Anda di halaman 1dari 58

BAB 47

PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I


23. NUSA TENGGARA BARAT
PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I

23. NUSA TENGGARA BARAT

I. PENDAHULUAN

Propinsi Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Barat (NTB),


terletak antara 115°46’- 119°5' bujur timur dan 8° - 9°5' lintang
selatan, merupakan wilayah kepulauan yang berbatasan di sebelah
utara dengan laut Jawa, di sebelah timur dengan Selat Sape, di
sebelah selatan dengan Samudra Indonesia, dan di sebelah barat
dengan Selat Lombok.

Wilayah Propinsi Nusa Tenggara Barat mencakup areal seluas


20.153 kilometer persegi. Pada tahun 1990 tata guna lahan di
wilayah Propinsi Nusa Tenggara Barat meliputi areal hutan seluas
9.311 kilometer persegi atau 46,2 persen, areal semak belukar
sekitar 3.124 kilometer persegi atau 15,5 persen, areal padang
rumput sekitar 1.108 kilometer persegi atau 5,5 persen, areal
ladang sekitar 625 kilometer persegi atau 3,1 persen, areal dataran
tinggi sekitar 1.330 kilometer persegi atau 6,6 persen, areal sawah
seluas 2.297 kilometer persegi atau 11,4 persen, areal perkebunan

423
sekitar 322 kilometer persegi atau 1,6 persen, areal perairan darat
sekitar 20 kilometer persegi atau 0,1 persen, areal tanah tandus
sekitar 443 kilometer persegi atau 2,2 persen, serta sisanya meru-
pakan kawasan permukiman dan budi daya lainnya sekitar 1.572
kilometer persegi atau 7,8 persen dari seluruh luas wilayah
daratan.

Propinsi Nusa Tenggara Barat merupakan wilayah kepulauan


yang terdiri atas dua pulau besar, yaitu Pulau Lombok dan Pulau
Sumbawa serta pulau-pulau kecil di sekitarnya. Keadaan topografi
daerah menunjukkan bahwa di Pulau Lombok bagian utara terdiri
atas pegunungan, dengan ketinggian antara 0-3.726 meter, yang
pada bagian tengah merupakan dataran rendah yang subur berupa
daerah persawahan dengan ketersediaan air yang cukup sepanjang
tahun, serta di bagian selatan merupakan bagian yang berbukit-
bukit dan kering yang sebagian berupa sawah tadah hujan, sedang-
kan Pulau Sumbawa pada umumnya merupakan daerah perbukitan
dan pegunungan kecuali sebagian kecil merupakan dataran yang
memanjang sepanjang pesisir selatan. Iklim daerah Nusa Tenggara
Barat yang termasuk tropis, dengan suhu udara antara 18°C -
33°C, dengan curah hujan antara 1.000 - 2.000 milimeter per
tahun. Keadaan iklim dan sumber air di Pulau Lombok jauh lebih
baik dibandingkan dengan iklim rata-rata di Pulau Sumbawa.
Keadaan tersebut mempengaruhi pola penyebaran penduduk dan
kegiatan pertanian di Nusa Tenggara Barat. Dewasa ini sekitar
dua pertiga dari penduduk dan lahan pertanian yang produktif
terdapat di Pulau Lombok yang luasnya hanya seperempat dari
seluruh wilayah Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Barat.

424
Propinsi Nusa Tenggara Barat memiliki posisi geografis yang cukup
menguntungkan karena terletak diantara daerah tujuan wisata Bali -
Pulau Komodo - Tana Toraja, dan Pulau Lombok terletak jalur
perhubungan taut internasional (Selat Lombok). Di samping itu,
Nusa Tenggara Barat juga mempunyai posisi kurang
menguntungkan karena letaknya sangat dekat dengan jalur
gempadan terkena pengaruh angin tenggara yang berhembus dari
benua Australia. Akibatnya, daerah Nusa Tenggara Barat
termasuk daerah rawan bencana yang secara berkala diancam
bencana alam kekeringan, musim kemarau yang berkepanjangan,
bencana tanah longsor, dan bencana gelombang pasang.

Lahan di Propinsi Nusa Tenggara Barat sebagian besar telah


dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian yang meliputi tanaman
perkebunan, hortikultura, tanaman pangan, dan peternakan.
Selain itu, wilayah ini memiliki sumber daya kelautan (maritim)
yang potensial untuk dikembangkan, yang dewasa ini belum
dimanfaatkan secara optimal. Demikian pula, Nusa Tenggara
Barat memiliki potensi pertambangan dan energi seperti marmer,
kalsit, batu gamping, mangan, emas dan timah hitam, serta
sumber panas bumi dan sumber tenaga air untuk pembangkit
listrik. Di antara potensi bahan galian yang telah dimanfaatkan
adalah batu apung sebagai komoditas ekspor, serta tanah liat
sebagai bahan baku gerabah dan batu kapur.

Pada tahun 1990 penduduk Propinsi Nusa Tenggara Barat


berjumlah 3.380.400 jiwa, dengan tingkat kepadatan penduduk 168
jiwa per kilometer persegi. Daerah tingkat II yang terpadat
penduduknya adalah Kabupaten Lombok Timur dengan kepadatan
540 jiwa per kilometer persegi, sedangkan yang terendah adalah
Kabupaten Sumbawa dengan kepadatan 44 jiwa per kilometer
persegi. Dilihat dari sebaran penduduk per pulau, pada tahun 1990
sekitar 71,33 persen penduduk berdiam di Pulau Lombok yang
luasnya sekitar 23 persen dari seluruh wilayah Nusa Tenggara Barat
dan selebihnya sekitar 28,67 persen berdiam di Pulau Sumbawa
dan pulau kecil sekitarnya yang luasnya sekitar 77 persen dari
seluruh wilayah Nusa Tenggara Barat. Penduduk yang tinggal di
kawasan perkotaan berjumlah 576.912 jiwa atau sekitar 17,13
persen dari jumlah penduduk Propinsi Nusa Tenggara Barat. Jumlah
425
penduduk perkotaan di propinsi ini mengalami peningkatan yang
cukup berarti dengan laju pertumbuhan rata-rata antara tahun 1971
dan 1990 sebesar 6,42 persen per tahun.
Pada tahun 1990 penduduk usia kerja (10 tahun ke atas) di
propinsi ini berjumlah 2.367.284 orang (70,2 persen). Dari jumlah
tersebut yang masuk ke dalam angkatan kerja sebanyak 1.447.770
orang dan angkatan kerja yang bekerja berjumlah 1.433.805 orang.
Dari seluruh angkatan kerja yang bekerja tersebut, sebagian besar
terserap di sektor pertanian (54,8 persen). Sisanya terserap di
berbagai sektor lain, yaitu sektor industri (17,0 persen), dan jasa
(28,2 persen).

Propinsi Nusa Tenggara Barat memiliki kekayaan budaya yang


beraneka ragam dalam bentuk adat istiadat, tradisi, kesenian dan
bahasa. Masyarakat Nusa Tenggara Barat terdiri atas berbagai
suku, antara lain suku Sasak yang mendiami Pulau Lombok, suku
Samawa yang mendiami Kabupaten Sumbawa, dan suku Mbojo
yang mendiami Kabupaten Bima dan Kabupaten Dompu. Di
samping itu, terdapat suku-suku lainnya seperti suku Bali, suku
Jawa, suku Bugis, dan suku Banjar. Di Pulau Lombok banyak
berdiam suku Bali dan suku Sasak yang memiliki corak paduan
kebudayaan tersendiri yang menarik perhatian bagi
pengembangan pariwisata. Penduduk propinsi ini sebagian besar
beragama Islam (96,36 persen), selebihnya beragama Hindu (2,58
persen), dan lainnya (1,06 persen).

Secara administratif, Daerah Tingkat I Propinsi Nusa


Tenggara Barat terdiri atas enam kabupaten daerah tingkat II, yaitu
Kabupaten Lombok Barat, Lombok Tengah, dan Lombok Timur di
Pulau Lombok serta Kabupaten Sumbawa, Dompu, dan Bima di
Pulau Sumbawa, dan satu kotamadya daerah tingkat II, yaitu
Kotamadya Mataram sebagai ibukota propinsi. Dalam, wilayah
Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Barat terdapat 59 wilayah keca-
matan, serta 573 desa dan kelurahan.

426
II. PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I
NUSA TENGGARA BARAT DALAM PJP I

Perkembangan kependudukan di Propinsi Nusa Tenggara


Barat selama PJP I menunjukkan semakin rendahnya tingkat laju
pertumbuhan penduduk yang cukup berarti dari rata-rata 2,36
persen per tahun (1971-1980) menjadi rata-rata 2,15 persen per
tahun (1980-1990); sedangkan laju pertumbuhan penduduk pada
periode yang sama di kawasan timur Indonesia 2,4 persen per
tahun dan nasional 1,97 persen per tahun.

Dalam PJP I pembangunan Propinsi Nusa Tenggara Barat


telah meningkat dengan cukup berarti. Pada tahun 1990 produk
domestik regional bruto (PDRB) nonmigas Propinsi Nusa Tenggara
Barat atas dasar harga konstan 1983 adalah sebesar Rp818,4
miliar. Jika dilihat dari pangsa sumbangan sektoral terhadap
pembentukan PDRB nonmigas, sektor pertanian memberikan
sumbangan tertinggi (49,16 persen), diikuti oleh sektor perda-
gangan, restoran, dan hotel (15,96 persen), serta sektor pemerin-
tahan dan pertahanan (10,10 persen).

Dalam periode 1983-1990 laju pertumbuhan PDRB nonmigas


tercatat sebesar 6,18 persen per tahun. Sektor yang menunjukkan
pertumbuhan cukup tinggi adalah sektor listrik, gas dan air minum
(14,23 persen); sektor bank dan lembaga keuangan (12,9 persen);
sektor industri pengolahan (10,3 persen); serta sektor pengang -
kutan dan komunikasi (7,6 persen).

PDRB nonmigas per kapita pada tahun 1990 berdasarkan


harga konstan 1983 di Propinsi Nusa Tenggara Barat mencapai
Rp244 ribu. Dibandingkan dengan angka tahun 1983 yang
besarnya Rp177 ribu, terjadi peningkatan dengan laju pertumbuhan
rata-rata 4,65 persen per tahun.

427
Laju pertumbuhan ekonomi daerah Nusa Tenggara Barat yang
cukup tinggi tersebut didukung oleh laju pertumbuhanekspor
nonmigas rata-rata sebesar 11 persen per tahun antara tahun 1987
dan 1992 dengan komoditas andalan batu apung, pakaian jadi,
produk hasil laut, dan produk kerajinan gerabah.

Pembangunan di bidang kesejahteraan sosial, telah


menghasilkan tingkat kesejahteraan sosial yang lebih baik yang
ditunjukkan oleh berbagai indikator. Jumlah penduduk melek huruf
meningkat dari 52,09 persen pada tahun 1976 menjadi 69,64
persen pada tahun 1990, angka kematian bayi per seribu kelahiran
hidup turun dari 192 pada tahun 1971 menjadi 109 pada tahun
1993. Demikian pula, angka usia harapan hidup mengalami
peningkatan yang cukup berarti dari 38,7 tahun pada tahun 1971
menjadi 52,0 tahun pada tahun 1993.

