‫فَبِ َم‬
ِ ‫اْر ْح َمة‬
ْ َ‫عزَ ْمت‬َ ْ‫ًْاْل َ ْم ِرْْۖفَإِذَا‬
ْ ِ‫ْوشَا ِو ْرهُ ْمْف‬ َ ‫ْوا ْستَ ْؽ ِف ْرْلَ ُه ْم‬َ ‫ْؾْ َع ْن ُه ْم‬
ُ ‫َح ْولِنَ ْْۖفَاع‬
ْ ُّ‫ّْللاٌُْ ِحب‬
َْ‫ْال ُمتَ َو ِ ّك ِلٌن‬ َ َ‫فَتَ َو َك ْلْ َعل‬
َ َ ‫ىّْللاِْْۚ ِإ َن‬
"Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah
lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi
berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah
ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka
dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan
tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya". (QS. Ali-
Imran : 159).

18
Inilah akhlak dan budi pekerti yang dimiliki oleh Rasulullah
Shallallahu „alaihi wasallam dan inilah yang hendaknya kita
jadikan sebagai contoh dan teladan dalam kehidupan kita, Allah
Subhanahu wata‟ala berfirman:

ْ‫ْو ْال ٌَ ْو َم‬


َ ‫وّْللا‬ َ ‫ّْللاِْأُس َْوةٌْ َح‬
َ َ ‫سنَةٌْ ِل َم ْنْ َكانَ ٌَْ ْر ُج‬ َ ‫سو ِل‬ ُ ‫ًْر‬َ ‫لَمَدْْ َكانَ ْلَ ُك ْمْ ِف‬
َ ‫ْوذَ َك َر‬
ً ِ‫ّْللاَْ َكث‬
‫ٌرا‬ ْْ
َ ‫اْل ِخ َر‬
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut
Allah". (QS. Al Ahzab: 21).

Akhlak yang mulia sebagaimana yang disebutkan oleh para


ulama kita memiliki 3 ciri diantaranya adalah:

1. Seseorang yang berusaha memberikan manfaat sebanyak –


banyaknya kepada kaum muslimin dimana Rasulullah
Shallallahu „alaihi wasallam menyebutkan dalam hadistnya:

ْ‫الناس َخٌ ُْر‬


ِْ ‫لناس أَ ْنفَعُ ُه ْْم‬
ْ ِ ‫ِل‬
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi
manusia”. (HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni. Hadits
ini dihasankan oleh al-Albani di dalam Shahihul
Jami‟no:3289). Dan juga yang memiliki sifat tawadhu yang bisa
menerima dan diterima oleh orang lain. Kita berusaha
memberikan manfaat kepada saudara – saudara kita baik
dengan kelebihan harta, tenaga, fikiran yang Allah berikan
kepada kita, atau minimal dengan akhlak dan budi pekerti yang
luhur kepada saudara – saudara kita, Dari Abu Dzar
Radhiyallahu „anhu, dia berkata, Rasulullah Shallallahu „alaihi
wasallam bersabda:
19
َ ْ َ‫ىْو ْج ِهْأ َ ِخٌنَ ْلَن‬
ٌ‫ص َدلَ ْة‬ ُّ َ‫تَب‬
َ ِ‫س ُمنَ ْف‬
“Senyummu di hadapan saudaramu (sesama muslim) adalah
(bernilai) sedekah bagimu“. (HR at-Tirmidzi (no. 1956), Ibnu
Hibban (no. 474 dan 529) dll, dinyatakan shahih oleh Ibnu
Hibban, dan dinyatakan hasan oleh at-Tirmidzi dan syaikh
al-Albani dalam “ash-Shahihah” (no. 572).

2. Berusaha menahan tangan dan lisan untuk mengganggu


orang lain sebagaimana dalam hadist Rasulullah Shallallahu
„alaihi wasallam bersabda:

ْ‫ْوْالمهاج َرْ َم ْنْ َه َج َرْ َماْن َهى‬,ِْ


ِ ‫ْوٌَ ِده‬ َ ‫ْم ْنْ ِل‬
َ ‫سانِ ِه‬ َ ْ‫الم ْس ِل ُمْ َم ْن‬
ِ َ‫س ِل َمْالم ْس ِل ُم ْون‬
ُ‫هللاُْ َع ْن ْه‬
“Yang disebut dengan muslim sejati adalah orang yang selamat
orang muslim lainnya dari lisan dan tangannya. Dan orang yang
berhijrah adalah orang yang berhijrah dari perkara yang dilarang
oleh Allah”. (HR. Bukhari no. 10 dan Muslim no. 40).

3. Bersabar dari gangguan orang lain karena diantara sifat


orang – orang yang beriman yang disebutkan didalam Al-
Qur‟an. Allah Subhanahu wata‟ala berfirman:

ْ ‫ط َب ُه ُم‬
ْ َ‫ْال َجا ِهلُون‬ َ ‫اْو ِإذَاْخَا‬
َ ً‫ضْه َْون‬ ْ َ‫ُْالر ْح َم ِنْالَذٌِنَ ْ ٌَ ْمشُونَ ْ َعل‬
ِ ‫ىْاْل َ ْر‬ َ ‫َو ِع َباد‬
َ ْ‫لَالُوا‬
‫س َال ًما‬
"Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah)
orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan
apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka
mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan". (QS.
Al-Furqan 63).
20
Akhlak yang seperti ini hanya dimiliki oleh orang – orang yang
berjiwa besar sebagaimana yang disebutkan didalam Al-Qur‟an:

ْ َ‫سنُ ْفَإِذَاْالَذِيْ َب ٌْنَن‬


َ ‫ًِْأ َ ْح‬
َ ‫س ٌِّئَةُْا ْدفَ ْعْ ِبالَ ِتًْه‬
َ ‫ْو ََلْال‬ َ ُ‫سنَة‬ ْ ‫َو ََلْتَ ْستَ ِو‬
َ ‫يْال َح‬
ْ‫واْو َماٌُْلَمَاهَاْإِ ََل‬
َ ‫صبَ ُر‬ َ ْ َ‫ْْو َماٌُْلَمَاهَاْإِ ََلْالَذٌِن‬
َ ‫ًْ َح ِمٌ ٌم‬ َ ‫َوبَ ٌْنَهُْ َع َد َاوةٌْ َكؤَنَه‬
ٌّ ‫ُْو ِل‬
ٍْ ‫ظْ َع ِظ‬
‫ٌم‬ ّ ٍ ‫ذُوْ َح‬
"Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan
itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang
antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah
menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak
dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan
tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang
mempunyai keuntungan yang besar”. (QS. Fushilat: 34-35).

Akhlak dan budi pekerti yang luhur yang kita perlihatkan itu bisa
menjadi teman yang akrab walaupun dahulunya adalah musuh,
oleh karenanya orang - orang yang beriman dan berlapang dada
senantiasa bersabar dan berusaha menekan hawa nafsunya
dari gangguan orang lain karena ia lebih mengutamakan
kehidupan akhirat dan menginginkan pahala yang besar disisi
Allah Subhanahu wata‟ala.

Dengan akhlak yang mulia seperti ini maka seseorang akan


mendapatkan kedudukan yang tinggi disisi Allah Subhanahu
wata'ala bahkan ia akan mendapatkan kedudukan yang dekat
dengan Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam, Rasulullah
menyebutkan dalam hadist:"Sesungguhnya dengan akhlak
terpujinya seseorang akan bisa mencapai derajat orang yang
senantiasa bangun sholat malam dan berpuasa pada siang hari”.
(HR.Tirmidzi).

21
Semoga Allah memberikan kepada kita akhlak dan budi pekerti
mulia sebagaimana doa yang diajarkan oleh Nabi Shallallahu
„alaihi wasallam:

ْ، َ‫س ِن َْهاْاَِلَْأَ ْنت‬ ْ َ ‫ْْل‬


َ ‫ْح‬ ِ ‫ي‬ْ ِْ‫ْفَاِْنّهَُْلَْ ٌَ ْهد‬،‫ق‬ ِ َْ‫ْخال‬ْ َ ‫س ِنْاْل‬
َ ‫ْح‬ ِ ًْ ‫اَلَ ُه َمْاْ ْهدِْ ِن‬
ْ َ ‫ْْل‬
َْ‫سٌِّئَ َهاْا ََِلْاَ ْنت‬
َ ْ‫ؾْ َع ِنّ ْى‬ َ ‫سٌِّئَ َه‬
ُ ‫اَْلٌَْس ِْر‬ َ ًْْ ّ‫ؾْ َع ِن‬
ْ ‫ص ِر‬ْ ‫َوا‬
“(Ya Allah) Berilah aku petunjuk kepada akhlak yang baik,
karena tidak ada yang dapat memberikan petunjuk kepada
akhlak yang baik kecuali Engkau, dan palingkanlah dariku
keburukan, karena tidak ada yang dapat memalingkan
keburukan kecuali Engkau". (HR. Muslim 771, Abu Dawud 760,
Tirmidzi 3419).

Dialah Allah Subhanahu wata‟ala yang menuntun hati –hati kita


dan memberikan petunjuk ke jalan yang lurus dan semoga Allah
Subhanahu wata‟ala mengaruniakan hal tersebut kepada kita,
InsyaAllah.

Wallahu A‟lam Bish Showaab

Oleh : Ustadz Harman Tajang, Lc., M.H.I Hafidzahullahu


Ta‟ala (Direktur Markaz Imam Malik)

@Senin, 29 Rabiul Awal 1438 H

22
3 HAL YANG PALING
MEMBUTUHKAN KESABARAN

ُ١ِ ِ‫اٌشد‬
‫اٌش ْد َّ ِٓ ه‬
‫َّللا ه‬
ِ ‫غ ُِ ه‬
ْ ‫ِث‬

Sabar secara bahasa Al Habs (menahan), adapun secara istilah


sabar adalah menahan diri dalam ketaatan kepada Allah
Subhanahu wata‟ala, Manahan diri dari kemaksiatan dan teguh
didalam menyelisishi ajakan – ajakan syahwat kemudian ridha
dengan Allah Subhanahu wata‟ala dan apa yang telah
ditakdirkannya tanpa berkeluh kesah. Olehnya Allah
mengatakan:”Tahan dirimu dengan orang yang rajin beribadah
kepada tuhan mereka".

Menahan diri dalam ketaatan kepada Allah Subhanahu wata‟ala


seperti ketika ada bisikan dalam jiwa seseorang untuk tidak
hadir dimajelis ilmu namun ia menhan diri dalam menuntut ilmu.

Kesabaran dibutuhkan saat Duduk dimajelis ilmu, berjihad


dijalan Allah, mengajak kepada kebaikan dan mencegah dari
keburukan, berbakti kepada kedua orang tua, menuntut ilmu ,
meninggalkan segala bentuk kemaksiatan, menggunakan hijab
bagi wanitan, semua sifat – sifat yang mulia membutuhkan
kesabaran, dari sinilah Nabi Shallallahu „alaihi wasallam
mengatakan:

"Tidak ada suatu rezeki yang Allah berikan kepada seorang


hamba yang lebih luas baginya daripada sabar". (HR. Al
Hakim). Kesabaran bisa diraih jika terus melatih diri kita untuk
bersabar.

23
Sifat yang mulia terbagi menjadi 2 ada yang sifatnya yang jibillah
(bawaan sejak lahir) karena diantara manusia ada yang diberi
oleh Allah Subhanahu wata‟ala kesabaran dan yang kedua ada
yang diusahakan, oleh karenanya Nabi Shallallahu „alaihi
wasallam berkata dalam hadistnya:"Sesungguhnya ilmu didapat
dengan belajar, kelembutan didapat dengan berlatih
melembutkan diri dan kesabaran didapat dengan berlatih untuk
bersabar",

Orang yang berakal kata Syaikh Islam Ibnu Taimiyah:"Bukanlah


yang mampu membedakan antara yang penting dan yang tidak
penting akan tetapi, orang yang berakal adalah orang yang
mampu mengambil yang lebih penting dari 2 hal yang
kelihatannya penting", maksudnya adalah dia mengerjakan atau
mengutamakan yang lebih penting dari pada 2 hal yang
kelihatannya penting.

Dari definisi diatas kita dapat simpulkan bahwa kesabaran


terbagi menjadi 3:

1. Sabar Dalam Ketaatan

Sabar dalam keataatan membutuhkan pengorbanan, sehingga


orang terkena beban syariat disebut dengan Al Mukallaf karena
didalamnya ada beban syariat seperti sholat, puasa,
bersedekah. Allah Subhanahu wata'ala
berfirman:"Dan manusia itu menurut tabiatnya kikir" (QS. An-
Nisa':128). Oleh karenanya dalam bersedekah membutuhkan
kesabaran, begitu juga dengan menunaikan ibadah haji dan
menuntut ilmu. Ketika Ibnu Abbas Radhiyallah „anhu
ditanya:"Dari mana anda mendapatkan ilmu yang begitu banyak,
beliau mengatakan:”Didapatkan dengan lisan yang senantiasa
bertanya, hati yang memahami apa yang disampaikan,

24
kesabaran seperti kesabarannya benda mati, bergegas dan tidak
bermalas – malasan".

2. Sabar Dalam Meninggalkan Kemaksiatan

Pernah seseorang mengirim surat kepada Umar Radhiyallahu


„anhu dimana isi suratnya:”Yang manakah yang lebih afdhal
orang yang meninggalkan kemaksiatan sedangkan ia
berkeinginan untuk mengerjakannya namun ia tidak
mengerjakannya karena takut kepada Allah, atau seseorang
yang meninggalkan kemaksiatan karena ia tidak memiliki
keinginan atau niat untuk mengerjakannya", Beliau
menjawab:”Lebih afdhal orang yang memiliki syahwat /
keinginan untuk mengerjakan maksiat itu namun ia tidak
mengerjakannya karena Allah", kemudian beliau menyebut
firman Allah:

“Merekalah orang – orang yang Allah uji hatinya dalam


ketakwaan”, Sebagai seorang muslim kita banyak diuji oleh
Allah dalam mengerjakan ketaatan, berbeda dengan orang kafir
yang dunia dijadikan surga bagi mereka sehinga mereka tidak
perduli halal dan haram, baik atau buruk, adapun kita yang
beriman dengan hari akhirat bersabar dengan ujian tersebut
untuk meraih balasan surga disisi Allah Subhanahu wata'ala.

Allah Subhanahu wata'ala menguji kita dalam mencari nafkah,


kita dilarang untuk berlaku curang dengan mengurangi
timbangan atau menyembunyikan aib sebuah barang yang kita
jual. Rasulullah Shalalllahu „alaihi wasallam pernah masuk ke
pasar melihat pedangan kurma dan kurmanya terlihat bagus,
namun Rasulullah memasukkan tangannya ternyata dibawahnya
ada kurma yang rusak, beliau kemudian berkata:”Apa ini wahai
pemilik barang dagangan”, ia berkata:”Kemarin terkena hujan Ya

25
Rasulullah", Rasulullah berkata:"Mengapa engkau tidak
menjadikannya diatas sehingga dilihat oleh orang", Rasululllah
berkata:”Siapa yang berbuat curang bukan golongan kami”, hal
ini membutuhkan kesabaran karena secara dhahir
menguntungkan akan tetapi itu adalah keuntungan yang
sementara namun keberkahannya dicabut oleh Allah Subhanahu
wata‟ala.

Allah Subhanahu wata'ala berfirman:

ْ‫ض َلْإِذَاْا ْهتَ َد ٌْت ُ ْمْْۚإِلَى‬


َ ْ‫ض ُّر ُك ْمْ َم ْن‬
ُ ٌَْ‫َْۖل‬ َ ْ‫س ُك ْم‬ َ ُ‫علَ ٌْ ُك ْمْأَ ْنف‬ َ ْ‫ٌَاْأٌَُّ َهاْالَذٌِنَ ْآ َمنُوا‬
َْ‫ّللاِْ َم ْر ِجعُ ُك ْمْ َج ِمٌعًاْفٌَُنَبِّئ ُ ُك ْمْبِ َماْ ُك ْنت ُ ْمْتَ ْع َملُون‬
َ
"Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; tiadalah orang
yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu
telah mendapat petunjuk. Hanya kepada Allah kamu kembali
semuanya, maka Dia akan menerangkan kepadamu apa yang
telah kamu kerjakan". (QS. Al Maidah: 105).

Berkata Abu Tsa‟labah: “Demi Allah, aku telah bertanya kepada


Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam tentang ayat itu, maka
beliau bersabda yang artinya:
“Beramar ma‟ruf dan nahi mungkarlah kalian sehingga (sampai)
kalian melihat kebakhilan sebagai perkara yang ditaati, hawa
nafsu sebagai perkara yang diikuti, dan dunia (kemewahan)
sebagai perkara yang diagungkan (setiap orang mengatakan
dirinya di atas agama islam dengan dasar hawa nafsunya
masing-masing. Dan Islam bertentangan dengan apa yang
mereka sandarkan padanya), setiap orang merasa ta‟jub dengan
akal pemikirannya masing-masing, maka peliharalah diri-diri
kalian (tetaplah di atas diri-diri kalian) dan tinggalkanlah orang-
orang awam karena sesungguhnya pada hari itu adalah hari
yang penuh dengan kesabaran (hari dimana seseorang yang
26
sabar menjalankan al haq dia akan mendapatkan pahala yang
besar dan berlipat). Seseorang yang bersabar pada hari itu
seperti seseorang yang memegang sesuatu di atas bara api,
seseorang yang beramal pada hari itu sama pahalanya dengan
50 orang yang beramal sepertinya.” Seseorang bertanya kepada
Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam yang artinya:“Ya
Rasulullah, pahala 50 orang dari mereka?”, Rasulullah
Shallallahu „alaihi wasallam berkata: "Pahala 50 orang dari
kalian (para Sahabat Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam)”.
(HR. Abu Daud: 4341, At Tirmizi: 3058, dan dihasankan
olehnya; Ibnu Majah: 4014)

3. Sabar Dengan Takdir Allah Subhanahu wata'ala

Yaitu takdir yang pahit akan tetapi Allah tidak akan menyia-
nyiakan kesabaran seorang hambanya, oleh karenanya segala
sesuatu yang menimpa kita maka ingatkan diri kita agar
bersabar karena dosa – dosa berguguran dengan kesabaran
dari ujian yang menimpa kita, ingat dosa dan maksiat yang
pernah kita kerjakan bisa jadi dengan adanya ujian tersebut
dihapuskan oleh Allah Subhanahu wata‟ala. Atau ingat
kedudukan yang akan kita dapatkan disisi Allah Subhanahu
wata‟ala kelak pada hari kiamat

Orang yang beriman dadanya senantiasa dilapangkan oleh


Allah. Salah seorang salaf pernah terkena penyakit, ia kemudian
terus mengucapkan pujian kepada Allah, ketika ditanya:"Ya
Syaikh anda selalu memuji sedangkan anda merasakan betapa
sakitnya apa yang anda derita", beliau kemudian
berkata:”Sesungguhnya manisnya pahala dan balasan
menjadikan aku lupa akan pahitnya kesabaran".

27
Rasulullah mengajarkan kepada kita doa agar dikeluarkan sifat
sabar dalam diri kita:

ْ‫تْأَ ْل َدا َمنَا‬


ْ ّ‫اْوثَ ِب‬ ْ ‫واْربَنَاْأَ ْف ِر‬
َ ْ‫غْ َعلَ ٌْنَا‬
َ ‫صب ًْر‬ َ ُ‫ْو ُجنُو ِدهِْلَال‬َ َ‫َولَ َماْ َب َر ُزواْ ِل َجالُوت‬
ْ ‫ىْالمَ ْو ِم‬
َْ‫ْال َكافِ ِرٌن‬ ْ َ‫ص ْرنَاْ َعل‬ ُ ‫َوا ْن‬
"Tatkala Jalut dan tentaranya telah nampak oleh mereka,
merekapun (Thalut dan tentaranya) berdoa: "Ya Tuhan kami,
tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah
pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir".
(QS. Al Baqarah: 250).

Wallahu A‟lam Bish Showaab

Oleh : Ustadz Harman Tajang, Lc., M.H.I Hafidzahullahu


Ta‟ala (Direktur Markaz Imam Malik) @Selasa, 26
Dzulhijjah 1438 H

28
3 KUNCI KEBAHAGIAAN DUNIA
‫الرحِ ٌِم‬
‫الر ْح َم ِن ه‬
‫َّللا ه‬
ِ ‫ِبس ِْم ه‬

Sering kita membaca doa:

ِ ‫ابْال َن‬
ْ‫ار‬ َ ً‫سنَة‬
َ َ‫ْو ِلنَاْ َعذ‬،ْ َ ‫ًْاْلخ َر ِةْ َح‬
ِ ‫ْو ِف‬،ْ َ ‫اللَ ُه َمْآ ِتنَاْفًْال ُّد ْن ٌَاْ َح‬
َ ً‫سنَة‬
"Ya Allah, berikanlah kepada Kami kebaikan di dunia, berikan
pula kebaikan di akhirat dan lindungilah Kami dari adzab
Neraka”. (HR. Bukhari no. 4522 dan Muslim no. 2690)

Semua kita ingin bahagia, kita keluar diwaktu pagi mencari


nafkah kemudian pulang disore hari atau dimalam hari tiada lain
adalah bagaimana kita ingin mendapatkan kebahagiaan. Apakah
hakekat kebahagiaan itu ?, apakah dengan banyaknya harta,
menggapai puncak karir penjalanan hidup, menjadi orang yang
terkenal atau memiliki segala – galanya kita telah mendapatkan
kebahagiaan atau diberi sebutan bahagia.

Salah seorang pengusaha pernah curhat kepada ustadz dan dia


juga menyampaikan apa yang dialami oleh tamannya, dia sangat
kaya raya namun dia berkata:”Walaupun segala hal yang Allah
berikan kepadaku dari dunia dan isinya, dimana apa saja yang
saya mau diberikan oleh Allah Subhanahu wata‟ala namun saya
tidak menikmati semua apa yang saya miliki”,

Dia bisa membeli ranjang yang mahal tetapi dia tidak bisa
menikmati lezatnya tidur, dia bisa berobat dimana pun ia mau
atau bahkan sampai ke luar negeri namun dia tidak bisa
membeli kesembuhan, akhirnya orang ini menangis, hal ini
bukan hanya satu atau dua orang yang mengalami hal tersebut
akan tetapi banyak hanya saja tidak diketahui oleh orang lain
29
karena terkadang orang – orang kaya banyak curhat kepada
ustadz atau kiai.

Kisah diatas menjadi contoh atau dalil bahwasanya kebahagian


itu bukan semata –mata ketika kita telah mendapatkan dunia
beserta isinya, akan tetapi kebahagiaan letaknya didalam hati
dan jiwa ketika seseorang merasakan ketenangan didalam
hidupnya, kebahagiaan bukan hanya dzahirnya (nampak) akan
tetapi bagaimana ia bisa menikmati apa yang Allah berikan
kepadanya.

Tips untuk meraih kebahagiaan

Salah seorang ulama berkata :”Alamat kebahagiaan itu diraih


dan didapatkan pada 3 hal”:

1. Bersyukur dari setiap nikmat yang Allah berikan

Terkadang kita menangisi sesuatu yang tidak bisa kita raih


padahal kita bisa memiliki sesuatu yang tidak bisa dimilki oleh
orang lain , Allah memberikan kepada kita akal dan sebagian
manusia ada yang gila, Allah memberikan kepada kita
penglihatan dimana sebagian manusia ada yang buta tidak bisa
melihat, Allah memberikan kepada kita lisan untuk berbicara dan
sebagian manusia ada yang bisu, Allah memberikan kepada kita
pendengaran dan disana banyak orang yang tuli tidak bisa
mendengar, Allah memberikan kepada kita 2 kaki untuk berjalan
dimana banyak orang yang lumpuh tidak bisa bergerak kecuali
dengan bantuan orang lain, Allah memberikan kepada kita
kesehatan dan disana banyak orang yang sakit.

30
Nikmat baru terasa ketika dicabut dan diambil oleh Allah
Subhanahu wata‟ala, nimat sehat akan terasa ketika kita sakit,
nikmat kekayaan kita rasakan ketika Allah mencabut kekayaan
dari kita kemudian kita menjadi fakir dan miskin, Rasulullah
Shallallahu „alaihi wasallam bersabda:

ْ ‫ْو ْالفَ َرا‬


ُ‫غ‬ َ ُ‫ص َحة‬ ِ َ‫ْمنَ ْالن‬
ّ ِ ‫ْال‬،ْ‫اس‬ ِ ‫ٌر‬ ٌ ُ‫انْ َم ْؽب‬
ٌ ِ‫ونْفٌِ ِه َماْ َكث‬ ِ َ‫نِ ْع َمت‬
”Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat
sehat dan waktu senggang”. (HR. Bukhari no. 6412, dari Ibnu
„Abbas)

Salah seorang penyair berkata:”Kesehatan itu salah satu


mahkota yang tidak bisa dilihat oleh orang lain kecuali orang
yang sakit”, keindahan mahkota kesehatan hanya bisa dilihat
oleh orang – orang yang sakit. Oleh karenanya sempatkan
waktu luang kita untuk berkunjung ke rumah sakit agar kita
banyak meninggat nikmat Allah Subhanahu wata‟ala.

Inilah kunci kebahagiaan yang sebenarnya ketika kita senantiasa


Qana‟ah (Merasa cukup dengan apa yang Allah berikan kepada
kita) dan inilah yang menjadi alamat kebahagiaan sebagaimana
yang dikemukakan oleh sahabat Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu
„anhu: alamat ketakwaan ada 4:

ْ‫ضا‬
َ ‫الر‬
ّ ِ ‫ْو‬
َ ‫ْالر ِح ٌْ ِل‬ َ ‫ْو ْال َع َْملُْ ِبالتَ ْن ِز ٌْ ِل‬
َ ‫ْواْ ِْل ْستِ ْع َدادُْ ِل ٌَ ْو ِم‬ ْ َ‫ْمن‬
َ ‫ْال َج ِل ٌْ ِل‬ ِ ‫ؾ‬ُ ‫ْالخ َْو‬
ِْ ٌْ ‫ِب ْالمَ ِل‬
‫ل‬
"Takut kepada Allah yang Maha Mulia, mengamalkan apa yang
termuat dalam at tanzil (Al-Qur‟an), mempersiapkan diri untuk
hari meninggalkan dunia dan ridha (puas) dengan hidup
seadanya (sedikit)". Pada point yang terakhir merasa cukup
dengan yang sedikit, sedikit yang disyukuri itu lebih baik dari
31
pada banyak tapi dikufuri, sedikit tapi membuat kita ingat kepada
Allah dari pada banyak namun membuat kita lupa kepada Allah
Subhanahu wata‟ala . Allah Subhanahu wata‟ala berfirman:

َ ‫طؽَىْأَ ْن‬
ْ‫ْرآهُْا ْستَ ْؽنَى‬ ْ ٌَ َ‫سانَ ْل‬ ِ ْ ‫َك َالْ ِإ َن‬
َ ‫ْاْل ْن‬
"Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui
batas, karena dia melihat dirinya serba cukup". (QS. Al-Alaq :6-
7).

Nikmat adalah merupakan titipan dari Allah Subhanahu wata‟ala


yang suatu saat akan dicabut oleh Allah, oleh karenanya
milikilah sifat rasa syukur tersebut maka kita akan bahagia.

Hendaknya engkau ridho dengan apa yang Allah berikan


kepadamu maka engkau akan menjadi orang yang paling kaya
didunia, walaupun kita telah memilliki segala sesuatunya namun
jika tidak pernah merasa cukup maka sesungghnya dia adalah
orang yang fakir dan miskin. Bukan berarti kita tidak mencari
rezeki atau bekerja melainkan islam menyuruh kita untuk
bekerja, islam menyuruh kita untuk beraktifitas, mencari
keutamaan Allah dipermukaan bumi ini.

‫ْمنَ ْال ُّد ْنٌَا‬


ِ َ‫َصٌبَن‬ َ ‫َْو ََلْتَ ْن‬
ِ ‫سْن‬ َ ْ ‫َار‬
َ ‫ْاْل ِخ َرة‬ َ َ‫َوا ْبتَ ِػْفٌِ َماْآَتَان‬
َ ‫ّْللاُْالد‬
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah
kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu
melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi”. (QS. Al
Qashshash: 77).
32
Islam adalah agama yang seimbang dan pertengahan,
Rasulullah bersabda:

ِ‫ح‬ َ ‫صا ِل ُحْ ِل ْل َم ْر ِءْال‬


ْ ‫صا ِل‬ ْ ‫…نِ ْع َم‬.
َ ‫ْال َمالُْال‬
"Sebaik-baik harta adalah harta yang dimiliki oleh hamba yang
Shalih.” (HR. Ahmad 4/197. Syaikh Syu‟aib Al Arnauth
mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih sesuai syarat
Muslim). Jika harta jatuh kepada orang yang baik maka ia akan
salurkan kepada hal yang baik – baik, sahabat-sahabat
Rasulullah banyak yang terkenal dengan kekayaannya seperti
Abu Bakar as-Shiddiq, Ustman bin Affan, Abdurrahman bin Auf,
Khadijah bintu Khuwailid. Silahkan menjadi orang yang kaya
raya akan tetapi dalam mencari harta hendaklah bersyukur
dengan apa yang kita dapatkan walaupun sedikit, banyak
disykuri dan sedikit juga disyukuri. Allah memberikan kepada kita
rezeki sedikit maka bersyukur dan cara bersyukur terhadap
nikmat yang Allah berikan kepada kita adalah dengan selalu
melihat ke bawah, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda:

ْ‫ْفهو‬،ْ‫انظرواْإلىْمنْهوْأسفلْمنكمْوَلْتنظرواْإلىْمنْهوْفولكم‬
‫أجدرْأنَْلْتزدرواْنعمةْهللاْعلٌكم‬
“Pandanglah orang yang berada di bawahmu (dalam masalah
harta dan dunia) dan janganlah engkau pandang orang yang
berada di atasmu (dalam masalah ini). Dengan demikian, hal itu
akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah padamu”.
(HR. Bukhari dan Muslim).

Dalam hadist yang lain:


33
ْ‫إذاْنظرْأحدكمْإلىْمنْفضلْعلٌهْفًْالمالْوالخلكْفلٌنظرْإلىْمن‬
‫هوْأسفلْمنه‬
“Jika salah seorang di antara kalian melihat orang yang memiliki
kelebihan harta dan bentuk (rupa) [al kholq], maka lihatlah
kepada orang yang berada di bawahnya”. (HR. Bukhari dan
Muslim).

Berlomba dalam urusan akhirat, pelan dalam urusan dunia

Jika kita ingin tadabburi Al-Qur‟an, Allah memerintahkan kita


berlomba dalam urusan akhirat, Allah Subhanahu wata'ala
berfirman:

ْ ُ‫فَا ْستَ ِبم‬


ِ ‫واْال َخٌ َْرا‬
ْ‫ت‬
“Berlomba-lombalah dalam kebaikan”. (QS. Al Baqarah: 148).

ْ ‫َو ِفًْذَلِنَ ْفَ ْل ٌَتَنَافَ ِس‬


ُ ‫ْال ُمتَنَاِْف‬
َْ‫سون‬
“Dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-
lomba". (QS. Al Mutaffifin: 26).

Dihari jum‟at kita diperintah oleh Allah untuk bersegera menuju


masjid. Allah Subhanahu wata‟ala berfirman:

ْ ‫ْم ْنْ ٌَ ْو ِم‬


ْ‫ْال ُج ُم َع ِةْفَا ْس َع ْواْ ِإلَىْ ِذ ْك ِر‬ ِ ِ‫ص َالة‬ َ ‫ِيْ ِلل‬ َ ‫ٌَاْأٌَُّ َهاْالَذٌِنَ ْآ َمنُواْ ِإذَاْنُود‬
ْ ‫ِْوذَ ُر‬
َْ‫واْال َب ٌْ َعْْۚذَ ِل ُك ْمْ َخٌ ٌْرْلَكُ ْمْ ِإ ْنْ ُك ْنت ُ ْمْتَ ْعلَ ُمون‬ َ ‫ّللا‬
َ
"Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan
shalat Jum'at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah

34
dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu
jika kamu mengetahui". (QS. Jumuah :9).

Allah Subhanahu wata'ala berfirman:

ُ ‫ْو ْاْل َ ْر‬


ْ‫ض‬ َ ُ‫س َم َاوات‬ ُ ‫ْو َجنَةٍْ َع ْر‬
َ ‫ض َهاْال‬ َ ‫ْربِّ ُك ْم‬ ِ ‫عواْ ِإلَىْ َم ْؽ ِف َرة‬
َ ‫ٍْم ْن‬ ُ ‫ار‬
ِ ‫س‬
َ ‫َو‬
ْ ‫أ ُ ِعد‬
َِ‫َتْ ِل ْل ُمت َِْمٌن‬

"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan


kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang
disediakan untuk orang-orang yang bertakwa". (QS. Ali Imran :
133).

ْ‫ض‬ِ ‫ْو ْاْل َ ْر‬َ ‫اء‬


ِ ‫س َم‬
َْ ‫ضْال‬ ِ ‫ض َهاْ َك َع ْر‬ َ ٍْ‫ْو َجنَة‬
ُ ‫ع ْر‬ َ ‫ْر ِّب ُك ْم‬ ِ ‫سا ِبمُواْ ِإلَىْ َم ْؽ ِف َرة‬
َ ‫ٍْم ْن‬ َ
ْ‫ّللاُْذُو‬
َ ‫ْو‬ َ ‫ُّْللاٌُِْإْ تٌِ ِهْ َم ْنٌَْشَا ُء‬
َ ‫ضل‬ ْ َ‫س ِل ِهْذَلِنَ ْف‬
ُ ‫ِْو ُر‬ َ ‫اَّلل‬ ْ ‫أ ُ ِعد‬
َ ِ‫َتْ ِللَذٌِنَ ْآَ َمنُواْب‬
ْ ‫ض ِل‬
ِْ ‫ْالعَ ِظ‬
‫ٌم‬ ْ َ‫ْالف‬
"Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari
Rabbmu dan surga yang lebarnya selebar langit dan bumi, yang
disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan
rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa
yang dikehendaki-Nya. dan Allah mempunyai karunia yang
besar”. (QS. Al Hadiid: 21).

Adapun dalam urusan dunia Allah Subhanahu wata‟ala


berfirman:

35
ْْۖ‫ْر ْزلِ ِه‬ ِ ُ‫اْو ُكل‬
ِ ‫واْم ْن‬ ً ُ‫ضْذَل‬
ْ َ‫وَلْف‬
ُ ‫ام‬
َ ‫شواْفًِْ َمنَا ِك ِب َه‬ ْ ‫ه َُوْالَذِيْ َج َعلَْلَ ُك ُم‬
َ ‫ْاْل َ ْر‬
ِ‫شور‬ ُ ُّ‫َو ِإلَ ٌْ ِهْالن‬

"Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka


berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari
rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah)
dibangkitkan". (QS. Al-Mulk: 15).

Jangan diperbudak oleh dunia, silahkan dunia kita miliki akan


tetapi cukuplah dunia berada ditangan kita dan jangan
dimasukkan ke dalam hati. Salah satu doa seorang salaf adalah:

“Ya Allah jadikan dunia ditanganku dan jangan engkau jadikan


dunia didalam hatiku”, karena kapan dunia ditangan kita maka
kita yang akan mengaturnya akan tetapi jika dunia berada
didalam hati kita maka kita yang akan diatur oleh dunia,
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

َ ‫ص ِةْتَ ِع‬
ُْ‫سْ َع ْبد‬ ْ ‫سْ َع ْبد‬
َ ٌْ ‫ُْالخ َِم‬ َ ‫ْتَ ِع‬،‫سْ َع ْبدُْال ّد ِْره َِم‬َ ‫َارْتَ ِع‬ َ ‫تَ ِع‬
ِ ‫سْ َع ْبدُْال ِ ّد ٌْن‬
َْ ‫س ِخ‬
‫ط‬ َ ْ‫ط‬ َ ‫ْو ِإ ْنْلَ ْمٌُْ ْع‬
َ ً َ ‫ض‬
ِ ‫ْر‬
َ ً ِ ‫ْالخ َِم ٌْلَ ِةْ ِإ ْنْأُع‬
َ ‫ْط‬
“Celakalah hamba dinar, celakalah hamba dirham, celakalah
hamba khamisah dan khamilah (sejenis pakaian yang terbuat
dari wool/sutera). Jjika diberi ia senang, tetapi jika tidak diberi ia
marah”. (HR. Bukhari).

ْ ‫ىْز ْرت ُ ُم‬


ْ‫ْال َممَا ِب َر‬ ُ َ‫أَ ْل َها ُك ُمْالتَ َكاث ُ ُرْ َحت‬

“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu


masuk ke dalam kubur". (QS. At Takatsur: 1-2).
36
Harta yang kita kumpulkan hanya didunia semata namun kita
tidak bisa membawanya ke negeri akhirat, akan tetapi jika orang
kaya diberi ilmu oleh Allah maka ia akan tahu bahwa harta yang
ia miliki, harta yang ia kumpulkan tidak bisa ia bawa mati
sehingga ia kirim dari sekarang didunia ini dengan cara banyak
bersedekah dan berinfak dijalan Allah Subhanahu wata'ala,
sehingga harta yang ia infakkan akan ia nikmati pada hari
kiamat.

Jadi kita diperintahkan dalam urusan akhirat untuk berlomba


adapun dalam urusan dunia kita diperintahkan untuk pelan –
pelan, Imam Hasan al Basri mengatakan:

“Jika engkau melihat ada orang yang berusaha menyaingimu


dalam urusan dunia maka saingi dia dalam urusan akhirat“.

Sekarang kita bisa melihat bagaimana orang – orang saling


mempersilahkan dalam urusan akhirat , Rasulullah Shallallahu
„alaihi wasallam bersabda:

ْ‫ْاْل َ َو ِلْث ُ َمْلَ ْمٌَْ ِجدُواْ ِإ ََلْأَ ْنٌَْْ ْستَ ِه ُموا‬


ْ ‫ؾ‬ ِّ ‫ص‬
َ ‫ْوال‬ ُ َ‫لَ ْوْ ٌَ ْعلَ ُمْالن‬
ِ ‫اسْ َماْ ِفًْال ِّن َد‬
َ ‫اء‬
َ ‫َعلَ ٌْ ِه‬
‫َْل ْستَ َه ُموا‬
"Seandainya manusia mengetahui apa yang ada (yaitu
keutamaan) di dalam seruan (adzan) dan shaf pertama, lalu
mereka tidak bisa mendapatkan shaf tersebut kecuali dengan
undian, sungguh mereka akan melakukan undian untuk
mendapatkannya”. (HR. Bukhari 580).

Hal ini menjadi kenyataan ketika dimasjid orang – orang saling


mempersilahkan agar menempati shaf pertama.

37
Dalam urusan dunia jika ada pembagian sembako rela antri
begitupula dengan menonton pertandingan sepak bola rela antri
demi mendapatkan karcis, berdiri dengan satu kaki hanya untuk
teriak memberikan dukungan kepada club yang ia cintai.

Bersyukur memiliki 3 rukun:

1. Bersyukur dengan lisan yaitu banyak mengucapkan


Alhamdulillah dari setiap nikmat yang Allah berikan
2. Bersyukur dengan hati yaitu meyakini bahwa semua nikmat
datangnya dari Allah Subhanahu wata‟ala. Allah berfirman:

ِ ‫َو َماْ ِب ُك ْم‬


َْ َ‫ْم ْنْنِ ْع َمةٍْفَ ِمن‬
ِ‫ّْللا‬
“Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-
lah (datangnya)”. (QS. An Nahl: 53).

3. Bersyukur dengan anggota tubuh bagaimana caranya, yaitu


nikmat yang Allah Subhanahu wata‟ala berikan kita digunakan
dalam ketaatan kepada Allah Subhanahu wata‟ala, jangan
sampai digunakan didalam kemaksiatan sehingga nikmat
yang Allah berikan kepada kita justru menjadi boomerang
pada hari kaimat , Allah berfirman:

ْ‫ث ُ َمْلَتُسْؤَلُ َنٌَْ ْو َمئِذٍْ َع ِنْالنَ ِع ٌِم‬


"Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang
kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu)”. (QS.
At Takatsur: 8).

Bersabar Ketika mendapatkan ujian dari Allah Subhanahu


wata‟ala

38
Hidup didunia ini seperti roda yang berputar dimana hari ini kita
tertawa bisa jadi besok kita menangis, Allah Subhanahu wata'ala
berfirman:

ْ‫ْوأَ ْب َكى‬ ْ َ ‫َوأَنَهُْه َُوْأ‬


َ َ‫ض َحن‬
"dan bahwasanya Dialah yang menjadikan orang tertawa dan
menangis". (QS. An-Najm : 43).

Adapun orang yang beriman sebagaimana disebutkan dalam


hadist, Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam bersabda:

ْ،‫ْسْذَلِنَ ِْْل َ َحدٍْ ِإَلَْ ِل ْل ُمإْ ِم ِن‬ َ ‫ْإنْأَ ْم َرهُْ ُكلَهُْلَهُْ َخٌ ٌْر‬
َ ٌَ‫ْول‬ ْ ‫َع َجبًاِْْل َ ْم ِر‬
َ ‫ْال ُمإْ ِم ِن‬
ْ َ‫ص َب َرْفَ َكان‬ َ ْ‫ض َرا ُء‬ َ ُْ‫صا َبتْه‬ َ َ‫ْو ِإ ْنْأ‬،ُ
َ ‫ش َك َرْفَ َكانَ ْ َخٌ ًْراْلَه‬َ ْ‫س َرا ُء‬َ ُْ‫صا َبتْه‬َ َ‫ِإ ْنْأ‬
ِ‫خٌْراًْلَه‬ َ
"Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua
urusannya adalah baik baginya. Hal ini tidak didapatkan kecuali
pada diri seorang mukmin. Apabila mendapatkan kesenangan,
dia bersyukur, maka yang demikian itu merupakan kebaikan
baginya. Sebaliknya apabila tertimpa kesusahan, dia pun
bersabar, maka yang demikian itu merupakan kebaikan
baginya". (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh Muslim, no. 2999
dari Abu Yahya Shuhaib bin Sinan radhiyallahu „anhu).

Qarun ketika ditanya:”Wahai Qarun darimana engkau


mendapatkan harta yang begitu banyak”, ia kemudian
berkata:”Itu adalah hasil dari kecerdasan saya”, jadi Qarun
menyombongkan diri dimana harta yang dia dapatkan ia
sandarkan kepada dirinya bukan kepada Allah Subhanahu
wata‟ala, dia telah lupa diri dan melupakan Allah Subhanahu
wata‟ala.
39
Bahkan kunci pergudangang harta Qarun dipikul oleh beberapa
orang algojo yang bertubuh besar dan kuat. kekayaan membuat
Qarun lupa bahwasanya ketika ia lahir dia tidak memiliki
pengetahuan apapun, Allah Subhanahu wata‟ala berfirman:

ْ‫اْو َج َعلَْلَكُ ُمْالس َْم َع‬ َ ْ َ‫َْلْتَ ْعلَ ُمون‬


َ ً‫ش ٌْئ‬ َ ‫ونْأ ُ َم َها ِت ُك ْم‬
ِ ‫ط‬ُ ُ ‫ن ْب‬
ْْ ‫ْم‬ ِ ‫ّللاُْأ َ ْخ َر َج ُك ْم‬
َ ‫َو‬
َْ‫ْو ْاْل َ ْفئِ َدةَْْۙلَعَلَ ُك ْمْتَ ْش ُك ُرون‬
َ ‫ار‬َ ‫ص‬َ ‫َو ْاْل َ ْب‬
"Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan
tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur". (QS.
An-Nahl : 78).

Adapun orang yang beriman jauh dari sifat demikian


sebagaimana Nabi Sulaiman diberikan kekuasaan oleh Allah
Subhanahu wata‟ala, sampai – sampai kekuasaan Nabi
Sulaiman mengalahkan seluruh raja dan tidak pernah ada raja
sebelum beliau yang diberikan kekuatan mampu memerintahkan
angin, memerintahkan jin, mampu memahami bahasa binatang
atau hewan. Oleh karenanya ketika beliau membawa
pasukannya melewati sebuah lembah semut, Nabi Sulaiman
„Alaihissalam mendengar ratu semut berkata kepada semut –
semut yang lain:"Wahai para semut masuklah kalian ke dalam
liang-liang kalian jangan sampai kalian diinjak oleh Sulaiman dan
bala tentaranya sedang mereka tidak mengetahuinya"

Angin kemudian membawa perkataan ratu semut tersebut dan


didengar oleh Nabi Sulaiman dan Nabi Sulaiman faham dengan
apa yang ia sampaikan, beliau kemudian tersenyum
mendengarkan perkataan dari ratu semut, beliau kemudian
berkata:”Wahai Tuhanku, jadikanlah aku orang yang pandai
mensyukuriu nikmat-Mu yang telah Engkau karuniakan
kepadaku dan kepada ibu-bapakku; dan jadikanlah aku orang
40
yang beramal shalih yang Engkau Ridhai; dan masukkanlah aku
dengan rahmat-Mu ke dalam golongan orang-orang yang
shalih”. Ini diantara doa yang bisa kita amalkan.

Jadi beginilah sifat orang – orang yang beriman yang disebutkan


oleh Nabi Shallallahu „alaihi wasallam dimana ketika ia
mendapatkan nikmat ia bersyukur dan kesyukuran itu baik
baginya dan sebaliknya ketika ia mendapatkan musibah dan diuji
oleh Allah Subhanahu wata‟ala dia bersabar dan kesabaran itu
baik baginya. Dunia ini tempat kita diuji oleh Allah Subhanahu
wata‟ala dan dibalik ujian ada pengampunan dosa dan derajat
diangkat disisi Allah Subhanahu wata‟ala, inilah yang harus
menjadi perhatian kita ketika ditimpa musibah sebagaimana
firman Allah didalam Al-Qur‟an:

ْ‫ْو ْاْل َ ْنفُ ِس‬َ ‫ْاْل َ ْم َوا ِل‬


ْ َ‫ْمن‬ ِ ‫ص‬ َ ِ‫ْو ْال ُجوع‬
ٍ ‫ْونَ ْم‬ َ ‫ؾ‬ِ ‫ْالخ َْو‬ ْ َ‫ْمن‬ِ ٍ‫ًَء‬ ْ ‫َولَنَ ْبلُ َونَ ُك ْمْبِش‬
َ ‫صٌبَةٌْلَالُواْ ِإنَاْ ِ ََّلل‬
ْ‫ِْو ِإنَا‬ ِ ‫صابَتْ ُه ْمْ ُم‬ َ َ‫صابِ ِرٌنَ ْالَذٌِنَ ْإِذَاْأ‬َ ‫ش ِرْال‬ َ ‫َوالثَ َم َرات‬
ّ ِ َ‫ِْوب‬
ْ‫ْوأُولَئِنَ ْهُ ُم‬ َ ٌ‫ْو َر ْح َمة‬ ِ ٌ‫صلَ َوات‬
َ ‫ْم ْن‬
َ ‫ْر ِبّ ِه ْم‬ َ ْ َ‫اجعُونَ ْْأُولَئِن‬
َ ْ‫علَ ٌْ ِه ْم‬ ِ ‫ْر‬َ ‫ِإلَ ٌْ ِه‬
ْ َ‫ْال ُم ْهتَدُون‬
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan
sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-
buahan, dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang
yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah,
mereka mengucapkan, “Inna lillaahi wa innaa ilaihi
raaji‟uun". Mereka itulah yang mendapat keberkahan yang
sempurna dan rahmat dari Rabb mereka dan mereka itulah
orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS. Al-Baqarah: 155-
157).

Berdasarkan ayat diatas Allah menguji hambanya dengan sedikit


ujian sedangkan Allah tidak membebani hambanya dengan ujian
41
diluar dari kemampuannya, jadi tidak ada alasan lagi bagi orang
– orang untuk bunuh diri karena ujian yang kita hadapi kelak
akan diangkat oleh Allah Subhanahu wata‟ala dan berganti
dengan pahala sehingga hikmah dari ujian yang kita hadapi baru
kita rasakan setelah ujian tersebut berlalu. Banyak orang yang
gagal dalam suatu usaha kemudian sedih bahkan menangis
karena ia merasa dirinya telah binasa namun beberapa waktu
kemudian ia berkata:”Beruntung dahulunya saya tidak berhasil”,
menunjukkan bahwa dibalik musibah ada kebaikan yang
diinginkan oleh Allah yang tidak kita ketahui.

Diantara ciri-ciri yang diberikan kabar gembira kepada orang –


orang yang beriman adalah mereka yang ketika ditimpa musibah
ia ngucapkan:”Innalillahi wa inna ilaihi rojiun”,

Ucapan semacam ini bukan hanya diucapkan ketika ada yang


meninggal akan tetapi semua jenis musibah seperti ketika anak
kita sakit maka ucapkan perkataan tersebut, dll.

Dalam musibah yang kita hadapi boleh bersedih akan tetapi


jangan larut dalam kesedihan sebagaimana Rasulullah ketika
anaknya meninggal beliau kemudian bersedih dan menangis,
sahabat kemudian heran dan berkata:”Ya Rasulullah apa ini,
anda menangis”, beliau berkata:”Ini adalah rahmah yang Allah
berikan didalam hati hamba-hambanya”. Jadi mata boleh
menangis, hati bersedih namun jangan mengucapkan perkataan
yang tidak diridhai oleh Allah Subhanahu wata‟ala, olehnya
ketika ada keluarga kita yang meninggal jaga lisan kita dengan
baik jangan sampai mengelurkan perkataan yang tercela,

Rasulullah ketika menghadiri jenasah salah seorang sahabat


bernama Abu Salamah kemudian ada keluarganya yang
mengucapkan perkataan yang tidak pantas, Rasulullah

42
berkata:”Janganlah kalian mengucapkan perkataan yang tidak
pantas sebab ada malaikat yang mendoakan apa yang kalian
ucapkan atau mengaminkan apa yang kalian
ucapkan”, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

"Tidaklah termasuk golongan kami orang yang menampar pipi


atau merobek-robek pakaian atau berteriak dengan teriakan
Jahiliyah”. (QS. Al-Bukhari dalam Al-Jana‟iz 1294, Muslim
dalam Al-Iman 103).

Dan lebih baik mengucapkan doa seperti yang diajarkan oleh


Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam:

ْ ‫ىْوأَ ْخ ِل‬
ْ‫ؾْ ِلىْ َخٌ ًْرا‬ َ ِ‫صٌ َبت‬ ِ ‫اجعُونَ ْاللَ ُه َم‬
ِ ‫ْآج ْرنِىْفِىْ ُم‬ َ ‫ِْو ِإنَاْ ِإلَ ٌْ ِه‬
ِ ‫ْر‬ َ ِ َ‫ِإن‬
َ ‫اَّْلل‬
‫ِم ْن َها‬
"Sesungguhnya kita ini milik Allah dan sungguh hanya kepada-
Nya kita akan kembali. Ya Allah, berilah aku pahala dalam
musibahku ini dan berilah ganti yang lebih baik daripadanya".

Dengan ia mengucapkan doa diatas maka Allah akan mengganti


yang lebih baik dari musibah yang diambil oleh Allah, dengan
mengucapkan doa tersebut maka kita akan berbaik sangka
kepada Allah Subhanahu wata‟ala.

Beristighfar kepada Allah ketika melakukan maksiat

Diantara keburukan dosa adalah mendatangkan kesialan dan


membuat hati menjadi gelisah, membuat kita menjadi galau , jika
kita galau dan tidak mengetahui apa sebabnya maka perbanyak
istighfar, boleh jadi ada sesuatu dengan diri kita kepada Allah
Subhanahu wata‟ala, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda:
43
َ ‫ْالخ‬
َْ‫َطائٌِْنَ ْالتَ َوابُ ْون‬ ْ ‫ْو َخٌ ُْر‬ َ ‫ُك ُّلْبَنًِْآ َد َمْخ‬
َ ‫َطا ٌء‬
“Setiap anak adam berdosa dan sebaik-sebaik orang yang
berdosa adalah bertaubat”.(Hadits hasan riwayat Ahmad
(III/198), At Tirmidzi (no. 2499), Ibnu Majah (no. 4251) dan Al
Hakim).

Salah seorang ulama mengatakan:"Jika kita tidak bisa menyaingi


orang – orang sholeh dalam kebaikan maka saingilah orang –
orang yang buruk dengan istighfar kepada Allah Subhanahu
wata‟ala”, akui dosa yang kita kerjakan kepada Allah Subhanahu
wata‟ala kemudian lisan kita senantiasa beristighfar kepada
Allah Subhanahu wata‟ala, Rasulullah bersabda:

ْ‫ك‬ ِ ‫اْو ِم ْنْ ُك ِّل‬


ٍ ٌ‫ْض‬ ِ ‫َّْللاُْلَه‬
َ ‫ُْم ْنْ ُك ِّلْ َه ٍ ّمْفَ َر ًج‬ َ ‫ارْ َج َعل‬ ِ ‫َم ْنْأَ ْكثَ َر‬
َ َ‫ْاَل ْس ِت ْؽف‬
ُ ٌ‫ُْم ْنْ َح‬
َ ‫ْث‬
ُْ ‫َْلٌَْ ْحتَ ِس‬
‫ب‬ ِ ‫اْو َرزَ لَه‬َ ‫َم ْخ َر ًج‬
“Barang siapa yang memperbanyak beristighfar, maka Allah
pasti akan selalu memberikannya jalan keluar dari setiap
kesempitan dan kelapangan dari segala kegundahan serta Allah
akan memberikan rizki kepadanya dari arah yang tidak ia
sangka-sangka". Inilah buah dari sitighfar.

Suatu ketika pernah datang 3 orang kepada Imam Hasan Al


Basri Rahimahullah mengadukan masalahnya, orang pertama
datang dengan mengaduhkan musim paceklik, kemudian Imam
Hasan Al Basri Rahimahullah berkata kepadanya:” Istighfarlah
engkau kepada Allah“.

Kemudian orang kedua datang mengadukan kemiskinannya,


kemudian Imam Hasan Al Basri Rahimahullah tetap berkata
kepadanya:” Istighfarlah engkau kepada Allah“,

44
Datang lagi orang ketiga mengadu kondisinya yang tidak
kunjung dikaruniai anak, kemudian Imam Hasan Al
Basri Rahimahullah berkata kepadanya:” Istighfarlah engkau
kepada Allah“,

Datang lagi orang keempat mengadukan tentang kebunnya yang


kering, kemudian Imam Hasan Al Basri Rahimahullah berkata
kepadanya:” Istighfarlah engkau kepada Allah“,

Semua keluhan dan masalah yang diadukan kepada Imam


Hasan Al Basri Rahimahullahbeliau hanya menjawab semua
keluhan dan aduhannya dengan:”Istighfarlah engkau kepada
Allah“.

Melihat hal tersebut, murid Imam Hasan Al


Basri Rahimahullah heran dan berkata:”Tadi orang-orang
berdatangan kepadamu mengadukan berbagai permasalahan,
dan engkau memerintahkan mereka semua agar beristighfar,
mengapa demikian?”,

Hasan Al-Bashri Rahimahullah menjawab:”Aku tidak menjawab


dari diriku pribadi, karena Allah Subhanahu wata‟ala telah
mengatakan dalam firman-Nya (yang artinya):

“Maka, Aku katakan kepada mereka, Mohonlah ampunan


kepada Rabb-mu, sesunnguhnya dia adalah Maha Pengampun,
niscaya dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat.
Dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan
untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya)
untukmu sungai-sungai”. (QS. Nuh : 10-12).

Istighfar bukan cuma diucapkan ketika selesai mengerjakan


sholat tetapi sering mengucapkan istighfar dimana saja kita
45
berada karena dengan memperbanyak istighfar akan
dimudahkan segala urusan kita oleh Allah Subhanahu wata‟ala
dan juga diberkahi.

“Wahai orang yang dirundung oleh musibah dan masalah


bersyukurlah allah akan mengelurkan anda dri musibah dan
kesusahan tersebut”,

Wallahu A‟lam Bish Showaab

Oleh : Ustadz Harman Tajang, Lc., M.H.I Hafidzahullahu


Ta‟ala (Direktur Markaz Imam Malik)

@Senin, 15 Rabiul Awal 1438 H

46
3 TIPS MENGHINDARI DOSA
NAMIMAH DAN GHIBAH
ُ١ِ ِ‫اٌشد‬
‫اٌشدْ َّ ِٓ ه‬
‫َّللا ه‬
ِ ‫غ ُِ ه‬
ْ ِ‫ث‬

Diantara tips dan cara untuk menghindari perbuatan namimah


(adu domba) dan ghibah adalah:

1. Perbanyak doa kepada Allah Subhanahu wata‟ala agar Allah


memberikan kepada kita akhlak yang mulia, diantara doa
yang masyur yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu „alaihi
wasallam yang terdapat dalam hadist Qudsi Allah Subhanahu
wata'ala berfirman:

ْ‫ْوأَ ْن‬
َ ‫ٌن‬ِ ‫سا ِك‬ ْ َ‫ِْو ُحب‬
َ ‫ْال َم‬ ْ َ‫ِْوتَ ْرن‬
َ ‫ْال ُم ْن َك َرات‬ َ ‫َْال َخٌ َْرات‬ ْ ‫اللَ ُه َمْإِ ِنّىْأَسْؤَلُنَ ْفِ ْعل‬
ْ َ‫ونْأَسْؤَلُنَ ْ ُحبَن‬
ٍ ُ ‫ىْوإِذَاْأَ َر ْدتَ ْفِتْنَةَْلَ ْو ٍمْفَتَ َوفَنِىْ َؼٌ َْرْ َم ْفت‬ َ ‫تَ ْؽ ِف َرْ ِل‬
َ ِ‫ىْوتَ ْر َح َمن‬
َْ‫بْ ِإلَىْ ُح ِبّن‬ ُ ‫ْو ُحبَ ْ َع َم ٍلٌُْْمَ ِ ّر‬
َ َ‫َو ُحبَ ْ َم ْنٌُْ ِحبُّن‬
"Wahai Muhammad, jika engkau shalat, ucapkanlah do‟a: ”(Ya
Allah, aku memohon kepada-Mu untuk mudah melakukan
kebaikan dan meninggalkan kemungkaran serta aku memohon
pada-Mu supaya bisa mencintai orang miskin, ampunilah (dosa-
dosa)ku, rahmatilah saya, jika Engkau menginginkan untuk
menguji suatu kaum maka wafatkanlah saya dalam keadaan
tidak terfitnah. Saya memohon agar dapat mencintai-Mu,
mencintai orang-orang yang mencintai-Mu dan mencintai amal
yang dapat mendekatkan diriku kepada cinta-Mu)”.Dalam
lanjutan hadits Nabi Shallallahu „alaihi wasallam menyebutkan,
“Ini adalah benar. Belajar dan pelajarilah”. (HR. Tirmidzi no.
3235 dan Ahmad 5: 243. Syaikh Al Albani mengatakan
bahwa hadits ini shahih).
47
Begitu pula membaca doa yang lain:

ْ‫ْو ََلْتَ ْج َع ْلْ ِفًْلُلُو ِبنَاْ ِؼ ًّال‬


َ ‫ان‬ ِ ْ ‫س َبمُونَاْ ِب‬
ِ ‫اْلٌ َم‬ َ ْ َ‫َاْو ِ ِْل ْخ َوا ِننَاْالَذٌِن‬
َ ‫َر َبنَاْا ْؼ ِف ْرْلَن‬
‫ْر ِحٌ ٌْم‬
َ ‫وؾ‬ٌ ‫ْر ُء‬ َ َ‫واْربَنَاْإِنَن‬ َ ُ‫ِللَذٌِنَ ْآ َمن‬
"Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami
yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau
membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang
yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha
Penyantun lagi Maha Penyayang". (QS. Hasyr : 10).

Jadi kita berdoa kepada Allah agar kita diberikan hati yang
bersih dari perbuatan dosa dan benci dari salah seorang dari
kaum muslimin karena yang mendorong kita untuk menggibahi
seseorang adalah kebencian dan inilah yang diinginkan oleh
syaithan, oleh karenanya dalam hadist Rasulullah pernah
ditanya:"Siapakah orang yang paling utama?", Beliau
menjawab:"Setiap orang yang bersih hatinya dan benar
ucapannya", Para sahabat berkata:"Orang yang benar
ucapannya telah kami pahami maksudnya. Lantas apakah yang
dimaksud dengan orang yang bersih hatinya?", Rasulullah
menjawab:"Dia adalah orang yang bertakwa (takut) kepada
Allah, yang suci hatinya, tidak ada dosa dan kedurhakaan di
dalamnya serta tidak ada pula dendam dan
hasad". (Dikeluarkan oleh Ibnu Majah 4216 dan Thabarani,
dan dishahihkan oleh Imam Albani di dalam Silsilah al-
Ahadits ash-Shahihah).

Naminah atau ghibah adalah kemungkaran yang sangat besar


maka hendaklah kita menjauhinya dengan banyak berdoa
kepada Allah Subhanahu wata'ala.

48
2. Mengetahui bahaya dari namimah dan ghibah agar ketika kita
memiliki anak yang masih kecil yang susah untuk dilarang dari
perbuatan yang ia kerjakan hal ini disebabkan karena ia
belum mengetahui bahayanya. Diantara bahaya ghibah
adalah berkaitan dengan kebaikan dan pahala kita kelak
dihari kemudian, karena amalan yang kita kerjakan akan
diambil oleh orang yang kita ghibahi. Hakekat perbuatan
ghibah dan namimah adalah perbuatan yang melanggar hak
saudara kita karena didalamnya ada ke dzaliman dan setiap
kedzaliman akan dipertanggungjawabkan pada hari kiamat,
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

ْ‫عْفَمَالَْ ِإ َن‬ َ ‫َْلْد ِْره ََمْلَه‬


َ ‫ُْو ََلْ َمتَا‬ َ ‫سْفٌِنَاْ َم ْن‬ ْ ُ‫سْلَال‬
ُ ‫واْال ُم ْف ِل‬ ْ ‫أَتَد ُْرونَ ْ َم ِن‬
ُ ‫ْال ُم ْف ِل‬
ْْ‫ٍْو ٌَؤْ ِتًْلَد‬
َ ‫ْوزَ َكاة‬ َ ‫صٌَ ٍام‬ َ ‫ص َالة‬
ِ ‫ٍْو‬ ْ ‫ْم ْنْأ ُ َم ِتًْ َم ْنْ ٌَؤْ ِتًْ ٌَ ْو َم‬
َ ‫ْال ِم ٌَا َم ِةْ ِب‬ ِ ‫س‬ َ ‫ْال ُم ْف ِل‬
ْ‫طى‬ َ ‫بْ َهذَاْفٌَُ ْع‬ َ ‫ض َر‬ َ ‫اْو‬َ َ‫سفَنَ ْ َد َمْ َهذ‬ َ َ‫اْوأَ َكلَْ َمالَْهَذ‬
َ ‫اْو‬ َ َ‫ؾْهَذ‬ َ َ‫اْولَ ْذ‬
َ َ‫شتَ َمْهَذ‬ َ
ْ‫ضىْ َما‬ َ ‫سنَاتُهُْلَ ْبلَْأَ ْنٌُْ ْم‬َ ‫تْ َح‬ ْ ٌَِ‫سنَاتِ ِهْفَإِ ْنْفَن‬ َ ‫اْم ْنْ َح‬ِ َ‫ْو َهذ‬ َ ‫سنَاتِ ِه‬ َ ‫اْم ْنْ َح‬ِ َ‫َهذ‬
ِْ َ‫تْ َعلَ ٌْ ِهْث ُ َمْطُ ِر َحْفًِْالن‬
‫ار‬ ْ ‫ط ِر َح‬ ُ َ‫طا ٌَاهُ ْمْف‬َ ‫ْم ْنْ َخ‬ ِ َ‫َعلَ ٌْ ِهْأ ُ ِخذ‬
“Apakah kalian tahu siapa muflis (orang yang pailit) itu?”
Para sahabat menjawab:”Muflis (orang yang pailit) itu adalah
yang tidak mempunyai dirham maupun harta benda”. Tetapi
Nabi Shallallahu „alaihi wasallam berkata : “Muflis (orang
yang pailit) dari umatku ialah, orang yang datang pada hari
Kiamat membawa (pahala) shalat, puasa dan zakat, namun
(ketika di dunia) dia telah mencaci dan (salah) menuduh
orang lain, makan harta, menumpahkan darah dan memukul
orang lain (tanpa hak). Maka orang-orang itu akan diberi
pahala dari kebaikan-kebaikannya. Jika telah habis kebaikan-
kebaikannya, maka dosa-dosa mereka akan ditimpakan
kepadanya, kemudian dia akan dilemparkan ke dalam

49
neraka". (HR. Muslim no. 2581, at Tirmizi no. 2418 dan
Ahmad (2/303, 334, 371), dari Abu Hurairah).

