Bahan Ajar
PELATIHAN
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
Kata Pengantar
Analisis risiko kesehatan lingkungan (ARKL) merupakan suatu pendekatan yang selain dapat
digunakan dalam pengkajian aspek kesehatan masyarakat dalam Amdal (Analisis mengenai Dampak
Lingkungan Hidup), juga dapat menjadi alat bantu dalam perumusan kebijakan kesehatan
lingkungan, khususnya untuk mengendalikan risiko kesehatan lingkungan. Kiprah ARKL pada
beberapa negara sudah menjadi nadi dalam proses pengambilan keputusan dan perumusan
kebijakan kesehatan dan lingkungan yang strategis, namun tidak demikian di Indonesia. ARKL masih
sekadar terdengar oleh segelintir praktisi kesehatan lingkungan dan belum dipahami oleh para
eksekutif (decision maker).
Dalam Keputusan Kepala Bapedal No. Kep-124/12/1997 tentang Panduan Kajian Aspek
Kesehatan Masyarakat Dalam Penyusunan AMDAL, analisis risiko kualitatif dan kuantitatif
disebutkan sebagai salah satu metoda yang dapat digunakan dalam kajian aspek kesehatan
masyarakat dalam penyusunan Andal. Selanjutnya Departemen Kesehatan pada tahun 2001
mengeluarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 876/Menkes/SK/VIII/2001 tentang Pedoman
Teknis Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan (ADKL) yang dalam isinya menerangkan bahwa ARKL
merupakan bagian tidak terpisahkan dari ADKL. Meskipun Pedoman Teknis ADKL telah dikeluarkan
sejak 11 tahun yang lalu, ARKL belum juga populer dan belum banyak digunakan dalam penyusunan
Amdal ataupun terlibat dalam proses pengambilan keputusan dan perumusan kebijakan kesehatan
lingkungan. Untuk mengantisipasi hal tersebut, bekerjasama dengan Balai Besar Teknik Kesehatan
Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Jakarta, Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang
menyelenggarakan pelatihan ARKL. Pelatihan ini diperuntukkan bagi sumber daya manusia
kesehatan yang bertugas di Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota, Politeknik Kesehatan, B/BTKLPP, unit
penelitian dan pengembangan, rumah sakit, dan balai pelatihan kesehatan. Buku ini merupakan
bahan ajar . modul yang akan menjadi pegangan peserta latih dalam pelaksanaan pelatihan, dengan
berorientasi pada kompetensi peserta latih untuk dapat mengimplementasikan ARKL di tempatnya
bertugas, serta dapat menjadi agen dalam menyebarluaskan hal-hal yang berkaitan dengan ARKL.
Penyusun dengan segala kerendahan hati mengucapkan apresiasi dan terima kasih kepada
pihak-pihak yang terlibat hingga selesainya bahan ajar ini. Disadari masih banyak kekurangan dalam
bahan ajar ini, oleh karenanya kami berkenan dan berterima kasih atas setiap kritik dan saran guna
penyempurnaan bahan ajar ini. Akhirul Kalam, dengan mengharap ridha Allah SWT. Semata,
penyusun berharap materi-materi dalam bahan ajr ini dapat menjadi ilmu yang bermanfaat.
MODUL I
PROSEDUR ARKL
Materi Sub Bahasan : Telaah Kritis Implementasi ADKL, ARKL dalam Amdal
Pembangunan yang berkembang dengan pesat di Indonesia bagaikan pedang bermata dua
bagi rakyat. Di satu sisi pembangunan identik dengan berkembang dan majunya tingkat ekonomi
rakyat, namun di sisi lain dapat menyebabkan kesengsaraan bagi masyarakat. Hadirnya
kesengsaraan tersebut merupakan buntut dari manajemen yang kurang baik terutama dalam hal
pengelolaan lingkungan. Pemerintah dalam hal ini, telah mengembangkan suatu metoda yang ilmiah
dan dapat diterima oleh semua pihak untuk mengantisipasi perubahan lingkungan yang berdampak
bagi kehidupan masyarakat. Itulah yang dikenal dewasa ini dengan Amdal.
Amdal dimaksudkan untuk memprakirakan segala kemungkinan perubahan yang terjadi
akibat dibangun atau dilaksanakan suatu kegiatan dan/atau usaha. Tentunya perubahan lingkungan
yang dicermati adalah secara komprehensif (holistik) yang tidak hanya meliputi komponen
lingkungan fisik, kimia, biologi, sosial, ekonomi, dan budaya (sosekbud), tetapi juga kesehatan
masyarakat. Namun prakteknya sungguh ironis, kesehatan masyarakat yang memang seringkali
merupakan dampak sekunder atau tersier dari suatu kegiatan dan/atau usaha, kerap diabaikan
bahkan tidak dianggap penting. Faktanya, pemrakarsa suatu kegiatan dan/atau usaha beserta
konsultan yang digunakan jasanya, sering asal-asalan dalam memprakirakan dampak kesehatan
masyarakat. Kalaupun aspek kesehatan masyarakat dicermati dalam rangkaian penyusunan Amdal,
kajiannya umumnya dangkal dan hanya bersifat subyektif. Sebagai contoh, dalam dokumen KA
Andal, Andal, dan RKL-RPL suatu kegiatan dan/atau usaha pengkajian terhadap dampak kesmas
hanya tersaji dalam bentuk deskripsi sarana / fasilitas layanan kesehatan, hasil observasi sanitasi
yang masih bersifat subyektif, data kualitas kesehatan lingkungan (laboratorium) dengan metode
yang digunakan kurang greget ataupun teknik pengambilan dan pemeriksaan sampel (kesehatan
lingkungan) nya yang kurang sesuai, serta jumlah sampel yang tidak representatif, sangat jarang dan
hampir tidak pernah pengkajian aspek kesehatan masyarakat dilakukan hingga dapat
memperkirakan gangguan kesehatan yang akan timbul, populasi / sub populasi yang rentan,
prakiraan kapan dampak akan terjadi yang disertai dengan analisis secara kuantitatif. Hal tersebut
jika dicermati lebih lanjut disebabkan karena kurang populernya ARKL sebagai suatu tools yang
dapat digunakan untuk mengkuantifikasi risiko kesehatan masyarakat serta kompetensi penyusun
maupun penilai Amdal yang belum benar-benar sesuai yang diharapkan.
Materi Sub Bahasan : Paradigma kesehatan Lingkungan dan Sejarah ARKL
Menurut WHO kesehatan lingkungan merujuk pada semua faktor fisik, kimia, dan biologi di
luar manusia, beserta seluruh faktor yang saling terkait yang merubah perilaku. Kesehatan
lingkungan mencakup upaya penilaian dan pengendalian faktor-faktor lingkungan yang berpotensi
dapat mempengaruhi kesehatan. Sasarannya adalah mencegah penyakit dan menciptakan
lingkungan yang sehat dan kondusif. Oleh karenanya, seorang praktisi kesehatan masyarakat harus
mampu melakukan penilaian (assessment) dan pengendalian faktor risiko kesehatan lingkungan.
Dalam melakukan penilaian terhadap kondisi kesehatan lingkungan, dikemabngkan beberapa
metode termasuk analisis risiko kesehatan lingkungan yang diadaptasi dari berbagai negara lain yang
telah menjadikannya sebagai tools dalam perumusan kebijakan kesehatan lingkungan.