Peningkatan kesejahteraan itu didukung oleh peningkatan


pelayanan kesehatan yang makin merata dan makin luas
jangkauannya. Pada tahun 1990 jumlah rumah sakit yang ada 12
unit dengan kapasitas tempat tidur sebanyak 785 buah, dan pusat
kesehatan masyarakat (puskesmas) serta pusat puskesmas pembantu
sebanyak 412 unit dengan jangkauan pelayanan mencakup luasan
48,9 kilometer persegi dan dengan jumlah penduduk yang dilayani
sebanyak 8.176 orang per puskesmas termasuk puskesmas pemban-
tu. Keadaan ini menunjukkan suatu kemajuan yang sangat pesat
jika dibandingkan dengan keadaan tahun 1972 dengan puskesmas
yang ada baru berjumlah 23 unit dengan jangkauan pelayanan
mencakup luasan 877,3 kilometer persegi dan dengan penduduk
yang dilayani sebanyak 98.064 orang per puskesmas.

428
Tingkat pendidikan rata-rata penduduk Propinsi Nusa Tenggara
Barat telah menghasilkan kemajuan yang cukup berarti seperti
diperlihatkan oleh angka partisipasi sekolah dasar (SD) kasar
penduduk Nusa Tenggara Barat yang pada tahun 1992 telah
mencapai 97,9 persen, dibandingkan dengan tahun 1972 yang baru
mencapai 53,3 persen. Tingkat partisipasi pendidikan ini didukung
oleh ketersediaan sekolah yang semakin meningkat. Pada tahun
1992 telah ada 2.774 unit SD yang berarti lebih dari 4 unit SDpada
setiap desa. Peningkatan jumlah SD juga didukung oleh
peningkatan jumlah guru. Pada tahun 1992 tercatat 23.976 orang
guru dan setiap guru SD melayani 23 murid.

Meningkatnya kesejahteraan masyarakat tercermin pula dari


makin berkurangnya jumlah penduduk miskin. Pada tahun 1990
jumlah penduduk miskin di Propinsi Nusa Tenggara Barat
berjumlah 776.299 orang atau sekitar 23,18 persen dari seluruh
jumlah penduduk. Pada tahun 1984, penduduk miskin masih
berjumlah 1.143.568 atau kurang lebih 38,6 persen dari jumlah
penduduk.

Pembangunan Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Barat


didukung oleh pembangunan prasarana yang dilaksanakan, baik
oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah tingkat I dan
daerah tingkat II. Di bidang prasarana transportasi sampai dengan
tahun 1992 telah dibangun dan ditingkatkan berbagai prasarana
transportasi darat meliputi dermaga penyeberangan dan jaringan
jalan yang mencapai 4.535 kilometer. Ketersediaan jaringan jalan
telah makin baik seperti terlihat pada tingkat kepadatan yang
mencapai rata-rata 226,5 kilometer per 1.000 kilometer persegi.
Ketersediaan prasarana transportasi lainnya yang mendukung
pembangunan daerah, seperti prasarana transportasi laut dan
transportasi udara juga terus meningkat. Propinsi Nusa Tenggara
Barat memiliki 3 (tiga) pelabuhan taut, yaitu Lembar di Pulau
Lombok, pelabuhan Badas dan Bima di Pulau Sumbawa, serta dua
pelabuhan penyeberangan, yaitu Labuhan Kayangan di Pulau
Lombok dan Pototano di Pulau Sumbawa. Transportasi udara yang
terdapat di Nusa Tenggara Barat dilayani oleh tiga bandar udara
(bandara), yaitu Bandara Selaparang di Lombok yang dapat dida-
rati oleh pesawat F-28 dan Bandara Brangbiji di Kabupaten
429
Sumbawa dan Salahuddin di Kabupaten Bima.
Di bidang pengairan, telah ada peningkatan prasarana pengairan.
Pada tahun 1993 jaringan irigasi yang ada telah mengairi sawah
seluas kurang lebih 177.000 hektare sehingga
membantupeningkatan dan menunjang produksi pertanian sampai
mencapai swasembada beras.

Penyediaan prasarana ketenagalistrikan di propinsi ini dilayani


oleh Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN) Wilayah XI yang
meliputi propinsi-propinsi Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa
Tenggara Timur, dan Timor Timur, dan sampai dengan tahun 1991
telah menghasilkan daya terpasang sebesar 152 megawatt.

Investasi yang dilakukan oleh Pemerintah di Nusa Tenggara


Barat melalui anggaran pembangunan yang dialokasikan dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) menunjukkan
kecenderungan yang meningkat. Alokasi anggaran pembangunan
yang berupa dana Bantuan Pembangunan Daerah (Inpres) dan dana
sektoral melalui daftar isian proyek (DIP) dalam Repelita IV dan V
masing-masing berjumlah Rp439,7 miliar dan Rp860,4 miliar.

Pendapatan asli daerah (PAD) juga menunjukkan peningkatan


yang cukup pesat, dengan rata-rata pertumbuhan selama periode
Repelita V kurang lebih 25,4 persen per tahun. Dalam masa itu
PAD telah meningkat dari Rp5,7 miliar pada tahun 1989/90 menjadi
Rp9,5 miliar pada tahun 1993/94. Peningkatan yang cukup pesat dari
PAD dan Bantuan Pembangunan Daerah dari tahun ke tahun
mempengaruhi pula peningkatan belanja pembangunan dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tingkat I Nusa
Tenggara Barat. Pada tahun pertama Repelita V belanja
pembangunan daerah berjumlah Rp16,8 miliar dan pada tahun
terakhir Repelita V meningkat menjadi Rp43,8 miliar. Bagian
terbesar dari belanja pembangunan digunakan untuk perhubungan
dan pariwisata.

430
Meskipun masih relatif kecil, investasi swasta telah menunjukkan
peningkatan. Gejala tersebut terlihat dari jumlah proyek dan
penanaman modal dalam negeri (PMDN) yang disetujui
Pemerintah dalam masa empat tahun Repelita V, yaitu 41 proyek
dengan nilai Rp1.305,3 miliar dan perluasan PMDNsebanyak 10
proyek dengan nilai Rp87,9 miliar. Dalam kurun waktu itu telah
disetujui 5 proyek penanaman modal asing (PMA) dengan nilai
US$50,3 juta.

Rencana tata ruang wilayah (RTRW) propinsi daerah tingkat I


yang berupa rencana struktur tata ruang propinsi (RSTRP) dan
RTRW kabupaten/kotamadya daerah II yang berupa rencana umum
tata ruang kabupaten (RUTRK) telah selesai disusun, meskipun
pada akhir PJP I sedang dalam proses untuk ditetapkan sebagai
peraturan daerah.

III. TANTANGAN, KENDALA, DAN PELUANG


PEMBANGUNAN

Pembangunan Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Barat selama


PJP I telah memberikan hasil yang secara nyata dirasakan oleh
masyarakat, dengan makin meningkatnya kegiatan perekonomian
yang didukung oleh peningkatan ketersediaan prasarana dan sarana
pembangunan, meningkatnya taraf kesejahteraan dan makin
tercukupinya kebutuhan dasar masyarakat termasuk pendidikan
dasar dan kesehatan. Namun, disadari pula masih banyak masalah
yang dihadapi.

Pembangunan yang telah banyak dilakukan di Daerah Tingkat


I Nusa Tenggara Barat selama PJP I, dalam PJP II akan
dilanjutkan dan ditingkatkan sesuai dengan GBHN 1993. Untuk
itu, perlu ditemukenali berbagai tantangan dan kendala yang akan
dihadapi, serta peluang yang dapat dimanfaatkan.

1. Tantangan

431
Dalam PJP I telah banyak kemajuan yang dicapai Propinsi Nusa
Tenggara Barat. Namun secara keseluruhan, taraf kesejahteraan
ekonomi dan sosial masyarakatnya yang ditunjukkan oleh berbagai
indikator seperti tingkat PDRB nonmigas per kapitadan laju
pertumbuhan PDRB nonmigas, angka melek huruf, usia harapan
hidup relatif rendah, dan tingginya angka kematian bayi
dibandingkan dengan rata-rata nasional. Dengan demikian,
tantangan utama pembangunan daerah Nusa Tenggara Barat adalah
meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan serta
memperluas landasan ekonomi daerah yang didukung oleh
peningkatan ekspor nonmigas terutama hasil laut dan pariwisata
serta perluasan kesempatan kerja sehingga mempercepat
peningkatan kesejahteraan ekonomi dan sosial masyarakat.

Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi


dibutuhkan tenaga kerja yang berkualitas dan produktif. Kondisi
ketenagakerjaan di Propinsi Nusa Tenggara Barat ditandai dengan
masih besarnya jumlah tenaga kerja di sektor pertanian yang
produktivitasnya relatif rendah, terutama di sektor pertanian
tradisional, dibandingkan dengan tenaga kerja yang terserap di
sektor nonpertanian, khususnya industri dan jasa. Sektor industri
dan jasa, yang berperan sebagai penggerak percepatan laju
pertumbuhan ekonomi daerah memerlukan tenaga kerja dengan
produktivitas yang tinggi. Di Propinsi Nusa Tenggara Barat
kondisi tenaga kerja yang tersedia umumnya belum memenuhi
tuntutan tenaga kerja yang berkualitas, khususnya dalam sektor
ekonomi yang cepat pertumbuhannya. Demikian pula, kegiatan
investasi yang dilakukan masyarakat dan dunia usaha umumnya
masih rendah. Dengan demikian, untuk mempercepat laju
pertumbuhan ekonomi Propinsi Nusa Tenggara Barat,
tantangannya adalah membentuk serta mengembangkan sumber
daya manusia yang berkualitas, yaitu sumber daya manusia yang
produktif dan berjiwa wiraswasta yang mampu mengisi, mencipta-
kan dan memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha.

432
Untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dibutuhkan
investasi yang besar, sedangkan kemampuan investasi pemerintah
terbatas sehingga untuk memenuhi kebutuhan tersebut diperlukan
peningkatan investasi oleh masyarakat khususnya dunia usaha.
Sehubungan dengan itu, Propinsi Nusa Tenggara Barat
harusmampu menarik dunia usaha agar menanamkan modal untuk
mengembangkan potensi berbagai sumber daya pembangunan di
propinsi ini. Dengan demikian, Propinsi Nusa Tenggara Barat
dihadapkan pada masalah untuk menciptakan iklim usaha di daerah
yang menarik bagi investasi masyarakat dan dunia usaha. Dalam
rangka menciptakan iklim usaha yang menarik di daerah,
tantangannya adalah mengembangkan kawasan dan pusat
pertumbuhan yang dapat menampung kegiatan ekonomi,
memperluas lapangan kerja dan sekaligus memenuhi fungsi sebagai
pusat pelayanan.

Di bidang pertanian, meskipun Nusa Tenggara Barat telah


berhasil dengan swasembada pangan terutama beras, upaya
peningkatan kegiatan di sektor pertanian terutama untuk kegiatan
diversifikasi tanaman di beberapa tempat seperti di Pulau Lombok
dan Pulau Sumbawa masih belum berkembang karena masih
terbatasnya prasarana pengairan dan transportasi. Maka
tantangannya adalah mempertahankan swasembada pangan dengan
memanfaatkan lahan pertanian seoptimal mungkin agar dapat
mengimbangi jumlah penduduk yang terus meningkat akibat laju
pertumbuhan penduduk yang relatif masih tinggi.