3. Tanyakan kepada diri kita maukah kita diperlakukan seperti


apa yang kita lakukan kepada saudara kita, tentunya kita tidak
mau karena orang lain memiliki perasaan seperti perasaan
yang kita miliki, sebagaimana perbuatan yang kita lakukan
kepada saudara kita maka begitupula kita akan diperlakukan
dikemudian hari. Imam Malik pernah berkata:”Saya mengenal
suatu kaum tidak memiliki aib dan cela, karena ia sering
menceritakan aib orang lain maka aibnya disingkap oleh Allah
Subhanahu wata‟ala, sebaliknya saya mengenal ada orang
yang banyak dosa dan aibnya, karena ia selalu menutupi aib
saudaranya maka aibnya ditutupi oleh Allah Subhanahu
wata‟ala, Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam bersabda:

ُ َ ‫َْلَْتَ ْؽتا‬،ُ‫ْولَ ْمٌَْ ْد ُخ ِلْاْ ِْل ٌْ َمانُ ْلَْْلبَه‬


ْ، َ‫بواْالـْ ُم ْس ِل ِمٌْن‬ َ ‫ٌَاْ َم ْعش ََرْ َم ْنْآ َمنَ ْبِ ِل‬
َ ‫سانِ ِه‬
ْ‫ْو َج َل‬َ ‫ْفَإِنَهُْ َم ِنْاتَبَ َعْ َع ْو َراتِ ِه ْمٌَْتَبِ ِعْهللاُْ َع َز‬،‫َوَلَْتَتَبِـعُ ْواْ َع ْو َراتِ ِه ْم‬
‫ض ْحهُْفًِْبَ ٌْتِ ِْه‬ َ ‫ْو َم ْنٌَْتَ ِب ِعْهللاُْ َع ْو َرتَهٌَُْ ْف‬،ُ
َ ‫َع ْو َراتِه‬
"Wahai orang-orang yang beriman dengan lisannya dan belum
beriman dengan hatinya, janganlah kalian menyakiti kaum
muslimin, dan janganlah kalian mencari-cari kekurangan-
kekurangan mereka, karena sesungguhnya barangsiapa
mencari-cari kekurangan-kekurangan mereka maka kelak Allah
akan menyingkapkan kekurangan dia (di akhirat) maka Dia akan
membiarkan orang lain tahu aibnya, meskipun di dalam
rumahnya". (HR.Tirmidzi (Tuhfatul Ahwadzi juz 6/180),
dishahihkan oleh Syaikh Nashiruddin Al-Albani dalam
Shahih Al-Jami'us Shaghir no.7985 dan shahih Tirmidzi
no.1655).

50
Adapun jika namimah dan ghibah sudah terjadi maka
bertaubatlah kepada Allah kemudian meminta maaf kepada
orang yang pernah kita ghibahi, jika dia tahu bahwasanya kita
mengghibahinya maka minta maaf kepadanya adapun jika dia
tidak tahu maka kembali kepada maslahat, jika kita melihat
maslahatnya lebih baik jika tidak disampaikan maka jangan
sampaikan cukup kita bertaubat dan mendoakan kebaikan
untuknya karena jangan sampai ketika disampaikan kemudian ia
tahu pada saat itu dapat merusak hubungan kita dengannya.

Beginilah cara berlepas dari ghibah dan namimah,.

Wallahu A‟lam Bish Showaab

Oleh : Ustadz Harman Tajang, Lc., M.H.I Hafidzahullahu


Ta‟ala (Direktur Markaz Imam Malik)

@Sabtu, 27 Rabiul Awal 1438 H

51
4 GOLONGAN YANG
DIRINDUKAN SURGA
ُ١ِ ِ‫اٌشد‬
‫اٌشدْ َّ ِٓ ه‬
‫َّللا ه‬
ِ ‫غ ُِ ه‬
ْ ِ‫ث‬

Allah Subhanahu wata‟ala berfirman:

ْ ‫َاْوفُ ِت َح‬
ْ‫ت‬ َ ‫ْز َم ًراْْۖ َحتَىْإِذَاْ َجا ُءوه‬ ُ ‫ىْال َجنَ ِة‬ ْ َ‫اْر َب ُه ْمْ ِإل‬َ ‫َو ِسٌكَ ْالَذٌِنَ ْاتَمَ ْو‬
َْ‫ْط ْبت ُ ْمْفَا ْد ُخلُوهَاْخَا ِلدٌِن‬
ِ ‫س َال ٌْمْ َعلَ ٌْ ُك ْم‬ َ ‫أَب َْوابُ َه‬
َ ْ‫اْولَالَْلَ ُه ْمْخَزَ نَت ُ َها‬
"Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhan dibawa ke
dalam surga berombong-rombongan (pula). Sehingga apabila
mereka sampai ke surga itu sedang pintu-pintunya telah terbuka
dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya:
"Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu. Berbahagialah kamu!
maka masukilah surga ini, sedang kamu kekal di dalamnya".(QS.
Az Zumar :73).

Allah Azza wa jalla berfirman tatkala orang - orang yang


bertakwa didekatkan surga kepadanya sebagaimana dalam
firmannya:

ْ‫بْ َحفٌِظٍ ْْ َم ْن‬ ْ ‫َوأ ُ ْز ِلفَت‬


ٍ ‫ِْال َجنَةُْ ِل ْل ُمتَمٌِنَ ْ َؼٌ َْرْ َب ِعٌدٍْ َهذَاْ َماْتُو َعدُونَ ْ ِل ُك ِّلْأَ َوا‬
ْ‫المْذَلِنَ ٌَْ ْو ُم‬
ٍ ‫س‬ َ ِ‫بْْا ْد ُخلُوهَاْب‬ ٍ ٌِ‫بْ ُمن‬ ٍ ‫ْو َجا َءْبِمَ ْل‬َ ‫ب‬ِ ٌْ َ‫ْالر ْح َمنَ ْبِ ْالؽ‬
َ ً َ ‫َخ ِش‬
َ ‫ْال ُخلُودِْْلَ ُه ْمْ َماٌَْشَا ُءونَ ْفٌِ َه‬
ٌْ‫اْوْلَ َد ٌْنَاْ َم ِزٌد‬
Sedangkan surga didekatkan kepada orang-orang yang
bertakwa pada tempat yang tidak jauh (dari mereka). (Kepada
mereka dikatakan), “Inilah nikmat yang dijanjikan kepadamu,
(yaitu) kepada setiap hamba yang senantiasa bertobat (kepada

52
Allah) dan memelihara (semua peraturan-peraturan-Nya). (Yaitu)
orang yang takut kepada Allah Yang Maha Pengasih, sekalipun
tidak kelihatan (olehnya) dan dia datang dengan hati yang
bertobat, masukilah ke (dalam surga) dengan aman dan damai.
Itulah hari yang abadi.” Mereka di dalamnya memperoleh apa
yang mereka kehendaki, dan pada Kami ada tambahannya. (QS.
Qaf : 32 - 35).

Penjelasan Ayat

ْ ‫َوأ ُ ْز ِلفَت‬
ْ‫ِْال َجنَةُْ ِل ْل ُمتَمٌِنَ ْ َؼٌ َْرْبَ ِعٌ ٍد‬
Sedangkan surga didekatkan kepada orang-orang yang
bertakwa pada tempat yang tidak jauh (dari mereka).

Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam mengatakan baunya


surga tercium dari perjalanan yang sangat jauh sebagaimana
dalam Sabdanya:

ْ َ‫ْال َبمَ ِرٌَْض ِْربُون‬ ْ ‫ب‬


ِ ‫طْ َكؤ َ ْذنَا‬
ٌ ‫ارْلَ ْمْأ َ َرهُ َماْلَ ْو ٌمْ َم َع ُه ْمْ ِس ٌَا‬
ِ َ‫ْم ْنْأَ ْه ِلْالن‬ ِ ‫ان‬ِ َ‫ص ْنف‬
ِ
ْ‫س ُه َنْ َكؤ َ ْسنِ َم ِة‬ ُ ٌ‫ارٌَاتٌ ْ ُم ِمٌالَتٌ ْ َمائِالَت‬
ُ ‫ْر ُءو‬ ِ ‫سا ٌءْ َكا ِسٌَاتٌ ْ َع‬ َ ِ‫ْون‬َ ‫اس‬ َ َ‫بِ َهاْالن‬
ْ‫ُْم ْن‬ِ ‫ْرٌ َح َهاْلٌَُو َجد‬ ِ ‫اْوإِ َن‬َ ‫ْرٌ َح َه‬ِ َ‫ْوَلٌََْ ِج ْدن‬ ْ َ‫ِْال َمائِلَ ِةَْلٌََْ ْد ُخ ْلن‬
َ َ‫ْال َجنَة‬ ْ ‫ْالبُ ْخت‬
‫اْو َكذَا‬
َ َ‫ٌرةِْ َكذ‬ َ ‫َم ِس‬
“Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah
aku lihat: (1) Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor
sapi untuk memukul manusia dan (2) para wanita yang
berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka
seperti punuk unta yang miring. Wanita seperti itu tidak akan
masuk surga dan tidak akan mencium baunya, padahal
baunya dapat tercium dari jarak sekian dan sekian”. (HR.
Muslim no. 2128).
53
َْ‫َهذَاْ َماْتُو َعدُون‬
(Kepada mereka dikatakan), “Inilah nikmat yang dijanjikan
kepadamu.

Inilah yang telah dijanjikan kepada kalian yang sudah kalian


dengarkan dulu didunia yang disebutkan dan disampaikan lewat
Al-Qur‟an dan disampaikan lewat lisan Rasulullah Shallallahu
„alaihi wasallam yang para orang - orang sholeh tidaklah puas
dan tenang hidupnya sampai menginjakkan kakinya ditempat
tersebut sampai mereka mengorbankan nyawa dijalan Allah
Subhanahu wata‟ala, mengeluarkan hartanya dijalan Allah,
menjaga sholat, menyeru kepada kebaikan dan mencegah dari
perbuatan keji, bersabar meninggalkan kemaksiatan, bersabar
dengan segala ujian demi mengharapkan surga Allah
Subhanahu wata'ala.

Diantara 4 Golongan Orang Yang Dirindukan Surga yang


disebutkan dalam surah Qaf : 32 - 33 adalah:

1. Orang yang kembali kepada Allah setelah melakukan


dosa dan maksiat

Allah Subhanahu wata'ala berfirman:

ْ‫ْو ََل‬ َ ‫ك‬ ْ َ‫َْمن‬


ِ ّ ‫ْال َح‬ ِ ‫ِْو َماْنَزَ ل‬ َ ‫ّْللا‬ َ ‫أَلَ ْمْ ٌَؤْ ِنْ ِللَذٌِنَ ْآَ َمنُواْأَ ْنْت َ ْخ‬
َ ‫ش َعْلُلُوبُ ُه ْمْ ِل ِذ ْك ِر‬
ْ‫تْلُلُوبُ ُه ْْم‬ َ َ‫ْاْل َ َمدُْفَم‬
ْ ‫س‬ ْ ‫طالَْ َعلَ ٌْ ِه ُم‬ َ َ‫ْم ْنْلَ ْبلُْف‬ ِ ‫اب‬ ْ ُ ‫ٌَ ُكونُواْ َكالَذٌِنَ ْأُوت‬
َ َ‫واْال ِكت‬
َْ‫ْم ْن ُه ْمْفَا ِسمُون‬
ِ ‫ٌر‬ٌ ِ‫َو َكث‬

54
“Belumkah tiba saatnya bagi orang-orang yang beriman
untuk tunduk hati mereka dengan mengingat Allah dan
kebenaran yang diturunkan. Dan janganlah mereka menjadi
seperti orang-orang sebelumnya yang telah diberikan Al Kitab,
masa yang panjang mereka lalui (dengan kelalaian) sehingga
hati mereka pun mengeras, dan banyak sekali di antara mereka
yang menjadi orang-orang fasik”. (QS. Al-Hadid: 16).

Mereka ingat kepada Allah tatkala ditimpa was - was syaithan


Sebagaimana dalam firman Allah Ta‟ala:

ِ ‫انْتَذَ َك ُرواْفَإِذَاْهُ ْمْ ُمب‬


ْ َ‫ْص ُرون‬ ِ ‫ط‬َ ٌْ ‫ش‬
َ ‫ْمنَ ْال‬ِ ‫ؾ‬ ٌ ِ‫طائ‬ َ ‫إِ َنْالَذٌِنَ ْاتَمَ ْواْإِذَاْ َم‬
َ ْ‫س ُه ْم‬
َْ‫ص ُرون‬ِ ‫ًِْث ُ َمَْلٌُْ ْم‬ ْ ِ‫()ْو ِإ ْخ َْوانُ ُه ْمٌَْ ُمدُّونَ ُه ْمْف‬
ّ َ‫ًْالؽ‬ َ
“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa
was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika
itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya. Dan teman-
teman mereka (orang-orang kafir dan fasik) membantu syaitan-
syaitan dalam menyesatkan dan mereka tidak henti-hentinya
(menyesatkan).” (QS. Al-A‟raf: 201-202).

2. Orang yang menjaga batasan - batasan Allah

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

ُْ‫صلَىْهللا‬ َ - ًْ َ ‫ْ ُك ْنتُ ْخ َْل‬:َ‫ْلال‬-‫ضًْهللاُْ َع ْن ُهما‬


ِّ ‫ؾْالنَ ِب‬ ِ ‫ َر‬-ْ‫ّاس‬ ٍ ‫عبْدْهللاْبنْ َعب‬
ْ ‫ْإِنًِّْأ ُ َع ِلّ ُمنَ ْ َك ِل َمات‬،‫ؼالَ ُم‬
َْ‫ٍ؛ْاحفَ ِظْهللا‬ ُ ْ‫ْ((ٌَا‬:َ‫ْفَمَال‬،‫ٌَْ ْو ًما‬-‫سلَ َْم‬ َ ‫َعلَ ٌْ ِه‬
َ ‫ْو‬
ْ َ‫ْو ِإذَاْا ْستَ َع ْنت‬، َ ‫هللا‬
َ ْ‫ل‬ ِْ َ ‫سؤ َ ْلتَ ْفَاسْؤ‬
َ ْ‫ْإِذَا‬، َ‫ْهللاْتَ ِج ْدهُْت ُ َجاهَن‬
َ ‫ْاحفَ ِظ‬،
ْ َ‫ظن‬ ْ َ‫ٌَ ْحف‬
ْ ‫تْ َعلَىْأَ ْنْ ٌَ ْنفَعُونَ ْ ِبش‬
ْ‫ًَءٍ ْلَ ْم‬ ْ ‫ْوا ْعلَ ْمْأَ َنْاْل ُ َمةَْلَ ِو‬،ِ
ْ ‫ْاجتَ َم َع‬ َ ‫فَا ْستَ ِع ْنْ ِباهلل‬
55
ْ َ‫ض ُّرون‬ُ ٌَْ‫علَىْأَ ْن‬ َ ْ‫ْاجتَ َمعُوا‬ َ َ‫ًَءٍ ْلَدْْ َكتَبَهُْهللاُْلَن‬
ْ ‫ْو ِإ ِن‬، ْ ‫ٌَ ْنفَعُونَ ْ ِإَلَْبِش‬
َ ‫ْرفِ َعتِْاْل َ ْلالَ ُم‬،
ِْ‫ْو َجفَت‬ َ ‫ض ُّرونَ ْ ِإَلَْ ِب‬
ُ َ‫ش ًْءٍ ْلَدْْ َكتَ َبهُْهللاُْ َعلٌَْن‬ ُ ٌَْ‫ًَءٍ ْلَ ْم‬
ْ ‫ِبش‬
))‫ؾ‬ ُ ‫ص ُح‬ ُّ ‫ال‬
Abdullah bin „Abbas –Radhiyallahu „anhuma– menceritakan,
suatu hari saya berada di belakang Nabi shallallahu „alaihi
wasallam. Beliau bersabda, “Nak, aku ajarkan kepadamu
beberapa untai kalimat: Jagalah Allah, niscaya Dia akan
menjagamu. Jagalah Allah, niscaya kau dapati Dia di
hadapanmu. Jika engkau hendak meminta, mintalah kepada
Allah, dan jika engkau hendak memohon pertolongan, mohonlah
kepada Allah. Ketahuilah, seandainya seluruh umat bersatu
untuk memberimu suatu keuntungan, maka hal itu tidak akan
kamu peroleh selain dari apa yang telah Allah tetapkan untukmu.
Dan andaipun mereka bersatu untuk melakukan sesuatu yang
membahayakanmu, maka hal itu tidak akan membahayakanmu
kecuali apa yang telah Allah tetapkan untuk dirimu. Pena telah
diangkat dan lembaran-lembaran telah kering.”.( HR. At Tirmidzi
no. 2516).

Apakah Allah butuh dijaga “tidak” karena dia adalah sebaik –


baik penjaga, dialah Allah yang menjaga makhluknya, tapi
menagapa Allah mengatakan jagalah Allah maksudnya adalah
jagalah batasan – batasan Allah baik berupa perintah maupun
larangan, kita berusaha mengerjakan perintah Allah Subhanahu
wata‟ala sesuai dengan kemampuan kita dan menjaga diri kita
dari apa yang dilarang dan diharamkan oleh Allah Subhanahu
wata‟ala demi mengharapkan keridhoan Allah azza Wa jalla dan
keridhoan Allah lebih besar dari segala galanya.

3. Orang yang takut kepada Allah tatkala bersendirian (tidak


ada yang melihatnya)
56
Allah Ta‟ala berfirman:

ْ‫)ْوأَ ِس ُّروا‬
َ 21(ْ‫ٌر‬ ٌ ِ‫ْوأَ ْج ٌرْ َكب‬ َ ٌ ‫بْلَ ُه ْمْ َم ْؽ ِف َرة‬ِ ٌْ َ‫ْربَ ُه ْمْبِ ْالؽ‬
َ َ‫إِ َنْالَذٌِنَ ٌَْ ْخش َْون‬
ْ َ‫)ْأَ ََلٌَْ ْعلَ ُمْ َم ْنْ َخلَك‬21(ْ‫ُور‬ ِ ‫صد‬ ُّ ‫ْاج َه ُرواْبِ ِهْ ِإنَهُْ َع ِلٌ ٌمْبِذَاتِْال‬ ْ ‫لَ ْولَ ُك ْمْأ َ ِو‬
ْ‫شوا‬ ُ ‫ام‬ ً ُ‫ضْذَل‬
ْ َ‫وَلْف‬ َ ‫ْاْل َ ْر‬ ْ ‫)ْه َُوْالَذِيْ َج َعلَْلَْكُ ُم‬21(ْ‫ٌر‬ ْ ‫ٌؾ‬
ُ ‫ْال َخ ِب‬ ُ ‫َوه َُوْاللَ ِط‬
ُْ ‫ش‬
‫ور‬ ُ ُّ‫ْوإِلَ ٌْ ِهْالن‬َ ‫ْر ْزلِ ِه‬ ِ ُ‫اْو ُكل‬
ِ ‫واْم ْن‬ َ ‫( فًِْ َمنَا ِكبِ َه‬21)
“Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Tuhannya di
saat mereka tidak tampak di hadapan yang lainnya, mereka
akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar. Dan
rahasiakanlah perkataanmu atau lahirkanlah; sesungguhnya Dia
Maha Mengetahui segala isi hati. Apakah Allah Yang
menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan atau
rahasiakan); dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui? Dialah
Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah
di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya.
Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitka”.
(QS. Al Mulk: 12-15).

Tingkat ketakwaan yang paling tinggi adalah "Muraqabatullah",


ketika dorongan syahwat itu mengggoda dan memiliki
kesempatan untuk berbuat maksiat namun ia takut kepada Allah
Subhanahu wata‟ala. Jangan engkau menjadikan Allah menjadi
hina dimatamu yang melihat apa yang engkau lakukan, kalau
saja seseorang tidak berani bermaksiat ketika anak kecil berada
didekatnya lalu ia suruh pergi, lalu kenapa ia tidak takut kepada
Allah Subhanahu wata‟ala yang maha melihat.

4. Yang datang kepada Allah dengan hati yang kembali


kepadanya

Sebagaimana Allah Ta‟ala berfirman:


57
ْ‫س ِل ٌٍم‬ ٍ ‫ىّْللاْبِمَ ْل‬
َ ْ‫ب‬ َ َ َ‫ْْ ِإ ََلْ َم ْنْأَت‬,ْ َ‫ٌْو ََلْبَنُون‬
َ ‫َْلٌَْ ْنفَ ُعْ َمال‬
َ ‫ٌَ ْو َم‬

“(Yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna


kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang
bersih” (QS. Asy Syu‟aro‟: 88-89).

Ketika mereka merasakan kenikmatan dalam surga kemudian


penghuni neraka juga merasakan siksa yang pedih tiba – tiba
ada sebuah panggilan diantara surga dan neraka sebagaimana
dalam hadist, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

ْ‫ٌُْإْ تَى‬:ْ‫س ْولُْهللاِْملسو هيلع هللا ىلص‬ ُ ‫َْر‬ َ ‫ْلَال‬:َْ‫يْرضًْهللاْعنهْلَال‬ ْ ‫س ِعٌْْد‬


ِّ ‫ٍْال ُخد ِْر‬ َ ًْْ ِ‫َع ْنْأَب‬
ْ َ‫َْال َجنَ ِةْ!ْفٌََ ْش َرئِبُ ْون‬ ْ ‫ٌَْاْأَ ْهل‬:ٍْ‫حْفٌَُنَادِيْبِ ِهْ ُمنَاد‬ ٍ َ‫بِ ْال َم ْوتِْ َك َه ٌْئَ ِةْ َكب ٍْشْأَ ْمل‬
ْ َ‫ْهَذ‬,‫ْنَ َع ْم‬:ْ َ‫ْه َْلْتَ ْع ِرفُ ْونَ ْهَذَاْ؟ْفَ ٌَْمُ ْولُ ْون‬:ُْ‫ْفَ ٌَ ًكُۗ ْول‬, َ‫ظ ُر ْون‬
ْ, ُ‫اْال َم ْوت‬ ُ ‫َو ٌَ ْن‬
ْ, َ‫ظ ُر ْون‬ ُ ‫ْو ٌَ ْن‬
َ َ‫ارْفَ ٌَ ْش َر ِئبُ ْون‬ ِ َ‫ْ ٌَاْأَ ْهلَْالن‬:ٍْ‫ْث ُ َمٌُْنَادِيْ ُمنَاد‬,ُ‫ْْرآه‬ َ ‫َو ُكلُّ ُه ْمْلَد‬
َ ‫ْو ُكلُّ ْه ْمْلَد‬
ُْ‫ْْرآه‬ َ ُ‫اْال َم ْوت‬ ْ َ‫ْ َهذ‬,‫ْنَعَ ْم‬:ْ َ‫ْه َْلْتَ ْع ِرفُ ْونَ ْ َهذَاْ؟ْفٌََمُ ْولُ ْون‬:ُْ‫فٌََمُ ْول‬
َ َ‫َْال َجنَ ِةْ ُخلُ ْودٌْفَالَْ َم ْوت‬
ْ‫ْوٌَا‬, ْ ‫ٌَْاْأَ ْهل‬:ُْ‫ارْث ُ َمٌَْمُ ْول‬ ِ َ‫ْوالن‬ ْ َ‫فٌَُ ْذبَ ُحْبٌَْْن‬
َ ‫ْال َجنَ ِة‬
ْ‫ًْاْل َ ْم ُر‬ َ ‫ض‬ ِ ُ‫ْال َحس َْر ِةْ ِإ ْذْل‬ ْ ‫ْ(وأَ ْنذ ِْرهُ ْمْ ٌَ ْو َم‬
َ َ ‫ْث ُ َمْلَ َرأ‬, َ‫ارْ ُخلُ ْودٌْفَالَْ َم ْوت‬ ِ َ‫أَ ْهلَْالن‬
‫َارْبٌَِ ِدهِْإِلَىْال ُّد ْنٌَا‬ َْ ‫)ْوأَش‬
َ َ‫ٍْوهُ ْمَْلٌَُْإْ ِمنُ ْون‬ َ ‫َوهُ ْمْفِ ًْْ َؼ ْفلَة‬
Dari Abu Sa‟id al-Khudri berkata: Rasulullah bersabda:
“Kematian didatangkan pada bentuk kambing berkulit hitam
putih, lalu seorang penyeru memanggil: Wahai penduduk surga!
Mereka menengok dan melihat, penyeru itu berkata: Apakah
kalian mengenal ini? Mereka menjawab: Ya, ini adalah kematian,
mereka semua telah melihatnya. Kemudian penyeru memanggil:
Wahai penduduk neraka! Mereka menengok dan melihat,
penyeru itu berkata: Apakah kalian mengenal ini? Mereka
menjawab: Ya, ini adalah kematian, mereka semua telah
melihatnya, lalu disembelih diantara surga dan neraka, lalu

58
berkata: Wahai penduduk surga, kekekalan tiada kematian
setelahnya, dan hai penduduk neraka, kekekalan dan tiada
kematian setelahnya, lalu beliau membaca (Dan berilah mereka
peringatan tatkala ditetapkan perkara sedangkan mereka dalam
kelalaian dan mereka tidak beriman). Dan beliau mengisyaratkan
dengan tangannya ke dunia".(Bukhari 4730, 6549, Muslim
2849).

Sahabat Ibnu Mas‟ud Radhiyallahu 'anhu pernah minum seteguk


air lalu beliau menangis kemudian sahabat yang lain berkata:”
Ya Ibnu Mas‟ud apa yang membuat anda menangis,” beliau
berkata:”Barusan saya meminum seteguk air dan saya ingat
nanti penghuni neraka permintaan mereka cuman satu tapi
permintaan mereka tidak dikabulkan oleh Allah”.

Allah Subhanahu wata'ala berfirman:

ِ ‫اءْأَ ْو‬
ْ‫ْم َما‬ ْ َ‫َاْمن‬
ِ ‫ْال َم‬ ِ ‫ضواْ َعلَ ٌْن‬ ُ ٌِ‫ْال َجنَ ِةْأَ ْنْأَف‬
ْ ‫اب‬َ ‫ص َح‬ ْ َ ‫ارْأ‬
ِ َ‫ابْالن‬
ُ ‫ص َح‬ ْ َ ‫َونَا َدىْأ‬
ْ َ‫ّْللاْ َح َر َم ُه َماْ َعل‬
َْ‫ىْال َكافِ ِرٌن‬ َ َ ‫ّْللاُْْۚلَالُواْ ِإ َن‬
َ ‫َرزَ لَ ُك ُم‬
"Dan penghuni neraka menyeru penghuni surga: "Limpahkanlah
kepada kami sedikit air atau makanan yang telah direzekikan
Allah kepadamu". Mereka (penghuni surga) menjawab:
"Sesungguhnya Allah telah mengharamkan keduanya itu atas
orang-orang kafir".(QS. Al - Araf: 50).

Penghuni neraka itu akan dihalangi dari apa yang mereka


inginkan adapun penghuni surga mereka mendapatkan apa
yang mereka inginkan.

Wallahu A'lam Bish Shawab.

59
Oleh: Ustadz Harman Tajang, Lc., M.H.I Hafidzahullahu Ta‟ala
(Direktur Markaz Imam Malik)

60
5 AMALAN DISELAMATKAN
DARI NERAKA
ُ١
ِ ‫اٌش ِد‬
‫اٌشدْ َّ ِٓ ه‬
‫َّللاِ ه‬
‫غ ُِ ه‬
ْ ‫ِث‬

Setiap orang ingin selamat dari neraka dan dimasukkan ke


dalam surge, karena cita - cita tertinggi kita adalah bagaimana
kita dimasukkan ke dalam surga tanpa dimasukkan ke dalam
neraka terlebih dahulu. Berikut ini ada beberapa amalan agar
kita dijauhkan dari api neraka, semoga kita termasuk
didalamnya:

Tauhid

Menjaga tauhid dengan baik dan tentu tauhid bukan hanya


sekedar ucapan di lisan akan tetapi pembenaran dengan hati
dan pembuktian dengan perbuatan (amalan). Tauhid adalah
perkataan dengan lisan dan membenarkan dengan hati dan
mengamalkan kandungan tauhid dengan anggota tubuh atau
diaplikasikan dalam perbuatan.

Ketika ada seseorang yang berkata kapada Hasan Al Basri


Rahimahullah padahal tauhid itu kunci surga seakan –akan jika
sudah mengucapkan kalimat syahadat itu sudah jaminan masuk
surga, Hasan Al Basri Rahimahullah kemudian faham maksud
orang tersebut dan dengan kecerdasannya Hasan Al Basri
Rahimahullah kemudian berkata:"Betul tauhid adalah kunci
surga tapi tidak kah engkau melihat bahwa kunci itu ada giginya
dan gigi kunci itu adalah amalan sholeh".oleh karenanya Allah
Subhanahu wata'ala banyak menyebutkan dalam Al-Qur‟an
keimanan digandengkan dengan amalan sholeh.

61
Hasan Al Basri Rahimahullah mengatakan:”keimanan itu bukan
sekedar angan – angan bukan sekedar perhiasan tetapi apa
yang terpatri didalam hati dan dibenarkan oleh amalan “.
Kemudian dia tidak mencampurkan antara tauhid dan
amalannya dengan kesyrikan karena kesyirikan itu
menghapuskan amalan – amalan sholeh. Sebagaimana dalam
firman Allah Subhanahu wata'ala berfirman:

َ ‫ْم ْنْلَ ْبلِنَ ْلَئِ ْنْأ َ ْش َر ْكتَ ْلَ ٌَ ْح َب‬


ْ َ‫ط َنْ َع َملُن‬ ِ َ‫ْو ِإلَىْالَذٌِن‬َ َ‫ًْإِلٌَْن‬ ِ ُ ‫َولَمَدْْأ‬
َ ‫وح‬
ْ َ‫ْمن‬
َْ‫ْالخَا ِس ِرٌن‬ ِ ‫َولَتَ ُكون ََن‬
“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada
(nabi-nabi) yang sebelummu, Jika kamu mempersekutukan
(Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu
termasuk orang-orang yang merugi".(QS. Az Zumar : 65).

Dari Jabir, Nabi Shallallahu „alaihi wasallam bersabda:

ْ‫ش ٌْئًا‬ َ ‫ْو َم ْنْ َماتَ ٌُْ ْش ِرنُ ْ ِب‬


َ ِْ‫اَّلل‬ ْ ‫ش ٌْئًاْ َد َخل‬
َ َ‫َْال َجنَة‬ َ ‫َم ْنْ َماتَ َْلٌَُْ ْش ِرنُ ْ ِب‬
َ ِْ‫اَّلل‬
َْ َ‫َد َخلَْالن‬
‫ار‬
“Barangsiapa yang mati dalama keadaan tidak berbuat syirik
pada Allah dengan sesuatu apa pun, maka ia akan masuk surga.
Barangsiapa yang mati dalam keadaan berbuat syirik pada
Allah, maka ia akan masuk neraka”. (HR. Muslim no. 93).

Kesyrikan terbagi menjadi 2:

1. Syirik besar yaitu kesyirikan yang menyebabkan seseorang


kekal didalam api neraka

62
2. Syirik kecil yaitu Kesyirikan yang tidak menyebabkan
seseorang kekal dalam neraka Sebagaimana yang telah
dijelaskan oleh para ulama kita.

Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam bersabda:

َ ْ‫سلَ َمْلَالَْ َم ْن‬


ْ‫ش ِه َد‬ َْ ‫ْو‬ َ َ‫صل‬
َ ‫ىّْللاُْ َعلَ ٌْ ِه‬ َ ًِْ ّ ِ‫ّْللاُْ َع ْنهُْ َع ْنْالنَب‬َ ً َ ‫ض‬ ِ ‫َْر‬َ ‫عبَا َدة‬ ُ ْ‫َع ْن‬
ْ‫ُْوأَ َن‬
َ ‫ْو َرسُولُه‬ َ ُ‫ُْوأَ َنْ ُم َح َمدًاْ َع ْب ُده‬
َ ‫َْلْش َِرٌنَ ْلَه‬ َ ُ‫ْو ْح َده‬ َ ‫َْلْ ِإلَهَْ ِإ ََل‬
َ ُ‫ّْللا‬ َ ‫أَ ْن‬
ْ‫ُْو ْال َجنَةُْ َح ٌّك‬
َ ‫ْم ْنه‬
ِ ‫ح‬ ٌ ‫ْو ُرو‬ َ ‫ُْو َك ِل َمتُهُْأَ ْلمَاهَاْ ِإلَىْ َم ْر ٌَ َم‬
َ ‫سولُه‬ ُ ‫ِْو َر‬
َ ‫ُّْللا‬
َ ‫سىْ َع ْبد‬ َ ٌ‫ِع‬
ِْ ‫ْالعَ َم‬
‫ل‬ ْ ‫ْم ْن‬ِ َ‫ْال َجنَةَْ َعلَىْ َماْ َكان‬ ْ ُ‫ُّْللا‬
َ ‫ارْ َح ٌّك ْْأَ ْد َخلَه‬
ُ َ‫َوالن‬
Dari Ubadah bin Ash-Shamit Radhiyallahu 'anhu, menuturkan
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa
bersyahadat bahwa tidak ada sesembahan yang hak selain Allah
saja, tiada sekutu bagi-Nya, dan Muhammad adalah Hamba dan
Rasul-Nya; dan (bersyahadat) bahwa Isa adalah hamba Allah,
rasul-Nya dan kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada
Maryam serta ruh daripada-Nya; dan (bersyahadat pula bahwa)
Surga adalah benar adanya dan nerakapun benar adanya; maka
Allah pasti memasukkannya kedalam Surga betapapun amal
yang telah diperbuatnya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Mengikuti tuntunan Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam

Bukti cinta kita kepada Allah Subhanahu wata'ala adalah


mengikuti Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam dan menjaga
diri kita dari perbuatan – perbuatan kebid‟ahan yang tidak ada
tuntunannya dari Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam karena
beribadah tidak cukup dengan niat dan ikhlas akan tetapi harus
barengi dengan mengikuti tuntunan Rasulullah Shallallahu „alaihi
wasallam. Allah Subhanahu wata'ala berfirman:

63
ْ‫ْوٌَ ْؽ ِف ْرْلَ ُك ْمْذُنُوبَ ُك ْم‬ َ َ َ‫لُ ْلْ ِإ ْنْ ُك ْنت ُ ْمْت ُ ِحبُّون‬
َ ‫ّْللاْفَاتَبِعُونًٌُِْ ْحبِ ْب ُك ُم‬
َ ُ‫ّْللا‬
“Katakanlah (wahai Muhammad kepada umatmu): Jika kalian
benar-benar mencintai Allah, maka ikutilah aku (Muhammad),
niscaya Allah akan mencintai kalian dan mengampuni dosa
kalian“. (QS. Ali Imran: 31).

Memperbanyak puasa

Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam bersabda:

ِ َ‫ْو ْج َههُْ َع ِنْالن‬


ْ‫ار‬ َ ‫ّْللاِْ ِإَلَبَا َع َد‬
َ َ‫ّْللاُْبَذَلِن‬ َ ‫س ِب ٌْ ِل‬ ُ ٌٍَْ‫اْم ْنْ َع ْبد‬
َ ًِْ‫ص ْْو ُمٌَْ ْو ًماْف‬ ِ ‫َم‬
‫س ْب ِعٌْنَ ْخ َِر ٌْفًا‬
َ
“Tidaklah seorang hamba yang puasa di jalan Allah kecuali
akan Allah jauhkan dia (karena puasanya) dari neraka sejauh
tujuh puluh musim”. (HR. Bukhari 6/35, Muslim 1153 dari Abu
Sa‟id Al-Khudri). Baik yang dikerjakan puasa – puasa sunnah
maupun puasa wajib dibulan ramadhan.

Dalam hadist lain Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam


bersabda:

َ‫ار َخ ٌْدَقًا َك َوا َبيْي‬


ِ ‫َّللاُ بَ ْيٌَهُ َوبَيْيَ الٌه‬
‫َّللا َج َع َل ه‬
ِ ‫س ِب ْي ِل ه‬
َ ‫ام يَ ْى ًها فِ ْي‬
َ ‫ص‬َ ‫َه ْي‬
‫اء َو ْاْل ْرض‬ ِ ‫س َو‬
‫ال ه‬
“Barangsiapa yang berpuasa sehari di jalan Allah maka di
antara dia dan neraka ada parit yang luasnya seperti antara
langit dengan bumi”. (HR. Tirmidzi no. 1624 dari hadits Abi
Umamah).

Jihad dijalan Allah Subhanahu wata‟ala

64
‫‪Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam bersabda:‬‬

‫ّْللاِْ‬
‫س ِبٌ ِل َ‬ ‫سلَ َمْلَالَْ َماْا ْؼ َب َر ْ‬
‫تْلَ َد َماْ َع ْبدٍْ ِفًْ َ‬ ‫ْو َ‬ ‫صلَ َ‬
‫ىّْللاُْ َعلَ ٌْ ِه َ‬ ‫َّْللاِْ َ‬
‫سول َ‬ ‫َر ُ‬
‫سهُْالنَ ُْ‬
‫ار‬ ‫فَتَ َم َ‬
‫‪"Kedua kaki seorang hamba yg berdebu fi sabilillah tak akan‬‬
‫‪disentuh oleh api neraka".(HR. Bukhari No.2600).‬‬

‫‪Menghadiri majelis – majelis ilmu‬‬

‫‪Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:‬‬

‫الئِ َكةًْ‬ ‫سلَ َمْ ِإ َن ِ َ‬


‫َّْللِْ َم َ ْ‬ ‫ْو َ‬ ‫صلَ َ‬
‫ىّْللاُْ َعلَ ٌْ ِه َ‬ ‫ُّْللاِْ َ‬
‫سول َ‬ ‫َْر ُ‬ ‫َع ْنْأَبًِْه َُرٌ َْرة َْلَالَْلَال َ‬
‫اْو َجدُواْلَ ْو ًماْ ٌَ ْذكُ ُرونَ َ‬
‫ّْللاَْ‬ ‫سونَ ْأَ ْهلَْال ِذّ ْك ِرْفَإِذَ َ‬ ‫قْ ٌَ ْلتَ ِم ُ‬ ‫ُّ‬
‫ًْالط ُر ِ‬ ‫طوفُونَ ْفِ‬ ‫ٌَ ُ‬
‫اءْال ُّد ْن ٌَاْلَالَْ‬ ‫س َم ِ‬‫تَنَا َد ْواْ َهلُ ُّمواْ ِإلَىْ َحا َج ِت ُك ْمْلَالَْفٌََ ُحفُّونَ ُه ْمْ ِبؤ َ ْج ِن َح ِت ِه ْمْإِلَىْال َ‬
‫سبِّ ُحونَنَ ْ‬ ‫ْم ْن ُه ْمْ َماٌَْمُولُْ ِعبَادِيْلَالُواٌَْمُولُونَ ٌُْ َ‬ ‫علَ ُم ِ‬‫ْوه َُوْأَ ْْ‬ ‫ْربُّ ُه ْم َ‬‫فٌََسْؤَلُ ُه ْم َ‬
‫ْرأَ ْونًِْلَالَْفٌََمُولُونَ َ‬
‫َْلْ‬ ‫ْوٌُ َم ِ ّجدُونَنَ ْلَالَْفٌََمُولُْه َْل َ‬ ‫ْوٌَ ْح َمدُونَنَ َ‬ ‫َوٌُ َك ِبّ ُرونَنَ َ‬
‫ْرأ َ ْونَ ْ َكانُواْ‬ ‫ْرأَ ْو ِنًْلَالَْ ٌَمُولُونَ ْلَْ ْو َ‬ ‫ْؾْلَ ْو َ‬ ‫ُْو َكٌ َ‬ ‫اْرأ َ ْونَ ْلَالَْفَ ٌَمُول َ‬ ‫ّللاِْ َم َ‬ ‫َو َ‬
‫ًاْوأَ ْكثَ َرْلَنَ ْتَ ْسبٌِ ًحاْلَالٌََْمُولُْفَ َماْ‬ ‫ًاْوتَ ْح ِمٌد َ‬ ‫شدَْلَنَ ْتَ ْم ِجٌد َ‬ ‫ْوأ َ َ‬ ‫شدَْلَنَ ْ ِعبَا َدةً َ‬ ‫أَ َ‬
‫ّللاِْ‬
‫ْو َ‬ ‫َْل َ‬ ‫ْرأَ ْوهَاْلَالٌََْمُولُونَ َ‬ ‫ُْوه َْل َ‬ ‫ْال َجنَةَْلَالٌََْمُول َ‬ ‫ٌَسْؤَلُونًِْلَالٌََْسْؤَلُونَنَ ْ‬
‫ْرأَ ْوهَاْلَالَْ ٌَمُولُونَ ْلَ ْوْأَنَ ُه ْمْ‬ ‫ْؾْلَ ْوْأَنَ ُه ْم َ‬ ‫اْرأَ ْو َْهاْلَالَْ ٌَمُولُْفَ َكٌ َ‬ ‫اْربّ ِ ْ َم َ‬ ‫ٌَ َ‬
‫اْر ْؼبَةًْلَالَْ‬ ‫ظ َمْفٌِ َه َ‬ ‫اْوأَ ْع َ‬ ‫طلَبً َ‬ ‫شدَْلَ َهاْ َ‬ ‫اْوأ َ َ‬
‫ص َ‬ ‫اْح ْر ً‬ ‫شدَْ َعلَ ٌْ َه ِ‬ ‫َرأَ ْوهَاْ َكانُواْأ َ َ‬
‫ْرأَ ْوهَاْلَالٌََْمُولُونَْ‬ ‫ُْو َْه ْل َ‬ ‫ارْلَالٌََْمُول َ‬ ‫ْمنَ ْالنَ ِ‬ ‫فَ ِم َمٌَْتَعَ َوذُونَ ْلَالٌََْمُولُونَ ِ‬
‫ْرأَ ْوهَاْلَالٌََْمُولُونَ ْلَ ْوْ‬ ‫ْؾْلَ ْو َ‬ ‫اْرأَ ْوهَاْلَالٌََْمُولُْفَ َكٌ َ‬ ‫اْربّ ِ ْ َم َ‬ ‫ّللاٌَِْ َ‬ ‫ْو َ‬ ‫ََل َ‬
‫شدَْلَ َهاْ َمخَافَةًْلَالَْفَ ٌَمُولُْفَؤ ُ ْش ِه ُد ُك ْمْأَ ِنًّْ‬ ‫اْوأَ َ‬
‫ار َ‬ ‫َْم ْن َهاْ ِف َر ً‬‫شد ِ‬ ‫َرأَ ْوهَاْ َكانُواْأ َ َ‬
‫ْم ْن ُه ْمْإِنَ َماْ‬‫ْس ِ‬ ‫ْال َم َالئِ َك ِةْفٌِ ِه ْمْفُ َال ٌنْلٌَ َ‬ ‫ْمنَ ْ‬ ‫ؼفَ ْرتُ ْلَ ُه ْمْلَالٌََْمُولُْ َملَنٌ ِ‬ ‫لَدْْ َ‬
‫س ُه ْْم‬ ‫َْلٌَْ ْشمَىْبِ ِه ْمْ َج ِلٌ ُ‬ ‫سا ُء َ‬ ‫ْال ُجلَ َ‬‫َجا َءْ ِل َحا َجةٍْلَالَْهُ ُم ْ‬

‫‪65‬‬
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, dia berkata: Rasulullah
Shallallahu „alaihi wasallam bersabda:”Sesungguhnya Allah
Subhanahu wata‟ala memiliki malaikat-malaikat yang berkelana
di jalan-jalan mencari Ahli Dzikir (yaitu orang-orang yang
berdzikir_penj). Jika mereka telah mendapatkan sekelompok
orang yang berdzikir kepada Allah (Jika mereka telah
mendapatkan sebuah majelis yang padanya terdapat
dzikir_penj), mereka duduk bersama dengan orang-orang yang
berdzikir. Mereka saling mengajak: "Kemarilah kepada hajat
kamu". Maka para malaikat mengelilingi orang-orang yang
berdzikir dengan sayap mereka sehingga langit dunia (Jika
orang-orang yang berdzikir telah berpisah, para malaikat naik ke
langit_penj). Kemudian Allah Azza wa Jalla bertanya kepada
mereka, sedangkan Dia lebih mengetahui daripada mereka,
"Apa yang diucapkan oleh hamba-hambaKu?" Para malaikat
menjawab: "Mereka mensucikan-Mu (mengucapkan tasbih:
Subhanallah), mereka membesarkanMu (mengucapkan takbir:
Allah Akbar), mereka memujiMu (mengucapkan Alhamdulillah),
mereka mengagungkan-Mu" (Mereka mentahlilkanMu:
mengucapkan Laa ilaaha illa Allah_penj). Allah
bertanya:"Apakah mereka melihatKu?‟ Mereka
menjawab:"Tidak, demi Alah, mereka tidak melihatMu", Allah
berkata:"Bagaimana seandainya mereka melihatKu?" Mereka
menjawab:"Seandainya mereka melihatMu, tentulah ibadah
mereka menjadi lebih kuat kepadaMu, lebih mengagungkan
kepadaMu, lebih mensucikan kepadaMu". Allah berkata:"Lalu,
apakah yang mereka minta kepadaKu?" Mereka menjawab:
"Mereka minta surga kepadaMu".

Allah bertanya: "Apakah mereka melihatnya?" Mereka


menjawab:"Tidak, demi Alah, Wahai Rabb, mereka tidak
melihatnya". Allah berkata:"Bagaimana seandainya mereka
melihatnya?" Mereka menjawab:"Seandainya mereka
66
melihatnya, tentulah mereka menjadi lebih semangat dan lebih
banyak meminta serta lebih besar keinginan".

Allah berkata: “Lalu, dari apakah mereka minta perlindungan


kepadaKu?” Mereka menjawab:”Mereka minta perlindungan dari
neraka kepadaMu.” Allah bertanya:"Apakah mereka
melihatnya?” Mereka menjawab:”Tidak, demi Allah, wahai Rabb.
Mereka tidak melihatnya.” Allah berkata:”Bagaimana seandainya
mereka melihatnya?” Mereka menjawab:”Seandainya mereka
melihatnya, tentulah mereka menjadi lebih menjauhi dan lebih
besar rasa takut (terhadap neraka).” Allah berkata: ”Aku
mempersaksikan kamu, bahwa Aku telah mengampuni mereka.”
Seorang malaikat diantara para malaikat berkata,”Di antara
mereka ada Si Fulan. Dia tidak termasuk mereka (yakni tidak
ikut berdzikir, Pent). Sesungguhnya dia datang hanyalah karena
satu keperluan.” Allah berkata:”Mereka adalah orang-orang yang
duduk. Teman duduk mereka tidak akan celaka (dengan sebab
mereka)". (HR Bukhari, no. 6408, dan ini lafahznya; Muslim,
no. 2689).

Olehnya jangan zuhud terhadap majelis ilmu jangan sampai


ketamakan kita terhadap dunia lebih besar dari pada ketamakan
terhadap ilmu syar‟i yang bisa menuntun dan mengantar kita ke
dalam surga, sebagaimana dalam hadist Rasulullah Shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:

ْ‫ْوإِ َن‬ َ ‫ىْالـ َجنَ ِة‬ْ َ‫ط ِر ٌْمًاْإِل‬ َ ْ‫سلَنَ ْهللاُْبِ ِه‬ َ ْ‫بْفِ ٌْ ِهْ ِع ْل ًما‬ ْ ٌَْ‫ط ِر ٌْمًا‬
ُ ُ ‫طل‬ َ ْ َ‫سلَن‬ َ ْ‫َم ْن‬
ْ‫ْو ِإنَهُْلٌََ ْستَ ْؽ ِف ُرْ ِل ْل َعا ِل ِـمْ َم ْنْفِى‬
َ ‫بْ ْال ِع ْل ِم‬
ِْ ‫طا ِل‬َ ‫ضاْ ِل‬
ً ‫اْر‬ ِ ‫ض ُعْأ َ ْجنِ َحتَ َه‬َ َ‫ْالـ َمالَئِ َكةَْلَت‬
ْ َ‫ُْال َعا ِل ِـمْ َعل‬
ِْ‫ىْال َعا ِبد‬ ْ ‫ضل‬ ْ َ‫ْوف‬ َ ‫اء‬ ْ ‫ـح ٌْتَانُ ْ ِف‬
ِ ‫ىْالـ َم‬ ْ َ‫ضْ َحت‬
ِ ‫ىْال‬ ِ ‫ْواْْل َ ْر‬
َ ‫اء‬ ِ ‫س َم‬َ ‫ال‬
ْ‫اءْلَـ ْم‬ ِ ٌَِ‫ْو َرثَةُْاْْل َ ْنب‬ َ ‫ْالعُلَ َما َءْهُ ْم‬ ْ ‫ْإِ َن‬.‫ب‬ ْ ‫سائِ ِر‬
ِ ‫ْال َك َوا ِك‬ َ ْ‫ْالمَ َم ِرْ َعلَى‬ْ ‫ض ِل‬ ْ َ‫َكف‬
‫ْوافِ ٍْر‬َ ّ ٍ‫واْال ِع ْل َمْفَ َم ْنْأ َ َخذَهُْأ َ َخذَْبِ َحظ‬ ْ ُ ‫اْو َرث‬ َ ‫اْو ِإنَ َم‬
َ ‫اْوَلَْد ِْر َه ًم‬ َ ‫َار‬ً ‫ٌَْ ِرثُواْ ِد ٌْن‬
67
“Barangsiapa yang berjalan menuntut ilmu, maka Allah
mudahkan jalannya menuju Surga. Sesungguhnya Malaikat
akan meletakkan sayapnya untuk orang yang menuntut ilmu
karena ridha dengan apa yang mereka lakukan. Dan
sesungguhnya seorang yang mengajarkan kebaikan akan
dimohonkan ampun oleh makhluk yang ada di langit maupun di
bumi hingga ikan yang berada di air. Sesungguhnya keutamaan
orang „alim atas ahli ibadah seperti keutamaan bulan atas
seluruh bintang. Sesungguhnya para ulama itu pewaris para
Nabi. Dan sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar tidak
juga dirham, yang mereka wariskan hanyalah ilmu. Dan
barangsiapa yang mengambil ilmu itu, maka sungguh, ia telah
mendapatkan bagian yang paling banyak". (HR. Ahmad (V/196),
Abu Dawud (no. 3641)).

Wallahu A'lam Bish Showaab

Oleh : Ustadz Harman Tajang, Lc., M.H.I Hafidzahullahu


Ta‟ala (Direktur Markaz Imam Malik)

@Kamis , 29 Rabiul Awal 1438 H

68
7 TIPS AGAR MUDAH BANGUN
SHOLAT MALAM
‫الرحِ ٌِم‬
‫الر ْح َم ِن ه‬
‫َّللا ه‬
ِ ‫ِبس ِْم ه‬

Qiyamullail adalah amalan orang – orang sholeh sebelum kita,


Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

َ َ‫ْوه َُوْلُ ْر َبةٌْ ِإل‬


ْ‫ىْر ِبّ ُك ْم‬ َ ‫صا ِل ِحٌْنَ ْلَ ْبلَ ُك ْم‬ َ ‫بْال‬ُ ْ‫َعلَ ٌْ ُك ْمْ ِب ِم ٌَ ِامْاللَ ٌْ ِلْفَإِنَهُْ َدأ‬
‫ْاْلثْ ِْم‬
ِ ‫ِْو َم ْن َهاةٌْ َع ِن‬
َ ‫سٌِّئَات‬ َ ‫َو ُم َك ِفّ َرةٌْ ِلل‬
"Hendaklah kalian melaksanakan qiyamul lail (shalat malam)
karena shalat malam adalah kebiasaan orang sholih sebelum
kalian dan membuat kalian lebih dekat pada Allah. Shalat malam
dapat menghapuskan kesalahan dan dosa".

Sholat lail adalah sholat yang sangat ditekankan oleh Rasulullah


Shallallahu „alaihi wasallam bahkan termasuk sholat sunnah
yang paling afdhal setelah sholat 5 waktu (Wajib). Rasulullah
mewasiatkan sholat lail ketika pertama kali beliau tiba dimadinah
setelah peristiwa hijrah dari makkah, sebagaimana disebutkan
dalam hadist:

ْ‫سلَ َم‬ َ ‫ْو‬َ ‫صلَىْهللاُْ َعلَ ٌْ ِه‬َ ِْ‫س ْولُْهللا‬ َ ‫ْلَ َماْلَد َِم‬:َ‫س َال ٍمْلَال‬
ُ ‫ْر‬ َ ْ‫َع ْنْ َع ْبدِْهللاِْب ِْن‬
ْ‫صلَىْهللاُْ َعلَ ٌْ ِه‬ َ ِْ‫ْرسُ ْولُْهللا‬ َ ‫اسْإِلَ ٌْ ِه‬
َ ‫ْلَد َِم‬:َْ‫ْولِ ٌْل‬،ْ ُ َ‫ْاِ ْن َجفَلَْالن‬،َْ‫ْال َم ِد ٌْنَة‬
ِْ‫س ْو ِلْهللا‬ ُ ‫ْر‬ َ َ‫ْو ْجه‬ ُ ‫ْْل َ ْن‬
َ ُ‫ْفَلَ َماْا ْستَبَ ْنت‬،ْ‫ظ َرْإِلَ ٌْ ِه‬ ِ ‫اس‬ ِ َ‫ْفَ ِجئْتُ ْفًِْالن‬،ْ‫سلَ َم‬ َ ‫َو‬
َْ‫ْفَ َكانَ ْأَ َول‬،ْ‫ب‬ ٍ ‫ْسْ ِب َو ْجهٍْ َكذَا‬ َ ٌَ‫ْو ْج َههُْل‬ َ ‫سلَ َمْ َع َْر ْفتُ ْأَ َن‬ َ ‫صلَىْهللاُْ َعلَ ٌْ ِه‬
َ ‫ْو‬ َ
ْ‫ط ِع ُم ْوا‬ ْ َ‫ْوأ‬،َْ ‫ش ْواْالس ََال َم‬ ُ ‫ْأَ ْف‬،ْ‫اس‬ ُ َ‫ْ((ْ ٌَاْأٌَُّ َهاْالن‬:َ‫ًَءٍ ْتَ َكلَ َمْ ِب ِهْأَ ْنْلَال‬ْ ‫ش‬

69
َْ‫ْتَ ْد ُخلُ ْواْا ْل َجنَة‬،ْ‫اسْنٌَِا ٌم‬ َ ‫صلُّ ْواْبِاللَ ٌْ ِل‬
ُ َ‫ْوالن‬ َ ‫ْو‬،ْ
َ ‫ام‬ َ ‫اْاْل َ ْر َح‬
ْ ‫صلُ ْو‬
ِ ‫ْو‬،ْ
َ ‫ام‬ َ
َ ‫الط َع‬
))ْ‫س َال ٍم‬
َ ‫ ِب‬.
Dari „Abdullah bin Salam, ia berkata:“Ketika Rasulullah
Shallallahu „alaihi wasallam datang ke Madinah, orang-orang
segera pergi menuju beliau Shallallahu „alaihi wasallam (karena
ingin melihatnya). Ada yang mengatakan: Rasulullah Shallallahu
„alaihi wasallam telah datang, lalu aku mendatanginya ditengah
kerumunan banyak orang untuk melihatnya. Ketika aku melihat
wajah Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam , aku mengetahui
bahwa wajahnya bukanlah wajah pembohong. Dan yang
pertama kali beliau ucapkan adalah, “Wahai sekalian manusia,
sebarkanlah salam, berikan makan, sambunglah silaturrahim,
shalatlah di waktu malam ketika orang-orang tertidur,
niscaya kalian akan masuk Surga dengan selamat". (HR. At-
Tirmidzi (no. 2485); ad-Darimi (I/340); Ibnu Majah (no. 1334
dan 3251).

Diantara yang dapat membantu kita agar bisa mengerjakan


sholat lail:

1. Perbanyak doa kepada Allah Subhanahu wata‟ala

Amalan sholeh sekecil apapun kita tidak mampu mampu


untuk mengerjakannya melainkan taufik dan izin dari Allah
Subhanahu wata‟ala, Rasulullah pernah berpesan kepada
sahabat yang mulia Muadz bin Jabal Radhiyallahu „anhu,
belaiu berkata:

ِ ُ ‫ْفَمَالَْ«ْأ‬.»ْ َ‫ّللاِْ ِإ ِنّىْْل ُ ِحبُّن‬


ُْ‫وصٌنَ ْ ٌَاْ ُم َعاذ‬ َ ‫ْو‬ َ َ‫ّللاْ ِإ ِنّىْْل ُ ِحبُّن‬ َ ُ‫ٌَاْ ُم َعاذ‬
َِْ ‫ْو‬
ْ َ‫ش ْك ِرن‬ َ َ‫صالَةٍْتَمُولُْاللَ ُه َمْأَ ِع ِنّىْ َعلَىْ ِذ ْك ِرن‬
ُ ‫ْو‬ َ ْ‫َلَْتَ َد َع َنْفِىْ ُدبُ ِرْ ُك ِّل‬
َْ‫َو ُحس ِْنْ ِعبَا َدتِن‬
70
"Wahai Mu‟adz, demi Allah, sungguh aku mencintaimu. Demi
Allah, aku mencintaimu.” Lantas Nabi shallallahu „alaihi wa
sallam bersabda, “Aku menasehatkan kepadamu wahai
Mu‟adz, janganlah engkau tinggalkan di setiap akhir shalat
bacaan "Allahumma a‟inni „ala dzikrika wa syukrika wa
husni „ibadatik", (Ya Allah tolonglah aku untuk berdzikir dan
bersyukur serta beribadah yang baik pada-Mu)".

Jadi yang pertama yang harus dilakukan adalah berdoa


kepada Allah Subhanahu wata‟ala agar Allah memberikan kita
kemudahan dan taufik untuk melakukan Qiyamullail.

2. Perkara yang paling menghalangi seseorang dari sebuah


ibadah adalah maksiat, oleh karenanya berusahalah untuk
menjauhi maksiat kepada Allah Subhanahu wata‟ala. Salah
seorang salaf pernah tidak melaksanakan sholat Qiyamullail
kurang lebih sebulan, ia kemudian berkata:“Demi Allah ini
disebabkan karena dosa yang pernah saya lakukan 40 tahun
yang lalu”. Dosa sangat mempengaruhi kehidupan seseorang,
membuat seseorang malas melakukan ketaatan, malas
mengerjakan ibadah, malas beraktifitas karena motor
penggerak dari seluruh tubuh kita adalah hati yang ada di
dalam tubuh dan ketika hati kotor dengan dosa dan maksiat
maka bisa menjadi sebab seseorang itu malas untuk
melakukan ibadah kepada Allah Subhanahu wata‟ala, oleh
karenanya sebelum tidur hendaklah kita kembali
memperbaharui keimanan kita kepada Allah dan perbanyak
istighfar sebagaimana wasiat sahabat yang mulia yang
bernama Al Bara bin Azib Radhiyallahu
'anhu, Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam bersabda:

ْ َ‫ط ِج ْعْ َعلَىْ ِش ِمّن‬َ ‫ض‬ْ ‫ْث ُ َمْا‬،ِْ‫ص َالة‬


َ ‫ضو َءنَ ْ ِلل‬ ُ ْ‫ض َجعَنَ ْفَتَ َوضَؤ‬
ُ ‫ْو‬ ْ ‫إِذَاْأَتٌَْتَ ْ َم‬
ْ،ْ َ‫ْوفَ َوضْتُ ْأَ ْم ِريْ ِإلٌَْن‬،ْ
َ َ‫ْو ْج ِهًْ ِإلٌَْن‬ َ ُ‫ْاللَ ُه َمْأ َ ْسلَ ْمت‬:ْ‫ْث ُ َمْلُ ْل‬،ْ‫ْاْل َ ٌْ َم ِن‬
71
ْ‫اْم ْننَ ْ ِإ ََل‬
ِ ‫ْو ََلْ َم ْن َج‬ َ َ ‫َْلْ َم ْل َجؤ‬،ْ
َْ َ‫ْو َر ْهبَةًْ ِإلٌَْن‬
َ ً‫ْر ْؼبَة‬،ْ
َ َ‫ظ ْه ِريْإِلٌَْن‬ َ ْ ُ‫َوأَ ْل َجؤْت‬
ْ‫س ْلتَ ْ؛ْفَإِ ْن‬ َ ‫ْو ِبنَ ِب ٌِّنَ ْالَذِيْأ َ ْر‬،ْ
َ َ‫ْاللَ ُه َمْآ َم ْنتُ ْ ِب ِكتَا ِبنَ ْالَذِيْأَ ْنزَ ْلت‬،ْ َ‫ِإلٌَْن‬
‫ْآخ َرْ َماْتَتَ َكلَ ُمْبِ ِْه‬ ِ ‫اجعَ ْل ُه َن‬
ْ ‫ْو‬،ْ
َ ِ‫ط َرة‬ ْ ‫ىْال ِف‬
ْ َ‫ْم ْنْلَ ٌْلَتِنَ ْفَؤ َ ْنتَ ْ َعل‬ِ ‫ت‬َ ‫ُم‬

“Apabila engkau hendak tidur, berwudhulah sebagaimana


wudhu ketika hendak shalat. Kemudian berbaringlah miring
ke kanan, dan bacalah

ْ‫ظ ْه ِري‬ َ ْ ُ‫ْوأَ ْل َجؤْت‬،ْ


َ َ‫ْوفَ َوضْتُ ْأَ ْم ِريْإِلٌَْن‬،ْ َ َ‫ْو ْج ِهًْإِلٌَْن‬ َ ُ‫اللَ ُه َمْأ َ ْسلَ ْمت‬
ْ‫ْاللَ ُه َم‬،ْ َ‫اْم ْننَ ْ ِإ ََلْ ِإلٌَْن‬ َ َ ‫َْلْ َْم ْل َجؤ‬،ْ
ِ ‫ْو ََلْ َم ْن َج‬ َ َ‫ْو َر ْهبَةًْإِلٌَْن‬
َ ً‫ْر ْؼبَة‬،ْ
َ َ‫ِإلٌَْن‬
َْ‫س ْلت‬
َ ‫ْو ِبنَ ِب ٌِّنَ ْالَذِيْأَ ْر‬،ْ
َ َ‫آ َم ْنتُ ْ ِب ِكتَا ِبنَ ْالَذِيْأَ ْنزَ ْلت‬
"Ya Allah, aku tundukkan wajahku kepada-Mu, aku pasrahkan
urusanku kepada-Mu, aku sandarkan punggungku kepada-
Mu, karena rasa takut dan penuh harap kepada-Mu. Tidak
ada tempat berlindung dan menyelamatkan diri dari hukuman-
Mu kecuali kepada-Mu. Ya Allah, aku beriman kepada kitab-
Mu yang telah Engkau turunkan, dan kepada nabi-Mu yang
telah Engkau utus...", Jika kamu mati di malam itu, kamu mati
dalam keadaan fitrah. Jadikanlah doa itu, sebagai kalimat
terakhir yang engkau ucapkan sebelum tidur". (HR. Bukhari
247 dan Muslim 2710).

Jadi sebelum kita tidur kita bersihkan terlebih dahulu diri kita
dari dosa karena ketika kita tidur dalam keadaan bersih maka
itu akan menjadi penolong bagi kita untuk melakukan ketaatan
seperti Qiyamullail.

3. Memiliki tekad yang kuat untuk mengerjakan Qiyamullail


dimulai dengan niat yang jujur dan andaikan kita tidak
terbangun dengan niat itu maka telah dihitung sebagai pahala

72
Qiyamullail insyaAllah, dan jika kita berat untuk
mengerjakannya diakhir malam maka bisa kita lakukan di
awal malam dan Allah Subhanahu wata‟ala maha tahu akan
keadaan hamba- hambanya, Allah Subhanahu wata‟ala
berfirman didalam Al-Qur‟an:

ْ َ‫ْمن‬ ِ ٌ‫طائِفَْة‬َ ‫ُْو‬َ ‫ُْوثُلُثَه‬


َ ‫صفَه‬ ْ ِ‫ْون‬ َ ‫ْم ْنْثُلُثًَِْاللَ ٌْ ِل‬ ِ ‫ْربَنَ ْ ٌَ ْعلَ ُمْأَنَنَ ْتَمُو ُمْأَ ْدنَى‬
َ ‫ِإ َن‬
ْْۖ‫ابْ َعلَ ٌْ ُك ْم‬
َ َ‫صوهُْفَت‬ ُ ‫ارْْۚ َع ِل َمْأَ ْنْلَ ْنْت ُ ْح‬ َ ‫َْوالنَ َه‬َ ‫ّللاٌُُْمَ ّد ُِرْاللَ ٌْل‬
َ ‫ْۚو‬َ ْ َ‫الَذٌِنَ ْ َمعَن‬
َْ‫ْۙوآخ َُرون‬ َ ْ‫ضى‬ َ ‫ْم ْن ُك ْمْ َم ْر‬ ِ ُ‫سٌَ ُكون‬ َ ْ‫آنْْۚ َع ِل َمْأَ ْن‬ ْ َ‫ْمن‬
ِ ‫ْالمُ ْر‬ ِ ‫فَا ْل َر ُءواْ َماْتٌََس ََر‬
ْ‫س ِبٌ ِل‬َ ًِْ‫ْۙوآخ َُرونَ ٌُْمَاتِلُونَ ْف‬ َ ِْ‫ّْللا‬
َ ‫ض ِل‬ ْ َ‫ضْ ٌَ ْبتَؽُونَ ْ ِم ْنْف‬ ِ ‫ًْاْل َ ْر‬
ْ ِ‫ٌَض ِْربُونَ ْف‬
َْ‫واّْللا‬
َ ‫ض‬ ُ ‫َْوأَ ْل ِر‬ َ
َ ‫واْالز َكاة‬ ُ ‫َْوآت‬
َ ‫ص َالة‬ َ ‫ْۚوأَ ِلٌ ُمواْال‬ ِ ‫ّللاْْۖفَا ْل َر ُءواْ َماْتَ ٌَس ََر‬
َ ُْ‫ْم ْنه‬ َِ
َ ‫ْم ْنْ َخٌ ٍْرْت َ ِجدُوهُْ ِع ْن َد‬
ْ‫ّْللاِْهُْ َوْ َخٌ ًْرا‬ ِ ‫واْْل َ ْنفُ ِس ُك ْم‬
ِ ‫ْۚو َماْتُمَ ِ ّد ُم‬َ ْ‫سنًا‬
َ ‫ضاْ َح‬ ً ‫لَ ْر‬
‫ْر ِحٌ ٌْم‬ َ ‫ور‬ٌ ُ‫ّْللاَْ َؼف‬ َ ‫ْۚوا ْستَ ْؽ ِف ُر‬
َ ‫واّْللاَْْۖ ِإ َن‬ َ ْ‫ظ َمْأَ ْج ًرا‬
َ ‫َوأَ ْع‬

"Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu


berdiri (sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau
seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula)
segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. Dan Allah
menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui
bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas
waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu,
karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran.
Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang
yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi
mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain
lagi berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah
(bagimu) dari Al Quran dan dirikanlah sembahyang,
tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah
pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa saja yang kamu
perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya
di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling
73
besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah;
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang". (QS. Al-Muzzammil : 20).

