Bab 47 Bag 23 94 95 Cek - 20090130075238 - 8
Bab 47 Bag 23 94 95 Cek - 20090130075238 - 8
I. PENDAHULUAN
423
sekitar 322 kilometer persegi atau 1,6 persen, areal perairan darat
sekitar 20 kilometer persegi atau 0,1 persen, areal tanah tandus
sekitar 443 kilometer persegi atau 2,2 persen, serta sisanya meru-
pakan kawasan permukiman dan budi daya lainnya sekitar 1.572
kilometer persegi atau 7,8 persen dari seluruh luas wilayah
daratan.
424
Propinsi Nusa Tenggara Barat memiliki posisi geografis yang cukup
menguntungkan karena terletak diantara daerah tujuan wisata Bali -
Pulau Komodo - Tana Toraja, dan Pulau Lombok terletak jalur
perhubungan taut internasional (Selat Lombok). Di samping itu,
Nusa Tenggara Barat juga mempunyai posisi kurang
menguntungkan karena letaknya sangat dekat dengan jalur
gempadan terkena pengaruh angin tenggara yang berhembus dari
benua Australia. Akibatnya, daerah Nusa Tenggara Barat
termasuk daerah rawan bencana yang secara berkala diancam
bencana alam kekeringan, musim kemarau yang berkepanjangan,
bencana tanah longsor, dan bencana gelombang pasang.
426
II. PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I
NUSA TENGGARA BARAT DALAM PJP I
427
Laju pertumbuhan ekonomi daerah Nusa Tenggara Barat yang
cukup tinggi tersebut didukung oleh laju pertumbuhanekspor
nonmigas rata-rata sebesar 11 persen per tahun antara tahun 1987
dan 1992 dengan komoditas andalan batu apung, pakaian jadi,
produk hasil laut, dan produk kerajinan gerabah.
428
Tingkat pendidikan rata-rata penduduk Propinsi Nusa Tenggara
Barat telah menghasilkan kemajuan yang cukup berarti seperti
diperlihatkan oleh angka partisipasi sekolah dasar (SD) kasar
penduduk Nusa Tenggara Barat yang pada tahun 1992 telah
mencapai 97,9 persen, dibandingkan dengan tahun 1972 yang baru
mencapai 53,3 persen. Tingkat partisipasi pendidikan ini didukung
oleh ketersediaan sekolah yang semakin meningkat. Pada tahun
1992 telah ada 2.774 unit SD yang berarti lebih dari 4 unit SDpada
setiap desa. Peningkatan jumlah SD juga didukung oleh
peningkatan jumlah guru. Pada tahun 1992 tercatat 23.976 orang
guru dan setiap guru SD melayani 23 murid.
430
Meskipun masih relatif kecil, investasi swasta telah menunjukkan
peningkatan. Gejala tersebut terlihat dari jumlah proyek dan
penanaman modal dalam negeri (PMDN) yang disetujui
Pemerintah dalam masa empat tahun Repelita V, yaitu 41 proyek
dengan nilai Rp1.305,3 miliar dan perluasan PMDNsebanyak 10
proyek dengan nilai Rp87,9 miliar. Dalam kurun waktu itu telah
disetujui 5 proyek penanaman modal asing (PMA) dengan nilai
US$50,3 juta.
1. Tantangan
431
Dalam PJP I telah banyak kemajuan yang dicapai Propinsi Nusa
Tenggara Barat. Namun secara keseluruhan, taraf kesejahteraan
ekonomi dan sosial masyarakatnya yang ditunjukkan oleh berbagai
indikator seperti tingkat PDRB nonmigas per kapitadan laju
pertumbuhan PDRB nonmigas, angka melek huruf, usia harapan
hidup relatif rendah, dan tingginya angka kematian bayi
dibandingkan dengan rata-rata nasional. Dengan demikian,
tantangan utama pembangunan daerah Nusa Tenggara Barat adalah
meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan serta
memperluas landasan ekonomi daerah yang didukung oleh
peningkatan ekspor nonmigas terutama hasil laut dan pariwisata
serta perluasan kesempatan kerja sehingga mempercepat
peningkatan kesejahteraan ekonomi dan sosial masyarakat.
432
Untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dibutuhkan
investasi yang besar, sedangkan kemampuan investasi pemerintah
terbatas sehingga untuk memenuhi kebutuhan tersebut diperlukan
peningkatan investasi oleh masyarakat khususnya dunia usaha.
