Disusun Oleh:
Wisnu Lisa Pratiwi G4A015118
Regina Wahyu Apriani G4A015159
2016
2
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun oleh:
Wisnu Lisa Pratiwi G4A015118
Regina Wahyu Apriani G4A015159
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang mengakibatkan angka
kesakitan yang tinggi. Menurut Adnil Basha (2004), hipertensi adalah suatu
keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas
normal yang mengakibatkan angka kesakitan atau morbiditas dan angka
kematian atau mortalitas. Menurut WHO, batas normal tekanan darah adalah
120 – 140 mmHg tekanan sistolik dan 80 – 90 mmHg tekanan diastolik.
Seseorang dinyatakan mengidap hipertensi bila tekanan darahnya > 130/90
mmHg. Menurut JNC VIII, tekanan darah pada orang dewasa dengan usia
diatas 18 tahun diklasifikasikan menderita hipertensi stadium I apabila tekanan
sistoliknya 140 – 159 mmHg dan tekanan diastoliknya 90 – 99 mmHg.
Penderita diklasifikasikan menderita hipertensi stadium II apabila tekanan
sistoliknya lebih 160 mmHg dan diastoliknya lebih dari 100 mmHg (Sustrani,
2004).
Hipertensi sering kali disebut sebagai silent killer karena termasuk yang
mematikan tanpa disertai atau dengan gejala-gejalanya lebih dahulu sebagai
peringatan bagi korbannya. Hipertensi adalah faktor risiko utama untuk
terjadinya penyakit jantung koroner dan gangguan pembuluh darah otak yang
dikenal dengan stroke. Bila tekanan darah semakin tinggi maka harapan hidup
semakin turun. Hipertensi akan memberi gejala yang berlanjut untuk suatu
target organ seperti otak (stroke), pembuluh darah jantung (penyakit jantung
koroner), otot jantung (left ventricle hypertrophy) (Bustan, 2000; Wardoyo,
2006).
Banyak faktor yang berperan untuk terjadinya hipertensi meliputi faktor
risiko yang tidak dapat dikendalikan dan faktor risiko yang dapat
dikendalikan. Faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan seperti keturunan,
jenis kelamin, ras, dan umur. Faktor risiko yang dapat dikendalikan, yaitu
5
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melakukan analisis kesehatan komunitas (Community Health Analysis) di Desa
Margasana wilayah kerja Puskesmas Jatilawang Kabupaten Banyumas.
2. Tujuan Khusus
6
C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Menjadi dasar untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang permasalahan
kesehatan yang terjadi di wilayah kerja Puskesmas Jatilawang.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi mahasiswa
Menjadi dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai masalah kesehatan di
wilayah kerja Puskesmas Jatilawang.
b. Bagi masyarakat desa
Memberikan informasi kesehatan (promotif, preventif, dan rehabilitatif) kepada
masyarakat yang desanya terpilih untuk penelitian khususnya yang
berkaitan dengan hipertensi.
c. Bagi instansi terkait
Membantu lima program essensial dasar pelayanan kesehatan puskesmas
berkaitan dengan promosi kesehatan terutama masalah hipertensi
sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan menentukan
kebijakan yang harus diambil untuk menyelesaikan masalah.
d. Bagi fakultas kedokteran UNSOED
Untuk menambah bahan referensi yang dapat digunakan sebagai acuan dalam
penelitian selanjutnya.
7
8
I. GAMBARAN UMUM
A. Keadaan Geografi
Kecamatan Jatilawang merupakan salah satu bagian wilayah
kabupaten Banyumas dengan luas wilayah kurang lebih 4.815,92 Ha/
48,16 km2 dan berada pada ketinggian 25-75 m dari permukaan laut
dengan curah hujan 2.650 mm2/tahun dengan batas wilayah sebagai
berikut:
- Sebelah utara berbatasan dengan kecamatan Purwojati
- Sebelah barat berbatasan dengan kecamatan Wangon
- Sebelah selatan berbatasan dengan kabupaten Cilacap
- Sebelah timur berbatasan dengan kecamatan Rawalo
Kecamatan Jatilawang terdiri dari 11 desa, 32 dusun, 56 RW dan 351 RT.
Desa terluas adalah desa Tunjung yaitu 8,32 km2 dan desa tersempit adalah
Margasana dengan luas 1,83 km2. Berdasarkan dari jaraknya maka desa
Gunungwetan adalah desa terjauh dengan jarak 5 km dari pusat kota
Jatilawang dan desa Tunjung merupakan desa terdekat dengan jarak 0,15
km.
Sebagian besar tanah pada Kecamatan Jatilawang dimanfaatkan sebagai
tanah sawah dengan rincian:
- Tanah sawah : 1.637 Ha
- Tanah pekarangan : 591.02 Ha
- Tanah kebun : 1.565 Ha
- Kolam : 9 Ha
- Hutan negara : 433 Ha
- Perkebunan rakyat: 227 Ha
B. Keadaan Demografi
1. Pertumbuhan Penduduk
9
35 – 39 2.331 2.631
4.962
10
3. Kepadatan penduduk
Kepadatan penduduk di kecamatan Jatilawang pada tahun 2015
sebesar 1.436,00 jiwa/km2. Desa terpadat adalah desa Bantar yaitu
sebesar 2.227,37 jiwa/km2 dan desa Karanglewas merupakan desa
dengan kepadatan penduduk terendah yaitu 52,39 jiwa/km2.
C. Keadaan Sosial Ekonomi dan Budaya
1. Agama
Sebagian besar masyarakat Jatilawang adalah penduduk
pemeluk agama Islam yaitu sebesar 67.049 orang (99,22%), sisanya
adalah pemeluk agama Katholik, Protestan, Budha dan Hindu.