Jadi disini Allah mengetahui ada hambanya yang melakukan


Qiyamullail sepanjang malam ada yang seperdua dan ada
yang sepertiganya dan ada yang sesuai dengan kemampuan
hambanya dan juga ayat ini menunjukkan bahwa bolehnya
membaca ayat dari Al-Qur'an yang menurut kita mudah untuk
dibaca dalam sholat lail.

Jadi jika tidak mampu bangun diakhir malam maka lakukan


diawal malam sebagaimana Abu Hurairah Radhiyallahu „anhu,
ia berkata:

ِ ‫ص ْو ِمْثَالَثَ ِةْأٌَ ٍَام‬


ْ‫ْم ْن‬ َ ْ َ‫ع ُه َنْ َحتَىْأَ ُموت‬ ُ ‫صانِىْ َخ ِلٌ ِلىْ ِبثَالَثٍَْلَْأَ َد‬
َ ‫أَ ْو‬
‫ْون َْو ٍمْ َعلَىْ ِوتْ ٍْر‬،ْ‫ى‬
َ ُّ ‫صالَ ِةْال‬
‫ض َح‬ َ ‫ْو‬،ْ
َ ‫ش ْه ٍر‬ َ ْ‫ُك ِّل‬
"Kekasihku (yaitu Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam)
mewasiatkan padaku tiga nasehat yang aku tidak
meninggalkannya hingga aku mati: [1] berpuasa tiga hari
setiap bulannya, [2] mengerjakan shalat Dhuha, [3]
mengerjakan shalat witir sebelum tidur". (HR. Bukhari no.
1178).

Diantara amalan Qiyamullail yaitu sholat witir sebelum tidur


dan inipula yang dikerjakan oleh Abu Bakar as Shiddiq
Radhiyallahu 'anhu beliau membiasakan mengerjakan sholat
witir sebelum tidur adapun Umar Radhiyallahu 'anhu beliau
membiasakan sholat witir diakhir malam. Adapun yang
dilakukan diakhir malam tentu lebih afdhal dibanding dengan
diawal malam karena keutamaan waktu sepertiga malam
terakhir Allah Subhanahu wata‟ala turun ke langit dunia, Dari
74
Abu Hurairah, Rasulullah Shallallahu „alaihi
wasallam bersabda:

ْ‫ثْاللَ ٌْ ِل‬ُ ُ‫اْحٌنَ ٌَْ ْبمَىْثُل‬ ِ ‫ْوت َ َعالَىْ ُك َلْلَ ٌْلَةٍْ ِإلَىْال َس َم‬
ِ ٌَ‫اءْال ُّد ْن‬ َ ‫ار َن‬ َ َ‫لْ َربُّنَاْتَب‬ُْ ‫ٌَتَن ََز‬
ْ‫ْو َم ْن‬،ُْ
َ ‫ْطٌَه‬ ِ ‫ْ َم ْنٌَْ ْسؤَلُنِىْفَؤُع‬،ُْ‫ٌبْلَه‬
َ ‫عونِىْفَؤ َ ْست َِج‬ ُ ‫اْلخ ُرٌَْمُولُْ َم ْنٌَْ ْد‬ ِ
ُ‫ٌَ ْست َ ْؽ ِف ُرنِىْفَؤ َ ْؼ ِف َرْلَ ْه‬

"Rabb kita tabaroka wa ta‟ala turun setiap malam ke langit


dunia hingga tersisa sepertiga malam terakhir, lalu Dia
berkata: „Siapa yang berdoa pada-Ku, aku akan
memperkenankan doanya. Siapa yang meminta pada-Ku,
pasti akan Kuberi. Dan siapa yang meminta ampun pada-Ku,
pasti akan Kuampuni". (HR. Bukhari no. 6321 dan Muslim
no. 758).

Allah Subhanahu wata'ala berfirman:

ِ ‫)ْأَ ْو‬٣(ْ‫ْم ْنهُْلَ ِلٌال‬


ْ‫ْزدْْ َعلَ ٌْ ِه‬ ِ ‫ص‬ْ ُ‫صفَهُْأَ ِوْا ْنم‬
ْ ِ‫)ْن‬٢(ْ‫لُ ِمْاللَ ٌْلَْ ِإَلْلَ ِلٌال‬
ْ ‫َو َرتِّ ِل‬
٤(ْ‫ْالمُ ْرآنَ ْت َ ْرتٌِال‬

"Bangunlah (untuk shalat) pada malam hari, kecuali sebagian


kecil, (yaitu) separuhnya atau kurang sedikit dari itu. Atau
lebih dari (seperdua) itu, dan bacalah Al Quran itu dengan
perlahan-lahan". (QS. Muzzammil : 2-4).

Jadi orang yang mengerjakan sholat diakhir malam lebih


afdhal tetapi untuk kehati-hatian dan khawatir tidak bisa
bangun diakhir malam maka sholatlah diawal malam dan
ketika pun terbangun diakhir malam maka tidak mengapa kita
kembali melakukan Qiyamullail dan memperbanyak doa
didalamnya.

75
4. Tips yang lain saling bertaawun (tolong menolong) seperti
seseorang kepada saudaranya yang lain atau suami kepada
istrinya dan ini adalah taawun yang sangat diridhai oleh Allah
sebagaimana dalam hadist, Dari Abu Hurairah Radhiyallahu
'anhu, Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam bersabda:

ْ‫ْفَإِ ْن‬،‫ت‬ ْ َ‫صل‬


َ َ‫ظْا ِْم َرأَتَهُْف‬َ َ‫ْوأَ ٌْم‬،‫ى‬
َ َ‫صل‬ َ َ‫ْمنَ ْاللَ ٌْ ِلْف‬ َ َ‫ْل‬،ً‫ْر ُجـال‬
ِ ‫ام‬ َ ُ‫َر ِح َمْهللا‬
ْ‫ْمنَ ْاللَ ٌْ ِل‬
ِ ‫ت‬ ْ ‫ْلَا َم‬،ً‫ْو َر ِح َمْهللاُْا ِْم َرأَة‬، ْ ‫ْو ْج ِه َه‬
َ ‫اْال َما َء‬ َ ًْ ِ‫ض َحْف‬ َ َ‫تْن‬ ْ َ‫أَب‬
ْ ‫ْو ْج ِه ِه‬
‫ْال َما َْء‬ َ ًْ ِ‫تْف‬ ْ ‫ض َح‬ َ َ‫ْفَإِ ْنْأَبَىْن‬،‫تْزَ ْو َج َْها‬ ْ ‫ظ‬َ َ‫ْوْأَ ٌْم‬،
َ ‫ت‬ ْ َ‫صل‬َ َ‫ف‬
"Semoga Allah merahmati seorang suami yang bangun di
waktu malam lalu shalat dan ia pun membangunkan isterinya
lalu sang istri juga shalat. Bila istri tidak mau bangun ia
percikkan air ke wajahnya. Semoga Allah merahmati seorang
isteri yang bangun di waktu malam lalu ia shalat dan ia pun
membangunkan suaminya. Bila si suami enggan untuk
bangun ia pun memercikkan air ke wajahnya". (HR. Abu
Dawud dalam kitab ash-Shalaah, bab Qiyaamul Lail,
(hadits no. 1308)).

Dalam hadist yang lain, Dari Abu Sa‟id al-Khudri Radhiyallahu


anhu ia menuturkan, Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam
bersabda:

َ ٌَ َ‫صل‬
ِ ‫ْ ُك ِت َب‬،‫اْر ْك َعتٌَ ِْنْ َج ِم ٌْ ًعا‬
ْ َ‫اْمن‬ َ َ‫ظْأَ ْهلَهُْف‬
َ َ‫ْوأَ ٌْم‬
َ ‫ْمنَ ْاللَ ٌْ ِل‬
ِ ‫ظ‬ َ َ‫َم ِنْا ْستَ ٌْم‬
ِْ ‫اْوالذَا ِك َرا‬
‫ت‬ َ ‫الذَا ِك ِرٌْنَ ْهللاَْ َكثٌِْ ًْر‬
“Barangsiapa yang bangun di waktu malam dan ia pun
membangunkan isterinya lalu mereka shalat bersama dua
raka‟at, maka keduanya akan dicatat termasuk kaum laki-laki
dan wanita yang banyak berdzikir kepada Allah". (HR. Abu

76
Dawud dalam kitab ash-Shalaah, bab al-Hatstsu „ala
Qiyaamil Lail, (hadits no. 1451)).

Inilah yang dilakukan Oleh Rasulullah dimana ketika beliau


Qiyamullail disepanjang malam ketika telah dekat waktu
subuh beliau membangunkan istrinya „Aisyah Radhiyallahu
„anha, keluarganya Fatimah, Ali bin Abi Thalib untuk
menunaikan sholat lail.

5. Menggunakan jam weaker atau nada dering handphone yang


berfungsi membangunkan ketika tiba akhir malam.
6. Hindari begadang dimalam hari dan hendaklah tidur diawal
waktu sebagaimana petunjuk Nabi Shallallahu „alaihi
wasallam :

"Bahwa Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam membenci


tidur sebelum shalat isya dan ngobrol setelah isya". (HR.
Bukhari 568, Muslim 1496, dan yang lainnya).

Jadi disunnahkan cepat tidur agar bangun diakhir malam dan


ketika telah bangun diakhir malam maka segera bangkit dari
pembaringan, kemudian berwudhu karena Rasulullah
mengabarkan bahwasanya setiap harinya syaithan mengikat
manusia dengan 3 ikatan sehingga ketika seseorang
terbangun dari tidurnya maka terbuka ikatan pertama dan
ketika ia berwuduh terbuka ikatan yang kedua dan ketika ia
Qiyam maka terbuka semua ikatan pada tubuhnya sehingga
ia akan merasakan kesegaran pada tubuhnya.

7. Perkara yang lain yang lebih penting agar kita giat untuk
melakukan Qiyamullail adalah dengan membaca keutamaan –
keutamaannya karena dengan mengetahui keutamaan suatu

77
ibadah maka kita akan semangat untuk mengerjakannya
insyaAllah.
Inilah beberapa tips yang bisa kita lakukan agar kita mudah
bangun untuk mengerjakan sholat Qiyamullail,.

Wallahu A‟lam Bish Showaab

Oleh : Ustadz Harman Tajang, Lc., M.H.I Hafidzahullahu


Ta‟ala (Direktur Markaz Imam Malik)

@Jumat, 26 Rabiul Awal 1438 H

78
11 AMALAN DIBANGUNKAN
RUMAH DI SURGA
‫الرحِ ٌِم‬
‫الر ْح َم ِن ه‬
‫َّللا ه‬
ِ ‫ِبس ِْم ه‬

Berikut 11 Amalan Ibadah Agar Dibangunkan Rumah Disurga

1. Beriman Kepada Rasulullah dan berjihad

Dari Fadhalah bin „Ubaid Radhiyallahu „anhu, ia mendengar


Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam bersabda:

ْ‫ض‬ ِ ‫ًْر َب‬


َ ‫ْوهَا َج َرْ ِب َب ٌْتٍْ ِف‬ َ ‫ًْوأ َ ْسلَ َم‬
َ ‫الز ِعٌ ُمْ ْال َح ِمٌلُْ ِل َم ْنْآ َمنَ ْ ِب‬ َ ‫ْو‬ َ ‫أَنَاْزَ ِعٌ ٌم‬
ًِْ‫ْو َجاهَ َدْف‬ َ ‫ًْوأَ ْسلَ َم‬
َ ِ‫ْوأَنَاْزَ ِعٌ ٌمْ ِل َم ْنْآ َمنَ ْب‬ ْ ‫س ِط‬
َ ‫ْال َجنَ ِة‬ َ ‫ًْو‬
َ ِ‫ْوبِبَ ٌْتٍْف‬ َ ‫ْال َجنَ ِة‬
ْ‫ْوبِبَْ ٌْتٍْفًِْأَ ْعلَى‬ ْ ‫س ِط‬
َ ‫ْال َجنَ ِة‬ َ ‫ًْو‬َ ِ‫ْوبِبَ ٌْتٍْف‬ َ ‫ْال َجنَ ِة‬ ْ ‫ض‬ ِ َ‫ًْرب‬
َ ِ‫ّْللاِْبِبَ ٌْتٍْف‬ َ ‫سبٌِ ِل‬ َ
َ ‫ْم ْنْال‬
ْ‫ش ِ ّرْ َم ْه َربًا‬ َ ً‫طلَب‬
ِ ‫اْو ََل‬ ْ ‫ْال َجنَ ِةْ َم ْنْفَ َعلَْذَلِنَ ْفَلَ ْمْ ٌَ َدعْْ ِل ْل َخٌ ِْرْ َم‬
ْ ‫ؾ‬ ِ ‫ؼ َر‬ ُ
َْ‫ْثْشَا َءْأَ ْنْ ٌَ ُموت‬ ُ ٌ‫ٌَ ُموتُ ْ َح‬

“Aku menjamin orang yang beriman kepadaku, masuk islam dan


berhijrah dengan sebuah rumah di pinggir surga, di tengah
surga, dan surga yang paling tingggi. Aku menjamin orang yang
beriman kepadaku, masuk islam dan berjihad dengan rumah di
pinggir surga, di tengah surga dan di surga yang paling tinggi.
Barangsiapa yang melakukan itu, maka ia tidak membiarkan
satu pun kebaikan, dan ia lari dari setiap keburukan, ia pun akan
meninggal, di mana saja Allah kehendaki untuk meninggal.” (HR.
An-Nasa‟i, no. 3135).

79
2. Membangun Masjid

Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam bersabda:

ُ‫ْمثْلَ ْه‬ ْ ِ‫ّللاُْلَهُْف‬


ِ ‫ىْال َجنَ ِة‬ َ ِ ‫َم ْنْبَنَىْ َمس ِْجد‬
َ ْ‫ًاَّْللِْبَنَى‬
“Siapa yang membangun masjid karena Allah, maka Allah akan
membangun baginya semisal itu di surga.” (Muttafaqun Alaihi).
Dalam hadist lain Nabi Shallallahu „alaihi wasallam bersabda:

ْ ِ‫َىّْللاُْلَهُْبَ ٌْتًاْف‬
ْ‫ىْال َج َن ِة‬ ْ َ ‫طاةٍْأ َ ْوْأ‬
َ ‫صؽ ََرْبَن‬ َ َ‫صْل‬
ِ ‫ًاَّْللِْ َك َمْْف َح‬
َ ِ ‫َم ْنْبَنَىْ َمس ِْجد‬
“Siapa yang membangun masjid karena Allah walaupun hanya
selubang tempat burung bertelur atau lebih kecil (maksudnya
sekecil apapun kemampuan yang kita miliki apalagi menjadi
penyebab), maka Allah bangunkan baginya rumah seperti itu
pula di surga.” (HR. Ibnu Majah, no. 738).

3. Membaca 10 kali Surah Al Ikhlas

Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam bersabda:

ًْ‫صرا‬ َْ ‫ّْللاُْأَ َحدٌ)ْ َحتَىْ ٌَ ْختِ َم َهاْ َع ْش َرْ َم َراتٍْ َبن‬


ْ َ‫َىّْللاُْلَهُْل‬ َ ‫َم ْنْلَ َرأَْ(لُ ْلْه َُو‬
ْ ‫ِف‬
‫ىْال َجنَ ِْة‬
“Siapa yang membaca “Qul huwallahu ahad” sampai ia
menghatamkannya (menyelesaikan surat Al-Ikhlas, pen.)
sebanyak sepuluh kali, maka akan dibangunkan baginya rumah
di surga.” (HR. Ahmad). Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah
mengatakan bahwa hadits ini hasan dengan berbagai penguat.
Dan hendaknya dengan keyakinan dan kejujuran.

80
4. Memuji Allah dan Membaca Istirja Tatkala Mendapatkan
Musibah.

Dalam hadist Qudsi Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam


bersabda:

ْ.‫ْفٌََمُولُونَ ْنَعَ ْم‬.‫ْولَ َدْ َع ْبدِى‬


َ ‫ضت ُ ْم‬ َ ‫ْولَ ُْدْ ْالعَ ْبدِْلَال‬
ْ َ‫َّْللاُْ ِل َمالَئِ َكتِ ِهْلَب‬ َ َ‫ِإذَاْ َمات‬
َْ‫ْفَ ٌَمُولُْ َماذَاْلَالَْ َع ْبدِىْفٌََمُولُون‬.‫ْفٌََمُولُونَ ْنَ َع ْم‬.ِ‫ضت ُ ْمْثَ َم َرةَْفُ َإا ِده‬ْ َ‫فَ ٌَمُولُْلَب‬
ْ َ‫س ُّموهُْ َبٌْت‬
َ ‫ْو‬ ْ ‫ُّْللاُْا ْبنُواْ ِل َع ْبدِىَْْب ٌْتًاْ ِف‬
َ ‫ىْال َجنَ ِة‬ َ ‫ْفٌََمُول‬.‫ْوا ْست َ ْر َج َع‬ َ َ‫َح ِمدَن‬
‫ْال َح ْم ِْد‬
“Apabila anak seorang hamba meninggal dunia, Allah berfirman
kepada malaikat-Nya, “Kalian telah mencabut nyawa anak
hambaku?” Mereka berkata, “Benar.” Allah berfirman, “Kalian
telah mencabut nyawa buah hatinya?” Mereka menjawab,
“Benar.” Allah berfirman, “Apa yang diucapkan oleh hambaku
saat itu?” Mereka berkata, “Ia memujimu dan mengucapkan
istirja‟ (Innaa lilaahi wa innaa ilaihi raaji‟uun).” Allah berfirman,
“Bangunkan untuk hambaku di surga, dan beri nama rumah
pujian". (HR. Tirmidzi dan Ahmad). Syaikh Al-Albani
mengatakan bahwa hadits ini hasan.

5. Berdoa Ketika Masuk Pasar

Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam bersabda:

ُْ‫ْولَه‬َ ُ‫ُْال ُم ْلن‬


ْ ‫ْو ْح َدهَُْلَْش َِرٌنُ ْلَهُْْلَه‬ َ َ‫َم ْنْ َد َخلَْالسُّوقَ ْفَمَالََْلَْإِلَهَْإَِل‬
َ ُ‫ّْللا‬
ْ ‫ْوه َُوْ َعلَىْ ُك ِّلْش‬
ٍْ‫َىء‬ ْ ‫ىَْلٌََْ ُموتُ ْبٌَِ ِده‬
َ ‫ِْال َخٌ ُْر‬ ٌّ ‫ْوه َُوْ َح‬َ ُ‫ىْوٌُ ِمٌت‬ َ ٌِ‫ْال َح ْمدٌُُْ ْح‬
ُْ‫ٍْو َرفَ َعْلَه‬
َ ‫س ٌِّئَة‬ ِ ‫ؾْأَ ْل‬
َ ْ‫ؾ‬ َ ‫ٍْو َم َحاْ َع ْنهُْأ َ ْل‬
َ ‫سنَة‬َ ‫ؾْ َح‬ ِ ‫ؾْأَ ْل‬َ ‫ّْللاُْلَهُْأَ ْل‬
َ ‫ب‬ ٌ ‫لَد‬
َ َ‫ٌِرْ َكت‬
‫ؾْ َد َر َج ٍْة‬ِ ‫ؾْأَ ْل‬َ ‫أَ ْل‬

81
“Siapa yang masuk pasar lalu mengucapkan: “Laa ilaaha
illallah wahdahu laa syariika lahu, lahul mulku walahul
hamdu yuhyii wayumiit wa huwa hayyun laa yamuut
biyadihil khoir wahuwa „alaa kulli syain qodiir”, (tidak ada
sesembahan yang berhak disembah selain Allah, tidak ada
sekutu bagi-Nya. Allah yang memiliki kekuasaan dan segala
pujian untuk-Nya.” Allah akan menuliskan untuknya sejuta
kebaikan, menghapus darinya sejuta kejelekan, mengangkat
untuknya sejuta derajat, dan membangunkan untuknya sebuah
rumah di surga.” (HR. Tirmidzi, no. 3428).

6. Menutup Cela Ketika Ada Shaff Yang Kosong Dalam


Sholat

Dari „Aisyah Radhiyallahu „anha, Rasulullah Shallallahu „alaihi


wasallam bersabda:

ً‫ْو َرفَ َعهُْبِ َهاْ َد َر َج ْة‬


َ ‫سدَْفُ ْر َجةًْبَنَىْهللاُْلَهُْبَ ٌْتًاْفًِْال َجنَ ِة‬
َ ْ‫َم ْن‬
“Barang siapa yang menutupi suatu celah (dalam shaf), niscaya
Allah akan mengangkat derajatnya karena hal tersebut dan akan
dibangunkan untuknya sebuah rumah di dalam surga”. (HR. Al-
Muhamili dalam Al-Amali, 2: 36. Disebutkan dalam Ash-
Shahihah, no. 1892).

7. Menjaga Sholat Sunnah 12 Rakaat Yang Mengiringi Sholat


Wajib

Dari „Aisyah Radhiyallahu „anha, Nabi Shallallahu „alaihi


wasallam bersabda:

82
ْ ِ‫َىّْللاُْلَهُْبَ ٌْتًاْف‬
ْ‫ىْال َجنَ ِة‬ َ ‫سنَ ِةْبَن‬ ِ ً‫َْر ْك َعة‬
ُّ ‫ْمنَ ْال‬ َ ‫َم ْنْثَابَ َرْ َعلَىْثِ ْنتَ ْىْ َع ْش َرة‬
ْ ‫َاْو َر ْك َعتٌَ ِْنْ َب ْع َد‬
ِ ‫ْال َم ْؽ ِر‬
ْ‫ب‬ َ ‫ْو َر ْك َعتٌَ ِْنْ َب ْع َده‬ ُّ ‫ْر َك َْعاتٍْلَ ْبل‬
َ ‫َْالظ ْه ِر‬ َ ‫أَ ْر َب ِع‬
ْ ‫ْو َر ْكعَتٌَ ِْنْلَ ْبل‬
‫َْالفَ ْج ِْر‬ َ ‫َاء‬ ْ ‫َو َر ْكعَتٌَ ِْنْبَ ْع َد‬
ِ ‫ْال ِعش‬
“Barangsiapa merutinkan shalat sunnah dua belas raka‟at
dalam sehari, maka Allah akan membangunkan bagi dia sebuah
rumah di surga. Dua belas raka‟at tersebut adalah empat raka‟at
sebelum zhuhur, dua raka‟at sesudah zhuhur, dua raka‟at
sesudah maghrib, dua raka‟at sesudah „Isya, dan dua raka‟at
sebelum shubuh.” (HR. Tirmidzi, no. 414; Ibnu Majah, no.
1140; An-Nasa‟i, no. 1795). Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan
bahwa hadits ini hasan.

8. Mengerjakan Shalat Dhuha Empat Raka‟at Dan Shalat


Sebelum Dhuhur Empat Raka‟at

Dari Abu Musa Radhiyallahu „anhu, ia berkata bahwa Rasulullah


Shallallahu „alaihi wasallam bersabda:

ْ‫ًْال َج َن ِة‬ َ ‫ْولَ ْبلَْاْلُولَىْأَ ْر َب ًع‬،‫ا‬


ْ ‫اْبنًْلَهُْ ِب َهاْ َب ٌْتٌ ْ ِف‬ َ ‫ض َحىْأ َ ْر َب ًع‬
ُّ ‫صلَىْال‬ ْْ ‫َم‬
َ ْ‫ن‬
“Siapa yang shalat Dhuha empat raka‟at dan shalat sebelum
Zhuhur empat raka‟at, maka dibangunkan baginya rumah di
surga.” (HR. Ath-Thabrani dalam Al-Awsath). Dalam Ash-
Shahihah no. 2349 disebutkan oleh Syaikh Al-Albani bahwa
hadits ini hasan).

9. Meninggalkan Perdebatan

Dari Abu Umamah Radhiyallahu „anhu, ia berkata bahwa


Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam bersabda:

83
َ ًّ‫ْو ِإ ْنْ َكانَ ْ ُم ِحم‬
ٍْ‫اْوبِبَ ٌْت‬ ْ َ‫ْال َجنَ ِةْ ِل َم ْنْتَ َرن‬
َ ‫ْال ِم َرا َء‬ ْ ‫ض‬ِ َ‫ىْرب‬ َ ِ‫أَنَاْزَ ِعٌ ٌمْبِبَ ٌْتٍْف‬
ْ‫اْو ِب َب ٌْتٍْفِىْأَ ْعلَى‬
َ ‫از ًح‬ ِ ‫ْو ِإ ْنْ َكانَ ْ َم‬ َ ‫ْال َكذ‬
َ ‫ِب‬ ْ َ‫ْال َجنَ ِةْ ِل َم ْنْتَ َرن‬
ْ ‫س ِط‬َ ‫ىْو‬ َ ِ‫ف‬
ُ‫ْال َجنَ ِةْ ِل َم ْنْ َحسَنَ ْ ُخلُمَ ْه‬
“Aku memberikan jaminan rumah di pinggiran surga bagi orang
yang meninggalkan perdebatan walaupun dia orang yang benar.
Aku memberikan jaminan rumah di tengah surga bagi orang
yang meninggalkan kedustaan walaupun dalam bentuk candaan.
Aku memberikan jaminan rumah di surga yang tinggi bagi orang
yang bagus akhlaknya.” (HR. Abu Daud, no. 4800).

10. Meninggalkan Dusta

Dari Abu Umamah Radhiyallahu „anhu, ia berkata bahwa


Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam bersabda:

َ ًّ‫ْوإِ ْنْ َكانَ ْ ُم ِحم‬


ٍْ‫اْوبِبَ ٌْت‬ ْ َ‫ْال َجنَ ِةْ ِل َم ْنْتَ َرن‬
َ ‫ْال ِم َرا َء‬ ْ ‫ض‬ِ َ‫ىْرب‬ َ ِ‫أَنَاْزَ ِعٌ ٌمْبِبَ ٌْتٍْف‬
ْ‫اْوبِبَ ٌْتٍْفِىْأَ ْعلَى‬َ ‫از ًح‬ ِ ‫ْو ِإ ْنْ َكانَ ْ َم‬ َ ‫ْال َكذ‬
َ ‫ِب‬ ْ َ‫س ِطْ ْال َجنَ ِةْ ِل َم ْنْتَ َرن‬
َ ‫ىْو‬
َ ِ‫ف‬
ُ‫ْال َجنَ ِةْ ِل َم ْنْ َحسَنَ ْ ُخلُمَ ْه‬

“Aku memberikan jaminan rumah di pinggiran surga bagi orang


yang meninggalkan perdebatan walaupun dia orang yang benar.
Aku memberikan jaminan rumah di tengah surga bagi orang
yang meninggalkan kedustaan walaupun dalam bentuk candaan.
Aku memberikan jaminan rumah di surga yang tinggi bagi orang
yang bagus akhlaknya.” (HR. Abu Daud, no. 4800).

11. Memiliki Akhlak Yang Mulia

84
Dari Abu Umamah Radhiyallahu „anhu, ia berkata bahwa
Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam bersabda:

َ ًّ‫ْو ِإ ْنْ َكانَ ْ ُم ِحم‬


ٍْ‫اْو ِب َب ٌْت‬ ْ َ‫ْال َجنَ ِةْ ِل َم ْنْتَ َرن‬
َ ‫ْال ِم َرا َء‬ ْ ‫ض‬ِ َ‫ىْرب‬ َ ‫أَنَاْزَ ِعٌ ٌمْ ِب َب ٌْتٍْ ِف‬
ْ‫اْوبِبَ ٌْتٍْفِىْأَ ْعلَى‬ َ ‫ح‬ ِ ‫ْوإِ ْنْ َكانَ ْ َم‬
ًْ ‫از‬ َ ‫ِب‬َ ‫ْال َكذ‬ْ َ‫ْال َجنَ ِةْ ِل َم ْنْتَ َرن‬
ْ ‫س ِط‬َ ‫ىْو‬ َ ِ‫ف‬
ُ‫ْال َجنَ ِةْ ِل َم ْنْ َحسَنَ ْ ُخلُمَ ْه‬
“Aku memberikan jaminan rumah di pinggiran surga bagi orang
yang meninggalkan perdebatan walaupun dia orang yang benar.
Aku memberikan jaminan rumah di tengah surga bagi orang
yang meninggalkan kedustaan walaupun dalam bentuk candaan.
Aku memberikan jaminan rumah di surga yang tinggi bagi
orang yang bagus akhlaknya.” (HR. Abu Daud, no. 4800).

@Kamis, 24 Safar 1438 H

85
3 KELEZATAN DAN
KEBAHAGIAAN
‫الرحِ ٌِم‬
‫الر ْح َم ِن ه‬
‫َّللا ه‬
ِ ‫بِس ِْم ه‬

Salah seorang salaf pernah mengatakan: ”Raihlah kelezatan dan


kebahagiaan pada 3 hal jika engkau mendapatkannya maka
bergembiralah dan jika engkau tidak mendapatkan kelezatan ini
maka ketahuilah pintu tertutup”. Diantara kelezatan dan
kebahagiaan tersebut adalah:

Sholat Yang Tunaikan

Marilah meraih kebahagiaan dan kelezatan dari sholat yang kita


tunaikan dimana sholat merupakan ibadah yang paling
mendekatkan diri seorang hamba kepada tuhannya

Diriwayatkan dari hadits Abu Hurairah, beliau berkata:

َ ‫ُْم ْن‬
ْ‫ْربِّ ِه‬ ْ ُ‫بْ َماٌَْ ُكون‬
ِ ‫ْالعَ ْبد‬ ُ ‫سلَ َمْلَالَْأَ ْل َر‬
َ ‫ْو‬ َ َ‫صل‬
َ ‫ىّْللاُْ َعلَ ٌْ ِه‬ َ ِْ‫َّْللا‬ َ ‫سول‬ َ ‫أَ َن‬
ُْ ‫ْر‬
‫اجدٌْفَؤ َ ْكثِ ُرواْال ُّد َعا َْء‬
ِ ‫س‬َ ْ‫َوه َُو‬
"Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam
bersabda: “Sedekat-dekatnya seorang hamba dengan Rabb-nya
adalah dalam keadaan dia sujud, maka perbanyaklah doa". (HR.
Muslim).

Dalam riwayat yang lain Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam


bersabda: “Dan Allah menjadikan qurratul „ain bagiku pada
(waktu aku melaksanakan) shalat". (HR. Ahmad dan An-
Nasaai).

86
Dengan sholat kita mendapatkan tumaninah, ketenangan karena
kita menyerahkan segala urusan kita kepada Allah Subhanahu
wata‟ala, pada saat kita bertakbir kita menganggap segala
sesuatunya kecil dihadapan Allah Subhanahu wata‟ala,
Sehingga segala urusan kita dimudahkan dari sholat yang kita
tunaikan. Allah Subhanahu wata'ala berfirman:

ْ‫ّْللا‬ َ َ‫ْۚو َم ْنْ ٌَتَ َو َك ْلْ َعل‬


َ َ ‫ىّْللاِْفَ ُه َوْ َح ْسبُهُْْۚ ِإ َن‬ َ ْ‫ب‬ُ ‫َْلٌَْ ْحتَ ِس‬ َ ‫ْث‬ ِ ‫َو ٌَ ْر ُز ْله‬
ُ ٌ‫ُْم ْنْ َح‬
‫ًَءٍ ْلَد ًْرا‬ َ ‫بَا ِل ُػْأَ ْم ِر ِهْْۚلَدْْ َجعَل‬
ْ ‫َّْللاُْ ِل ُك ِّلْش‬
"Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-
sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah
niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.
Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang
(dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan
ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu". (QS. Ath Thalaq : 03).
Dengan mengerjakan sholat kita banyak memuji Allah dan
tilawatul Qur‟an sehingga hati kita menjadi tenang dan
merasakan kelezatan.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wsallam menjadi sholat sebagai


solusi dari kesulitan yang ia hadapi, sehingga ketika beliau
selesai mengejakan sholat kesulitan yang beliau hadapi menjadi
mudah dan allah memberikannya jalan keluar dari kesulitan yang
ia hadapi, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

"Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bila menghadapi suatu


dilema (situasi yang sukar dan membingungkan) beliau shalat".
(HR. Ahmad). Bahkan beliau berkata kepada Bilal Ibnu Rabah

“Wahai Bilal! Serulah untuk solat (iqamat) dan rehatkanlah kami


dengannya". (Riwayat Abu Daud).

87
Oleh karenanya mari menjaga sholat dengan baik, khususnya
bagi kaum lelaki mari laksanankan sholat secara berjama‟ah
dimasjid ditambah dengan sholat sunnah lainnya, yang
dengannya apabila kita menjaganya dengan baik niscaya kita
akan merasakan kelezatan dan kebahagiaan dalam hati dan
jiwa.

Berdzikir

Carilah kelezatan itu didalam berdzikir menyebut nama Allah


Subhanahu wata‟ala, dan ini merupakan sifat dari orang – orang
yang beriman, sebagaimana yang disebutkan didalam Al-Qur‟an:

ُْ‫تْ َعلَ ٌْ ِه ْمْآ ٌَاتُه‬ َ ‫تْلُلُوبُ ُه ْم‬


ْ ٌَ ‫ْو ِإذَاْت ُ ِل‬ ْ َ‫ْو ِجل‬ َ ‫ِإنَ َماْ ْال ُمإْ ِمنُونَ ْالَذٌِنَ ْ ِإذَاْذُ ِك َر‬
َ ُ‫ّْللا‬
َْ‫ْر ِبّ ِه ْمْ ٌَتَ َو َكلُون‬
َ ‫اْو َعلَى‬
َ ً‫زَ ا َدتْ ُه ْمْ ِإٌ َمان‬
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang
bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila
dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka
(karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal".
(QS. Al-Anfal: 2).

Dan inilah yang dirasakan oleh orang – orang mendapatkan


ketenangan yang sebenarnya walaupun mereka diharamkan dari
kenikmatan dunia ini, akan tetapi ketika mereka senantiasa
mengingat Allah Subhanahu wata‟ala mereka akan merasakan
kebahagian dalam hatinya sebagaimana firman allah Subhanahu
wata‟ala:

ْ ‫ط َمئِ ُّن‬
ُ ُ‫ْالمُل‬
ْ‫وب‬ ْ َ ‫ّْللاِْت‬
َ ‫ّْللاْأََلْبِ ِذ ْك ِر‬ ْ َ‫واْوت‬
َِْ ‫ط َمئِ ُّنْلُلُوبُ ُه ْمْبِ ِذ ْك ِر‬ َ ُ‫الَذٌِنَ ْآ َمن‬
“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram
dengan berzikir (mengingat) Allah. Ingatlah, hanya dengan
88
mengingat Allah hati menjadi tenteram”. (QS. Ar-Ra‟du:
28). Kita tidak memiliki kendaraan dan rumah mewah seperti
saudara kita, namun kita bisa memiliki kebahagian yang lebih
banyak dari apa yang mereka rasakan selama kita terus
berdzikir mengingat Allah Subhanahu wata'ala.

Tilawah Al-Qur‟an

Carilah kelezatan dengan banyak membaca Al-Qur‟an. Al-Qur‟an


adalah merupakan petunjuk yang Allah Subhanahu wata‟ala
turunkan bukan untuk menjadikan kita merasa sulit,
sebagaimana firman Allah Subhanahu wata'ala:

ْ َ‫َماْأَ ْنزَ ْلنَاْ َعلٌَْن‬


‫ْ ِإَلْت َ ْذ ِك َرةًْ ِل َم ْنٌَْ ْخشَى‬,ْ‫ْالمُ ْرآنَ ْ ِلتَ ْشمَْى‬
"Kami tidak menurunkan Al Quran ini kepadamu (Muhammad)
agar engkau menjadi susah, Melainkan sebagai peringatan bagi
orang yang takut (kepada Allah)". (QS. Taha : 2-3).

Al-Qur'an diturunkan oleh Allah Subhanahu wata‟ala untuk


menyejukkan hati – hati kita, yang merupakan cahaya dan obat
bagi hati dan jiwa kita, sebagaimana firman Allah Subhanahu
wata‟ala:

ْ‫ُور‬
ِ ‫صد‬ َ ‫ْربِّ ُك ْم‬
ُّ ‫ْو ِشفَا ٌءْ ِل َماْفًِْال‬ ِ ٌ‫ظة‬
َ ‫ْم ْن‬ َ ‫اسْلَدْْ َجا َءتْ ُك ْمْ َم ْو ِع‬ ُ َ‫ٌَاْأٌَُّ َهاْالن‬
َْ‫ًىْو َر ْح َمةٌْ ِلْْل ُمإْ ِمنٌِن‬
َ ‫َوهُد‬
"Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran
dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang
berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang
yang beriman". (QS. Yunus : 57).

89
Maka dari itu mari kita jadikan Al-Qur‟an sebagai bacaan wajib
setiap kita, jika ada seseorang yang berprinsip tiada hari tanpa
olehraga, maka mari kita sebagai orang muslim berprinsip tiada
hari tanpa membaca Al-Qur‟an, walaupun beberapa ayat atau
beberapa lembar yang kita baca asalkan kita rutin dalam
membacanya maka kita akan melihat kebaikan pada diri kita
didunia sebelum diakhirat yang disiapkan oleh Allah Subhanahu
wata‟ala bagi mereka yang rajin membaca Al-Qur‟an.

Wallahu A‟lam Bish Showaab

Oleh : Ustadz Harman Tajang, Lc., M.H.I Hafidzahullahu


Ta‟ala (Direktur Markaz Imam Malik)

@Rabu, 02 Syawal 1438 H

90
CINTA ALLAH KEPADA
WALINYA
‫الرحِ ٌِم‬
‫الر ْح َم ِن ه‬
‫َّللا ه‬
ِ ‫ِبس ِْم ه‬

Ciri Wali-Wali Allah

Dalam hadist qudsi Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam


bersabda:

َ َ‫صل‬
ْ‫ىّْللاُْ َعلَ ٌْ ِه‬ َ ْ‫َْرسُ ْولُْاللّـ ِه‬ َ ‫ْلَال‬:َْ‫ْلَال‬،ُْ‫ّْللاُْ َع ْنه‬ َ ً َ ‫ض‬ ِ ‫َْر‬
َ ‫ـًْه َُرٌ َْرة‬ ْ ِ‫َع ْنْأَب‬
ْ،ْ‫ب‬ ِ ‫ْو ِلًٌّاْفَمَدْْآذَ ْنتُهُْ ِب ْالـ َح ْر‬ ْ ‫ْ َم ْنْ َعا َدىْ ِل‬:َْ‫ْهللاْتَ َعالَـىْلَال‬
َ ً‫ـ‬ َ ‫ْ« ِإ َن‬:ْ‫سلَ َم‬ َ ‫َو‬
ُْ‫ْو َماٌَْزَ ال‬،ْ َ ‫ضتُهُْ َعلَ ٌْ ِه‬ ْ ‫ْم َمـاْا ْفتَ َر‬
ِ ً َ ‫ًَءٍ ْأ َ َحبَ ْإِلَـ‬ْ ‫يْبِش‬ ْْ ‫بْ َع ْب ِد‬َ ‫َو َماْتَمَ َر‬
ْ ‫س ْمعَهُْالَذ‬
ْ‫ِي‬ َ ْ ُ‫ْفَإِذَاْأَ ْحبَ ْبتُهُْ ُك ْنت‬،ُ‫ًْبِالنَ َوافِ ِلْ َحتَىْأ ُ ِحبَه‬ َ ‫بْإِلَـ‬ ُ ‫ِيٌَْتَمَ َر‬
ْ ‫َع ْبد‬
ُْ‫ْو ِر ْجلَه‬،ْ‫ا‬
َ ‫شْ ِب َه‬ ُ ‫ْوٌَ َدهُْالَتِ ًٌَْْْْب ِط‬،َْ ‫ْص ُرْ ِب ِه‬ ِ ‫ِيٌُْب‬ ْ ‫ص َرهُْالَذ‬ َ َ‫ْوب‬،ْ َ ‫ٌَ ْس َم ُعْ ِب ِه‬
ُ‫ْْل ُ ِع ٌْذَنَ ْه‬ ْ ِ‫ْولَئِ ِنْا ْستَعَاذَن‬،ُْ
َ ً‫ـ‬ َ ‫ْط ٌَنَه‬ ِ ‫ْْلُع‬ َ ًْ ِ‫سؤَلَن‬ َ ‫الَتِ ًْْ ٌَ ْم ِش ًْْ ِب َه‬
َ ْ‫ْو ِإ ْن‬،ْ‫ا‬
"Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu ia berkata, Rasulullah
Shallallahu „alaihi wasallam bersabda:”Sesungguhnya Allah
Ta'ala berfirman:" Barangsiapa memusuhi waliku, sungguh Aku
mengumumkan perang kepadanya. Tidaklah hambaku
mendekat kepadaku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai
daripada hal-hal yang Aku wajibkan kepadanya. Hambaku tidak
henti-hentinya mendekat kepada-Ku dengan ibadah-ibadah
sunnah hingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya,
Aku menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk
mendengar, menjadi penglihatannya yang ia gunakan untuk
melihat, menjadi tangannya yang ia gunakan untuk berbuat, dan
menjadi kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia
meminta kepadaku, Aku pasti memberinya. Dan jika ia meminta
91
perlindungan kepadaku, Aku pasti melindunginya". (HR. Imam
Bukhari, no. 6502).

Ia tidak melihat kecuali yang diridhoi oleh Allah, tidak mendengar


kecuali hal –hal yang disenangi oleh Allah, tangannya tidak
bergerak dan berbuat kecuali yang mendatangkan pahala dan
keridhoan disisi Allah, kakinya tidak ia langkahkan kecuali ke
tempat – tempat yang dicintai oleh Allah Subhanahu
wata‟ala. Allah membimbing dan menuntunnya serta
memberikan kepadanya hidayah, dan jika ia meminta kepada
Allah maka Allah akan memberikan apa yang ia minta, dan Allah
akan menjadi pelindungnya tatkala ia meminta untuk berlindung.

Kisah Kesabaran Urwah Ibnu Zubair

Urwah Ibnu Zubair Rahimahullah anak dari Zubair Ibnu Al


Awwam Radhiyallahu 'anhu, Urwah Ibnu Zubair
Rahimahullah salah seorang „alim dan terkenal dengan
kezuhudannya serta ibadahnya. Suatu ketika beliau melakukan
sebuah safar (perjelanan ke negri syam) ditengah jalan beliau
terkena penyakit yang menimpa pada kakinya, ternyata penyakit
ini adalah penyakit yang menular yang memakan kakinya dan
terus menjalar ke anggota tubuhnya.

Ketika beliau tiba dinegeri syam yang ditemani oleh anaknya


bernama Muhammad, beliau pergi ke tabib (dokter) untuk
berobat, ketika dokter melihat penyakitnya yang sangat parah
mereka kemudian berkata:”Kaki anda harus diamputasi agar
penyakit ini tidak menjalar ke tubuh yang lain", Akhirnya Urwah
menyetujui untuk dilakukan amputasi. Maka berkumpullah para
dokter bedah untuk ditetapkan waktu dilaksanakan amputasi.
Sebelum dilakukan operasi maka dihadirkanlah segelas khamr
(minuman memabukkan) oleh dokter, lalu khamr tersebut

92
disodorkan kepada Urwah Ibnu Zubair Rahimahullah, Urwah
bertanya:”Apa ini..?”, Dokter berkata:”Khamr (minuman
memabukkan)”, Urwah bertanya lagi:”Untuk apa.?”, Dokter
menjawab:”Anda meminumnya agar anda tidak merasakan sakit
ketika kaki anda diamputasi”, Urwah berkata:”Apakah saya
harus meminumnya.?”, Para dokter berkata:”Iya, agar anda tidak
merasakan sakit”, Urwah kemudian berkata:”Saya tidak akan
meminum sesuatu yang diharamkan oleh tuhanku.!”,

(Dalam hukum fiqih perkara yang sangat darurat membolehkan


sesuatu yang haram)

Para dokter berkata:”Lalu apa yang harus kami lakukan.?”,


Urwah berkata:”Tunggu sampai kalian melihat aku sholat, jika
kalian telah melihat aku sholat datanglah lalu potong
kakiku”, maka ketika beliau sedang melakukan sholat
dipotonglah kaki beliau dan ia tidak merasakan sakit. Setelah
beliau sholat barulah ia merasakan sakit kemudian jatuh
pingsan, kemudian para dokter membersihkan lukanya dan
membalutnya.

Setelah beliau sadar beliau mengatakan:”Inna lillahi wainna ilaihi


roji‟un:”Ya Allah segala puji bagimu sampai engkau ridho
kepadaku”, segala puji bagimu ketika engkau ridho kepadaku,
dan segala puji bagimu setelah engkau ridho kepadaku kalau
engkau memberikan kepadaku 4 tubuh (dua tangan dan dua
kaki_penj) engkau mengambilnya satu ya rabb namun masih
tersisa 3, segala puji bagimu Ya Allah".

Dalam keadaan dan kondisi demikian datanglah berita duka


yang lain, disampaikan kepada beliau bahwasanya anaknya
Muhammad yang masih kecil ikut bersama dengan beliau ke
syam di injak sebuah kendaraan saat ia bemain sampai ia

93
meninggal, kembali beliau mengatakan:”Inna lillahi wainna ilaihi
roji‟un”, Ya Allah jika engkau memberikan kepadaku 4 orang
anak kemudian engkau mengambil satu maka masih tersisa 3".

Inilah hati seorang sahabat dimana surga telah bersemayam


didalam hatinya sebagaimana kata Syakhul Ibnu Taimiyah
Rahimahullah:"Sesunggunya didunia ini ada surga, siapa yang
belum masuk ke dalam surga dunia maka ia diharamkan dari
surga akhirat dan surga tersebut ada didalam hati“.

Dalam kisah yang lain salah seorang salaf pernah mengerjakan


sholat kemudian bangunan rubuh dan orang – orang yang
berada dalam pasar berlarian dan berkata:"Binasalah orang
yang ada didalam bangunan", dan ternyata didapati ia sedang
rukuk dan sujud mengerjakan sholat, setelah sholat ia kemudian
heran melihat orang yang ada disekelilingnya begitu banyak,
dikatakan kepadanya:”Baru saja dinding masjid rubuh”, namun ia
tidak mengetahui dinding rubuh saat ia mengerjakan sholat
disebabkan karena kehusuaannya dalam mengerjakan sholat,
barulah ia mengetahui setelah ia selesai mengerjakan sholat.

Pelajaran dari kisah ini adalah bagaimana khusyu dalam


mengerjakan ibadah, karena seserang yang khusyu dalam
sholat maka tidak lagi ia mengingat dunia kecuali Allah
Subhanahu wata'ala. Dan khusyu dalam sholat termasuk orang
yang beruntung, Allah Subhanahu wata'ala berfirman:

َ ًِْ‫ْال ُمإْ ِمنُونَ ْالَذٌِنَ ْهُ ْمْف‬


َْ‫ص َالتِ ِه ْمْخَا ِشعُون‬ ْ ‫لَدْْأ َ ْفلَ َح‬

"Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman (yaitu)


orang-orang yang khusyu‟ dalam shalatnya". (QS. Al Mukmin:
1-2).

94
Kedua Kisah ini menunjukkan begaimana cintanya orang sholeh
kepada Allah Subhanahu wata'ala dengan amalan ibadah yang
ia kerjakan.

Sabar dan Sholat Sebagai Penolong

Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhu pernah menunggang kendaraan


tiba – tiba datang berita bahwasanya anaknya meninggal, beliau
turun dari kendaraanya kemudian melaksanakan sholat dan
setelah itu beliau membaca firman Allah :

ْ َ‫ىْالخَا ِشعٌِنَ ْْالَذٌِن‬


ْ َ‫عل‬َ َْ‫ٌرةٌِْْإَل‬
َ ‫ْو ِإنَ َهاْلَ َك ِب‬
َ ِ‫صالَة‬َ ‫ْوال‬ َ ‫َوا ْستَ ِعٌنُواْ ِبال‬
َ ‫صب ِْر‬
َْ‫اجعُون‬ َ ‫ْوأَنَ ُه ْمْ ِإلَ ٌْ ِه‬
ِ ‫ْر‬ َ ُ‫ظنُّونَ ْأَنَ ُهمْ ُّمالَل‬
َ ‫واْر ِّب ِه ْم‬ ُ ٌَ

"Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan


sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi
orang-orang yang khusyu‟, (yaitu) orang-orang yang meyakini,
bahwa mereka akan menemui Rabb-nya, dan bahwa mereka
akan kembali kepadanya. (QS. Al Baqarah: 45-46).

Karena sabar dan sholat didalamnya ada


ketenangan, terkadang ketika seseorang tertimpa musibah kita
selalu mengingatkan kepadanya untuk bersabar dan jarang ada
yang mengingatkannya untuk sholat padahal sabar dan sholat
adalah penolong. Dari sahabat Hudzaifah Radhiyallahu anhu, ia
berkata:

‫صلَى‬
َ ْ‫سلَ َمْإِذَاْ َحزَ بَهُْأَ ْم ٌر‬ َ َ‫صل‬
َ ‫ىّْللاُْ َعلَ ٌْ ِه‬
َ ‫ْو‬ ُّ ِ‫َكانَ ْالنَب‬
َ ًْ
"Bila kedatangan masalah, Nabi Shallallahu alaihi wasallam
mengerjakan shalat". (HR. Ahmad). Bahkan beliau berkata
kepada Bilal:"Istrahatkan kami dengan sholat".

95
Dalam sholat ada ketenangan dan sedekat – dekat seorang
hamba dengan tuhannya adalah ketika ia sujud kepada Allah
Subhanahu wata‟ala, Rasulullah ketika menghadapi kesulitan
atau ujian beliau mendirikan sholat, menggantungkan segala
urusannya hanya kepada Allah Subhanahu wata'ala
adapun dizaman sekarang semuanya diadukan difacebook,
kegalauannya diketahui oleh seluruh dunia bahkan sampai
urusan rahasianya, rumah tangganya, masalahnya, keluh
kesahnya, kesedihannya, kesulitannya semuanya diungkapkan
dimedsos padahal ia tidak tahu bahwasanya tidak semua
manusia simpati dengan permasalahannya. oleh karenanya
senantiasalah menggantungkan hati dan harapan kita kepada
Allah Subhanahu wata‟ala, walaupun kita mendapatkan musibah
jadikan hati kita senantiasa bergantung kepada Allah
Subhanahu wata‟ala.

Allah Subhanahu wata'ala berfirman:

ْ‫ىّْللاِْفَ ْل ٌَتَ َو َك ِل‬


َ َ‫ْۚو َعل‬
َ ْ‫ّْللاُْلَنَاْه َُوْ َم ْو ََلنَا‬
َ ‫ب‬ َ َ‫صٌ َبنَاْ ِإ ََلْ َماْ َْكت‬
ِ ٌُْ‫لُ ْلْلَ ْن‬
َْ‫ْال ُمإْ ِمنُون‬
Katakanlah: "Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan
apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah Pelindung
kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus
bertawakal". (QS. At Taubah :51).

Ubadah Ibnu Shamit pernah mengatakan:”Engkau tidak akan


pernah merasakan lezatnya dan indahnya kehidupan sampai
engkau meyakini bahwasanya apa yang telah ditakdirkan
untukmu tidak ada yang mampu untuk menghalanginya, dan apa
yang tidak ditetapkan untukmu tidak ada yang mampu
memberikannya", ini merupakan aqidah bagaimana hati kita
senantiasa bahagia bahkan dalam kondisi kegalauan sekalipun,
96
karena kita yakin bahwasanya apa yang dipilihkan oleh Allah
Subhanahu wata‟ala itulah yang terbaik.

Kisah Abu Qilabah Al – Jarmi Dalam Menghadapi Musibah

Kisah salah seorang ulama yang bernama Abu Qilabah Al-Jarmi,


pernah suatu ketika didapati oleh Abdullah bin Muhammad di
kemahnya, ia senantiasa membaca doa :”Ya, Allah. Tunjukilah
aku agar aku bisa memujimu, sehingga aku bisa menunaikan
rasa syukurku atas kenikmatan-kenikmatan yang telah engkau
anugerahkan kepadaku, dan engkau sungguh telah melebihkan
aku di atas kebanyakan makhluk yang telah Engkau ciptakan".
beliau terus mengucapkan doa tersebut.

Lalu Abdullah bin Muhammad penasaran, setelah beliau melihat


ternyata Abu Qilabah kedua tangannya lumpuh, kedua kakinya
juga lumpuh beliau tuli dan bisu akhirnya Abdullah bin
Muhammad bertanya: Aku mendengar engkau berkata:"Ya,
Allah. Tunjukilah aku agar aku bisa memujimu, sehingga aku
bisa menunaikan rasa syukurku atas kenikmatan-kenikmatan
yang telah Engkau anugerahkan kepadaku, dan engkau
sungguh telah melebihkan aku di atas kebanyakan makhluk
yang telah engkau ciptakan‟. Nikmat manakah yang telah Allah
anugerahkan kepadamu, sehingga engkau memuji Allah atas
nikmat tersebut? Kelebihan apakah yang telah Allah
anugerahkan kepadamu, sehingga engkau menysukurinya?”,
Abu Qilabah Al-Jarmi menjawab:"Tidakkah engkau melihat yang
telah dilakukan Robbku kepadaku? Demi Allah, seandainya Ia
mengirim halilintar kepadaku sehingga membakar tubuhku, atau
memerintahkan gunung-gunung untuk menindihku sehingga
menghancurkan tubuhku, atau memerintahkan laut untuk
menenggelamkan aku, atau memerintahkan bumi untuk menelan
tubuhku, maka tidaklah semua itu, kecuali semakin membuat
97
aku bersyukur kepada-Nya, karena Ia telah memberikan
kenikmatan kepadaku berupa lidahku ini".

Segala musibah yang menimpa Abu Qilabah Al-Jarmi itu


menjadi ringan ketika lisannya senantiasa mengingat dan
memuji kepada Allah Subhanahu wata‟ala serta hatinya
senantiasa bergantung kepada Allah. Allah Subhanahu wata'ala
berfirman:

ُ ُ‫ط َمئِ ُّنْ ْالمُل‬


ْ‫وب‬ ْ َ ‫ّْللاِْت‬
َ ‫ّْللاِْأََلْبِ ِذ ْك ِر‬ ْ َ‫واْوت‬
َ ‫ط َمئِ ُّنْلُلُوبُ ُه ْمْبِ ِذ ْك ِر‬ َ ُ‫الَذٌِنَ ْآ َمن‬
“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram
dengan berzikir (mengingat) Allah. Ingatlah, hanya dengan
mengingat Allah hati menjadi tenteram”. (QS. Ar-Ra‟du:
28). Walaupun dunia diharamkan untuk kita jangan resah dan
gelisah serta khawatir selama kita masih mengingat Allah
Subhanahu wata'ala

Diantara doa yang diucapkan oleh Rasulullah Shallallahu „alaihi


wasallam:

َ ‫ْو ََلْتَ ْج َع ِلْال ُّد ْن ٌَاْأَ ْك َب َرْه َِّمن‬،‫َا‬


َْ‫ْو ََلْ َم ْبلَػ‬،‫َا‬ ِ ‫َو ََلْتَ ْج َع ْلْ ُم‬
َ ‫صٌ َبتَنَاْفًِْدٌِنِن‬
‫ِع ْل ِمنَا‬
“Ya Allah, Janganlah engkau jadikan musibah yang menimpa
kami dalam urusan agama kami, dan jangan pula engkau
jadikan (harta dan kemewahan) dunia sebagai cita-cita kami
yang paling besar, dan tujuan utama dari ilmu yang kami miliki.”
(HR. At-Tirmidzi).

jika musibah menimpa dunia, harta dan badan kita kemudian


kita bersabar maka akan menjadi ladang pahala bagi kita namun
jangan sampai musibah itu menimpa agama kita maksudnya
98
adalah musibah yang menjadikan kita jauh dari Allah Subhanahu
wata‟ala yaitu ketika seseornag tidak lagi mengenal tuhannya.

Salah seorang salaf pernah suatu ketika ia terlambat untuk


melaksanakan sholat berjama‟ah dengan kaum muslimin ia
kemudian berkata:”Manakah orang –orang yang kemarin
memberikan ta'siah dan menghiburku ketika anakku meninggal,
tidakkah mereka tahu bahwa kesedihanku saat ini lebih besar
dibandingkan dengan kematian anakku", maksudnya yaitu ketika
ia luput untuk mengerjakan keta‟atan kepada Allah Subhanahu
wata‟ala.

Jadi ketenangan, sakinah didapatkan dengan mengenal Allah,


berdzikir kepadanya, mengerjakan perintah dan menjauhi
larangannya, ruku dan sujud kepadanya, tilawah Al-Qur‟an,
berjalan ke masjid, mengajak kepada kebaikan dan mencegah
dari kemungkaran dan berbuat baik kepada sesama. inilah
kebahagiaan dunia yang akan mengantarkan kita ke dalam
surga.

Kesimpulan

1. Didalam keta‟atan didapatkan sa‟dah dan ketenangan


2. Serahkan segala urusan kita kepada Allah Subhanahu
wata‟ala karena boleh jadi kita membenci sesuatu namun
dibalik itu ada kebaikan yang diinginkan oleh Allah
Subhanahu wata‟ala
3. Tidaklah Allah menguji hambanya melainkan untuk
mengangkat derajatnya dan pada hari kiamat nanti
dihapuskan dosa – dosanya, Rasulullah Shallallahu „alaihi
wasallam bersabda:

99
َ ً‫ْو ََلْأَذ‬
ْ‫ىْو ََل‬ َ ‫ْو ََلْ ُح ْز ٍن‬َْ ‫ْو ََلْ َه ٍ ّم‬
َ ‫ب‬ٍ ‫ص‬ َ ‫ْو‬ َ ‫ْو ََل‬
َ ‫ب‬ٍ ‫ص‬ َ َ‫ْم ْنْن‬ ْ ‫ٌب‬
ِ ‫ْال ُم ْس ِل َم‬ ُ ‫ص‬ ِ ٌُْ‫َما‬
ُ‫طا ٌَاْه‬َ ‫اْم ْنْ َخ‬ َ ‫ش ْو َك ِةٌُْشَا ُك َهاْ ِإ ََلْ َكفَ َر‬
ِ ‫ّْللاُْ ِب َه‬ َ ‫َؼ ٍ ّمْ َحتَىْال‬

“Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu kelelahan, atau


penyakit, atau kehawatiran, atau kesedihan, atau gangguan,
bahkan duri yang melukainya melainkan Allah akan menghapus
kesalahan-kesalahannya karenanya". (HR. Al-Bukhari no. 5642
dan Muslim no. 2573).

Selama kita hidup didunia ini kita akan senantiasa mendapatkan


ujian dari Allah Subhanahu wata‟ala sebagaimana penegasan
Allah didalam Al-Qur‟an :

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan


sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-
buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang
yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah,
mereka mengucapkan,”Inna lillahi wa inna ilaihi raji‟un.” Mereka
itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan
rahmat dari Rabbnya, dan mereka itulah orang-orang yang
mendapat petunjuk”. (QS. Al-Baqarah: 155-157).

Wallahu A‟lam Bish Showaab

Oleh : Ustadz Harman Tajang, Lc., M.H.I Hafidzahullahu


Ta‟ala (Direktur Markaz Imam Malik)

@Rabu, 24 Syawal 1438 H

100
DAHSYATNYA NERAKA
Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam memerintahkan
ummatnya untuk banyak berlindung dari dahsyatnya api neraka
dengan membaca doa disetiap tasyahud akhir yang dilakukan
dalam setiap sholat, baik sholat wajib maupun sholat sunnah
diantara doanya adalah:

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu „anhu, Rasulullah Shallallahu


„alaihi wasallam bersabda:

ْ‫ْم ْن‬ ِ َ‫عوذُْ ِبن‬ُ َ‫ِْم ْنْأَ ْر َبعٍْ ٌَمُولُْاللَ ُه َمْإِنِّىْأ‬ َ ‫ش َه َدْأَ َح ُد ُك ْمْفَ ْل ٌَ ْستَ ِع ْذْ ِب‬
ِ ‫اَّلل‬ َ َ ‫ِإذَاْت‬
َ ‫اْو ْال َم َمات‬
ْ‫ِْو ِم ْنْش ِ َّرْفِْتْنَ ِة‬ ْ ‫ْو ِم ْنْفِتْنَ ِة‬
َ ٌَ‫ْال َم ْح‬ ْ ‫ب‬
َ ‫ْالمَب ِْر‬ ِ ‫عذَا‬ َ ْ‫ْو ِم ْن‬ َ ‫بْ َج َهنَ َم‬ ِ ‫َعذَا‬
ِْ ‫ٌحْال َد َجا‬
‫ل‬ ِ ‫ْال َم ِس‬
“Jika salah seorang di antara kalian melakukan tasyahud,
mintalah perlindungan pada Allah dari empat perkara: Ya Allah,
aku meminta perlindungan pada-Mu dari siksa Jahannam, dari
siksa kubur, dari fitnah hidup dan mati, dan dari kejelekan fitnah
Al Masih Ad Dajjal”. (HR. Muslim no. 588).

Diantara ciri ibadurrahman adalah yang senangtiasa berlindung


kepada Allah Subhanahu wata'ala agar dijauhkan dari neraka.
Allah Subhanahu wata'ala berfirman:

ْ‫ابْ َج َهنَ َمْ ِإ َنْ َعذَا َب َهاْ َكانَ ْؼ ََرا ًما‬


َ َ‫ؾْ َعنَاْ َعذ‬
ْ ‫ص ِر‬ ْ ‫ْربَنَاْا‬َ َ‫َوالَذٌِنَ ْ ٌَمُولُون‬
‫اْو ُممَا ًما‬
َ ‫تْ ُم ْستَمَ ًّر‬ َ ْ‫إِنَ َها‬
ْ ‫سا َء‬

"Dan orang-orang yang berkata, "Ya Tuhan kami, jauhkanlah


azab Jahanam dari kami, karena sesungguhnya azabnya itu
membuat kebinasaan yang kekal, sungguh, Jahanam itu

101
seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman". (QS. Al-
Furqan : 65-66).

Panasnya Api Neraka

Dalam hadist dari sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu „anhu,


Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam bersabda:

ِ ‫اْم ْنْن‬
ْ‫َار‬ ِ ‫س ْبعٌِنَ ْ ُج ْز ًء‬ َ ْ‫ٌْم ْن‬
ِ ‫احد‬ ِ ‫ْو‬َ ‫َار ُك ْمْ َه ِذهِْالَتًٌُِْولِدُْ َبنُوْآ َد َمْ ُج ْز ٌء‬ ُ ‫ن‬
ٍْ‫تْ َعلَ ٌْ َهاْبِتِ ْسعَة‬ ّ ِ ُ‫ْإِنَ َهاْف‬:َ‫ْلَال‬،ً‫َتْلَ َكافٌَِة‬
ْ َ‫ضل‬ ْ ‫ّللاِْإِ ْنْ َكان‬ َ ُ‫َج َهنَ َْمْْلَال‬
َ ‫ْو‬:‫وا‬
ِ ‫َو ِستٌِّنَ ْ ُج ْز ًءاْ ُكلُّ ُه َن‬
‫ْمثْلُْ َح ِ ّرهَا‬
“Api kalian ini yang dinyalakan anak-cucu Adam adalah satu
bagian dari tujuhpuluh bagian (panasnya) api Jahannam”. Para
shahabat berkata : “Demi Allah, sesungguhnya api dunia itu
telah mencukupi”. Beliau Shallallahu „alaihi wasallam bersabda :
“Sesungguhnya api Jahannam melebihi api dunia dengan
enampuluh sembilan bagian, dan setiap bagian panasnya
semisal api dunia”. (HR. Bukhari no. 3265, Muslim 2843,
Maalik dalam Al-Muwaththa‟ 2/994, At-Tirmidzi no. 2592, dan
Ahmad 2/244).