Pertumbuhan ekonomi yang perlu dipercepat tersebut


membutuhkan dukungan prasarana dasar yang memadai, antara
lain transportasi, tenaga listrik, pengairan, air bersih, dan
telekomunikasi. Meskipun telah meningkat, ketersediaan prasarana
dasar daerah Nusa Tenggara Barat belum memenuhi kebutuhan
ataupun tuntutan kualitas pelayanan yang terus meningkat. Untuk
daerah yang kondisi geografisnya seperti Nusa Tenggara Barat,
diperlukan suatu sistem transportasi antarmoda yang merupakan
sistem transportasi regional, pelayaran antarpulau oleh pelayaran
armada rakyat yang terpadu dengan pelayaran perintis dan
pelayaran nasional, serta sistem transportasi darat yang dapat
meningkatkan keterkaitan wilayah produksi dengan pasar. Untuk
meningkatkan efisiensi ekonomi, terutama dalam distribusi barang
dan jasa, diperlukan dukungan prasarana dan sarana transportasi

433
yang memadai. Di pihak lain ada keterbatasan kemampuan
pemerintah, baik pusat maupun daerah, untuk membangun
prasarana dan sarana transportasi guna mempercepat pembangunan
daerah ini. Oleh karena itu, tantangan yang dihadapi adalah
meningkatkan ketersediaan dan kualitas serta memperluas
jangkauan pelayanan prasarana dasar, khususnya sistem transpor-
tasi antarmoda secara terpadu dan optimal, dengan mengikutserta -
kan dunia usaha.

Hasil pembangunan di bidang kesejahteraan sosial di Nusa


Tenggara Barat telah menunjukkan kemajuan yang cukup baik.
Meskipun demikian, dengan kemajuan yang telah dicapai tersebut,
propinsi ini masih tertinggal dibandingkan dengan tingkat
kemajuan rata-rata nasional. Di samping itu, di Propinsi Nusa
Tenggara Barat masih terdapat kesenjangan antargolongan
masyarakat dan antardaerah, antara lain karena masih terbatasnya
jangkauan prasarana dan sarana sosial. Kondisi di atas
menghadapkan Nusa Tenggara Barat pada tantangan untuk
meningkatkan, memeratakan dan memperluas jangkauan dan mutu
pelayanan kesehatan, pendidikan, dan pelayanan sosial lainnya,
serta jangkauan informasi sampai ke seluruh pelosok daerah.

Dalam kaitan itu, jumlah penduduk yang hidup di bawah garis


kemiskinan masih cukup tinggi, yaitu pada tahun 1990 masih
sebanyak 776 ribu orang atau sekitar 23,0 persen dari seluruh
jumlah penduduk Nusa Tenggara Barat. Selain itu, pada tahun
1993, jumlah desa tertinggal di propinsi ini masih cukup banyak,
yaitu 125 desa atau sekitar 22 persen dari seluruh desa di Nusa
Tenggara Barat. Masalah kemiskinan yang memerlukan
penanggulangan secara khusus dan menyeluruh ini, merupakan
tantangan Pula bagi pembangunan daerah Nusa Tenggara Barat
dalam PJP II, khususnya Repelita VI.

434
Meningkatnya intensitas pembangunan mengakibatkan
meningkatnya pemanfaatan lahan, air, dan sumber daya alam
lainnya, juga menimbulkan kerusakan sumber daya alam
danmenghasilkan limbah dan polusi dalam kadar yang makin
meningkat yang dapat mengakibatkan menurunnya kualitas dan
daya dukung lingkungan hidup. Dengan demikian, pembangunan
daerah dihadapkan pada tantangan untuk membangun tanpa
merusak lingkungan hidup dan meningkatkan efektivitas
pengelolaan dan rehabilitasi sumber daya alam sehingga menjamin
pembangunan yang berkelanjutan.

Belum mantap dan meratanya kemampuan aparatur di daerah


serta belum serasinya koordinasi antarlembaga dalam mengelola
pembangunan merupakan tantangan yang dihadapi dalam rangka
memperkuat kemampuan manajemen dan kelembagaan di daerah.

2. Kendala

Upaya pembangunan daerah di Propinsi Nusa Tenggara Barat


dihadapkan kepada berbagai kendala yang erat kaitannya dengan
kondisi geografis wilayah, antara lain berupa penyebaran penduduk
yang tidak merata karena sebagian besar bermukim di Pulau
Lombok dengan lahan pertanian dan lapangan kerja yang terbatas.
Di samping itu, dihadapi pula keterbatasan ketersediaan tenaga
kerja yang berkualitas, produktif dan efisien, serta penyebaran
tenaga kerja tersebut yang tidak berimbang antara Pulau Lombok
yang relatif sudah maju dengan Pulau Sumbawa yang selain cukup
luas juga memiliki peluang pembangunan yang cukup besar, tetapi
mengalami kekurangan tenaga kerja yang terampil dan terdidik.

Selain itu, ditemui berbagai kendala dalam upaya menarik


minat investasi masyarakat dan dunia usaha lainnya. Keadaan
tersebut antara lain berupa masih rendahnya tingkat aksesibilitas
wilayah Nusa Tenggara Barat dan kurangnya kemudahan terhadap
fasilitas berusaha seperti kemudahan mendapatkan kredit
perbankan, serta terbatasnya ketersediaan fasilitas penunjang
seperti sarana komunikasi, tenaga listrik, air bersih, telepon,
fasilitas pemasaran, dan informasi pasar.
435
Sebagai daerah yang rawan bencana alam, antara lain tanah
longsor dan musim kering yang berkepanjangan, serta masih
adanya sebagian penduduk di selatan Pulau Sumbawa yang masih
melakukan kegiatan pertanian berpindah-pindah, merupakan
kendala bagi pengembangan kegiatan produktif serta pengelolaan
secara efektif sumber daya alam dan lingkungan hidup.

3. Peluang

Hasil pembangunan yang telah dicapai Propinsi Nusa


Tenggara Barat selama PJP I dapat menjadi modal dan membuka
peluang untuk meningkatkan pembangunan dalam PJP II. Hasil
pembangunan berupa prasarana dan sarana sosial dan ekonomi
yang telah dibangun, kelembagaan yang telah terbentuk dan
berfungsi, serta peran serta masyarakat yang meningkat dalam
kegiatan pembangunan, adalah modal dan peluang yang dapat
dikembangkan.

Propinsi Nusa Tenggara Barat memiliki potensi sumber daya


alam yang belum banyak dimanfaatkan. Demikian pula ada potensi
pembangunan yang telah dimanfaatkan tetapi belum optimal
dikembangkan antara lain adalah pertanian, kelautan,
pertambangan dan bahan galian, serta pariwisata.

Untuk pengembangan pertanian lahan kering dan perkebunan


tersedia sekitar 2 juta hektare yang baru dimanfaatkan sekitar 35
persen; serta potensi padang pengembalaan ternak sekitar 293 ribu
hektare yang dapat menampung sekitar 2,6 juta ekor ternak baru
termanfaatkan sekitar 22 persen. Sementara itu untuk
pengembangan pertanian sawah, Nusa Tenggara Barat masih
memiliki potensi sumber air yang cukup besar yang belum
dimanfaatkan secara optimal.

436
Propinsi Nusa Tenggara Barat juga memiliki potensi kelautan yang
sangat besar untuk pengembangan budidaya mutiara, rumput laut,
dan jenis-jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomis tinggiseperti
ikan kerapu, udang, dan teripang serta pantai yang potensial untuk
kegiatan pertambakan, tetapi selama ini belum dimanfaatkan secara
optimal.

Di bidang pertambangan, Propinsi Nusa Tenggara Barat


memiliki potensi bahan galian, seperti batu apung, batu kapur,
tanah liat, perlit, batu gamping dan kaolin; serta mineral, seperti
timah hitam, emas, tembaga, pasir besi, dan perak. Batu apung
memiliki potensi yang sangat besar dengan lokasinya tersebar di
Pulau Lombok, sedangkan bahan tambang lainnya belum banyak
yang dieksploitasi. Selain itu, Nusa Tenggara Barat juga memiliki
potensi minyak dan gas bumi, serta panas bumi yang cukup besar.

Pariwisata juga merupakan sektor yang amat berpeluang untuk


dikembangkan. Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Barat memiliki
potensi wisata yang sangat beragam, baik wisata bahari, wisata
alam maupun wisata budaya, dan lokasinya terletak di antara jalur
pariwisata Bali-Komodo-Tana Toraja. Lokasi daerah wisata yang
potensial untuk dikembangkan terdapat, antara lain, di Senggigi
Siere, Gili Trawangan, Gili Meno , Pantai Aan, Selong Belanak,
Gunung Rinjani, Dusun Sade, Gili Indah, Gili Sulat, Pantai Maluk,
Pulau Moyo, Pantai Huu, Sade, Teluk Bima, dan Gunung Tambo-
ra. Selain itu, lokasi Propinsi Nusa Tenggara Barat yang berada
pada jalur pelayaran internasional Selat Lombok diharapkan akan
memberikan peluang dan keuntungan, baik untuk pengembangan
pariwisata maupun untuk perdagangan internasional.

IV. ARAHAN, SASARAN, DAN KEBIJAKSANAAN


PEMBANGUNAN

1. Arahan GBHN 1993


GBHN 1993 mengamanatkan bahwa pembangunan daerah
diarahkan untuk memacu pemerataan pembangunan dan hasil-
hasilnya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
rakyat,menggalakkan prakarsa dan peran serta aktif masyarakat,
serta meningkatkan pendayagunaan potensi daerah secara 437
optimal dan terpadu dalam mengisi otonomi daerah yang nyata,
dinamis, serasi, dan bertanggung jawab, serta memperkuat
persatuan dan kesatuan bangsa. Dalam upaya pemerataan
pembangunan di seluruh wilayah tanah air, pembangunan daerah
dan kawasan yang kurang berkembang, seperti di daerah
terpencil, perlu ditingkatkan sebagai perwujudan Wawasan
Nusantara.

Dengan mengacu kepada arahan GBHN 1993, pembangunan


Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Barat diarahkan untuk
mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah melalui pelibatan
masyarakat setempat secara penuh; peningkatan peran serta
masyarakat dan dunia usaha; peningkatan kesempatan kerja bagi
tenaga kerja setempat dan perbaikan kualitas angkatan kerja
melalui pendidikan dan pelatihan; peningkatan produktivitas
perekonomian daerah; penganekaragaman kegiatan perekonomian
daerah; peningkatan pertumbuhan ekspor nonmigas; peningkatan
jumlah dan kualitas investasi swasta; peningkatan kesejahteraan
sosial dan percepatan penanggulangan kemiskinan;
pengembangan sistem perhubungan transportasi terpadu yang
akan meningkatkan aksesibilitas daerah-daerah terpencil dan
terbelakang; penguatan kelembagaan dan aparatur pemerintah di
daerah dalam rangka peningkatan efisiensi dan efektivitas
pelaksanaan pembangunan di daerah; pengembangan sumber daya
alam yang memiliki potensi dan keunggulan komparatif dengan
memperhatikan pelestarian fungsi lingkungan hidup untuk
pembangunan yang berkelanjutan; dan pengembangan kawasan-
kawasan andalan dengan menciptakan keterkaitan dengan wilayah
sekitarnya.