Rincian pemeluk agama adalah sebagai berikut :
2 Katolik 279
3 Protestan 240
11
4 Budha 9
5 Hindu 0
2 SD/MI 23.165
3 SLTP/MTS 6.924
4 SLTA/MA 7.842
5 Akademi/Universitas 652
1. Dokter Umum 4
2. Dokter Gigi 1
3. Perawat 13
4. Perawat Gigi (SPRG) 1
5. Bidan 24
6. Apoteker 1
7. Pranata Lab 1
8. Sanitarian 1
9. Petugas Promkes 1
10. Nutrisionis 1
11. Analisis Kesehatan 1
12. Sopir 2
13. Penjaga Malam 2
JUMLAH 53
pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan keluarga
miskin, Penemuan penderita pneumonia balita, Penemuan pasien baru TB
BTA positif, Penemuan penderita diare, cakupan pelayanan kesehatan dasar
masyarakat miskin, dan Cakupan pelayanan gawat darurat level 1 yang harus
diberikan sarana kesehatan (RS) di Kabupaten/Kota.
Persentase angka cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 didapatkan
sebesar 98,6% dan target nilai SPM tahun 2015, yaitu sebesar 100%. Kriteria
tersebut termasuk dalam program pelayanan kesehatan dasar yang masih
belum mencapai target SPM.
Angka cakupan pelayanan ibu nifas termasuk dalam pelayanan
kesehatan dasar. Akan tetapi, cakupan pelayanan ibu nifas di kecamatan
Jatilawang masih belum memenuhi SPM tahun 2015 sebesar 100%, yaitu
berkisar 98,4%.
Persentase angka cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada
anak usia 6-24 bulan keluarga miskin sebesar 24,5 % dan masih jauh dari
target SPM 2015 yaitu 100%.
Persentase angka penemuan penderita pneumonia balita sebesar 8,9%
dan masih belum memenuhi SPM 2015 100%. Presentase angka penemuan
pasien baru TB BTA positif sebesar 82% dan masih belum memenuhi SPM
2015 100%. Presentasi angka penemuan penderita diare sebesar 17,12 % dan
masih belum memenuhi SPM 2015 100%. Ketiga hal tersebut termasuk
dalam program pelayanan kesehatan dasar.
Presentase cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin
13,16% dan hal ini masih belum memenuhi target pemenuhan target SPM
2015 yaitu sebesar 100%. Presentasi angka cakupan pelayanan gawat darurat
level 1 yang harus diberikan sarana kesehatan (RS) di Kabupaten/Kota
sebesar 11%, masih tidak memenuhi target SPM 2015 sebesar 100%. Kedua
hal tersebut termasuk dalam Pelayanan kesehatan Rujukan.
Angka kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Jatilawang pada
bulan Juni tahun 2016 :
15
Berikut ini adalah data sepuluh penyakit dengan prevalensi terbesar di Puskesmas
Jatilawang bulan Januari-Desember 2015.
Tabel 3.1. Data sepuluh penyakit terbesar di Puskesmas Jatilawang bulan
Januari-Desember 2015.
N PREVALENS
PENYAKIT
O I
1 ISPA 2.390
2 Myalgia 1.896
3 Nyeri Kepala 1.068
4 Dispepsia 880
5 Faringitis Akut 459
6 Hipertensi 370
7 DKA 318
8 Pulpitis 253
Diare dan
9 GEA 233
10 Bronkitis akut 222
(sumber: Data Sekunder Puskesmas Jatilawang)
B. Penentuan Prioritas Masalah
Penentuan prioritas masalah di wilayah kerja Puskesmas Jatilawang
dengan menggunakan metode Hanlon Kuantitatif dengan empat kelompok
kriteria, yaitu:
1. Kelompok kriteria A : besarnya masalah (magnitude of the problem)
2. Kelompok kriteria B : kegawatan masalah, penilaian terhadap
dampak, urgensi dan biaya
3. Kelompok kriteria C : kemudahan dalam penanggulangan, yaitu
penilaian terhadap tingkat kesulitan
penanggulangan masalah
4. Kelompok kriteria D : PEARL factor, yaitu penilaian terhadap
propriety, economic, acceptability, resources
availability, legality
17
3 = Cukup mahal
4 = Mahal
5 = Sangat mahal
Tabel 3.3. Kriteria B Hanlon Kuantitatif
Masalah Kegawatan Urgensi Biaya Nilai
ISPA 2 2 1 5
Myalgia 1 1 3 5
Nyeri Kepala 1 1 2 4
Dispepsia 1 2 1 4
Faringitis Akut 1 2 1 4
Hipertensi 4 3 3 10
DKA 1 2 1 4
Pulpitis 1 2 2 5
Diare 3 3 1 7
Bronkitis Akut 1 2 2 5
DKA 3
Pulpitis 3,75
Diare 3,25
3,25
Bronkitis Akut
4. Kriteria D (P.E.A.R.L)
Propriety : kesesuaian (1/0)
Economic : ekonomi murah (1/0)
Acceptability : dapat diterima (1/0)
Resourcesavailability : tersedianya sumber daya (1/0)
Legality : legalitas terjamin (1/0)
Tabel 3.5. Kriteria P.E.A.R.L. Hanlon Kuantitatif
Masalah P E A R L Hasil
ISPA 1 1 1 1 1 1
Myalgia 1 1 1 1 1 1
Nyeri Kepala 1 1 1 1 1 1
Dispepsia 1 1 1 1 1 1
Faringitis Akut 1 1 1 1 1 1
Hipertensi 1 1 1 1 1 1
DKA 1 1 1 1 1 1
Pulpitis 1 1 1 1 1 1
Diare 1 1 1 1 1 1
Bronkitis Akut 1 1 1 0 1 0
Penetapan nilai
Setelah nilai kriteria A, B, C, dan D didapatkan kemudian nilai
tersebut dimasukkan ke dalam formula sebagai berikut:
a. Nilai prioritas dasar (NPD) = (A+B) x C
b. Nilai prioritas total (NPT) = (A+B) x C x D
Tabel 3.6. Penetapan Prioritas Masalah
D Urutan
Masalah A B C D NPD NPT priorita
P E A R L
s
5 5 3,7 1 1 1 1 1 1
37,5 37,5 2
ISPA 5
Myalgia 5 5 2,5 1 1 1 1 1 1 25 25 6
20
A. HIPERTENSI
1. Definisi
Hipertensi dapat diartikan dengan penyakit tekanan darah tinggi yang
melebihi batasan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Joint
National Commite on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment on
High Blood Pressure VII ( JNC VII) (Davis dan Braverman, 2004). JNC
VII membatasi definisi hipertensi sebagai tekanan darah persisten dengan
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90
mmHg. Pada populasi lanjut usia, hipertensi dapat didefinisikan sebagai
tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg (Sheps, 2005).