Dalam hadist yang lain Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu,


dari Nabi Shallallaahu „alaihi wasallam, beliau bersabda:

ْ‫ضاْفَنَ ِفّ ْس ِنًْفَؤَذِنَ ْلَ َها‬ً ‫ضًْ َب ْع‬ ِ ‫ْربّ ِْأَ َكلَْ َب ْع‬:
َ ‫ت‬ ْ َ‫ْفَمَال‬،‫ىْر ِبّ َها‬
َ َ‫ارْ ِإل‬
ُ َ‫ا ْشتَ َكتِْالن‬
َْ‫ْمن‬ ِ َ‫شدُّْ َماْتَ ِجدُون‬ َ َ ‫ْفَؤ‬،‫ْؾ‬
ِ ٌ‫ص‬ َ ‫سْفًِْال‬ ٌ ‫ْونَ ْف‬
َ ‫اء‬ِ َ‫شت‬ّ ِ ‫سْفًِْال‬ ٌ ‫سٌ ِْنْنَ ْف‬
َ ‫فًِْنَ ْف‬
‫ٌرهَا‬ ِ ‫ِْم ْنْزَ ْم َه ِر‬ ْ َ‫ْمن‬
ِ ‫ْالبَ ْرد‬ ِ َ‫شدُّْ َماْت َ ِجدُون‬ َ َ‫اْوأ‬
َ ‫وم َه‬
ِ ‫س ُم‬ ُ ْ‫ْم ْن‬ِ ‫ْال ُح ِ ّر‬
“Neraka mengadu kepada Rabbnya. Ia berkata : „Rabbku,
sebagianku memakan sebagian yang lain. Berikanlah aku nafas‟.
Lalu Allah mengizinkannya untuk menghembuskan dua nafas.
102
Satu nafas pada musim dingin dan satu nafas pada musim
panas. Hembusan panasnya lebih hebat daripada panas yang
pernah engkau temui, dan hembusan dinginnya lebih hebat
daripada dingin yang pernah engkau temui”. (HR. Al-Bukhari
no. 536-537 & 3260 dan Muslim no. 617).

Suatu ketika orang munafik dizaman Rasulullah Shallallahu


„alaihi wasallam ingin kemudian melarang orang – orang yang
beriman yang hendak berangkat jihad dalam perang tabuk
sebagaimana Allah Ta‟ala berfirman:

َ َ‫َارْ َج َهنَ َمْأ‬


َْ‫شدُّْ َح ًّراْلَ ْوْ َكانُواٌَْ ْفمَ ُهون‬ ْ ِ‫َولَالُواَْلْتَ ْن ِف ُرواْف‬
ُ ‫ًْال َح ِ ّرْلُ ْلْن‬
“Dan mereka berkata: „Janganlah kamu berangkat (pergi
berperang) dalam panas terik ini‟. Katakanlah: „Api neraka
Jahanam itu lebih sangat panasnya jika mereka mengetahui”.
(QS. At-Taubah : 81).

Sifat dan Keadaan Neraka

Allah Subhanahu wata‟ala berfirman:

ْ‫ْم ْن‬
ِ ‫ْو ِظ ٍّل‬
َ ‫ْو َح ِم ٌٍم‬
َ ‫وم‬ ٍ ‫س ُم‬َ ًِْ‫ش َما ِلْف‬ ّ ِ ‫ابْال‬
ُ ‫ص َح‬ ْ َ‫ش َما ِلْ َماْأ‬ ّ ِ ‫ابْال‬ُ ‫ص َح‬ْ َ‫َوأ‬
َْ‫ٍْو ََلْ َك ِر ٌٍمْ ِإنَ ُه ْمْ َكانُواْلَ ْبلَْذَلِنَ ْ ُمتْ َرفٌِن‬
َ ‫ارد‬ َ ‫وم‬
ِ َ‫َْلْب‬ ٍ ‫ٌَ ْح ُم‬
"Dan golongan kiri, siapakah golongan kiri itu? Dalam (siksaan)
angin yang amat panas, dan air panas yang mendidih, dan
dalam naungan asap yang hitam. Tidak sejuk dan tidak
menyenangkan. Sesungguhnya mereka sebelum itu hidup
bermewahan". (QS. Al Waqiah : 41-45).

ْ‫ًْو ََلْتَذَ ُرْلَ َوا َحةٌْ ِل ْل َبش َِرْ َعلَ ٌْ َهاْتِ ْس َعةَْ َعش ََر‬
َ ‫َْلْت ُ ْب ِم‬ َ ْ‫َو َماْأَد َْرانَ ْ َما‬
َْ ‫سمَ ُر‬
103
"Tahukah kamu apakah (neraka) Saqar itu?, Saqar itu tidak
meninggalkan dan tidak membiarkan. (Neraka Saqar) adalah
pembakar kulit manusia. Dan di atasnya ada sembilan belas
(malaikat penjaga)". (QS. Al-Mudassir 27-30).

ْ‫ىْاْل َ ْف ِئ َد ِةْ ِإنَ َها‬ َ َ‫ِْال ُمولَ َدةُْالَ ِتًْت‬


ْ َ‫ط ِل ُعْ َعل‬ ْ ‫ّْللا‬
َ ‫َار‬ ُ ‫ط َمةُْن‬ ْ ‫َو َماْأَد َْرانَ ْ َم‬
َ ‫اْال ُح‬
َ ْ‫َعلَ ٌْ ِه ْمْ ُمإ‬
ٍ‫ص َدةٌْفًِْ َع َمدٍْ ُم َم َد َدْة‬
"Dan tahukah kamu apa Huthamah itu? (yaitu) api (yang
disediakan) Allah yang dinyalakan, yang (membakar) sampai ke
hati. Sesungguhnya api itu ditutup rapat atas mereka, (sedang
mereka itu) diikat pada tiang-tiang yang panjang.” (QS. Al-
Humazah: 5-9).

َ ‫ْو ْال ِح َج‬


ُْ‫ارة‬ ُ َ‫اْولُو ُْدهَاْالن‬
َ ‫اس‬ َ ‫َار‬ً ‫ْوأَ ْه ِلٌ ُك ْمْن‬ َ ُ‫ٌَاْأٌَُّ َهاْالَذٌِنَ ْآ َمنُواْلُواْأَ ْنف‬
َ ‫سكُ ْم‬
َ ‫ّْللاَْ َماْأَ َم َرهُ ْم‬
ْ‫ْوٌَ ْف َعلُونَ ْ َما‬ َ َ‫صون‬ ُ ‫ظْ ِش َدادٌَْلٌَْ ْع‬ ٌ ‫َعلَ ٌْ َهاْ َمالئِ َكةٌْ ِؼال‬
َْ‫ٌُإْ َم ُرون‬
"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api Neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar,
yang keras, yang tidak mendurhakai Allah Subhanahu wata‟ala
terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan." (QS. At Tahrim: 6).

Yang menyembah selain Allah dan yang mereka sembah selain


Allah semuanya akan dimasukkan kedalam neraka agar Allah
Subhanahu wata‟ala menghinakan mereka dengan mengatakan:

َ ‫ؾْالض ِ ُّّرْ َع ْن ُك ْم‬


ْ‫ْو ََل‬ ِ ‫عواْالَذٌِنَ ْزَ َع ْمت ُ ْم‬
َ ‫ْم ْنْدُونِ ِهْفَ َالٌَْ ْم ِل ُكونَ ْ َك ْش‬ ُ ‫لُ ِلْا ْد‬
ْ ً ‫تَ ْح ِو‬
‫ٌال‬
104
Artinya: “Katakanlah: "Panggillah mereka yang kamu anggap
(sembahan) selain Allah, maka mereka tidak akan mempunyai
kekuasaan untuk menghilangkan bahaya dari padamu dan tidak
pula memindahkannya.” (QS. Al Isra‟:56)

Dari sahabat Abdullah Ibnu Mas‟ud Radhiyallahu „anhu


bersabda:

َ ‫س ْبعُونَ ْأَ ْل‬


ْ‫ؾ‬ َ ‫س ْبعُونَ ْأَ ْل‬
َ ْ‫ْ َم َعْ ُك ِلّْزَ َم ٍام‬،‫ؾْزَ َم ٍام‬ َ ْ‫ٌُإْ تَىْبِ َج َهنَ َمٌَْ ْو َمئِذٍْلَ َها‬
‫َملَنٍ ٌَْ ُج ُّرونَ َها‬
“Didatangkan neraka di hari itu , dalam keadaan ia memiliki
70.000 tali kekang, setiap tali kekang diseret 70.000 malaikat.”
(HR. Muslim dan At-Tirmidzi).

Ketika neraka jahannam melihat calon penghuninya dari


kejauhan ia melihat orang – orang kafir, fasik, munafik,
sombong.

Allah Subhanahu wata‟ala berfirman:

ً ِ‫اْوزَ ف‬
‫ٌرا‬ َْ ‫ظ‬ً ٌَُّ‫س ِمعُواْلَ َهاْتَؽ‬
َ ٍْ‫انْبَ ِعٌد‬ ِ ‫اْرأَتْ ُه ْم‬
ٍ ‫ْم ْنْ َم َك‬ َ َ‫ِإذ‬
“Apabila neraka itu melihat mereka dari tempat yang jauh,
mereka mendengar kegeramannya dan suara nyalanya.”.(QS.
Al-Fur‟qan : 12).

Neraka Jahannam meminta tambahan dan Harus Penuh,


sebagaimana dalam firman Allah Subhanahu wata'ala :

ْ‫)ْالَذِي‬٢٥(ْ‫ب‬ ٍ ٌ‫)ْ َمنَاعٍْ ِل ْل َخٌ ِْرْ ُم ْعتَدٍْ ُم ِر‬٢٤(ٍْ‫ارْ َعنٌِد‬ ٍ َ‫أَ ْل ِمٌَاْفًِْ َج َهنَ َمْ ُك َلْ َكف‬
َ ‫)ْلَالَْلَ ِرٌنُه‬٢٦(ِْ‫شدٌِد‬
ْ‫ُْربَنَا‬ َ ‫بْال‬ ْ ِ‫ّْللاِْ ِإلَ ًهاْآخ ََرْفَؤ َ ْل ِمٌَاهُْف‬
ِ ‫ًْال َعذَا‬ َ ‫َج َعلَْ َم َع‬
105
ْْ‫ْولَد‬
َ ‫ي‬ َ ‫ص ُمواْلَ َد‬ ِ َ‫لَْلْتَ ْخت‬ َْ ‫)ْلَا‬٢٢(ٍْ‫ضال ٍلْبَ ِعٌد‬ َ ًِْ‫ُْولَ ِك ْنْ َكانَ ْف‬َ ‫طؽَ ٌْتُه‬ ْ َ‫َماْأ‬
ِْ‫المْ ِل ْل َع ِبٌد‬
ٍ ‫ظ‬ َ ‫ْو َماْأَنَاْ ِب‬َ ‫ي‬ ْ ‫)ْ َماٌُْ َب َدل‬٢٢(ِْ‫لَد َْمتُ ْ ِإلَ ٌْ ُك ْمْ ِب ْال َو ِعٌد‬
َ ‫ُْالمَ ْولُْلَ َد‬
)٣ٓ(ٍْ‫ْم ْنْ َم ِزٌد‬ ِ ‫ِْوتَمُولُْه َْل‬ َ ‫ْامتَألت‬ ْ ‫)ٌَْ ْو َمْنَمُولُْ ِل َج َهنَ َمْهَ ِل‬٢٢(
"Lemparkanlah olehmu ke dalam neraka Jahannam semua
orang yang sangat ingkar dan keras kepala. Yang sangat
enggan melakukan kebajikan, melampaui batas, dan bersikap
ragu-ragu ragu-ragu. Yang mempersekutukan Allah dengan
tuhan lain, maka lemparkanlah dia ke dalam azab yang keras”.
(Setan) yang menyertainya berkata (pula), "Ya Tuhan kami, aku
tidak menyesatkannya, tetapi dia sendiri yang berada dalam
kesesatan yang jauh.”. Allah berfirman, "Janganlah kamu
bertengkar di hadapan-Ku, padahal sungguh, dahulu Aku telah
memberikan ancaman kepadamu.”.Keputusan-Ku tidak dapat
diubah dan Aku tidak menzalimi hamba-hamba-Ku. (Ingatlah)
pada hari ketika Kami bertanya kepada Jahannam, "Apakah
kamu sudah penuh?" Ia menjawab, "Masih adakah
tambahan?",(QS. Qaaf :24- 30).

Dan diriwayatkan oleh Imam Muslim dari hadits Abu Hurairah


Radhiyallahu ‟anhu, Rasulullah Shallallahu‟alaihi wasallam
bersabda, "Dan setiap kalian merasa bahwa Nerakan Jahannam
penuh. Adapun Neraka Jahannam tidak akan penuh sampai
Allah Subhanahu wata‟ala meletakkan kedua kakinya hingga
Neraka berkata, "Cukup, cukup, cukup" Ketika itu penuhlah
Neraka dan sebagian darinya menyempit dan penuhlah dia."
(HR. Muslim).

Allah Subhanahu Wata'ala Berfirman:

ْ‫ْم ْن ُه ْمْ ُج ْز ٌء‬


ِ ‫ب‬ ٍ ‫س ْب َع ْةُْأَب َْوا‬
ٍ ‫بْ ِل ُك ِّلْبَا‬ َ ْ‫َو ِإ َنْ َج َهنَ َمْلَ َم ْو ِع ُدهُ ْمْأَ ْج َم ِعٌنَْْلَ َها‬
ُ ‫َم ْم‬
‫سو ٌْم‬
106
"Dan sesungguhnya Jahannam itu benar-benar tempat yang
telah diancamkan kepada mereka (pengikut-pengikut syaitan)
semuanya. Jahannam itu mempunyai tujuh pintu. Tiap-tiap pintu
(telah ditetapkan) untuk golongan yang tertentu dari mereka".
(QS. Al Hijr : 43-44).

Neraka Yang Paling Ringan Azabnya

Disebutkan dalam Shahihain, dari hadits Nu'man bin


Basyir Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata: Aku mendengar
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

ِ ‫ض ُعْفِىْأ َ ْخ َم‬
ْ‫صْلَ َد َم ٌْ ِه‬ ْ ‫عذَابًاْ ٌَ ْو َم‬
َ ‫ْال ِم ٌَا َم ِةْلَ َر ُجلٌْتُو‬ َ ْ‫ار‬ ِ َ‫ِإ َنْأَ ْه َْونَ ْأَ ْه ِلْالن‬
ُ ‫ىْم ْن ُه َماْ ِد َما‬
ُ‫ؼ ْه‬ ِ ‫انْ ٌَ ْؽ ِل‬
ِ َ‫َج ْم َرت‬
"Sesungguhnya penghuni neraka yang paling ringan siksanya
adalah seseorang yang diletakkan dua buah bara api di bawah
telapak kakinya, seketika otaknya mendidih". (Muttafaq 'Alaih,
sebagian tambahan Al-Bukhari, "sebagaimana mendidihnya
kuali dan periuk).

Diantara yang termasuk mendapatkan siksaan neraka tersebut


adalah Abu Thalib paman Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam
yang meninggal dalam keadaan tidak beriman kepada Allah dan
Rasulullah.

Neraka yang paling bawah adalah untuk orang – orang munafik,


Allah Subhanahu wata'ala berfirman:

‫ٌرا‬ ِ ‫ْولَ ْنْتَ ِج َدْلَ ُه ْمْن‬


ً ‫َص‬ ِ ‫ْاْل َ ْسفَ ِل‬
ِ َ‫ْمنَ ْالن‬
َ ‫ار‬ ْ ‫ِإ َن‬
ْ ‫ْال ُمنَا ِفمٌِنَ ْ ِفًْالد َْر ِن‬

"Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada


tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali
107
tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka". (QS.
An-Nisaa': 145)

Celupan Neraka

Tahukah kita, bahwa celupan satu kenikmatan akhirat akan


menghapuskan ribuan kesulitan didunia ketika beramal,
sebagaimana satu celupan neraka menghapus ribuan
kenikmatan dosa ketika hidup. Rasulullah Shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda:

ْ‫ار‬ِ َ‫ص َب ُػْفًِْالن‬ ْ ٌَُ‫ارْ ٌَ ْو َمْ ْال ِمٌا َم ِةْف‬


ِ ّ‫ٌاْم ْنْأَ ْه ِلْالن‬
ِ ‫ٌُإْ تَىْ ِبؤ َ ْن َع ِمْأَ ْه ِلْال ُّد ْن‬
ْ‫ط؟‬ ٌّ َ‫ط؟ْه َْلْ َم َرْبِنَ ْنَ ِع ٌْ ٌمْل‬ ٌّ َ‫ْرأٌَْتَ ْ َخٌْراًْل‬ َ ‫ٌْاْابْنَ ْآ َد َمْه َْل‬:ُ‫ْث ُ َمٌُْمال‬.ً‫ص ْبؽَة‬ ِ
ْ‫ٌاْم ْنْأَ ْه ِل‬ِ ‫اسْبُإْ ساًْفًِْال ُّد ْن‬ ِ ّ‫ش ِدّْالن‬َ َ ‫ْوٌُإْ تَىْبِؤ‬.
َ ُّ‫ْوهللاٌِْاْرب‬ َ َ‫َْل‬:ُ‫فٌََمُ ْول‬
ًْ‫ْرأٌَْتَ ْبُإْ سا‬ َ ‫ٌْاْابْنَ ْآ َد َمْه َْل‬:ُ‫ْفٌَُمالُْلَه‬.‫ًْال َجنَ ِة‬ ْ ِ‫ْصْْبؽَةًْف‬ ِ ‫صبَ ُػ‬ ْ ٌَُ‫ْال َجنَ ِةْف‬
ٌّ َ‫سْل‬
ْ‫ط‬ ٌ ْ‫اْربُّ ْ َماْ َم َرْ ِب ًْْبُإ‬ َ ٌَ ِْ‫ْوهللا‬ َ َ‫َْل‬:ُ‫ط؟ْفَ ٌَمُ ْول‬ ٌّ َ‫ط؟ْه َْلْ َم َرْ ِبنَ ْ ِش َدةٌْل‬ ٌّ َ‫ل‬
ّْ َ‫ْرأٌَْتُ ْ ِش َدةًْل‬
‫ط‬ َ َ‫َوَل‬
“Pada hari kiamat akan didatangkan penduduk dunia yang
paling nikmat kedudukannya di antara semua penghuni neraka,
lalu dia dicelupkan sekali celupan ke dalam neraka. Kemudian
ditanyakan kepadanya, “Wahai anak Adam, apakah kamu
pernah melihat kebaikan satupun? Apakah kamu pernah
sekalipun merasakan kebaikan?”, Dia menjawab, “Tidak pernah
-demi Allah- wahai Rabb”. Dan didatangkan juga manusia yang
paling sengsara hidupnya di dunia di antara semua penghuni
surga, lalu dia dicelupkan sekali celupan ke dalam surga. Lalu
dia ditanya, “Wahai anak Adam, apakah kamu pernah melihat
kesengsaraan satupun?, Apakah kamu pernah merasakan
kesusahan sekecil apapun?”, Dia menjawab: “Tidak pernah -
demi Allah- wahai Rabb, tidak sekalipun saya pernah merasakan

108
penderitaan dan tidak sekalipun saya pernah melihat
kesusahan”. (HR. Muslim no. 2807).

Allah Subhanahu wata‟ala menyebutkan kondisi dan keadaan


orang – orang kafir, Sebagaimana dalam firmanNya:

ِ ‫ْاْل َ ْر‬
ْ‫ض‬ ِ ‫َْم ْنْأ َ َح ِد ِه ْم‬
ْ ‫ْم ْل ُء‬ ِ ‫ارْفَلَ ْنٌُْ ْمبَل‬
ٌ َ‫واْوهُ ْمْ ُكف‬ َ ‫ِإ َنْالَذٌِنَ ْ َكفَ ُر‬
َ ُ ‫واْو َمات‬
ِ ‫ْم ْنْن‬
َْ‫َاص ِرٌن‬ َ ‫ابْأَ ِلٌ ٌم‬
ِ ‫ْو َماْلَ ُه ْم‬ ٌ َ‫عذ‬ َ ْ‫اْولَ ِوْا ْفتَ َدىْ ِب ِهْْأُولَئِنَ ْلَ ُه ْم‬
َ ً‫ذَ َهب‬
"Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan mati sedang mereka
tetap dalam kekafirannya, maka tidaklah akan diterima dari
seseorang diantara mereka emas sepenuh bumi, walaupun dia
menebus diri dengan emas (yang sebanyak) itu. Bagi mereka
itulah siksa yang pedih dan sekali-kali mereka tidak memperoleh
penolong". (QS. Ali Imran : 91).

Neraka merupakan hukuman yang amat pedih, dengan berbagai


macam siksaannya, yang tidak bisa dielakkan oleh para
penghuninya walaupun dibayar dengan harga yang paling mahal
dari apa yang mereka miliki, Sebagaimana firman Allah:

ْ‫اْو ِمثْلَهُْ َمعَهُْ ِلٌَ ْفتَدُواْبِ ِه‬ َ ً‫ضْ َج ِمٌع‬ ْ ِ‫إِ َنْالَذٌِنَ ْ َكفَ ُرواْلَ ْوْأَ َنْلَ ُه ْمْ َماْف‬
ِ ‫ًْاْل َ ْر‬
‫ابْأَ ِلٌ ٌْم‬
ٌ َ‫عذ‬ َ ْ‫ْۖولَ ُه ْم‬ ْ ‫بٌَْ ْو ِم‬
ِ ‫ْال ِمٌَا َم ِةْ َماْت ُْمُبِّل‬
َ ْ‫َْم ْن ُه ْم‬ ِ ‫ِم ْنْ َعذَا‬
“Sesungguhnya orang-orang kafir, sekiranya mereka
mempunyai apa yang di bumi ini seluruhnya dan mempunyai
yang sebanyak itu pula untuk menebus diri mereka dengan itu
dari azab Hari Kiamat, niscaya (tebusan itu) tidak akan diterima
dari mereka, dan mereka memperoleh azab yang pedih”. (QS.
Al-Maidah: 36).

109
Dari Anas Bin Malik Radhiyallahu „anhu, Rasulullah Shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:

"Dikatakan kepada orang yang paling rendah azabnya di neraka


pada hari kiamat, andaikan engkau memiliki dunia beserta isinya
untuk menyelamatkan dirimu pada hari ini dari azabku apakah
engkau rela untuk memberikannya, ia mengataka:”ia”, Allah
berkata: padahal dulu didunia saya hanya menginginkan dari
sesuatu yang ringan darimu namun engkau enggan, saya hanya
menginginkan engkau tidak mempersekutukan aku dengan
apapun namun engkau mempersekutukanku".

Oleh : Ustadz Harman Tajang, lc., M.H.I Hafidzahullah Ta‟ala


(Direktur Markaz Imam Malik)

@Senin, 05 Rabiul Awal 1438 H

110
CUKUPLAH KEMATIAN
SEBAGAI NASEHAT
‫الرحِ ٌِم‬
‫الر ْح َم ِن ه‬
‫َّللا ه‬
ِ ‫ِبس ِْم ه‬

Berdoa Agar Hati Diteguhkan Oleh Allah

Semua kita tidak mengetahui bagaimana kondisi dan keadaan


akhir kehidupan kita didunia ini, Apakah akhir kehidupan kita
diatas kebaikan atau diatas keburukan dan Allah Subhanahu
wata'ala yang mengetahui bagaimana akhir kehidupan kita oleh
karenanya jika kita tidak mengetahui bagaimana akhir kehidupan
kita maka hendaklah kita banyak berdoa kepada sang pemilik
hati dan jiwa dialah Allah Subhanahu wata'ala, Ummu Salamah
Radhiyallahu „anha menyebutkan bahwasanya diantara doa
yang paling banyak dibaca oleh Rasulullah Shallallahu „alaihi
wasallam:

َْ‫تْلَ ْلبِىْ َعلَىْدٌِنِن‬ ْ ‫ب‬


ِ ‫ْالمُلُو‬
ْ ِّ‫بْثَب‬ َ ّ‫ٌَاْ ُممَ ِل‬
“Ya muqollibal qulub tsabbit qolbi „alaa diinik (Wahai Dzat yang
Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas
agama-Mu).” Ummu Salamah pernah menanyakan kepada
Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam, kenapa do‟a tersebut
yang sering beliau baca. Nabi shallallahu „alaihi wa sallam
seraya menjawab:

ْ‫ّْللاِْفَ َم ْن‬ َ َ‫ْم ْنْأ‬


َ ‫صابِ ِع‬ ْ ُ ‫ْولَ ْلبُهُْبٌَْنَ ْأ‬
ِ ‫صبُعٌَ ِْن‬ َ َ‫ىْإَِل‬
ٌّ ‫ْسْآ َد ِم‬ َ ْ‫ٌَاْأ ُ َم‬
َ ٌَ‫سلَ َمةَْإِنَهُْل‬
َْ‫ْو َم ْنْشَا َءْأَزَ اغ‬َ ‫ام‬َ َ‫شَا َءْأَل‬

111
“Wahai Ummu Salamah, yang namanya hati manusia selalu
berada di antara jari-jemari Allah. Siapa saja yang Allah
kehendaki, maka Allah akan berikan keteguhan dalam iman.
Namun siapa saja yang dikehendaki, Allah pun bisa
menyesatkannya”. (HR. Tirmidzi no. 3522. Syaikh Al Albani
mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Tidaklah hati hamba-hamba Allah Subhanahu wata‟ala dari


anak cucu adam melainkan berada dijemari Allah Subhanahu
wata‟ala, jika Allah berkehendak maka hati itu akan dijadikan
lurus berada dalam jalan keistiqamahan dan jika Allah
berkehendak akan dipalingkan dari jalan Allah, Rasulullah
Shallallahu „alaihi wasallam beliau dituntun wahyu oleh Allah
Subhanahu wata‟ala dan yang senantiasa mendampingi beliau
adalah Jibril 'Alaihissalam, beliau telah diampunkan dosa –
dosanya yang lalu dan yang akan datang namun beliau sangat
khawatir beliau banyak berdoa kepada Allah Subhanahu
wata‟ala agar diberi As Shabat (keteguhan dan keistiqamahan)
agar diberi ketetapan hati diatas ketaatan, jika Rasulullah
Shallallahu „alaihi wasallam banyak berdoa kepada Allah
Subhanahu wata‟ala agar diberi keistiqomahan apatahlagi kita
sebagai hamba yang memiliki hati yang sangat lemah dimana
hawa nafsu begitu mudah menguasai diri kita, dimana Syaithan
begitu mudah mempermainkan kita oleh karenanya kewajiban
kita sebagai seorang muslim untuk banyak membaca doa
tersebut.

Syaithan Musuh Yang Nyata

Salah seorang salaf Rahimahullah ketika bertanya kepada murid


– muridnya :”Apa yang kalian lakukan ketika melewati sebuah
tempat atau sebuah lorong lalu ada se‟ekor anjing yang
mengganggu kalian.?", salah seorang diantara mereka
112
menjawab:”Saya akan mengusirnya”, seorang guru kembali
bertanya:”Bagaimana ketika ke‟esokan harinya ia kembali
mengganggumu.?”, muridnya kemudian berkata:”Saya akan
mengusirnya”, bagaimana jika ia mengganggumu lagi, ia
berkata:”Saya akan mengusirnya“, Gurunya kemudian
berkata:”Wahai anakku ini adalah sesuatu yang bertele-tele,
datangilah pemilik anjing itu sampaikan kepadanya tolong
amankan anjing anda ia selalu menggangguku ketika lewat”.

Dan inilah yang mesti kita lakukan karena syaithan tidak pernah
berhenti untuk menggelincirkan kita, oleh karenanya kita minta
kepada Allah Subhanahu wata‟ala agar dilindungi dari godaan –
godaan syaithan sesungguhnya kita diciptakan oleh Allah
Subhanahu wata‟ala diatas jalan yang lurus.

Dalam hadist Qudsi Allah Subhanahu wata‟ala berfirman:

ْ‫اط ٌْ ُن‬ َ ‫اجتَالَتْ ُه ُمْال‬


ِ ٌَ ‫ش‬ ْ َ‫ْ ُم ْس ِل ِمٌْنَ )ْف‬:ٍْ‫ْر َوا ٌَة‬ ْ ‫َخلَ ْمتُ ْ ِع َباد‬
َ ‫ِيْ ُحنَفَا َء‬
ِ ًْ ‫ْ(و ِف‬
"Aku menciptakan hamba-hamba-Ku dalam keadaan lurus
(dalam riwayat lain: dalam keadaan Muslim) kemudian mereka
dipalingkan oleh setan". Baik dari syaithan jin dan syaithan
manusia dan mereka senantiasa bekerjasama untuk
menggelincirkan dan menjauhkan manusia dari ketaatan kepada
Allah Subhanahu wata‟ala.

Nasehat Kematian

Akhir dari kehidupan kita adalah kematian dan setiap kita akan
melewatinya, ketika Allah Subhanahu wata‟ala mengutus
malaikat maut untuk mendatangi Nabi Daud 'Alaihissalam dalam

113
bentuk rupa seorang manusia yang tiba – tiba berada dalam
pekarangannya, Nabi Daud 'Alaihissalam kemudian
bertanya:”Siapa anda.?”, malaikat maut kemudian
menjawab:”Saya adalah yang tidak bisa ditahan oleh siapapun,
dan saya tidak takut kepada siapapun", Nabi Daud 'Alaihissalam
berkata:"Jika demikian engkau adalah malaikat maut". Setiap
diantara kita akan menjumpai yang namanya kematian, Allah
Subhanahu wata‟ala berfirman:

ِ َ‫ْم ْنهُْت‬
ٌُ‫حٌد‬ ِ ّ ‫ْال َم ْوتِْ ِب ْال َح‬
ِ َ‫كْذَلِنَ ْ َما ُكنت‬ ْ ُ ‫س ْك َرة‬ ْ ‫َو َجآ َء‬
َ ْ‫ت‬
“Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya.
Itulah yang kamu selalu lari darinya”. (QS. Qaaf: 19). Pada saat
kita sakit kita mencari dokter yang paling ahli dan tidak peduli
berapun biayanya untuk senantiasa menjaga kesehatan agar
sembuh dari penyakit yang kita derita, namun ketika nyawa telah
berada dikerongkongan siapa yang akan menyembuhkan kita,
Allah Subhanahu wata'ala berfirman:

ُ ‫ْْو ْالتَفَتِْالس‬
ْ‫َاق‬ َ ‫اق‬ ْ ‫ظ َنْأَنَه‬
ُ ‫ُْال ِف َر‬ َ ‫ْْو‬
َ ‫ق‬ َ ‫ْْولٌِلَْ َم ْن‬
ٍ ‫ْرا‬ َ ًَ ِ‫َكآلْ ِإذَاْ َبلَؽَتِْالتَ َرال‬
ٌُ‫ساق‬ ْ ‫ىْربِّنَ ٌَْ ْو َمئِذ‬
َ ‫ٍْال َم‬ َ َ‫قْإِل‬ِ ‫بِالسَا‬
“Sekali-kali jangan. Apabila nafas (seseorang) telah (mendesak)
sampai kerongkongan. Dan dikatakan (kepadanya): “Siapakah
yang dapat menyembuhkan”. Dan dia yakin bahwa
sesungguhnya itulah waktu perpisahan. Dan bertaut betis (kiri)
dengan betis (kanan). Dan kepada Rabbmulah pada hari itu
kamu dihalau”. (QS. Al Qiyamah: 26-30).

Sebagaimana kata Umar Abdul Azis Rahimahullah:”Tidaklah


saya melihat sesuatu yang meyakinkan namun mirip sebuah
keraguan dari kematian”. Kita semua yakin akan kematian dan

114
kita semua adalah anak-anak orang – orang yang telah
meninggal dunia namun seakan kita meragukan kematian
tersebut, seakan kita merasa hidup di dunia ini selamanya,
perbuatan kita seakan – akan kita tidak akan mati selalu
memperturutkan hawa nafsu, melanggar batasan – batasan
Allah Subhanahu wata‟ala, oleh karenanya Allah Subhanahu
wata‟ala menegaskan kepada Nabinya Muhammad Shallallahu
„alaihi wasallam:

َْ‫ْو ِإنَ ُه ْمْ َم ٌِّتُون‬


َ ٌ‫ِإنَنَ ْ َم ٌِّت‬
"Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka
akan mati (pula)". (QS. Az- Zumar : 30).

Jadi, kematian adalah sesuatu yang pasti dan Rasulullah


memerintahkan kepada kita untuk banyak mengingat kematian.
kematian mempersempit sesuatu yang luas dan memperlus
sesuatu yang sempit tatkala kita diberikan kelapangan dan
kesehatan oleh Allah Subhanahu wata‟ala, Raski yang
melimpah, keluarga, kemewahan, kendaraan, tempat tinggal
namun ketika kita mengingat kematian maka semuanya akan
menjadi sempit kita yakin bahwasanya kita akan meninggalkan
hal tersebut, kemudian dengan mengingat kematian memperluas
yang sempit, ketika kita berada dalam kesulitan dihimpit musibah
atau ujian namun kapan kita mengingat kematian maka itu akan
menentramkan hati – hati kita.

Ketika salah seorang sahabat bertanya keapda Nabi Shallallahu


„alaihi wasallam:"Ya Rasulullah, mukmin manakah yang paling
utama?", Beliau menjawab:"Yang paling baik akhlaknya di
antara mereka". Mukmin manakah yang paling cerdas?", tanya
lelaki itu lagi. Beliau menjawab:

115
ٌ ٌَ ‫ْأُولَئِنَ ْأَ ْك‬,‫سنُ ُه ْمْ ِل َماْبَ ْع َدهُْا ْستِ ْع َدادًا‬
ْ‫اس‬ َ ‫اْوأ َ ْح‬
َْ ‫أَ ْكثَ ُرهُ ْمْ ِل ْل َم ْوتِْ ِذ ْك ًر‬
“Orang yang paling banyak mengingat mati dan paling baik
persiapannya untuk kehidupan setelah mati. Mereka itulah
orang-orang yang cerdas”. (HR. Ibnu Majah no. 4259,
dihasankan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no.
1384).

Orang yang meninggalkan dunia terbagi menjadi 2 apakah dia


meninggalkan dunia ini dalam kondisi dan keadaan husnul
khatimah ataukah ia meninggalkan kehidupan ini dalam keadaan
su‟ul khatimah, Allah Subhanahu wata‟ala berfirman :

َْ‫ْوأَنتُمْ ُّم ْس ِل ُمون‬


َ َ‫ْوَلَْتَ ُموت ُ َنْإَِل‬ َ ّ ْ‫ٌَاْأَ ٌُّ َهاْالَذٌِنَ ْآ َمنُواْْاتَمُوا‬
َ ‫ّْللاْ َح َكْتُمَا ِت ِه‬
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah
dengan sebenar-benarnya takwa kepada-Nya, dan janganlah
sekali-kali kalian mati melainkan dalam keadaan beragama
Islam”. (QS. Ali Imran: 102).

Al Hafidz Ibnu Katsiir Rahimahullah kemudian mengomentari


ayat ini, beliau berkata:”Sungguh telah terjadi kebiasan Allah
terhadap hamba-hambanya telah menjadi sunnatullah,
barangsiapa yang hidup dengan sesuatu maka ia akan
dimatikan dengan sesuatu tersebut, dan barangsiapa yang mati
dengan sesuatu maka ia dibangkitkan dengan sesuatu itu pula",
maksudnya adalah barangsiapa yang selama hidupnya dia hidup
dalam keta'atan maka akan ia akan dimatikan dalam keata'atan
tersebut dan barangsiapa yang dimatikan dalam keadaan ta'at
keapda Allah Subhanahu wata'ala maka nanti dihari kiamat ia
akan dibangkitkan bersama dengan orang – orang yang ta'at
kepada Allah Subhanahu wata'ala.

116
Nabi Ibrahim dan Nabi Yaqub 'Alaihissalam menasehatkan
keturunannya agar mati dalam keadaan islam, Allah Subhanahu
wata'ala berfirman:

ْ‫طفَىْلَ ُك ُمْال ّدٌِنَ ْفَ َال‬


َ ‫ص‬ َ َ ‫ًْ ِإ َن‬
ْ ‫ّْللاْا‬ ُ ُ‫ْو ٌَ ْعم‬
َ ‫وبْ ٌَاْ َب ِن‬ َ ‫صىْ ِب َهاْ ِإب َْراهٌِ ُمْ َب ِنٌ ِه‬ َ ‫َو َو‬
َْ‫ْوأَ ْنت ُ ْمْ ُم ْسِْل ُمون‬
َ ‫تَ ُموت ُ َنْإِ ََل‬
Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-
anaknya, demikian pula Ya'qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-
anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu,
maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama
Islam". (QS. Al-Baqarah :132).

ْ‫ْم ْن‬ ْ ‫وب‬


ِ َ‫ْال َم ْوتُ ْإِ ْذْلَالَْ ِلبَنٌِ ِهْ َماْتَ ْعبُدُون‬ َ ُ‫ض َرٌَْ ْعم‬ َ ‫ش َه َدا َءْإِ ْذْ َح‬ُ ْ‫أَ ْمْ ُك ْنت ُ ْم‬
ْ‫َْوإِ ْس َحاقَ ْ ِإلَ ًها‬
َ ‫ْوإِ ْس َما ِعٌل‬َ ‫ٌِم‬َ ‫ْو ِإلَهَْآبَائِنَ ْ ِإب َْراه‬َ َ‫بَ ْعدِيْلَالُواْنَ ْعبُدُْ ِإلَ َهن‬
َْ‫ًاْون َْحنُْلَهُْ ُم ْس ِل ُمون‬
َ ‫احد‬ ِ ‫َو‬
"Adakah kamu hadir ketika Ya'qub kedatangan (tanda-tanda)
maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: "Apa yang kamu
sembah sepeninggalku?", Mereka menjawab: "Kami akan
menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim,
Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya
tunduk patuh kepada-Nya".(QS. Al-Baqarah :133).

Mari kita banyak berdoa kepada Allah Subhanahu wata‟ala agar


Allah menutup kehidupan kita dengan kebaikan, Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

ْ‫َوإِنَ َماْاْل َ ْع َمالُْبِ ْالخ ََواتٌِ ِم‬


“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada akhirnya.” (HR.
Bukhari, no. 6607). Amalan yang dimaksud di sini adalah
117
amalan shalih, bisa juga amalan jelek. Yang dimaksud „bil
khawatim‟ adalah amalan yang dilakukan di akhir umurnya atau
akhir hayatnya.

Wallahu A‟lam Bish Showaab

Oleh : Ustadz Harman Tajang, Lc., M.H.I Hafidzahullahu


Ta‟ala (Direktur Markaz Imam Malik)
@Rabu, 8 Rajab 1438 H

118
DOSA BESAR MENUDUH
TANPA BUKTI
‫الرحِ ٌِم‬
‫الر ْح َم ِن ه‬
‫َّللا ه‬
ِ ‫ِبس ِْم ه‬

Diantara yang termasuk dosa besar adalah menuduh orang lain


dengan tuduhan keji dan termasuk perbuatan kezaliman dan
orang yang berbuat demikian diancam dengan azab yang pedih
sebagaimana sebuah contoh yang Allah Subhanahu wata‟ala
sebutkan didalam Al-Qur‟an kisah tuduhan keji yang paling besar
yang senantiasa kita baca didalam Al-Qur‟an yaitu kisah tuduhan
Aisyah Radhiyallahu „anha istri Rasulullah Shallallahu „alaihi
wasallam, ketika beliau kembali dengan Rasulullah Shallallahu
„alaihi wasallam dan para sahabatnya dalam sebuah perjalanan,
Aisyah Radhiyallahu „anha tertinggal di jalan dengan hikmah dan
alasan yang di inginkan oleh Allah Subhanahu wata‟ala beliau
kemudian didapati oleh sahabat Sofwan Ibnu Muatil
Radhiyallahu 'anhu.

Ketika melihat Aisyah Radhiyallahu „anha dalam keadaan sendiri


dikegelapan malam dan kata Aisyah Radhiyallahu „anha:”Beliau
pernah melihatku sebelum diturunkan ayat hijab", jadi Aisyah
Radhiyallahu „anha dalam keadaan tidur karena beliau dalam
keadaan capek dan lelah dan beliau tidak terbangun kecuali
mendengarkan istirjanya Sofwan Ibnu Muatil Radhiyallahu 'anhu,
beliau berkata:”Innalillahi wainna ilaihi rojiun, istri Rasulullah
Shallallahu „alaihi wasallam", Aisyah Radhiyallahu „anha
langsung menutup wajahnya, Sofwan Ibnu Muatil Radhiyallahu
„anhu kemudian mendudukkan kendaraannya dan mengambil
posisi di depan „Aisyah. Kata Aisyah Radhiyallahu „anha:”Demi
Allah, Tak satu kata pun yang keluar dari mulutnya kecuali
perkataan tadi (Istirja)". Akan tetapi kesempatan itu digunakan
119
oleh orang – orang munafik, oleh karenanya berdusta kepada
orang lain merupakan ciri dan sifat orang munafik.

Ketika Sofwan Ibnu Muatil Radhiyallahu dan Aisyah


Radhiyallahu „anha tiba di kota madinah dilihat oleh Abdullah Bin
Ubay Bin Salul yang merupakan gembong (pembesar) orang –
orang munafik maka disebarkanlah berita dusta tersebut selama
satu bulan lebih, kota madinah pada waktu itu dalam keadaan
goncang dengan berita fitnah tersebut, sampai Nabi Shallallahu
„alaihi wasallam hampir percaya dengan fitnah tersebut karena
terlambat turun wahyu dari Allah Subhanahu wata‟ala, namun
dengan hikmah yang diinginkan oleh Allah Subhanahu wata‟ala,
Allah Subhanahu wata'ala kemudian menurunkan firmannya
untuk membela Aisyah Radhiyallahu „anha dan menghinakan
orang - orang munafik yang menyebarkan berita fitnah keji
tersebut, Allah Azza Wa jalla berfirman:

ْ‫سبُوهُْش ًَّراْلَكُ ْمْْۖبَ ْلْه َُوْ َخٌ ٌْر‬ ِ ٌ‫صبَة‬


َ ْ‫ْم ْن ُك ْم‬
َ ‫َْۚلْتَ ْح‬ ْ ُ‫اْل ْف ِنْع‬ ِ ْ ِ‫إِ َنْالَذٌِنَ ْ َجا ُءواْب‬
ِ ُ‫ْۚوالَذِيْت َ َولَىْ ِكب َْره‬
ُْ‫ْم ْن ُه ْمْلَه‬ َ ْ‫ْاْلثْ ِم‬
ِ ْ َ‫ْمن‬ ِ ‫ب‬ َ ‫س‬َ َ‫ْم ْن ُه ْمْ َماْا ْكت‬
ِ ‫ئ‬ ٍ ‫ْام ِْر‬ْ ‫لَ ُك ْمْْۚ ِل ُك ِّل‬
‫ابْ َع ِظٌ ٌْم‬ ٌ َ‫َعذ‬
"Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu
adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa
berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi
kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari
dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang
mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita
bohong itu baginya azab yang besar". (QS. An Nur: 11).

Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi


kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu (hal ini merupakan

120
hiburan bagi Aisyah Radhiyallahu „anha sebagai objek tuduhan
keji dari orang – orang munafik_penj).

Walaupun nama baiknya Aisyah Radhiyallahu „anha sudah rusak


dan tersebar dikota Madinah akan tetapi Allah Subhanahu
wata‟ala maha adil , tidak tidur dan lalai, Allah Subhanahu
wata‟ala melihat semua yang terjadi, dan setiap yang
menyebarkan kata dusta (hal ini berlaku secara umum, makanya
berhati – hati menyebarkan hoaks karena hal ini tidak hanya
berlaku pada kasusnya Aisyah Radhiyallahu „anha),

Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari


dosa yang dikerjakannya (Jadi masing-masing yang
menyebarkan firnah keji mendapatkan dosa dan yang paling
banyak memikul dosanya adalah Abdullah Bin Ubay Bin Salul
karena dia menjadi penyebab awal munculnya fitnah keji
tersebut). Oleh karenanya berhati-hatilah dari sebab terbukanya
dosa jariyah karena kita akan mendapatkan dosa dari setiap
yang mengikutinya sebagaimana Abdullah Bin Ubay Bin Salul.

Diakhir ayat Allah Subhanahu wata'ala berfirman:Dan siapa di


antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar
dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar,
jadi yang ikut mengambil bagian dalam menyebarkan berita
fitnah keji atau hoaks juga mendapatkan azab dari Allah
Subhanahu wata'ala".

Oleh karenanya sifat kita sebagai orang beriman jika datang


berita tentang saudara kita apatah lagi kita tahu bahwa dia
adalah orang yang baik jangan langsung percaya bahkan tutupi
aib saudara kita karena Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam
bersabda:

121
ْ ُْ‫ستَ َره‬
ُ‫هللا‬ َ ْ‫َم ْن‬
َ ْ‫ستَ َرْ ُم ْس ِل ًما‬
“Barangsiapa menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan
menutupi aibnya”. (HR. Al-Bukhary no. 2442 dan Muslim no.
2580 dari hadits Ibnu Umar radhiyallahu anhuma, serta
Muslim no. 2699 dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu anhu
–pent).

Adapun yang membuka aurat saudaranya maka Allah


Subhanahu wata'ala akan menyingkap auratnya, Rasulullah
Shallallahu „Alaihi Wasallam bersabda :

“Wahai sekian orang yang beriman dengan lidahnya dan hatinya


belum dimasuki iman, janganlah kalian menggunjing orang-
orang muslim dan jangan membuntuti aurat mereka. Karena
barangsiapa yang suka membuntuti aurat mereka, maka Allah
akan membuntuti auratnya. Dan barangsiapa yang dibuntuti
auratnya oleh Allah, maka Dia akan membeberkannya di dalam
rumahnya".(HR.Ahmad, 4/420 dan Abu Daud, 4880).

Sesungguhnya doa orang yang terdzalimi dan terfitnah terkabul


disisi Allah Subhanahu wata‟ala dan didalam sejarah banyak
disebutkan bagaimana orang – orang dituduh tanpa ada alasan
yang jelas atau karena kedustaan mereka kemudian berdoa
kepada Allah Subhanahu wata‟ala dan doanya dikabulkan,
Rasulullah Shallallah „alaihi wasallam bersabda:

“Dan takutlah akan doa orang yang terzalimi, karena tidak ada
satu penghalang pun di antara doanya dan Allah". (HR Al-
Bukhari dan Muslim), bahkan ketika doa orang terdzalimi
diangkat kelangit Allah Subhanahu wata‟ala kemudian
bersumpah dan mengatakan:”Demi kekuasaanku dan demi

122
kemuliaanku aku akan menolongmu walaupun setelah waktu
yang lama".

Wallahu A‟lam Bish Showaab

Oleh : Ustadz Harman Tajang, Lc., M.H.I Hafidzahullahu


Ta‟ala (Direktur Markaz Imam Malik)

@Rabu, 24 Jumadil Akhir 1438 H

123
DUNIA TAK SELEBAR
DAUN KELOR
‫الرحِ ٌِم‬
‫الر ْح َم ِن ه‬
‫َّللا ه‬
ِ ‫ِبس ِْم ه‬

Imam Ahmad pernah ditanya:"Kapankah kita bisa beristirahat


wahai imam", beliau kemudian menjawab:"Kita tidak akan bisa
beristirahat sampai kita menginjakkan salah satu kaki kita di
dalam surga".

Hidup didunia ini antara kebahagiaan dan kesengsaraan, antara


kebaikan dan keburukan, antara tangisan dan kebahagiaan.
Allah Subhanahu wata'ala berfirman:

ْ‫ْوأَ ْب َكى‬ ْ َ ‫َوأَنَهُْه َُوْأ‬


َ َ‫ض َحن‬
“dan bahwasanya Dialah yang menjadikan orang tertawa dan
menangis,” (QS. An Najm : 43).

Orang yang beriman kepada Allah Subhanahu wata‟ala seluruh


urusannya akan menjadi baik, Rasulullah Shallallahu „alaihi
wasallam bersabda:

ْ،‫ْسْ َذلِنَ ِْْل َ َحدٍْ ِإَلَْ ِل ْل ُمإْ ِم ِن‬ َ ‫ْإنْأَ ْم َرهُْ ُك َلهُْ َلهُْ َخٌ ٌْر‬
َ ٌ‫ْو َل‬ ْ ‫َع َج ًباِْْل َ ْم ِر‬
َ ‫ْال ُمإْ ِم ِن‬
ْ َ‫صبَ َرْفَ َكان‬ َ ْ‫ض َرا ُء‬ َ ُْ‫صابَتْه‬ َ َ‫ْوإِ ْنْأ‬،ُ
َ ‫ش َك َرْفَ َكانَ ْ َخٌ ًْراْلَه‬ َ ْ‫س َرا ُء‬َ ُْ‫صابَتْه‬ َ َ‫إِ ْنْأ‬
ُ‫َخٌْراًْلَ ْه‬
“Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua
urusannya adalah baik baginya. Hal ini tidak didapatkan kecuali
pada diri seorang mukmin. Apabila mendapatkan kesenangan,
dia bersyukur, maka yang demikian itu merupakan kebaikan
124
baginya. Sebaliknya apabila tertimpa kesusahan, dia pun
bersabar, maka yang demikian itu merupakan kebaikan
baginya.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh Muslim, no. 2999
dari Abu Yahya Shuhaib bin Sinan radhiyallahu „anhu).

Dalam syariat kita yang bersumber dari Al-Qur‟an dan Sunnah


Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam kita telah diberikan
tuntunan bagaimana menghadapi ujian dan musibah yang
menimpa kita, sebagian manusia ada yang ketika tertimpa
musibah, bumi baginya terasa sempit padahal dunia tidaklah
selebar daun kelor, dunia ini adalah merupakan tempat bagi kita
untuk diuji oleh Allah Subhanahu wata‟ala. Allah Subhanahu
wata'ala berfirman:

ْ ‫ْۚوه َُو‬
ُ ‫ْالعَ ِز‬
ْ‫ٌز‬ َ ‫ْو ْال َحٌَاةَْ ِلٌَ ْبلُ َو ُك ْمْأٌَُّ ُك ْمْأَ ْح‬
َ ْ‫سنُ ْ َع َم ًال‬ ْ َ‫الَذِيْ َخلَك‬
َ َ‫ْال َم ْوت‬
ُْ ُ‫ْالؽَف‬
‫ور‬
“(Dialah Allah) yang telah menciptakan kematian dan kehidupan
demi menguji siapakah di antara kalian yang terbaik amalannya,
dan Dia Mahaperkasa lagi Maha Pengampun". (QS. Al-Mulk: 2).

Dalam ayat yang lain Allah Subhanahu wata‟ala berfirman:

ْ‫ْو ْاْل َ ْنفُ ِس‬


َ ‫ْاْل َ ْم َوا ِل‬
ْ َ‫ْمن‬
ِ ‫ص‬ َ ِ‫ْو ْال ُجوع‬
ٍ ‫ْونَ ْم‬ َ ‫ؾ‬ ْ َ‫ْمن‬
ِ ‫ْالخ َْو‬ ِ ٍ‫ًَء‬ ْ ‫َولَنَ ْبلُ َونَ ُك ْمْبِش‬
َْ‫صابِ ِرٌن‬َ ‫ش ِرْال‬ َ ِْ‫َوالثَ َم َرات‬
ّ ِ َ‫ْوب‬

"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan


sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-
buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang
yang sabar". (QS. Al-Baqarah : 155).

125
Setiap diantara kita punya permasalahan dalam
kehidupannya dan siapa yang tidak memiliki masalah atau ujian
maka diragukan keimanannya, Allah Subhanahu wata‟ala
menegaskan didalam Al-Qur‟an:

َْ‫َْلٌُْ ْفتَنُون‬ َ َ‫اسْأَ ْنٌُْتْ َر ُكواْأَ ْنْ ٌَمُولُواْآ َمن‬


َ ‫اْوهُ ْم‬ َ ‫أَ َح ِس‬
ُ َ‫بْالن‬
"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja)
mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji
lagi?". (QS. Al Ankabut : 2).

Oleh karenanya salah satu konsekuensi keimanan adalah


besiap untuk menerima segala ujian dan cobaan dari Allah
Subhanahu wata‟ala.

Salah satu hal yang harus dilakukan agar tidak berburuk sangka
kepada Allah Subhanahu wata‟ala yaitu :

Suatu hal yang harus kita yakini sebagai seorang muslim


sebagaimana penegasan dalam firman Allah Subhanahu
wata‟ala:

ْ ‫فَإِ َنْ َم َع‬


‫ْالعُس ِْرٌُْس ًْرا‬

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”.


(QS. Al-Insyirah: 5).

Setelah kita merasakan lapar maka kita akan merasakan


kenyang, ketika kita merasakan kehausan maka kita akan
merasakan kelegahan setelahnya, pada saat kita sakit Allah

126
akan memberikan kepada kita kesembuhan dan kesehatan dan
seterusnya .

Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah:" perjara


bagiku adalah merupakan kesempatan untuk berkhalwat dengan
Allah Subhanahu wata‟ala, oleh karenanya hendaknya kita
senantiasa berbaik sangka kepad Allah Subhanahu wata‟ala,
dialah Allah Subhanahu wata‟ala yang menyelamatkan Nabi
Musa 'Alahissalam, ketika beliau diperhadapkan dengan lautan
yang snagat luas, dan dibelakang beliau fir‟aun dan bala
tentaranya telah hampir mendapati Musa dan kaumnya tapi
dengan penuh keyakian ketika kaumnya Nabi Musa
berkata:”Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul”, Musa
menjawab:"Sekali-kali tidak akan tersusul; sesungguhnya
Tuhanku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk
kepadaku". (QS. Asy-Syu'ara: 62).

Begitupula Nabi Ibrahim 'Alaihissalam ketika beliau dilemparkan


oleh kaumnya untuk dimasukkan kedalam api yang berkobar,
baliau kemudian yakin dengan pertolongan Allah Azza wajalla
dengan mengatakan:”hasbiyallahu wani‟mal wakil...”, dan api
yang berkobar berubah menjadi sejuk dan memberikan
keselamatan kepada Nabi Ibrahim „Alaihissalam.

Nabi Shallallahu „alaihi wasallam dalam hadistnya mengingatkan


kita:

ٌِ ‫صبْر‬ ْ َ‫… َوأَ َنْالن‬


َ ‫ص َرْ َم َعْال‬
“Sesungguhnya pertolongan itu (akan datang) bersama dengan
kesabaran". (HR. Ahmad).

127
Al Hasan Al Bashri mengatakan bahwa ketika turun surat Al-
Insyirah ayat 5-6, Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam
bersabda:

ْ‫عس ٌْرٌُْس َْرٌ ِْن‬ َ ‫ْلَ ْنْ ٌَ ْؽ ِل‬،‫أ ْب ِش ُرواْأتا ُك ُمْالٌُس ُْر‬
ُ ْ‫ب‬
“Kabarkanlah bahwa akan datang pada kalian kemudahan.
Karena satu kesulitan tidak mungkin mengalahkan dua
kemudahan.”

Kesulitan disebut dalam bentuk ma‟rifat adapun yusran dalam


bentuk naqirah menunjukkan bahwasanya kemudahan yang
pertama bukanlah kemudahan yang kedua , adapun kesulitan
yang pertama itupula kesulitan yang kedua.

ُ ‫ساْ ِإ ََل‬
‫ْو ْسعَ َها‬ ً ‫ّْللاُْنَ ْف‬
َ ‫ؾ‬ ُ ّ‫ََلٌُْ َك ِل‬
"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya". (QS. Al - Baqarah : 286).

Hendaknya senantiasa bertafakkur betapa banyak nikmat


yang diberikan kepada Allah Subhanahu wata‟ala yang
mewajibkan kita untuk mensyukurinya

Betapa banyak keutamaan – keutamaan yang Allah Subhanahu


wata‟ala siapkan untuk kita, Allah Subhanahu wata‟ala
berfirman:

ُ ‫ّْللاِْ ََلْت ُ ْح‬


ْ‫صوهَاْْ ِإ َن‬ َ ُْ‫سؤ َ ْلت ُ ُموه‬
َ َ‫ْۚو ِإ ْنْتَعُدُّواْنِ ْع َمت‬ َ ْ‫ْم ْنْ ُك ِّلْ َما‬
ِ ‫َوآتَا ُك ْم‬
ٌ‫كفَار‬ َ ْ‫ظلُو ٌم‬ َ َ‫سانَ ْل‬ ِْ
َ ‫اْل ْن‬
"Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan
segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu
128
menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu
menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim
dan sangat mengingkari (nikmat Allah)".(QS. Ibrahim : 34).

Allah Subhanahu wata‟ala telah memberikan kesehatan kepada


tubuh kita, keamanan pada tempat tinggal kita, memberikan
kepada kita pakaian, udara, air dan semuanya telah kita
dapatkan secara gratis dari Allah Subhanahu wata‟ala, kita telah
memilikinya namun jarang kita bersyukur kepada Allah
Subhanahu wata‟ala.

Allah Subhanahu wata‟ala berfirman:

ْ‫ْوأَ ْس َب َْػ‬
َ ‫ض‬ ِ ‫ًْاْل َ ْر‬
ْ ِ‫ِْو َماْف‬ َ ‫س َخ َرْلَ ُك ْمْ َماْفًِْال‬
َ ‫س َم َاوات‬ َ ‫أَلَ ْمْت َ َر ْواْأَ َن‬
َ َْ‫ّْللا‬
ْ‫ًّْللاِْ ِبؽٌَ ِْرْ ِع ْل ٍم‬ َ ًْ‫اطنَة‬
ِ َ‫ْو ِمنَ ْالن‬
َ ‫اسْ َم ْنٌُْ َجا ِدلُْ ِف‬ ِ ‫ْو َب‬َ ً‫ظاه َِرة‬ َ ُْ‫َعلَ ٌْ ُك ْمْ ِن َع َمه‬
ٍْ ِ‫بْ ُمن‬
‫ٌر‬ ٍ ‫ًىْو ََلْ ِكتَا‬
َ ‫َو ََلْهُد‬
"Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah
menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa
yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir
dan batin. Dan di antara manusia ada yang membantah tentang
(keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan
tanpa Kitab yang memberi penerangan". (QS. Luqman : 20).

Allah Subhanahu wata‟ala mengaruniakan kepada kita akal yang


mengangkat derajat kita disisinya dan yang membedakan kita
dari hewan dan binatang.

Betapa banyak orang yang kaya raya namun ia terbaring diatas


pembaringannya andaikan penyakit yang dideritanya bisa dibeli
dengan seluruh harta yang ia miliki maka dia akan rela untuk
memberikannya, Allah Subhanahu wata‟ala memberikan kita
nikmat tersebut.
129
Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam bersabda:”Barangsiapa
yang tiba dipagi hari yang merasakan keamanan , tidak ada
gangguan pada tubuhnya, dirinya, keluarganya , harta
bendanya, ia beraktifitas tubuhnya sehat , lalu ada makanan
yang bisa ia nikmati hari itu, sungguh seakan akan dunia dan
isinya telah dibentangkan untuknya“.

َ ْ‫ًْاْل َ ْر َح ِام‬
ْ‫ْۖو َماْتَد ِْري‬ ْ ِ‫ْو ٌَ ْعلَ ُمْ َماْف‬ ْ ‫ْوٌُن ِ َّزل‬
َ ٌَ‫ُْالؽ‬
َْ ‫ْث‬ َ ‫ّْللاْ ِع ْن َدهُْ ِع ْل ُمْالسَا َع ِة‬
َ َ ‫ِإ َن‬
َ َ ‫ضْتَ ُموتُ ْْۚإِ َن‬
ْ‫ّْللاْ َع ِلٌ ٌم‬ ٍ ‫يِْأ َ ْر‬
ّ َ ‫سْبِؤ‬ٌ ‫ْۖو َماْتَد ِْريْنَ ْف‬ ُ ‫سْ َماذَاْتَ ْك ِس‬
َ ْ‫بْ َؼدًا‬ ٌ ‫نَ ْف‬
ٌْ ِ‫َخب‬
‫ٌر‬
"Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah
pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dialah Yang menurunkan
hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada
seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang
akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat
mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal". (QS. Luqman : 34)

Janganlah terlalu memikirkan hal – hal yang telah berlalu


dari kehidupan kita untuk kita sesali

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam mengajarkan kita


berlindung dari kegalauan dan kegelisahan, sebagaimana dalam
doa:

ْ‫س ِل‬ َ ‫ْو ْال َك‬ ْ ‫ْم ْن‬


َ ‫ْالعَ ْج ِز‬ ِ َ‫عوذُْبِن‬ ُ َ‫ْوأ‬
َ ‫ْو ْال َحزَ ِن‬ ْ ‫ْم ْن‬
َ ‫ْال َه ِ ّم‬ ِ َ‫للَ ُه َمْإِ ِنًّْأَعُوذُْبِن‬
ّ ِ ‫ْولَ ْه ِر‬
ِْ ‫ْالر َجا‬
‫ل‬ ِ َ‫عوذُْ ِبن‬
َ ‫ْم ْنْ َؼلَبَ ِةْال َدٌ ِْن‬ ُ َ‫ْوأ‬
َ ‫ْو ْالبُ ْخ ِل‬ ْ ‫ْم ْن‬
َ ‫ْال ُجب ِْن‬ ُ َ‫َوأ‬
ِ َ‫عوذُْ ِبن‬
“Ya Allah, aku berlindung pada-Mu dari rasa sesak dada dan
gelisah, dan aku berlindung pada-Mu dari kelemahan dan
kemalasan, dan aku berlindung pada-Mu dari sifat pengecut dan
130
kikir, dan aku berlindung pada-Mu dari belenggu hutang dan
tekanan manusia”.

Para ulama kita mengatakan: Al-Hammu adalah sesuatu yang


mengkhawatirkan kita seperti masa depan kita atau apa yang
akan terjadi dimasa yang akan datang.

Ada seseorang yang dari awalnya memang tidak mampu


melakukan sesuatu oleh karenanya Rasulullah Shallallahu „alaihi
wasallam mengatakan:”Mintalah pertolongan dari Allah dan
janganlah engkau merasa tidak mampu”, oleh karenanya salah
satu kunci kesuksesan adalah dengan menghilangkan kata saya
tidak mampu, seperti tatkala kita diberi sebuah amanah,
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam
mengatakan:”Bersemangatlah engkau mengerjakan sesatu yang
bermanfaat bagimu.”

Al Kasal = di mana ia mampu tapi malas sehingga banyak


pekerjaan yang terlalaikan, banyak sesuatu yang bisa ia
kerjakan namun terhalangi oleh kemalasannya. Dari kekikiran
dan sifat pengecut dan dari lilitan utang, hutang merupakan
kegelisahan dimalam hari dan kehinaan disiang hari.

Dalam Al-Qur‟an Allah Subhanahu wata‟ala berfirman:

ْ ‫واْوأَ ْنت ُ ُم‬


َْ‫ْاْل َ ْعلَ ْونَ ْإِ ْنْ ُك ْنت ُ ْمْ ُمإْ ِمنٌِن‬ َ ُ‫واْو ََلْتَ ْحزَ ن‬
َ ُ‫َو ََلْتَ ِهن‬
“Janganlah kamu lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih
hati, karena kamulah orang-orang yang paling tinggi
(derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman”. (QS. Ali-
Imran: 139).

ْ‫َو ََلْتَ ْحزَ ْنْ َعلَ ٌْ ِه ْم‬


131
“Dan janganlah kamu berduka cita terhadap mereka”. (QS. An-
Nahl: 127). Setelah kita mengetahui bahwasanya jangan kita
larut meratapi sesuatu yang telah berlalu dan yang telah
terjadi maka fokuskan apa yang sekarang ini kita berada
didalamnya.

Nabi Shallallahu „alaihi wasallam pernah berpesan kepada para


sahabat Ibnu Umar Radhiyallhu 'anhu kemudian berkata:”Jika
engkau berada di waktu pagi jangan engkau menunggu waktu
sore dan jika engkau berada diwaktu sore jangan engkau
menunggu waktu pagi”,

Salah satu penyakit yang harus kita obati adalah kata – kata
“Nanti, (menunda nunda)” sehingga ketika waktunya dicabut
barulah ia menyesal.

Memikirkan banyaknya kritikan dan pandangan negatif dari


orang lain

Bahkan Allah Subhanahu wata‟ala tidak lepas dari kritikan dan


celaan yang kufur kepadanya Sebagaimana yang Allah
Subhanahu wata‟ala sebutkan dalam Al-Qur'an:

َْ‫ط ْرن‬ َ َ‫س َم َاواتُ ٌَْتَف‬َ ‫ْتَ َكادُْال‬.ً‫شٌْئاًْ ِإ ّدا‬ ِ ‫ْلَمَد‬.ً‫نُْولَدا‬


َ ْ‫ْْجئْت ُ ْم‬ َ ‫ْالر ْح َم‬ َ َ‫َولَالُواْات َ َخذ‬
َ ً ‫ْولَدا‬
ْ‫ْو َما‬. َ ‫ْأَنْ َد َع ْواْ ِل‬.ً‫ْال ِج َبالُْهَ ّدا‬
َ ‫لر ْح َم ِن‬ ْ ‫ْوتَ ِخ ُّر‬
َ ‫ض‬ ُ ‫ْاْل َ ْر‬
ْ ‫ُْوتَنش َُّك‬
َ ‫ِم ْنه‬
ْ‫ضْإِ ََل‬ ِ ‫ِْو ْاْل َ ْر‬
َ ‫س َم َاوات‬ َ ‫ْإِنْ ُك ُّلْ َمنْفًِْال‬.ً‫لر ْح َم ِنْأَنٌَْت َ ِخذَْ َولَدا‬ َ ‫ٌَنبَ ِؽًْ ِل‬
‫ع َدهُ ْمْ َعدًّا‬
َ ‫ْو‬ َ ‫صاهُ ْم‬َ ‫ْلَمَدْْأ َ ْح‬.ً‫ًْالر ْح َم ِنْ َعبْدا‬
َ ِ‫آت‬
Dan mereka berkata:"Tuhan yang Maha Pemurah mengambil
(mempunyai) anak". Sesungguhnya kamu Telah mendatangkan
sesuatu perkara yang sangat mungkar, Hampir-hampir langit
pecah Karena Ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung
132
runtuh, Karena mereka menda'wakan Allah yang Maha Pemurah
mempunyai anak. Dan tidak layak bagi Tuhan yang Maha
Pemurah mengambil (mempunyai) anak. Tidak ada seorangpun
di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Tuhan yang
Maha Pemurah selaku seorang hamba. Sesungguhnya Allah
Telah menentukan jumlah mereka dan menghitung mereka
dengan hitungan yang teliti. (QS. Maryam: 88-94).