Sehubungan dengan itu, Propinsi Nusa Tenggara Barat
harusmampu menarik dunia usaha agar menanamkan modal untuk
mengembangkan potensi berbagai sumber daya pembangunan di
propinsi ini. Dengan demikian, Propinsi Nusa Tenggara Barat
dihadapkan pada masalah untuk menciptakan iklim usaha di daerah
yang menarik bagi investasi masyarakat dan dunia usaha. Dalam
rangka menciptakan iklim usaha yang menarik di daerah,
tantangannya adalah mengembangkan kawasan dan pusat
pertumbuhan yang dapat menampung kegiatan ekonomi,
memperluas lapangan kerja dan sekaligus memenuhi fungsi sebagai
pusat pelayanan.
433
yang memadai. Di pihak lain ada keterbatasan kemampuan
pemerintah, baik pusat maupun daerah, untuk membangun
prasarana dan sarana transportasi guna mempercepat pembangunan
daerah ini. Oleh karena itu, tantangan yang dihadapi adalah
meningkatkan ketersediaan dan kualitas serta memperluas
jangkauan pelayanan prasarana dasar, khususnya sistem transpor-
tasi antarmoda secara terpadu dan optimal, dengan mengikutserta -
kan dunia usaha.
434
Meningkatnya intensitas pembangunan mengakibatkan
meningkatnya pemanfaatan lahan, air, dan sumber daya alam
lainnya, juga menimbulkan kerusakan sumber daya alam
danmenghasilkan limbah dan polusi dalam kadar yang makin
meningkat yang dapat mengakibatkan menurunnya kualitas dan
daya dukung lingkungan hidup. Dengan demikian, pembangunan
daerah dihadapkan pada tantangan untuk membangun tanpa
merusak lingkungan hidup dan meningkatkan efektivitas
pengelolaan dan rehabilitasi sumber daya alam sehingga menjamin
pembangunan yang berkelanjutan.
2. Kendala
3. Peluang
436
Propinsi Nusa Tenggara Barat juga memiliki potensi kelautan yang
sangat besar untuk pengembangan budidaya mutiara, rumput laut,
dan jenis-jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomis tinggiseperti
ikan kerapu, udang, dan teripang serta pantai yang potensial untuk
kegiatan pertambakan, tetapi selama ini belum dimanfaatkan secara
optimal.
438
2. Sasaran
a. Sasaran PJP II
439
b. Sasaran Repelita VI
440
Sasaran pembangunan sosial adalah meningkatnya derajat
kesehatan dan gizi masyarakat secara merata dengan peningkatan
usia harapan hidup menjadi 55,7 tahun dan penurunan angka
kematian bayi menjadi 90 per seribu kelahiran hidup; menurunnya
laju pertumbuhan penduduk sesuai dengan sasaran nasional;
semakin merata, meluas, dan meningkatnya kualitas pendidikan
dasar dan kejuruan; meningkatnya angka partisipasi kasar sekolah
lanjutan tingkat pertama (SLTP), termasuk madrasah tsanawiyah
(MTs), dan sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA), termasuk madrasah
aliyah (MA), masing-masing menjadi sekitar 63,8 persen, dan
sekitar 37,5 persen; serta dimulainya pelaksanaan Wajib Belajar
Pendidikan Dasar Sembilan Tahun.
3. Kebijaksanaan
441
Kebijaksanaan tersebut di atas dilaksanakan dengan
memperhatikan kebijaksanaan pembangunan propinsi yang
berbatasan dalam rangka mewujudkan keserasian pembangunan
antardaerah melalui peningkatan kerja sama antardaerah.
442
Dalam upaya mencapai sasaran pertumbuhan ekonomi secara
berkesinambungan, kebijaksanaan pembangunan ekonomi daerah
dalam Repelita VI diarahkan untuk meningkatkan efisiensi dan
produktivitas sektor unggulan yang diprioritaskan di Propinsi Nusa
Tenggara Barat. Pembangunan pertanian, pariwisata,pertambangan,
dan industri termasuk industri kerajinan, serta sektor produktif
lainnya akan ditingkatkan dan diarahkan untuk menghasilkan
pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi.
445
Pembangunan perdagangan di Propinsi Nusa Tenggara Barat
diarahkan untuk menunjang peningkatan produksi dan memperlan-
car distribusi sehingga mampu mendukung upaya pemerataan
danpengembangan usaha, dan peningkatan ekspor nonmigas
dengan memanfaatkan perkembangan ekonomi nasional, regional
ataupun global.
e. Kependudukan
446
Kebijaksanaan di bidang kependudukan di Daerah Tingkat I Nusa
Tenggara Barat diarahkan untuk mengendalikan
pertumbuhanpenduduk di daerah yang mempunyai kepadatan dan
laju pertumbuhan penduduk yang tinggi, terutama di Pulau
Lombok, serta mengarahkan persebaran penduduk yang lebih
merata, terutama ke Pulau Sumbawa yang masih jarang penduduk,
dengan memperhatikan kemampuan daya dukung alam dan daya
tampung lingkungan hidup.