Hipertensi juga merupakan penyakit yang dapat terjadi akibat berbagai
macam faktor termasuk lingkungan, gaya hidup dan genetik (Yeni et al.,
2010).
2. Etiologi
22
3. Klasifikasi
Diagnosis hipertensi derajat 1 dan derajat 2 ditegakkan dengan
pemeriksaan tekanan darah dan berdasarkan kriteria Join National
Commitee (JNC) 7 (Department of Health and Human Services, 2003).
Tabel 4.1. Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC 7 (Department of
Health and Human Services, 2003)
fikasi Tekanan Darah anan Darah Sistolik kanan Darah
(mmHg) Diastolik
(mmHg)
volume plasma (cairan tubuh) dan tekanan darah. Keadaan ini diikuti
oleh peningkatan ekskresi kelebihan garam sehingga kembali pada
keadaan hemodinamik yang normal. Pada hipertensi essensial
mekanisme ini mengalami gangguan dan ditambah faktor lain yang
berpengaruh (Mohan, 2009). Menurut Alderman (2002), penelitian
menunjukkan terdapat hubungan konsumsi garam dengan hipertensi
pada beberapa individu. Konsumsi garam akan berlebih akan
menyebabkan retensi cairan yang meningkatkan volume darah.
f. Stres
Stres menyebabkan peningkatan aktivitas simpatis dan perubahan
fungsi membran sel dapat menyebabkan konstriksi fungsional dan
hipertrofi struktural. Faktor lain yang berperan adalah endotelin yang
bersifat vasokonstriktor. Berbagai promotor pressor-growth bersama
dengan kelainan fungsi membran sel yang mengakibatkan hipertrofi
vaskular akan menyebabkan tahanan perifer dan peningkatan tekanan
darah (Yusuf, 2008). Menurut Nozoe (2002), penelitian menunjukkan
terdapat hubungan stres dengan hipertensi. Stres diakibatkan oleh
interaksi antara stimulus lingkungan dan kognitif situasional pada
individu terjadi hipertensi pada beberapa individu.
g. Obesitas
Obesitas adalah berat badan mencapai indeks massa tubuh > 25
dimana menggunakan perhitungan berat badan (kg) dibagai kuadrat
tinggi badan (m). Obesitas terjadi akibat keseringan mengkonsumsi
makanan yang mengandung tinggi lemak dan kurangnya olah raga.
Curah jantung dan sirkulasi volume darah penderita hipertensi yang
obesitas lebih tinggi dibandingkan dengan penderita hipertensi yang
tidak obesitas. Peningkatan berat badan normal relatif sebesar 10 %
mengakibatkan kenaikan tekanan darah 7 mmHg (Sheps, 2005).
Menurut Saeed (2011), penelitian menunjukkan adanya hubungan
antara obesitas dengan hipertensi. Hubungan obesitas dengan hipertensi
29
B. USIA LANJUT
1. Pengertian lansia
Proses menua di dalam perjalanan hidup manusia merupakan suatu
hal wajar yang akan dialami semua orang yang dikaruniai umur panjang.
Proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Nugroho, 2000). Lanjut
usia (lansia) adalah orang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas yang
mempunyai hak yang sama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
ber- negara (Depkes RI, 2013).
Saat ini di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia diperkirakan ada
500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025
akan mencapai 1,2 milyar. Sesuai dengan sensus penduduk tahun 1990,
sebanyak 55,7% golongan umur lansia memegang peranan sebagai kepala
keluarga dan lebih dari 60% tidak pernah mengenyam pendidikan formal di
sekolah yang memadai. Tingkat partisipasi saat aktif bekerja adalah di
bawah 50%, khususnya pada usia di atas 60 tahun (Nugroho, 2000).
Dengan demikian dapat dilihat dalam beberapa dekade terakhir ini
usia atau angka harapan hidup penduduk Indonesia telah meningkat karena
adanya peranan pada lansia meski memiliki pendidikan rendah dan sudah
usia lanjut. Di samping peningkatan angka harapan hidup, jumlah dan
proporsi kelompok lanjut usia di negara kita pun menunjukkan
35
kecenderungan meningkat yaitu 5,3 juta jiwa atau 4,48% pada tahun 1971,
12,7 juta jiwa atau 6,65% pada tahun 1990 dan akan meningkat tajam
menjadi 28,8 juta jiwa atau 11,34% pada tahun 2010 nanti. Seiring dengan
bertambah lanjutnya usia, pola dan gaya hidup lansia juga akan berubah,
seperti misalnya mereka akan menikmati waktu luang lebih banyak karena
aktivitas sehari-hari yang mungkin menurun sejalan dengan bertambahnya
usia. Maka untuk menangani masalah kesehatan lansia, pemerintah
mengeluarkan beberapa kebijakan/program yang diterapkan oleh puskesmas.
Program pelayanan lansia disebut juga posyandu lansia (Hamid, 2001).
2. Klasifikasi lansia
Batasan usia menurut Depkes RI (2003), pra usia lanjut
(virilitas/pra senilis) 45-59 tahun, usia lanjut 60-69 tahun dan usia lanjut
resiko tinggi yaitu usia yang lebih dari 70 tahun. Sedangkan menurut
Andayuna (2009), batasan usia pertengahan (middle age), yaitu kelompok
usia 45 sampai 59 tahun, lanjut usia (elderly), antara 60 samapi 74 tahun,
lanjut usia (old), antara 75 sampai 90 tahun dan usia sangat tua (very old),
diatas 90 tahun.