Dari Abi Musa Al-Asya‟ri Radhiyallahu 'anhu bahwa Nabi


Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Tidak ada seorangpun
yang lebih bersabar mendengar celaan selain Allah, mereka
mengatakan bahwa Dia memiliki anak kemudian Dia memaafkan
mereka dan memberikan rizki bagi mereka”.

Dalam Hadist Qudsi Dari Abi Hurairah Radhiyallahu 'anhu, Allah


Subhanahu wata'ala berfirman: Anak Adam telah
mendustakanku dan tidak sepantasnya dia melakukan hal
tersebut. Dia mencelaku padahal dia tidak pantas terhadap hal
tersebut. Adapun pendustaannya terhadapku adalah dia berkata:
Allah tidak akan mengembalikanku sebagaimana dia memulai
penciptaanku, padahal tidaklah awal penciptaan tersebut lebih
mudah daripada mengembalikannya. Adapun celaannya
terhadapku adalah dia mengatakan Allah memiliki anak, padahal
Aku adalah Zat Yang Esa dan segala sesuatu bergantung
kepadaKu, Aku tidak pernah melahirkan dan dilahirkan dan tidak
ada seorangpun yang setara denganKu”.

Imam Ahmad bin Hambal Rahimahullah setiap kali beliau masuk


ke negeri kufah atau baghdad dan berjumpa dengan salah
seorang dzimmi, (Dzimmi adalah orang kafir yang meminta
perlindungan pada pemerintahan kaum muslimin dan ia
membayar jisiyah yang wajib untuk dilindungi", Rasulullah
bersabda:”Barangsiapa yang menggangu kafir dzimmi sungguh
133
ia telah menggangguku dan siapa yang menggangguku sama
saja mengganggu Allah Subhanahu wata‟ala", namun ketika
beliau berjumpa dengan kafir dzimmi, imam Imam Ahmad bin
Hambal Rahimahullah beliau menundukkan pandangannya,
ketika ditanya:”Mengapa anda melakukan demikian?", beliau
berkata:”Saya tidak kuasa melihat wajah orang yang
mengatakan:”Allah Subhanahu wata‟ala itu beranak atau
diperanakkan” sebagaimana dalam hadist Qudsi yang
disebutkan oleh Allah Subhanahu wata‟ala .

Oleh karenanya apapun yang kita lakukan bersiaplah menerima


penilaian manusia, dan keridhaan manusia adalah tujuan yang
tidak mampu untuk dicapai, maka dari itu carilah keridhaan dari
Allah Subhanahu wata‟ala, selama kita yakin bahwa kita berjalan
diatas kebenaran maka bukti keikhlasan tidaklah kemudian
terlena dengan pujian orang yang memuji dan tidak surut
dengan celaan orang yang mencela.

Jika ingin mengetahui buah dari keikhlasan diatas kebaikan


sebagaimana kata para ulama kita:”Jangan anda terlena pujian
orang yang memuji dan anda tidak mundur ketika ada orang
yang mencela Anda".

Sofyan Atsaury Rahimahullah mengatakan:”Saya tidak khawatir


ketika orang – orang mencelaku yang saya khawatirkan ketika
mereka mulai memuji saya“.

jika ada yang mencela dan menggunjing kita maka jangan


pedulikan perkataan mereka jalan terus dan ini adalah salah
satu sikap yang harus dimiliki oleh seorang mukmin
sebagaimana Nabi Shallallahu „alaihi wasallam diperintahkan
oleh Allah Subhanahu wata‟ala didalam Al-Qur‟an agar beliau
ketika berjumpa dengan orang – orang jahil kemudian

134
berkata:”Qalu salama”. kemudian tidak memperdulikan dan juga
tidak perlu menyibukkan diri untuk membantah apa yang ia
katakan kepada kita.

Syaikh Isa Al Masmari beliau berkata:”Ada 2 golongan yang bisa


memperlambat laju perjalanan dakwah”.

1. Golongan yang senantiasa mencari – cari kesalahan dai dan


para ulama.
2. Golongan yang paling sibuk dengan golongan yang pertama
(sehingga potensi sia sia akhirya banyak hal yang semesti ia
kerjakan tetapi tersibukkan kepada hal-hal yang tidak
bermanfaat tersebut.

Jangan membiasakan diri untuk menunggu ucapan terima


kasih dari orang yang berbuat baik kepada kita bahkan

Rasulullah Shallallahu 'alaihi


wasallam mengatakan:“Barangsiapa yang berbuat baik
kepadamu maka balaslah kebaikan itu dan jika engkau tidak
mampu membalasnya maka doakan dan katakan jazakallahu
kahiran". Adapun jika kita yang melakukan kebaikan tersebut
maka mintalah balasan dari Allah Subhanahu wata‟ala dan kita
tidak menantikan sesuatu baik berupa pujian atau materi dari
apa yang telah kita kerjakan tersebut sampai dalam bentuk
penghargaan dan ini adalah sifat orang – orang sholeh yang
Allah Subhanahu wata‟ala sebutkan dalam Al-Qur‟an :

ً ‫ش ُك‬
‫ورا‬ َ ‫ُْم ْن ُك ْمْ َجزَ ا ًء‬
ُ ْ‫ْو ََل‬ َ ‫ّْللا‬
ِ ‫َِْلْنُ ِرٌد‬ ْ ُ‫إِنَ َماْن‬
َ ‫ط ِع ُم ُك ْمْ ِل َو ْج ِه‬
"Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah
untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki

135
balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih". (QS.
Al-Insan : 9).

Beriman kepada Al Qada dan Qadar

Segala sesuatu telah ditentukan oleh Allah Subhanahu wata‟ala.


Allah Subhanahu wata'ala berfirman:

ْ‫ْم ْنْلَ ْب ِل‬


ِ ‫ب‬ٍ ‫ْو ََلْفًِْأَ ْنفُ ِس ُك ْمْإِ ََلْفًِْ ِكتَا‬
َ ‫ض‬ ِ ‫ًْاْل َ ْر‬
ْ ِ‫صٌ َبةٍْف‬ِ ‫ْم ْنْ ُم‬ِ ‫اب‬
َ ‫ص‬ َ َ‫َماْأ‬
ٌْ ‫ىّْللاٌَِْ ِس‬
‫ٌر‬ َْ ِ‫أَ ْنْنَب َْرأَهَاْْۚإ‬
َ َ‫نْذَلِنَ ْ َعل‬
"Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak
pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab
(Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya.
Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah".
(QS. Hadid : 22).

Ubadah Ibn Shamit Radhiyallahu „anhu berkata:”Engkau tidak


akan merasakan lezatnya kehidupan sampai engkau meyakini
bahwasanya apa yang telah ditentukan untukmu tidak akan ada
yang mampu menghalanginya dan sebaliknya apa yang tidak
ditentukan untukmu maka tidak akan ada yang mampu
memberikannya kepadamu”.

Oleh karenanya serahkan segala sesuatunya kepada Allah


Subhanahu wata‟ala ketika segala usaha kita tempuh dan telah
kita memaksimalkan segala cara tersebut namun kenyataannya
tidak sesuai dengan yang kita inginkan maka kembalikan
semuanya kepada Allah Subhanahu wata‟ala, karena segala
yang terbaik adalah apa yang dipilihkan oleh Allah Subhanahu
wata‟ala, Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam bersabda:

‫منٌْردْهللاْبهْخٌراٌْصبْمنه‬
136
“Barangsiapa yang Allah inginkan kebaikan, Allah akan
memberinya musibah.” (HR. Al-Bukhari). Rasulullah melarang
kita ketika mengerjakan sesuatu namun tidak sesuai dengan
harapan kita lalu kita mengatakan”Andaikan, seandainya”,
karena kata Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam:”Kata-kata
andaikan membuka pintu syaithan” oleh karenanya apapun yang
terjadi katakan:”Segala Sesuatunya telah ditakdirkan oleh Allah
Subhanahu wata‟ala dan Allah Subhanahu wata‟ala melakukan
apapun yang ia kehendaki“.

Inilah beberapa hal yang apabila kita amalkan akan


melapangkan hati-hati kita bahkan musibah atau ujian akan
berubah menjadi nikmat karena kita mengharapkan ganjaran
dan pahala disisi Allah Subhanahu wata‟ala, kita hidup didunia
ini adalah merupakan tempat kita diuji oleh Allah Subhanahu
wata‟ala, dan kita akan kembali kepada Allah dan semoga Allah
Subhanahu wata‟ala ridho tatkala kita berjumpa dengannya.

Wallahu A‟lam Bish Showaab

Oleh : Ustadz Harman Tajang, Lc., M.H.I Hafidzahullahu


Ta‟ala (Direktur Markaz Imam Malik)

@Rabu, 06 Sya‟ban 1438 H

137
ISTIGHFAR SOLUSI SEGALA
KESULITAN
‫الرحِ ٌِم‬
‫الر ْح َم ِن ه‬
‫َّللا ه‬
ِ ‫بِس ِْم ه‬

Diantara amalan yang banyak dilakukan oleh Rasulullah


Shallalahu „alaihi wasallam yaitu beristighfar memohon ampun
kepada Allah Subhanahu wata‟ala, terkadang dalam suatu
majelis beliau beristighfar sampai 70 kali, dalam riwayat yang
lain disebutkan sampai 100 kali, padahal Rasulullah Shallallahu
„alaihi wasallam adalah seorang Nabi yang ma‟sum, yang telah
dijaga oleh Allah dan telah mendapatkan jaminan ampunan dari
Allah, Rasulullah memerintahkan kepada para sahabat dan
kepada para ummatnya untuk banyak beristighfar memohon
ampun kepada Allah Subhanahu wata‟ala.

Allah memerintahkan beliau untuk beristighfar dan memohonkan


ampun untuk ummat beliau, baik mukmin laki – laki maupun
mukmin perempuan dan apa yang dilakukan oleh Rasulullah
Shallallahu „alaihi wasallam adalah merupakan contoh bagi kita,
kalau saja Rasulullah ma‟sum dan banyak mengucapkan
istighfar apatahlagi kita yang belum ada jaminan ampunan dari
Allah Subhanahu wata‟ala.

Istighfar Para Nabi dan Rasul

Banyak beristighfar adalah merupakan amalan yang banyak


dilakukan oleh Nabi – Nabi terdahulu sebelum Rasulullah
Shallallahu „alaihi wasallam, bahkan ketika Nabi Adam
„Alaihisalam melanggar janji Allah Subhanahu wata‟ala
kemudian ia lupa dengan janji yang ia telah Allah ambil darinya.

138
Lalu Allah Subhanahu wata‟ala mengeluarkan beliau bersama
istrinya hawa dan diturunkan ke dunia, diantara yang dilakukan
beliau ketika diturunkan kedunia beliau banyak beristighfar
kepada Allah Subhanahu wata‟ala, istighfar beliau diabadikan
oleh Allah Subhanahu wata‟ala didalam Al-Qur‟an:

ْ َ‫ْمن‬
َْ‫ْالخَا ِس ِرٌن‬ ِ ‫َاْو ِإ ْنْلَ ْمْتَ ْؽ ِف ْرْلَنَاْ َوتَ ْر َح ْمنَاْلَنَ ُكون ََن‬
َ ‫سن‬ َ ُ‫ظلَ ْمنَاْأَ ْنف‬
َ ْ‫ْربَنَا‬
َ ‫لَ َاَل‬
Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri
kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan
memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk
orang-orang yang merugi". (QS. Al-Araf :23).

Disebutkan selama berpuluh tahun beliau senantiasa beristighfar


kepada Allah Subhanahu wata‟ala, begitupula dengan Nabi Nuh
„Alaihisalam ucapan permohonan ampun beliau diabadikan
didalam Al-Qur‟an:

ِْ‫ْو ْال ُمإْ ِمنَات‬


َ َ‫اْو ِل ْل ُمإْ ِمنٌِن‬
َ ً‫ًْ ُمإْ ِمن‬
َ ِ‫ْو ِل َم ْنْ َد َخلَْبَ ٌْت‬
َ ‫ي‬ َ ‫َربّ ِْا ْؼ ِف ْرْ ِل‬
َ ‫ًْو ِل َوا ِل َد‬
‫ارا‬ َ ‫َو ََلْتَ ِزد‬
ً َ‫ِْالظالِمٌِنَ ْ ِإ ََلْتَب‬
"Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk
ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman
laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi
orang-orang yang zalim itu selain kebinasaan". (QS. Nuh :28).

Begitu pula Nabi Nuh 'Alaihisalam ketika meminta kepada Allah


Subhanahu wata‟ala agar memasukkan anaknya sebagai
golongan hamba yang sholeh, dengan prasangka Nabi Nuh
kepada Allah Subhanahu wata‟ala lalu Allah kemudian
berkata:”Dia itu tidak termasuk keluargamu wahai Nuh”, Nabi
Nuh kemudian memohon ampun kepada Allah Subhanahu
wata‟ala dengan berkata:
139
َ ْۖ‫ْسْ ِلًْبِ ِهْ ِع ْل ٌْم‬
ًْ‫ْو ِإ ََلْتَ ْؽ ِف ْرْ ِل‬ َ ٌَ‫عوذُْبِنَ ْأَ ْنْأَسْؤَلَنَ ْ َماْل‬ُ َ‫َْربّ ِْ ِإنًِّْأ‬
َ ‫لَال‬
ْ َ‫ْمن‬
َْ‫ْالخَا ِس ِرٌن‬ ِ ‫َوتَ ْر َح ْمنًِْأَ ُك ْن‬
Nuh berkata: Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung
kepada Engkau dari memohon kepada Engkau sesuatu yang
aku tiada mengetahui (hakekat)nya. Dan sekiranya Engkau tidak
memberi ampun kepadaku, dan (tidak) menaruh belas kasihan
kepadaku, niscaya aku akan termasuk orang-orang yang
merugi". (QS. Hud : 47).

Nabi Musa 'Alaihissalam ketika ia tidak sengaja membunuh


seseorang , ia kemudian berkata:

ْ‫ْالر ِحٌ ُم‬


َ ‫ور‬ ْ ‫ظلَ ْمتُ ْنَ ْف ِسًْفَا ْؼ ِف ْرْ ِلًْْفَؽَفَ َرْلَهُْْۚإِنَهُْه َُو‬
ُ ُ‫ْالؽَف‬ َ ًّْ‫َْربّ ِْإِ ِن‬
َ ‫لَال‬
Musa mendoa: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah
menganiaya diriku sendiri karena itu ampunilah aku". Maka Allah
mengampuninya, sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang". (QS. Qasas : 16). Lalu Allah
Subhanahu wata‟ala mengampuni dosanya.

Saat Allah Subhanahu wata‟ala memvonis iblis la‟natullah


dengan laknat sampai pada hari kiamat dan tempatnya telah
ditetapkan didalam neraka maka ia kemudian
bersumpah dihadapan Allah:

Sesungguhnya syaitan telah berkata:”Demi kemulian-Mu ya


Allah, aku terus-menerus akan menggoda hamba-hamba-Mu
selagi roh mereka ada dalam badan mereka (masih hidup)".
Maka Allah menimpalinya:”Dan demi kemuliaan dan keagungan-
Ku, Aku senantiasa mengampuni mereka selama mereka
memohon ampunan (beristighfar) kepada-Ku."(HR. Ahmad dan
Al-Hakim).
140
Tiga Kisah Buah Dari Istighfar

Imam Al-Qurthubi Rahimahullah menyebutkan dari Ibnu Subaih


Rahimahullah, bahwasanya dia berkata: “Ada seorang yang
mengadu musim paceklik kepada Hasan Al-
Bashri Rahimahullah”,

Hasan Al Bashri Rahimahullah berkata:"Istighfarlah engkau


kepada Allah”.

Ada lagi yang mengadu bahwa dia miskin, Hasan Al-


Bashri Rahimahullah tetap menjawab:"Mintalah ampun kepada
Allah”. Lain lagi orang yang ketiga, ia berkata:"Doakanlah saya
agar dikaruniai anak". Hasan Al-Bashri Rahimahullah tetap
menjawab:"Mintalah ampunan kepada Allah.‟ Kemudian ada
juga yang mengadu bahwa kebunnya kering. Hasan Al-
Bashri Rahimahullah tetap menjawab:"Mohonlah ampun kepada
Allah”.

Melihat hal itu, Rabii‟ bin Subaih bertanya:"Tadi orang-orang


berdatangan kepadamu mengadukan berbagai permasalahan,
dan engkau memerintahkan mereka semua agar beristighfar,
mengapa demikian?", Hasan Al-
Bashri Rahimahullah menjawab:" Aku tidak menjawab dari diriku
pribadi, karena Allah Subhanahu wa Ta‟ala telah mengatakan
dalam firman-Nya (yang artinya)".

“Maka, Aku katakan kepada mereka:"Mohonlah ampunan


kepada Rabb-mu, -seseunnguhnya dia adalah Maha
Pengampun, niscaya dia akan mengirimkan hujan kepadamu
dengan lebat. Dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan
mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di
dalamnya) untukmu sungai-sungai". (QS. Nuh: 10-12).

141
Imam Ahmad bin Hanbal ingin menginap di sebuah masjid,
dimana beliau berniat untuk menghabiskan malamnya
disana. Namun penjaga masjid tidak mengenali siapa beliau,
sehingga ketika beliau meminta izin untuk berada di dalam
masjid hingga datangnya waktu shubuh, sang penjaga masjid
menolaknya. Meskipun Imam Ahmad bin Hanbal sudah berulang
kali membujuk sang penjaga masjid untuk diizinkan bermalam,
namun keputusan dari penjaga masjid agaknya tidak dapat di
ganggu gugat. Akhirnya Imam Ahmad keluar dari area masjid
dan beliau terpaksa mencari tempat bermalam di lain tempat.
Ketika beliau keluar area masjid, kebetulan lewatlah seorang
tukang penjual roti keliling. Tukang roti merasa iba kepada Imam
Ahmad sampai diusir oleh penjaga masjid. Ketika Imam Ahmad
menceritakan yang dialaminya kepada tukang roti, si tukang roti
akhirnya menawarkan Imam Ahmad Untuk menginap di
rumahnya, Imam Ahmad lantas menerima tawaran tersebut.

Di rumah pembuat roti, Imam Ahmad di jamu dengan baik


layaknya seorang tamu. Imam Ahmad tidak mengenalkan dirinya
bahwa dirinya adalah ulama besar yang tersohor. Lalu setelah
beberapa saat bercengkrama si pembuat roti mempersilahkan
Imam Ahmad untuk beristirahat. Sementara ia sendiri
menyiapkan adonan roti untuk dijual esok hari. Lalu ada yang
menarik perhatian Imam Ahmad dari si pembuat roti ini. Si
pembuat roti bekerja sambil melantunkan istighfar. Ia terus
beristighfar sampai pekerjaannya selesai. Hal ini didengar oleh
Imam Ahmad sehingga membuat beliau terkesan.

Imam Ahmad penasaran kemudian bertanya kepada si pembuat


roti:"Semalam terdengar olehku lantunan istighfar yang terus
menerus engkau baca ketika sedang membuat roti. Katakanlah
kepadaku wahai tuan, apakah engkau mendapatkan sesuatu
dari istighfar yang engkau baca?".
142
Si pembuat roti lalu menjawab:"Ya begitulah adanya sungguh
saya benar-benar telah mendapatkan faidah dari keutamaan
melazimkan istighfar. Demi Allah, sejak saya melazimkan
istighfar, saya tidak memohon sesuatu kepada Allah kecuali
pasti dikabulkan. Doa saya selalu diijabah oleh allah. Hanya ada
satu doa yang belum dikabulkan sampai saat ini." Imam Ahmad
bertanya:"apakah itu?". Si pembuat roti berkata: "Aku ingin dapat
bertemu dengan ulama paling tersohor saat ini yaitu Imam
Ahmad bin Hanbal!"

Mendengar hal tersebut, Imam Ahmad tersenyum. Tampaknya


beliau sudah mengerti hikmah diusirnya beliau dari masjid
kemarin malam. Allah Subhanahu wata'ala mengabulkan doa si
pembuat roti dengan perantara peristiwa semalam sampai pada
akhirnya beliau bertemu dengan si penjual roti.

Kemudian Imam Ahmad berkata:"Wahai tuan, saya lah Imam


Ahmad bin Hanbal. Demi Allah, Allah-lah yang mengaturku
sehingga bisa bertemu denganmu". Subhanallah. Begitu
istimewanya istighfar ini sehingga Allah berkenan untuk
mengabulkan setiap permohonan dari hambanya".(Sumber :
Tabloid kisah hikmah).

Seorang Syaikh pernah bercerita tentang seorang wanita yang


ditinggal mati oleh suaminya, ia memiliki anak yang banyak dan
suaminya tidak menyisakan warisan untuk menghidupi istri dan
anak –anaknya yang ia tinggalkan, kecuali sepetak tanah yang
tak satupun orang meliriknya.

143
Ketika ia datang kepada Syaikh menyampaikan kesulitan
hidupnya, Syaikh berwasiat kepadanya:”Perbanyaklah istighfar
kepada Allah Subhanahu wata‟ala niscaya Allah akan
memberikan kepadamu jalan keluar”, lalu wanita ini kemudian
terus beristighfar kepada Allah Subhanahu wata‟ala, tidak
pernah putus asa untuk menunggu pertolongan Allah.

Diantara ibadah yang paling agung adalah dengan menunggu


jalan keluar dari Allah Subhanahu wata‟ala dengan hati yang
senantiasa berbaik sangka kepadanya.

Beberapa bulan kemudian tanah yang ia miliki yang tak satupun


ada yang meliriknya masuk dalam perencanaan kota untuk
pembuatan jalan tol yang menghubungkan antara makkah dan
madinah, ia kemudian mendapatkan ganti dari tanah tersebut
dengan miliyaran real, ia gunakan uang tersebut untuk mebiayai
anaknya hingga besar dan menikah, kemudian ia memiliki
Markaz Tahfidz, Darul Aitam, Panti Asuhan.

Lihatlah bagaimana Allah Subhanahu wata‟ala memberikan


kepadanya jalan keluar dari istighfar yang senantiasa ia
ucapkan. Perbanyaklah istighfar kepada Allah Subhanahu
wata‟ala agar Allah menurunkan rahmatnya dan memberikan
jalan keluar dari setiap kesulitan dunia, karena setiap istighfar
yang diucapkan akan menggugurkan dosa – dosa kita.

Dosa Sebagai Sebab Kesulitan

Barangsiapa diantara kita yang diperhadapkan dengan


permasalahan yang sulit maka cobalah renungi dosa – dosa kita
sambil mengucapkan istighfar, sehingga dengan istighfar yang
kita ucapkan Allah memberikan kepada kita jalan keluar dari
setiap permasalahan hidup yang kita hadapi, tidak ada musibah

144
yang terjadi melainkan karena ulah dari tangan kita sendiri, Allah
Subhanahu wata‟ala berfirman:

ْ‫تْأَ ٌْدٌِ ُك ْم‬ َ ‫صٌ َبةٍْفَ ِب َماْ َك‬


ْ ‫س َب‬ ِ ‫ْم ْنْ ُم‬ َ َ‫َو َماْأ‬
ِ ‫صا َب ُك ْم‬
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah
disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah
memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).”
(QS. Asy - Syuraa: 30).

Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam menyebutkan dalam


hadist:

ْ‫ك‬ ِ ‫ْو ِم ْنْ ُك ِّل‬،‫ا‬


ٍ ٌ‫ْض‬ ِ ‫َّْللاُْلَه‬
َ ‫ُْم ْنْ ُك ِّلْه ٍ َّمْفَ َر ًج‬ َ ‫ار؛ْ َج َعل‬ ِ َ‫ْاَل ْستِ ْؽف‬
ِ ‫ْم ْن‬ِ ‫َم ْنْأَ ْكثَ َر‬
ُ ٌ‫ح‬
َ ‫ْث‬
ُْ ‫َْلْ ٌَ ْحت َ ِس‬
‫ب‬ َْ ْ‫ُْم ْن‬ ِ ‫ْو َرزَ لَه‬،‫ا‬
َ ‫َم ْخ َر ًج‬
“Barang siapa memperbanyak istighfar; niscaya Allah
memberikan jalan keluar bagi setiap kesedihannya, kelapangan
untuk setiap kesempitannya dan rizki dari arah yang tidak
disangka-sangka”. (HR. Ahmad dari Ibnu Abbas
dan sanadnya dinilai sahih oleh al-Hakim serta Ahmad
Syakir).

ُ ‫ْو ْاْل َ ْر‬


ْ‫ض‬ َ ُ‫س َم َاوات‬ ُ ‫ْو َجنَةٍْ َع ْر‬
َ ‫ض َهاْال‬ َ ‫ْر ِّب ُك ْم‬ ِ ‫عواْ ِإلَىْ َم ْؽ ِف َرة‬
َ ‫ٍْم ْن‬ ُ ‫ار‬
ِ ‫س‬
َ ‫َو‬
ْ ‫أ ُ ِعد‬
َْ‫َتْ ِل ْل ُمتَ ِمٌن‬
"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan
kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang
disediakan untuk orang-orang yang bertakwa". (QS. Ali Imran :
133).

Ciri Orang Bertakwa


145
Diantara ciri orang yang bertakwa apabila ia terjatuh dalam
perbuatan dosa ia senantiasa beristighfar dan kembali kepada
Allah Subahnahu wata‟ala dan tidak larut dalam kemaksiatan
tersebut dan tidak ada yang mengampunkan dosa – dosa
kecuali Allah Subhanahu wata‟ala

Lukmanul hakim pernah berpesan kepada anaknya:“Wahai


anakku perbanyaklah engkau beristighfar kepada Allah,
usahakan lisanmu senantiasa basah dengan istighfar karena
sesungguhnya Allah memiliki waktu – waktu dimana Allah
mengabulkan permohonan dan doa hambanya pada saat itu
engkau meminta ampun kepada Allah Subhanahu wata‟ala dan
Allah mengampunkan dosa-dosamu dan engkau akan
mendapatkan keberuntungan didunia dan diakhirat". Setelah
melakukan keta‟atan kepada Allah Subahnahu wata‟ala, Allah
memerintahkan kita untuk beristighfar, karena boleh jadi istighfar
yang kita lakukan belum sesuai dengan yang diinginkan oleh
Allah Subhanahu wata‟ala.

Setelah selesai melaksanakan sholat 5 waktu dimana


didalamnya kita ruku, sujud, bertasbih, berdzikir, tilawah Al-
Qur‟an, mempersembahkan diri kepada Allah dan setelah
memberi salam kita beristighfar kepada Allah Subahnahu
wata‟ala padahal kita baru selesai mengerjakan sholat bukan
mengerjakan maksiat kepada Allah Subhanahu wata‟ala.

Ketika para jama‟ah haji wukuf dipadang arafah yang merupakan


hari yang paling mulia dan puncak ibadah haji adalah wakuf di
arafah Allah menyebutkan didalam Al-Qur‟an setelah kembali
dari padang arafah:“Mohon ampunlah kalian kepada Allah
Subhanahu wata‟ala”.

146
Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam setelah
menyempurnakan risalah dan tugas yang diamanahkan kepada
beliau maka turunlah diantara surah yang terakhir yang diberikan
kepada Nabi Muhammad Shallallahu „alaihi wasallam yang kata
Ibnu Abbas merupakan isyarat semakin dekatnya ajal Rasulullah
Shallallahu „alaihi wasallam yaitu Surah An Nashr:

ْ،‫ّْللاِْأَ ْف َوا ًجا‬


َْ ‫ٌِن‬ َ َ‫ْو َرأٌَْتَ ْالن‬،
ِ ‫اسْ ٌَ ْد ُخلُونَ ْفًِْد‬ َ ‫ِْو ْالفَتْ ُح‬ َ ‫ّْللا‬
َ ‫ص ُر‬ْ َ‫ِإذَاْ َجا َءْن‬
‫ْوا ْستَ ْؽ ِف ْرهُْْۚإِنَهُْ َكانَ ْتَ َوابًا‬
َ َ‫ِْربِّن‬ َ َ‫ف‬
َ ‫سبِّ ْحْبِ َح ْمد‬
"Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. Dan
kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-
bondong. Maka bertasbihlah dengan memuji Rabbmu dan
mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha
Menerima taubat". (QS. An-Nashr : 1-3).

Beliau diperintahkan oleh Allah Subhanahu wata‟ala untuk


banyak bertasbih dan beristighfar, para sahabat Nabi
mengatakan diantara ucapan yang paling banyak diucapkan
oleh Rasulullah diakhir – akhir hidup beliau adalah:"Subhanallah
dan Astaghfirullahaldzhim".

Dalam riwayat disebutkan :”Sungguh beruntung orang – orang


yang pada hari kiamat nanti pada catatan amalannya tertulis
banyak istighfar”.

Istighfar adalah merupakan alamat bagi orang – orang yang


senantiasa kembali kepada Allah Subhanahu wata‟ala yang
mengisi malam – malamnya dengan banyak memohon ampun.
Allah Subhanahu wata‟ala berfirman:

ِ ‫ْو ْال ُم ْستَ ْؽِْف ِرٌنَ ْبِ ْاْل َ ْس َح‬


ْ‫ار‬ َ َ‫ْو ْال ُم ْن ِفمٌِن‬
َ َ‫ْو ْالمَانِتٌِن‬
َ َ‫صا ِدلٌِن‬
َ ‫ْوال‬
َ َ‫صابِ ِرٌن‬
َ ‫ال‬
147
"(yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat,
yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon
ampun di waktu sahur". (QS. Ali-Imran : 17).

Mari perbanyak istighfar pada setiap kondisi dan keadaan,


baik pada saat kita berada dimanapun hendaknya lisan kita
senantiasa basah dengan banyak berdzikir dan beristighfar
kepada Allah Subhanahu wata‟ala, karena dengan banyak
beristighfar Allah mengampuni dosa dan memudahkan segala
urusan kita.

Wallahu A‟lam Bish Showaab

Oleh : Ustadz Harman Tajang, Lc., M.H.I Hafidzahullahu


Ta‟ala (Direktur Markaz Imam Malik)

@Selasa, 17, Syawal 1438 H

148
JANJI ALLAH UNTUK
YANG BERSABAR

Syeikh Umar Al Muqbil Hafidzahullah mengambil penggalan


ayat dalam Surah An Nisa, Allah Subhanahu wata‟ala berfirman

ً ِ‫َّْللاُْفٌِ ِهْ َخٌ ًْراْ َكث‬


‫ٌرا‬ َ ‫اْوٌَ ْجعَل‬ َ ْ‫سىْأَ ْنْتَ ْك َرهُوا‬
َ ً‫ش ٌْئ‬ َ َ‫فَإِ ْنْ َك ِر ْهت ُ ُموه َُنْفَع‬
“Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka
bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu,
padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak”. (QS.
An Nisa :19).

Jadi dibalik musibah ada kabaikan yang diinginkan oleh Allah


Subhanahu wata‟ala untuk kita , begitu pula dibalik sesuatu yang
kita benci kemudian terjadi dan tidak kita harapkan, cita-citakan
dan inginkan ada kebaikan yang dinginkan oleh Allah
Subhanahu wata‟ala.

Syaikh Umar Al Muqbil Hafidzahullah mengatakan jika kita


merenungi ayat ini sebagaimana yang terdapat pada surah
annisa ayat ke 19 adalah berkaitan dengan perasaan karena
ayat ini menunjukkan seorang suami yang terpaksa berpisah
dengan istrinya yang tidak bisa melanjutkan kehidupan rumah
tangganya. tentu dibalik perpisahan itu adalah sesuatu yang
menyakitkan, namun Allah Subhanahu wata‟ala mengatakan
mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, Padahal Allah
Subhanahu wata‟ala menjadikan padanya kebaikan yang
banyak. Kemudian Syeikh Umar Al Muqbil Rahimahullah

149
mengatakan:”jika kita mentadabburi ayat ini terkadang ada
musibah yang menimpa tubuh dan jasad kita, begitu pula
dengan perasaan kita dan terkadang pula sakit hati, dan
begitupun agama kita yang mengharuskan jihad dijalan Allah,
begitu pula dengan dunia kita seperti muamalah, keseharian kita
dengan sesama manusia atau dengan pasangan-pasangan kita,
kesemuanya diajarkan oleh Allah Subhanahu wata‟ala agar
kemudian kita menyerahkan sepenuhnya kepada-Nya. Oleh
karenanya sifat yang harus dimiliki oleh seorang hamba dalam
menghadapi hal yang seperti ini adalah dengan kesabaran

Allah Subhanahu wata‟ala berfirman:

ْ‫ْو ْاْل َ ْنفُ ِس‬


َ ‫ْاْل َ ْم َوا ِل‬
ْ َ‫ْمن‬ ِ ‫ص‬ َ ِ‫ْو ْال ُجوع‬
ٍ ‫ْونَ ْم‬ َ ‫ؾ‬ ِ ‫ْالخ َْو‬ ْ َ‫ْمن‬ ِ ٍ‫ًَء‬ ْ ‫َولَنَ ْبلُ َونَ ُك ْمْبِش‬
ْ‫ِْو ِإنَا‬ َ ِ َ‫صٌبَةٌْلَالُواْ ِإن‬
َ ‫اَّْلل‬ ِ ‫صابَتْ ُه ْمْ ُم‬َ َ ‫صابِ ِرٌنَ ْالَذٌِنَ ْ ِإذَاْأ‬ َ ‫ش ِرْال‬ َ ِْ‫َوالثَ َم َرات‬
ّ ِ َ‫ْوب‬
ْ‫ْۖوأُولَئِنَ ْهُ ُم‬َ ٌْ‫ْو َر ْح َمة‬ ِ ٌ‫صلَ َوات‬
َ ‫ْم ْن‬
َ ‫ْر ِبّ ِه ْم‬ َ ْ‫اجعُونَ ْأُولَئِنَ ْ َعلَ ٌْ ِْه ْم‬ ِ ‫ْر‬َ ‫ِإلَ ٌْ ِه‬
َْ‫ْال ُم ْهتَدُون‬
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan
sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-
buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang
yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah,
mereka mengucapkan, „Innalillaahi wa innaa ilaihi raaji‟uun
(sesungguhnya kami berasal dari Allah, dan kepada-Nya pula
kami kembali).‟ Mereka itulah yang mendapat keberkahan yang
sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah
orang-orang yang mendapat petunjuk” (QS. Al-Baqarah: 155-
157).

Orang yang bersabar Allah Subhanahu wata'ala menjanjikan


untuknya dengan tiga Hal, diatas tiga hal, pada tiga hal.

150
Penjelasan: Allah menjanjikan 3 hal bagi orang yang tertimpa
musibah yaitu:

1. Mereka akan mendapatkan pujian dari tuhan mereka.


2. Rahmat (kasih sayang) dan ketenangan yang Allah
Subhanahu wata'ala turunkan kepada hatinya.
3. Pasrah dengan musibah tersebut, dan mereka adalah orang –
orang yang mendapatkan hidayah dan petunjuk.

Diatas 3 hal yaitu ketika seorang hamba tertimpa musibah


dimana kondisi dan keadaan serta hati dan perbuatannya
menunjukkan sifat pasrahnya kepada Allah Subhanahu wata‟ala
yaitu:

1. Ketika ia tertimpa musibah ia berkata innalillahi wainna ilaihi


rojiun bagi mereka yang mengucapkannya.
2. Bersabar dengan hatinya.
3. mengumpulkan antara perbuatan dan ucapan dalam
sholatnya.

Pada 3 hal yaitu ketika hidup seorang hamba ditimpa 3 hal:

1. Ujian jasad
2. Ujian harta
3. Ujian jiwa

Dibalik semua musibah Allah Subhanahu wata‟ala telah


menyiapkan pahala yang sangat besar, meraka akan
menadapatkan pujian dari tuhan mereka sebagaimana
perkataan Abu „Aliyah Rahimahullah makna dari”Shalawatu
mirrabbihim” sholawat dari Tuhan mereka adalah pujian Allah
Subhanahu wata‟ala kepada hambanya ditempat yang tertinggi
dihadapan para malikat kemudian dia akan disayangi oleh Allah
Subhanahu wata‟ala lalu Allah Subhanahu wata'ala menurunkan
151
ketenangan di dalam hatinya ketika ia pasrahkan segalanya
kepada Allah Subhanahu wata‟ala, dan mereka adalah orang –
orang yang senantiasa mendapatkan hidayah dan petunjuk dari
Allah Subhanahu wata‟ala

Syeikh Umar Al Muqbil Hafidzahullah kemudian menyebutkan


contoh kisah yang berkaitan dengan ayat pada Surah An Nisa :
19.

Kejadian yang menimpa ummu salamah beliau adalah ibunya


kaum muslimin istri Nabi Shallallahu „alaihi wasallam dinikahi
oleh Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam setelah suaminya
abu salamah meninggal, keluarga abu salamah adalah keluarga
yang pertama hijrah kemadinah namun mereka tidak behijrah
bersama – sama karena orang kafir quraisy memisahkan antara
ummu salamah dan abu salamah maka berangkatlah abu
salamah menuju madinah dan tinggallah ummu salamah
kemudian beliau mendapatkan intimidasi dari orang – orang
quraisy dan abu salamah ini sayang kepada keluarganya kepada
istri dan anak – anaknya karena beliau sangat baik perilakunya
pada ummu salamah dan ketika ummu salamah bersama anak –
anak nya menuju madinah kembali mereka di pertemukan oleh
Allah Subhanahu wata'ala namun Allah Subhanahu
wata'ala menakdirkan lain tidak lama kemudian abu salamah
meninggal dunia Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam
kemudian mengajarkan kepada ummu salamah untuk membaca
doa apabila tertimpa musibah:

“Ya Allah berilah aku pahala pada musibah yang menimpaku


dan berilah aku ganti dengan yang lebih baik dari apa yang
engkau ambil dariku”. Namun pada saat itu ummu salamah
masih ragu mengucapkan doa tersebut karena begitu sayangnya
kepada suaminya abu salamah namun karena keimanannya
152
kepada Nabi Shallallahu „alaihi wasallam ia kemudian
mengucapkannya akan tetapi dalam hatinya masih bertanya –
tanya adakah lelaki yang lebih baik dari abu salamah yang
begitu penyayang kepada istri dan anaknya namun beliau
mengucapkannya dengan keyakinan karena hal ini datang dari
Nabi Shallallahu „alaihi wasallam dan ternyata setelah habis
masa iddahnya datanglah utusan dari Nabi Shallallahu „alaihi
wasallam untuk melamar beliau dan adakah suami yang lebih
baik dari Nabi Shallallahu „alaihi wasallam akhirnya ummu
salamah menjadi istri manusia terbaik dialah Nabi Shallallahu
„alaihi wasallam.

Kesimpulan dari Qa'idah ini adalah, mulai detik ini jangan lagi
ada yang pernah larut dalam kesedihan silahkan bersedih
namun jangan larut dalam kesedihan dan gantungkan harapan
kita kepada Allah Subhanahu wata‟ala, berbaik sangka kepada
Allah Subhanahu wata‟ala karena tidak ada sesutupun yang
menimpa manusia melainkan kebaikan yang diinginkan oleh
Allah Subhanahu wata‟ala walaupun pada awal dan zahirnya
adalah sesuatu yang buruk dimata kita ingatlah dibalik itu
Allah Subhanahu wata‟ala menyiapkan pengampunan dosa,
diangkat derajat kita disisi Allah Subhanahu wata‟ala yang
kemudian Allah Subhanahu wata‟ala menggantikan dengan yang
lebih baik disisinya, oleh karenanya dalam riwayat disebutkan
kelak dihari kiamat orang yang mendapatkan musibah dan ujian
dan melihat pahala yang telah disiapkan oleh Allah Subhanahu
wata‟ala ia kemudian berkata:”Aduhai andaikan hidupku
dipenuhi dengan musibah dan ujian”, karena telah disiapkan
pahalanya disisi Allah Subhanahu wata‟ala.

Wallahu A'lam Bish Showaab

153
Oleh : Ustadz Harman Tajang, Lc., M.H.I Hafidzahullahu
Ta‟ala (Direktur Markaz Imam Malik)

@Ahad , 16 Rabiul Akhir 1438 H

154
KABAR GEMBIRA YANG
MENJAGA SHOLAT SUBUH
‫الرحِ ٌِم‬
‫الر ْح َم ِن ه‬
‫َّللا ه‬
ِ ‫بِس ِْم ه‬

Keutamaan Sholat Subuh Berjama'ah

Waktu subuh adalah waktu yang secara khusus didoakan oleh


Nabi Shallallahu „alaihi wasallam:

ِ ‫ار ْنْْل ُ َمتِىْفِىْبُ ُك‬


‫ورهَا‬ ِ َ‫اللَ ُه َمْب‬
“Ya Allah, berkahilah umatku di waktu paginya.” (HR. Abu Daud
no. 2606, Tirmidzi no. 1212 dan Ibnu Majah no. 2236. Syaikh
Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Seorang ulama pernah ditanya:”Mengapa waktu subuh begitu


sejuk, kita merasakan ketenangan", beliau menjawab:"Karena
waktu subuh bersih dari nafas orang – orang munafik”.

Bahkan dizaman Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam,


seorang sahabat pernah berkata:”Kami dizaman Nabi ketika ada
yang tidak kemasjid terutama melaksanakan sholat
berjama‟ah diwaktu subuh kami berburuk sangka kepadanya”.

Allah Memilih Hambanya dengan Hidayah dan Petunjuk

Allah Subhanahu wata‟ala memilih diantara hambanya untuk


mengerjakan sholat diwaktu subuh dari sekian banyak manusia
yang lalai dan diwaktu subuh tersebut.
155
Kita sering melihat seorang muslim disiang hari mampu
mengangkat beban yang begitu berat bahkan berkilo – kilo
namun ketika diwaktu subuh kain sarung dan selimut yang
begitu ringan dan tipis tidak mampu ia angkat padahal beratnya
hanya beberapa ons.

Apa sebab dari semua ini tiada lain adalah merupakan taufik dan
hidayah dari Allah Subhanahu wata‟ala. Oleh karenanya
penghuni surga ketika mereka memasuki surga ucapan pertama
mereka diabadikan oleh Allah Subhanahu wata‟ala dalam Al-
Qur‟an, Allah Subhanahu wata‟ala berfirman:

َ ‫ِيْلَ ْو ََلْأَ ْنْ َه َدان‬


ْْ‫َاّْللاُْْۖلَمَد‬ َ َ‫َُّْللْالَذِيْهَ َدانَاْ ِل َهذ‬
َ ‫اْو َماْ ُكنَاْ ِلنَ ْهتَد‬ ْ ُ‫َولَال‬
َِْ ِ ‫واْال َح ْمد‬
ِّْ ‫ُْربِّنَاْبِ ْال َح‬
‫ك‬ َ ‫سل‬ ُ ‫ْر‬ُ ‫ت‬ْ ‫َجا َء‬
“Segala puji bagi Allah yang telah memberi hidayah kami ke
(Surga) ini, dan kami tidak akan mendapat hidayah (ke Surga)
kalau sekiranya Allah tidak menunjukkan kami”. (QS. Al-A‟raaf:
43).

Kita pergi kemasjid untuk mengerjakan sholat berjama'ah


bukanlah sesuatu yang kebetulan akan tetapi merupakan
hidayah dan petunjuk dari Allah Subhanahu wata‟ala yang mesti
harus kita syukuri dan jaga serta meningkatkan lagi dengan baik,
dan kita harus hadirkan dalam diri kita bahwasanya kita adalah
hamba yang lemah dihadapan Allah Subhanahu wata‟ala yang
andaikan bukan karena Allah maka kita akan menjadi hamba
yang binasa.

Allah Menjaga Hamba yang Sholat Subuh Bejama'ah

Dalam hadist Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam bersabda:

156
‫ْرواهْمسلم‬.‫منْصلىْالصبحْفهوْفًْذمةْهللا‬
“Barangsiapa yang shalat shubuh maka dirinya dalam
perlindungan Allah”. (HR. Muslim).

Kita akan dijaga oleh Allah Subhanahu wata‟ala dan ketika Allah
Subhanahu wata‟ala menjaga kita maka janganlah takut dan
sedih kepada apapun dan siapapun karena Allah Subhanahu
wata‟ala menegaskan:

َ ٌَ‫ْالؽ‬
ْ‫ْب‬ ْ ‫ْولَ ْوْ ُكنتُ ْأَ ْعلَ ُم‬ ّ ْ‫ض ّراًْإَِلَْ َماْشَاء‬
َ ُ‫ّللا‬ َ َْ‫ْوَل‬ َ ً ‫لُلَْلَْأَ ْم ِلنُ ْ ِلنَ ْف ِسًْنَ ْفعا‬
ْ‫ٌر ِْلّمَ ْو ٍم‬
ٌ ‫ْوبَ ِش‬ ٌ ‫ًْالسُّو ُءْ ِإ ْنْأَنَاْْ ِإَلَْنَذ‬
َ ‫ٌِر‬ َ ِ‫سن‬ ْ َ‫ْمن‬
َ ‫ْال َخٌ ِْر‬
َ ‫ْو َماْ َم‬ ِ ُ‫َلَ ْستَ ْكثَ ْرت‬
َْ‫ٌُإْ ِمنُون‬
Katakanlah: “Aku tidak berkuasa menarik kemanfa‟atan bagi
diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang
dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib,
tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku
tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah
pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-
orang yang beriman”. (QS. Al-Araf : 188).

Oleh karenanya perbedaan takut kepada Allah dan takut kepada


makluk yaitu takut kepada makhluk maka kita akan menjauh
darinya atau menghindar darinya adapun takut kepada Allah
akan mendatangkan rasa aman dan menjadikan kita semakin
dekat kepadanya, Allah Subhanahu wata‟ala berfirman:

ْ ‫ظ ْل ٍمْأُولَئِنَ ْلَ ُه ُم‬


َ ُ‫ْاْل َ ْمن‬
َْ‫ْوهُ ْمْ ُم ْهتَدُون‬ ُ ِ‫واْولَ ْمٌَْ ْلب‬
ُ ِ‫سواْإٌِ َمانَ ُه ْمْب‬ َ ُ‫الَذٌِنَ ْآ َمن‬
"Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman
mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat
157
keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat
petunjuk".(QS. Al An'am : 82).

Kisah Murid dengan Guru

Ada seorang murid SD ketika mendengar hadist yang berbunyi:

‫ْرواهْمسلم‬.‫منْصلىْالصبحْفهوْفًْذمةْهللا‬
“Barangsiapa yang shalat shubuh maka dirinya dalam
perlindungan Allah”. (HR. Muslim).

Setelah mendengar hadist tersebut anak SD ini rutin ke masjid


sholat subuh berjama‟ah walaupun usianya masih sangat muda,

Suatu hari ia lupa mengerjakan PR sampai disekolah gurunya


menyuruh semua murid mengeluarkan PRnya, anak ini
kemudian baru sadar kalau dia lupa mengerjakan PRnya, ketika
diperiksa oleh gurunya satu demi satu kemudian tiba giliran dia,
ia kemudian berkata kepada gurunya:”Maaf Bu saya lupa
mengerjakan PR saya", gurunya kemudian berkata:”Jika begitu
berdiri kamu harus dihukum, bentangkan dan julurkan kedua
tanganmu, gurunya kemudian mengambil penggaris,

Murid ini dengan penuh keyakinan berkata kepada


gurunya:”Wahai bu guru kamu tidak mampu menghukum saya”,
Bu Guru mengatakan:”Apa yang menghalangi saya untuk
menghukummu, kamu bersalah dan penggaris telah ada
ditangan saya",

Dengan penuh keyakinan murid ini berkata:”Ibu tidak mampu


menghukum saya karena Rasulullah bersabda:”Barangsiapa
yang mengerjakan sholat subuh secara berjama‟ah maka dirinya

158
dalam perlindungan Allah”, mendengar ucapan murid tersebut
membuat sang guru kemudian terharu dan menangis, hatinya
tersentuh sehingga membuatnya tidak jadi memukul anak
tersebut.

Menjaga Sholat Subuh dan Ashar Menjadi Sebab


Memandang Wajah Allah.

Ketika dihari kiamat kita bercita-cita dimasukan ke dalam surga


dan kenikmatan surga disebutkan oleh Allah Subhanahu
wata‟ala didalam Al-Qur‟an:

ْ َ‫ْو ََلْذِلَةٌْْۚأُولَئِن‬
َ ‫ْو ُجو َه ُْه ْمْلَتَ ٌر‬
ُ ‫ْۖو ََلْ ٌَ ْر َه ُك‬
َ ٌْ‫ْو ِز ٌَا َدة‬ ْ ُ‫سن‬
َ ‫واْال ُح ْسنَى‬ َ ‫ِللَذٌِنَ ْأ َ ْح‬
ْ ‫اب‬
َْ‫ْال َجنَ ِةْْۖهُ ْمْ ِفٌ َهاْخَا ِلدُون‬ ُ ‫ص َح‬ ْ َ‫أ‬
"Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik
(surga) dan tambahannya. Dan muka mereka tidak ditutupi debu
hitam dan tidak (pula) kehinaan. Mereka itulah penghuni surga,
mereka kekal di dalamnya". (QS. Yunus: 26).

Ayat diatas ditafsirkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi


wasalam, yang dimaksud tambahan adalah memandang wajah
Allah Subhanahu wata‟ala, Allah Subhanahu wata‟ala berfirman:

ٌ ‫َاظ َرْة‬ َ َ‫ْ ِإل‬.ٌ‫ض َرة‬


ِ ‫ىْر ِبّ َهاْن‬ ِ ‫ُو ُجوهٌٌَْ ْو َمئِذٍْنَا‬
“Wajah-wajah (orang-orang mu‟min) pada hari itu berseri-seri.
Kepada Rabbnyalah mereka melihat”. (QS. Al-Qiyamah:22-23).

Salah satu amalan untuk mendapatkan karunia tambahan


kenikmatan tersebut sebagaimana disebutkan oleh Rasulullah
Shallallahu „alaihi wasallam dalam hadist:

159
ِْ ِ‫ْفَإ‬،‫ًْرإْ ٌَتِ ِه‬
ْ‫ن‬ ْ َ‫ْربَ ُك ْمْ َك َماْتَ َر ْونَ ْهَذ‬
َ َ ‫اْالمَ َم َرَْلَْت‬
ُ ِ‫ضا ُّم ْونَ ْف‬ َ َ‫ستَ َر ْون‬ َ ْ‫ِإنَ ُك ْم‬
َْ‫صالَةٍْلَ ْبل‬ َ ‫ْو‬
َ ‫ش ْم ِس‬ َ ‫طلُ ْوعِْال‬ َ ْ‫ط ْعت ُ ْمْأَ ْنَْلَْت ُ ْؽلَبُ ْواْ َعلَى‬
ُ َْ‫صالَةٍْلَ ْبل‬ َ َ‫اْست‬
‫ؼ ُر ْوبِ َهاْفَا ْفعَلُ ْوا‬
ُ

"Sesungguhnya kalian akan melihat Rabb kalian sebagaimana


kalian melihat bulan ini (dalam permulaan hadits, diceritakan;
waktu itu Nabi Shallallahu „alaihi wasallam sedang melihat bulan
yang tengah purnama). Kalian tidak berdesak-desakan ketika
melihatNya (kalian tidak akan ditimpa kesulitan dalam
melihatNya). Oleh karena itu, jika kalian mampu, untuk tidak
mengabaikan shalat sebelum terbit matahari (Subuh) dan
shalat sebelum terbenam matahari (Ashar), maka
kerjakanlah". (HR. Bukhari dan Muslim).

Yang dimaksud dalam hadist diatas yang harus dijaga adalah


sholat subuh

Dua Rakaat sebelum subuh lebih baik dari pada dunia


beserta isinya

َ ٌَ ‫ْمنَ ْال ُّد ْن‬


‫اْو َماْفٌِ َها‬ ْ َ‫َر ْك َْعت‬
ِ ‫اْالفَ ْج ِرْ َخٌ ٌْر‬
“Dua raka‟at fajar (shalat sunnah qobliyah shubuh) lebih baik
daripada dunia dan seisinya". (HR. Muslim no. 725).

َْ‫سمَىْ َكافِراًْ ِم ْن َهاْش َْربَة‬ َ ‫لَ ْوْ َكانَتْال ُّد ْنٌَاْتَ ْع ِدلُْ ِع ْن َدْهللاْ َجنَا َحْبَعُو‬
َ ْ‫ْ َما‬،ٍْ‫ضة‬
ٍْ‫َماء‬
“Seandainya dunia ini di sisi Allah senilai harganya dengan
sayap nyamuk niscaya Allah tidak akan memberi minum barang
160
seteguk sekalipun kepada orang kafir”. (HR. Tirmidzi, dan dia
berkata: „hadits hasan sahih‟)

Kabar Gembira Bagi Yang Berjalan Kemasjid

Keutamaan melangkahkan kaki kemasjid . Rasulullah


Shallallahu „alaihi wasallam bersabda:

ْ‫ٌْوم‬
َ ‫ام‬ ّ ِ َ‫ورْالت‬ ُّ
ِ ُّ‫ْفًْالظلَ ِمْإلىْالمساجدِْبالن‬ َ ‫ش ِرْالم‬
َ‫شائٌن‬ ّ ِ ‫ْ َب‬:‫لالْرسولْهللا‬
‫ْصحٌحْالترؼٌب‬.‫المٌام ِة‬
"Berilah kabar gembira bagi orang-orang yg berjalan kaki dalam
kegelapan malam menuju masjid-masjid akan mendapat cahaya
yang sempurna pada hari kiamat nanti". (Shahih at-Targhib).

Ungkapan Seorang Yahudi

Salah seorang yahudi membaca hadist Rasululah tentang batu


pada akhir zaman nanti, dimana pada akhir zaman seorang
yahudi bersembunyi dibalik batu kemudian batu itu berkata
sebagaimana Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan
hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu „anhu bahwa Rasulullah
Shallallahu „alaihi wasallam bersabda:

“Artinya : Tidak akan terjadi hari kiamat sebelum kaum Muslimin


memerangi orang-orang Yahudi. Kemudian kaum Muslimin
membunuh mereka sampai orang Yahudi bersembunyi di
belakang batu atau pohon. Maka batu -atau- pohon itu berkata :
Wahai Muslim, wahai hamba Allah, ini di belakangku ada
Yahudi, kemarilah lalu bunuhlah. Kecuali pohon Gharqad
(sebuah pohon berduri yang dikenal dikalangan bangsa Yahudi),
sesungguhnya Gharqad itu adalah salah satu pohon bangsa
Yahudi”.
161
ini terjadi ketika perang besar diakhir zaman, orang yahudi
berkata kepada orang muslim:”Ini tidak akan terjadi sekarang”,
kemudian orang muslim bertanya:”Kapan itu akan terjadi.?”,
orang yahudi berkata:”Jika jumlah kaum muslimin yang
menghadiri sholat subuh sama dengan jumlah mereka yang
menghadiri sholat jumat”.

Wallahu A‟lam Bish Showaab

Oleh : Ustadz Harman Tajang, Lc., M.H.I Hafidzahullahu


Ta‟ala (Direktur Markaz Imam Malik) @Senin, 25 Sya‟ban 1438
H

162
KABAR GEMBIRA BAGI YANG
MENJAGA SHOLATNYA
‫الرحِ ٌِم‬
‫الر ْح َم ِن ه‬
‫َّللا ه‬
ِ ‫بِس ِْم ه‬

Allah Subhanahu wata‟ala berfirman dalam Al-Qur‟an:

ْ‫ْو ُجوهُ ُه ْمْأَ َكفَ ْرت ُ ْمْ َب ْع َد‬ ْ ‫ُّْو ُجوهٌْْۚفَؤ َ َماْالَذٌِنَ ْاس َْود‬
ُ ‫َت‬ ُ ‫ْوتَس َْود‬
َ ٌ‫ْو ُجوه‬
ُ ‫ض‬ُّ ٌَ ‫ٌَ ْو َمْتَ ْب‬
َْ‫ابْبِ َماْ ُك ْنت ُ ْمْتَ ْكفُ ُرون‬ ْ ُ‫إٌِ َمانِ ُك ْمْفَذُول‬
َ َ‫واْالعَذ‬
“Pada hari yang di waktu itu ada muka yang putih berseri, dan
ada pula muka yang hitam muram. Adapun orang-orang yang
hitam muram mukanya (kepada mereka dikatakan): “Kenapa
kamu kafir sesudah kamu beriman? Karena itu rasakanlah azab
disebabkan kekafiranmu itu”. (QS. Ali-Imran :106).

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam memiliki ummat yang


begitu banyak lalu bagaimanakah Rasulullah mengenali
ummatnya kelak pada hari kiamat, dalam sebuah hadist Sahabat
pernah bertanya kepada Rasulullah:”Bagaimana anda
mengenali mereka nanti dihari kiamat ya Rasulullah.?”,
Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam bersabda:

ْ‫يْ َخ ٌْ ٍلْ ُد ْه ٍمْبُ ْه ٍمْأَ ََل‬ َ ‫أَ َرأٌَْتَ ْلَ ْوْأَ َن‬
َ ْ َ‫ْر ُج ًالْلَهُْ َخ ٌْلٌْؼُ ٌّرْ ُم َح َجلَةٌْ َبٌْن‬
ْ ‫ظ ْه َر‬
ُ‫ؾْ َخ ٌْلَ ْه‬
ُ ‫ٌَ ْع ِر‬
“Menurut pendapat kalian, andai ada orang yang memiliki kuda
yang di dahi dan ujung-ujung kakinya berwarna putih dan kuda
itu berada di tengah-tengah kuda-kuda lainnya yang berwarna
hitam legam, tidakkah orang itu dapat mengenali kudanya?”

163
Para sahabat menjawab : “Tentu saja orang itu dengan mudah
mengenali kudanya“. Maka Rasulullah menimpali jawaban
mereka dengan bersabda:

ْ‫ضْأَ ََل‬ ْ َ‫ْوأَنَاْفَ َرطُ ُه ْمْ َعل‬،


ِ ‫ىْال َح ْو‬ َ ‫وء‬ ِ ‫ض‬ ْ َ‫ْمن‬
ُ ‫ْال ُو‬ ُ ْ َ‫فَإِنَ ُه ْمْ ٌَؤْتُون‬
ِ َ‫ؼ ًّراْ ُم َح َجلٌِن‬
ُّْ ‫ٌرْالضَا‬
‫ل‬ ْ ‫ضًْ َك َماٌُْذَاد‬
ُ ‫ُْالبَ ِع‬ ِ ‫ْر َجالٌْ َع ْنْ َح ْو‬ ِ ‫لٌَُذَا َد َن‬
“Sejatinya ummatku pada hari kiamat akan datang dalam
kondisi wajah dan ujung-ujung tangan dan kakinya bersinar
pertanda mereka berwudlu semasa hidupnya di dunia“.

Dari „Abdullah bin „Amr, Nabi Shallallahu „alaihi wasallam


bersabda:

ْ‫ْو َم ْنْلَ ْم‬ ْ ‫ْونَ َجاةًْ ٌَ ْو َم‬


َ ‫ْال ِم ٌَا َم ِة‬ َ ً ‫ْوبُ ْرهَانا‬
َ ً‫َتْلَهُْنُورا‬ ْ ‫علَ ٌْ َْهاْ َكان‬
َ ْ‫ظ‬ َ َ‫َم ْنْ َحاف‬
ْ ‫ْو َكانَ ٌَْ ْو َم‬
ْ‫ْال ِمٌَا َم ِةْ َم َع‬ َ ٌ ‫ْوَلَْنَ َجاة‬ َ ‫َان‬ٌ ‫ْوَلَْبُ ْره‬َ ‫ور‬ ٌ ُ‫ظْ َعلَ ٌْ َهاْلَ ْمٌَْ ُك ْنْلَهُْن‬ْ ِ‫ٌُ َحاف‬
ِّ َ‫ْوأُب‬
ٍْ‫ىْب ِْنْ َخلَؾ‬ َ َ‫ْوهَا َمان‬ َ َ‫ْوفِ ْر َع ْون‬ َ َ‫ارون‬ ُ َ‫ل‬
“Siapa yang menjaga shalat lima waktu, baginya cahaya, bukti
dan keselamatan pada hari kiamat. Siapa yang tidak
menjaganya, maka ia tidak mendapatkan cahaya, bukti, dan juga
tidak mendapat keselamatan. Pada hari kiamat, ia akan bersama
Qorun, Fir‟aun, Haman, dan Ubay bin Kholaf.” (HR. Ahmad 2:
169. Syaikh Syu‟aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad
hadits ini hasan).

Sholat Cahaya Pada Hari Kiamat

Diantara mereka yang memiliki cahaya pada hari kiamat adalah


mereka yang senantiasa menjaga sholat 5 waktunya dan
mereka pada hari kiamat akan memiliki bukti dan keselamatan,
adapun orang - orang yang tidak menjaga sholat 5 waktunya
164
mereka tidak mendapatkan cahaya, bukti, tidak mendapat
keselamatan dan kelak pada hari kiamat akan dikumpulkan
dengan orang - orang yang paling kufur kepada Allah
Subhanahu wata'ala. Semua kita yang beriman kepada Allah
Subhanahu wata'ala tidak ingin dikumpulkan bersama dengan
Qorun, Fir‟aun, Haman, dan Ubay bin Kholaf karena tempat
mereka adalah neraka dan kita tidak ingin pada hari kiamat tidak
memiliki cahaya, bukti dan keselamatan, maka dari itu jaga
sholat kita dengan baik terutama sholat 5 waktu agar kita tidak
termasuk orang - orang yang celaka dan binasa pada hari
kiamat.

Rasulullah Shallallahu'alihi wasalam bersabda:

ْ‫ْوٌرفعْبهْالدرجاتْ؟)ْلالوا‬،ْ‫أَلْأدلكمْعلىْماٌْمحوْهللاْبهْالخطاٌا‬
ْ‫ْوكثرة‬،ْ‫ْ(ْإسباغْالوضوءْعلىْالمكاره‬:ْ‫ْلال‬،ْ‫بلىٌْاْرسولْهللا‬
‫ْفذلكمْالرباط‬،ْ‫ْوانتظارْالصالةْبعدْالصالة‬،ْ‫الخطاْإلىْالمساجد‬
"Maukah aku tunjukkan kepada kalian suatu amal yang
dengannya Allah akan menghapuskan dosa-dosa, dan
mengangkat derajat?" mereka berkata ya wahai Rasulullah,
beliau bersabda: "sempurnakanlah wundhu walaupun dalam
keadaan tidak menyenangkan, perbanyak langkah menuju ke
masjid, menunggu sholat setelah sholat, kemudian ribath
(berjaga-jaga di perbatasan musuh)". (HR Muslim 137).

Keutamaan Menunggu Sholat di Masjid

Duduknya kita diantara 2 sholat untuk menunggu sholat


berikutnya didalam masjid akan mengampunkan dosa - dosa
dan boleh jadi ada yang datang kemajid dengan membawa
dosa sebesar gunung setelah kembali ke masjid seperti orang

165
yang baru dilahirkan tidak ada yang mustahil jika Allah
berkehendak. dan Sholat wajib yang paling utama untuk kita
kerjakan adalah sholat yang dikerjakan di masjid - masjid Allah
Subhanahu wata'ala, karena merupakan wajib bagi lelaki muslim
tanpa udzur yang syar'i adapun bagi wanita maka afdhal ia
mengerjakan sholat 5 waktu di rumah agar terhindar dari fitnah.

Diantara keutamaan sholat berjama'ah dimasjid sebagaimana


disebutkan dalam hadist Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu
berkata: Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam bersabda:

ْ‫سولِ ِه‬ ُ ًِْ‫ْوف‬ َ ‫ص َالتِ ِهْفًِْبَ ٌْتِ ِه‬ َ ْ‫ؾْ َعلَى‬ ُ َ‫ضع‬ ْ ِ‫ْالر ُج ِلْف‬
َ ُ ‫ًْال َج َما َع ِةْت‬ َ ُ ‫ص َالة‬ َ
ْ‫ضو َءْث ُ َمْخ ََر َج‬ ُ ‫ْال ُو‬ ْ َ‫سن‬ َ ‫اْوذَلِنَ ْأَنَهُْ ِإذَاْتَ َوضَؤَْفَؤ َ ْح‬
َ ً‫ْض ْعف‬ِ َ‫اْو ِع ْش ِْرٌن‬ َ ‫س‬ ً ‫خ َْم‬
ْ‫تْلَهُْ ِب َها‬ْ ‫ْرفِ َع‬ ْ ‫ص َالةُْلَ ْمْ ٌَ ْخطُْخ‬
ُ ‫َط َوةًْإِ ََل‬ َ ‫َِْلٌُْ ْخ ِر ُجهُْ ِإ ََلْال‬ ْ َ‫ِإل‬
َ ‫ىْال َمس ِْجد‬
ْ‫ص ِلًّْ َعلَ ٌْ ِهْ َما‬ ْ ‫صلَىْلَ ْمْتَزَ ْل‬
َ ُ ‫ْال َم َالئِْ َكةُْت‬ َ ْ‫َطٌئَةٌْفَإِذَا‬ ِ ‫طْ َع ْنهُْبِ َهاْخ‬ َ ‫ْو ُح‬
َ ٌ‫َد َر َجة‬
َ ًِْ‫ُْو ََلٌَْزَ الُْأَ َح ُد ُك ْمْف‬
ٍْ‫ص َالة‬ ْ ‫ص ِّلْ َعلَ ٌْ ِهْاللَ ُه َم‬
َ ‫ْار َح ْمه‬ َ ْ‫ص َالهُْاللَ ُه َم‬ َ ‫امْفًِْ ُم‬ َ ‫َد‬
َ ‫ص َالْة‬
َ ‫ظ َرْال‬ َ َ‫َماْا ْنت‬

“Shalat seorang laki-laki dengan berjama‟ah dibanding


shalatnya di rumah atau di pasarnya lebih utama (dilipat
gandakan) pahalanya dengan dua puluh lima kali lipat. Yang
demikian itu karena bila dia berwudlu dengan menyempurnakan
wudlunya lalu keluar dari rumahnya menuju masjid, dia tidak
keluar kecuali untuk melaksanakan shalat berjama‟ah, maka
tidak ada satu langkahpun dari langkahnya kecuali akan
ditinggikan satu derajat, dan akan dihapuskan satu
kesalahannya. Apabila dia melaksanakan shalat, maka Malaikat
akan turun untuk mendo‟akannya selama dia masih berada di
tempat shalatnya, „Ya Allah ampunilah dia. Ya Allah rahmatilah
dia‟. Dan seseorang dari kalian senantiasa dihitung dalam

166
keadaan shalat selama dia menanti pelaksanaan shalat". (HR.
Al-Bukhari no. 131 dan Muslim no. 649).