447
Pemerataan pembangunan antardaerah di Propinsi Nusa
Tenggara Barat lebih diupayakan dengan menyerasikan pertum-
buhan dan mengurangi kesenjangan, baik dalam tingkat kemajuan
antardaerah, maupun antara perkotaan dan perdesaan. Pem-
bangunan desa dan masyarakat perdesaan ditingkatkan melalui
koordinasi dan keterpaduan yang makin serasi dalam pembangunan
sektoral, pengembangan kemampuan sumber daya manusia,
pemanfaatan sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan
hidup, serta penumbuhan iklim yang mendorong tumbuhnya pra-
karsa dan swadaya masyarakat. Di perkotaan, penataan penggu-
naan tanah ditingkatkan dengan lebih memperhatikan hak-hak
rakyat atas tanah, fungsi sosial hak atas tanah, batas maksimum
pemilikan tanah, serta pencegahan penelantaran tanah, termasuk
upaya mencegah pemusatan penguasaan tanah yang merugikan
kepentingan rakyat.
448
Untuk mengatasi kesenjangan antargolongan ekonomi dilakukan
penataan kembali peraturan daerah yang mengatur kehidupan
ekonomi rakyat banyak seperti kepemilikan hak atas tanah,
perizinan usaha dan bangunan, perlindungan hukum dan
mekanisme pasar di daerah, serta pemberian fasilitas dan
kemudahan berusaha bagi pengusaha kecil termasuk untuk ikut
dalam melaksanakan proyek-proyek pemerintah di daerah,
sehingga masyarakat golongan ekonomi yang lemah
mendapatkesempatan yang lebih besar untuk meningkatkan
peranannya dalam pembangunan dan dengan demikian
kesejahteraannya.
g. Penanggulangan Kemiskinan
449
terpadu, terutama dengan mengembangkan transportasi antarmoda
yang efisien, yang dapat menjangkau pula daerah terisolasi dan
terbelakang.
450
Di samping kawasan andalan tersebut, bagi daerah perkotaan
yang mengalami pertumbuhan pesat, ditingkatkan penyediaan dan
perluasan jangkauan pelayanan prasarana dan sarana perkotaan,
termasuk peningkatan pengelolaannya.
V. PROGRAM PEMBANGUNAN
1. Program Pokok
451
2) meningkatkan kualitas manajemen pemerintah daerah
meliputi sistem perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan
pengendalian termasuk memantapkan fungsi koordinasi, baik
antarinstansi pemerintah di daerah maupun antara lembaga
pemerintah pusat dan daerah;
452
c. Program Peningkatan Prasarana dan Sarana Daerah
453
d) pengembangan transportasi udara meliputi peningkatan
fasilitas bandara Selaparang di Mataram, Bandara
Salahuddin di Bima dan Brangbiji di Sumbawa Besar
beserta peningkatan fasilitas keselamatan penerbangan; di
samping melanjutkan pengkajian terhadap rencana pemin-
dahan lokasi bandara ke Lombok Tengah;
454
4) 3) meningkatkan penyediaan bahan bakar minyak
(BBM) yang meliputi pembangunan depot pengisian pesawat
udara (DPPU) di Bima untuk melayani peningkatan kebutuhan
avtur dan avgas, mengikuti perkembangan transportasi udara
yang pesat;meningkatkan jaringan telekomunikasi, yang antara
lain meliputi kegiatan pembangunan telepon, termasuk sarana
penunjang dengan kapasitas 38.900 satuan sambungan, per-
luasan kapasitas telepon umum, pembangunan warung teleko-
munikasi (wartel) secara tersebar, pembangunan stasiun ber-
gerak monitoring frekuensi radio sebanyak 1 unit, pengadaan
perangkat radio komunikasi sebanyak 1 unit, serta pengadaan
terminal automatic frequency management system (AFMS)
sebanyak 1 unit;
455
Sekotong Lobar; serta pengkajian lanjutan dan persiapan
pembangunan Waduk Pelaperado, Padan Duri-Swangi,
Batubulan, dan Salkung;
7) meningkatkan sarana komunikasi dan penerangan yang
meliputi kegiatan pembangunan stasiun produksi keliling
(SPK) di Mataram, pembangunan stasiun pemancar televisi di
Tanjung, Pujut, Bayan dan Monta; dan peningkatan stasiun