438
2. Sasaran

a. Sasaran PJP II

Sasaran pembangunan Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Barat


dalam PJP II sesuai dengan GBHN 1993 adalah mantapnya
otonomi daerah yang nyata, dinamis, serasi, dan bertanggung
jawab, serta makin meratanya pembangunan dan hasil-hasilnya
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Sasaran pembangunan ekonomi adalah tercapainya laju


pertumbuhan PDRB nonmigas yang diperkirakan rata-rata sekitar
7,8 persen per tahun. Sasaran lainnya adalah meningkatnya
ketersediaan prasarana dan sarana dasar ekonomi serta kualitas
pelayanannya, terutama terciptanya sistem transportasi
antarmoda yang mampu meningkatkan aksesibilitas wilayah
propinsi secara ekonomis; meningkatnya peran serta dunia usaha
dan masyarakat dalam pembangunan, sehingga dapat mendukung
penciptaan lapangan kerja; serta meningkatnya sumbangan daerah
kepada ekonomi nasional.

Sasaran pembangunan sosial adalah meningkatnya derajat


kesehatan dan gizi masyarakat yang diukur, antara lain, dari dua
indikator kesejahteraan sosial, yaitu bertambahnya usia harapan
hidup menjadi 66,7 tahun dan menurunnya angka kematian bayi
menjadi 41 per seribu kelahiran hidup; menurunnya laju pertum-
buhan penduduk; telah mantapnya pemerataan dan peningkatan
kualitas pendidikan dasar dan kejuruan, serta terselesaikannya
pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun.

Dalam PJP II masalah kemiskinan di Daerah Tingkat I Nusa


Tenggara Barat, berdasarkan kriteria yang sekarang digunakan,
telah terselesaikan.

439
b. Sasaran Repelita VI

Sasaran pembangunan Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Barat


dalam Repelita VI adalah berkembangnya otonomi daerah yang
nyata, dinamis, serasi dan bertanggung jawab dengan titik berat
pada daerah tingkat II; meningkatnya kemandirian dan kemampuan
daerah dalam merencanakan dan mengelola pembangunan di
daerah, termasuk dalam mengoperasikan dan memelihara prasarana
dan sarana yang dibangun di daerah, seiring dengan meningkatnya
kemampuan pemerintah daerah untuk menggali dan mengerahkan
sumber keuangan daerah, serta meningkatnya efisiensi belanja
daerah.

Sasaran pembangunan ekonomi adalah tercapainya laju


pertumbuhan PDRB nonmigas yang diperkirakan rata-rata sekitar
6,0 persen per tahun, dengan laju pertumbuhan sektoral, yaitu
pertanian rata-rata sekitar 3,1 persen; industri nonmigas sekitar
9,1 persen; bangunan sekitar 9,4 persen; perdagangan dan
pengangkutan sekitar 7,9 persen; jasa-jasa sekitar 7,5 persen; serta
lainnya (mencakup pemerintahan, energi dan pertambangan)
sekitar 7,3 persen. Sasaran laju pertumbuhan ekspor nonmigas
untuk Propinsi Nusa Tenggara Barat rata-rata adalah 13 persen per
tahun. Sasaran laju pertumbuhan kesempatan kerja adalah rata-rata
3,5 persen per tahun sehingga tercipta tambahan kesempatan kerja
baru bagi 289,4 ribu orang.

Sasaran selanjutnya adalah meningkatnya ketersediaan


prasarana dan sarana ekonomi, terutama berkembangnya sistem
transportasi antarmoda yang terpadu sehingga mampu
meningkatkan aksesibilitas wilayah propinsi ini secara merata dan
efisien; meningkatnya keikutsertaan dunia usaha dan masyarakat
dalam kegiatan produktif di daerah; meningkatnya produktivitas
tenaga kerja setempat, di sektor pertanian, industri, dan jasa; dan
meningkatnya PAD, termasuk di daerah tingkat II yang relatif
tertinggal.

440
Sasaran pembangunan sosial adalah meningkatnya derajat
kesehatan dan gizi masyarakat secara merata dengan peningkatan
usia harapan hidup menjadi 55,7 tahun dan penurunan angka
kematian bayi menjadi 90 per seribu kelahiran hidup; menurunnya
laju pertumbuhan penduduk sesuai dengan sasaran nasional;
semakin merata, meluas, dan meningkatnya kualitas pendidikan
dasar dan kejuruan; meningkatnya angka partisipasi kasar sekolah
lanjutan tingkat pertama (SLTP), termasuk madrasah tsanawiyah
(MTs), dan sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA), termasuk madrasah
aliyah (MA), masing-masing menjadi sekitar 63,8 persen, dan
sekitar 37,5 persen; serta dimulainya pelaksanaan Wajib Belajar
Pendidikan Dasar Sembilan Tahun.

Menjadi sasaran penting pula meningkatnya pendapatan


masyarakat berpendapatan rendah; berkurangnya jumlah penduduk
yang hidup di bawah garis kemiskinan dan berkurangnya jumlah
desa tertinggal selaras dengan sasaran penurunan jumlah penduduk
miskin di tingkat nasional; serta meningkatnya daya dukung
sumber daya alam dan terpeliharanya kelestarian fungsi lingkungan
hidup.

3. Kebijaksanaan

Untuk mengatasi berbagai tantangan pembangunan dan


mewujudkan berbagai sasaran tersebut di atas, kebijaksanaan
pembangunan Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Barat dalam
Repelita VI diarahkan pada peningkatan pelaksanaan otonomi di
daerah yang seiring dengan peningkatan peran serta masyarakat;
pengembangan sektor unggulan; pengembangan usaha nasional;
pengembangan sumber daya manusia; kependudukan; peningkatan
pemerataan pembangunan; penanggulangan kemiskinan;
pengembangan prasarana dan sarana ekonomi; pendayagunaan
sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup; serta
pengembangan kawasan andalan.

441
Kebijaksanaan tersebut di atas dilaksanakan dengan
memperhatikan kebijaksanaan pembangunan propinsi yang
berbatasan dalam rangka mewujudkan keserasian pembangunan
antardaerah melalui peningkatan kerja sama antardaerah.

a. Pelaksanaan Otonomi di Daerah

Dalam rangka memperkukuh negara kesatuan serta


memperlancar penyelenggaraan pembangunan nasional,
kemampuan pelaksanaan pemerintahan di daerah tingkat I dan
daerah tingkat II Propinsi Nusa Tenggara Barat, terutama dalam
penyelenggaraan tugas desentralisasi, dekonsentrasi, dan
pembantuan, ditingkatkan agar makin mewujudkan otonomi yang
nyata, dinamis, serasi, dan bertanggung jawab.

Pelaksanaan otonomi di Propinsi Nusa Tenggara Barat


ditingkatkan dengan peningkatan kemampuan aparatur melalui
penguatan manajemen dan kelembagaan; peningkatan kualitas
sumber daya manusia, termasuk pemanfaatan, pengembangan, dan
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek); peningkatan
kemampuan memobilisasi berbagai sumber keuangan daerah, serta
peningkatan kemampuan lembaga dan organisasi masyarakat, dan
peningkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan daerah.

Penataan kembali batas wilayah dan daerah dalam rangka


pemekaran dan penyesuaian status daerah tertentu, dimungkinkan
untuk meningkatkan efisiensi pelaksanaan pembangunan dan
administrasi pemerintahan di daerah.

b. Pengembangan Sektor Unggulan

442
Dalam upaya mencapai sasaran pertumbuhan ekonomi secara
berkesinambungan, kebijaksanaan pembangunan ekonomi daerah
dalam Repelita VI diarahkan untuk meningkatkan efisiensi dan
produktivitas sektor unggulan yang diprioritaskan di Propinsi Nusa
Tenggara Barat. Pembangunan pertanian, pariwisata,pertambangan,
dan industri termasuk industri kerajinan, serta sektor produktif
lainnya akan ditingkatkan dan diarahkan untuk menghasilkan
pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi.

Pembangunan pertanian di Propinsi Nusa Tenggara Barat


diarahkan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi,
memantapkan swasembada beras, dan menganekaragamkan
produksi hasil pertanian yang berorientasi ekspor, khususnya hasil
palawija, hortikultura, perkebunan, perikanan darat dan laut, serta
peternakan. Upaya tersebut dilaksanakan secara terpadu, serta
didukung oleh pengembangan agrobisnis dan agroindustri yang
mampu menciptakan dan memperluas lapangan kerja dan
kesempatan usaha, serta meningkatkan pendapatan dan taraf hidup
petani dan nelayan.

Pembangunan kepariwisataan di Propinsi Nusa Tenggara Barat


mempunyai potensi yang luas dan prospek yang cerah. Untuk itu,
pembangunan kepariwisataan diarahkan untuk meningkatkan
pendapatan daerah dan masyarakat, menciptakan lapangan kerja
dan kesempatan usaha, serta mendorong kegiatan ekonomi yang
terkait dengan pengembangan budaya daerah, dan dengan
memanfaatkan keindahan dan kekayaan alam, termasuk kekayaan
alam bahari, keanekaragaman seni dan budaya, serta peninggalan
sejarah, dengan tetap memperhatikan nilai-nilai agama, citra kepri-
badian bangsa, serta harkat dan martabat bangsa.
Pembangunan industri di Propinsi Nusa Tenggara Barat diarahkan,
terutama pada pengembangan industri yang berorientasi ekspor
dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam dan sumber daya
manusia serta memanfaatkan keuntungan lokasi Propinsi Nusa
Tenggara Barat yang berada pada jalur pelayaran internasional
Selat Lombok. Sehubungan dengan itu, pembangunan industri di
Propinsi Nusa Tenggara Barat dikembangkan secara bertahap dan
terpadu melalui peningkatan keterkaitan antara industri dan
pertanian sehingga meningkatkan nilai tambah dan memperkuat
struktur ekonomi daerah. Upayapengembangan dan perluasan
kegiatan industri pengolahan, termasuk agroindustri, ditingkatkan
dan didorong melalui penciptaan iklim yang lebih merangsang bagi
443
penanaman modal. Penyebaran pembangunan industri di berbagai
daerah tingkat II, diupayakan sesuai dengan potensi masing-
masing dan sesuai dengan rencana tata ruang daerah agar tertata
dengan baik dan agar mendorong pemerataan. Untuk mendukung
pengembangan industri, diupayakan peningkatan prasarana,
peningkatan usaha pemasaran, serta pelatihan tenaga kerja.

Pembangunan pertambangan di Propinsi Nusa Tenggara Barat


ditingkatkan dengan sekaligus mendorong proses pengolahan
lanjutan untuk meningkatkan nilai tambah, terutama bahan galian
C, seperti batu apung, pasir, besi, dan kaolin, serta bahan mineral
seperti perlit, timah hitam, emas, tembaga, dan perak.

c. Pengembangan Usaha Nasional

Pengembangan usaha nasional yang meliputi usaha menengah


dan kecil, koperasi, badan usaha milik negara (BUMN), dan badan
usaha milik daerah (BUMD), serta usaha swasta diarahkan agar
mampu tumbuh menjadi penggerak utama pembangunan ekonomi
daerah, serta memperluas kesempatan usaha dan kesempatan kerja
menuju terwujudnya perekonomian daerah yang tangguh dan
mandiri.