Analisis risiko kesehatan lingkungan (ARKL) sebenarnya dipergunakan pertama kali justru
dalam bidang nuklir, bukannya di bidang kimia seperti yang sering digunakan sekarang. Diawali
dengan ditemukannya kematian yang disebabkan oleh kanker dengan radiasi nuklir yang diduga
sebagai penyebabnya, pada tahun 1975 dilakukan analisis risiko secara mendalam untuk
I-1
I-3
Penelitian
Laboratorium
Lapangan
Klinik
Tempat kerja
Epidemiologi
Pengelolaan Risiko
Identifikasi Bahaya
Pengembangan opsi
regulasi
Mekanisme
toksisitas
Pengembangan
metode dan
validasi
Dosis ekstrapolasi
dan spesies
Analisis
Dose-Response /
Karakterisasi Bahaya
Observasi dan
pengukuran
lapangan
Model riwayat dan
perjalanan (agen
risiko) di lingkungan
Analisis
Pajanan
bagaimana kejadian
tersebut dikaitkan
dengan efek kritis??
Karakterisasi Risiko
bagaimana efeknya
pada populasi??
Pertimbangan ekonomi,
sosial, politik dan
teknologi
Tujuan
Keputusan
dan
Aksi
Gambar 1 Paradigma atau proses risk analysis (National Risk Council, 1986)
Pada gambar 1 di atas diilustrasikan proses risk analysis secara utuh dimulai dari penelitian
terkait agen risiko, dosis serta respon/efeknya terhadap kesehatan manusia yang dilakukan oleh
peneliti. Sedangkan implementasi risk assessment atau ARKL dan manajemen risiko dilakukan oleh
praktisi kesehatan lingkungan.
Secara operasional, pelaksanaan ARKL diharapkan tidak hanya terbatas pada analisis atau
penilaian risiko suatu agen risiko atau parameter tertentu di lingkungan terhadap kesehatan
masyarakat, namun juga dapat menyusun skenario pengelolaannya. Bagan alir penerapan ARKL
sebagai bagian dari analisis risiko dapat dilihat pada gambar 2 dan 3.
I-4
I-5
I-6
Media
Dosis potensial
Intake
Jalur pajanan oral
Pajanan
Dampak buruk
Paru-paru
Uptake
Dosis potensial
Dosis efektif
Organ
Kimia
Mulut /hidung
Intake
Dampak buruk
Saluran cerna
Uptake
Media
Dosis efektif
Organ
Kimia
Mulut /hidung
Media
Dosis efektif
Organ
Kimia
Dampak buruk
Kulit
Uptake
Lingkungan (ARKL)
memprakirakan risiko pada kesehatan manusia, termasuk
juga
identifikasi
terhadap
keberadaan
faktor
ketidakpastian, penelusuran pada pajanan tertentu,
memperhitungkan karakteristik yang melekat pada agen
yang menjadi perhatian dan karakteristik dari sasaran yang
spesifik.
I-7
Analisis dosis
(dose-response
assessment)
Analisis pajanan
(exposure assessment)
Agen (agent)
Bahaya (hazard)
Dampak buruk
Dosis
Dosis/konsentrasi
referensi (RfD/RfC)
Dosis- respon
Efek (effect)
Ekses
risiko
kanker
(excess cancer risk [ECR])
I-8
respon
Identifikasi bahaya
(hazard identification)
Konsentrasi
(concentration)
Lowest
Observed
Adverse Effect Level
(LOAEL)
No Observed Adverse
Effect Level (NOAEL)
Risiko (risk)
Tingkat
risiko
quotient [RQ])
I-9
(risk
VARIABEL
Sumber
data
yang
digunakan
Waktu
pelaksanaan
Besarnya
biaya yang
dibutuhkan
ARKL sebagai suatu cara tools atau pendekatan dapat diaplikasikan untuk berbagai
keperluan. Penggunaan ARKL pada berbagai kebutuhan dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini :
Tabel 3 Penggunaan dari masing - masing model ARKL
Jenis Kegiatan / Kebutuhan
desktop ARKL
Analisis suatu kasus kesehatan lingkungan : (Emergency
Responses)
Analisis suatu kasus kesehatan lingkungan : (Reformation
Responses)
Penyusunan AMDAL suatu kegiatan dan atau usaha :
Kajian
ANDAL, dan penyusunan RKL - RPL
Pengkajian, penyusunan, dan penetapan baku mutu
Pengkajian, penyusunan, dan penetapan kebijakan
kesehatan
lingkungan yang baru
Kajian ARKL
I - 10
I - 11
Uraian
Uraikan gejala kesehatan / gangguan kesehatan apa yang dapat
terkait dengan agen risiko. Contoh : jika merkuri sebagai agen
risiko maka gejala/gangguan kesehatan yang mungkin timbul
antara lain, tremor, gemetaran pada saat berdiri, pusing
pada saat berdiri, rasa nyeri pada tangan dan kaki, dan
gangguan pada susunan saraf pusat
Untuk membantu dalam melakukan identifikasi bahaya dapat digunakan contoh formulir
sebagaimana pada tabel 6 di bawah ini :
Sumber
dan
penggunaan
Rata - rata
- Merkuri
Anorganik :
........ mg/l
- Total
Merkuri :
........
mg/l
Disesuaikan
Maksimal
- Merkuri
Anorganik :
........ mg/l
- Total
Merkuri :
........
mg/l
Disesuaikan
dengan agen
risikonya
dengan agen
risikonya
Disesuaikan
dengan agen
risikonya
Pertambangan Air
permukaan Merkuri
mineral
(sungai, danau)
Anorganik,
(emas,
Total Merkuri
tembaga, perak
dll)
Lumpur (tailing)
Tanaman (buah,
sayur, umbi)
Disesuaikan Disesuaikan
dengan agen dengan agen
risikonya
risikonya
Disesuaikan
dengan agen
risikonya
Udara
Total Merkuri
Metil Merkuri
Disesuaikan
dengan agen
risikonya
Disesuaikan
dengan agen
risikonya
Disesuaikan
dengan agen
risikonya
Disesuaikan
dengan agen
risikonya
Disesuaikan
dengan agen
risikonya
Disesuaikan
dengan agen
risikonya
Disesuaikan
dengan agen
risikonya
Disesuaikan
dengan agen
risikonya
Disesuaikan
dengan agen
risikonya
Disesuaikan
dengan agen
risikonya
Pertambangan Udara
fosil (batu bara,
minyak bumi)
Air tanah
SO2,
Benzene,
Golongan Metan
Disesuaikan
dengan
literatur yang ada
Air permukaaan Disesuaikan
dengan
literatur yang ada
I - 12
Disesuaikan
dengan agen
risikonya
Disesuaikan
dengan agen
risikonya
Disesuaikan
dengan agen
risikonya
Disesuaikan
dengan agen
risikonya
Disesuaikan
dengan agen
risikonya
Media lingkungan
potensial
Air tanah
Industri
elektronika
Agen
Risiko
Konsentrasi
Minimal
Rata - rata
Maksimal
Disesuaikan
Disesuaikan Disesuaikan Disesuaikan
dengan
dengan agen dengan agen dengan agen
literatur yang ada risikonya
risikonya
risikonya
Disesuaikan
dengan literatur
yang ada
Disesuaikan
dengan
literatur yang ada
Disesuaikan
dengan agen
risikonya
Disesuaikan
dengan agen
risikonya
Udara
Disesuaikan
dengan agen
risikonya
Disesuaikan
dengan agen
risikonya
Disesuaikan
Disesuaikan Disesuaikan
dengan
dengan agen dengan agen
literatur yang ada risikonya
risikonya
Air permukaan Disesuaikan
Disesuaikan Disesuaikan
(dari limbah cair) dengan
dengan agen dengan agen
literatur yang ada risikonya
risikonya
Air tanah (dari Disesuaikan
Disesuaikan Disesuaikan
limbah cair)
dengan
dengan agen dengan agen
literatur yang ada risikonya
risikonya
Bengkel patri / Udara
Disesuaikan
Disesuaikan Disesuaikan
las / galvanisasi
dengan
dengan agen dengan agen
logam
literatur yang ada risikonya
risikonya
Air permukaan Disesuaikan
Disesuaikan Disesuaikan
dengan
dengan agen dengan agen
literatur yang ada risikonya
risikonya
Air tanah
Disesuaikan
Disesuaikan Disesuaikan
dengan
dengan agen dengan agen
literatur yang ada risikonya
risikonya
Transportasi
Udara
Disesuaikan
Disesuaikan Disesuaikan
dengan
dengan agen dengan agen
literatur yang ada risikonya
risikonya
Tanaman
Disesuaikan
Disesuaikan Disesuaikan
dengan
dengan agen dengan agen
literatur yang ada risikonya
risikonya
Kegiatan lainnya Disesuaikan
Disesuaikan
Disesuaikan Disesuaikan
dengan literatur dengan
dengan agen dengan agen
yang ada
literatur yang ada risikonya
risikonya
Penggunaan formulir ini dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan dan dalam
merujuk pada literatur yang tersedia.