pemancar Radio Republik Indonesia (RRI) di Mataram;
456
3)menyederhanakan mekanisme dan prosedur perizinan
kegiatan dunia usaha di daerah, meningkatkan penerapan etika
usaha yang baik untuk menciptakan iklim usaha yang sehat
dan dinamis yang menjamin kepastian dan kesempatan
berusaha, serta meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan daya
saing dunia usaha di daerah;
457
mengembangkan sistem informasi usaha terutama untuk usaha
menengah dan kecil, tentang potensi pembangunan
daerah,melalui penyediaan data dan informasi yang mencakup
tenaga kerja, prasarana dan sarana, sumber daya alam,
kelembagaan, permodalan, kemitraan, penanaman modal, dan
potensi pasar; serta meningkatkan kegiatan promosi tentang
potensi daerah;
458
meningkatkan keterampilan dan keahlian serta
profesionalisme tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan
pembangunan, melalui pelatihan institusional, noninstitusional
(mobile training unit) bagi kader-kader pembangunan desa
secara terpadu; pemagangan untuk membentuk tenaga kerja
mandiri dan profesional; serta pendayagunaan tenaga kerja
terdidik, yangpelaksanaannya mengikutsertakan masyarakat
dan dunia usaha;
461
h. Program Peningkatan Kualitas Lingkungan
Hidup
462
1) meningkatkan pemerataan dan kualitas pendidikan
pada semua jalur, jenis, dan jenjang pendidikan terutama
dalam rangka pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar
Sembilan Tahun yang kegiatannya antara lain meliputi
penyediaan prasarana dan sarana pendidikan serta tenaga
kependidikan sesuai dengan keperluan; penyelenggaraan
kelompok belajar PaketA, Paket B, magang dan kelompok
belajar usaha; perluasan atau peningkatan sekolah menengah
kejuruan dalam berbagai bidang yang sesuai dengan kebutuhan
dunia usaha dan tuntutan pembangunan daerah; selain itu
pengembangan perguruan tinggi baik negeri maupun swasta
sehingga lebih terkait dengan kebutuhan daerah;
464
c) pembinaan usaha ekonomi dan sosial budaya
transmigran yang sudah ada di permukiman transmigrasi;
dan
465
2) meningkatkan peranan wanita dalam mendukung upaya
membangun keluarga sejahtera serta mengembangkan usaha
yang dapat menambah penghasilan keluarga, antara lain melalui
program pembinaan kesejahteraan keluarga (PKK);
466
meningkatkan kemampuan dan kesempatan berusaha
masyarakat khususnya kelompok masyarakat miskin
denganmengembangkan kegiatan ekonomi produktif yang
dikelola melalui perkoperasian dan badan kredit perdesaan;
467
meningkatkan kemampuan pengelolaan pembangunan
perkotaan, yang antara lain meliputi kegiatan pemantapan
fungsi kota melalui identifikasi sistem kota-kota di wilayah
Propinsi Nusa Tenggara Barat dan pemantapan fungsi kotakota
tersebut; pengembangan ekonomi perkotaan termasuk
pembinaan sektor informal dan pengusaha kecil; peningkatan
peran serta sosial masyarakat kota; pemantapan keuangan
perkotaan; pemantapan kelembagaan pemerintahan kota;
penyusunan dan pengendalian pemanfaatan rencana tata
ruangkota dengan penyiapan program jangka menengah (PJM)
perkotaan untuk 8 kota; penyusunan rencana PJM untuk 4
kawasan andalan; penyusunan rencana tata bangunan dan
lingkungan untuk 4 kawasan; serta peningkatan pengelolaan
administrasi dan tertib hukum pertanahan di daerah perkotaan;
2. Program Penunjang
468
TABEL 47-23
WILAYAH, SATUAN PEMERINTAHAN, DAN JUMLAH PENDUDUK
DAERAH TINGKAT I NUSA TENGGARA BARAT
1990, 1993, DAN 1998
Catatan:
Jumlah Penduduk tahun 1990, 1993, dan 1998; Angka perkiraan (Sumber: BPS, 1994)
*) Data tidak tersedia (masih termasuk wilayah Kabupaten Lombok Barat)
**) Perkiraan Pertumbuhan penduduk Kotamadya Mataram natara tahun 1993 dengan 1998
469
470