Diantara keutamaan melangkahkan kaki menuju masjid akan


menghapuskan dosa dan mengangkat derajat. Dari Abu
Hurairah, Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam bersabda:

ْ‫ْم ْن‬ ِ ً‫ضة‬ َ ٌ‫ىْفَ ِر‬ َ ‫ض‬ِ ‫ِّْللاِْ ِل ٌَ ْم‬


َ ‫ٍْم ْنْبٌُُوت‬ِ ‫ط َه َرْفِىْ َب ٌْتِ ِهْث ُ َمْ َمشَىْإِلَىْ َب ٌْت‬
َ َ‫َم ْنْت‬
ً‫ْواْل ُ ْخ َرىْتَ ْرفَ ُعْ َد َر َج ْة‬ َ ً‫َطٌئَة‬ ُّ ‫َط َوتَاهُْإِ ْح َداهُ َماْت َ ُح‬
ِ ‫طْخ‬ ْ ‫َتْخ‬
ْ ‫ّْللاِْ َكان‬
َ ‫ض‬ ِ ‫فَ َرا ِئ‬
“Barangsiapa bersuci di rumahnya lalu dia berjalan menuju
salah satu dari rumah Allah (yaitu masjid) untuk menunaikan
kewajiban yang telah Allah wajibkan, maka salah satu langkah
kakinya akan menghapuskan dosa dan langkah kaki lainnya
akan meninggikan derajatnya.” (HR. Muslim no. 1553).

Manusia yang paling besar pahalanya adalah yang paling jauh


perjalanannya menuju masjid, Dari Abu Musa ia berkata,
Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam bersabda:

ْ‫ْوالَذِي‬ َ ‫شىْفَؤ َ ْب َع ُدهُ ْم‬


ً ‫ص َالةِْأَ ْب َع ُدهُ ْمْ ِإلَ ٌْ َهاْ َم ْم‬
َ ‫اسْأَ ْج ًراْفًِْال‬ َ ‫ِإ َنْأَ ْع‬
ِ َ‫ظ َمْالن‬
ْ‫ص ِلٌّ َهاْث ُ َم‬
َ ٌُْ‫اْم ْنْالَذِي‬ ِ ‫ظ ُمْأ َ ْج ًر‬َ ‫ْاْل َم ِامْأَ ْع‬ ِ ْ ‫ص ِلّ ٌَ َهاْ َم َع‬
َ ٌُْ‫ص َالة َْ َحتَى‬
َ ‫ٌَ ْنتَ ِظ ُرْال‬
‫ٌَنَا ُْم‬
“Manusia paling besar pahalanya dalam shalat adalah yang
paling jauh perjalannya, lalu yang selanjutnya. Dan seseorang
yang menunggu shalat hingga melakukannya bersama imam,
lebih besar pahalanya daripada yang melakukannya (sendirian)
kemudian tidur.” (HR. Muslim no. 662).

167
Jangan dipahami bahwa hadist ini ketika dekat rumahnya
kemudian keliling terlebih dahulu dari lorong ke lorong kemudian
ke masjid padahal rumahnya dekat dengan masjid, dan yang
naik mobil juga mendapatkan keutamaan misalkan menuju
kemasjid ketika berangkat ditengah perjalanan ia kemudian
memarkir mobilnya dari temat yang agak jauh kemudian
selebihnya berjalan kaki menuju masjid.

Ada yang pernah memahami dihitung setiap putaran rodanya hal


ini tidak benar karena dizaman Rasulullah Shallallahu 'alaihi
wasallam salah seorang sahabat yang jauh rumahnya jalan ke
masjid didatangi oleh temannya dan mengatakan:”Andaikan
engkau membeli kendaraan supaya engkau memakainya ke
masjid", ia kemudian mengatakan :”Saya mengharapkan dari
langkah – langkah kaki saya itu setiap kali saya berangkat dan
pulang pahala disisi Allah", dan ketika disampaikan kepada
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam beliau mengatakan dia
akan mendapatkannya.

Jika Allah Subhanahu wata'ala memberikan kita taufik dan


kemudahan untuk mengerjakan sholat maka janganlah kita
meremehkan orang yang tidak mengerjakan sholat dimasjid
akan tetapi hendaklah kita mendakwahinya dan mengajaknya
dan hendaklah kita memiliki beberapa sifat berikut:

1. Hendaknya kita sebagai hamba yang sennatiasa bersyukur


karena Allah menuntun kita menuju masjid karena tidak semua
manusia Allah jadikan mudah ke masjid, kita bersyukur agar
Allah menjaga nikmat yang telah ia berikan kepada kita.

2. Jangan tertipu dengan menganggap bahwa diri kita yang


paling baik karena yang menjadikan kita hingga bisa demikian

168
adalah Allah Subhanahu wata‟ala oleh karenanya doantara doa
yang diajarkan oleh Rasulullah diakhir sholat adalah:

ْ‫ِْولَالَْ ٌَا‬َ ‫سلَ َمْأ َ َخذَْ ِب ٌَ ِده‬َ ‫ْو‬ َ َ‫صل‬


َ ‫ىّْللاُْ َعلَ ٌْ ِه‬ َ ِْ‫َّْللا‬
َ ‫سو ل‬ َ ‫َع ْنْ ُم َعاذِْب ِْنْ َج َب ٍلْأَ َن‬
ُ ‫ْر‬
َ ُ‫وصٌنَ ٌَْاْ ُمعَاذ‬
ْ‫َْلْتَ َد َع َن‬ ِ ُ ‫ًْْل ُ ِحبُّنَ ْفَمَالَْأ‬
َ ّ‫ّللاِْإِ ِن‬
َْ ‫ْو‬ َ َ‫ًْْل ُ ِحبُّن‬
َ ّ‫ّللاِْإِ ِن‬
َ ‫ْو‬َ ُ‫ُمعَاذ‬
ْ‫ْو ُحس ِْن‬ َ َ‫ش ْك ِرن‬ َ َ‫ص َالةٍْتَمُولُْاللَ ُه َمْأَ ِعنًِّْ َعلَىْ ِذ ْك ِرن‬
ُ ‫ْو‬ َ ْ‫فًِْ ُدبُ ِرْ ُك ِّل‬
َْ‫ِع َبا َدتِن‬
Mu‟adz bin Jabal -radhiyallahu‟anhu- menceritakan bahwa suatu
ketika Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam memegang
tangannya seraya mengucapkan, “Hai Mu‟adz, demi Allah
sesungguhnya aku benar-benar mencintaimu. Demi Allah, aku
benar-benar mencintaimu.” Lalu beliau bersabda, “Aku
wasiatkan kepadamu hai Mu‟adz, jangan kamu tinggalkan
bacaan setiap kali di akhir shalat hendaknya kamu berdoa,
„Allahumma a‟inni „ala dzikrika wa syukrika wa husni
„ibadatik‟ (Ya Allah, bantulah aku untuk mengingat-Mu,
bersyukur kepada-Mu, dan beribadah dengan baik kepada-
Mu).” (HR. Abu Dawud, disahihkan Al Albani dalam Shahih
wa Dha‟if Sunan Abi Dawud no. 1522).

Semoga Allah Subhanahu wata'ala senantiasa memudahkan


kita untuk mengerjakan ibadah sholat dan menjadikan kita
termasuk orang - orang yang menjaga sholat baik wajib maupun
sunnah agar kelak dihari kemudian kita termasuk hamba Allah
Subhanahu wata'ala yang diberi cahaya, bukti dan keselamatan
sehingga kita termasuk penghuni surga.

Wallahu A‟lam Bish Showaab

169
Oleh : Ustadz Harman Tajang, Lc., M.H.I Hafidzahullahu
Ta‟ala (Direktur Markaz Imam Malik)
@Selasa, 14 Rajab 1438 H

170
KEBURUKAN DARI DOSA
JARIYAH
‫الرحِ ٌِم‬
‫الر ْح َم ِن ه‬
‫َّللا ه‬
ِ ‫ِبس ِْم ه‬

Keutamaan Pahala Jariyah

Disebutkan di dalam hadits shahih dari Abi Hurairah


Radhiyallahu „anhu bahwasanya Nabi Shallallahu „alaihi
wasallam bersabda:

ْ‫ارٌَةٍْأَ ْو‬
ِ ‫ص َدلَةٍْ َج‬
َ ْ‫ْم ْن‬ ِ َ‫ط َعْ َع ْنهُْ َع َملُهُْ ِإَل‬
ِ َ‫ْم ْنْثَالَثَةٍْ ِإَل‬ َ َ‫سانُ ْا ْنم‬ ِ َ‫ِإذَاْ َمات‬
َ ‫ْاْل ْن‬
ُ‫عوْلَ ْه‬ َ ٍْ‫ْولَد‬
ُ ‫صا ِلحٌٍَْ ْد‬ َ ‫ِع ْل ٍمٌُْ ْنتَفَ ُعْ ِب ِهْأَ ْو‬
“Apabila manusia meninggal dunia, terputuslah segala
amalannya, kecuali dari tiga perkara: shadaqah jariyah, ilmu
yang bermanfaat atau anak shaleh yang mendoakannya”. (HR.
Muslim, Abu Dawud dan Nasa‟i).

Ketiga amalan ini akan terus mengalir walaupun ia berada


didalam kuburan atau dialam akhirat , oleh karenanya jangan
pernah berhenti menebar kebaikan terutama kebaikan yang
dapat bermanfaat untuk orang lain.

Ulama kita mengatakan:”Ibadah yang manfaatnya tersebar ke


orang lain itu lebih afdhal dari ibadah yang manfaatnya
dirasakan oleh orang yang melakukan ibadah itu sendiri”.

Imam Syafi Rahimahullah mengatakan:"Menuntut ilmu,


muraja‟ah diwaktu malam, mengkaji masalah – masalah fiqiyah
dan agama itu lebih afdhal dari pada Qiyamullail”, beliau

171
menjelaskan betapa besarnya keutamaan ibadah yang
manfaatnya bisa dirasakan oleh orang lain.

Menuntut ilmu selain mengangkat kejahilan yang ada pada diri


seseorang ia juga mengangkat kejahilan dari orang lain adapun
Qiyamullail itu bermanfaat untuk dirinya secara khusus.

Kita harus bersungguh – sungguh dalam meninggalkan dosa


jariyah yang kelak akan kita rasakan keburukannya setelah kita
meninggal, Dosa Jariyah yang kita kerjakan ketika kita
meninggal tidak mampu lagi menambah kebaikan dan tidak
mampu lagi mengurangi keburukan lembaran hidup yang telah
ditutup oleh Allah Subhanahu wata'ala.

Yang kita persembahkan didunia ini itulah yang akan kita


dapatkan kelak dihari kemudian, Nabi Shallallahu „alaihi
wasallam menyebutkan dalam hadist bahwasanya ia melihat
seseorang yang bersenang – senang disurga disebabkan karena
ranting atau dahan yang mengganggu jalan setiap orang yang
lewat ia kemudian hilangkan dan karena itulah ia dimasukkan
oleh Allah Subhanahu wata‟ala kedalam surga karena itu
merupakan amal jariyah yang manfaatnya dirasakan oleh orang
lain.

Begitu pula dengan sedekah membangun masjid atau


mengajarkian ilmu kepada orang yang lain atau amalan -amalan
yang lain yang tujuannya bermanfaat untuk orang lain.

Salah seorang tabi‟in pernah mengajar anak – anak para


syabab, pemuda dan orang lain membaca Al-Qur‟aan dimasjid
kurang lebih 40 tahun lamanya ketika beliau ditanya apa yang
membuat anda begitu sabarnya untuk duduk dimasjid mengajar
orang membaca Al-Qur‟an kurang lebih 40 tahun beliau

172
kemudian berkata dengan membawakan hadist Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wasallam:

ْ ‫ْر ُك ْمْ َم ْنْتَ َعلَ َم‬


ْ َ‫ْالمُ ْرآن‬ ِّ ‫عثْ َمانَْْْرضىْهللاْعنهْ َع ِنْالنَ ِب‬
ُْ ٌ‫ىْملسو هيلع هللا ىلصْلَالَْ َخ‬ ُ ْ‫َع ْن‬
‫َو َعلَ َمهُْرواهْالبخاري‬
Artinya: “Ustman bin Affan Radhiyallahu „anhu berkata:“Bahwa
Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam bersabda:“Sebaik-baik
kalian adalah yang belajar al-Quran dan mengajarkannya”. (HR.
Bukhari).

Sebagai contoh disetiap pengajian kita sering menyebutkan


nama Sahabat dan salaf selalu di iringi dengan Radhiyallahu
„anhu atau Rahimahullah setiap kita ucapkan maka akan terus
mengalir dan akan menjadi amalan jariyah baginya walaupun ia
telah meninggal dunia tetapi seakan akan hidup ditengah –
tengah kita dan terus kita mendoakannya dan mereka akan
mendapatkan itu didalam kubur – kubur mereka.

Jika orang tua kita telah meninggal jangan lupa menyelipkan doa
untuk kedua orang tua, karena bakti kepada kedua orang tua
setelah mereka meninggal sangatlah mereka butuhkan,
dibandingkan ketika mereka masih hidup, pada saat mereka
masih hidup mereka bisa sholat, berpuasa, berzakat dan
bersedekah bahkan andaikan mereka sakit tidak mampu
mengerjakan semuanya masih banyak ibadah yang bisa ia
lakukan diatas pembaringan, adapun mereka ketika telah
meninggal maka terputus amalan mereka adapun kita sebagai
anak yang sholeh setelah mereka meninggal maka kita doakan
mereka.

Disebutkan dalam riwayat ada seorang lelaki mendapatkan


pahala yang begitu besar seperti gunung ketika mereka
173
bertanya:"Dari mana pahala sebanyak ini padahal saya tidak
pernah mengerjakan amalan sebanyak ini maka", dikatakan
kepadanya:"Ini adalah permohonan ampun anakmu untukmu".

Diantara amal jariyah adalah memberikan contoh yang baik


kemudian diikuti oleh orang lain maka kita akan mendapatkan
pahala darinya tanpa mengurangi pahalanya sedikit pun atau
mengajak orang kepada kebaikan, barangsiapa yang menjadi
sebab acara pengajian terlaksana maka ia akan mendapatkan
amal jariyah dari seluruh yang hadir tanpa mengurangi
pahalanya sedikit pun disebutkan dalam hadist Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

‫ُْأجرْفاع ِله‬
ِ ‫ْعلىْخٌرْفلهْمثل‬
ٍ ‫منْ َد َل‬
“Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan
mendapatkan pahala seperti pahala orang yang
mengerjakannya”. (HR. Muslim no. 1893).

Jangan zuhud menshare kebaikan karena media diibaratkan


seperti pedang yang memiliki 2 mata yang tajam bisa untuk hal
yang positif atau yang negatif adapun yang positif sebarkan,
boleh jadi ada orang yang membaca yang kita share kemudian
hatinya terbuka mendengarkan nasehat kemudian hatinya
tergugah dia bertaubat dan kembali kepada Allah maka kita akan
mendapatkan pahalanya tanpa kita sadari.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda dalam


hadist:"Saya berjalan untuk menunaikan hajat saudaraku itu
lebih aku sukai daripada i‟tikaf dmasjid”, karena menunaikan
hajat saudara kita adalah amalan jariyah.

Bahaya Dosa Jariyah

174
Dosa Jariyah adalah dosa yang mengalir walaupun kita telah
meninggal dunia dimana ketika kita meninggal dunia maka
ditutup lembaran kehidupan kita namun seakan akan kita masih
mengerjakan dosa tersebut, inilah dosa jariyah yang terus
menerus berlanjut, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda:

ْ‫اْم ْن‬ َ ‫س ٌِّئَةًْفَعُ ِملَْ ِب َهاْ َكانَ ْ َعلَ ٌْ ِهْ ِو ْز ُره‬


ِ ‫َاْو ِو ْز ُرْ َم ْنْ َع ِملَْ ِب َه‬ َ ًْ‫سنَة‬
ُ ْ‫س َن‬َ ْ‫َو َم ْن‬
َ ْ‫ْم ْنْأ َ ْوزَ ِار ِه ْم‬
‫ش ٌْئًا‬ ِ ‫ص‬ُ ُ‫بَ ْع ِدهَِْلٌََْ ْنم‬
“Dan siapa yang melakukan satu sunnah yang buruk lalu
diamalkan (orang lain) sepeninggalnya, maka dia menanggung
dosanya dan dosa orang-orang yang mengamalkan sunnah itu
sepeninggalnya, tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun”.
(HR. Muslim).

Dalam hadist riwayat Imam Muslim Rahimahullah:

ْ َ‫ْذَلِن‬،‫ٌْم ْنْ َد ِم َها‬ ْ ْ‫ظ ْل ًماْ ِإَلَْ َكانَ ْ َعلَىْاب ِْنْآ َد َمْا‬
ِ ‫ْل َ َو ِلْ ِك ْفل‬ ُ ُْ‫اْم ْنْنَ ْف ٍسْت ُ ْمتَل‬
ِ ‫َم‬
ْ ‫س َن‬
َْ ْ‫ْالمَت‬
‫ل‬ َ ْ‫ِبؤَنَهُْأَ َولُْ َم ْن‬
“Tidak ada satu pun jiwa yang terbunuh secara zalim melainkan
atas Ibnu Adam yang pertama bagian dari darahnya. Karena
dialah yang mula-mula melakukan sunnah (tuntunan/
contoh)pembunuhan". (HR. Al-Bukhari (2/79) dan Muslim
(3/1303).

Membunuh jiwa tanpa hak termasuk dosa besar sebagaimana


dalam Al-Qur‟an Allah Subhanahu wata‟ala berfirman:

ْ‫ّْللاُْ َعلَْ ٌْ ِه‬


َ ‫ب‬ َ ‫َض‬ َ ‫َو َم ْنٌَْ ْمت ُ ْلْ ُمإْ ِمنًاْ ُمتَ َع ِّمدًاْفَ َجزَ ا ُإهُْ َج َهنَ ُمْخَا ِلدًاْفٌِ َه‬
ِ ‫اْوؼ‬
‫عذَابًاْ َع ِظٌ ًما‬ َ ُْ‫ُْوأَ َعدَْلَه‬ َ ‫َولَ َعنَه‬
175
"Dan barangsiapa membunuh seorang Mukmin dengan sengaja,
maka balasannya ialah Jahannam, ia kekal di dalamnya dan
Allâh murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan
adzab yang besar baginya". (QS. An-Nisa`:93).

َْ‫سلَ َمْلَال‬َ ‫ْو‬ َ َ‫صل‬


َ ‫ىّْللاُْ َعلَ ٌْ ِه‬ َ ًِْ ّ ‫ّْللاُْ َع ْنهُْ َع ْنْالنَ ِب‬
َ ً َ ‫ض‬ َ ‫َع ْنْأَ ِبًْه َُرٌ َْرة‬
ِ ‫َْر‬
َ ِ‫ش ْرنُ ْب‬
ِْ‫اَّلل‬ ّ ِ ‫ِْو َماْه َُنْلَالَْال‬ َ ‫َّْللا‬
َ ‫سول‬ َ ٌَْ‫ْال ُموبِمَاتِْلَالُوا‬
ُ ‫اْر‬ ْ ‫س ْب َع‬
َ ‫اجتَنِبُواْال‬ ْ
ْ‫اْوأَ ْكلُْ َما ِل‬ ّ ِ ‫ْوأَ ْكل‬
َ َ‫ُْالرب‬ َ ‫ك‬ِ ّ ‫ّْللاُْ ِإ ََلْبِ ْال َح‬
َ ‫ح َر َم‬َْ ًِْ‫ْولَتْلُْالنَ ْف ِسْالَت‬ َ ‫س ْح ُر‬
ّ ِ ‫َوال‬
ِْ ‫ِْالؽَافِ َال‬
‫ت‬ ْ ‫ِْال ُمإْ ِمنَات‬ْ ‫صنَات‬ َ ‫ْال ُم ْح‬ ْ ‫ؾ‬ ُ ‫ْولَ ْذ‬
َ ‫ؾ‬ َ ‫ْوالتَ َو ِلًّْ ٌَ ْو َم‬
ِ ‫ْالز ْح‬ َ ‫ْال ٌَتِ ٌِم‬
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu
„alaihi wasallam, beliau bersabda: “Jauhilah tujuh (dosa) yang
membinasakan!” Mereka (para sahabat) bertanya, “Wahai
Rasulullah, apakah itu?” Beliau Shallallahu „alaihi wasallam
menjawab, “Syirik kepada Allah, sihir, membunuh jiwa yang
Allah haramkan kecuali dengan haq, memakan riba, memakan
harta anak yatim, berpaling dari perang yang berkecamuk,
menuduh zina terhadap wanita-wanita merdeka yang menjaga
kehormatan, yang beriman, dan yang bersih dari zina”. (HR. Al-
Bukhari, no. 2615, 6465; Muslim, no. 89).

Kisah Pembunuhan Habil dan Qabil yang diabadikan oleh Allah


Subhanahu wata‟ala dalam Al-Qur‟an, Allah berfirman:

"Ceriterakanlah kepada mereka kisah kedua putra Adam (Habil


dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya
mempersembahkan korban, maka diterima dari salah seorang
dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain
(Qabil). Ia berkata (Qabil): “Aku pasti membunuhmu!” Berkata
Habil: “Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari
orang-orang yang bertakwa. Sungguh kalau kamu
menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku
176
sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk
membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Rabb
semesta alam. Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali
dengan (membawa) dosa (membunuh)ku dan dosamu sendiri,
maka kamu akan menjadi penghuni neraka, dan yang demikian
itulah pembalasan bagi orang-orang yang zalim.”

Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah


membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah (Habil). Maka
jadilah ia seorang di antara orang-orang yang merugi. Kemudian
Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi
untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana dia
seharusnya menguburkan mayat saudaranya. Berkata Qabil:
“Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti
burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku
ini?” Karena itu jadilah dia seorang di antara orang-orang yang
menyesal". (QS. Al-Maidah: 27-31).

Suatu hari Habil terlambat pulang kerumah, Adam 'Alaihissalam


berkata kepada Habil coba cari saudaramu mengapa jam segini
belum pulang, akhirnya ia pergi mencari lalu ia mendapati
saudaranya terlentang, tertidur disebuah tempat yang terbuka, ia
kemudian mengatakan:”Ini kesempatakan saya untuk
melampiaskan dendam saya”, Habil mengambil batu besar
kemudian dia hantamkan pada kepala saudaranya sehingga
saudaranya meninggal dalam seketika”, inilah kisah
pembunuhan pertama yang terjadi dan darah yang tumpah
pertama kali didunia, inilah yang disebutkan dalam hadist
Rasulullah diatas mencontohkan bagaimana cara membunuh.

Faedah dari kisah ini adalah bahwasnya mencontohkan sebuah


keburukan atau menjadi sebab seseorang terjatuh dalam sebuah

177
keburukan maka kita akan mendapatkan setiap bagian dosa
darinya.

Dalam kisah yang lain yang disebutkan oleh Rasulullah


Shallallahu „alaihi wasallam, yaitu tentang seorang lelaki
dimana Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam melihatnya dalam
neraka dengan menyeret ususnya, dia adalah lelaki yang
pertama kali membawa berhala ke jazirah arab, ia bernama
Amar Ibnu Luhai.

Sebelumnya penduduk makkah berada diatas millah ibrahim,


Amar Ibnu Luhai al khuzai ia termasuk orang yang kaya banyak
membantu dan memberi makan kepada orang, ia berangkat ke
negeri syam dan ketika berangkat ke negeri syam ia melihat
orang – orang yang ada disana menyembah berhala, ia
kemudian bertanya:”Apa yang kalian lakukan”, mereka kemudian
menjawab:”Berhala – berhala inilah yang mendekatkan diri kami
kepada Allah, sehingga menjadi sebab kita diberi makan, minum
dan rezeki”, Amar kemudian berkata:”Kalau begitu berikan
kepada saya satu”, akhirnya ia diberikan satu berhala yang
bernama Hubal, berhala inilah ia bawa ke makkah kemudian ia
letakkan di dekat ka‟bah, maka mulailah kesyirikan terjadi
sehingga penduduk makkah mulai mencontoh apa yang
dicontohkan oleh Amar Ibnu Luhai, sehinga setelah fathul
makkah Rasulullah menghancurkan lebih 300 berhala, Amar
Ibnu Luhai mengubah syariat Ibrahim 'Alaihissalam bahkan
dalam pelaksanaan ibadah haji yang sebelumnya jama‟ah haji
tawaf disekeliling ka‟bah sebelum diutusnya Nabi Shallallahu
„alaihi wasallam.

Ketika orang kafir Quraisy ditanya:”Mengapa engkau


menyembah berhala – berhala itu”, mereka kemudian
berkata:”Tidaklah kami menyembah berhala – berhala itu
178
melainkan untuk mendekatkan diri kami kepada Allah
Subhanahu wata‟ala”, makanya tidak ada bedanya dengan
orang – orang yang datang kekuburan kemudian meminta
kepada penghuni kubur atau datang ke tempat tertentu yang ia
anggap keramat kemudian ia mengatakan inilah yang
mendekatkan kami kepada Allah, inilah hujjahnya orang – orang
kafir yang pertama. Amar Ibnu Luhai mendapatkan siksaan yang
pedih karena dialah yang mencontohkan kesyirikan kepada
penduduk jazirah arab.

Jadi siapa yang mencontohkan, mensponsori, atau yang menjadi


pelopor kemaksiatan kemudian di ikuti oleh orang lain maka
iapun ikut menanggung dosanya, begitu banyak keburukan yang
terjadi karena mencontoh keburukan antara satu dengan yang
lainnya. Diantara salah satu contohnya adalah pesta pernikahan
yang didalamnya menggunakan orkes lalu berjoget diatas
panggung, setengah telanjang disaksikan oleh banyak orang,
sehingga dengan adanya pernikahan yang tidak sesuai syariat
ini banyak kemudian yang mengikuti dan mencontohkannya,
hampir setiap pernikahan menggunakan musik dengan
menghadirkan penyanyi yang setengah telanjang sehingga
setiap yang menyaksikan dan mencontohnya maka dosanya
akan mengalir kepada orang yang mengadakan acara, yang
mendanai, yang menjadi pelopor serta yang mendatangkan
musik dan penyanyi biduwanita, oleh karenanya jangan
mencontohkan sebuah keburukan karena kita akan menanggung
dosa jariyah dari setiap apa yang kita contohkan kepada orang
lain walaupun setelah kita meninggal dunia.

Allah Subhanahu wata‟ala berfirman:

ْ‫ضلُّونَ ُْه ْمْبِؽٌَ ِْر‬


ِ ٌُْ َ‫ْۙو ِم ْنْأَ ْوزَ ِارْالَذٌِن‬ ْ ‫املَةًٌَْ ْو َم‬
َ ْ‫ْال ِمٌَا َم ِة‬ َ َ‫ِلٌَ ْح ِملُواْأَ ْوز‬
ِ ‫ارهُ ْمْ َك‬
َ ْ‫ِع ْل ٍمْْأَ ََل‬
َْ‫سا َءْ َماٌَْ ِز ُرون‬
179
"(ucapan mereka) menyebabkan mereka memikul dosa-dosanya
dengan sepenuh-penuhnya pada hari kiamat, dan sebahagian
dosa-dosa orang yang mereka sesatkan yang tidak mengetahui
sedikitpun (bahwa mereka disesatkan). Ingatlah, amat buruklah
dosa yang mereka pikul itu". (QS. An Nahl : 25).

Ini adalah kebangkrutan yang sangat luar biasa karena ia


menjadi pelopor dan sponsor dan menjadi sebab keburukan
terjadi dan juga dosa – dosa yang lain termasuk kebid‟ahan
apalagi kesyirikan dan semua yang hadir
ditempat tersebut mendapatkan dosa dan mengalir pula dosa
tersebut kepada orang yang menjadi sebab kemaksiatan itu
terjadi.

Oleh karenanya jangan meninggalkan dosa jariyah yang akan


terus mengalir kepada kita yang setiap hari bertambah dan
bertambah hingga bertumpuk – tumpuk sampai kemudian dihari
kiamat kita memikul dosa jariyah tersebut dihadapan Allah
Subhanahu wata‟ala .

Bahaya Dosa dan Maksiat

Dosa dan kemaksiatan adalah sesuatu yang sangat berbahaya


bagi diri kita tidaklah bapak kita Adam 'Alaihissalam dan ibu kita
Hawwa terusir dari surga disebabkan karena satu dosa yang
mereka kerjakan, akhirnya dengan satu dosa tersebut mereka
dikeluarkan dari surga walapun pada akhirnya mereka bertaubat
kepada Allah Subhanahu wata‟ala dengan berdoa:

Keduanya berkata, “Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri


kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan
memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk
180
orang-orang yang merugi.” Allah berfirman, “Turunlah kamu
sekalian, sebahagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang
lain. Dan kamu mempunyai tempat kediaman dan kesenangan
(tempat mencari kehidupan) di muka bumi sampai waktu yang
telah ditentukan". (QS. Al-A‟Raf: 7: 23-24).

Diantara faedah agar doa kita diijabah oleh Allah Subhanahu


wata‟ala Yaitu adukan kepada Allah Subhanahu wata‟ala kondisi
dan keadaan kita sebagaimana Adam 'Alaihissalam dalam doa
diatas begitu pula dengan Nabi Musa 'Alaihissalam:

ٌ ‫ْم ْنْ َخٌ ٍْرْفَِْم‬


ْ‫ٌر‬ ِ ًَ َ‫َربّ ِْإِ ِنًّْ ِل َماْأَ ْنزَ ْلتَ ْإِل‬
“Ya Tuhanku sesungguhnya aku sangat membutuhkan setiap
kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku.” (QS. Al-Qashas:
24). Beliau menampakan kondisi dan keadaannya.

Doa Nabi Ayyub 'Alaihissalam:

َْ‫اح ِمٌن‬ َ ‫ًْالض ُُّّرْ َوأَنتَ ْأَ ْر َح ُم‬


ِ ‫ْالر‬ َ ‫ْربَهُْأَنًِّْ َم‬
َ ِ‫سن‬ َ ٌَ‫َوأ‬
َ ‫ُّوبْإِ ْذْنَا َدى‬

"Dan (ingatlah kisah) Ayyub, ketika ia menyeru Tuhannya, “(Ya


Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau
adalah Tuhan Yang Maha Penyayang diantara semua
penyayang". (QS. Al-Anbiya : 83).

Doa Nabi Zakarya 'Alaihissalam:

181
ْ َ‫اْولَ ْمْأَ ُك ْنْبِ ُد َعائِن‬
َ ً‫ش ٌْب‬
َ ْ‫س‬ُ ْ‫َْالرأ‬
َ ‫ًْوا ْشتَ َعل‬ َ ِّ‫ْمن‬ ِ ‫ظ ُم‬ْ ‫ْال َع‬
ْ َ‫ًْوهَن‬َ ِّ‫َْربّ ِْ ِإن‬ َ ‫لَال‬
ْ ْ‫ِْام َرأَتًِْ َعالِ ًراْفَ َهب‬ ْ ‫ًْو َكانَت‬
َ ِ‫ْو َرائ‬ َ ‫ْم ْن‬
ِ ً ْ ُ‫ًْخ ْفت‬
َ ‫ْال َم َوا ِل‬ ِ ِّ‫ش ِمًٌّاْْ َو ِإن‬
َ ِْ ّ‫َرب‬
‫ضًٌّا‬
ِ ‫ْر‬ َ ِ ّ‫ُْرب‬َ ‫اجعَ ْله‬ْ ‫ْو‬
َ ‫وب‬ َ ُ‫ْم ْنْآَ ِلٌَْ ْعم‬
ِْ ‫ث‬ َ ِ‫ْو ِلًٌّاٌَْْ ِرثُن‬
ُ ‫ًْوٌَ ِر‬ َ َ‫ًْم ْنْلَ ُد ْنن‬ِ ‫ِل‬
“Ia berkata “Ya Rabbku, sesungguhnya tulangku telah lemah
dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah
kecewa dalam berdoa kepada Engkau, ya Rabbku. Dan
sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku (yang
mewarisiku) sepeninggalku, sedang isteriku adalah seorang
yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang
putera, yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebahagian
keluarga Ya‟qub; dan jadikanlah ia, ya Rabbku, seorang yang
diridhai”. (QS. Maryam: 4-6).

Ini adalah rahasia agar doa kita diijabah oleh Allah Subhanahu
wata‟ala bahkan Ya‟qub 'Alahissalam dalam doanya ia
mengatakan:

َ ًْ ّ‫لَالَْ ِإنَ َماْأَ ْش ُك ْوْبث‬


ْ ْ‫ْوْ ُح ْزنِ ًْْإِلَى‬
ِ‫هللا‬
“Dia (Ya‟qub) menjawab: “Sesungguhnya hanyalah kepada
Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku.” (QS
Yusuf: 86). Adukan keadaan dan kondisi kita dalam berdoa
kepada Allah Subhanahu wata'ala agar Allah Subhanahu
wata'ala mengabulakn doa - doa kita sebagaimana para
Nabinya.

Khawatirlah Semua Dosa Ummat Terdahulu Terjadi dizaman


ini

Yang menjadi kekhawatiran kita karena hampir semua dosa


ummat terdahulu yang khas dalam suatu negri yang dengannya
182
dihukum oleh Allah hampir terkumpul dizaman kita sekarang
sebagaimana salah satu contoh hukuman yang diturunkan
kepada kaum Luth. Allah Subhanahu wata'ala berfirman:

ْ‫ْم ْنْ ِس ِ ّجٌ ٍل‬


ِ ً ‫ارة‬
َ ‫اْح َج‬ َ ‫اْوأَ ْم‬
ِ ‫ط ْرنَاْ َعلَ ٌْ َه‬ َ ْ‫فَلَ َماْ َجا َءْأَ ْم ُرنَاْ َج َع ْلنَاْ َعا ِل ٌَ َها‬
َ ‫سا ِفلَ َه‬
ُ ‫َم ْن‬
‫ضو ٍْد‬
"Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth
itu yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani
mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-
tubi". (QS. Hud : 82).

Inilah hukuman kaum sodom yang suka sesama jenis yang


mana saat ini adalah sebagian manusia yang mau melegalkan
dan di pertontonkan, hal ini merupakan musibah kebinasaan
yang diturunkan oleh Allah Subhanahu wata‟ala

Dalam musnad Imam Ahmad Dari Umar Ibnu Khattab


disebutkan bahwasanya lautan setiap hari meminta izin kepada
Allah Subhanahu wata‟ala untuk menenggelamkan anak cucu
Adam karena kemaksiatan yang mereka lakukan namun Allah
masih menahan. Oleh karenanya mari kita memperbaharui tobat
– tobat kita kepada Allah Subhanahu wata‟ala karena
kemaksiatan bisa menghilangkan keberkahan hidup bahkan
keberkahan umur, ilmu dan keberkahan rezeki.

Ketika Imam Syafi Rahimahullah pertama kali bertemu dengan


Imam Malik Rahimahullah dan Imam Malik takjub dengan
kecerdasan Imam Syafi dengan hafalannya , kefasihannya.
Imam Malik kemudian dengan firasatnya mengatakan:”Wahai
anak muda saya melihat kepada dirimu cahaya ketaatan jangan
engkau memadamkannya dengan kemaksiatan, saya melihat

183
pada dirimu cahaya ilmu jangan engkau memadamkannya
dengan kemaksiatan".

Pernah suatu ketika Imam Syafi mengadukan buruk hafalannya


kepada gurunya Abu Waqi Ia mengatakan:”Saya mengadukan
kepada Waqi buruknya hafalanku dan beliau memberikan
nasehat kepadaku agar meninggalkan kemaksiatan karena ilmu
adalah cahaya dan cahaya itu tidak diberikan kepada orang
yang bermaksiat kepada Allah Subhanahu wata‟ala", dalam akhir
ayat yang panjang dalam surah Al-Baqarah Allah mengatakan
:”Bertakwalah kalian kepada Allah niscaya Allah akan
mengajarkan kepadamu ilmu”.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam berkata:”Berhati-hatilah


kalian terhadap dosa kecil, sebab jika ia berkumpul dalam diri
seseorang akan dapat membinasakannya." (HR. Ahmad dan
Thabrani).

Abdullah Ibnu Mubarak Rahimahullah pernah mengatakan:”Jika


saya melihat perubahan pada akhlak keluarga istri atau
kendaraan saya yang sulit untuk dikendalikan maka saya banyak
beristighfar kepada Allah Subhanahu wata‟ala".

Ada salah seorang salaf melihat muridnya memandnag yang


haram ia kemudian berkata:”Engkau akan melihat akibat
pandangan yang haram ini walaupun setelah waktu yang lama”,
dan ternyata setelah 40 tahun hilang hafalan Al-Qur‟annya.

Mari kita perbanyak bertaubat kepada Allah Subhanahu wata‟ala


karena dosa yang kita kerjakan akan menjadi penghalang
diturunkannya rahmat Allah Subhanahu wata‟ala dan sebaliknya
semakin kita banyak beristighfar kepada Allah maka akan

184
diturunkan keberkahan oleh Allah Subhanahu wata‟ala.
Disebutkan dalam firman Allah Subhanahu wata‟ala:

”Mohonlah ampunan pada Tuhanmu sesungguhnya Dia Maha


Pengampun, niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat
dari langit , Dan Dia memperbanyak harta dan anak-anakmu,
dan mengadakan kebun-kebun untukmu, dan mengadakan
sungai-sungai untukmu". ( QS. Nuh: 10-12).

Wallahu A‟lam Bish Showaab

Oleh : Ustadz Harman Tajang, Lc., M.H.I Hafidzahullahu


Ta‟ala (Direktur Markaz Imam Malik)

@Selasa, 25, Ramadhan 1438 H

185
KEGELAPAN PADA
HARI KIAMAT
‫الرحِ ٌِم‬
‫الر ْح َم ِن ه‬
‫َّللا ه‬
ِ ‫ِبس ِْم ه‬

Allah Subhanahu wata‟ala berfirman didalam Al-Qur‟an

ْ‫ْم ْن ُه ْْم‬
ِ ‫ئ‬ٍ ‫ْو َب ِنٌ ِهْ ِل ُك ِّلْا ْم ِر‬
َ ‫اح َب ِت ِه‬
ِ ‫ص‬َ ‫ْو‬ َ ‫ْوأ ُ ِّم ِه‬
َ ‫ْوأَ ِبٌ ِه‬ َ ‫ْم ْنْأ َ ِخٌ ِه‬ ْ ‫ٌَ ْو َمْ ٌَ ِف ُّر‬
ِ ‫ْال َم ْر ُء‬
‫ٌَ ْو َمئِذٍْشَؤْ ٌنٌُْ ْؽنٌِه‬
"Pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan
bapaknya, dari istri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka
pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya".
(QS. Abasa : 34-38).

Allah menggambarkan kondisi dan keadaan manusia dihari


kemudian dimana ketika telah datang hari kiamat dan
sangkakala telah ditiup kemudian manusia telah dibangkitkan
untuk menuju Allah Subhanahu wata‟ala, pada hari itulah
manusia berusaha berhindar dari keluarganya, berlepas diri dari
bapak dan ibunya, sahabat-sahabat serta anak – anaknya
karena pada hari itu masing masing manusia sibuk dengan
dirinya sendiri sebagaimana digambarkan oleh Rasulullah dalam
hadistnya:

ٍ ‫ؼ ْر ًَلْث ُ َمْلَ َرأَْ َك َماْ َب َدأْنَاْأَ َولَْخ َْل‬


ُْْۚ‫كْنُ ِعٌ ُده‬ ُْ ًْ‫ورونَْ ُحفَاةًْعُ َراة‬ ُ ‫ش‬ ُ ‫ِإنَ ُك ْمْ َم ْح‬
َْ‫َو ْعدًاْ َعلَ ٌْنَاْْۚ ِإنَاْ ُكنَاْفَا ِع ِلٌن‬
“Sungguh kalian akan dibangkitkan dalam keadaan tidak
mengenakan sandal (pelindung kaki), telanjang dan masih
berkulup (belum dikhitan)”, kemudian beliau Shallallahu „alaihi
186
wasallam membaca firman Allah :"Sebagaimana Kami telah
memulai penciptaan pertama, begitulah Kami akan
mengulanginya. Itulah janji yang pasti Kami tepati;
sesungguhnya Kami-lah yang akan melaksanakannya". (QS. Al-
Anbiya : 21). (HR. Al-Bukhari).

Kita dikembalikan sebagaimana keadaan kita ketika lahir diatas


bumi dalam keadaan telanjang, belum dikhitan tidak berpakaian
dan tidak beralas kaki begitulah keadaan dan kondisi ketika
dibangkitkan dari kubur – kuibur kita.

Dalam hadist yang lain:

َ ِّ‫ُْوالن‬
ْ‫سا ُء‬ َ ‫ْالر َجال‬ ّ ِ ُ‫شةُْفَمُ ْلت‬ َ ِ‫تْ َعائ‬ ْ َ‫ع َراةًْؼُ ْر ًَلْلَال‬
ُ ًْ‫اسْ ُحفَاة‬ ُ َ‫ٌُ ْحش َُرْالن‬
ِْ َ‫شدُّْ ِم ْنْأَ ْنٌُْ ِه َم ُه ْمْذ‬
‫ان‬ َ َ‫َْاْل َ ْم ُرْأ‬
ْ ‫ضْفَمَال‬ ٍ ‫ض ُه ْمْ ِإلَىْ َب ْع‬ ُ ‫َج ِم ٌْ ًعاْ ٌَ ْن‬
ُ ‫ظ ُرْ َب ْع‬
“Manusia digiring (di Padang Mahsyar) dalam keadaan tidak
mengenakan sandal (pelindung kaki), telanjang dan masih
berkulup (belum dikhitan)”. Lalu „Aisyah berkata: Aku
bertanya:”Laki-laki dan perempuan semuanya? Sebagian
mereka melihat sebagian lainnya?” Maka beliau Shallallahu
„alaihi wasallam menjawab :“Keadaannya lebih mengerikan dari
membuat mereka berpikir demikian”. (Muttafaqun „alaih).

Penafsiran yang lain dari ayat (QS. Abasa :34-38) Sebagaimana


kata para Ulama bahwasanya setiap manusia berusaha
menghindar dari orang – orang yang pernah berbuat dzalim
kepadanya sampai seorang bapak yang pernah berbuat dzalim
kepada istrinya, anaknya, saudaranya karena ia tahu ketika
berdiri dihadapan Allah Subhanahu wata‟ala dan pada
pengadilan Allah yang mana tak satupun diantara makhluk yang
tidak terdzalimi disisi Allah Subhanahu wata‟ala. Tidak seperti
didunia ini banyak orang yang berperkara yang datang ke
187
pangadilan namun kemenangan belum tentu didapatkan oleh
seseorang yang berada diatas kebenaran, oleh karenanya Nabi
Shallallahu „alaihi wasallam didalam hadistnya pernah berkata:

“Sesungguhnya aku hanyalah manusia biasa. Ketika aku


didatangi orang yang bertengkar, bisa jadi sebagian lebih fasih
dari yang lain, sehingga aku menduga ia jujur. Lalu aku
memutuskan untuk memenangkannya. Maka barangsiapa yang
telah aku putuskan perkaranya namun mengambil hak seorang
muslim, maka itu hanyalah bagian dari Neraka. Ia boleh
mengambil, boleh pula meninggalkannya”. (HR. Muttafaq „alaih:
Shahiih al-Bukhari (V/107, no. 2458), Shahiih Muslim (III/
1337, no. 1713 (5)).

Adapun pengadilan Allah Subhanahu wata‟ala tak satupun yang


terdzalimi disisinya, oleh karenanya wahai orang yang berbuat
dzalim ketahuilah bahwa kelak engkau akan berdiri dihadapan
Allah Subhanahu wata‟ala dan engkau akan dimintai
pertanggung jawaban, dan wahai orang yang terdzalimi
bergembiralah , berbahagialah karena yang berbuat dzalim akan
dibalas oleh Allah Subhanahu wata‟ala atas kedzaliman yang ia
lakukan terhadapmu.

Rasulullah Shalalllahu „alaihi wasallam menjelaskan kepada


para sahabatnya bahwasanya setiap hak-hak yang tergadaikan
didunia ini akan dikembalikan pada hari kemudian sampai
seekor hewan yang bertanduk yang pernah menanduk hewan
yang tidak memiliki tanduk akan dibangkitkan dihari kemudian
untuk di qishas oleh Allah Subhanahu wata'ala.

Suatu ketika Rasulullah berserta para sahabat diantaranya


adalah Abu Dzar Al Gifari Radhiyallahu „anhu mereka melihat 2
ekor hewan yang saling menanduk antara yang satu dengan

188
yang lain, Rasulullah bertanya kepada Abu Dzar :”Wahai Abu
Dzar tahukah engkau apa sebab hewan itu menanduk hewan
yang lain", Abu Dzar berkata:”Allah dan Rasulnya lebih tahu”,
beliau berkata:”Namun Allah tahu apa sebab ia menanduk
hewan yang lain, keduanya pada hari kiamat akan dibangkitnkan
kemudian diqishas dan setelah di qishas Allah berkata kepada
hewan tersebut :”Jadilah engkau tanah”, dan pada saat hewan –
hewan itu berubah menjadi tanah orang – orang kafir kemudian
berkata:”Aduhai andaikan aku menjadi tanah saja”.

Mereka berkata demikian karena berdiri dihadapan Allah


mempertanggungjawabkan apa yang pernah ia lakukan selama
ia hidup dipermukaan bumi ini, dalam hadist yang lain Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

“Seorang perempuan disiksa gara-gara seekor kucing. Dia


mengurung kucing itu sampai mati. Karena itulah dia masuk
neraka. Perempuan itu tidak memberi makan dan minum
kepadanya -tatkala dia kurung-. Dan dia pun tidak
melepaskannya supaya bisa memakan serangga atau binatang
tanah”. (HR. Bukhari dan Muslim).

Jika saja hewan diqishas dihari kemudian bahkan menjadi sebab


wanita itu dihukum karena mendzalimi seekor kucing lalu
bagaimana jika kedzaliman itu terjadi diantara manusia, oleh
karenanya Allah Subhanahu wata‟ala mewanti– wanti kita
didalam Al-Qur‟an untuk berhati – hati dari kedzaliman apapun
bentuk dan jenisnya, Allah berfirman didalam Al-Qur‟an:

ْ‫َص‬ َ ‫ّْللاْؼَافِ ًالْ َع َماْ ٌَ ْع َمل‬


ُ ‫ُْالظا ِل ُمونَ ْْۚ ِإنَ َماٌُْ َإ ِ ّخ ُرهُ ْمْ ِل ٌَ ْو ٍمْتَ ْشخ‬ َ َ ‫س َب َن‬ َ ‫َو ََلْتَ ْح‬
ْْۖ‫ط ْرفُ ُه ْم‬َ ْ‫َْلْ ٌَ ْرتَدُّْ ِإلَ ٌْ ِه ْم‬ ُ ‫ارْ*ْ ُم ْه ِطعٌِنَ ْ ُم ْم ِن ِع‬
َ ‫ًْر ُءو ِس ِه ْم‬ ُ ‫ص‬ َ ‫ْاْل َ ْب‬
ْ ‫ِفٌ ِه‬
‫َوأَ ْفئِ َدت ُ ُه ْمْه ََوا ٌْء‬
189
Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa
Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim.
Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai
hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak. mereka
datang bergegas-gegas memenuhi panggilan dengan
mangangkat kepalanya, sedang mata mereka tidak berkedip dan
hati mereka kosong. (QS. Ibrahim: 42-43).

Bahkan ketika doa orang-orang yang terdzalimi diangkat kelangit


Allah berkata kepadanya:“Demi kemuliaanku dan demi
kekuasaanku aku akan menolongmu walaupun sekian waktu
yang berlalu”.

Dalam hadist yang lain Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam


bersabda:

“Sesungguhnya Allah Subhanahu wata‟ala terkadang memberi


tangguh kepada orang – ornag yang berbuat dzalim dengan
kedzalimannya namun ketika ia diambil dan dihukum oleh Allah
maka tidak ada yang mampu menyelamatkannya kemudian
Rasulullah membaca firman Allah:"Demikianlah hukuman
Allah kepada suatu kaum yang berbuat dzalim, sesungguhnya
hukumannya sangatlah pedih dan dahsyat disisi Allah”.

Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam berpesan:

ْ‫اب‬
ٌ ‫ِْح َج‬
ِ ‫ّْللا‬
َ َ‫ْسْبٌَْن‬ ْ ‫َْال َم‬
َ ٌَ‫ظلُ ْو ِمْفَإِنَهُْل‬ ْ ‫كْ َدعْوة‬
ِ َ‫اِت‬
“Takutlah kepada doa orang-orang yang teraniyaya, sebab tidak
ada hijab antaranya dengan Allah (untuk mengabulkan)”.
(Shahih Muslim, kitab Iman 1/37-38).

Kata para ulama kedzaliman terbagi menjadi 3:

190
1. Kedzaliman seorang hamba kepada tuhannya

Bentuk kedzaliman seorang hamba kepada Allah dijelaskan


didalam Al-Qur‟an lewat lisan hamba yang sholeh bernama
Lukman Hakim , Allah berfirman:

ْ‫ش ْرنَ ْلَظُ ْل ٌم‬ َ ِ‫َْلْت ُ ْش ِر ْنْب‬


ّ ِ ‫اَّللِْ ِإ َنْال‬ َ ً ُ ‫ْوه َُوٌَْ ِع‬
َ َ‫ظهٌَُْاْبُن‬ ِ ُ‫َو ِإ ْذْلَالَْلُ ْم َمان‬
َ ‫َْل ْبنِ ِه‬
‫َع ِظٌ ٌْم‬
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, pada
waktu ia memberi pelajaran kepadanya, „Hai anakku, janganlah
kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang
besar”. (QS. Luqman: 13).

Dalam ayat yang lain:

َ ‫َْلٌَْ ْؽ ِف ُرْأَ ْنٌُْ ْش َرنَ ْبِ ِه‬


ْ‫ْوٌَ ْؽ ِف ُرْ َماْدُونَ ْذَلِنَ ْ ِل َم ْنٌَْشَا ُء‬ َ ‫ّْللا‬
َ َ ‫إِ َن‬
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan
Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi
siapa yang dikehendaki-Nya”. (QS. An Nisa‟: 48). Dalam artian
ketika ia meninggal dalam kesyrikannya dan belum sempat
bertaubat maka sebanyak papapun amalannya tidka akan
bermanfaat dihari kemudian.

َ َ‫ْم ْنْلَ ْبلِنَ ْلَئِ ْنْأ َ ْش َر ْكتَ ْلٌََ ْحب‬


ْ َ‫ط َنْ َع َملُن‬ ِ َ‫ْو ِإلَىْالَذٌِن‬َ َ‫ًْإِلٌَْن‬ ِ ُ ‫َولَمَدْْأ‬
َ ‫وح‬
ْ َ‫ْمن‬
َْ‫ْالخَا ِس ِرٌن‬ ِ ‫َولَتَ ُكون ََن‬
“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada
(nabi-nabi) yang sebelummu. “Jika kamu mempersekutukan

191
(Allah), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu
termasuk orang-orang yang merugi”. (QS. Az Zumar: 65).

Dalam hadits dari Jabir, Nabi Shallallahu „alaihi


wasallam bersabda:

ْ‫ش ٌْئًا‬ َ ِ‫ْو َم ْنْ َماتَ ٌُْ ْش ِرنُ ْب‬


َ ِْ‫اَّلل‬ ْ ‫ش ٌْئًاْ َْد َخل‬
َ َ‫َْال َجنَة‬ َ ِ‫َم ْنْ َماتَ َْلٌَُْ ْش ِرنُ ْب‬
َ ِْ‫اَّلل‬
َْ َ‫َد َخلَْالن‬
‫ار‬
“Barangsiapa yang mati dalam keadaan tidak berbuat syirik
pada Allah dengan sesuatu apa pun, maka ia akan masuk surga.
Barangsiapa yang mati dalam keadaan berbuat syirik pada
Allah, maka ia akan masuk neraka”. (HR. Muslim no. 93).

2. Kedzaliman seorang hamba kepada dirinya sendiri

Yaitu ketika ia meninggalkan perintah Allah Subhanahu wata‟ala


dan terjatuh dalam pelanggaran dan kemaksiatan, ketahuilah
bahwa Allah tidak rugi dengan pembangkangan yang kita
lakukan, kemaksiatan yang kita kerjakan, kesombongan kita
tampakkan. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam dalam hadist
qudsi:

ِ ‫ْو ِجنَ ُك ْمْ َكانُواْ َعلَىْأَتْمَىْلَ ْل‬


ْ‫ب‬ َ ‫سكُ ْم‬ َ ‫ْو ِإ ْن‬
َ ‫آخ َر ُك ْم‬ َ ‫ٌَاْ ِعبَادِىْلَ ْوْأَ َنْأ َ َولَ ُك ْم‬
ِ ‫ْو‬
ْ‫ش ٌْئًاْ ٌَاْ ِع َبادِىْلَ ْوْأَ َنْأَ َولَ ُك ْم‬
َ ْ‫ٍْم ْن ُك ْمْ َماْزَ ا َدْذَلِنَ ْ ِفىْ ُم ْل ِكى‬ ِ ‫احد‬ ِ ‫ْو‬َ ‫َر ُج ٍل‬
ْ َ‫صْذَلِن‬ َ َ‫احدٍْ َماْنَم‬ ِ ‫ْو‬َ ‫ْر ُج ٍل‬َ ‫ب‬ ِ ‫ْو ِجنَ ُك ْمْ َكانُواْ َعلَىْأَ ْف َج ِرْلَ ْل‬ َ ‫س ُك ْم‬ َ ‫آخ َر ُك ْمْ َوإِ ْن‬
ِ ‫َو‬
َ ْ‫ِم ْنْ ُم ْل ِكى‬
‫ش ٌْئًا‬
“Wahai hamba-Ku, kalau orang-orang terdahulu dan yang
terakhir di antara kalian, sekalian manusia dan jin, mereka itu
bertaqwa seperti orang yang paling bertaqwa di antara kalian,
tidak akan menambah kekuasaan-Ku sedikit pun. Jika orang-
192
orang yang terdahulu dan yang terakhir di antara kalian, sekalian
manusia dan jin, mereka itu berhati jahat seperti orang yang
paling jahat di antara kalian, tidak akan mengurangi kekuasaan-
Ku sedikit pun juga”. (HR. Muslim no. 2577).

Terkadang ketika kita mengajak orang kepada kebaikan dia


berkata:"Uruslah dirimu sendiri", dan kadang pula ada yang
ketika dicegah dari kemungkaran ia berkata:”Jangan perdulikan
diriku”, padahal kita menawarkan kebaikan kepadanya agar
mendapatkan hidayah untuk keselamatannya, sholat yang kita
tunaikan tidak akan dinikmati oleh siapapun akan tetapi
pahalanya kita yang akan menikmatinya dihari kemudian
begitupula dengan kedzaliman tidak akan didapatkan
balasannya kepada orang lain kecuali yang melakukannya, Allah
Subhanahu wata‟ala berfirman:

ْ‫بْ ُك ُّلْنَ ْف ٍسْإِ ََل‬ ُ ‫ْۚو ََلْتَ ْك ِس‬ ْ ‫ْربُّ ْ ُك ِّلْش‬


َ ْ ٍ‫ًَء‬ َ ‫ًّاْوه َُو‬
َ ‫ًْرب‬َ ‫ّْللاِْأَ ْب ِؽ‬َ ‫لُ ْلْأَ َؼٌ َْر‬
َ ‫ْو ِاز َرةٌْ ِو ْز َرْأ ُ ْخ َرىْْْۚث ُ َمْإِلَى‬
ْ‫ْربِّ ُك ْمْ َم ْر ِجعُ ُك ْمْفٌَُنَبِّئ ُ ُك ْمْبِ َما‬ َ ‫ْۚو ََلْتَ ِز ُر‬َ ْ‫َعلَ ٌْ َها‬
َْ‫ُك ْنت ُ ْمْفٌِ ِهْتَ ْختَ ِلفُون‬
Katakanlah: "Apakah aku akan mencari Tuhan selain Allah,
padahal Dia adalah Tuhan bagi segala sesuatu. Dan tidaklah
seorang membuat dosa melainkan kemudharatannya kembali
kepada dirinya sendiri; dan seorang yang berdosa tidak akan
memikul dosa orang lain. Kemudian kepada Tuhanmulah kamu
kembali, dan akan diberitakan-Nya kepadamu apa yang kamu
perselisihkan". (QS. Al-An‟am: 164).

ْ ٌَ ْ‫س ُه ْم‬
َْ‫ظ ِل ُمون‬ َ ُ‫اسْأَ ْنف‬
َ َ‫اْولَ ِك َنْالن‬
َ ً‫ش ٌْئ‬ ْ ٌَ ْ‫َْل‬
َ َ‫ظ ِل ُمْالن‬
َْ ْ‫اس‬ َ ‫ّْللا‬
َ َ ‫ِإ َن‬

193
"Sesungguhnya Allah tidak berbuat zalim kepada manusia
sedikitpun, akan tetapi manusia itulah yang berbuat zalim
kepada diri mereka sendiri". (QS. Yunus: 44).

3. Kedzaliman seorang hamba kepada saudaranya yang lain

Kedzaliman seorang hamba kepada saudaranya yang lain


adalah kedzaliman yang sangat berbahaya didunia sebelum
diakhirat dan tidak ada dosa yang dipercepat hukumannya
didunia ini kecuali perbuatan dzalim kepada orang lain, Allah
Subhanahu wata'ala berfirman:

“Sesungguhnya orang – orang yang berbuat dzalim itu akan tahu


buah dari kedzaliman yang mereka lakukan".

Fir'aun yang berbuat dzalim kepada kaumnya begitupula qarun,


haman dan penguasa yang lain yang berbuat dzalim
dizamannya, namun pada hari ini tidaklah mereka disebut
melainkan didoakan laknat kepadanya, Rasulullah berpesan
didalam hadistnya

ْ ‫ُْم ْنه‬
َْ‫ُْالٌَ ْو َمْلَ ْبل‬ ِ ‫ًَءٍ ْفَ ْلٌَتَ َحلَ ْله‬
ْ ‫ض ِهْأَ ْوْش‬ ِ ‫ْْل َ ِخٌ ِه‬
ِ ‫ْم ْنْ ِع ْر‬ ِ ٌ‫ظلَ َمة‬ْ ‫َتْلَهُْ َم‬ ْ ‫َم ْنْ َكان‬
ِ َ‫صا ِل ٌحْأ ُ ِخذ‬
ْ‫ْم ْنهُْ ِبمَد ِْر‬ َ ٌْ‫ْو ََلْد ِْر َه ٌمْ ِإ ْنْ َكانَ ْلَهُْ َع َمل‬ ٌ ‫َْلْ ٌَ ُكونَ ْدٌِن‬
َ ‫َار‬ َ ‫أَ ْن‬
‫اح ِب ِهْفَ ُح ِملَْ َعلَ ٌْ ِْه‬
ِ ‫ص‬ َ ِْ‫س ٌِّئَات‬َ ْ‫ْم ْن‬ ِ َ‫سنَاتٌ ْأ ُ ِخذ‬َ ‫ْو ِإ ْنْلَ ْمْتَ ُك ْنْلَهُْ َح‬ ْ ‫َم‬
َ ‫ظلَ َم ِت ِه‬
“Siapa yang pernah menzalimi saudaranya berupa menodai
kehormatan atau mengambil sesuatu yang menjadi miliknya,
hendaknya ia meminta kehalalannya dari kezaliman tersebut hari
ini. Sebelum tiba hari kiamat yang tidak akan bermanfaat lagi
dinar dan dirham. Pada saat itu bila ia mempunyai amal shalih
maka akan diambil seukiran kezaliman yang ia perbuat. Bila
tidak memiliki amal kebaikan, maka keburukan saudaranya akan

194
diambil kemudian dibebankan kepadanya”. (HR. Bukhari no.
2449).

Olehnya karenanya jauhilah kedzaliman dan selesaikan


kedzaliman yang pernah kita kerjakan kepada orang lain karena
kedzaliman adalah kegelapan pada hari kiamat, Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

ْ ‫الظ ْل َمْظُلُ َماتٌ ٌَْ ْو َم‬


ْ‫ْال ِمٌَا َم ِة‬ ُّ َْ‫واْالظ ْل َمْفَإِن‬
ُّ ُ‫اتَم‬

“Jagalah diri kalian dari perbuatan zalim, karna sesungguhnya


kezaliman itu akan menjadi kegelapan pada hari kiamat”.
(Hadits Shahih, Riwayat Ahmad. Lihat Shahiihul
jaami‟ no.101).

Selesaikan kedzaliman kita dengan meminta maaf kepada orang


- orang yang kita dzalimi sebelum tiba hari dimana tidak ada lagi
maaf kecuali pahala yang kita kerjakan diambil oleh orang yang
didzalimi sebagaimana dalam hadist Rasulullah menyebutkan
orang yang bangkrut pada hari kiamat disebabkan karena
kedzaliman, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

ْ‫عْفَمَالَْ ِإ َن‬ َ ‫َْلْد ِْره ََمْلَه‬


َ ‫ُْو ََلْ َمتَا‬ َ ‫سْفٌِنَاْ َم ْن‬ ْ ُ‫سْلَال‬
ُ ‫واْال ُم ْف ِل‬ ْ ‫أَتَد ُْرونَ ْ َم ِن‬
ُ ‫ْال ُم ْف ِل‬
ْْ‫ٍْوٌَؤْتًِْلَد‬َ ‫ْوزَ َكاة‬ َ ‫صٌَ ٍام‬ َ ‫ص َالة‬
ِ ‫ٍْو‬ ْ ‫ْم ْنْأ ُ َمتًِْ َم ْنٌَْؤْتًٌَِْْ ْو َم‬
َ ِ‫ْال ِمٌَا َم ِةْب‬ ِ ‫س‬ َ ‫ْال ُم ْف ِل‬
ْ‫طى‬ َ ‫بْ َهذَاْفٌَُ ْع‬ َ ‫ض َر‬ َ ‫اْو‬َ َ‫سفَنَ ْ َد َمْ َهذ‬ َ َ‫اْوأَ َكلَْ َمالَْهَذ‬
َ ‫اْو‬ َ َ‫ؾْهَذ‬ َ َ‫اْولَذ‬
َ َ‫شتَ َمْهَذ‬ َ
ْ‫ضىْ َما‬ َ ‫سنَاتُهُْلَ ْبلَْأَ ْنٌُْ ْم‬َ ‫تْ َح‬ ْ ٌَ ِ‫سنَاتِ ِهْفَإِ ْنْفَن‬َ ‫اْم ْنْ َح‬ِ َ‫ْو َهذ‬ َ ‫سنَاتِ ِه‬ ِ َ‫َهذ‬
َ ‫اْم ْنْ َح‬
ِْ َ‫تْ َعلَ ٌْ ِهْث ُ َمْطُ ِر َحْ ِفًْالن‬
‫ار‬ ْ ‫ط ِر َح‬ ُ َ‫طا ٌَاهُ ْمْف‬َ ‫ْم ْنْ َخ‬ ِ َ‫َعلَ ٌْ ِهْأ ُ ِخذ‬
“Apakah kalian tahu siapa muflis (orang yang pailit) itu?” Para
sahabat menjawab,”Muflis (orang yang pailit) itu adalah yang
tidak mempunyai dirham maupun harta benda.” Tetapi Nabi
Shallallahu „alaihi wa sallam berkata : “Muflis (orang yang pailit)
195
dari umatku ialah, orang yang datang pada hari Kiamat
membawa (pahala) shalat, puasa dan zakat, namun (ketika di
dunia) dia telah mencaci dan (salah) menuduh orang lain, makan
harta, menumpahkan darah dan memukul orang lain (tanpa
hak). Maka orang-orang itu akan diberi pahala dari kebaikan-
kebaikannya. Jika telah habis kebaikan-kebaikannya, maka
dosa-dosa mereka akan ditimpakan kepadanya, kemudian dia
akan dilemparkan ke dalam neraka". (HR. HR Muslim no. 2581,
at Tirmizi no. 2418 dan Ahmad (2/303, 334, 371), dari Abu
Hurairah).