C. POSYANDU LANSIA
1. Definisi posyandu lansia
Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat
usia lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakan
oleh masyarakat di mana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesegatan
bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program puskesmas dengan
melibatkan peran lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi social
penyelenggaraannya (Erfandi, 2009).
Pelayanan kesehatan di kelompok usia lanjut meliputi pemeriksaan
kesehatan fisik dan mental emosional. Kartu menuju sehat (KMS) usia lanjut
sebagai alat pencatat dan memamntau untuk mengetahuilebih awal penyakit
yang diderita (deteksi dini) atau ancaman masalah kesehatan yan dihadapi
dan mencatat perkembangannya dalam buku pedoman pemeliharaan
36
Hipertensi
V. METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian menggunakan studi observasional analitik dengan
pendekatan cross sectional. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor
risiko yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada lansia di Desa
Margasana, Kecamatan Jatilawang.
B. Ruang Lingkup Kerja
Ruang lingkup kerja pada penelitian ini di Desa Margasana yang
merupakan wilayah cakupan Puskesmas Jatilawang.
C. Populasi
1. Populasi Target
Populasi target pada penelitian ini adalah seluruh warga Desa Margasana
Kecamatan Jatilawang.
2. Populasi Terjangkau
Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah warga Desa Margasana
Kecamatan Jatilawang yang hadir pada posyandu lansia bulan Agustus
tahun 2016.
D. Sampel
1. Metode Pengambilan Sampel
39
Tidak : hipertensi
A. Hasil
1. Analisis Univariat (Karakteristik Responden)
Hasil penelitian yang telah dilakukan di Desa Margasana
Kecamatan Jatilawang Kabupaten Banyumas. Responden yang mengikuti
penelitian ini diambil dengan menggunakan tekhnik total sampling.
Penelitian ini dilakukan pada Posyandu Lansia Desa Margasana dengan
jumlah lansia 30 orang. Penelitian ini dengan menggunakan metode
wawancara langsung pengisian kuesioner yang dipandu langsung oleh
peneliti. Anailis univariat yang digunakan dengan menggunakan distribusi
frekuensi pada masing-masing variabel dan presentasenya.
44
Stress
Ya 5 16.7
Tidak 25 83.3
Merokok
Berat 4 13.3
Ringan - Sedang 26 86.7
Alkohol
Ya 0 0
Tidak 30 100
Tabel 6.1 menunjukkan bahwa terdapat 17 responden dengan
hipertensi (56,7%) dan 13 responden tidak hipertensi (43,3%). Untuk usia
45-60 tahun terdapat 14 orang (53,3 %) dan usia 61-75 tahun terdapat 16
orang (46,7 %). Sedangkan Jenis kelamin laki-laki terdapat 5 responden
(16,7 %) dan jenis kelamin perempuan 25 orang (83,3 %). Data hasil
45
2. Analisis Bivariat
Untuk menguji ada tidaknya hubungan antara variabel independent
dan dependent digunakan uji Chi-Square. Namun, terdapat variabel yang
tidak memenuhi syarat Chi-Square yaitu nilai expected count kurang dari
5, maka dilakukan analisis menggunakan uji Fisher exact test, dengan
melihat nilai p value. Berdasarkan pengujian diperoleh hasil sebagai
berikut
a. Hubungan Kejadian Hipertensi dengan Usia
Tabel 6.2. Hubungan Kejadian Hipertensi dengan Usia
Tekanan Darah Total
46
Hipertensi Tidak
61-75 10 6 16
Usia
45-60 7 7 14
Total 17 13 30
R: 0,475 p = 0.491
Nilai uji Chi-Squre O
Pengujian terhadap data (tabel 6.2) yang diperoleh memenuhi
syarat uji chi-square dengan hasil uji statistik p = 0,491 dengan
demikian nilai p lebih besar dari α (α = 0,05). Jadi, hasil penelitian ini
secara statistik menunjukkan tidak terdapat hubungan yang
bermakna antara hipertensi dengan usia.
b. Hubungan Kejadian Hipertensi dengan Jenis Kelamin
Tabel 6.3. Hubungan Kejadian Hipertensi dengan Jenis kelamin
Tekanan Darah
Total
Hipertensi Tidak
Laki-laki 3 2 5
Jenis
Perempua
kelamin 14 11 25
n
Total 17 13 30
Nilai uji Fisher p = 1.00
Pengujian terhadap data (tabel 6.3) tidak memenuhi syarat
Chi-Square karena ditemukan nilai expected count kurang dari 5, maka
iperoleh hasil
dilakukan analisis menggunakan uji Fisher exact test. D
uji statistik p = 1,00 dengan demikian nilai p lebih besar dari α (α =
0,05). Jadi, hasil penelitian ini secara statistik menunjukkan tidak
terdapat hubungan yang bermakna antara hipertensi dengan jenis
kelamin.
Konsumsi Ya 15 2 17
Lemak
Tidak 2 11 13
Jenuh
Total 17 13 30
R = 15.9, p < 0,001
Nilai uji Chi square O
Pengujian terhadap data (tabel 6.6) yang diperoleh memenuhi
syarat uji chi-square dengan hasil uji statistik p = < 0,001 dengan
demikian nilai p kurang dari α (α = 0,05). Jadi, hasil penelitian ini
secara statistik menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna
antara hipertensi dengan konsumsi makanan lemak jenuh.
f. Hubungan Kejadian Hipertensi dengan Aktifitas Fisik
Tabel 6.7. Hubungan Kejadian Hipertensi dengan Aktifitas Fisik
Tekanan Darah
Total
Hipertensi Tidak
Aktivitas Aktivitas 13 4 17
Fisik Tidak 4 9 13
Total 17 13 30
Nilai uji Chi square OR = 6.266, p = 0,012
Pengujian terhadap data (tabel 6.7) yang diperoleh memenuhi
syarat uji chi-square dengan hasil uji statistik p = 0,012 dengan
demikian nilai p kurang dari α (α = 0,05). Jadi, hasil penelitian ini
secara statistik menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna
antara hipertensi dengan aktifitas fisik.