Disesuaikan
dengan agen
risikonya
Disesuaikan
dengan agen
risikonya
Disesuaikan
dengan agen
risikonya
Disesuaikan
dengan agen
risikonya
Disesuaikan
dengan agen
risikonya
Disesuaikan
dengan agen
risikonya
Disesuaikan
dengan agen
risikonya
Disesuaikan
dengan agen
risikonya
Disesuaikan
dengan agen
risikonya
Disesuaikan
dengan agen
risikonya
Disesuaikan
dengan agen
risikonya
pengisiannya
No
1
Tabel 7. Contoh RfD, dan SF beberapa agen risiko atau spesi kimia jalur ingesti
Agent
Dosis Respon
Efek Kristis dan Referensi
(RfD, SF)
As (Arsen)
3E-4 mg/kg/day
1,5E+0 (mg/kg/day)1
Ba (Barium)
2E-1 mg/kg/day
B (Boron)
2E-1 mg/kg/day
Cd (Kadmium)
5E-4 mg/kg/day
I - 14
Agent
Dosis Respon
(RfD, SF)
5
6
CN- (Sianida)
2E-2 mg/kg/day
F- (Fluorida)
6E-2 mg/kg/day
Mn (Mangan)
1 .4E- 1 mg/kg/day
10
1E-4 mg/kg/day
11
Hg MeHg
(Merkuri
- metal merkuri)
NO2- (Nitrit)
12
Se (Selenium)
5E-3 mg/kg/day
13
Zn (Seng)
3E-1 mg/kg/day
14
CHBr3
15
CHCl3
2E-2 mg/kg/day
7.9E-3 (mg/kg/day)1
1E-2 mg/kg/day
16
CHBr2Cl
1E-1 mg/kg/day
2E-2 mg/kg/day
8.4E-2 (mg/kg/day)1
Tabel 8. Contoh RfC beberapa agen risiko atau spesi kimia jalur inhalasi
Dosis Respon
Efek Kristis dan Referensi
No
RfC
1
Agent
NH3
2,86E-2
H2S
5,7 1E-4
Pb
4,93E-4
I - 15
Agent
NO2
Dosis Respon
2E-2
SO2
2,6E-2
TSP
2,42
Mengingat pemutakhiran (update) RfD, RfC, dan SF berlangsung sangat cepat, RfD, RfC, dan SF
yang tercantum pada tabel di atas tidak bisa selamanya dijadikan acuan. RfD, RfC, dan SF dari agen
risiko yang lain serta update dari RfD, RfC, dan SF pada tabel di atas dapat dilihat dengan mengakses
www.epa.gov/iris. Tahapan dalam mengakses situs tersebut dapat dilihat pada lampiran 5.
Tampilan evaluasi dosis - respon yang terdapat pada toxicological review pada situs tersebut, dapat
dilihat pada contoh berikut.
Contoh: evaluasi dosis respon (1)
Methylmercury (MeHg); CASRN 22967-92-6
I.A.1. Oral RfD Summary
Critical Effect
Experimental Doses*
Developmental
neuropsychological
impairment
UF
10
MF
1
RfD
1E-4
mg/kg-day
(0.0001
mg/kg-day)
*Conversion Factors and Assumptions Maternal daily dietary intake levels were used as the dose
surrogate for the observed
developmental effects in the children exposed in utero. The daily dietary intake levels were
calculated from blood concentrations
measured in the mothers with supporting additional values based on their hair concentrations. This
conversion is explained in the text below. A benchmark dose approach (BMD) was used rather than
a no-observed-adverse-effect level/lowest-observed-adverse-effect level (NOAEL/LOAEL) approach
to analyze the neurological effects in children as the response variable. This analysis is also explained
in the text below.
This assessment updates the 1995 RfD assessment on IRIS and is the same as the RfD that was based
on the study of a poisoning episode in Iraq in which developmental neurotoxicity was observed
following ingestion of methylmercury-treated grain (Marsh et al.1987).
I - 16
Risk Level
E-4 (1 in 10,000)
E-5 (1 in 100,000)
E-6 (1 in 1,000,000)
Concentration
2E+0 ug/L
2E-1 ug/L
2E-2 ug/L
.Rumus 1
Keterangan :
Notasi
Ink (Intake)
C (Concentration)
I - 17
Arti notasi
Jumlah konsentrasi
agen
risiko (mg) yang masuk ke
dalam tubuh manusia
dengan berat
badan tertentu (kg)
setiap harinya
Konsentrasi agen risiko
pada media udara
(udara ambien)
Satuan
Nilai Default
mg/kg x hari Tidak ada nilai default
mg/m3
Arti notasi
Laju inhalasi atau
banyaknya volume
udara yang masuk setiap
jamnya
Satuan
m3/jam
Nilai Default
Dewasa : 0,83 m3/jam
Anak anak (6 12 tahun) : 0,5
m3/jam
tE (time of exposure) :
Jam/hari
fE (frecuency of
exposure)
Hari/tahun
Dt (duration time)
Tahun
Wb (weight of body) :
Kg
Hari
Rumus 2
Keterangan
Notasi
Ink (Intake)
C (Concentration)
I - 18
Arti notasi
Jumlah konsentrasi agen
risiko (mg) yang masuk ke
dalam tubuh manusia
dengan berat
badan tertentu (kg) setiap
harinya
Konsentrasi agen risiko
pada air bersih/minum atau
pada makanan.