Termasuk kedzaliman yang paling berbahaya adalah mengambil


hak orang lain seperti harta milik mereka, apalagi yang diserahi
amanah dan kewenangan namun ia mengambil uang dari orang
yang ia pimpin dengan cara yang dzalim. Betapa banyak pada
hari kiamat orang yang datang meminta keadilan kepada Allah
Subhanahu wata‟ala dan betapa ruginya orang - orang yang
akan dihisab kedzalimannya pada hari kiamat, oleh karenanya
kita berlindung kepada Allah dari perbuatan kedzaliman untuk
berbuat dzalim kepada orang lain, diantara cara berlindung dari
sifat kedzaliman adalah dengan senantiasa membaca doa yang
diajarkan oleh Rasulullah Shallalahu „alaihi wasallam:

ْ‫ظ ِل َمْأَ ْو‬


ْ َ ‫ْم ْنْأَ ْنْأ‬ ُ َ‫ْوأ‬
ِ َ‫عوذُْبِن‬ َ ‫ْوالذِّلَ ِة‬
َ ‫ْو ْال ِملَ ِة‬ ْ َ‫ْمن‬
َ ‫ْالفَ ْم ِر‬ ُ َ‫اللَ ُه َمْ ِإِْنّىْأ‬
ِ َ‫عوذُْ ِبن‬
ْ ُ‫أ‬
‫ظلَ َْم‬
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kefakiran,
kemiskinan, kehinaan. Dan aku berlindung kepada-Mu jangan
sampai aku mendzalimi atau didzalimi”. (HR. Ahmad 8053, Abu
Daud 1546 dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth).

Wallahu A‟lam Bish Showaab

196
Oleh : Ustadz Harman Tajang, Lc., M.H.I Hafidzahullahu
Ta‟ala (Direktur Markaz Imam Malik)
@Jum'at, 05 Rabiul Awal 1438 H

197
KEMATIAN YANG SELALU
DIHINDARI
‫الرحِ ٌِم‬
‫الر ْح َم ِن ه‬
‫َّللا ه‬
ِ ‫بِس ِْم ه‬

Bumi tempat kita berpijak nanti setelah dibangkitkan dari kubur


akan digantikan oleh Allah Subhanahu wata‟ala sebagaimana
firmannya:

ُْ‫س َم َاوات‬
َ ‫ْوال‬
َ ‫ض‬ ْ ‫ضْ َؼٌ َْر‬
ِ ‫ْاْلر‬ ْ ‫ٌَ ْو َمْت ُ َب َدل‬
ُ ‫ُْاْلر‬
“(Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain
dan (demikian pula) langit”. (QS. Ibrahim : 48). Dan pada hari itu
tidak ada lagi gunung – gunung, tidak ada lagi gurun,
pepohonan, sebagaimana dalam firman Allah Subhanahu
wata‟ala:

“Dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang gunung-


gunung, maka katakanlah, "Tuhanku akan menghancurkannya
(pada hari kiamat) sehancur-hancurnya. Kemudian Dia akan
menjadikan (bekas) gunung-gunung itu rata sama sekali.
(sehingga) kamu tidak akan melihat lagi ada tempat yang rendah
dan yang tinggi di sana”.(QS. Taha : 105-107). Agar tidak ada
lagi yang mampu bersembunyi dari pengadilan Allah Subhanahu
wata‟ala pada hari tersebut. Hari dimana kita mempertanggung
jawabkan apa yang telah kita kerjakan di permukaan bumi ini
bahkan bumi tempat kita berpijak akan bersaksi dihadapan Allah
Subhanahu wata'ala sebagaimana dalam firmannya:

َ َ‫ِثْأ َ ْخب‬
‫ارهَا‬ ُ ‫ٌَ ْو َمئِذٍْت ُ َح ّد‬

198
“Pada hari itu bumi menceritakan beritanya.” (QS. Al Zalzalah :
4). Allah memerintahkan kita agar bertakwa dan memperhatikan
apa yang dilakukan untuk hari esok, Allah Subhanahu wata‟ala
berfirman:

َ َ ُ‫ٍْواتَم‬
َ َ ‫واّْللاْ ِإ َن‬
ْ‫ّْللا‬ ْ ‫سْ َماْلَ َد َم‬
َ ‫تْ ِلؽَد‬ ُ ‫ْو ْلتَ ْن‬
ٌ ‫ظ ْرْنَ ْف‬ َ َ ُ‫ٌَاْأٌَُّ َهاْالَذٌِنَ ْآَ َمنُواْاتَم‬
َ ‫واّْللا‬
َْ‫ٌرْبِ َماْتَ ْع َملُون‬
ٌْ ِ‫َخب‬
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah
diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada
Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 18). Kata para ulama,
Allah Subhanahu wata‟ala menyebut hari kiamat dengan kata
liqad (besok) menunjukkan dekatnya hari tersebut “Semakin
dekat janji Allah” bahkan kiamat pada setiap kita adalah
kematian, yang akan mendatanginya sebelum datang kiamat
kubra (besar) yang ditandai dengan hancurnya dunia ini, namun
sebelum kiamat kubra (besar) kita akan mengalami kiamat
shugra (kecil) yaitu kematian. Pernah datang salah seorang
kepada Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam:

“kapan datangnya hari kiamat ya Rasulullah, Rasulullah


kemudian menjawab: ”Apa yang engkau persipkan untuk
menghadapinya”.

Begitu pula dengan kematian tidak usah bertanya kapan kita


meninggal karena hal tersebut adalah sebuah keniscayaan
sebagaimana Allah Subhanahu wata‟ala berfirman:

ٍ‫شٌَ َدْة‬ ٍ ‫ْولَ ْوْ ُْك ْنت ُ ْمْفًِْبُ ُر‬


َ ‫وجْ ُم‬ ْ ‫أَ ٌْنَ َماْتَ ُكونُواٌُْد ِْر ْك ُك ُم‬
َ ُ‫ْال َم ْوت‬

199
“Dan dimanapun kalian berada, niscaya kematian itu akan
mendatangi kalian, meskipun kalian berlindung di balik benteng
yang sangat kokoh”. (QS. An Nisa : 78) . Namun yang jadi
pertanyaan apa yang sudah kita persiapkan untuk menghadapi
kematian yang dirahasiakan oleh Allah Subhanahu
wata‟ala. Allah Subhanahu wata‟ala berfirman:

ٍ ‫يِْأ َ ْر‬
َ َ ‫ضْتَ ُموتُ ْْۚ ِإ َن‬
ٌ ِ‫ّْللاْ َع ِلٌ ٌمْ َخب‬
ْ‫ٌر‬ ّ َ ‫سْ ِبؤ‬
ٌ ‫َو َماْتَد ِْريْنَ ْف‬
“Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana
dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal.” (QS. Luqman: 34).

“Wahai mereka yang dibuai dengan kesehatannya, yang dibuai


dengan perkataannya, yang dibuai dengan kekuatannya dan
masa mudanya ketahuilah kematian itu tidak memandang umur.
berbekallah dengan ketakwaan karena engkau tidak tahu jika
malam tiba apakah engkau masih bisa hidup sampai pagi hari,
betapa banyak pemuda yang tertawa diwaktu pagi sedangkan
sore hari kain kafannya sudah disiapkan dan ia tidak
menyadarinya, betapa banyak calon mempelai yang
dipersiapkan untuk pasangannya sedangkan ruhnya telah
dicabut pada malam yang telah ditentukan, betapa banyak anak
kecil yang diharapkan masa depannya sedangkan jasadnya
telah dimasukkan dalam gelapnya kubur, betapa banyak orang
yang sehat mati tiba – tiba tanpa sebab, dan betapa banyak
orang yang sakit dan berapa kali masuk rumah sakit namun
sampai detik ini masih bisa hidup ditengah – tengah kita”.
Kematian adalah rahasia Allah Subhanahu wata‟ala intinya
persiapkan diri kita karena tidak ada jaminan kita masih hidup
lama namun semoga Allah masih memanjangkan umur kita
dalam ketaatan. Dan apalah gunanya umur yang panjang jika
dipergunakan untuk bermaksiat. Oleh karenanya yang harus
200
dilakukan adalah memperbaiki diri dari sisa umur yang Allah
Subhanahu wata‟ala berikan kepada kita. Dan yang lalu biarkan
berlalu, masa silam kubur baik – baik dengan tobat kepada Allah
Subhanahu wata‟ala sebanyak apapun dosa yang kita lakukan
perbaiki apa yang tersisa dari umur kita. Allah Subhanahu
wata‟ala

َ ‫أَلَ ْْمْ ٌَؤْ ِنْ ِللَذٌِنَ ْآ َمنُواْأَ ْنْت َ ْخ‬


َْ ‫ش َعْلُلُوبُ ُه ْمْ ِل ِذ ْك ِر‬
ِ‫ّْللا‬
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman,
untuk tunduk hati mereka mengingat Allah”. (QS. Hadid :16).
Kembali kepada Allah Subhanahu wata‟ala sebelum datang
kepada kita Al Yaqin (kematian), Allah Subhanahu wata‟ala
berfirman:

ْ َ‫ْْربَنَ ْ َحتَىْ ٌَؤْ ِت ٌَن‬


ْ‫ْال ٌَ ِمٌ ُن‬ َ ‫َوا ْعبُد‬
“Dan sembahlah Rabbmu sampai datang kepadamu al yaqin
(yakni ajal).” (QS. Al Hijr: 99).

Umar Bin Abdul Aziz Rahimahulah berkata: “Saya tidak


melihat sesuatu yang meyakinkan tetapi seakan diragukan oleh
manusia seperti keyakinan mereka terhadap kematian”. Seakan
– akan kita ragu buktinya perbuatan kita menunjukkan hal
tersebut seakan akan manusia hidup selamanya didunia.
Semoga kita tidak termasuk yang disebutkan dalam firman Allah
Subhanahu wata‟ala:

ْ‫صا ِل ًحاْفٌِ َما‬َ ُْ‫ونْلَ َع ِلًّْأَ ْع َمل‬ ِ ُ‫ْار ِجع‬ َ ‫ْال َم ْوتُ ْلَال‬
ْ ِ ّ‫َْرب‬ ْ ‫َحتَىْ ِإذَاْ َجا َءْأَ َح َدهُ ُم‬
َْ‫ْو َرائِ ِه ْمْبَ ْرزَ ٌخْ ِإلَىْ ٌَ ْو ِمٌُْ ْب َعثُون‬ َ ْ‫تَ َر ْكتُ ْْۚ َك َالْْۚ ِإنَ َهاْ َك ِل َمةٌْه َُوْلَائِلُ َها‬
َ ‫ْۖو ِم ْن‬

201
“(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila
datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata:
"Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat
amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali
tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya
saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampal hari mereka
dibangkitkan”. (QS. Mu‟minun : 99 – 100).

Ketika maut itu datang kata Allah Subhanahu wata‟ala :”Inilah


kematian yang dahulu senantiasa kamu hindari ”. Inilah yang
karenanya kalian berobat dimana – mana, inilah selama ini
kalian menjaga kesehatan, mengatur pola makan dan
semisalnya. Tetapi sampai kapan kematian akan pasti
menjemput, oleh karenanya mari mempersiapkan diri kita
sebagaimana kata Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam:

Dari Syadad bin Aus Radhiyallahu „anhu, Rasulullah Shallallahu


„alaihi wasallam bersabda: “Orang yang pandai adalah yang
menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri serta beramal untuk
kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang yang lemah
adalah yang dirinya mengikuti hawa nafsunya serta berangan-
angan terhadap Allah Subhanahu wata‟ala”. (HR. Imam
Tirmidzi, ia berkata, „Hadits ini adalah hadits hasan‟).

Wallahu A'lam Bish Showaab

Oleh : Ustadz Harman Tajang, Lc., M.H.I Hafidzahullahu Ta‟ala


(Direktur Markaz Imam Malik)

@Senin , 03 Rabiul Akhir 1438 H

202
KEUTAMAAN SHOLAT SUBUH
BERJAMA'AH
Waktu subuh adalah waktu yang secara khusus didoakan oleh Nabi
Shallallahu „alaihi wasallam:

ِ ‫ ثُى‬ِٝ‫ ف‬ِٝ‫ هُ ثَ ِبسنْ أل ُ هِز‬ُٙ ‫اٌٍه‬


‫سَ٘ب‬ُٛ

“Ya Allah, berkahilah umatku di waktu paginya.” (HR. Abu Daud no.
2606, Tirmidzi no. 1212 dan Ibnu Majah no. 2236. Syaikh Al
Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Seorang ulama pernah ditanya:”Mengapa waktu subuh begitu sejuk,


kita merasakan ketenangan", beliau menjawab:"Karena waktu subuh
bersih dari nafas orang – orang munafik”.

Bahkan dizaman Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, seorang


sahabat pernah berkata:”Kami dizaman Nabi ketika ada yang tidak
kemasjid terutama melaksanakan sholat berjama‟ah diwaktu subuh
kami berburuk sangka kepadanya”.

Allah Memilih Hambanya dengan Hidayah dan Petunjuk

Allah Subhanahu wata‟ala memilih diantara hambanya untuk


mengerjakan sholat diwaktu subuh dari sekian banyak manusia yang
lalai dan diwaktu subuh tersebut.

Kita sering melihat seorang muslim disiang hari mampu mengangkat


beban yang begitu berat bahkan berkilo – kilo namun ketika diwaktu
subuh kain sarung dan selimut yang begitu ringan dan tipis tidak
mampu ia angkat padahal beratnya hanya beberapa ons.

Apa sebab dari semua ini tiada lain adalah merupakan taufik dan
hidayah dari Allah Subhanahu wata‟ala. Oleh karenanya penghuni
surga ketika mereka memasuki surga ucapan pertama mereka

203
diabadikan oleh Allah Subhanahu wata‟ala dalam Al-Qur‟an, Allah
Subhanahu wata‟ala berfirman:

‫ال أَْْ َ٘ذَأَب ه‬ْٛ ٌَ ِٞ


ُ ‫َّللا ُ ٌَمَ ْذ َجب َءدْ ُس‬
{ ‫ع ًُ َسثَِّٕب‬ َ ‫زَذ‬ْٙ ٌَِٕ ‫ َِب وُٕهب‬َٚ ‫زَا‬َٙ ٌِ ‫ َ٘ذَأَب‬ِٞ‫َلِل اٌهز‬
ِ ‫ا ا ٌْ َذ ّْ ُذ ِ ه‬ٌُٛ‫لَب‬َٚ
ِ ّ ‫}ثِب ٌْ َذ‬
‫ك‬

“Segala puji bagi Allah yang telah memberi hidayah kami ke (Surga)
ini, dan kami tidak akan mendapat hidayah (ke Surga) kalau sekiranya
Allah tidak menunjukkan kami”. (QS al-A‟raaf: 43).

Kita pergi kemasjid untuk mengerjakan sholat berjama'ah bukanlah


sesuatu yang kebetulan akan tetapi merupakan hidayah dan petunjuk
dari Allah Subhanahu wata‟ala yang mesti harus kita syukuri dan jaga
serta meningkatkan lagi dengan baik, dan kita harus hadirkan dalam
diri kita bahwasanya kita adalah hamba yang lemah dihadapan Allah
Subhanahu wata‟ala yang andaikan bukan karena Allah maka kita akan
menjadi hamba yang binasa.

Allah Menjaga Hamba yang Sholat Subuh Bejama'ah

Dalam hadist Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam bersabda:

ٍُ‫اٖ ِغ‬ٚ‫ س‬.‫ رِخ هللا‬ٟ‫ ف‬ٛٙ‫ اٌصجخ ف‬ٍٝ‫ِٓ ص‬

“Barangsiapa yang shalat shubuh maka dirinya dalam perlindungan


Allah”. (HR. Muslim)

Kita akan dijaga oleh Allah Subhanahu wata‟ala dan ketika Allah
Subhanahu wata‟ala menjaga kita maka janganlah takut dan sedih
kepada apapun dan siapapun karena Allah Subhanahu wata‟ala
menegaskan:

‫ َِب‬َٚ ‫ ِْش‬١‫عز َ ْىث َ ْشدُ ِِ َٓ ا ٌْ َخ‬ ْ َ ‫ وُٕذُ أ‬ْٛ ٌََٚ ُ‫َّللا‬


ْ َ‫ َْت ال‬١َ‫ػٍَ ُُ ا ٌْغ‬ ّ ‫الَ ظ َّشا ً اِاله َِب شَبء‬َٚ ً ‫ َٔ ْفؼب‬ِٟ‫لًُ اله أ َ ِْ ٍِهُ ٌَِٕ ْفغ‬
َْ ُِِٕٛ ْ‫ُئ‬٠ ٍَ ْٛ َ‫ ٌش ٌِّم‬١ِ‫ثَش‬َٚ ‫ ٌش‬٠ِ‫ ُء ِاْْ أََٔب ْ ِااله َٔز‬ٛ‫غ‬
ُّ ٌ‫ ا‬َِٟ ٕ‫غ‬
‫َِ ه‬

204
Katakanlah: “Aku tidak berkuasa menarik kemanfa‟atan bagi diriku
dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki
Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku
membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa
kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan
pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman”. (QS. Al-
Araf : 188).

Oleh karenanya perbedaan takut kepada Allah dan takut kepada makluk
yaitu takut kepada makhluk maka kita akan menjauh darinya atau
menghindar darinya adapun takut kepada Allah akan mendatangkan
rasa aman dan menjadikan kita semakin dekat kepadanya, Allah
Subhanahu wata‟ala berfirman:

َُْٚ‫زَذ‬ْٙ ُِ ُْ َُ٘ٚ ُِْٓ َ ‫ ُُ ْاأل‬ُٙ ٌَ َ‫ ٌََٰ ِئه‬ُٚ‫ ُْ ِثظُ ٍْ ٍُ أ‬ُٙ َٔ‫ َّب‬٠ِ‫ا ا‬ٛ‫غ‬
ُ ‫ ٍْ ِج‬٠َ ُْ ٌََٚ ‫ا‬َُِٕٛ ‫َٓ آ‬٠ِ‫اٌهز‬

"Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman


mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat
keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat
petunjuk".(QS. Al An'am : 82).

Kisah Murid dengan Guru

Ada seorang murid SD ketika mendengar hadist yang berbunyi:

ٍُ‫اٖ ِغ‬ٚ‫ س‬.‫ رِخ هللا‬ٟ‫ ف‬ٛٙ‫ اٌصجخ ف‬ٍٝ‫ِٓ ص‬

“Barangsiapa yang shalat shubuh maka dirinya dalam perlindungan


Allah”. (HR. Muslim)

Setelah mendengar hadist tersebut anak SD ini rutin ke masjid sholat


subuh berjama‟ah walaupun usianya masih sangat muda,

Suatu hari ia lupa mengerjakan PR sampai disekolah gurunya


menyuruh semua murid mengeluarkan PRnya, anak ini kemudian baru
sadar kalau dia lupa mengerjakan PRnya, ketika diperiksa oleh gurunya
satu demi satu kemudian tiba giliran dia, ia kemudian berkata kepada
gurunya:”Maaf Bu saya lupa mengerjakan PR saya", gurunya
205
kemudian berkata:”Jika begitu berdiri kamu harus dihukum,
bentangkan dan julurkan kedua tanganmu, gurunya kemudian
mengambil penggaris,

Murid ini dengan penuh keyakinan berkata kepada gurunya:”Wahai bu


guru kamu tidak mampu menghukum saya”, Bu Guru mengatakan:”Apa
yang menghalangi saya untuk menghukummu, kamu bersalah dan
penggaris telah ada ditangan saya",

Dengan penuh keyakinan murid ini berkata:”Ibu tidak mampu


menghukum saya karena Rasulullah bersabda:”Barangsiapa yang
mengerjakan sholat subuh secara berjama‟ah maka dirinya dalam
perlindungan Allah”, mendengar ucapan murid tersebut membuat sang
guru kemudian terharu dan menangis, hatinya tersentuh sehingga
membuatnya tidak jadi memukul anak tersebut.

Menjaga Sholat Subuh dan Ashar Menjadi Sebab Memandang


Wajah Allah.

Ketika dihari kiamat kita bercita-cita dimasukan kedalam surga dan


kenikmatan surga disebutkan oleh Allah Subhanahu wata‟ala didalam
Al-Qur‟an:

ُْ ُ٘ ۖ ‫بة ا ٌْ َجٕه ِخ‬ ْ َ ‫ ٌََٰئِهَ أ‬ُٚ‫ َال ِرٌهخٌ ۚ أ‬َٚ ‫ ُْ لَز َ ٌش‬ُٙ َ٘ ٛ‫ ُج‬ُٚ ‫ك‬
ُ ‫ص َذ‬ َ ‫َٓ أ َ ْد‬٠ِ‫ٌٍِهز‬
ْ ‫ا ا ٌْ ُذ‬ُٕٛ‫غ‬
ُ َ٘ ‫َ ْش‬٠ ‫ َال‬َٚ ۖ ٌ‫َب َدح‬٠‫ ِص‬َٚ َٰٝ َٕ‫غ‬
َْ ُٚ‫ب َخب ٌِذ‬َٙ ١ِ‫ف‬

"Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga)
dan tambahannya. Dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan
tidak (pula) kehinaan. Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di
dalamnya". (QS. Yunus: 26).

Ayat diatas ditafsirkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasalam,


yang dimaksud tambahan adalah memandang wajah Allah Subhanahu
wata‟ala, Allah Subhanahu wata‟ala berfirman:

ٌ‫ب َٔب ِظ َشح‬َٙ ِّ‫ َسث‬ٌَٝ‫ ِا‬.ٌ‫بظ َشح‬


ِ َٔ ‫ َِئِ ٍز‬ْٛ َ٠ ٌٖٛ‫ ُج‬ُٚ

206
“Wajah-wajah (orang-orang mu‟min) pada hari itu berseri-seri.
Kepada Rabbnyalah mereka melihat”. (QS. Al-Qiyamah:22-23).

Salah satu amalan untuk mendapatkan karunia tambahan kenikmatan


tersebut sebagaimana disebutkan oleh Rasulullah Shallallahu „alaihi
wasallam dalam hadist:

ٍََٝ‫ا ػ‬ْٛ ُ ‫ط ْؼز ُ ُْ أَْْ الَ ر ُ ْغٍَج‬


َ َ ‫ فَ ِب ِْ اْعز‬،ِِٗ‫َز‬٠ ْ‫ ُسإ‬ِٟ‫َْ ف‬ْٛ ُِّ ‫َْ َ٘زَا ا ٌْمَ َّ َش الَ رَعَب‬ْٚ ‫َْ َسثهىُ ُْ َو َّب ر َ َش‬ْٚ ‫عز َ َش‬ َ ُْ ُ‫ِأهى‬
ُ ْ َ ُ َ َ
‫ا‬ْٛ ٍَ‫ب فبفؼ‬َٙ ِ‫ث‬ْٚ ‫صال ٍح لجْ ًَ غ ُش‬ َ َٚ ‫ظ‬ ِ ّْ ‫ش‬ ُ ُ َ
‫عِ اٌ ه‬ْٛ ٍ‫صالَ ٍح ل ْج ًَ غ‬ َ

"Sesungguhnya kalian akan melihat Rabb kalian sebagaimana kalian


melihat bulan ini (dalam permulaan hadits, diceritakan; waktu itu Nabi
Shallallahu „alaihi wasallam sedang melihat bulan yang tengah
purnama). Kalian tidak berdesak-desakan ketika melihatNya (kalian
tidak akan ditimpa kesulitan dalam melihatNya). Oleh karena itu, jika
kalian mampu, untuk tidak mengabaikan shalat sebelum terbit
matahari (Subuh) dan shalat sebelum terbenam matahari (Ashar),
maka kerjakanlah". (HR. Bukhari dan Muslim)

Yang dimaksud dalam hadist diatas yang harus dijaga adalah sholat
subuh

Dua Rakaat sebelum subuh lebih baik dari pada dunia beserta
isinya

‫ب‬َٙ ١ِ‫ َِب ف‬َٚ ‫َب‬١ْٔ‫ ٌش َِِٓ اٌ ُّذ‬١ْ ‫َس ْوؼَز َب ا ٌْفَ ْج ِش َخ‬

“Dua raka‟at fajar (shalat sunnah qobliyah shubuh) lebih baik


daripada dunia dan seisinya". (HR. Muslim no. 725).

ٍ‫ش ْش َثخَ َِبء‬


َ ‫ب‬َٙ ْٕ ِِ ً ‫ وَبفِشا‬َٝ‫عم‬ َ ُٛ‫ب ر َ ْؼ ِذ ُي ِػ ْٕ َذ هللا َجَٕب َح َثؼ‬١َ ْٔ ‫ وَبَٔذ اٌ ُّذ‬ْٛ ٌَ
َ ‫ َِب‬، ‫ظ ٍخ‬

“Seandainya dunia ini di sisi Allah senilai harganya dengan sayap


nyamuk niscaya Allah tidak akan memberi minum barang seteguk
sekalipun kepada orang kafir”. (HR. Tirmidzi, dan dia berkata:
„hadits hasan sahih‟)

207
Kabar Gembira Bagi Yang Berjalan Kemasjid

Keutamaan melangkahkan kaki kemasjid . Rasulullah Shallallahu


„alaihi wasallam bersabda:

‫خ‬١‫ صذ‬.ِ‫بِخ‬١‫ ََ اٌم‬ٛ٠ َ‫س اٌز ِ ّهب‬ٛ ُّ ٌ‫ ا‬ٟ‫َٓ ف‬١‫ش ِّش اٌّشهبئ‬
ِ ٌُّٕ‫ اٌّغبج ِذ ثب‬ٌٝ‫ظٍَ ُِ ا‬ ِ ‫ َث‬:‫ي هللا‬ٛ‫لبي سع‬
‫ت‬١‫اٌزشغ‬

"Berilah kabar gembira bagi orang-orang yg berjalan kaki dalam


kegelapan malam menuju masjid-masjid akan mendapat cahaya yang
sempurna pada hari kiamat nanti". (Shahih at-Targhib).

Ungkapan Seorang Yahudi

Salah seorang yahudi membaca hadist Rasululah tentang batu pada


akhir zaman nanti, dimana pada akhir zaman seorang yahudi
bersembunyi dibalik batu kemudian batu itu berkata sebagaimana
Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan hadits dari Abu
Hurairah Radhiyallahu „anhu bahwa Rasulullah Shallallahu „alaihi
wasallam bersabda:

“Artinya : Tidak akan terjadi hari kiamat sebelum kaum Muslimin


memerangi orang-orang Yahudi. Kemudian kaum Muslimin membunuh
mereka sampai orang Yahudi bersembunyi di belakang batu atau
pohon. Maka batu -atau- pohon itu berkata : Wahai Muslim, wahai
hamba Allah, ini di belakangku ada Yahudi, kemarilah lalu bunuhlah.
Kecuali pohon Gharqad (sebuah pohon berduri yang dikenal
dikalangan bangsa Yahudi), sesungguhnya Gharqad itu adalah salah
satu pohon bangsa Yahudi”.

ini terjadi ketika perang besar diakhir zaman, orang yahudi berkata
kepada orang muslim:”Ini tidak akan terjadi sekarang”, kemudian
orang muslim bertanya:”Kapan itu akan terjadi.?”, orang yahudi
berkata:”Jika jumlah kaum muslimin yang menghadiri sholat subuh
sama dengan jumlah mereka yang menghadiri sholat jumat”.

Wallahu A’lam Bish Showaab

208
Oleh : Ustadz Harman Tajang, Lc., M.H.I Hafidzahullahu Ta’ala
(Direktur Markaz Imam Malik)

@Senin, 25 Sya‟ban 1438 H

209
CARA AGAR TIDAK TERMASUK
ORANG YANG MERUGI
Allah Ta‟ala berfirman:

ِ ّ ‫ا ثِب ٌْ َذ‬َْٛ ‫اص‬ََٛ ‫ر‬َٚ ‫د‬


‫ك‬ َ َٚ ‫ا‬َُِٕٛ َ ‫َٓ آ‬٠ِ‫) اِ هال اٌهز‬2( ‫غ ٍش‬
ِ ‫ا اٌصهب ٌِ َذب‬ٍُِّٛ ‫ػ‬ ْ ‫ ُخ‬ِٟ‫غب َْ ٌَف‬ ِ ْ ‫) اِْه‬1( ‫ا ٌْؼَص ِْش‬َٚ
َ ْٔ ‫اْل‬
‫صج ِْش‬
‫ا ثِبٌ ه‬َْٛ ‫اص‬ََٛ ‫ر‬َٚ

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,


kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan
nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat
menasehati supaya menetapi kesabaran". (QS. Al „Ashr: 1-3).

Diantara manusia yang merugi adalah sebagaimana dalam firman Allah


Subhanahu wata'ala:

ْ‫ا‬ُُٛٔٛ‫الَ رَى‬َٚ ﴾ٕٓ﴿ َُْٛ‫غ َّؼ‬ ْ َ ‫أَٔز ُ ُْ ر‬َٚ ُْٕٗ َ‫ا ػ‬ْٛ ‫ٌه‬ََٛ ‫الَ ر‬َٚ ٌَُُٗٛ‫ َسع‬َٚ َ‫َّللا‬
ّ ْ ‫ا‬ُٛ‫ؼ‬١ ِ‫اْ أَغ‬َُِٕٛ ‫َٓ آ‬٠ِ‫ب اٌهز‬َٙ ُّ٠َ‫َب أ‬٠
ٍَُْٛ‫َ ْؼ ِم‬٠ َ‫َٓ ال‬٠ِ‫ص ُُّ ا ٌْجُ ْى ُُ اٌهز‬
ُّ ٌ‫َّللاِ ا‬
ّ ‫اة ػِٕ َذ‬ ‫ ه‬ٚ‫ َْ ﴿ٕٔ﴾ ِاْه ش هَش اٌذ َه‬ُٛ‫غ َّؼ‬ َ ‫ا‬ٌُٛ‫َٓ لَب‬٠ِ‫وَبٌهز‬
ْ َ٠ َ‫ُ٘ ُْ ال‬َٚ ‫ع ِّ ْؼَٕب‬
ْ ‫ه‬
﴾ٕٖ﴿ َُْٛ‫ُُ٘ ُِّ ْؼ ِشظ‬ٚ‫ا ه‬ٌََٛٛ ‫ ُْ ٌز‬ُٙ َ‫ع َّؼ‬ َ َ َ
ْ ‫ أ‬ْٛ ٌَٚ ُْ ُٙ َ‫ع َّؼ‬ ‫ه‬ َ
ْ ‫ ًْشا أل‬١‫ ُْ خ‬ِٙ ١ِ‫َّللا ُ ف‬ َ ْٛ ٌََٚ ﴾ٕٕ﴿
ّ َُ ٍِ ‫ػ‬

"Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya,


dan janganlah kamu berpaling daripada-Nya, sedang kamu mendengar
(perintah-perintah-Nya), dan janganlah kamu menjadi sebagai orang-
orang (munafik) yang berkata: "Kami mendengarkan, padahal mereka
tidak mendengarkan." Sesungguhnya binatang (makhluk) yang
seburuk-buruknya pada sisi Allah ialah orang-orang yang pekak dan
tuli yang tidak mengerti apa-apa pun. Kalau kiranya Allah mengetahui
kebaikan ada pada mereka, tentulah Allah menjadikan mereka dapat
mendengar. Dan jika Allah menjadikan mereka dapat mendengar,
niscaya mereka pasti berpaling juga, sedang mereka memalingkan diri
(dari apa yang mereka dengar itu)." (QS. Al-Anfaal : 20-23).

Dalam ayat lain Allah Subhanahu wata'ala berfirman:

ْ َ ‫ ُْ أ‬ُٙ ٌََٚ ‫ب‬َٙ ِ‫َْ ث‬ُٛٙ َ‫َ ْفم‬٠ ‫ة اله‬ٛ


‫ب‬َٙ ِ‫ َْ ث‬ٚ‫ُج ِْص ُش‬٠ ‫ٌُٓ اله‬١‫ػ‬ ٌ ٍُُ‫ ُْ ل‬ُٙ ٌَ ‫ٔظ‬ ً ‫ٕه َُ َوث‬َٙ ‫ٌَمَ ْذ رَ َسأَْٔب ٌِ َج‬َٚ
ِ َٚ ِّٓ ‫شا ِِّ َٓ ا ٌْ ِج‬١ِ
ِ ‫اْل‬
‫ب‬َٙ ِ‫َْ ث‬ُٛ‫غ َّؼ‬ْ َ٠ ‫ ُْ آرَا ٌْ اله‬ُٙ ٌََٚ
210
“Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami
(ayat-ayat Allah), dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan
mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk
mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan
lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (QS. Al-
A‟raaf: 179)

Syarat untuk keluar dari orang – orang yang merugi setelah beriman
adalah dengan mengerjakan amalan amalan sholeh, keimanan kata
Hasan Al Basri Rahimahullah:

“Keimanan bukan sekedar embel –embel bukan sekedar perhiasan


bukan sekedar angan – angan akan tetapi apa yang terpatri dalam hati
dan dibenarkan oleh amalan”, dan inilah yang dimiliki oleh Sahabat
Abu Bakar Ash Shiddiq Radhiyallahu 'anhu dimana Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wasallam berkata:

“Andaikan keimanan seluruh ummat diletakkan disebuah timbangan


dan keimanan Abu Bakar Ash Shiddiq diletakkan pada timbangan yang
lain maka keimanan Abu Bakar Ash Shiddiq mengalahkan keimanan –
keimanan mereka”. Yang menyebabkan Abu Bakar Ash Shiddiq lebih
mulia karena sesuatu yang telah terpatri didalam hatinya, ketika semua
manusia mendustkan Rasulullah beliau sendiri yang beriman kepada
Rasulullah dari kalangan lelaki.

Iman adalah melafadzkan dengan lisan dan dibenarkan oleh hati dan
dubuktikan dalam pengamalan oleh anggota tubuh, Hasan Al Basri
Rahimahullah pernah ditanya:”Bukankah Lailahaillallahu kunci
surga.? , beliau menjwab: Betul, tapi setiap kunci itu dia memiliki gigi,
mata kunci itulah sholat, puasa, zakat, haji dan syariat – syariat yang
lain",

Inilah bukti keimanan kita kepada Allah Subhanahu wata‟ala dan akan
menjadi investasi akhirat kita yang kelak akan kita nikmati dalam
kubur kita dan inilah yang akan mengundang rahmat Allah Subhanahu
wata‟ala.

211
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasalam bersabda:

َ‫ال‬َٚ ‫ا‬ٌُٛ‫ لَب‬. » َ‫ػ ٍَُّٗ ُ ا ٌْ َجٕهخ‬


َ ‫ُ ْذخِ ًَ أ َ َدذًا‬٠ ٌَْٓ « ُ‫ي‬ُٛ‫َم‬٠ – ‫َّللاِ – ملسو هيلع هللا ىلص‬ َ ‫ َْشحَ لَب َي‬٠‫أَْه أَثَب ٘ َُش‬
‫ َي ه‬ُٛ‫ع ِّؼْذُ َسع‬
‫ ه‬ِٝٔ‫زَغَ هّ َذ‬٠َ َْْ‫الَ أََٔب ِااله أ‬َٚ ، َ‫َّللا لَب َي « ال‬
ْ َ‫َّللاُ ِثف‬
‫ َس ْد َّ ٍخ‬َٚ ًٍ ‫ع‬ ِ ‫ َي ه‬ٛ‫ع‬ ُ ‫ب َس‬٠َ َ‫أ َ ْٔذ‬

"Sesungguhnya Abu Hurairah berkata, ia mendengar Rasulullah


shallallahu „alaihi wa sallam bersabda, “Amal seseorang tidak akan
memasukkan seseorang ke dalam surga.” “Engkau juga tidak wahai
Rasulullah?”, tanya beberapa sahabat. Beliau menjawab, “Aku pun
tidak. Itu semua hanyalah karena karunia dan rahmat Allah.” (HR.
Bukhari no. 5673 dan Muslim no. 2816).

Yang kita kejar mulai dari sekarang adalah bagaimana kita terlebih
dahulu mengundang rahmat Allah Subhanahu wata‟ala dengan amalan
sholeh tersebut, Amalan sholeh inilah yang harus kita perbanyak dan
jaga dengan baik serta berlomba – lomba didalamnya untuk
menggapainya. Jika saja Allah Subhanahu wata‟ala mengabarkan
kepada Nabi – Nabinya:

ِ ‫ َشا‬١ْ ‫ ا ٌْ َخ‬ِٟ‫َْ ف‬ُٛ‫غ ِبسػ‬


‫ََٕٔب‬ُٛ‫َ ْذػ‬٠َٚ ‫د‬ ْ َ ‫أ‬َٚ َٰٝ َ١‫َ ْذ‬٠ ُ ٌَٗ ‫ َ٘جَْٕب‬َٚ َٚ ُ ٌَٗ ‫عز َ َج ْجَٕب‬
َ ُ٠ ‫ا‬ُٛٔ‫ ُْ وَب‬ُٙ ‫ َجٗ ُ ۚ أِه‬ْٚ ‫صٍَ ْذَٕب ٌَٗ ُ َص‬ ْ ‫فَب‬
َٓ ١ِ‫شؼ‬ِ ‫ا ٌََٕب َخب‬ُٛٔ‫وَب‬َٚ ۖ ‫ َس َ٘جًب‬َٚ ‫غجًب‬ َ ‫َس‬

"Maka Kami memperkenankan doanya, dan Kami anugerahkan kepada


nya Yahya dan Kami jadikan isterinya dapat mengandung.
Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera
dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka
berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah
orang-orang yang khusyu' kepada Kami". (QS al-Anbiyaa‟: 90).

Jika saja Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu perawi hadist yang paling
banyak dari Nabi Shallallahu „alaihi wasallam bahkan Rasulullah
mendoakan beliau agar dicintai oleh seluruh manusia dimana tidak ada
yang membencinya kecuali orang munafik dan seterusnya namun
ketika beliau dalam sekarat beliau menangis orang – orang kemudian
datang menghibur dan memuji beliau, beliau berkata:

“Panjangnya perjalanan, perbekalan sedikit”. Tempat kembali kita


hanya ada 2 kalau bukan surga maka neraka, jangan korbankan hidup
212
kita yang sementara ini karena tempat kembali hanya ada dua
sebahagian dimasukkan kesurga dan sebahagian dimasukkan ke neraka.

Setelah kita mengetahui amalan sholeh maka yang menjadi pekerjaan


utama bagi kta adalah bagaimana kita bisa istiqamah dengan amalan –
amalan sholeh tersebut sampai kematian menjemput kita.

Tingkatan Puasa Ramadhan

Bau mulut orang yang berpuasa lebih baik disisi Allah Subhanahu
wata'ala dari bau minyak kasturi, Mengapa demikian karena bau mulut
ini keluar karena ketaatan kepada Allah Subhanahu wata‟ala.

Kita ingin diri kita dibulan suci ramadhan sama dibulan – bulan yang
lain agar ketika kematian menjemput kita dalam keadaan seperti
dibulan ramadhan.

Ulama kita membagi bahwasanya orang yang berpuasa itu ada


beberapa tingkatan

1. Yang paling rendah adalah puasanya orang – orang awam dia


menahan lapar, menahan dahaga disiang hari namun masih
terjatuh dalam perkara yang haram bahkan banyak yang puasa
tidak sholat dan ini adalah puasa yang paling ringan

2. Puasa orang – orang khusus dari kalangan awam dia menjaga dirinya
dari hal – hal yang diharamkan tetapi masih terjatuh dalam perkara –
perkara yang tidak bermanfaat diantaranya menyibukkan diri dengan
bola dibulan suci ramadhan

3. Puasanya orang – orang khusus menjaga diri dari yang haram dan
meninggalkan yang tidak bermanfaat, menyibukkan diri dengan ibadah
dibulan suci ramadhan.

4. Dan yang paling tinggi adalah dimana ia tidak berbuka sampai di


akhirat dan inilah ramadhan sepanjang masa yang tidak berbuka kecuali
dihari kiamat nanti dia mempuasakan matanya, penglihatannya, ia
mempuasakan lisan dan pendengaranya dan seluruhnya karena puasa
213
ini adalah meraih derajat taqwa dimana dia merasa diawasi oleh Allah
Subhanahu wata‟ala.

Kita tidak ingin hanya menjadi ramadhaniah kita mau menjadi


rabbaniah salah seorang Syaikh mengatakan: "Jadilah hamba Allah
yang Rabbani dan jangan menjadi hamba Ramadhani". suatu ketika
Abu Bakar As Shiddiq menenangkan para sahabat pada peristiwa
meninggalnya Rasulullah beliau berkata: “Siapa yang menyembah
Muhammad sungguh Muhammad telah meninggal dan siapa yang
menyembah tuhannya Muhammad Allah maha hidup dan tidak akan
mati”.

Inilah yang diinginkan oleh Allah Subhanahu wata‟ala dari kita dan
ramadhan ini hadir untuk mengembalikan kita kepada Allah, ramadhan
dihadirkan oleh Allah untuk mengembalikan kita kepada Allah untuk
mensucikan diri kita dan memberihkan dosa – dosa kita agar hati kita
kembali suci dan bersih, dibulan ramadhan inilah kesempatan bagi kita
untuk kembali kepada Allah Subhanahu wata‟ala.

Allah Subhanahu wata‟ala mewajibkan kepada kita untuk mengerjakan


amalan – amalan sholeh terutama yang hukumnya wajib yang
dengannya kita akan mendapatkan Al Mahabbah kecintaan dari Allah
Subhanahu wata‟ala.

Istiqamah Diatas Amalan Sholeh

Dalam hadist Qudsi

ٝ‫ «اِ هْ هللاَ رَؼَبٌَـ‬: َُ ‫عٍه‬ َ َٚ ِٗ ١ْ ٍَ‫ػ‬ ‫ ه‬ٝ‫صٍه‬


َ ُ‫َّللا‬ َ ِٗ ‫ ُي اٌٍّـ‬ْٛ ُ‫ لَب َي َسع‬: ‫ لَب َي‬، ُْٕٗ َ‫َّللاُ ػ‬ ‫ ه‬َٟ ‫ َْشحَ َس ِظ‬٠‫ ٘ َُش‬ٟ‫ـ‬ ْ ِ‫ػْٓ أَث‬ َ
‫ ِِ هّـب‬ٟ‫ـ‬ َ ٌ
‫َ ه ِ ه‬‫ا‬ ‫ت‬ ‫د‬ َ ‫أ‬ ٍ‫ء‬ َٟ ‫ش‬‫ث‬ ِٞ ‫ذ‬ ‫ج‬ ‫ػ‬
َ ‫ة‬
ْ ِ ْ ْ َ ‫ِ َْ ِ َ َ ه‬ ‫ش‬ َ ‫م‬َ ‫ر‬ ‫ب‬ِ ٚ ، ‫ة‬ ‫ش‬ ‫ذ‬ ‫ـ‬ ْ
ٌ ‫ب‬ ‫ث‬ ُ ُٗ ‫ز‬ ْ َٔ ‫ر‬‫آ‬ ‫ذ‬ْ َ ‫م‬َ ‫ف‬ ‫ب‬ ١ ٌ ٚ
ًّ ِ َ ْٟ‫ِـ‬
ٌ َٜ
‫د‬ ‫َب‬‫ػ‬ ْٓ َ َ َ‫ل‬
ِ : ‫ي‬ ‫ب‬
‫ه‬
ْ ‫ع ّْؼَٗ ُ اٌز‬
ِٞ ْ َ َ َ ُ
َ ُ‫ ف ِبرا أدْ جَجْزُٗ ُ وُٕذ‬،ُٗ‫ أدِ جه‬ٝ‫افِ ًِ َدز ه‬َٛ ‫ ثِبٌٕه‬ٟ‫ـ‬ َ
‫ة اٌِ ه‬ ُ ‫َزَمَ هش‬٠ ِٞ ْ ‫ػ ْجذ‬ َ
َ ُ‫َ َضاي‬٠ ‫ َِب‬َٚ ، ِٗ ١ْ ٍَ‫ظزُُٗ ػ‬ ْ ‫ْافز ََش‬
ْْ‫ ِا‬َٚ ، ‫ب‬َٙ ‫ ِث‬ِٟ ْ ‫َ ّْش‬٠ ِْٟ ‫ ِس ْجٍَُٗ اٌهز‬َٚ ، ‫ب‬َٙ ‫ش ِث‬ ُ ِ‫َجْط‬٠ ِْٟ ‫َ َذُٖ اٌهز‬٠َٚ ، ِٗ ِ‫ُج ِْص ُش ث‬٠ ِٞ ْ ‫ثَص ََشُٖ اٌهز‬َٚ ، ِٗ ‫غ َّ ُغ ِث‬ ْ َ٠
‫زَٔٗ ُه‬١ْ ‫ َأل ُ ِػ‬ٟ‫ِـ‬ َ
ْ ٔ‫عزَؼَبر‬ َ ‫ه‬ ُ
ْ ‫ٌئ ِِٓ ا‬َٚ ، َُٕٗ١ ِ‫ ألػْط‬ِْٟ ٌٕ‫عؤ‬َ َ َ َ ».

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu ia berkata, Rasulullah


Shallallahu „alaihi wasallam bersabda: ”Sesungguhnya Allah Azza wa
Jalla berfirman, ‟Barangsiapa memusuhi wali-Ku, sungguh Aku
mengumumkan perang kepadanya. Tidaklah hamba-Ku mendekat
214
kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada hal-hal
yang Aku wajibkan kepadanya. Hamba-Ku tidak henti-hentinya
mendekat kepada-Ku dengan ibadah-ibadah sunnah hingga Aku
mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, Aku menjadi
pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, menjadi
penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, menjadi tangannya
yang ia gunakan untuk berbuat, dan menjadi kakinya yang ia gunakan
untuk berjalan. Jika ia meminta kepada-Ku, Aku pasti memberinya.
Dan jika ia meminta perlindungan kepadaku, Aku pasti
melindunginya.‟” (HR. Bukhari).

Kalau yang sunnah sudah dijaga apalagi yang wajib dan hal ini
tentunya harus terus-menerus, Rasulullah terus dan tidak pernah
terputus dalam mengerjakan amalan sholeh Berkata 'Aisyah
bahwasanya Nabi Muhammad Shallallahu „alaihi wasallam kalau
beliau mengerjakan amalan beliau meneguhkannya, menetapkannya
bahkan sampai - sampai ketika beliau tertidur diwaktu malam atau sakit
tidak sempat qiyamullail maka beliau sholat disiang hari 12 rakaat
mengganti sholat diwaktu malam". Ini menunjukkan Rasulullah ingin
membiasakan dirinya didalam kebaikan.

Ada seorang salaf yang datang dari jauh menggunakan kendaraan yang
hadir dimajelis gurunya setiap hari dan ada libur 1 hari namun
walaupun libur ia tetap datang ke majelis gurunya dia sholat, dzikir
ditempat itu kemudian pulang ketika ditanya mengapa engkau datang
dimajelis syaikh padahal tidak ada majelis pada hari ini, ia
mengatakan:”Jangan sampai yang satu hari itu mencuri kebiasaan
saya sehingga saya menjadi malas", jadi beliau selalu satang sekalipun
diwaktu libur.

Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam bersabda:

"Sebaik-baik amalan yang dicintai oleh Allah adalah yang rutin


walaupun sedikit”.

Diantara buah dari rutin mengerjakan amalan - amalan sholeh:

215
1. Seorang hamba akan senantiasa bergantung hatinya kepada
Allah Subahnahu wata‟ala

Hati yang senantiasa bergantung kepada Allah maka Allah akan


memberikan kepadanya kekuatan, keistiqamahan dan benar benar
hanya bertawakkal kepada Allah Subhanahu wata‟ala. “Siapa yang
bertwakkal kepada Allah maka dicukupkan segala urusannya”,

Disinilah mengapa para ahli ilmu mensyariatkan atau menyebutkan


tentang disyariatkannya yang disebut dengan dzikir – dzikir yang
mutlaq dan dzikir yang muqayyad (yang terikat dengan waktu) seperti
dzikir setelah sholat begtupula dengan dzikir keluar dari rumah atau
dzikir - dzikir lain yang terikat dengan waktu). Agama islam adalah
agama yang setiap aktifitasnya ada dzikirnya adapun yang mutlaq
adalah dzikir yang tidak terikat yang bisa dilakukan kapan saja.
Usahakan lisan kita senantiasa basah dengan dzikir kepada Allah
Subhanahu wata‟ala hikmahnya agar hati ini sennatiasa bergantung
kepada Allah Subhanahu wata‟ala. Dengan banyak berdzikir kepada
Allah itu akan menentramkan hati – hati kita.

2. Melatih jiwa dan diri kita untuk taat kepada Allah Subhanahu
wata‟ala

Seorang ulama berkata:”JIka jiwamu tidak engkau isi dengan keta‟atan


maka akan disibukkan dengan kemaksiatan dan kelalaian”, olehnya
sibukkan diri dengan kebaikan Terus menerus mengerjakan amalan
sholeh dengannya akan dinaungi oleh Allah dibawah arsynya dimana
tidak ada naungan selain naungan Allah Diriwayatkan oleh Imam
Bukhari dan Imam Muslim dari sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu
„anhu, Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam pernah bersabda:

ُ ُٗ‫ َس ُجًٌ لَ ٍْج‬َٚ ،ِ‫شؤ َ ِث ِؼجَب َد ِح هللا‬ ٌّ ‫ش‬َٚ ،ُ‫ اْ ِْل َِب َُ ا ٌْؼَب ِدي‬:ٍُُّٗ ِ‫ ََ الَ ظِ هً ِااله ظ‬ْٛ َ٠ ِٗ ٍِّ ِ‫ ظ‬ِٟ‫ ُْ هللاُ ف‬ُٙ ٍُّ ِ‫ُظ‬٠ ٌ‫ع ْجؼَخ‬
َ َٔ ‫َبة‬ َ
َ ٌ
ُ‫اِ َشأح راد‬ َ َ َ َ
ْ ٗ‫ َس ُج ًٌ دػز‬َٚ ،ِْٗ١ٍَ‫رَف هشلب ػ‬َٚ ِٗ ١ْ ٍ‫ػ‬ َ َ
َ ‫ هللاِ ا ْجز َ َّؼَب‬ِٟ‫ َس ُجال ِْ ر َ َذبثهب ف‬َٚ ،ِ‫بجذ‬ ِ ‫غ‬ ْ
َ َّ ٌ‫ ا‬ِٟ‫ك ف‬ ‫ه‬
ٌ ٍَ‫ُِؼ‬
ِ َُ ٍَ‫ الَ ر َ ْؼ‬ٝ‫ص َذلَ ٍخ فَؤ َ ْخفَبَ٘ب َدز ه‬
‫ش َّبٌُُٗ َِب‬ َ ‫ق ِث‬َ ‫ص هذ‬َ َ ‫ َس ُجًٌ ر‬َٚ ،‫هللا‬ َ ‫بف‬
ُ َ
‫خ‬ َ ‫أ‬ ٟ
ْ ّ ٔ
ِ ِ ‫ا‬ :َ
‫ي‬ ‫ب‬ َ ‫م‬ َ ‫ف‬ ‫ي‬ ‫ب‬
ٍ َ ّ ‫ج‬
َ ٚ
َ ‫ت‬
ٍ ‫َِ ْٕ ِص‬
َ
ُٖ‫ْٕب‬١‫ػ‬ َ َ َ َ
َ ْ‫ًب ففبظَذ‬١ٌِ ‫ َس ُج ًٌ رو ََش هللاَ خب‬َٚ ،ٕٗ١ْ ِّ َ٠ ‫ك‬ ُ ُ ُ ‫ر ُ ْٕ ِف‬

Tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan „Arsy Allah Ta‟ala


dimana tidak ada naungan kecuali hanya naungan Allah Ta‟ala. Yaitu:
216
1. Pemimpin yang adil
2. Pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Allah Ta‟ala
3. Seorang yang hatinya senantiasa bergantung di masjid
4. Dua orang yang saling mencintai karena Allah Ta‟ala. Mereka
berkumpul karena Allah dan mereka pun berpisah juga karena Allah
Ta‟ala.
5. Seorang yang diajak wanita untuk berbuat yang tidak baik, dimana
wanita tersebut memiliki kedudukan dan kecantikan, namun ia mampu
mengucapkan, “Sungguh aku takut kepada Allah”.
6. Seorang yang bersedekah dan dia sembunyikan sehingga tangan
kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya.
7. Seorang yang mengingat Allah dalam keadaan sendirian sehingga
kedua matanya meneteskan air mata.

Pemuda yang tumbuh diatas ketaatan maksudanya adalah terus


menerus bertambah ketaatannya, bertambah umur bertambah
keta‟atannya kepada Allah Subhanahu wata‟ala

Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam bersabda:

ٌ ‫ح‬َْٛ ‫صج‬
َ ُ ٌَٗ ْ‫غذ‬
َ ١ْ ٌَ ‫هبة‬ ُ ‫َ ْؼ َج‬١ٌَ ً‫ َج ه‬َٚ ‫َّللاَ ػ هَض‬
ِ ّ ‫ت ِِ َٓ اٌش‬ ‫اِْه ه‬

“Sesungguhnya Allah Ta‟ala benar-benar kagum terhadap seorang


pemuda yang tidak memliki shabwah (kecenderungan memperturutkan
hawa nafsu)”. (HR. Ahmad).

Seorang lelaki yang hatinya bergantung dengan masjid ini


menunjukkan amalan yang ia kerjakan terus menerus rajin ke masjid,
Jadi semua yang disebutkan dalam hadist ini yang mendapatkan
naungan pada hari kiamat adalah amalan yang ia kerjakan terus
menerus dan dia berusaha agar istiqamah dengan amalan tersebut.

3. Dengan rutin mengerjakan amalan sholeh akan menghidari kita


dari sifat kemunafikan dan diselamatkan dari api neraka

Dari anas, Rasululah bersabda:

217
ِٟ‫ ًِب ف‬ْٛ َ٠ َٓ ١ِ‫َلِل أ َ ْسثَؼ‬
ِ ‫ ِ ه‬ٝ‫صٍه‬ َ َِْٓ :‫ي هللا ملسو هيلع هللا ىلص‬ٛ‫ لبي سع‬:‫ هللا ػٕٗ ـ لبي‬ٟ‫ػٓ أٔظ ثٓ ِبٌه ـ سظ‬
‫بق‬
ِ ِ َ ‫ف‬ّ ٕ ٌ‫ا‬ ْٓ ِِ َ ‫ثَ َش‬َٚ ‫ وُزِ َجذْ ٌَٗ ُ ثَ َشا َءر َب ِْ َث َشا َءحٌ ِِ ْٓ إٌه ِبس‬ٌَُٝٚ‫شحَ ْاأل‬١
ٌ ‫ح‬‫ء‬‫ا‬ َ ِ‫ُذ ِْسنُ اٌز ه ْىج‬٠ ‫ػ ٍخ‬
َ ‫َج َّب‬

Dari Anas bin Malik radhiallahu „anhu, ia mengatakan,


Rasulullah shalallahu „alaihi wassalam bersabda: “Barangsiapa yang
shalat karena Allah selama 40 hari secara berjama‟ah dengan
mendapatkan Takbir pertama (takbiratul ihramnya imam), maka ditulis
untuknya dua kebebasan, yaitu kebebasan dari api neraka dan
kebebasan dari sifat kemunafikan.” (HR. Tirmidzi, dihasankan oleh
Syaikh Al Albani di kitab Shahih Al Jami‟ II/1089, Al-Silsilah al-
Shahihah: IV/629 dan VI/314).

4. Kunci utama agar kita bisa istiqamah adalah dengan


memperbanyak berdoa kepada Allah Subhanahu wata‟ala
jangan tinggalkan untuk senantiasa memperbanyak doa kita
terutama dalam sujud-sujud kita. dan doa yang sering di
ucapkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam adalah

Ummu Salamah meceritakan bahwa Rasulullah Shallahu‟alaihi


wasallam memperbanyak dalam do‟anya:

َ ِٟ‫ة ث َ ِّجذْ لَ ٍْج‬


َ‫ِٕه‬٠ِ‫ د‬ٍَٝ‫ػ‬ ِ ٍُُٛ‫ت ا ٌْم‬
َ ٍِّ َ‫ هُ ُِم‬ُٙ ‫اٌٍه‬

"Ya Allah, yang membolak balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas


agamamu". (HR. Tirmidzi)

Dalam riwayat lain Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wasallam bersabda:

َ‫عتِك‬
َ ‫طا‬ َ ‫ف قُلُى َبٌَا‬
َ ‫علَى‬ ْ ‫ص ِ ّر‬ ِ ‫ف ْالقُلُى‬
َ ‫ب‬ َ ‫الله ُه هن ُه‬
َ ‫ص ِ ّر‬
"Ya Allah yang memalingkan (membolak-balikkan) hati manusia,
palingkanlah hati kami di atas ketaatan kepada-Mu". (HR. Muslim
(no. 2654))

Baca terus setiap saat kemudian bergaullah dengan orang – orang


sholeh anjing ashhabulkahfi disebutkan dalam Al-Qur‟an Karena

218
berteman dengan orang – orang sholeh, dan perbanyak mengingat
akhirat karena hal ini juga akan membanyu kita untuk istiqamah.

Wallahu A’lam Bish Showaab

Oleh : Ustadz Harman Tajang, Lc., M.H.I Hafidzahullahu Ta’ala


(Direktur Markaz Imam Malik)

@Ahad, 16 Ramadhan 1438 H

219
KISAH RINDU ORANG SHOLEH
DENGAN SURGA
1. Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu „anhu, beliau menyampaikan
kepada muridnya yang bernama Atha Bin Abi Rabah salah
seorang tabi‟in, Ibnu Abbas Berkata:”Maukah engkau Atha aku
tunjukkan seorang wanita calon penghuni Surga, Atha
kemudian heran dan berkata:”Siapakah gerangan wanita
tersebut, Ibnu Abbas Kemudian menjelaskan:”Dia adalah
seorang wanita yang berkulit hitam yang datang kepada
Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam mengadukan
penyakitnya ia berkata:”Ya Rasulullah, saya sering kesurupan
dan aurat saya kadang tersingkap doakan kesembuhan untuk ku
Ya Rasulullah”, Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam
kemudian memberi pilihan kepada wanita tersebut dan
berkata:”Jika engkau mau saya doakan engkau dan engkau
langsung disembuhkan oleh Allah atau engkau bersabar dengan
penyakitmu dan saya jamin engkau masuk surga”, kemudian
wanita tersebut berkata:”Saya memilih untuk bersabar ya
Rasulullah, kemudian dia meminta kepada Rasulullah untuk
didoakan jika penyakit itu datang agar auratnya tidak
tersingkap”. Inilah wanita yang disebutkan oleh Ibnu Abbas
Radhiyallahu „anhu calon penghuni surga ia memilih sabar
dengan penyakit yang ia derita hanya untuk dimasukkan ke
dalam surga.

2. Amar bin jamuh salah seorang sahabat yang salah satu kakinya
pincang, Suatu ketika Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam
mengajak para sahabat baliau memotivasi mereka dengan
berkata:”Bangkitlah kalian untuk dimasukkan ke dalam surga
yang luasnya seperti langit dan bumi”, Amar bin Jamuh
kemudian kembali ke rumah ia kemudian berkata kepada
anaknya: wahai anak – anakku siapkan perbekalanku, karena
saya mau berangkat jihad.! , anaknya kemudian
mengatakan:”Wahai ayah kami, anda adalah seorang yang
pincang dan dimaafkan oleh Allah Subhanahu wata‟ala, tidak
220
usah berangkat jihad karena anda punya udzur, Amar bin Jamuh
kemudian berkata kepada anaknya:”Tidak, saya ingin
menginjak surganya Allah Subhanahu wata‟ala dengan kaki
saya yang pincang ini, Lalu disampaikanlah kepada Rasulullah
tentang keinginan Amar Bin Jamuh, Rasulullah berkata:”Tidak
mengapa ikutlah”. Dan akhirnya amar bin jamuh syahid dalam
perang uhud. Lalu Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam
melihatnya dalam mimpi dan menyampaikan kepada para
sahabat:“Demi Allah, aku melihat Amar bin Jamuh
menginjakkan kakinya yang pincang ke dalam surga.”. Inilah
kerinduan orang – orang sholeh yaitu rindu dengan surga Allah
Subhanahu wata‟ala.

2. Khaitsamah berkata pada anaknya: “Wahai anakku, aku akan


keluar untuk berperang dan kau tinggal di rumah menjaga
wanita dan anak-anak .”,“Wahai ayahku, demi Allah jangan
begitu. Ketahuilah, keinginanku untuk memerangi mereka lebih
besar daripada keinginanmu, Engkau yang harus menjaga
rumah dan izinkanlah aku yang pergi ke medan jihad.
Tinggallah engkau di rumah wahai ayahku!” Khaitsamah marah
dan berkata pada anaknya: “Kau membangkang dan tidak
mentaati perintahku!”Saad menjawab, “Allah mewajibkan aku
berjihad dan Rasulullah memanggilku untuk berangkat ke
medan perang, sedang engkau meminta sesuatu yang lain
(menunggu rumah). Bagaimana engkau rela aku taat padamu
tetapi aku menentang Allah dan Rasulullah?”Maka Khaitsamah
berkata: “Wahai anakku, apabila diantara kita harus ada yang
berangkat jihad satu orang, maka dahulukanlah aku sebagai
bapakmu yang berangkat.”,“Demi Allah wahai ayahku, kalau
bukan masalah surga, maka aku rela mendahulukanmu” Jawab
Saad lagi.Khaitsamah tetap tidak rela kecuali melalui undian
antara dia dan anaknya sehingga terasa lebih adil. Hasil undian
ternyata Saad yang harus berangkat ke medan perang. Dia pun
berangkat ke Perang Badar dan gugur sebagai syahid. Setelah
itu, Khaitsamah akan berangkat menyusul anaknya yang sudah
mati syahid di medan perang. Tapi, ternyata Rasulullah tak
mengizinkannya. Tapi kemudian, Rasulullah mengizinkannya
setelah Khaitsamah memohon sambil menangis dan
221
berkata:“Wahai Rasulullah, aku ingin sekali terjun ke medan
perang. Tapi, undian siapa yang harus pergi antara aku dan
anakku dimenangkan anakku sehingga dia yang dapat mati
syahid. Tadi malam aku bermimpi anakku berkata kepadaku:
„Ayah, engkau harus menemaniku di surga dan aku telah
menerima janji Allah.‟ Ya Rasulullah, aku rindu untuk
menemaninya di surga, maka izinkanlah aku. Usiaku telah
lanjut dan aku ingin berjumpa dengan Tuhanku.” Setelah
diizinkan, Khaitsamah pun berangkat dengan gembira. Ia
bertempur dalam perang Badar hingga mati syahid. Dan, ia pun
berjumpa dengan anaknya di surga merasakan janji Allah.

4. Hanzhalah dan Abu Bakar As Shiddiq Radhiyallahu anhu


beliau pergi menemui Shallallahu „alaihi wasallam dan berkata
kepada beliau, “Munafik-lah Hanzhalah, wahai Rasulullah!”
Rasulullah bertanya, “Apa yang kau maksud?” Aku menjawab,
“Wahai Rasulullah, kami pernah berada di sisimu ketika engkau
sedang mengingatkan kami mengenai neraka dan surga hingga
seakan-akan kami melihatnya dengan mata kepala kami. Akan
tetapi ketika kami beranjak dari sisimu, kami kembali
tersibukkan dengan istri-istri dan anak-anak kami, kami kembali
melakukan perbuatan-perbuatan yang sia-sia dan kami banyak
lalai.”Maka bersabdalah Rasulullah Shallallahu „alaihi
wasallam, “Demi Dzat yang jiwaku berada di tanganNya, jika
kalian menetapi perbuatan ketika kalian berada di sisiku dan
ketika berdzikir, niscaya para malaikat akan menjabat tangan
kalian dalam setiap bentang perjalanan hidup dan langkah-
langkah kalian, namun (ingatlah) wahai Hanzhalah! (Yang
demikian itu akan kau dapatkan jika kau rutinkan) sedikit demi
sedikit dari waktu ke waktu.” Beliau mengucapkannya tiga
kali.”(HR. Muslim no. 2750).

5. Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam menyampaikan kepada


para sahabatnya beliau berkata:”Sesungguhnya ada seorang
hamba yang diberikan pilihan oleh Allah Subhanahu wata‟ala
antara tinggal di dunia ditambahkan jata umurnya atau kembali
kepada Allah Subhanahu wata‟ala dan hamba tersebut memilih
untuk kembali kepada Allah karna kerinduannya”, menangislah
222
Abu Bakar As Shiddiq Radhiyallahu anhu, para sahabat
kemudian heran apa yang membuat Abu Bakar As Shiddiq
menangis padahal nabi hanya menyampaikan ada seorang
hamba yang diberikan pilihan oleh Allah Subhanahu wata‟ala
antara tinggal di dunia ditambahkan jata umurnya atau kembali
kepada Allah dan hamba tersebut memilih untuk kembali
kepada Allah karna kerinduannya, ternyata Abu Bakar As
Shiddiq tahu bahwasanya yang dimaksud oleh Rasulullah
adalah dirinya sendiri beliau mengatakan:”Teman yang tinggi,
teman yang tinggi, teman yang tinggi, dia telah rindu berjumpa
dengan Allah Subhanahu wata‟ala.