g. Hubungan Kejadian Hipertensi dengan Obesitas
Tabel 6.8. Hubungan Kejadian Hipertensi dengan Obesitas
Tekanan Darah
Total
Hipertensi Tidak
Indeks Obesitas 10 3 13
Massa
Tidak 7 10 16
Tubuh
Total 17 13 30
Nilai uji Chi square; p = 0,05
Pengujian terhadap data (tabel 6.8) yang diperoleh memenuhi
syarat uji chi-square dengan hasil uji statistik p = 0,05 dengan
demikian nilai p = α (α = 0,05). Jadi, hasil penelitian ini secara statistik
49
B. Pembahasan
50
memiliki faktor risiko lebih rendah untuk menderita penyakit jantung, tekanan
darah tinggi, dan kolesterol tinggi. Orang yang aktivitasnya rendah berisiko
terkena hipertensi 30- 50% daripada yang aktif. Oleh karena itu, latihan fisik
antara 30-45 menit sebanyak >3x/hari penting sebagai pencegahan primer dari
hipertensi (Cortas, 2008). Salah satu bentuk latihan fisik adalah dengan
berolahraga. Prinsip terpenting dalam olahraga bagi orang yang menderita
hipertensi adalah mulai dengan olahraga ringan yang dapat berupa jalan kaki
ataupun berlari-lari kecil.
Faktor lain yang mempengaruhi kejadian hipertensi di wilayah kerja
Puskesmas Jatilawang adalah obesitas (0.05). Obesitas adalah suatu keadaan
penimbunan lemak yang berlebihan di dalam jaringan adiposa tubuh yang
dapat menimbulkan masalah kesehatan. Obesitas akan mengaktifkan kerja
jantung dan dapat menyebabkan hipertrofi jantung dalam kurun waktu lama,
curah jantung, isi sekuncup jantung, volume darah, dan tekanan darah juga
cenderung naik. Hasil penelitian Sihombing (2010) menemukan bahwa orang
dengan obesitas yang berumur 55 tahun ke atas memiliki resiko 8,4 kali untuk
terkena hipertensi dibandingkan orang obesitas usia 18-24 tahun. Menurutnya
secara umum tekanan darah akan meningkat seiring dengan bertambahnya
umur dan semakin meningkat lagi dengan berat badan lebih dan obesitas.
Peningkatan tekanan darah akan menjadi lebih besar lagi bila ada faktor lain,
seperti riwayat keluarga dan stress.
Hubungan antara obesitas dengan hipertensi telah lama diketahui,
namun mekanisme yang pasti bagaimana terjadinya hipertensi akibat obesitas
saat ini masih belum jelas. Patogenesis obesitas sehingga mengakibatkan suatu
hipertensi merupakan hal yang kompleks, karena penyebabnya multifaktorial
dan saling berhubungan. Sebagian peneliti menitikberatkan patofisiologi
tersebut pada tiga hal utama, yaitu adanya gangguan sistem otonom, resistensi
insulin, dan abnormalitas struktur, serta fungsi pembuluh darah.
Studi Trials of Hypertension Prevention, Phase II, menunjukkan
penurunan berat badan berhubungan dengan penurunan tekanan darah dan
54
penurunan resiko terjadinya hipertensi. Hal ini dapat dicapai bahkan dengan
penurunan berat badan yang sedikit. Penurunan berat badan sebanyak 5-10%
dari berat badan awal berkaitan dengan reduksi tekanan darah, kadar lemak
dan mortalitas. Penurunan berat badan sebanyak 5,1 kg menurunkan tekanan
darah sistolik sebanyak 4,44 mmHg dan tekanan darah diastolik sebanyak 3,57
mmHg. Setiap kilogram penurunan berat badan menurunkan tekanan darah
sistolik sebanyak 1,05 mmHg dan diastolik 0,92 mmHg (Ridjab, 2007).
Hasil penelitian ini menunjukkan tidak adanya hubungan yang
bermakna antara stres dan kejadian hipertensi. Hubungan antara stres dengan
hipertensi diduga melalaui saraf simpatis yang dapat meningkatkan tekanan
darah secara intermiten. Hubungan ini tidak terjadi secara langsung. Apabila
stres berlangsung lama dapat mengakibatkan peninggian tekanan darah yang
menetap. Meskipun dapat dikatakan bahwa stres emosional benar-benar
meningkatkan tekanan darah untuk jangka waktu yang singkat, reaksi tersebut
lenyap kembali seiring dengan menghilangnya penyebab stress tersebut.
Hanya jika stress menjadi permanen, dan tampaknya tidak ada jalan untuk
mengatasinya atau menghindarinya, maka organ yang demikian akan
mengalami hipertensi sedemikian terus-menerus sehingga stress menjadi
risiko (Armilawaty, 2007).
Hasil uji bivariat a ntara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi
menunjukkan hasil nilai yang tidak signifikan dengan nilai p 0 ,839. Hasil
penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Jegathes tahun 2010. Penelitian
Jegathes meyatakan bahwa kebiasaan merokok memiliki hubungan yang
bermakna dengan kejadian hipertensi. Berdasarkan penelitian tersebut
disebutkan bahwa perilaku merokok meningkatkan risiko 6,9 kali lebih besar
untuk terjadinya hipertensi. Merokok sebatang setiap hari akan meningkatkan
tekanan sistolik 10–25 mmHg dan menambah detak jantung 5–20 kali per
menit. Dengan menghisap sebatang rokok maka akan mempunyai pengaruh
besar terhadap kenaikan tekanan darah atau hipertensi. Hasil penelitian ini
berbeda dengan hasil penelitian Jegathes (2010) mungkin dikarenakan teknik
55
Dari hasil analisis fish bone d apat dilihat bahwa faktor obesitas, aktivitas
fisik, konsumsi tinggi makanan lemak jenuh memiliki kontribusi dalam
mempengaruhi kejadian hipertensi. Berdasarkan hasil analisis bivariat faktor
risiko dengan p value paling rendah adalah konsumsi tinggi makanan lemak
jenuh. Hal ini merupakan faktor resiko yang dapat dirubah, oleh karena itu
peneliti akan melakukan intervensi terhadap resiko tersebut dengan cara
melakukan tindakan nyata pada lansia di Posyandu Lansia Desa Margasana
wilayah kerja Puskesmas Jatilawang.