Satuan
mg/kg x
hari
Nilai Default
Tidak ada nilai default
Arti notasi
Laju
konsumsi atau
banyaknya volume air atau
jumlah berat makanan yang
masuk setiap jamnya
Satuan
- Liter /
hari (air)
- Gram /
hari
(makanan)
Nilai Default
Air Minum
- Dewasa (pemukiman) :
2 liter/hari
- Anak anak (pemukiman) :
1 liter/hari
- Dewasa (lingkungan kerja) :
1 liter/hari
Makanan
- Buah buahan : 42
gram/hari
Sayuran :pada
80 gram/hari
Hari/tahun - Pajanan
pemukiman
: 350 hari/tahun
- Pajanan pada lingkungan
kerja : 250 hari/tahun
fE (frecuency of
exposure)
Dt (duration time)
Tahun
Residensial (pemukiman) /
pajanan seumur hidup :
30 tahun
Wb (weight of body) :
Kg
Hari
.Rumus 3
Keterangan :
Notasi
Ik (Intake)
C (Concentration)
R (Rate)
I - 19
Arti notasi
Jumlah konsentrasi
agen
risiko (mg) yang masuk ke
dalam tubuh manusia
dengan berat
badan tertentu (kg)
setiap
harinya
Konsentrasi
agen risiko
pada media udara (udara
ambien)
Laju inhalasi atau
banyaknya volume
udara yang masuk setiap
jamnya
Satuan
Nilai Default
mg/kg x hari Tidak ada nilai default
mg/m3
m3/jam
Arti notasi
Lamanya atau jumlah jam
terjadinya pajanan setiap
harinya
Satuan
Jam/hari
fE (frecuency of
exposure)
Hari/tahun
Dt (duration time)
Tahun
Hari
Wb (weight of body) :
Kg
Nilai Default
- Pajanan pada pemukiman :
24 jam/hari
- Pajanan pada lingkungan
kerja : 8 jam/hari
- Pajanan pada sekolah dasar :
6 jam/hari
- Pajanan pada pemukiman :
350 hari/tahun
- Pajanan pada lingkungan kerja
: 250 hari/tahun
Residensial (pemukiman) /
pajanan seumur hidup : 30
tahun
- Dewasa asia / Indonesia : 55
Kg
- Anak anak : 15 Kg
70 tahun x 365 hari/tahun =
25.550 hari
Rumus 4
Keterangan
Notasi
Ik (Intake)
C (Concentration)
R (Rate)
I - 20
Arti notasi
Jumlah konsentrasi
agen risiko (mg) yang
masuk ke dalam tubuh
manusia dengan berat
badan tertentu (kg) setiap
Konsentrasi
agen
risiko pada air bersih /
minum atau pada
makanan.
Laju konsumsi atau
banyaknya volume air
atau jumlah berat
makanan yang masuk
setiap jamnya
Satuan
Nilai Default
mg/kg x hari Tidak ada nilai default
- mg/l (air)
- mg/kg
(makanan)
- liter/hari
(air)
- gram/hari
(makanan)
Air Minum
- Dewasa (pemukiman) :
2 liter/hari
- Anak anak (pemukiman) :
1 liter/hari
- Dewasa (lingkungan kerja) :
1 liter/hari
Makanan
- Buah buahan : 42
gram/hari
- Sayuran : 80 gram/hari
- Ikan tangkapan :54
gram/hari
Arti notasi
Lamanya atau jumlah
hari
terjadinya pajanan
setiap tahunnya
Satuan
Hari/tahun
Nilai Default
- Pajanan pada pemukiman
: 350 hari/tahun
- Pajanan pada lingkungan
kerja : 250 hari/tahun
Dt (duration time)
Tahun
Wb (weight of body) :
Kg
Residensial (pemukiman) /
pajanan seumur hidup :
30 tahun
- Dewasa asia / Indonesia :
55 Kg
- Anak anak : 15 Kg
70 tahun x 365 hari/tahun
= 25.550 hari
Hari
I - 21
Air minum
Tanah/debu
(tertelan)
Inhalasi
(terhirup)
Industri &
komersial
Pertanian
Air minum
2 L (dewasa)
350
1 L (anak)
350
100 mg (dewasa)
350
200 mg (anak)
350
20 m3 (dewasa) 0,83350
m3/jam
12 m3 (anak) 0,5350
1L
250
Durasi
pajanan
(tahun)
Berat badan
(kg)
30
6
24
6
30
70 ; 55 b
15
70 ; 55 b
15
70 ; 55 b
6
25
15
70 ; 55 b
Tanaman
perkarangan
42 g
350
30
70 ; 55 b
(buah - buahan)
80 g
350
30
70 ; 55 b
(sayur - mayur)
Air minum
2 L (dewasa)
350
30
70 ; 55 b
1 L (anak)
350
6
15
Tanah/debu
100 mg (dewasa)
350
24
70 ; 55 b
200
mg
(anak)
350
6
15
(tertelan)
Inhalasi
20 m3 (dewasa) 0,83350
30
70 ; 55 b
(terhirup)
m3/jam
Rekreasi
Ikan tangkapan 54 g
350
30
70 ; 55 b
Disadur dari Rahman, 2007 : seluruhnya berasal dari Exposure Factor Handbook (EPA, 1990) kecuali
bNukman et al (2005)
3.2.4. Langkah 4 : Karakterisasi risiko (risk characterization)
Langkah ARKL yang terakhir adalah karakterisasi risiko yang dilakukan untuk menetapkan tingkat
risiko atau dengan kata lain menentukan apakah agen risiko pada konsentrasi tertentu yang
dianalisis pada ARKL berisiko menimbulkan gangguan kesehatan pada masyarakat (dengan
karakteristik seperti berat badan, laju inhalasi/konsumsi, waktu, frekuensi, durasi pajanan yang
tertentu) atau tidak.
Karakteristik risiko dilakukan dengan membandingkan / membagi intake dengan dosis
/konsentrasi agen risiko tersebut. Variabel yang digunakan untuk menghitung tingkat risiko adalah
intake (yang didapatkan dari analisis pemajanan) dan dosis referensi (RfD) / konsentrasi referensi
(RfC) yang didapat dari literatur yang ada (dapat diakses di situs www.epa.gov/iris).
1. Karakterisasi risiko pada efek non karsinogenik
Perhitungan tingkat risiko non karsinogenik
Tingkat risiko untuk efek non karsinogenik dinyatakan dalam notasi Risk Quotien (RQ). Untuk
melakukan karakterisasi risiko untuk efek non karsinogenik dilakukan perhitungan dengan
membandingkan / membagi intake dengan RfC atau RfD. Rumus untuk menentukan RQ adalah
sebagai berikut :
..Rumus 5
Keterangan
Digunakan untuk menghitung RQ pada pemajanan jalur inhalasi (terhirup)
I (intake)
: Intake yang telah dihitung dengan rumus 1
RfC (reference concentration) : Nilai referensi agen risiko pada pemajanan inhalasi.
Didapat dari situs www.epa.gov/iris.
I - 22
.Rumus 7
Keterangan
Digunakan untuk menghitung tingkat risiko pada agen risiko dengan efek karsinogenik
I (intake)
: Intake yang telah dihitung dengan rumus 3 atau rumus
SF (slope factor)
: Nilai referensi agen risiko dengan efek karsinogenik.
Didapat dari situs www.epa.gov/iris.