Balasan Surga Untuk Orang Sholeh

Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam bersabda: “Setelah aku tiba di


pintu surga pada hari kiamat, aku meminta agar pintu surga dibuka.
Penjaga pintu surga bertanya: “engkau siapa?” Akupun menjawab:
“Aku Muhammad,” Ia berkata: “Untukmu aku diperintahkan agar
tidak membukakan pintu untuk siapapun sebelum engkau
memasukinya.” (HR Muslim dan Ahmad).

Allah Ta‟ala Berfirman:

Artinya: “Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhan dibawa ke


dalam surga berombong-rombongan (pula). sehingga apabila mereka
sampai ke surga itu sedang pintu-pintunya telah terbuka dan
berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya: “Kesejahteraan
(dilimpahkan) atasmu. Berbahagialah kamu! Maka masukilah surga
ini, sedang kamu kekal di dalamnya”. Dan mereka mengucapkan:
“Segala puji bagi Allah yang telah memenuhi janji-Nya kepada Kami
dan telah (memberi) kepada Kami tempat ini sedang Kami
(diperkenankan) menempati tempat dalam surga di mana saja yang
Kami kehendaki; Maka surga Itulah Sebaik-baik Balasan bagi orang-
orang yang beramal”. Dan kamu (Muhammad) akan melihat malaikat-
malaikat berlingkar di sekeliling „Arsy bertasbih sambil memuji
Tuhannya; dan diberi putusan di antara hamba-hamba Allah dengan
223
adil dan diucapkan: “Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.”
(QS. Az-Zumar: 73-75).

Allah Ta'ala berfirman:

ٍَُُْٛ‫ ْمز‬١َ َ‫َّللاِ ف‬


‫ ًِ ه‬١ِ‫عج‬َ ِٟ‫َْ ف‬ٍُٛ‫ُمَب ِر‬٠ ‫ ُُ ا ٌْ َجٕه َخ‬ُٙ ٌَ ‫ ُْ ِثؤَْه‬ُٙ ٌَ‫ا‬َٛ ِْ َ ‫أ‬َٚ ُْ ُٙ ‫غ‬َ ُ‫ َٓ أ َ ْٔف‬١ِِِٕ ‫ َِِٓ ا ٌْ ُّ ْئ‬ٜ‫شز ََش‬ ‫ِاْه ه‬
ْ ‫َّللاَ ا‬
‫ا‬ٚ‫ش ُش‬ِ ‫عز َ ْج‬ َ َ َ
‫ ِذ ِٖ َِِٓ ه‬ْٙ َ‫ ثِؼ‬ٝ‫ف‬ْٚ ‫ َِْٓ أ‬َٚ ْ‫آ‬
ْ ‫َّللاِ فب‬ ْ
ِ ‫اٌم ُ ْش‬َٚ ًِ ١‫اْلٔ ِج‬ ْ ِ ْ َٚ ِ‫ َساح‬ٛ‫ اٌز ْه‬ِٟ‫ ِٗ َدمًّب ف‬١ْ ٍ‫ػ‬ َ ْ َٚ ٍََُْٛ‫ُ ْمز‬٠َٚ
َ ‫ػذًا‬
ُُ ١ ِ‫ ُص ا ٌْؼَظ‬ْٛ َ‫ ا ٌْف‬َُٛ ٘ َ‫رَ ٌِه‬َٚ ِٗ ‫َؼْز ُ ُْ ِث‬٠‫ ثَب‬ِٞ‫ ِؼىُ ُُ اٌهز‬١ْ َ‫ِثج‬

"Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri


dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka
berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh.
(Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil
dan Al Qur'an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain)
daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah
kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar." (QS. Al -
Taubah: 111).

Dalam hadist Qudsi Allah Azza wa Jalla berfirman:

ِ ٍْ َ‫ ل‬ٍَٝ‫ػ‬
‫ت ثَش َِش‬ َ ٌُْ‫الَ أُر‬َٚ ْ‫ ٌٓ َسأَد‬١ْ َ‫ َٓ ََ الَ ػ‬١ ِ‫ اٌصهب ٌذ‬ِٞ‫ػ َذدْدُ ٌِ ِؼجَبد‬
َ ‫الَ َخ‬َٚ ْ‫ع ِّ َؼذ‬
َ ‫ط َش‬ ْ َ‫أ‬

“Aku sediakan untuk hamba-hamba-Ku yang shalih kenikmatan (tinggi


di surga) yang belum pernah dilihat oleh mata, didengar oleh telinga
dan terlintas dalam hati manusia”.(HR. Al-Bukhari (no.3.072),
Muslim (no.2.824).

Firman Allah Subhanahu wata‟ala:

ٌَُْٛ‫غبء‬ ٍ ‫ ثَ ْؼ‬ٍَٝ‫ػ‬
َ َ ‫َز‬٠ ‫ط‬ ُ ‫أ َ ْلجَ ًَ ثَ ْؼ‬َٚ ‫َْٕب‬١ٍَ‫ػ‬
َ ُْ ُٙ ‫ع‬ َ ُ ‫َّللا‬ ْ ُِ ‫ أ َ ْ٘ ٍَِٕب‬ِٟ‫ا أِهب وُٕهب لَ ْج ًُ ف‬ٌُٛ‫لَب‬
‫َٓ فَ َّٓه ه‬١‫ش ِف ِم‬
َِٛ ُّ ‫غ‬
‫اة اٌ ه‬ َ َ‫ػز‬ َ ‫لَبَٔب‬َٚ َٚ

"Dan sebahagian mereka menghadap kepada sebahagian yang lain


saling tanya-menanya, Mereka berkata: "Sesungguhnya kami dahulu,
sewaktu berada di tengah-tengah keluarga kami merasa takut (akan
diazab)"., Maka Allah memberikan karunia kepada kami dan
memelihara kami dari azab neraka". (QS. At Tur :25-27).

224
Allah Ta'ala berfirman:

ُ َٙ ْٔ َ ‫ب األ‬َٙ ِ‫ ِِٓ ر َ ْذز‬ٞ‫د ر َ ْج ِش‬


‫ب‬َٙ ْٕ ِِ ْ‫ا‬ُٛ‫بس وٍُه َّب ُس ِصل‬ ٍ ‫ ُْ َجٕهب‬ُٙ ٌَ ْ‫د أ َ ه‬
ِ ‫اْ اٌصهب ٌِ َذب‬ٍُِّٛ ‫ػ‬
َ َٚ ْ‫ا‬َُِٕٛ ‫ٓ آ‬٠ِ‫ش ِِش اٌهز‬ ّ َ‫ث‬َٚ
ُْ َُ٘ٚ ٌ‫ َشح‬ٙ‫ج ُِّطَ ه‬ٌ ‫ا‬َٚ ‫ب أ َ ْص‬َٙ ١ِ‫ ُْ ف‬ُٙ ٌََٚ ً ‫ب‬ٙ‫اْ ِث ِٗ ُِزَشَب ِث‬ُٛ ‫أُر‬َٚ ًُ ‫ ُس ِصلَْٕب ِِٓ لَ ْج‬ِٞ‫ا ْ َ٘ـزَا اٌهز‬ٌُٛ‫ِِٓ ث َ َّ َش ٍح ِ ّس ْصلب ً لَب‬
ٕ٢- َْ ُٚ‫ب َخب ٌِذ‬َٙ ١ِ‫ف‬-

“Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman


dan berbuat kebajikan, bahwa untuk mereka (disediakan) surga-surga
yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Setiap kali mereka diberi
rezeki buah-buahan dari surga, mereka berkata, “Inilah rezeki yang
diberikan kepada kami dahulu.” Mereka telah diberi (buah-buahan)
yang serupa. Dan di sana mereka (memperoleh) pasangan-pasangan
yang suci. Mereka kekal di dalamnya.”(QS. Al-Baqarah : 25).

Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

ُٖ ‫َّللاُ ٌِمَب َء‬ ‫ َِْٓ و َِش َٖ ٌِمَب َء ه‬َٚ ُٖ ‫َّللاُ ٌِمَب َء‬
‫َّللاِ و َِش َٖ ه‬ ‫ت ه‬ ‫َّللا أ َ َد ه‬ ‫َِْٓ أ َ َد ه‬
ِ ‫ت ٌِمَب َء ه‬

"Barang siapa yang suka berjumpa dengan Allah maka Allah suka
berjumpa dengannya, dan barang siapa yang benci bertemu dengan
Allah maka Allah benci untuk bertemu dengannya" (HR. Muslim).

Ustadz Harman Tajang, Lc., M.H.I, Hafidzahullahu Ta‟ala (Direktur


Markaz Imam Malik)

Senin, 14 Safar 1438 H

225
KIAT MENJADI KERABAT
ALLAH

Tidak ada satupun nikmat kecuali datangnya dari


Allah Subhanahu wata‟ala, sungguh sangat menggembirakan
bagi orang tua ketika anaknya menjadi penghafal dimana kelak
orang taunya akan dikenakan mahkota oleh Allah Subhanahu
wata‟ala.

Dari Buraidah radhiyallahu „anhu, Nabi Shallallahu „alaihi


wasallam bersabda:

‫ء‬ٛ‫إٖ ِثً ظ‬ٛ‫س ظ‬ٛٔ ِٓ ً ‫بِخ ربجب‬١‫َ اٌم‬ٛ٠ ٖ‫اٌذا‬ٚ ‫ػًّ ثٗ أٌُجظ‬ٚ ٍُ‫رؼ ه‬ٚ ْ‫ِٓ لشأ اٌمشآ‬

‫ ثؤخز‬: ‫مبي‬١‫ٕب ٘زا ؟ ف‬١‫ ثُ وغ‬: ْ‫ال‬ٛ‫م‬١‫ب ف‬١ٔ‫ّب اٌذ‬ٌٙ َٛ‫ٓ ال رم‬١‫اٌذاٖ دٍز‬ٚ ٝ‫ىغ‬٠ٚ ، ‫اٌشّظ‬

ْ‫ٌذوّب اٌمشآ‬ٚ

Siapa yang menghafal al-Quran, mengkajinya dan


mengamalkannya, maka Allah akan memberikan mahkota bagi
kedua orang tuanya dari cahaya yang terangnya seperti
matahari. Dan kedua orang tuanya akan diberi dua pakaian yang
tidak bisa dinilai dengan dunia. Kemudian kedua orang tuanya
bertanya, “Mengapa saya sampai diberi pakaian semacam ini?”
Lalu disampaikan kepadanya, “Disebabkan anakmu telah

226
mengamalkan Al-Quran.” (HR. Hakim 1/756 dan dihasankan
Al-Abani).

Siapakah yang dimaksud dengan kerabat – kerabat Allah, hal ini


dijelaskan oleh Nabi Shallallaahu „alaihi wasallam yang
diturunkan wahyu kepadanya yang tidak berkata- kata dengan
hawa nafsu melainkan wahyu dari Allah Subhanahu wata‟ala,
beliau bersabda:

ًُ ْ٘ ‫ َأ ْ٘ ًُ ا ٌْ ُم ْشآ ِْ ُ٘ ُْ َأ‬: ‫َّللاِ؟ َلب َي‬ ِ ٕ‫َٓ َِِٓ اٌ ه‬١ٍِ ْ٘ ‫اِْه ِ هَلِلِ َأ‬
‫ َي ه‬ُٛ‫َب َسع‬٠ ُْ ُ٘ ْٓ َِ : ‫ا‬ٌُٛ ‫بط َلب‬
‫ َخب ه‬َٚ ِ‫َّللا‬
ُٗ ُ ‫صز‬ ‫ه‬

“Sesungguhnya Allah mempunyai keluarga di antara manusia,


para sahabat bertanya, “Siapakah mereka ya Rasulullah?” Rasul
menjawab, “Para ahli Al Qur‟an. Merekalah keluarga Allah dan
hamba pilihanNya”. (HR. Ahmad). Mereka adalah orang – orang
yang menjadikan Al-Qur‟an berada dalam dada mereka, mereka
adalah keluarga Allah dan orang khususnya Allah Subhanahu
wata‟ala.

Allah Subhanahu wata‟ala menegaskan dalam Al-qur‟an:

َْٛ‫ا ِ هٔب ٌَُٗ ٌَذَبفِ ُظ‬َٚ ‫ا ِ هٔب َٔذُْٓ َٔ هض ٌْ َٕب اٌ ِّز ْو َش‬

227
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan
sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”. (QS. Al Hijr :
9).

Oleh karenanya satu satunya kitab yang tidak ada satupun


diantara manusia dan jin dan siapapun mampu menandinginya
atau yang mendatangkan yang semisal dengannya.
Allah Subhanahu wata‟ala berfirman:

ْٛ ٌَ َٚ ِٗ ٍِ ‫َْ ث ِ ِّ ْث‬ُٛ ‫َ ْؤر‬٠ ‫ا ث ِ ِّ ْث ًِ َٰ َ٘ َزا ا ٌْمُ ْشآ ِْ َال‬ُٛ ‫َ ْؤر‬٠ ْْ ‫ َأ‬َٰٝ ٍَ ‫ا ٌْ ِجُّٓ َػ‬َٚ ‫ظ‬ ُ ْٔ ‫اْل‬
ِْ ‫ذ‬ ِ َ‫ُل ًْ ٌَئِ ِٓ ا ْجزَ َّؼ‬
‫ ًشا‬١ِٙ ‫ط َظ‬ ُ ‫وَبَْ ثَ ْؼ‬
ٍ ‫ ُْ ٌِجَ ْؼ‬ُٙ ‫ع‬

Katakanlah:“Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul


untuk membuat yang serupa al-Qur‟ân ini, niscaya mereka tidak
akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun
sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang
lain”. (QS. Al-Isra‟:88). Al-Qur‟an Merupakan mu‟jizat yang kekal
sampai hari kiamat.

ِ ‫ا ْر ًُ َِب ُأ‬َٚ
‫ِٔ ِٗ ُِ ٍْزَ َذذًا‬ُٚ‫ ٌَ ْٓ ر َ ِج َذ ِِ ْٓ د‬َٚ ِٗ ِ‫هَ ِِ ْٓ ِوزَبة ِ َسثِّهَ ۖ َال ُِجَ ِّذ َي ٌِ َى ٍِ َّبر‬١ْ ٌَ ِ ‫ ا‬َٟ ‫د‬ٚ

“Dan bacakanlah apa yang diwahyukan kepadamu, yaitu kitab


Tuhanmu (Al Quran). Tidak ada (seorangpun) yang dapat
merubah kalimat-kalimat-Nya. Dan kamu tidak akan dapat
menemukan tempat berlindung selain dari pada-Nya“. (QS. Al –
Kahfi : 27).
228
Tidak ada satupun mahkluk Allah Subhanahu wata‟ala yang
mampu mengubahnya baik dari arah depan mereka, arah
belakang mereka, merupakan kitab yang diturunkan oleh
Allah Subhanahu wata‟ala yang Maha bijaksana dan Maha
terpuji dialah Allah Azza Wajalla yang menurunkan kitabnya
kepada Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam yang merupakan
jaminan kesalamatan kita didunia dan akhirat dan merupakan
jaminan kebahagian kita didunia dan akhirat dan barangsiapa
yang berpaling dari Al-Qur‟an maka terimalah kerugian,
kesengsaraan didunia sebelum diakhirat.

Allah Subhanahu wata‟ala berfirman:

َ ‫ َف َّ ْٓ رَج ِ َغ ُ٘ذ‬ًٜ‫ ُ٘ذ‬ِّٟٕ ِِ ُْ ُ‫ َ هٕى‬١ِ‫َ ْؤر‬٠ ‫ؼًب ۖ َفبِ هِب‬١ِّ ‫َب َج‬ْٕٙ ِِ ‫ا‬ٛ‫ُل ٍْ َٕب ا ْ٘ج ِ ُط‬
ٌ ْٛ ‫ َف َال َخ‬ٞ‫َا‬
ُْ ِٙ ١ْ ٍَ ‫ف َػ‬
َُْٛٔ ‫َذ َْض‬٠ ُْ ُ٘ ‫ َال‬َٚ

Kami berfirman: “Turunlah kamu semuanya dari surga itu!


Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang
siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada
kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih
hati“.(QS. Al-Baqarah : 38).

Dan diantara cara Allah Subhanahu wata‟ala menjaga kitabnya


yaitu menjadikan orang – orang yang dipilih oleh

229
Allah Subhanahu wata‟ala untuk menghafalkan Al-Qur‟an
tersebut, Allah Subhanahu wata‟ala berfirman didalam Al-Qur‟an:

َُّْٛ ٌِ ‫َبر ِ َٕب ا ِ هال اٌ هظب‬٠َ‫َ ْج َذ ُذ ثِآ‬٠ ‫ َِب‬َٚ ٍَُْ ‫ا ا ٌْ ِؼ‬ُٛ ‫ر‬ٚ‫َٓ ُأ‬٠‫س ا هٌ ِز‬ُٚ
ِ ‫صذ‬ ٌ ‫ّ ِ َٕب‬١َ‫َبدٌ ث‬٠‫ َآ‬َُٛ ٘ ًْ َ‫ث‬
ُ ِٟ‫د ف‬

Bahkan, Al Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata, yang ada di


dalam dada orang-orang yang diberi ilmu”. (QS. Al-Ankabut :
49).

Para penghafal Al-Qur‟an yang Allah Subhanahu


wata‟ala jadikan Al-Qur‟an dalam dada mereka demi Allah
mereka tidak akan disia-siakan oleh Allah Subhanahu
wata‟ala baik didunia apatahlagi diakhirat, jangan merasa
bersedih dan jangan merasa terhina walaupun diantara teman
kita sudah bergelimang dengan dunia, mengejar cita-cita
dunianya namun kita bersama dengan Allah Subhanahu
wata‟ala. Al-Qur‟an yang ada didalam dada-dada kita akan
menjadi syafaat pada hari kiamat bahkan menjadi syafaat dialam
kubur yang akan melindungimu kita dari azab kubur.

Dari Abu Umamah al-Bahili Radhiyallahu „anhu, Nabi Shallallahu


„alaihi wasallam bersabda:

َ ‫َب َِ ِخ‬١‫ََ ا ٌْ ِم‬ْٛ َ٠ ِٝ‫َ ْؤر‬٠ ُٗٔ‫ا ا ٌْ ُم ْشآَْ َفبِ ه‬ٚ‫ا ْل َش ُء‬
ْ ‫ؼًب َأل‬١‫ش ِف‬
ِٗ ِ ‫صذَبث‬

230
“Rajinlah membaca al-Quran, karena dia akan menjadi syafaat
bagi penghafalnya di hari kiamat”. (HR. Muslim : 1910). Akan
menjadi syafaat dan penolong bagi orang – orang yang
membacanya ketika didunia.

Al-Qur‟an yang andaikan diturunkaan kepada sebuah gunung


maka gunung itu akan hancur karena rasa takutnya kepada
Allah Subhanahu wata‟ala, Al-Qur‟an yang ketika didengarkan
oleh jin mereka beriman kepada Allah Subhanahu
wata‟ala. Allah Subhanahu wata‟ala berfirman:

ْ ‫ َأ هُٔٗ ا‬ٟ‫ ا ِ ٌَ ه‬َٟ ‫د‬ٚ


ٌَٝ ِ ‫ ا‬ِٞ‫ذ‬ْٙ َ٠ ً ‫ا ا ِ هٔب عَ ِّ ْؼ َٕب ُل ْشآٔب ً َػجَجب‬ٌُٛ ‫عزَ َّ َغ َٔ َف ٌش ِ َِّٓ ا ٌْ ِج ّ ِٓ َف َمب‬ ِ ‫ُل ًْ ُأ‬

‫ َال‬َٚ ‫َبدجَ ًخ‬


ِ ‫ َج ُّذ َسثّ ِ َٕب َِب اره َخ َز ص‬ٌَٝ ‫ َأ هُٔٗ رَؼَب‬َٚ ً ‫ ٌَٓ ُّٔش ِْشنَ ث ِ َشثّ ِ َٕب َأدَذا‬َٚ ِٗ ِ ‫ش ِذ َفآ َِ هٕب ث‬
ْ ‫اٌ ُّش‬

َ ‫ش‬
ًٌ‫ططب‬ ‫ ه‬ٍَٝ ‫ َٕب َػ‬ُٙ ١‫ ُي عَ ِف‬ٛ‫َ ُم‬٠
َ ِ‫َّللا‬ َْ‫ َأ هُٔٗ وَب‬َٚ ً‫ ٌَذا‬َٚ

Katakanlah (hai Muhammad):“Telah diwahyukan kepadamu


bahwasa: telah mendengarkan sekumpulan jin (akan Al Qur‟an),
lalu mereka berkata: Sesungguhnya kami telah mendengarkan
Al-Qur‟an yang menakjubkan, (yang) memberi petunjuk kepada
jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya. Dan kami
sekali-kali tidak akan mempersekutukan seseorang pun dengan
Tuhan kami, Dan bahwasanya Maha Tinggi kebesaran Tuhan
kami, Dia tidak beristeri dan tidak (pula) beranak. Dan
bahwasanya: orang yang kurang akal daripada kami selalu

231
mengatakan (perkataan) yang melampaui batas terhadap
Allah“. (QS. Al- Jin : 1-4).

Bagi penghafal Al-Qur‟an janganlah kalian melepas kemuliaan


tersebut Allah Subhanahu wata‟ala telah mengangkat derajat
kalian marilah senangtiasa menjaganya dengan baik.

Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam menyebutkan dalam


hadisnya Dari Abu Musa Al-Asy‟ari Radhiyallahu „anhu, dari
Nabi Shallallahu „alaihi wasallam:

“Bersungguh-sungguhlah kamu wahai Ahlul-Qur‟an (dalam


memelliharanya). Demi Dzat yang diriku dan kekuasaan-Nya,
sesungguhnya Al-Qur‟an itu lebih liar daripada unta yang
diikatnya.” (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad). Bacalah siang dan
malam jadikan sebagai wirid sebagaimana wajibnya
mengerjakan sholat 5 waktu.

Janganlah menjadi orang yang dikatakan dulu fulan pernah


menghafalkan Al-Qur‟an naudzubillah mindzalik, selanjutnya
amalkanlah dalam kehidupan sehari – hari Al-Qur‟an tersebut.

Para ulama kita menyebutkan:”Allah Subhanahu


wata‟ala memberi jaminan bagi mereka yang menghafalkan Al-
Qur‟an kemudian mengamalkan Al-Qur‟an akan diberikan husnul
khatimah akan diberikan kehidupan yang baik didunia dan akan
232
ditutup hidupnya dengan keta‟atan kepada Allah Subhanahu
wata‟ala.

Bagi orang tua senantiasalah memberi motivasi kepada anak –


anaknya masukkan anak- anak anda di pesantren, Markaz
Imam Malik hanyalah pelayan – pelayan Al-Qur‟an yang
membutuhkan bantuan dan doa dari bapak dan ibu sekalian,
bagi bapak dan ibu yang memasukkan anaknya di pesantren
maka setiap huruf yang mereka baca dan setiap sujud yang
mereka kerjakan , setiap halaqah yang mereka hadiri di Markaz
Imam Malik pahalanya akan mengalir kepada kedua orang
tuanya tanpa mereka sadari sedikitpun.

Bagi kita yang belum menghafal Al-Qur‟an jangan putus asa


mari kita memperbanyak membaca Al-Qur‟an jadikan kita
termasuk kerabat Allah Subhanahu wata‟ala walaupun kita tidak
menghafalkannya perbanyaklaah membaca Al-Qur‟an, beri
perhatian terhadap Al-Qur‟an dirumah, dikantor atau dimanapun
kita berada.

Kata para ulama salah satu diantara bukti kecintaan


Allah Subhanahu wata‟ala kepada hambanya adalah ketika
diberikaan taufik dan hidayah untuk cinta kepada Al-Qur‟an
untuk banyak membaca Al-Qur‟an. Allah Subhanahu
wata‟ala berfirman:

233
“Sesungguhnyaorang-orang yang selalu membaca kitab Allah
dan mendirikan sholat danmenafkahkan sebagian dari rezeki
yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan
terang-terangan,mereka itu mengharapkan perniagaan yang
tidak akan merugi”.”Agar Allah menyempurnakan kepadamereka
pahala mereka dan menambahkepada mereka dari karunia-Nya.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi MahaMensyukuri”.
(QS. Fathir : 29-30).

Mari menjadikan diri kita sebagai keluarga Allah Subhanahu


wata‟ala, dan diantara cara untuk menjadi keluarga
Allah Subhanahu wata‟ala adalah Sebagaimana kata Abu
Darda Radhiyallahu „anhu:

1. Jadilah engkau seorang „alim yang faham Al-Qur‟an atau yang


belajar

2. Berusaha untuk memahami Al-Qur‟an, baik untuk


membacanya, menghafalkannya, mentadabburinya,
menafsirkannya dan yang lebih penting adalah
mengamalkannya dalam kehidupan kita.

3. Menjadi pendengar Al-Qur‟an yang baik

4. Jadilah pecinta Al-Qur‟an

234
5. Tidak menghafal Al-Qur‟an, tidak senang membaaca Al-
Qur‟an dan tidak senang mendengarkan ta‟lim tentang Al-
Qur‟an dan tidak cinta kepada Al-Qur‟an maka engkau akan
binasa.

Olehnya karenanya janganlah kita sebagai orang


yang termasuk point kelima.

Salah satu terkabulnya doa adalah ketika khatam Al-Qur‟an,


Sebagaimana Anas bin Malik Radhiyallahu „anhu dan Ibnu
Abbas Radhiyallahu „anhu ketika mereka menghatamkan Al-
Qur‟an mereka mengumpulkan keluarga dan kerabatnya dan
memperpanjang doa karena doa pada waktu itu mustajab
dikabulkan oleh Allah Subhanahu wata‟ala.

Dan bagi para donator untuk penghafal Al-Qur‟an sekecil apapun


yang kita keluarkan untuk para penghafal Al-Qur‟an akan
menjadi jalan untuk menjadi kerabat – kerabat
Allah Subahanahu wata‟ala dan akan menjadi pahala yang besar
disisi Allah Subhanahu wata‟ala, insyaAllah.

---------------------------------------------------------------------------------

@Ahad, 19 Rajab 1438 H

235
SEBERSIH HATI PENGHUNI
SURGA
1. Kisah Sahabat Penghuni Surga

Dari Anas bin Malik, ia berkata: ketika kami sedang duduk


bersama Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam beliau
bersabda:“Akan muncul kepada kalian seorang laki-laki
penghuni surga.” Lalu muncul seorang laki-laki Anshar yang
jenggotnya masih bertetesan air sisa wudhu, sambil
menggantungkan kedua sandalnya pada tangan kirinya.

Ke‟esokan hari Nabi Shallallahu „alaihi wasallam kembali


berkata:”Akan muncul kepada kalian seorang laki-laki penghuni
surga”, lalu muncul laki-laki itu lagi seperti yang pertama, dan
pada hari ketiga Nabi Shallallahu „alaihi wasallam kembali
berkata:”Akan muncul kepada kalian seorang laki-laki penghuni
surga”, lalu muncul laki-laki itu kembali seperti keadaan dia yang
pertama.

Ketika Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam berdiri, Abdullah


bin Amru bin Al-Ash mengikuti laki-laki tersebut dengan dengan
berkata:”Saya ini sedang bertengkar dengan ayahku dan saya
bersumpah untuk tidak menemuinya selama tiga hari, jika boleh,
ijinkan saya tinggal di tempatmu hingga tiga malam”,
236
“Tentu”, jawab laki-laki tersebut.

Anas bin Malik berkata, Abdullah bin Amru bin Al-


Ash bercerita:”Aku tinggal bersama laki-laki tersebut selama tiga
malam, anehnya tidak pernah aku temukan ia mengerjakan
shalat malam sama sekali, hanya saja jika ia bangun dari
tidurnya dan beranjak dari ranjangnya, lalu berdzikir kepada
Allah „azza wajalla dan bertakbir sampai ia mendirikan shalat
fajar, selain itu dia tidak pernah terdengar berbicara kecuali yang
baik-baik saja“.

Maka ketika berlalu tiga malam dan hampir-hampir saja saya


menganggap sepele amalannya, saya berkata:“Sebenarnya
antara saya dengan ayahku sama sekali tidak ada percekcokan
dan saling mendiamkan seperti yang telah saya katakan, akan
tetapi saya mendengar Rasulullah Shallallahu „alaihi
wasallam bersabda tentang dirimu tiga kali, “akan muncul pada
kalian seorang laki-laki penghuni surga, lalu kamulah yang
muncul tiga kali tersebut, maka saya ingin tinggal bersamamu
agar dapat melihat apa saja yang kamu kerjakan hingga saya
dapat mengikutinya, namun saya tidak pernah melihatmu
mengerjakan amalan yang banyak, lalu amalan apa yang
membuat Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam sampai
mengatakan engkau ahli surga?”

237
Laki-laki itu menjawab:“Tidak ada amalan yang saya kerjakan
melainkan seperti apa yang telah kamu lihat”.

Maka tatkala aku berpaling, laki-laki tersebut memanggilku dan


berkata:“Tidak ada amalan yang saya kerjakan melainkan
seperti apa yang telah kamu lihat, hanya saja saya tidak pernah
mendapatkan pada diriku rasa ingin menipu terhadap siapapun
dari kaum muslimin, dan saya juga tidak pernah merasa iri
dengki kepada seorang atas kebaikan yang telah dikaruniakan
oleh Allah kepada seseorang”.

Maka Abdullah bin Amr berkata:“Inilah amalan yang


menjadikanmu sampai pada derajat yang tidak bisa kami
lakukan”.

Amalan sang ahli surga tersebut adalah amalan hati yang


bersumber dari hati yang bersih. Ia tak pernah memiliki
keinginan menipu sesama muslim dan ia juga tidak pernah iri
dengki atas siapapun.

Aqidah Ahlussunnah wal jama‟ah tidak boleh mamastikan dan


menetapkan bahwa orang ini adalah penghuni surga, sebanyak
apapun amalan yang ia kerjakan dan sesholeh apapun dia
kecuali yang telah dipastikan oleh Allah dan
Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam.Adapun nama – nama

238
sahabat yang disebutkan oleh Rasulullah sebagai penghuni
surga maka tidak ada keraguan bahwasanya ia adalah penghuni
surga.

Adapun orang yang sholeh yang terkenal dengan


kebaikannya maka boleh mengatakan insyaAllah ia termasuk
penghuni surga karena pernah terjadi dizaman
Rasulullah Shallallahu „alaihi waslalam ada yang meninggal, lalu
Aisyah mengatakan:”Sugguh bahagia ia dengan surga”,
Rasulullah berkata:”Siapa yang memberi tahu engkau”, ini
menunjukkan bahwasanya orang yang baik insyaAllah masuk
surga”. Adapun kisah yang disebutkan diatas maka ia adalah
penghuni surga karena yang mengatakan adalah
Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam.

2. Hati Penghuni Surga

Inilah hati penghuni surga yang memiliki hati yang bersih, yang
tidak memiliki kebencian kapada kaum muslimin bahkan ia tidak
pernah merasa dirinya lebih baik dari orang lain, oleh
karenanya jangan pernah menganggap diri kita lebih baik dari
pada orang lain karena ada Qaidah yang
mengatakan:”kayakinan tidak dihapuskan dengan
keraguan”, sebagaimana ketika mengerjakan sholat kita ragu
seakan – akan buang angin (kentut yang membatalkan wuduh
dan sholat) tetapi tidak ada bau dan suara, keraguan tersebut
239
tidak menghapuskan keyakinan maka teruskanlah sholat”,
adapun perkataan bahwa tidak boleh mengatakan diri kita lebih
baik dari orang lain karena kita lebih tahu tentang diri kita
daripada keyakinan, sedangkan pengetahuan kita terhadap
orang lain adalah keraguan, kita tidak tahu dengan benar orang
tersebut namun kita lebih tahu tentang diri kita dengan
Allah Subhanahu wata‟ala sekalipun kita menampakkan
kesholehan dihadapan orang lain sehingga keyakinan tidaklah
dihapuskan dengan keraguan.

Iyash Ibnu Muawiyah mengatakan:”Saya menjumpai


kebanyakan sahabat Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam
mereka mengangap orang yang paling mulia diantara mereka
adalah yang bersih hatinya dari kebencian kepada siapapun dan
yang paling sedikit gibahnya”. Sofyan Ibnu Dinar pernah
bertanya kepada Abu Bisyir dia mengatakan:”Bagaimana kondisi
dan keadaan sahabat Nabi Shallallahu „alaihi wasallam.?”, beliau
menjawab:”Mereka amalannya sedikit akan tetapi pahalanya
besar.?”, beliau ditanya lagi:”Apa sebabnya.?”, beliau
menjawab:”Disebabkan karena kebersihan hati-hati mereka”.
Mereka tidak memiliki kebencian sebagaimana yang telah kita
sebutkan dalam kisah seorang lelaki calon penghuni surga.

Suatu ketika Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam ditanya oleh


salah seorang sahabat :”Manakah manusia yang paling baik

240
wahai Rasulullah.?”, Rasulullah menjawab:”Orang yang bersih
hatinya dan jujur lisannya”, Sahabat kembali bertanya:”Ya
Rasulullah orang yang lisannya jujur telah kami tahu tapi apa
maksud dari suci hatinya”, Rasulullah berkata:”Yang dalam
hatinya tidak ada kecenderungan untuk melakukan perbuatan
dosa kemudian keinginan untuk berbuat dzalim dan kebencian
kepada salah seorang dari kaum muslimin”, inilah yang disebut
sebagai hati penghuni surga sebagaimana disebutkan dalam
firman Allah Subhanahu wata‟ala:

‫ُور ِه ْن ِه ْي‬
ِ ‫صد‬ُ ‫آهٌِييَ َوًَزَ ْعٌَا َها فِي‬ َ ِ‫ُىى ادْ ُخلُىهَا ب‬
ِ ‫س ََل ٍم‬ ٍ ‫ِإ هى ْال ُوتهقِييَ فِي َجٌها‬
ٍ ‫ت َوعُي‬

َ‫علَ ٰى سُ ُر ٍر ُهتَقَابِلِيي‬
َ ‫ِغ ٍّل إِ ْخ َىاًًا‬

“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu berada dalam


surga (taman-taman) dan (di dekat) mata air-mata air (yang
mengalir). (Dikatakan kepada mereka): “Masuklah ke dalamnya
dengan sejahtera lagi aman”. (QS. Al Hijr : 45-47).

Ulama kita mengatakan:”Barangsiapa yang hatinya bersih dari


kebencian kepada salah seorang dari kaum muslimin maka ia
telah mewarisi sebagian sifat penghuni surga”.

Seorang hamba yang memiliki hati yang bersih akan


mendapatkan kebahagiaan didunia sebelum diakhirat dia tidak
disibukkan dengan orang lain akan tetapi ia disibukkan dengan
241
dirinya sendiri, karena dia takut akan kondisi dan keadaan
dirinya, ia menghisab dirinya sebelum ia dihisab dihari kiamat,
bahkan ia menjadi bagian dari shadaqah karena Nabi
Muhammad pernah berkata kepada para sahabat :”Apakah
salah seorang diantara kalian tidak mampu bersedekah
walaupun sedekahnya seperti Abu Dhom Dhom.?”, Sahabat
bertanya:”Siapa dia (Abu Dhom Dhom) Ya Rasulullah.?”,
Rasulullah mengatakan:”Dia adalah seorang lelaki yang
senantiasa berkata:”Ya Allah hari ini aku bersedekah dengan
kehormatanku, siapapun yang dzalim kepadaku, mencemarkan
kehormatanku aku maafkan”.

Diantara hati yang bersih adalah hati yang senantiasa memafkan


saudaranya, tidak menyimpan hasad dan dendam dalam
hatinya, ia lebih mengutamakan ampunan dari Allah sehingga ia
memaafkan saudara – saudaranya. Salah seorang ulama
pernah mengatakan:”Sungguh mengherankan kaum muslimin,
diakhir bulan suci ramadhan ia banyak berdoa dengan
mengatakan:”Ya Allah engkau Maha pemaaf, senang
memaafkan hamba – hambamu, maafkan aku”, akan tetapi ia
berat memaafkan saudaranya yang lain, dia meminta pemaafan
dari Allah sedangkan juga kikir memaafkan saudaranya, padahal
siapa yang memaafkan saudaranya maka akan diampuni dosa –
dosanya oleh Allah Subhanahu wata‟ala”.

242
Diantara salah satu sifat orang yang beriman adalah cuek
dengan kesalahan saudaranya, setelah ia memaafkannya ia
melupakan kesalahan saudaranya. Selama bisa ia maafkan dan
selama berurusan dengan kehidupan dunia.

3. Abu Bakar As Shiddiq Dengan Hati Yang Bersih

Allah Subhanahu wata‟ala mengabadikan kisah dalam Al-Qur‟an


walaupun kisahnya tidak disebutkan namun ayatnya diturunkan
oleh Allah didalam Al-Qur‟an kepada sahabat yang mulia Abu
Bakar As Shiddiq, walaupun ayatnya khusus turun kepada Abu
Bakar As Shiddiq namun berlaku secara umum bagi yang
memiliki sifat seperti sifat sahabat Abu Bakar As
Shiddiq. Allah Subhanahu wata‟ala berfirman:

َ ‫س َع ِة أ َ ْى يُؤْ تُىا أُو ِلي ْالقُ ْر َب ٰى َو ْال َو‬


ِ ‫ساكِييَ َو ْال ُو َه‬
َ‫اج ِريي‬ ْ َ‫َو ََل َيأْت َ ِل أُولُى ْالف‬
‫ض ِل ِه ٌْكُ ْن َوال ه‬

‫غفُىر َر ِحين‬
َ ُ‫َّللا‬ ‫صفَ ُحىا ۗ أ َ ََل ت ُ ِحبُّىىَ أ َ ْى َي ْغ ِف َر ه‬
‫َّللاُ لَكُ ْن ۗ َو ه‬ ْ ‫َّللا ۖ َو ْل َي ْعفُىا َو ْل َي‬
ِ ‫س ِبي ِل ه‬
َ ‫ِفي‬

“Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan


kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak)
akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-
orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan
Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada.
Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan

243
Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. An
Nur : 22).

Kisah, Ayat diatas turun ketika Abu Bakar bersumpah tidak mau
memberi bantuan, nafkah kepada seorang lelaki yang masih
kerabatnya, orang miskin dan seorang muhajirin yang bernama
Mistho padahal sebelumnya kebutuhan – kebutuhanya dipenuhi
oleh Abu Bakar As Shiddiq . Namun ketika orang – orang
munafik menuduh Aisyah selingkuh dengan sahabat yang mulia
bernama Sofwan, orang – orang munafik menyebarkan fitnah
dan ada diantara 3 sahabat yang ikut dalam menyebarkan fitnah
tersebut, salah satunya adalah Mistho. Kemudian ketika turun
ayat yang menjelaskan Aisyah bersih dari fitnah dan isu mereka
Nabi Shallallahu „alaihi wasalam mencambuk 3 sahabat yang
ikut menyebarkan fitnah dengan 80 kali cambukan, adapun
orang munafik mereka tidak dicambuk karena perbuatan mereka
dibalas pada hari kiamat adapun ketiga sahabat yang dicambuk
mereka dibersihkan didunia sehingga diakhirat tidak ada lagi
dosa yang mereka pikul. Ketika Abu Bakar As Shiddiq tahu
bahwa Mistho ikut menyebarkan berita fitnah tersebut, Abu
Bakar As Shiddiq bersumpah untuk tidak memberi nafkah
kepada mistho, sehingga turunlah firman Allah Subhanahu
wata‟ala yang menegur Abu Bakar As Shiddiq sebagaimana
yang telah disebutkan dalam ayat diatas pada surah An Nur :
22. Akhirnya beliau memaafkan mistho bahkan nafkahnya

244
ditambahkan untuk diberikan kepada mistho, hal ini
menunjukkan hati Abu Bakar As Shiddiq adalah hati penghuni
surga yang hatinya selamat karena bersih dari dengki dan
hasad, tidak memiliki kebencian kepada Mistho melainkan beliau
memaafkannya.

4. Jauhi Fitnah (Hoaks)

Inilah pentingnya untuk berhati – hati dari isu dan fitnah yang
beredar karena orang – orang sholeh juga tidak sadar dan
terjatuh didalamnya, maka dari itu dizaman sekarang adalah
zaman yang begitu banyak fitnah beredar terutama yang
berkaitan dengan hoaks, maka berhati – hati dalam
menyebarkannya dan jangan ikut komentar yang belum jelas
kebenarannya,

Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam bersabda:”Orang yang


duduk lebih baik dari orang yang berjalan”, jangan sampai kita
termasuk Arruaibidho yang kata Rasulullah Shallallahu „alaihi
wasallam ketika ditanya:”Siapa itu Arruaibidho.?”, beliau
menjawab:”Orang yang tidak memiliki ilmu namun mudah
berkomentar dalam urusan yang besar”.

Seorang salaf pernah ditanya tentang fitnah yang terjadi


dikalangan para sahabat beliau berkata:”Ini adalah fitnah- fitnah
yang pedang – pedang kita telah dibersihkan oleh Allah dari ikut

245
andil didalamnya apakah tidak pantas lisan – lisan kita juga
dibersihkan dari fitnah – fitnah tersebut”.

Kita berhak membalas kedzaliman sesuai dengan kadar


kezaliman tersebut tanpa berlebih – lebihan akan tetapi siapa
yang memaafkan, pahalanya ada disisi Allah Subhanahu
wata‟ala, begitu hinanya dunia yang merusak hubungan diantara
kita yang kata Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam:”Andaikan
dunia ini memiliki nilai seperti sehelai sayap nyamuk maka tak
satupun air minum yang Allah berikan kepada orang kafir
walaupun seteguk air”,

Semoga Allah Subhanahu wata‟ala memberikan kita hati yang


mulia, hati yang bersih sebagaimana hati para penghuni surga.

------------------------------------------------------------------------------------

@Rabu, 11 Syawal 1438 H

246
SETIAP HARI DAN MALAMNYA
PEMBEBASAN DARI API
NERAKA

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam memberikan kabar gembira


kedatangan bulan ramadhan kepada para sahabatnya, Dari Abu
Hurairah Radhiyallahu „anhu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda:

،‫اة اٌغّبء‬ٛ‫ٗ أث‬١‫ رفزخ ف‬،ِٗ‫ب‬١‫ىُ ص‬١ٍ‫جً ػ‬ٚ ‫ فشض هللا ػض‬.‫ش ِجبسن‬ٙ‫أربوُ سِعبْ ش‬
َ‫ ِٓ دش‬،‫ش‬ٙ‫ش ِٓ أٌف ش‬١‫ٍخ خ‬١ٌ ٗ١‫ هلل ف‬،ٓ١‫بغ‬١‫ٗ ِشدح اٌش‬١‫رغ ًّ ف‬ٚ ،ُ١‫اة اٌجذ‬ٛ‫ٗ أث‬١‫رغٍك ف‬ٚ
َ‫ش٘ب فمذ دش‬١‫خ‬

Telah datang kepada kalian ramadhan, bulan yang penuh


berkah. Allah wajibkan kepada kalian puasa di bulan ini. Di bulan ini,
akan dibukakan pintu-pintu langit, dan ditutup pintu-pintu neraka,
serta setan-setan nakal akan dibelenggu. Demi Allah, di bulan ini
terdapat satu malam yang lebih baik dari pada 1000 bulan. Siapa yang
terhalangi untuk mendulang banyak pahala di malam itu, berarti dia
terhalangi mendapatkan kebaikan". (HR. Ahmad, Nasai 2106, dan
dishahihkan Syuaib al-Arnauth).

Bulan suci ramadhan adalah bulan penggugur dosa – dosa oleh


karenanya ramadhan adalah kasih sayang, ampunan dan pembebasan
dari api neraka

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

ٞ‫اٖ اٌجخبس‬ٚ‫ٓ” س‬١‫بغ‬١‫صفذد اٌش‬ٚ ،‫اة إٌبس‬ٛ‫غٍمذ أث‬ٚ ‫اة اٌجٕخ‬ٛ‫ارا جبء سِعبْ فزذذ أث‬
ٌٗ ‫اٌٍفع‬ٚ ٍُ‫ِغ‬ٚ

“Jika telah datang bulan Ramadhan, pintu-pintu surga dibuka, pintu-


pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu”. (Muttafaqun
„alaihi).
247
Puasa yang kita tunaikan dibulan ramadhan merupakan penghapus
dosa-dosa dalam beberapa hadist Rasulullah Shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda:

ِٗ ‫غبثًب غُ ِف َش ٌَٗ ُ َِب رَمَ هذ ََ ِِْٓ رَْٔ ِج‬


َ ِ‫ا ْدز‬َٚ ‫ َّبًٔب‬٠ِ‫َِْٓ صَب ََ َس َِعَب َْ ا‬

”Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan


mengharap pahala dari Allah maka dosanya di masa lalu pasti
diampuni”. (HR. Bukhari dan Muslim).

Dari Abu Hurairah, Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam bersabda:

ِٗ ‫غبثًب غُف َِش ٌَٗ ُ َِب رَمَ هذ ََ ِِْٓ ر َ ْٔ ِج‬


َ ِ‫ا ْدز‬َٚ ‫ َّبًٔب‬٠ِ‫َِْٓ لَب ََ َس َِعَبَْ ا‬

“Barangsiapa melakukan qiyam (sholat malam) Ramadhan karena


iman dan mencari pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan
diampuni.” (HR. Bukhari no. 37 dan Muslim no. 759).

Dari Abu Hurairah, dari Nabi Shallallahu „alaihi wasallam, beliau


bersabda:

َ ِ‫ا ْدز‬َٚ ‫ َّبًٔب‬٠ِ‫ٍَخَ ا ٌْمَذ ِْس ا‬١ْ ٌَ ََ ‫َِْٓ لَب‬


ِٗ ‫غبثًب غُف َِش ٌَٗ ُ َِب رَمَ هذ ََ ِِْٓ ر َ ْٔ ِج‬

“Barangsiapa melaksanakan shalat pada malam lailatul qadar karena


iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang
telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari no. 1901).

Jabir bin Abdillah Radhiyallahu‟anhu, Rasulullah Shallallahu‟alaihi


Wasallam bersabda:

‫ب‬ٙ‫ ث‬ٛ‫ذػ‬٠ ً‫ح‬ٛ‫ِغٍُ دَػ‬


ٍ ًّ ِ ‫اْه ٌى‬ٚ َْ‫ش سِعب‬ٙ‫ش‬
ِ ٟ‫ٍ ٍخ ػُز َمب َء ِِ َٓ إٌه ِبس ف‬١ٌٚ َٛ٠
ٍ ًّ ِ ‫ و‬ٟ‫اْه هللِ ف‬
ٌٗ ‫زجبة‬
ُ ‫غ‬ْ ُ ١‫ف‬

“Sesungguhnya di setiap hari dan malam bulan Ramadhan dari Allah


ada pembebasan dari api neraka. dan bagi setiap Muslim ada doa
yang jika ia berdoa dengannya maka akan diijabah”. (HR. Ahmad

248
2/254, Al Bazzar 3142, Al Haitsami berkata: “semua perawinya
tsiqah”).

Allah Subhanahu wata'ala berfirman:

َ‫أ ُ ْدخِ ًَ ا ٌْ َجٕهخ‬َٚ ‫َب َِ ِخ ۖ فَ َّْٓ ُصد ِْض َح ػ َِٓ إٌه ِبس‬١‫ ََ ا ٌْ ِم‬ْٛ ٠َ ُْ ُ‫سو‬ٛ ِ ْٛ َّ ٌْ ‫ظ رَا ِئمَخ ُ ا‬
َ ‫َْ أ ُ ُج‬ْٛ ‫فه‬َُٛ ‫ ِأه َّب ر‬َٚ ۗ ‫د‬ ٍ ‫وُ ًُّ َٔ ْف‬
ْ ْ ُ ْ
ِ ‫َب اِ هال َِز َبعُ اٌغ ُ ُش‬١ٔ‫َبح اٌ ُّذ‬١‫ َِب اٌ َذ‬َٚ ۗ ‫بص‬
‫س‬ٚ َ َ‫فَمَ ْذ ف‬

"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya


pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa
dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh
ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah
kesenangan yang memperdayakan".(QS. Ali Imran: 185).

Semua kita ingin dibebaskan dari api neraka sebagaimana kita sering
berdoa dalam ibadah kita dengan mengucapkan:

‫اة اٌ هٕ ِبس‬ َ ‫لَِٕب‬َٚ ً‫غَٕخ‬


َ َ‫ػز‬ َ ْ ِٟ‫ف‬َٚ ً‫غَٕخ‬
َ ‫خِ َش ِح َد‬٢‫ا‬ َ ‫َب َد‬١ْٔ ‫ اٌ ُّذ‬ِٟ‫َسثهَٕب آَرَِٕب ف‬

”Ya Allah, berikanlah kepada Kami kebaikan di dunia, berikan pula


kebaikan diakhirat dan lindungilah Kami dari siksa neraka".

Dan kita sering membaca doa setiap akhir tasyahud kita perlindiungan
dari 5 hal

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu „anhu, Rasulullah Shallallahu „alaihi


wasallam bersabda:

ِ ‫ػزَا‬
‫ة‬ َ ِِْٓ َ‫ر ُ ِثه‬ُٛ‫ أَػ‬ِِّٝٔ‫ هُ ا‬ُٙ ‫ ُي اٌٍه‬ُٛ‫َم‬٠ ‫بَلِلِ ِِْٓ أ َ ْسثَ ٍغ‬
ِ ‫ػزَا‬
َ ْٓ َِِٚ َُ ‫ٕه‬َٙ ‫ة َج‬ ‫غزَؼِزْ ِث ه‬ْ َ١ٍْ ‫ َذ أ َ َد ُذوُ ُْ َف‬ٙ‫ش ه‬
َ َ ‫اِرَا ر‬
ْ َ ْ ْٓ
‫خِ اٌ هذ هجب ِي‬١ِ‫ ِِ ش ِ َّش فِزٕ ِخ اٌ َّغ‬َٚ ‫د‬ ِ ‫اٌ َّ َّب‬َٚ ‫َب‬١‫ ِِ فِزٕ ِخ اٌ َّ ْذ‬َٚ ‫ا ٌْمَج ِْش‬
ْ ْ َ ْ ْٓ

“Jika salah seorang di antara kalian melakukan tasyahud, mintalah


perlindungan pada Allah dari empat perkara: Ya Allah, aku meminta
perlindungan pada-Mu dari siksa Jahannam, dari siksa kubur, dari
fitnah hidup dan mati, dan dari kejelekan fitnah Al Masih Ad Dajjal”.
(HR. Muslim no. 588).

249
Allah Subhanahu wata'ala mengambarkan keadaan api neraka bagi
penghuni dalam Al-Qur'an Allah Subhanahu wata'ala berfirman:

‫ا‬ُٛ‫ل‬ُٚ‫ز‬١َ ٌِ ‫ َْش َ٘ب‬١َ‫دًا غ‬ٍُٛ‫ ُدُ٘ ُْ َث هذ ٌَْٕبُ٘ ُْ ُج‬ٍُٛ‫ ُْ َٔب ًسا وٍُه َّب َٔ ِع َجذْ ُج‬ِٙ ١ٍِ‫ص‬
ْ ُٔ ‫ف‬ َ ‫َب ِرَٕب‬٠‫ا ثِآ‬ٚ‫ َٓ َوفَ ُش‬٠ِ‫ِاْه اٌهز‬
َ ْٛ ‫ع‬
‫ ًّب‬١ِ‫ ًضا َدى‬٠‫َّللاَ وَبَْ ػ َِض‬
‫اة ۗ اِْه ه‬ َ َ‫ا ٌْؼَز‬

"Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak


akan Kami masukkan mereka ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka
hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya
mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana". (QS. An Nisa':56)

Itulah sebabnya mengapa kita harus bergembira dengan datangnya


bulan ramadhan, karena bulan ramadhan adalah bulan pembebasan dari
api neraka, bulan ramadhan adalah bulan pengampunan dosa - dosa dan
juga bulan ramadhan adalah bulan dimana pintu neraka ditutup dengan
rapat agar kita termasuk orang yang terbebas dari siksa api neraka.
semoga kita tidak menjadi orang yang merugi dengan datangnya bulan
ramadhan, karena ada manusia yang merugi ketika datangnya bulan
ramadhan. Diantara orang yang paling merugi adalah yang berjumpa
dengan bulan ramadhan namun dosa dosanya tidak diampuni,
sebagaimana dalam hadit Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam:

‫ي هللا‬ٛ‫بسع‬٠ ٌٗ ً١‫ٓ فم‬١ِ‫ٓ آ‬١ِ‫ٓ آ‬١ِ‫ آ‬: ‫ إٌّجش فمبي‬ٟ‫ عٍُ سل‬ٚ ٗ١ٍ‫ هللا ػ‬ٍٝ‫ي هللا ص‬ٛ‫أْ سع‬
ٍُ‫ ثؼذ دخً سِعبْ ف‬ٚ‫ أسغُ هللا أٔف ػجذ أ‬: ً٠‫ ججش‬ٌٟ ‫ لبي‬: ‫ِب وٕذ رصٕغ ٘زا ؟ ! فمبي‬
‫ذخٍٗ اٌجٕخ‬٠ ٌُ ‫ أدذّ٘ب‬ٚ‫ٗ أ‬٠‫ اٌذ‬ٚ ‫ ثؼذ أدسن‬ٚ‫ سغُ أٔف ػجذ أ‬: ‫ٓ ثُ لبي‬١ِ‫ آ‬: ‫غفش ٌٗ فمٍذ‬٠
ٓ١ِ‫ آ‬: ‫ه فمٍذ‬١ٍ‫صً ػ‬٠ ٍُ‫ ثؼذ روشد ػٕذٖ ف‬ٚ‫ سغُ أٔف ػجذ أ‬: ‫ٓ ثُ لبي‬١ِ‫ آ‬: ‫فمٍذ‬

Rasulullah Shallallahu ‟alaihi wasallam naik mimbar lalu beliau


mengucapkan, „Amin … amin … amin.‟ Para sahabat bertanya, „Kenapa
engkau berkata demikian, wahai Rasulullah?‟ Kemudian, beliau
bersabda, „Baru saja Jibril berkata kepadaku, „Allah melaknat seorang
hamba yang melewati Ramadan tanpa mendapatkan ampunan,‟ maka
kukatakan, „Amin.‟ Kemudian, Jibril berkata lagi, „Allah melaknat
seorang hamba yang mengetahui kedua orang tuanya masih hidup,
namun itu tidak membuatnya masuk Jannah (karena tidak berbakti
kepada mereka berdua),‟ maka aku berkata, „Amin.‟ Kemudian, Jibril
berkata lagi, „Allah melaknat seorang hamba yang tidak bersalawat
250
ketika disebut namamu,‟ maka kukatakan, „Amin.”(Al-Mundziri
dalam At-Targhib wa At-Tarhib).

Wallahu A’lam Bish Showaab

Oleh : Ustadz Harman Tajang, Lc., M.H.I Hafidzahullahu Ta’ala


(Direktur Markaz Imam Malik)

@Sabtu, 30 Sya‟ban 1438 H

251
SEMUA NIKMAT AKAN
DITANYA DI HARI KEMUDIAN
Begitu banyak nikmat yang Allah Subhanahu wata'ala berikan kepada
kita baik berupa nikmat yang zhahir, nikmat yang batin dan nikmat
yang tak terhitung. Allah Subhanahu wata'ala berfirman:

ٌُ١ ِ‫ ٌس َسد‬ُٛ‫َّللا ٌَغَف‬ ‫ا ِٔ ْؼ َّخَ ه‬ُّٚ‫اِْْ رَؼُذ‬َٚ


َ ‫َ٘ب اِْه ه‬ُٛ‫َّللاِ َال ر ُ ْذص‬

“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak


dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An Nahl: 18).

tugas kita sebagai orang yang beriman adalah bersyukur kepada Allah
Subhanahu wata‟ala dengan menjadikan segala nikmat tersebut dalam
rangka keta‟atan kepada Allah Subhanahu wata‟ala, karena setiap
nikmat yang kita rasakan akan ditanyakan dan dipertanggung jawabkan
di hari kemudian nanti dihadapan Allah Subhanahu wata‟ala, suatu
ketika Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam pernah makan bersama
para sahabatnya dengan makanan yang sederhana dengan kurma dan air
zam zam , beliau kemudian berkata:

ِ ‫ َِ ِئ ٍز ػ َِٓ إٌهؼ‬ْٛ ٠َ ‫غؤٌَُٓه‬


ُ١ِ ْ ُ ‫ث ُ هُ ٌَز‬

“kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan
(yang kamu megah-megahkan di dunia itu).” (QS. At Takatsur: 8).
Sampai – sampai seorang sahabat bertanya:”sampai hanya sekedar
kurma dan air ya Rasulullah kitapun akan ditanya dihari kemudian
nanti”. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam kemudian berkata benar
sambil menyebutkan ayat diatas.

2017 segera kita songsong 2016 berakhir dan akan kita tinggalkan tentu
sebagai seorang muslim yang sejati tidaklah pantas kemudian melepas
kepergiaan tahun 2016 dan menyongsong tahun 2017 dengan perbuatan
yang bisa mendatangkan kemurkaan Allah Subhanahu wata‟ala
diantaranya adalah berhura – hura dan menghambur – hamburkan harta
252
Allah Subhanahu wata‟ala melarang kita dalam Al-Qur‟an, Allah
Subhanahu wata‟ala berfirman:

‫اَْ اٌ ه‬َٛ ‫ا ِا ْخ‬ُٛٔ‫َٓ وَب‬٠‫شا ِاْه اٌْ ُّ َجزّ ِِس‬٠ِ


ِٓ ١ ِ‫َبغ‬١‫ش‬ ً ‫ال ر ُ َجز ّ ِْس ر َ ْجز‬َٚ

“Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara


boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara
syaitan”. (QS. Al Isra‟ : 26-27).

َٓ ١ِ‫غ ِشف‬ ُّ ِ‫ُذ‬٠ ‫ا أِهُٗ ال‬ُٛ‫غ ِشف‬


ْ ُّ ٌْ ‫ت ا‬ ْ ‫ا‬َٚ ‫ا‬ٍُُٛ‫و‬َٚ
ْ ُ ‫ال ر‬َٚ ‫ا‬ُٛ‫ش َشث‬

“Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya


Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan”. (QS. Al-
A‟raf: 31).

Kata pemborosan dalam bahasa arab dikenal dengan Mubazzir dan


juga Al israf dan keduanya dilarang oleh Allah Subhanahu wata‟ala.
Apa perbedaan yang paling mendasar diantara keduanya, kata para
ulama kita yang dimaksud dengan Mubazzir adalah menghambur –
hamburkan harta dalam perkara yang jelas – jelas diharamkan seperti
membeli minuman keras atau obat – obat terlarang adapun Al Israf
adalah membelanjakan harta pada sesuatu yang mubah yang secara
asalnya tidak diharamkan akan tetapi berlebih – lebihan dan kedua hal
ini diharamkan dan dilarang dalam agama kita.

Nikmat yang kita pertanggung jawabkan dihari kemudian secara


khusus disebutkan nabi Shallallahu „alaihi wasallam dalam hadistnya.
Rasulullah Shallallahu‟alaihi wasallam bersabda:

ِٗ ٌِ ‫ػْٓ َِب‬ َ َٚ ُٖ ‫ َّب أ َ ْفَٕب‬١ِ‫ػ ّْ ِش ِٖ ف‬


َ َٚ ًَ ‫ َّب فَ َؼ‬١ِ‫ػْٓ ِػ ٍْ ِّ ِٗ ف‬ ُ ْٓ‫ػ‬ َ ‫غؤ َ َي‬ َ ‫ ُي لَ َذ َِب‬ٚ‫الَ ر َ ُض‬
ْ ُ٠ ٝ‫ب َِ ِخ َدز ه‬١َ ‫ ََ ا ٌْ ِم‬ْٛ َ٠ ‫ػ ْج ٍذ‬
َ
َُٖ‫ َّب أ ْثال‬١ِ‫ػْٓ ِجغِّْ ِٗ ف‬ َ
َ َٚ ُ َٗ‫ َّب أ ْٔفَم‬١ِ‫ف‬َٚ َُٗ‫غج‬ َ َ ‫ َٓ ا ْوز‬٠ْ َ ‫ِِْٓ أ‬

“Tidak akan bergeser dua telapak kaki seorang hamba pada hari
kiamat sampai dia ditanya (dimintai pertanggungjawaban) tentang
umurnya kemana dihabiskannya, tentang ilmunya bagaimana dia
mengamalkannya, tentang hartanya; dari mana diperolehnya dan
kemana dibelanjakannya, serta tentang tubuhnya untuk apa
digunakannya”. (HR.Tirmidzi (no. 2417)).
253
1. Masa mudanya kemana ia habiskan padahal masa muda bagian
dari umur namun di khususkan kata para ulama karna
pentingnya masa muda tersebut mengapa demikian karena
dimasa mudalah terkumpul puncak kekuatan, potensi yang
mana ketika seorang pemuda kemudian menghabiskan masa
mudahnya untuk sesuatu yang haram maka ia memiliki
kekuatan untuk itu oleh karenanya Rasulullah Shallallahu
„alaihi wasallam menyebutkan:

“Sesungguhnya Allah benar-benar kagum kepada seorang pemuda


yang tidak memiliki shabwah”. (HR. Ahmad 2/263). Shabwah adalah
kecendrungan untuk mengikuti dan memperturutkan nafsu yang buruk
Dan pantaslah seorang pemuda mendapatkan naungan khusus pada hari
kiamat yang disebutkan dalam hadist. Rasulullah Shallallahu „alaihi
wasallam bersabda,

«ِٗ ‫ ِػ َجب َد ِح َس ِّث‬ِٝ‫شؤ َ ف‬ ‫ ُُ ه‬ُٙ ٍُّ ِ‫ُظ‬٠ ٌ‫ع ْج َؼخ‬


ٌّ ‫ش‬َٚ … ٍُُّٗ ِ‫ ََ الَ ظِ هً ِااله ظ‬ْٛ ٠َ ِٗ ٍِّ ِ‫ ظ‬ِٝ‫َّللاُ ف‬
َ َٔ ‫َبة‬ َ »

“Ada tujuh golongan manusia yang akan dinaungi oleh Allah dalam
naungan (Arsy-Nya) pada hari yang tidak ada naungan (sama sekali)
kecuali naungan-Nya: …Dan seorang pemuda yang tumbuh dalam
ibadah (ketaatan) kepada Allah …”. (HR. Bukhari (no. 1357) dan
Muslim (no. 1031)).

2. Dan dari hartanya: adapun harta ada 2 pertanyaannya: dari mana


ia dapatkan dan kemana ia belanjakan

Dari sinilah mengapa orang miskin lebih dahulu masuk surga dibanding
dengan orang kaya karena orang kaya yang memilik harta yang banyak
ada 2 pertanyaan: yaitu dari mana ia dapatkan dan kemana ia
belanjakan, salah seorang ulama Malik Bin Dinar Rahimahullah
pernah suatu ketika bersama dengan para penumpang dalam sebuah
kapal ketika kapal itu telah sampai dan sandar di dermaga petugas bea
cukai berdiri depan pintu keluar kemudian berkata:”Jangan ada yang
keluar dari kapal ini sebelum ada yang membayar pajak atau upeti
harta yang ia bawa”, Malik Bin Dinar Rahimahullah kemudian
mengambil selendangnya hendak beranjak keluar dari kapal, ia
kemudian ditahan oleh petugas dan berkata:”Mana barang –
254
barangnya, bayar pajak”, beliau kemudian berkata:”Saya tidak
memiliki apa – apa selain selendang ini”, akhirnya petugas
mengatakan:”Silahkan jalan”, ia kemudian berjalan dan
mengatakan:”Beginilah kondisi dan keadaan kita dihari kemudian”.
Semakin sedikit yang kita miliki maka semakin cepat kita sampai
disurga Allah Subhanahu wata‟ala.

Namun ini bukan celaan bagi orang – orang kaya karena para sahabat
banyak yang kaya, justru kekayaan bisa membuat seseorang cepat
sampai ke surga ketika harta yang kita miliki diinfakkan dijalan Allah
Subhanahu wata‟ala, harta yang kita miliki tidak bisa dibawa mati
namun bisa kita kirim dari sekarang yang akan menjadi investasi
akhirat kita yang akan kita nikmati ketika kita berjumpa dengan Allah
Subhanahu wata‟ala

Oleh karenanya hendaknya setiap pergantian tahun disikapi dengan


bermuhasabah sebagaimana perkataan Allah Subhanahu wata‟ala di
dalam Al-Qur‟an:

“Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan


hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya
untuk hari esok (akhirat) dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Hasyr :
18). Dan perkataan Umar Bin Khattab Radhiyallahu ‘anhu:

“Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab dan timbanglah diri


kalian sebelum kalian ditimbang karena lebih mudah bagi kalian
menghisab diri kalian hari ini daripada besok (hari kiamat). Dan
bersiaplah untuk menghadapi pertemuan terbesar. Ketika itu, kalian
diperlihatkan dan tidak ada sesuatu pun pada kalian yang
tersembunyi.” (Az Zuhd, Ahmad bin Hambal, h. 177).

Wallahu A'lam Bish Showaab

255
Oleh : Ustadz Harman Tajang, Lc., M.H.I Hafidzahullahu Ta’ala
(Direktur Markaz Imam Malik)

@Senin , 02 Rabiul Akhir 1438 H

256
Silahkan dishare seluas-luasnya
untuk kemaslahatan kaum muslimin
dengan tetap menyertakan sumber
www.mim.or.id

Anda mungkin juga menyukai