Tabel 7.1. Kriteria dan Skoring Efektivitas dan Efisiensi Jalan Keluar
C
M I V (jumlah biaya
(besarnya (kelanggengan (kecepatan yang diperlukan
Skor
masalah yang selesainya penyelesaian untuk
dapat diatasi) masalah) masalah) menyelesaikan
masalah)
1 Sangat kecil Sangat tidak Sangat Sangat murah
langgeng lambat
2 Kecil Tidak langgeng Lambat Murah
3 Cukup besar Cukup langgeng Cukup cepat Cukup murah
4 Besar Langgeng Cepat Mahal
5 Sangat besar Sangat langgeng Sangat cepat Sangat mahal
Efisiens Urutan
Daftar Alternatif Jalan Efektivitas MxIxV
No i Prioritas
Keluar M I V C C
Masalah
1 Penyuluhan tentang 1 2 3 1 6 3
hi-pertensi, dengan
materi penyebab
terjadinya hi-pertensi,
tanda dan gejala
hipertensi, faktor risiko
hipertensi, kompli-kasi
hipertensi, serta
penanggulangan
hiper-tensi dengan cara
mengubah gaya hidup
menjadi lebih sehat
2 Mengadakan kegiatan 4 3 3 3 12 2
senam lansia rutin baik
saat dilaksanakannya
ke-giatan Prolanis
maupun Posyandu
Lansia.
3 Pembagian poster dan 4 2 2 4 4 4
leaflet mengenai
hiper-tensi.
4 Pemeriksaan kolesterol 5 4 3 4 15 1
yang merupakan salah
satu upaya early
diagnostic.
A. Latar Belakang
Hipertensi atau tekanan darah tinggi didefinisikan sebagai peningkatan
tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih dan/atau diastolik 90 mmHg atau
lebih pada dua kali pengukuran dengan selang waktu minimal lima menit
dalam keadaan cukup istirahat atau tenang (Pusdatin, 2014). Hipertensi
merupakan penyebab yang paling umum terhadap morbiditas dan mortalitas
pada usia yang lebih tua seperti stroke, penyakit jantung iskemik dan
insufisiensi ginjal dan prevalensinya meningkat seiring bertambahnya usia
(Sherlock et al., 2014). Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat yang terjadi di negara maju maupun negara berkembang. Angka
kejadian hipertensi di seluruh dunia mencapai 1 milyar orang dan sekitar 7,1
juta kematian akibat hipertensi terjadi setiap tahunnya (Depkes RI, 2008).
Berdasarkan Riskesdas 2013, prevalensi hipertensi di Indonesia hasil
pengukuran pada umur ≥18 tahun sebesar 25,8 persen. Prevalensi hipertensi
di Jawa Tengah mencapai 26,4% (Riskesdas, 2013).
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penyakit hipertensi yang tidak
terkontrol dapat menyebabkan tujuh kali lebih berisiko terkena stroke, enam
kali lebih berisiko menderita congestive heart failure (CHF), dan tiga kali
lebih berisiko terkena serangan jantung (Rahajeng et al., 2009). Hipertensi
merupakan penyebab kematian nomor tiga pada semua umur di Indonesia,
yakni mencapai 6,8% setelah stroke (15,4 %) dan tuberkulosis (7,5 %)
(Depkes RI, 2008). Oleh karena itu, perlu adanya pencegahan, deteksi dini
dan pengobatan yang adekuat untuk penderita hipertensi.
Angka kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Jatilawang di
Desa Margasana pada bulan Juni tahun 2016 sebanyak 28 dari 33 jumlah
lansia di Desa Margasana (84.85 %). Oleh karena itu, masalah ini perlu
mandapat perhatian yang serius agar dapat diupayakan cara pencegahan dan
penanggulangannya yang efektif. Hasil studi CHA ini diharapkan dapat
60
A. Pelaksanaan
Setelah dilakukan pemeriksaan kolesterol, penyuluhan hipertensi, dan
senam lansia diharapkan lansia Desa Margasana dapat mengetahui kadar
kolesterol sehingga dapat membatasi konsumsi makanan berlemak, serta
mengetahui pentingnya berolahraga, dan menambah pengetahuan mengenai
penyakit hipertensi. Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan melalui 3 tahap,
yaitu:
1. Tahap Persiapan
a. Perizinan
Perizinan diajukan dalam bentuk lisan oleh dokter muda kepada Kepala
Puskesmas Jatilawang (Preseptor Lapangan), Pemegang Program
Posyandu Lansia, Balai Desa Margasana, Bidan Desa serta
Kader-kader Posyandu Lansia Desa Margasana.
b. Materi
Materi yang disiapkan adalah pemeriksaan kolesterol, senam lansia yang
berisi gerakan-gerakan dasar senam persendian, serta materi
penyuluhan tentang hipertensi (penyebab hipertensi, tanda dan gejala
hipertensi, faktor risiko hipertensi, komplikasi hipertensi, serta
penanggulangan hipertensi dengan cara mengubah gaya hidup
menjadi lebih sehat).
c. Sarana
Sarana yang dipersiapkan berupa video senam, laptop, speaker, alat tulis,
leaflet, dan alat untuk pengecekan kolesterol.