I - 23
I - 24
MODUL II
MANAJEMEN RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN
Materi Sub Bahasan : Definisi dan Pengertian Manajemen Risiko Kesehatan Lingkungan
Manajemen risiko adalah proses mengidentifikasi, evaluasi, penyeleksian, dan melakukan
upaya untuk mengurangi risiko terhadap ekosistem dan kesehatan manusia (Omenn GS., et al, 1997).
Setelah melakukan keempat langkah ARKL di atas maka telah dapt diketahui apakah suatu agen
risiko aman/dapat diterima atau tidak. Manajemen risiko bukan termasuk langkah ARKL
melainkan tindak lanjut yang harus dilakukan bilamana hasil karakterisasi risiko menunjukkan
tingkat risiko yang tidak aman ataupun unacceptable. Dalam melakukan manajemen risiko perlu
dibedakan antara strategi manajemen risiko dengan cara manajemen risiko. Strategi manajemen
risiko meliputi penentuan batas aman yaitu
1. Konsentrasi agen risiko (C), dan/atau
2. Jumlah konsumsi (R), dan/atau
3. Waktu pajanan (tE), dan/atau
4. Frekuensi pajanan (fE), dan/atau
5. Durasi pajanan (Dt),
Setelah batas aman ditentukan, selanjutnya perlu dilakukan penapisan alternatif
terhadap batas aman yang mana yang akan dijadikan sebagai target atau sasaran pencapaian
dalam pengelolaan risiko. Batas aman yang dipilih adalah batas aman yang lebih rasional dan
realistis untuk dicapai.
Adapun cara manajemen risiko adalah cara atau metode yang akan digunakan untuk
mencapai batas aman tersebut. Cara manajemen risiko meliputi beberapa pendekatan yaitu
pendekatan teknologi, pendekatan sosial - ekonomis, dan pendekatan institusional.
penjelasan lebih lanjut langkah langkah dalam manajemen risiko akan dijelaskan pada sub bahasan
selanjutnya.
Materi Sub Bahasan : Strategi manajemen risiko
1. Penentuan batas aman
Batas aman disini adalah batas atau nilai terendah yang menyebabkan tingkat risiko
menjadi tidak aman (tidak dapat diterima). Oleh karenannya nilai yang aman adalah nilai
di bawah batas amannya sedangkan nilai yang sama dengan batas aman tersebut
akan menyebabkan tingkat risiko menjadi tidak aman. Sebagai contoh jika hasil
perhitungan menunjukkan konsentrasi aman adalah 4,499 g/m3 maka nilai konsentrasi
yang benar benar aman adalah di bawah 4,499 g/m3 (<4,499 g/m3) 4,498 g/m3.
a) Penentuan konsentrasi aman (C)
Dalam penentuan konsentrasi aman semua variabel dan nilai yang digunakan
sama dengan variabel dan nilai pada perhitungan intake. Akan tetapi nilai intake
yang digunakan adalah RfD atau RfC agen risikonya.
Sedangkan konsentrasi aman pada intake karsinogenik, perhitungan didasarkan
pada nilai acceptable sebesar 10-4 dibagi nilai SF nya. Selain itu, variabel tavg
disesuaikan dengan perhitungan karsinogenik yaitu (70 hari/tahun x 365 hari). Untuk
menghitung konsentrasi aman digunakan rumus sebagai berikut :
II - 1
..................Rumus 8
.................Rumus 9
( .
...........Rumus 10
( .
............Rumus 11
Keterangan
II - 2
Notasi
C(aman) (Concentration)
Arti Notasi
: Konsentrasi agen risiko pada udara ambien atau pada
air bersih/minum atau pada makanan yang aman.
Arti Notasi
: Laju asupan :
Volume udara yang masuk tubuh (m3) setiap
jamnya
Volume air minum yang masuk tubuh (liter) setiap
harinya
Volume makanan yang masuk tubuh (gram)
setiap harinya
R (Rate)
tE atau time of exposure : Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiap
harinya
(rumus 8)
fE (frecuency of exposure)
: Lamanya atau
setiap tahunnya
jumlah
hari
terjadinya
pajanan
Dt (duration time)
Wb (weight of body)
..................Rumus 12
II - 3
( .
...............Rumus 13
Arti Notasi
: Laju konsumsi atau banyaknya volume makanan
(gram) atau volume air (liter) yang masuk tubuh setiap
harinya yang aman.
R(aman)
C (Concentration)
fE (frecuency of exposure)
: Lamanya atau
setiap tahunnya
Dt (duration time)
Wb (weight of body)
hari
terjadinya
pajanan
II - 4
................Rumus 14
( .
.........Rumus 15
Keterangan
t(aman)
Notasi
Arti Notasi
: Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiap
harinya yang aman
R (Rate)
C (Concentration)
fE (frecuency of exposure)
: Lamanya atau
setiap tahunnya
Dt (duration time)
Wb (weight of body)
jumlah
hari
terjadinya
pajanan
II - 5
...............Rumus 16
( .
..............Rumus 17
Keterangan
Notasi
Arti Notasi
fE(aman) (frecuency of exposure) : Lamanya atau jumlah hari
setiap tahunnya yang aman
terjadinya
pajanan
R (Rate)
C (Concentration)
fE (frecuency of exposure)
: Lamanya atau
setiap tahunnya
Dt (duration time)
Wb (weight of body)
jumlah
hari
terjadinya
pajanan
II - 6
.......................Rumus 18
( .
....................Rumus 19
Keterangan
Notasi
Dt (aman) (duration time)
Arti Notasi
: Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan yang
aman
R (Rate)
C (Concentration)
fE (frecuency of exposure)
: Lamanya atau
setiap tahunnya
tE
jumlah
hari
terjadinya
pajanan
atau time of exposure : Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiap
harinya
Wb (weight of body)
Penurunan konsentrasi
hingga ke batas aman
(konsentrasi aman)
II - 7
Pengurangan konsumsi
hingga ke batas aman
(jumlah konsumsi aman)
Penggunaan
Pada lingkungan khusus
Pada lingkungan permanen
(tempat kerja, sekolah, dll)
(pemukiman)
Ingesti
Inhalasi
Ingesti
Inhalasi
Air
Makanan Udara
Air
Makanan Udara
II - 8
MODUL III
SURVEILANS FAKTOR RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN
Materi Sub Bahasan : Definisi dan Pengertian Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan
Surveilans oleh World Health Organization (WHO) didefinisikan sebagai kegiatan
berkesinambungan dan sistematis, meliputi pengumpulan, analisis, dan interpretasi data kesehatan
masyarakat yang dibutuhkan dalam perencanaan, implementasi, dan evaluasi upaya kesehatan
masyarakat. Surveilans yang dilakukan diharapkan dapat
Menjadi sistem kewaspadaan dini terhadap kedaruratan kesehatan masyarakat di masa yang
akan datang;
Mendokumentasikan dampak dari suatu intervensi, atau jejak dari kemajuan program dalam
mencapai tujuan tertentu; dan
Memonitor dan mengklarifikasi masalah kesehatan secara epidemiologi guna menetapkan
priritas dan menginformasikan kebijakan dan strategi kesehatan ke publik.