Kemampuan dan peranan usaha menengah dan kecil, termasuk


usaha tradisional dan informal, di Propinsi Nusa Tenggara Barat
ditingkatkan melalui pembangunan prasarana dan sarana usaha
disertai
444 dengan pengembangan iklim usaha yang mendukung.
Struktur dunia usaha ditata pula sehingga tercipta lapisan usaha
kecil yang banyak dan kukuh yang saling menyangga dengan
lapisan menengah yang tangguh dan saling mendukung dengan
usaha besar.
Kebijaksanaan yang mendukung perkembangan ekonomi
rakyat dilakukan pula melalui peningkatan pemberian kemudahan
di bidang perkreditan, investasi, perpajakan, asuransi, akses
terhadap pasar dan informasi, serta dalam memperoleh pendidikan,
pelatihan keterampilan, pembimbingan manajemen, dan alih
teknologi. Dengan demikian, ekonomi rakyat dapat berkembang
secara mantap dan berperan makin besar dalam perekonomian
nasional. Dalam rangka itu, dikembangkan bidang kegiatan
ekonomi yang diprioritaskan bagi usaha ekonomi rakyat, yaitu
koperasi dan usaha kecil termasuk usaha informal dan tradisional,
dan jika perlu ditetapkan wilayah usaha yang menyangkut
perekonomian rakyat terutama yang telah berhasil diusahakan oleh
koperasi dan usaha kecil untuk tidak dimasuki oleh usaha lainnya.
Kebijaksanaan pemberian prioritas, dapat pula diberikan kepada
usaha ekonomi rakyat untuk turut berperan secara efektif dalam
pengadaan barang dan jasa yang dibiayai pemerintah, disertai
upaya penyediaan tempat usaha yang terjamin khususnya bagi
koperasi dan usaha kecil, dan peningkatan peran serta masyarakat
antara lain dalam pemilikan saham perusahaan besar melalui
koperasi.

Pembangunan koperasi di Propinsi Nusa Tenggara Barat


pelaksanaannya dilakukan melalui peningkatan akses dan pangsa
pasar; perluasan akses terhadap sumber permodalan, pengukuhan
struktur permodalan, dan peningkatan kemampuan memanfaatkan
modal; peningkatan kemampuan organisasi dan manajemen
koperasi; peningkatan akses terhadap teknologi dan peningkatan
kemampuan memanfaatkannya; serta pengembangan kemitraan
usaha. Upaya tersebut juga dilaksanakan di daerah tertinggal dalam
rangka meningkatkan kemampuan dan kesejahteraan kelompok
tertinggal, seperti nelayan pada umumnya, petani kecil, dan
mereka yang berada di kantung-kantung kemiskinan.

445
Pembangunan perdagangan di Propinsi Nusa Tenggara Barat
diarahkan untuk menunjang peningkatan produksi dan memperlan-
car distribusi sehingga mampu mendukung upaya pemerataan
danpengembangan usaha, dan peningkatan ekspor nonmigas
dengan memanfaatkan perkembangan ekonomi nasional, regional
ataupun global.

d. Pengembangan Sumber Daya Manusia

Pengembangan sumber daya manusia di Propinsi Nusa


Tenggara Barat diarahkan untuk mewujudkan manusia berakhlak,
beriman, dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dengan
menanamkan sejak dini nilai-nilai agama dan moral, serta nilai-
nilai luhur budaya bangsa, baik melalui jalur pendidikan sekolah
maupun pendidikan luar sekolah, serta pendidikan di lingkungan
keluarga dan masyarakat. Demikian pula, pengembangan sumber
daya manusia diarahkan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan
pendidikan, melalui peningkatan kualitas pendidikan umum,
pendidikan kejuruan, maupun pendidikan agama, serta pelayanan
kesehatan dan sosial kepada masyarakat melalui peningkatan
ketersediaan dan sebaran prasarana dan sarana dasar secara makin
berkualitas dan merata.

Pengembangan sumber daya manusia diarahkan untuk


meningkatkan kreativitas, produktivitas, nilai tambah, daya saing,
kewiraswastaan, dan kualitas tenaga kerja, antara lain melalui
kegiatan pembimbingan, pendidikan, dan pelatihan yang tepat dan
efektif, peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam
pemanfaatan, pengembangan dan penguasaan iptek serta
pelestarian fungsi lingkungan hidup. Peningkatan produktivitas
tenaga kerja di propinsi ini diarahkan yakni pada sektor industri
yang memanfaatkan sumber daya alam yakni kehutanan,
pertambangan, serta perkebunan, peternakan, perikanan dan
pariwisata.

e. Kependudukan

446
Kebijaksanaan di bidang kependudukan di Daerah Tingkat I Nusa
Tenggara Barat diarahkan untuk mengendalikan
pertumbuhanpenduduk di daerah yang mempunyai kepadatan dan
laju pertumbuhan penduduk yang tinggi, terutama di Pulau
Lombok, serta mengarahkan persebaran penduduk yang lebih
merata, terutama ke Pulau Sumbawa yang masih jarang penduduk,
dengan memperhatikan kemampuan daya dukung alam dan daya
tampung lingkungan hidup.

Pertumbuhan penduduk dikendalikan antara lain dengan upaya


peningkatan keluarga berencana mandiri. Bersamaan dengan itu,
upaya peningkatan kualitas penduduk dilakukan dengan
meningkatkan keluarga sejahtera, termasuk ibu dan anak, remaja,
serta penduduk lanjut usia. Peranan wanita yang dalam
pembangunan Propinsi Nusa Tenggara Barat telah meningkat
diupayakan untuk dilanjutkan dan ditingkatkan pembinaannya.

Persebaran penduduk dalam rangka meningkatkan mobilitas


tenaga kerja dari Pulau Lombok ke Pulau Sumbawa dan menangani
perambah hutan, diupayakan melalui transmigrasi lokal.

f. Peningkatan Pemerataan Pembangunan

Pemeratan pertumbuhan antarsektor ekonomi di Propinsi


Nusa Tenggara Barat diupayakan dengan menyerasikan secara
bertahap peranan dan sumbangan setiap sektor ekonomi, dalam
rangka meningkatkan nilai tambah dan produktivitas ekonomi
daerah yang optimal, dengan memperluas lapangan kerja dan
kesempatan berusaha, memperlancar proses perpindahan tenaga
kerja ke sektor yang lebih produktif, serta memadukan
perencanaan dan pelaksanaan program antarsektor dan program
regional, sehingga kegiatan pembangunan dapat terwujud secara
terpadu dan berdaya guna. Untuk itu, produktivitas khususnya di
sektor yang relatif tertinggal ditingkatkan, antara lain dengan
penerapan teknologi yang tepat serta pendekatan baru dalam
produksi dan pemasaran basil. Untuk meningkatkan nilai tukar
komoditas pertanian dan hasil sektor lainnya di perdesaan,
ditingkatkan keterkaitan antarsektor, terutama antara sektor
pertanian dengan industri dan jasa.

447
Pemerataan pembangunan antardaerah di Propinsi Nusa
Tenggara Barat lebih diupayakan dengan menyerasikan pertum-
buhan dan mengurangi kesenjangan, baik dalam tingkat kemajuan
antardaerah, maupun antara perkotaan dan perdesaan. Pem-
bangunan desa dan masyarakat perdesaan ditingkatkan melalui
koordinasi dan keterpaduan yang makin serasi dalam pembangunan
sektoral, pengembangan kemampuan sumber daya manusia,
pemanfaatan sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan
hidup, serta penumbuhan iklim yang mendorong tumbuhnya pra-
karsa dan swadaya masyarakat. Di perkotaan, penataan penggu-
naan tanah ditingkatkan dengan lebih memperhatikan hak-hak
rakyat atas tanah, fungsi sosial hak atas tanah, batas maksimum
pemilikan tanah, serta pencegahan penelantaran tanah, termasuk
upaya mencegah pemusatan penguasaan tanah yang merugikan
kepentingan rakyat.

Dalam rangka pemerataan pembangunan antardaerah di


Propinsi Nusa Tenggara Barat ditempuh pula berbagai upaya,
antara lain meningkatkan keterpaduan pembangunan sektoral dan
daerah yang dikembangkan berdasarkan pendekatan wilayah atau
kelompok wilayah dalam satu propinsi dengan menciptakan
keterkaitan fungsional antardaerah, antarwilayah, antardesa,
antarkota, dan antara desa dan kota. Selanjutnya, penyerasian
pertumbuhan antardaerah diupayakan pula dengan meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat untuk mendorong kegiatan ekonomi
daerah dengan memberikan berbagai bentuk kemudahan dalam
rangka menciptakan iklim usaha yang makin baik.

448
Untuk mengatasi kesenjangan antargolongan ekonomi dilakukan
penataan kembali peraturan daerah yang mengatur kehidupan
ekonomi rakyat banyak seperti kepemilikan hak atas tanah,
perizinan usaha dan bangunan, perlindungan hukum dan
mekanisme pasar di daerah, serta pemberian fasilitas dan
kemudahan berusaha bagi pengusaha kecil termasuk untuk ikut
dalam melaksanakan proyek-proyek pemerintah di daerah,
sehingga masyarakat golongan ekonomi yang lemah
mendapatkesempatan yang lebih besar untuk meningkatkan
peranannya dalam pembangunan dan dengan demikian
kesejahteraannya.

g. Penanggulangan Kemiskinan

Dalam rangka mempercepat penanggulangan kemiskinan di


Propinsi Nusa Tenggara Barat, Inpres Desa Tertinggal (IDT)
merupakan salah satu kebijaksanaan untuk menumbuhkan dan
memperkuat kemampuan masyarakat miskin untuk dapat
meningkatkan taraf hidupnya. IDT diarahkan pada pengembangan
kegiatan sosial ekonomi dalam rangka mewujudkan kemandirian
masyarakat miskin di desa atau kelurahan tertinggal, dengan
menerapkan prinsip-prinsip gotong royong, keswadayaan, dan
partisipasi, serta menerapkan semangat dan kegiatan kooperatif.
Kegiatan sosial ekonomi yang dikembangkan adalah kegiatan
produksi dan pemasaran, terutama yang sumber dayanya tersedia
di lingkungan masyarakat setempat. Guna mempercepat upaya itu,
ditingkatkan pembangunan prasarana dan sarana perdesaan serta
disediakan dan sebagai modal kerja bagi penduduk miskin untuk
membangun dan mengembangkan kemampuannya sehingga dapat
meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraannya secara mandiri.
Dalam kerangka itu, program IDT diupayakan pula untuk meman-
tapkan segi-segi kelembagaan sosial ekonomi masyarakat perde-
saan termasuk koperasi sehingga upaya meningkatkan taraf hidup
dapat berlangsung secara berkelanjutan. Kebijaksanaan ini dilak-
sanakan, khususnya di 125 desa tertinggal menurut pedoman yang
telah ditetapkan secara nasional.

h. Pengembangan Prasarana dan Sarana Ekonomi


Pengembangan prasarana dan sarana ekonomi di Daerah
Tingkat I Nusa Tenggara Barat diarahkan untuk meningkatkan
ketersediaan, efisiensi pemanfaatan, kualitas pelayanan,
keterjangkauan pelayanan, efektivitas operasi dan pemeliharaan
berbagai prasarana dan sarana ekonomi tersebut. Dalam
Repelita VI sistem transportasi dikembangkan secara lebih luas dan

449
terpadu, terutama dengan mengembangkan transportasi antarmoda
yang efisien, yang dapat menjangkau pula daerah terisolasi dan
terbelakang.