63
2. Tahap Pelaksanaan
a. Judul Kegiatan
“Lansia Margasana Selalu Sehat Selalu Semangat Yes Yes Yes ”
b. Waktu
Sabtu, 6 Agustus 2016 pukul 09.00 – selesai
c. Tempat
Posko Posyandu Lansia Desa Margasana, Kecamatan Jatilawang.
d. Penanggung Jawab
1) dr. Yudhi Wibowo, MPH selaku pembimbing fakultas
2) dr. Esti Haryati selaku Kepala Puskesmas Jatilawang dan
pembimbing lapangan
3) Mba Endah selaku pemegang program posyandu lansia
4) Bu Desi selaku bidan desa dan kader-kader Posyandu Lansia
Margasana
e. Pelaksana
Dokter Muda Unsoed (Regina Wahyu A., Wisnu Lisa P.)
f. Peserta
Lansia di Posyandu Lansia Desa Margasana Kecamatan Jatilawang
g. Penyampaian Materi
1) Senam lansia dilakukan bersama seluruh lansia Posyandu Desa
Margasana, Kecamatan Jatilawang dan kader. Gerakan senam
merupakan gerakan dasar persendian.
2) Penyuluhan baik dengan lisan dan tulisan berupa leaflet untuk
menjelaskan tentang tentang hipertensi (penyebab hipertensi,
tanda dan gejala hipertensi, faktor risiko hipertensi, komplikasi
hipertensi, serta penanggulangan hipertensi dengan cara
mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat). Sebelum penyuluhan
dilakukan pre test dan sesudah penyuluhan dilakukan post test.
64
a. Man
1) Narasumber memiliki materi berupa video senam lansia yang
cukup meliputi gerakan dasar senam persendian untuk lansia.
Peserta melakukan senam lansia bersama dengan instruktur
sebagai panduan gerakan. Jumlah peserta yaitu 32 orang.
2) Secara keseluruhan dalam pelaksanaan penyuluhan sudah
termasuk baik karena narasumber memiliki pengetahuan yang
cukup memadai mengenai materi yang disampaikan.
3) Untuk pelaksana pemeriksaan kolesterol, pelaksana sendiri
sudah cukup baik dan cukup belajar tentang bagaimana cara
pemeriksaannya serta mengetahui kadar normalnya sehingga
dapat memberikan konseling kepada lansia tentang hasil
kolesterol yang didapat.
b. Money
Sumber pembiayaan yang digunakan cukup untuk menunjang
terlaksananya kegiatan. Anggaran yang dihabiskan adalah sejumlah
Rp. 500.000.
c. Methode
65
e. Machine
Kegiatan ini dilakukan oleh 32 orang peserta. Hal ini karena
lansia antusias terhadap kegiatan yang dilakukan oleh pelaksana
serta peran kader Desa Margasana yang aktif.
2. Evaluasi Proses
a. Sasaran
Target kegiatan yaitu 30 orang, Target tersebut sudah tercapai sesuai
harapan karena lansia yang datang pada kegiatan yaitu sebanyak 32
orang.
b. Waktu
Dilakukan hari Sabtu, 06 Agustus 2016 pukul 09.00 s.d. selesai. Tidak ada
hambatan berarti selama jalan acara.
c. Tempat
Posyandu Lansia Desa Margasana, Kecamatan Jatilawang.
d. Kegiatan
Kegiatan yang dijadwalkan pada hari Sabtu, 06 Agustus 2016 pukul 09.00 WIB
sesuai dengan waktu yang sudah dijadwalkan. Proses kegiatan
berlangsung kurang lebih 180 menit, dimulai dengan senam lansia,
penyuluhan hipertensi dan tanya jawab, serta selanjutnya
pemeriksaan kolesterol.
1) Senam dilakukan dengan gerakan dasar senam persendian.
Antusiasme para lansia dan para kader dengan kegiatan ini
dinilai cukup, karena senam lansia membuat tubuh menjadi lebih
segar dan mengerti manfaatnya baik bagi penyakit
hipertensinya. Peserta posyandu lansia sebagian sudah paham
dengan gerakan dasar persendian sehingga bisa melakukan
senam dengan baik.
2) Metode penyuluhan yang digunakan adalah melalui pemberian
materi secara lisan dan tulisan dengan pembagian leaflet.
67
3. Evaluasi hasil
Sebagian besar peserta senam bisa mengikuti gerakan dengan luwes
karena dipandu dengan musik dan hitungan gerakan. Peserta tampak
puas karena kegiatan senam ini membuat badan menjadi lebih segar
walaupun dilakukan pada hari yang terik. Peserta posyandu berharap
kegiatan ini terus berlanjut secara kontinu. Untuk kegiatan pemeriksaan
kolesterol sendiri, para lansia sudah mengerti tentang nilai normal
kolesterol, dan melalui konsultasi sudah mengerti makanan apa saja yang
harus dihindari.
Untuk kegiatan penyuluhan, peserta sudah cukup mengerti tentang
materi yang disampaikan narasumber terkait hipertensi, dibuktikan
dengan penilaian menggunakan pre test dan post test. Uji T berpasangan
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna a ntara rerata pre
68
test dan rerata post test p ada lansia di Posyandu Margasana sesudah
dilakukan penyuluhan hipertensi (p < 0,001).
69
A. Kesimpulan
1. Hasil analisis permasalahan kesehatan komunitas yang terjadi di Desa
Margasana, wilayah kerja Puskesmas Jatilawang, yaitu hipertensi, yang
difokuskan kepada faktor risiko penyebab hipertensi.
2. Faktor yang didapatkan dari hasil prioritas masalah dan analisis kesehatan
komunitas yang paling berpengaruh di Desa Margasana yaitu konsumsi
tinggi makanan lemak jenuh
3. Alternatif pemecahan masalah yang diprioritaskan untuk masalah tersebut
adalah pemeriksaan terhadap kadar kolesterol para lansia Desa Margasana
Kecamatan Jatilawang sebagai salah satu upaya early diagnostic.
4. Intervensi yang dilakukan diharapkan dapat meningkatkan motivasi para
lansia Desa Margasana Kecamatan Jatilawang, Kabupaten Banyumas
untuk membatasi konsumsi makanan berlemak dan olahraga secara rutin.