Faktor risiko dalam dunia kesehatan dan epidemiologi biasa didefinisikan sebagai faktorfaktor atau kondisi yang mendahului dan mampu meningkatkan risiko atau kemungkinan seseorang
atau masyarakat menjadi sakit. Faktor risiko tersebut umumnya dapat dikatagorikan menjadi
beberapa jenis yaitu faktor risiko genetis, faktor risiko perilaku, dan faktor risiko lingkungan.
Dari kedua definisi di atas maka surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah
kegiatan berkesinambungan dan sistematis, meliputi pengumpulan, analisis, dan interpretasi data
faktor-faktor atau kondisi lingkungan yang mendahului dan mampu meningkatkan risiko atau
kemungkinan seseorang atau masyarakat menjadi sakit, yang dibutuhkan dalam perencanaan,
implementasi, dan evaluasi upaya kesehatan lingkungan. Untuk itu ada beberapa hal yang menjadi
kata kunci dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan yaitu sistematis dan berkesinambungan,
pengumpulan, analisis, dan interpretasi data, faktor lingkungan yang dapat menyebabkan sakit, dan
upaya kesehatan lingkungan.
Materi Sub Bahasan : Konsep dan Penerapan Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan
Penyakit dan masalah kesehatan masyarakat erat terhubung dengan faktor atau kondisi
lingkungan. Oleh karenanya, secara naluriah setiap manusia menginginkan lingkungan yang sehat
dan nyaman sebagai tempat tinggalnya yang juga kondusif terhadap kondisi kesehatannya. Untuk
mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, perlu upaya kesehatan yang
bersifat promotif dan preventif yang salah satunya ditempuh melalui kegiatan penyehatan
lingkungan (kesehatan lingkungan). Dalam rangka mewujudkan kondisi lingkungan sesuai dengan
yang diharapkan, upaya yang dilakukan haruslah tepat guna, tepat sasaran, sistematis, dan
terencana dengan baik, serta berbasis bukti (evidence based). Sehingga perumusan upaya kesehatan
lingkungan yang akan diterapkan harus didukung dengan surveilans faktor risiko kesehatan
lingkungan yang baik.
Filosofi dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah melakukan pengamatan
dan pengawasan terus-menerus terhadap kondisi lingkungan yang diperkirakan dapat menyebabkan
penyakit pada manusia. Hasil dari kegiatan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan adalah
berupa informasi mengenai apakah faktor atau kondisi lingkungan tertentu yang diamati berisiko
menimbulkan kesakitan, dan rekomendasi upaya tidak lanjut yang dibutuhkan untuk
mengendalikannya. Konsep dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat dipahami dari
gambar 6.
III - 1
Waktu / periode
pelaksanaan (arah
pengusutan)
Kausalitas
III - 3
Cross Sectional
Random. Bisa juga
dipisah fixed disease
sampling atau fixed
exposure sampling
Satu titik waktu atau
sesaat (non directional)
Kasus Kontrol
Sampel terpisah untuk
kasus (sakit) dan
kontrol (tidak sakit)
Kohort
Sampel terpisah untuk
terpajan dan tidak
terpajan
Retrospektif
Hanya menjelaskan
Kausalitas awal
Prospektif / Followup
selama periode waktu
tertentu
Kausalitas dengan
Didi Purnama, SKM, 2012
Ukuran risiko
Perbandingan risiko
Cross Sectional
hubungan antara
faktor risiko kesehatan
lingkungan dengan
penyakit (namun
bukan bersifat
kausalitas)
Prevalensi (P) sebagai
pengganti risiko
Prevalence Ratio (PR)
Kasus Kontrol
Odds sebagai
pengganti risiko
Odds Ratio (OR)
Kohort
bukti sekuensi
temporal
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan
lebih tepat menggunakan desain cross sectional dikarenakan dalam pemilihan sampling dilakukan
secara random dan pengumpulan data lingkungan dan penyakit dilakukan pada satu waktu. Output
dari surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dengan desain cross sectional adalah hubungan
(bukan kausalitas) antara faktor lingkungan dan penyakit. Surveilans faktor risiko kesehatan
lingkungan bisa dilakukan dengan desain kasus kontrol bilamana titik tolak studi (pengusutan)
dimulai dari adanya penyakit dan sampel dikelompokkan menjadi kasus (sampel yang menderita
penyakit) dan kontrol (sehat), dan data faktor lingkungan sebelum kasus sakit tersedia. Selain itu,
surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan dapat menggunakan desain studi kohort (prospektif)
dengan memantau secara terus menerus (hingga periode tertentu) kualitas lingkungan dan faktor
lingkungan lainnya bersamaan dengan penyakitnya.
Materi Sub Bahasan : Tahapan Kegiatan Surveilans Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan
Tahapan kegiatan surveilans faktor risiko kesehatan lingkungan seyogyanya terdiri dari
survey pendahuluan dan pengumpulan data awal, penyusunan instrumen, survey, pengambilan dan
pemeriksaan sampel, pengolahan dan analisis data, dan diseminasi. Tahapan kegiatan tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Survey pendahuluan dan pengumpulan data awal : pengumpulan data awal dimaksudkan
untuk mengetahui gambaran awal pada lokasi meliputi background data yang telah tersedia
atau data lainnya yang berhubungan. Pada tahapan ini , dilakukan pengumpulan data
sekunder, dan juga perlu ditentukan lokasi yang akan menjadi titik pengambilan sampel.
2. Penyusunan instrumen : berdasarkan data awal yang dikumpulkan, disusun instrumen untuk
survey, pengambilan dan pemeriksaan sampel. Instrumen disusun berbentuk cek lis dan/atau
kuisioner. Untuk mendapatkan data sesuai yang diharapkan, instrumen yang telah dibuat
sebaiknya diuji coba terlebih dahulu.
3. Survey, pengambilan dan pemeriksaan sampel : pada tahapan ini dilakukan pengumpulan
data primer dan pengumpulan data menggunakan instrumen yang digunakan.
4. Pengolahan dan analisis data : data yang telah terkumpul dilakukan pengolahan dan analisis
yang dapat dilakukan secara manual ataupun alat bantu lainnya (mis. software pengolah
data). Setelah dilakukan pengolahan dan analisis data, informasi disajikan dalam bentuk tabel,
grafik, gambar, dan peta yang terangkum dalam laporan.
5. Diseminasi : dimaksudkan untuk menyebarluaskan informasi dan temuan lapangan kepada
para stakeholder.
III - 4
MODUL IV
ANALISIS KUALITAS KESEHATAN LINGKUNGAN
Materi Sub Bahasan : Prinsip Dasar Analisis Kualitas Kesehatan Lingkungan
Analisis adalah kajian atau penelitian yang dititikberatkan pada variabel tertentu untuk
mengetahui keadaan atau kondisi sebenarnya, termasuk juga yang berkaitan dengan sebab musabab
terjadinya kondisi tersebut. Dengan demikian, analisis kualitas lingkungan merupakan suatu kegiatan
yang menggunakan cara atau metode ilmiah guna mengetahui seperti apa kondisi atau kualitas
kesehatan lingkungan pada suatu tempat, waktu yang melibatkan juga masyarakat di tempat
tersebut. Umumnya analisis kualitas kesehatan lingkungan dilakukan dalam bentuk kegiatan
pengambilan dan pemeriksaan sampel, pengawasan kualitas kesehatan lingkungan melalui kegiatan
observasi, assessment, ataupun inspeksi sanitasi, serta interpretasi hasil, pengolahan data, analisis
hasil pemeriksaan sampel, dan penarikan kesimpulan.