Untuk mendukung kegiatan ekonomi yang meningkat, upaya


pembangunan prasarana ekonomi lainnya, seperti tenaga listrik dan
pelayanan jasa telekomunikasi serta prasarana pengairan, akan
dilanjutkan dan ditingkatkan.

Untuk mempercepat pembangunan berbagai sarana dan


prasarana ekonomi tersebut, didorong dan ditingkatkan peran serta
masyarakat dan dunia usaha.

i. Pendayagunaan Sumber Daya Alam dan


Pelestarian Fungsi Lingkungan Hidup

Pendayagunaan dan pengelolaan sumber daya alam


ditingkatkan untuk mendukung kegiatan pembangunan dan
dilaksanakan dengan memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan
hidup untuk pembangunan yang berkelanjutan. Dalam rangka itu,
ditingkatkan kesadaran dan peran serta masyarakat dalam pe-
manfaatan dan pelestarian sumber daya alam yang berkelanjutan
dan pelestarian fungsi lingkungan hidup, serta pengendalian
pencemaran dan kerusakan fungsi lingkungan hidup. Untuk upaya
pelestarian fungsi hutan dan lingkungan pesisir, rehabilitasi hutan
dan tanah kritis; konservasi sungai, danau, hutan bakau dan hutan
lindung; pelestarian flora dan fauna langka; serta pengembangan
fungsi daerah aliran sungai (DAS) ditingkatkan.

j. Pengembangan Kawasan Andalan

Kawasan andalan dikembangkan secara terencana dan terpadu


dengan memperhatikan rencana tata ruang daerah, keterkaitan kota
dengan daerah penyangganya, pertumbuhan penduduk, pengelola-
an dan pembangunan lingkungan permukiman, lingkungan usaha,
dan lingkungan kerja.

450
Di samping kawasan andalan tersebut, bagi daerah perkotaan
yang mengalami pertumbuhan pesat, ditingkatkan penyediaan dan
perluasan jangkauan pelayanan prasarana dan sarana perkotaan,
termasuk peningkatan pengelolaannya.

V. PROGRAM PEMBANGUNAN

Dalam rangka mencapai sasaran dan melaksanakan berbagai


kebijaksanaan tersebut di atas, pembangunan Daerah Tingkat I
Nusa Tenggara Barat dalam Repelita VI, dilaksanakan melalui
beberapa program yang meliputi program peningkatan kemampuan
aparatur pemerintah daerah; peningkatan kemampuan keuangan
pemerintah daerah; peningkatan prasarana dan sarana daerah;
pengembangan usaha nasional; peningkatan produktivitas dan
kualitas tenaga kerja; penataan ruang daerah; pengembangan
kawasan andalan dan sektor unggulan; peningkatan kualitas ling-
kungan hidup; peningkatan kesejahteraan masyarakat; peningkatan
peran serta masyarakat; percepatan penanggulangan kemiskinan;
dan pengelolaan pembangunan perkotaan; dengan didukung berba-
gai program penunjang.

1. Program Pokok

a. Program Peningkatan Kemampuan Aparatur


Pemerintah Daerah

Program ini meliputi upaya:

1) meningkatkan kemampuan, disiplin, dan wawasan aparatur


pemerintah daerah serta mendayagunakan fungsi dan struktur
kelembagaan pemerintah daerah terutama aparatur pemerintah
daerah tingkat II termasuk kecamatan dan desa;

451
2) meningkatkan kualitas manajemen pemerintah daerah
meliputi sistem perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan
pengendalian termasuk memantapkan fungsi koordinasi, baik
antarinstansi pemerintah di daerah maupun antara lembaga
pemerintah pusat dan daerah;

3) menyempurnakan dan melengkapi perangkat peraturan


perundang-undangan daerah;

4) mengembangkan sistem informasi manajemen


pembangunan daerah;

5) meninjau kembali status dan batas daerah otonom dan


wilayah administratif daerah tertentu.

b. Program Peningkatan Kemampuan Keuangan


Pemerintah Daerah

Program ini meliputi upaya:

1) meningkatkan PAD dengan mengintensifkan sumber


pendapatan yang ada, baik pajak, retribusi, maupun laba
perusahaan daerah, serta menggali sumber pendapatan yang
baru;

2) meningkatkan efisiensi dan pengelolaan bantuan termasuk


Inpres serta pinjaman, antara lain melalui pemanfaatan
rekening pembangunan daerah;

3) meningkatkan keikutsertaan dunia usaha


dalam pembangunan daerah;

4) memantapkan perencanaan, pengelolaan, dan pengawasan


penggunaan keuangan daerah;

5) meningkatkan efisiensi dan produktivitas BUMD.

452
c. Program Peningkatan Prasarana dan Sarana Daerah

Program ini meliputi upaya:


1) meningkatkan prasarana jalan dan transportasi darat, laut dan
udara, yang meliputi kegiatan:

a) rehabilitasi dan pemeliharaan jalan, yang antara


lain meliputi ruas Rumak-Lembar-Cakranegara-Mantang-
Masbagik-Labuhan Kayangan, Sumbawa Besar-Dompu;
Labuhan Balad-Simpang Negara, Dompu-Sila-Raba-
Labuhan Bajo, Bima-Tawali; serta peningkatan ruas-ruas
jalan, yang meliputi ruas Taliwang-Simpang Negara,
Simpasai-Wilamaci-Laju, Lenangguar-Lunyuk, Gondang-
Gangga-Selelos, Motong Sapah-Pengantap-Sepi, Kuta-
Pongas-Kelekuh-Awang, Jereweh-Sekokang-Tanggo-
Lunyuk, Nangadoro- Lere, dan Teluk Mekuki-Sepi;

b) pengembangan transportasi darat yang meliputi


kegiatan pengadaan dan pemasangan rambu jalan
sebanyak 1.500 buah, pengadaan dan pemasangan pagar
pengaman jalan 10.000 meter, pembuatan marka jalan
sepanjang 100 kilometer, pengadaan dan pemasangan alat
pengujian kendaraan bermotor (PKB) berjalan sebanyak 4
unit, pemasangan lampu lalu lintas 7 unit, pembangunan
terminal penumpang/barang di 1 lokasi, pengadaan bus
kota/perintis sebanyak 30 unit; serta penambahan kapal
penyeberangan (ferry) untuk pelayanan penyeberangan
antara Sape dan pulau Komodo;

c) pembangunan fasilitas pelabuhan laut di Lembar,


Badas, Bima, dan Sape; serta pembangunan fasilitas
keselamatan pelayaran;

453
d) pengembangan transportasi udara meliputi peningkatan
fasilitas bandara Selaparang di Mataram, Bandara
Salahuddin di Bima dan Brangbiji di Sumbawa Besar
beserta peningkatan fasilitas keselamatan penerbangan; di
samping melanjutkan pengkajian terhadap rencana pemin-
dahan lokasi bandara ke Lombok Tengah;

2) meningkatkan penyediaan tenaga listrik yang meliputi


kegiatan:

a) pembangunan pusat listrik tenaga mikrohidro


(PLTM) dengan lokasi tersebar di Nusa Tenggara Barat
dengan kapasitas 2 megawatt; pembangunan pusat
pembangkit tenaga listrik yang bersumber pada tenaga
diesel (PLTD) dengan lokasi tersebar dengan kapasitas
terpasang 8,1 megawatt, di samping pembangunan PLTG
Lombok dan PLTD Lombok dengan kapasitas masing-
masing 20 megawatt dan 22,8 megawatt;

b) peningkatan sarana distribusi PLN, berupa


pembangunan jaringan tegangan menengah (JTM) desa
sepanjang 384 kilometersirkit, dan jaringan tegangan
rendah (JTR) desa sepanjang 662 kilometersirkit, serta
pembangunan gardu distribusi tersebar; gardu induk 3
unit dengan kapasitas 60 megavoltampere, dan jaringan
transmisi sepanjang 130 kilometersirkit, dan melayani
208.000 pelanggan baru;

c) penyediaan tenaga listrik perdesaan dengan


tambahan pelayanan listrik bagi 104 desa; serta
pelaksanaan studi kelayakan pusat listrik tenaga air (PLTA)
Beburung (22,4 megawatt) dan pusat listrik tenaga panas
bumi (PLTP) Hu'u (10 megawatt);

454
4) 3) meningkatkan penyediaan bahan bakar minyak
(BBM) yang meliputi pembangunan depot pengisian pesawat
udara (DPPU) di Bima untuk melayani peningkatan kebutuhan
avtur dan avgas, mengikuti perkembangan transportasi udara
yang pesat;meningkatkan jaringan telekomunikasi, yang antara
lain meliputi kegiatan pembangunan telepon, termasuk sarana
penunjang dengan kapasitas 38.900 satuan sambungan, per-
luasan kapasitas telepon umum, pembangunan warung teleko-
munikasi (wartel) secara tersebar, pembangunan stasiun ber-
gerak monitoring frekuensi radio sebanyak 1 unit, pengadaan
perangkat radio komunikasi sebanyak 1 unit, serta pengadaan
terminal automatic frequency management system (AFMS)
sebanyak 1 unit;

5) meningkatkan pelayanan jasa pos dan giro, yang antara lain


meliputi pengadaan dan peningkatan fasilitas fisik pelayanan
di kecamatan, perdesaan, daerah transmigrasi dan daerah
terpencil lainnya, yang antara lain meliputi pembangunan
kantor pos pembantu sebanyak 15 unit, kantor pos tambahan
sebanyak 4 unit, pos keliling kota/angkutan sebanyak 5 unit,
pos keliling desa/antaran sebanyak 50 unit, dan berbagai sarana
penunjang;

6) memantapkan prasarana pengairan dan meningkatkan


pendayagunaan sumber daya air, meliputi kegiatan
penyusunan rencana induk wilayah sungai untuk Pulau
Lombok dan Sumbawa; rehabilitasi Waduk Batujai;
pembangunan Waduk Pengga dan Tiukulit; pembangunan
saluran pembawa air baku untuk kawasan wisata Lombok
selatan sepanjang sekitar 15 kilometer; pemeliharaan Danau
Taliwang; perbaikan dan pengendalian sungai tersebar
sepanjang sekitar 29 kilometer; pemeliharaan jaringan irigasi
sekitar 185.000 hektare; perbaikan jaringan irigasi sekitar
18.500 hektare dan pembangunan jaringan irigasi antara lain
di Ncera, Beringin Sila, Batubulan, dan Gapit yang meliputi
areal sekitar 10.000 hektare; pembangunan embung-embung di
Plampang, Beringin Sila, Suni Sape, Lunyuk, Muyur, dan