B. Saran
1. Lansia diharapkan lebih berperan aktif dalam melakukan pencegahan
hipertensi dengan melakukan perubahan pola hidup menjadi lebih sehat.
2. Perlu diadakannya penyuluhan secara periodik dan terpadu kepada
masyarakat Desa Margasana tentang pentingnya upaya pengendalian
hipertensi serta komplikasi yang dapat ditimbulkan apabila hipertensi tidak
terkendali.
3. Bagi Puskesmas sebaiknya lebih aktif dalam melakukan screening dan
pencatatan kejadian hipertensi di masyarakat terutama keluarga pasien
yang sudah menderita hipertensi.
4. Perlu diaktifkan kembali adanya senam pada posyandu lansia yang
sebelumnya pernah berjalan, dengan pengaktifan kader-kader desa dalam
menjaring masyarakat yang menderita hipertensi untuk turut serta dalam
senam lansia.
70
DAFTAR PUSTAKA
Hormat Kami,
Peneliti
INFORMED CONSENT
Informed Consent
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Responden
KUESIONER
KUESIONER ANALISIS FAKTOR RISIKO HIPERTENSI
PUSKESMAS JATILAWANG
KABUPATEN BANYUMAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
Bagian A: Data Demografi
Jawablah daftar pertanyaan berikut ini dengan menuliskan check list pada kolom
dan mengisi pada isian titik-titik yang telah tersedia.
1. Inisial nama :
2. Umur :
3. Jenis kelamin :
€ Laki-laki
€ Perempuan
4. Pendidikan terakhir :
€ Tidak tamat SD
€ Tamat SD/sederajat
€ Tamat SMP/sederajat
€ Tamat SMA/sederajat
€ Tamat Sarjana/sederajat
5. Pekerjaan :
€ PNS
€ Pegawai swasta
76
€ Wiraswasta
€ Pension
€ Tidak bekerja
€ Lainnya (tuliskan)
6. Berat badan :
Tinggi badan :
IMT :
7. Tekanan Darah :
Bagian B
B.1. Gambaran Faktor Risiko Hipertensi
(Riwayat keluarga, kebiasaan mengonsumsi makanan asin, kebiasaan
mengonsumsi makanan lemak jenuh, kebiasaan merokok, kebiasaan
olahraga)
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan menuliskan tanda check list pada pilihan
jawaban Ya atau Tidak.
No Pertanyaan Ya Tidak
.
Bagian 1 1 0
1 Keluarga saya (ayah, ibu, atau anak) mempunyai riwayat tekanan
darah tinggi yaitu tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih
2 Saya mengonsumsi garam ≥ 1 sendok teh/ hari
3 Saya suka makan makanan berlemak seperti gorengan, jeroan, daging
kambing, telur ayam, daging sapi, dan memakannya 3 kali dalam
seminggu atau lebih
4 Saya saat ini adalah perokok (Jika pertanyaan nomor 4 dijawab Ya,
maka pertanyaan lanjut ke nomor 5. Apabila dijawab Tidak maka
pertanyaan lanjut ke nomor 6).
77
Terima kasih atas partisipasi Anda dalam pengisian kuesioner ini. semoga hasil
penelitian ini dapat berguna bagi masyarakat Desa Margasana Wilayah Kerja
Puskesmas Jatilawang untuk kehidupan yang lebih sehat dan sejahtera.
b. Penglihatan kabur
c. Mudah lelah
d. Semua benar
3. Hal apa saja yang kita lakukan untuk mengontrol
hipertensi :
a. Kurangi garam dan lemak
b. Olahraga teratur
c. Konsumsi makanan sehat
d. Semua benar
4. Di bawah ini manakah yang bukan akibat lanjut dari
hipertensi :
a. Penyakit jantung
b. Penyakit ginjal
c. Stroke
d. Hidup sejahtera
5. Apa penyebab penyakit hipertensi :
a. Faktor keturunan
b. Faktor usia
c. Obesitas
d. Semua benar
Kom.
Kom.
N Nam Usi Lema Aktivitas Meroko Alkoho
JK HT gara IMT Stress
o a a Geneti k fisik k l
m
k Jenuh
H 49 Tida Non Norma Ringan
P
1 k Tidak Tidak Tidak Rutin OB l Tidak
S 53 Tida Tidak Non Ringan
P
2 k Tidak Ya Tidak rutin OB Stres Tidak
3 K P 70 Ya Ya Ya Tidak Tidak rutin OB Stres Ringan Tidak
4 S P 57 Ya Tidak Tidak Ya Tidak rutin OB Stres Ringan Tidak
W
P 60 Rutin OB Norma Ringan
5 Ya Tidak Tidak Tidak l Tidak
N 64 Rutin Non Norma Ringan
P
6 Ya Tidak Tidak Ya OB l Tidak
81
Pre Post
No. Test Test
1 40 100
2 80 100
3 60 60
4 40 100
5 40 100
6 60 80
7 60 100
8 20 40
9 60 60
10 40 80
11 40 100
12 20 100
13 40 80
14 20 60
15 20 100
16 40 100
17 40 100
18 20 60
19 20 100
20 100 100
21 20 80
22 40 60
23 80 100
24 60 100
25 80 100
26 80 100
27 80 100
28 20 80
29 60 100
30 20 80
31 40 100
83
84
ANALISIS UNIVARIAT
Frequency Table
85
86
Crosstabs
88
Crosstabs
90
Crosstabs
91
Crosstabs
96
UJI NORMALITAS
Unstandardized
Predicted Value
N 31
Normal Parametersa Mean 46.4516129
Std. Deviation 8.40888346
Most Extreme Differences Absolute .369
Positive .244
Negative -.369
Kolmogorov-Smirnov Z 2.056
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Test distribution is Normal.
UJI HOMOGENITAS
PAIRED T-TEST
N Correlation Sig.
Pair 1 Pretest & Postest 31 .361 .046
98
Paired Differences
LAMPIRAN DOKUMENTASI
Dokter Muda bersama dengan Ibu Lurah, Lansia Desa Margasana, Bidan Desa,
dan Para Kader