Analisis kualitas kesehatan lingkungan merupakan kegiatan yang harus mampu dilakukan
oleh seorang pejabat kesehatan lingkungan ataupun fungsional sanitarian. Perlunya dilakukan
analisis ini adalah untuk menjadi bahan masukan ataupun dasar untuk melakukan manajemen risiko
kesehatan lingkungan. Implementasi dari manajemen risiko kesehatan lingkungan ini bisa dalam
bentuk intervensi (pendekatan) teknologi, pendekatan sosial melalui kegiatan-kegiatan yang
melibatkan masyarakat secara aktif, dan melalui kerjasama / jejaring / kemitraan antar pihak yang
berkepentingan (stakeholder).
Materi analisis kualitas kesehatan lingkungan dalam modul ini dimaksudkan untuk memberi
pemahaman dan juga keterampilan bagi peserta dalam menilai prosedur pengambilan dan
pemeriksaan sampel, serta interpretasi hasil pemeriksaan sampel yang dilakukan dalam rangka
analisis risiko kesehatan lingkungan. Materi dalam modul ini, bukan dimaksudkan agar peserta
mampu melakukan pengambilan sampel dan pemeriksaan sampel kesehatan lingkungan sendiri
tanpa berkerjasama dengan laboratorium.
Materi Sub Bahasan : Pengambilan dan Pemeriksaan Sampel Kesehatan Lingkungan
Pengambilan sampel kesehatan lingkungan hakikatnya dilakukan untuk memotret atau
menjadi acuan untuk menduga kualitas kesehatan lingkungan pada suatu media di suatu wilayah.
Secara garis besar, pengambilan sampel bertujuan untuk mengumpulkan data rona awal kesehatan
lingkungan dan memantau kondisi kesehatan lingkungan. Dalam hal memantau kesehatan
lingkungan, pengambilan sampel dilakukan untuk menentukan status kualitas kesehatan lingkungan,
menentukan kebijakan kesehatan lingkungan, menegakkan hukum kesehatan dan lingkungan, dan
melakukan penelitian kesehatan lingkungan.
Kualitas kesehatan lingkungan merupakan hal yang kompleks dan begitu dinamis karena
dipengaruhi begitu banyak variabel/faktor. Untuk itu, pengambilan sampel l kesehatan ingkungan
yang bertujuan untuk mengetahui kualitas lingkungan harus dilakukan dengan cermat, tepat, serta
butuh perencanaan dan pengorganisasian yang baik. Untuk menjamin pengambilan sampel dapat
menjamin keterwakilan kualitas kesehatan lingkungan perlu diperhatikan beberapa aspek yaitu
lokasi dan titik pengambilan sampel, parameter kualitas lingkungan yang akan dipilih, serta ukuran,
jumlah, dan volume sampel yang akan diambil.
Perencanaan Pengambilan Sampel
Seperti halnya kegiatan dan program, pengambilan sampel sesuai dengan yang diharapkan
perlu direncanakan dengan baik. Perencanaan pengambilan sampel ini bertujuan untuk memastikan
dan menegaskan kembali tujuan pengambilan sampel kesehatan lingkungan, memutuskan cara-cara
IV - 1
IV - 2
IV - 7
kemudian disuntikan ke dalam GC. Atau karbon aktif di purging dengan gas inert seperti
N2, atau He, kemudian dialirkan /disuntikan ke dalam GC.
Peralatan dan bahan yang digunakan : Pompa dan tube.
Sampel gabungan dapat dibagi dua yaitu sampel gabungan lokasi (sampel sesaat dari dua
atau lebih lokasi yang digabung ke dalam satu wadah yang dilakukan dalam waktu yang
sama) dan sampel gabungan waktu (sampel sesaat dari satu titik yang diambil lebih dari
satu kali dengan volume dan interval waktu yang sama untuk kemudian digabung dalam
satu wadah). Sampel gabungan waktu hanya bisa diaplikasikan bila aliran air relatif
konstan, jika tidak maka dilakukan sampel proporsional.
Secara teknik, pengambilan sampel air yang mengalir dimana terdapat parameter DO dan
BOD yang diperiksa harus dilakukan searah dengan aliran air (wadah sampel masuk ke
dalam air dan mengikuti aliran air hingga wadah penuh terisi) untuk mencegah turbulensi
yang menyebabkan perubahan konsentrasi pada sampel yang diperiksa. Sebaliknya
pengambilan sampel air yang mengalir untuk parameter biologi (bakteriologis) diambil
berlawanan arah dengan aliran air agar tidak terjadi kontak dan kontaminasi sampel
dengan tangan pengambil sampel.
Untuk pengambilan sampel sesaat pada air sumur gali dilakukan pada kedalaman 20 cm
dari dasar sumur dan harus dijaga agar tidak ada tanah atau sedimen yang tercampur ke
dalam sampel.
IV - 9
dataran, sedangkan untuk mengambil padatan (sludge) yang terendap di dasar perairan
harus menggunakan grab sampler.
Pengambilan sampel sistematis dilakukan untuk hasil yang lebih presisi mengikuti pola
tertentu.Sampel sistematis diambil dalam jumlah yang lebih banyak dengan interval jarak
tertentu, dan mengikuti pola tertentu.
IV - 10
Perlu diingat dalam mengambil sampel rambut responden, pastikan tidak melukai kepala
responden dan jangan sampai mengambil sampel terlalu banyak sehingga menyebabkan
rambut pasien menjadi colak atau terlihat jelek.
:
:
:
:
:
AIR MINUM
A.1.301
PERTAMBANGAN/PEMUKIMAN
TN. ROZAK ABDULLAH
JL. JALAN, GG. GANG, RT 01/RW01 DS.
DESA, KEC. KECAMATAN, KAB.
KABUPATEN, PROV. PROVINSI
TITIK PENGAMBILAN
:
TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM
WAKTU PENGAMBILAN
:
KAMIS 8 MARET 2012 / 12.15 WIB
PENGAWET
:
ASAM NITRAT
KONDISI SAMPEL
:
BAIK
Catatkan informasi sebagai berikut : jenis sampel, kode sampel, setting, titik pengambilan
sampel, waktu pengambilan sampel, dan jenis pengawetan yang digunakan, pada label
yang telah disediakan. Contoh :
Label
JENIS SAMPEL
KODE SAMPEL
SETTING
TITIK PENGAMBILAN
WAKTU PENGAMBILAN
PENGAWET
:
:
:
:
:
:
AIR MINUM
A.1.301
PERTAMBANGAN/PEMUKIMAN
TEKO YANG DIGUNAKAN MINUM
KAMIS 8 MARET 2012 / 12.15 WIB
ASAM NITRAT
Pelabelan
a) Gunakan label dengan bahan dan perekat yang baik.
b) Tulis identitas sampel pada label (pada kertas label / sebelum ditempel) dengan tinta alat
tulis yang jelas (nyata) dengan tulisan cetak yang jelas.