455
Sekotong Lobar; serta pengkajian lanjutan dan persiapan
pembangunan Waduk Pelaperado, Padan Duri-Swangi,
Batubulan, dan Salkung;
7) meningkatkan sarana komunikasi dan penerangan yang
meliputi kegiatan pembangunan stasiun produksi keliling
(SPK) di Mataram, pembangunan stasiun pemancar televisi di
Tanjung, Pujut, Bayan dan Monta; dan peningkatan stasiun
pemancar Radio Republik Indonesia (RRI) di Mataram;

8) meningkatkan prasarana pelayanan hukum yang meliputi


kegiatan pembangunan prasarana fisik pengadilan negeri (PN)
di Sumbawa besar, pengadilan tata usaha negara (PTUN) di
Mataram dan kejaksaan negeri (kejari) di Kabupaten Lombok
Barat;

9) meningkatkan sarana olahraga yang dapat menyebar sampai


ke daerah tingkat II dan kecamatan, serta mengembangkan
perpustakaan daerah, terutama di daerah tingkat II, dengan
memanfaatkan sumber daya daerah dan peran serta masyara-
kat; dan

10) meningkatkan kemampuan pengoperasian dan


pemeliharaan prasarana dan sarana yang menjadi tanggung
jawab pemerintah daerah.

d. Program Pengembangan Usaha Nasional

Program ini meliputi upaya:

1) mendorong kegiatan ekonomi masyarakat, antara lain


berupa penanaman modal swasta, termasuk PMDN dan PMA,
dengan memanfaatkan keunggulan komparatif daerah;

2) meningkatkan dan mengarahkan investasi, baik PMDN


maupun PMA pada berbagai wilayah, sektor, dan golongan
ekonomi termasuk investasi dalam agroindustri dan agrobisnis
di perdesaan; serta berbagai sektor jasa pendukung;

456
3)menyederhanakan mekanisme dan prosedur perizinan
kegiatan dunia usaha di daerah, meningkatkan penerapan etika
usaha yang baik untuk menciptakan iklim usaha yang sehat
dan dinamis yang menjamin kepastian dan kesempatan
berusaha, serta meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan daya
saing dunia usaha di daerah;

4)meningkatkan pengembangan usaha menengah dan kecil,


termasuk usaha informal dan tradisional melalui hubungan
kemitraan usaha; meningkatkan akses pasar dan pangsa pasar;
dan meningkatkan bantuan permodalan dengan memanfaatkan
dana lembaga perbankan, seperti kredit usaha kecil (KUK),
kredit umum perdesaan (Kupedes), serta dana lembaga
keuangan nonbank, seperti modal ventura;

5)meningkatkan pembimbingan, pendidikan, pelatihan, dan


magang dalam rangka peningkatan kemampuan teknologi dan
manajemen, serta pengembangan usaha baru yang bersifat
terobosan;

6)meningkatkan efisiensi dan efektivitas pemupukan dan pen-


dayagunaan dana masyarakat, antara lain dengan mendorong
pengembangan bank perkreditan rakyat (BPR), koperasi bank
perkreditan rakyat (KBPR), bank perkreditan rakyat syariat
(BPRS), dan lembaga modal Ventura;

7)meningkatkan pengembangan koperasi melalui pemantapan


kelembagaan koperasi, pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan
koperasi, pengembangan lembaga keuangan dan pembiayaan
koperasi, peningkatan dan perluasan usaha koperasi, kerja
sama antarkoperasi dan kemitraan usaha, pembangunan
koperasi di daerah tertinggal, serta pengembangan informasi
perkoperasian;

457
mengembangkan sistem informasi usaha terutama untuk usaha
menengah dan kecil, tentang potensi pembangunan
daerah,melalui penyediaan data dan informasi yang mencakup
tenaga kerja, prasarana dan sarana, sumber daya alam,
kelembagaan, permodalan, kemitraan, penanaman modal, dan
potensi pasar; serta meningkatkan kegiatan promosi tentang
potensi daerah;

9) meningkatkan kegiatan perdagangan antara lain berupa penye-


lenggaraan pelayanan informasi perdagangan; peningkatan
pemasaran komoditas hasil pertanian termasuk pengembangan
pasar desa dan pasar lelang; pembinaan pedagang, pengusaha,
dan eksportir menengah dan kecil; peningkatan perdagangan
perintis; peningkatan dan pengawasan mutu komoditas ekspor;
penyusunan identifikasi potensi pasar komoditas ekspor; serta
pengembangan dan peningkatan ekspor nonmigas, termasuk
produk agroindustri.

e. Program Peningkatan Produktivitas dan Kualitas


Tenaga Kerja

Program ini meliputi upaya:

1) meningkatkan efisiensi dan produktivitas masyarakat di


daerah, melalui pemasyarakatan produktivitas yang didukung
dengan penyebarluasan informasi, penyuluhan, pembinaan
melalui media massa, dunia pendidikan, forum masyarakat
produktivitas Indonesia, dan organisasi masyarakat lainnya;
penetapan standar mutu produktivitas di perusahaan-
perusahaan, melalui analisis, penelitian, pengembangan, dan
pengukuran produktivitas, serta pengembangan unit-unit
produktivitas;

458
meningkatkan keterampilan dan keahlian serta
profesionalisme tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan
pembangunan, melalui pelatihan institusional, noninstitusional
(mobile training unit) bagi kader-kader pembangunan desa
secara terpadu; pemagangan untuk membentuk tenaga kerja
mandiri dan profesional; serta pendayagunaan tenaga kerja
terdidik, yangpelaksanaannya mengikutsertakan masyarakat
dan dunia usaha;

3) meningkatkan pembinaan hubungan industrial yang serasi


antara pekerja dan pengusaha, antara lain melalui pembinaan
fungsi lembaga ketenagakerjaan dan pendidikan; penyuluhan
ketenagakerjaan bagi kader-kader serikat pekerja dan orga-
nisasi pengusaha, dan pelaksanaan uji coba sistem deteksi dini;

4) meningkatkan perlindungan tenaga kerja, khususnya bagi


tenaga kerja wanita di sektor formal maupun sektor informal
dan perlindungan anak yang terpaksa bekerja.

f. Program Penataan Ruang Daerah

Program ini meliputi upaya:

1) menyempurnakan dan menjabarkan rencana tata ruang


wilayah propinsi daerah tingkat I dan rencana tata ruang
wilayah kabupaten/kotamadya daerah tingkat II, terutama tata
ruang kawasan andalan ke dalam rencana rinci dan program
pembangunan daerah;

2) menyiapkan penatagunaan tanah bagi kawasan yang


mempunyai potensi pertumbuhan cepat seperti di daerah
perkotaan, serta di daerah wisata dan kawasan industri di
Mataram dan sekitarnya.

g. Program Pengembangan Kawasan Andalan dan Sektor


Unggulan
459
Program ini meliputi upaya:
1) meningkatkan produktivitas dan produksi sektor unggulan
pertanian di Propinsi Nusa Tenggara Barat, melalui pengem-
bangan usaha pertanian terpadu yang berorientasi pasar,
yangmencakup tanaman pangan, perkebunan, peternakan, dan
perikanan yang diarahkan ke berbagai kawasan andalan,
khususnya kawasan Mataram dan sekitarnya, kawasan
Sumbawa Besar dan kawasan Bima, yang meliputi kegiatan:

a) peningkatan mutu dan luas areal intensifikasi


pertanian tanaman pangan, terutama padi, kedelai dan
jagung;

b) pengembangan komoditas hortikultura terutama


mangga, pisang, jeruk, rambutan, nanas, dan nangka;

c) peningkatan perikanan tangkap terutama tongkol,


cumicumi, tongkol, lobster, dan tenggiri;

d) pengembangan perikanan budidaya terutama


udang, nila, tripang, krapu, bandeng, kerang mutiara, dan
rumput laut;

e) pengembangan usaha rakyat peternakan terutama


sapi potong, ayam buras, kambing, kerbau, kuda, dan itik;

f) pengembangan komoditas perkebunan terutama


kelapa, kakao, dan jambu mente;

g) peningkatan kegiatan penyuluhan dalam rangka


meningkatkan penguasaan dan penerapan teknologi
pertanian;

2) mengembangkan secara terpadu sektor unggulan industri


dengan menitikberatkan pada kegiatan pengembangan industri
untuk memperluas kesempatan kerja dan mendorong
pertumbuhan ekonomi daerah; pengembangan industri
bertumpu baik pada pengembangan industri padat sumber
daya alam dengan memanfaatkan teknologi yang maju, dan
460
industri padat karya yang makin padat keterampilan. Untuk itu
dilaksanakan kegiatan:
a) pengembangan industri kecil dan menengah,
termasuk industri kerajinan dan rumah tangga,
dilaksanakan melalui (1) pola kemitraan usaha antara
industri kecil, menengah dan besar; (2) penumbuhan dan
pengembangan wirausaha industri kecil; (3) penumbuhan
dan pengembangan industri perdesaan termasuk di desa
tertinggal; (4) pengembangan industri kecil melalui
pembinaan sekitar 280 sentra industri kecil;

b) pengembangan agroindustri, industri pengolahan


hasil tambang dan industri yang berorientasi ekspor
melalui pengembangan dan pemanfaatan keunggulan
komparatif daerah antara lain industri pengolahan hasil
laut, keramik, dan kerajinan tradisional;

c) peningkatan promosi investasi industri serta


mendorong berkembangnya keterkaitan antarindustri dan
aglomerasi industri di kawasan andalan khususnya di
kawasan Bima;

3) mengembangkan secara terpadu sektor unggulan pariwisata,


terutama pengembangan obyek dan daya tarik wisata bahari di
kawasan andalan Mataram dan sekitarnya (Senggigi, Gili Air,
dan Tanjung Aan), pengembangan kawasan wisata minat
khusus (Gunung Tambora Selatan dan Pulau Moyo serta
Gunung Rinjani), melanjutkan pengembangan dan pengelolaan
kawasan wisata di Pulau Lombok;

4) mengembangkan secara terpadu sektor pertambangan, yang


diarahkan pada kegiatan pemetaan geologi dan geofisika,
penyelidikan bahan galian, mitigasi bencana alam geologis,
eksplorasi air tanah, serta kegiatan khusus pemantauan gunung
berapi; selanjutnya di seluruh daerah tingkat II dilakukan
bimbingan usaha pertambangan golongan C.

461
h. Program Peningkatan Kualitas Lingkungan
Hidup

Program ini meliputi upaya:

1) melestarikan fungsi lingkungan hidup dan kemampuan


sumber alam hayati dan non hayati melalui kegiatan
penyelamatan hutan tanah dan air; pengembangan dan
pembangunan Taman Nasional Gunung Rinjani; perbaikan,
pemeliharaan, pengamanan dan pengembangan wilayah sungai
DAS Dodokan Moyosari; pengendalian pencemaran pantai
wisata; serta rehabilitasi pantai yang rusak melalui penanaman
hutan bakau rakyat di Pulau Lombok dan di Pulau Sumbawa;

2) mengendalikan pencemaran lingkungan hidup untuk


mengurangi kemerosotan mutu dan fungsi lingkungan hidup di
perairan, tanah, dan udara, melalui pengendalian pencemaran
industri, pertambangan dan permukiman;

3) merehabilitasi lahan kritis seluas 116 ribu hektare di areal


pertanian tanah kering di DAS Dodokan Moyosari;
mengembangkan dan melaksanakan pembinaan kelembagaan
pengelolaan lingkungan hidup dan sumber alam secara lebih
terpadu; serta melaksanakan pembinaan kesadaran
masyarakat terhadap lingkungan.

i. Program Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat

Program ini meliputi upaya:

462
1) meningkatkan pemerataan dan kualitas pendidikan
pada semua jalur, jenis, dan jenjang pendidikan terutama
dalam rangka pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar
Sembilan Tahun yang kegiatannya antara lain meliputi
penyediaan prasarana dan sarana pendidikan serta tenaga
kependidikan sesuai dengan keperluan; penyelenggaraan
kelompok belajar PaketA, Paket B, magang dan kelompok
belajar usaha; perluasan atau peningkatan sekolah menengah
kejuruan dalam berbagai bidang yang sesuai dengan kebutuhan
dunia usaha dan tuntutan pembangunan daerah; selain itu
pengembangan perguruan tinggi baik negeri maupun swasta
sehingga lebih terkait dengan kebutuhan daerah;

2) meningkatkan ketersediaan dan kualitas pelayanan


kesehatan termasuk perbaikan gizi serta menambah dan
menyebarkan tenaga medis spesialis dan paramedis termasuk
bidan desa, yang kegiatan antara lain meliputi peningkatan
penerapan sistem kewaspadaan pangan dan gizi, pemberian
vitamin A kepada anak balita di desa tertinggal, dan
peningkatan status gizi anak sekolah melalui pemberian
makanan tambahan bagi anak-anak SD dari keluarga miskin
terutama di desa tertinggal; serta pembangunan 5 unit
puskesmas, pembangunan 84 unit puskesmas pembantu,
pengadaan 89 unit puskesmas keliling, penyelenggaraan
pendidikan bidan program A, serta pencegahan dan
penanggulangan acquired immuno deficiency syndrome (AIDS);

3) meningkatkan penyediaan dan memperluas jangkauan


pelayanan prasarana air bersih serta meningkatkan kualitas
sanitasi lingkungan permukiman di daerah perdesaan dan per-
kotaan, yang kegiatannya antara lain meliputi pembangunan
kawasan terpilih pusat pengembangan desa sebanyak 50 desa,
penyediaan dan pengelolaan air bersih perdesaan untuk 298
desa, serta pengelolaan air limbah perdesaan untuk 63 desa;

4) meningkatkan pembinaan kesejahteraan sosial termasuk


fakir miskin, lanjut usia, anak telantar, di samping
pembimbingan dan pembinaan keluarga sejahtera, yang antara
lain meliputi kegiatan:
463
a) pembinaan kesejahteraan sosial fakir miskin sebanyak
7.500 kepala keluarga;
b) pelayanan dan rehabilitasi sosial penyandang cacat
sebanyak 7.775 orang;

c) pelayanan dan rehabilitasi sosial tunasosial


sebanyak 800 orang;

d) rehabilitasi dan peningkatan kelengkapan panti


wredha, milik pemerintah dan masyarakat sebanyak 2
panti, serta rehabilitasi dan peningkatan kelengkapan
panti asuhan milik pemerintah dan masyarakat sebanyak
13 panti;

e) pembangunan dan rehabilitasi lokabina karya


sebanyak 4 gedung; dan

f) pengadaan unit rehabilitasi sosial keliling dan


kelengkapannya (URSK) sebanyak 1 unit;

5) mengendalikan pertumbuhan dan kuantitas penduduk melalui


kegiatan keluarga berencana (KB), termasuk KB transmigrasi
dan KB perusahaan yang didorong oleh sektor terkait antara
lain kesehatan, pendidikan, dan agama, serta mengarahkan
persebaran dan mobilitas penduduk, yang antara lain melalui
program transmigrasi yang meliputi kegiatan:

a) penyiapan lahan permukiman transmigrasi beserta


prasarana dan sarana pendukungnya;

b) penempatan transmigran dengan sasaran


keseluruhan sebanyak 4.610 kepala keluarga, termasuk
alokasi penempatan penduduk daerah transmigrasi
(APPDT) sebanyak 1.410 kepala keluarga, yang
dilaksanakan melalui transmigrasi umum pola pertanian
lahan kering sebanyak 4.610 kepala keluarga; selain itu
transmigrasi swakarsa mandiri sekitar 1.000 kepala
keluarga;

464
c) pembinaan usaha ekonomi dan sosial budaya
transmigran yang sudah ada di permukiman transmigrasi;
dan

d) pelatihan bagi 10.000 kepala keluarga calon


transmigran agar mereka siap mengembangkan daerah
baru, penyediaan, fasilitas angkutan dan akomodasi bagi
transmigran umum yang akan ditempatkan ke daerah
transmigrasi;

6) meningkatkan dan mengembangkan nilai budaya daerah


Nusa Tenggara Barat, penulisan sejarah lokal, pelestarian dan
pemanfaatan tradisi, peninggalan sejarah serta penggalian
aksara Sasak yang kegiatannya antara lain meliputi pemugaran
Mesjid Bayan Beleg dan pemugaran komplek Pura Lingsar;

7) meningkatkan kualitas pendidikan agama dan keagamaan


serta pengamalan ajaran agama untuk memantapkan keimanan
dan ketaqwaan umat beragama, yang kegiatannya antara lain
meliputi bimbingan dan peningkatan kerukunan hidup umat
beragama; penyediaan bantuan untuk pembangunan prasarana
dan sarana kehidupan beragama dengan mendorong peran
serta masyarakat; penyediaan prasarana dan sarana pendidikan
dasar dalam rangka pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan
Dasar Sembilan Tahun; pembinaan pendidikan agama tingkat
menengah dan tingkat tinggi, baik negeri maupun swasta; serta
pembinaan kelembagaan seperti pondok pesantren dan tenaga
penyuluh keagamaan. Secara khusus akan dilakukan pening-
katan status cabang Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan
Ampel di Mataram menjadi IAIN yang berdiri sendiri.

j. Program Peningkatan Peran Serta Masyarakat

Program ini meliputi upaya:

1) menumbuhkembangkan peranan swadaya masyarakat untuk


mampu memecahkan masalah bersama melalui kelompok
swadaya masyarakat di daerah terutama di desa tertinggal;

465
2) meningkatkan peranan wanita dalam mendukung upaya
membangun keluarga sejahtera serta mengembangkan usaha
yang dapat menambah penghasilan keluarga, antara lain melalui
program pembinaan kesejahteraan keluarga (PKK);

3) meningkatkan pembinaan generasi muda melalui karang


taruna, pramuka dan organisasi kepemudaan, yang antara lain
meliputi kegiatan pembinaan terhadap 199 karang taruna;

4) membina dan meningkatkan kemampuan dan kualitas


lembaga masyarakat atau organisasi nonpemerintah, yang
kegiatannya antara lain meliputi pembinaan terhadap 160
organisasi sosial, dan pembinaan tenaga kesejahteraan sosial
masyarakat sebanyak 699 orang;

5) meningkatkan pembinaan masyarakat dalam berbangsa


dan bernegara melalui penataran Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila (P4), pendidikan pendahuluan bela
negara, pelatihan dan pengorganisasian perlindungan
masyarakat (linmas) dalam kegiatan penanggulangan bencana,
serta pembinaan masyarakat terhadap ketertiban dan keamanan
lingkungan.

k. Program Percepatan Penanggulangan Kemiskinan

Program ini meliputi upaya:

1) meningkatkan ketersediaan dan persebaran jumlah


serta kualitas pelayanan prasarana dan sarana dasar sosial
dan ekonomi terutama di 125 desa tertinggal, antara lain meliputi
kegiatan pemugaran perumahan dan permukiman di 146 desa
sebanyak 1.993 unit rumah;

466
meningkatkan kemampuan dan kesempatan berusaha
masyarakat khususnya kelompok masyarakat miskin
denganmengembangkan kegiatan ekonomi produktif yang
dikelola melalui perkoperasian dan badan kredit perdesaan;

3) mendukung dan meningkatkan efisiensi dan efektivitas


program khusus seperti Inpres Desa Tertinggal dan program-
program sektoral dan regional lainnya yang ditujukan untuk
menanggulangi masalah kemiskinan.

1. Program Pengelolaan Pembangunan Perkotaan

Program ini meliputi upaya:

1) membangun prasarana dan sarana perkotaan secara terpadu,


yang antara lain meliputi kegiatan pembangunan perumahan
dan permukiman daerah perkotaan dengan membangun rumah
sederhana sebanyak 5.000 unit; perbaikan dan peremajaan
kawasan perumahan dan permukiman kumuh di daerah
perkotaan meliputi peremajaan kawasan sebesar 50 hektare,
dan perbaikan lingkungan permukiman kota permukiman
nelayan seluas 848 hektare di tiga kota; pengelolaan air limbah
untuk 15 kota sedang dan kota kecil; pengelolaan persampahan
untuk 5 kota sedang dan kota kecil; penanganan drainase
untuk 13 kota sedang dan kota kecil; penyediaan dan
pengelolaan air bersih perkotaan dengan peningkatan kapasitas
produksi sebesar 1.440 liter per detik; serta penataan kota dan
penataan bangunan;

467
meningkatkan kemampuan pengelolaan pembangunan
perkotaan, yang antara lain meliputi kegiatan pemantapan
fungsi kota melalui identifikasi sistem kota-kota di wilayah
Propinsi Nusa Tenggara Barat dan pemantapan fungsi kotakota
tersebut; pengembangan ekonomi perkotaan termasuk
pembinaan sektor informal dan pengusaha kecil; peningkatan
peran serta sosial masyarakat kota; pemantapan keuangan
perkotaan; pemantapan kelembagaan pemerintahan kota;
penyusunan dan pengendalian pemanfaatan rencana tata
ruangkota dengan penyiapan program jangka menengah (PJM)
perkotaan untuk 8 kota; penyusunan rencana PJM untuk 4
kawasan andalan; penyusunan rencana tata bangunan dan
lingkungan untuk 4 kawasan; serta peningkatan pengelolaan
administrasi dan tertib hukum pertanahan di daerah perkotaan;

3) meningkatkan kualitas lingkungan hidup di daerah perkotaan,


yang antara lain meliputi kegiatan peningkatan konservasi
kawasan budaya dan bernilai historis, serta pemantapan luasan
ruang terbuka hijau.

2. Program Penunjang

Program penunjang meliputi seluruh program sektoral dan


regional yang dilaksanakan dan berlokasi di Daerah Tingkat I Nusa
Tenggara Barat.

468
TABEL 47-23
WILAYAH, SATUAN PEMERINTAHAN, DAN JUMLAH PENDUDUK
DAERAH TINGKAT I NUSA TENGGARA BARAT
1990, 1993, DAN 1998

Catatan:
Jumlah Penduduk tahun 1990, 1993, dan 1998; Angka perkiraan (Sumber: BPS, 1994)
*) Data tidak tersedia (masih termasuk wilayah Kabupaten Lombok Barat)
**) Perkiraan Pertumbuhan penduduk Kotamadya Mataram natara tahun 1993 dengan 1998

469
470

Anda mungkin juga menyukai