IV - 11
Acuan
SNI 06-6989.11-2004
SNI 06 2413 1991, butir 3.1
SNI 06 2413 1991, butir 3.3
SNI 06 2413 1991, butir 3.12.2
SNI 06-2413-1991 butir 3.7
SNI 06 -6989-3-2004
SNI 06-2503 1991
SNI 06 2426 1991
SNI 06-2501-1991
SNI 06-2514-1991
SNI 06-2519 1991
SNI 06-2466-1991
SNI 06-2497-1991
SNI 19.1127 - 1989
SNI 06 -6989-19-2004
SNI 06-6989.12-2004
SNI 06- 6989[2].30- 2005
Didi Purnama, SKM, 2012
Acuan
SNI 06-6989.9-2004
SNI 06- 6989.29- 2005
SNI 06-6989.18-2004
SNI 06-2912-1992
SNI 06- 6989.34- 2005
SNI 06-2475-1991
SNI-06-6989.17-2004
SNI-06-6989.17-2004
SNI 06-6989.1-2004
SNI 06- 6989.51- 2005
SNI 06-2909-1992
SNI 19 4844 - 1988
SNI - 19-7119.1-2005
SNI 19-7119.8-2005
SNI 19-7119.3-2005
SNI 19-7119.4-2005
SNI 06-6992.3-2004
SNI 06-6992.4-2004
SNI 06-6992.5-2004
SNI 06-6992.6.2004
SNI 06-6992.7.2004
SNI 06-6992.3-2004
Materi Sub Bahasan : Pengawasan Kesehatan Lingkungan Melalui Observasi, Assessment, ataupun
Inspeksi Sanitasi
Pengawasan kesehatan lingkungan merupakan salah satu kompetensi yang wajib dimiliki
seorang fungsional sanitarian. Kegiatan Pengawasan kesehatan lingkungan meliputi pemeriksaan
kualitas kesehatan lingkungan yang terdiri dari melakukan pemeriksaan obyek kelompok I dan II
serta melakukan pengambilan sampel, dan kegiatan tindak lanjut pengawasan yang terdiri dari
kegiatan penentuan diagnosa dan treatment intervensi obyek kelompok I dan II, konsultasi
kesehatan lingkungan, dan Bimbingan Teknis.
Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan (kelompok I dan II) dapat dilakukan secara
sederhana atau tanpa menggunakan peralatan baik yang konvensional maupun canggih.
Pemeriksaan obyek kesehatan lingkungan secara sederhana dilakukan melalui observasi,
assessment, ataupun inspeksi sanitasi menggunakan instrumen berupa cek lis ataupun kuisioner.
Dalam melakukannya, seorang pejabat kesehatan lingkungan dan fungsional sanitarian harus
memiliki sense kesehatan lingkungan yang baik dan mampu menelaah secara kritis obyek yang
diawasinya. Adapun data hasil dari observasi, assessment, ataupun inspeksi sanitasi merupakan
kelengkapan (complementary) ataupun sebagai dasar untuk melakukan interpretasi hasil
pemeriksaan sampel.
Penyusunan Instrumen Pengawasan Kesehatan Lingkungan
Dalam melakukan observasi, assessment, ataupun inspeksi sanitasi, faktor subyektifitas
personel sangat dominan, untuk itu perlu diminimalisasi dengan menggunakan cek lis ataupun
IV - 13
Materi Sub Bahasan : interpretasi hasil, pengolahan data, analisis hasil pemeriksaan sampel, dan
penarikan kesimpulan
Setelah sampel diperiksa secara laboratorium, maka langkah selanjutnya adalah interpretasi
hasil, pengolahan data, analisis hasil pemeriksaan sampel, dan penarikan kesimpulan. Keterangan
dari masing kegiatan tersebut adalah sebagai berikut :
IV - 14
IV - 15
Interpertasi hasil : yaitu melihat angka hasil pemeriksaan dari parameter suatu sampel dan
membandingkannya dengan acuan atau baku mutu yang ada.
Pengolahan Data : jika sampel yang diperiksa lebih dari satu, maka data hasil pemeriksaan
tersebut dapat diolah lebih lanjut. Pengolahan data untuk variabel numerik atau angka biasanya
dengan mencari nilai minimal, rata-rata, dan nilai maksimal dari beberapa hasil pemeriksaan
sampel. Sedangkan hasil pemeriksaan sampel dapat dengan mengkatagorikannya ke dalam
katagori tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat setelah dibandingkan dengan baku
mutunya.
Analisis hasil pemeriksaan sampel : adalah kegiatan lanjutan dari interpretasi dan/atau
pengolahan data, dimana satu atau lebih data hasil pemeriksaan sampel dianalisis yang
umumnya dilakukan dengan dua cara yaitu analisis kekritisan yaitu tidak memenuhi syarat atau
memenuhi syarat, tidak aman atau aman, berisiko atau tidak berisiko, atau data dianalisis
kecenderungannya yaitu dengan membandingkan data yang sejenis dengan hasil pemeriksaan
pada periode sebelumnya (dapat dilakukan minimal 3 data).
Penarikan kesimpulan : setelah dilakukan interpretasi hasil, pengolahan, dan analisis data,
maka langkah terakhir adalah menyimpulkan. Penarikan kesimpulan selain didasarkan pada
data hasil pemeriksaan sampel perlu juga mempertimbangkan variabel lainnya yang terkait.
MODUL V
KOMUNIKASI RISIKO
Materi Sub Bahasan : Pengertian dan Unsur Komunikasi, serta Komunikasi Efektif
Asal kata dari komunikasi adalah Cum dan Umus yang dalam bahasa latin berarti dengan
atau bersama dengan dan satu. Dari asal kata tersebut berkembang pengertian komunikasi menjadi
seluruh proses yang digunakan untuk memahami apa yang dipikirkan oleh orang lain. Pengertian lain
dari komunikasi Upaya membuat pendapat; menyatakan perasaan; menyampaikan informasi agar
dipahami oleh orang lain; Berbagi informasi; bertukar pendapat/perasaan dsb, ataupun suatu proses
membangkitkan ingatan. Bertolak dari pengertian tersebut, komunikasi kita definisikan sebagai
bentuk interaksi dengan orang lain berupa percakapan biasa, membujuk, mengajar, & negosiasi.
Komunikasi terdiri dari beberapa unsur yaitu komunikator, pesan, channel, dan komunikan.
Selain dari unsur tersebut, dalam proses komunikasi juga terdapat gangguan dan umpan balik.
Skema dari proses dan unsur komunikasi dapat digambarkan pada gambar 7.
V-2
V-3
DAFTAR PUSTAKA
1. BBTKLPPM Jakarta, 2008. Instruksi Kerja Laboratorium BBTKLPPM Jakarta. BBTKLPPM Jakarta
2. Direktorat Jenderal PP dan PL, 2011. Petunjuk Teknis Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan.
Kementerian Kesehatan RI, Jakarta
3. Kolluru RV, et al., 1996. Risk Assessment and Management Handbook for Environmental,
Health, and Safety Professionals. Mcgraw-Hill
4. Mullan N, et al., 2008. Environmental Health Surveillance : A Feasibility Studi. Environmental
Health Directorate, Western Australia Department of Health
5. Purnama D, 2007. Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan terhadap Penimbunan Batubara.
Buletin Nobell Vol. 1 No.1 Juni 2007 Media Informasi BBTKLPPM Jakarta, Jakarta
6. Rahman A, 2007. Bahan Ajar Pelatihan :Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (Program
Intensif Tingkat Dasar). Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Studi Amdal dan KasusKasus Pencemaran Lingkungan. Pusat Kajian Kesehatan Lingkungan dan Industri, Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok