Anda di halaman 1dari 20

DIAGNOSTIK KESULITAN BELAJAR SISWA KELAS 1 B

SDN 1 SAGULING
LAPORAN
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bimbingan dan
Konseling
Dosen pengampu:
Dr. Nandang Rusmana, M.Pd.
Dodi Suryana, M.Pd.

Disusun Oleh:
Silka Yumna; 1807310; 1D PGSD

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS TASIKMALAYA
2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ....................................................................................................i


BAB I PENDAHULUAN ................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah .............................................................................1
1.2 Tujuan Praktikum........................................................................................2
1.3 Waktu dan Tempat ......................................................................................2
BAB II KAJIAN PUSTAKA ..........................................................................3
2.1 pengertian Kesulitan Belajar .......................................................................4
2.2 Pengertian Diagnosis Kesulitan Belajar......................................................4
2.3 Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar ..................................................5
2.4 Prosedur Diagnosis Kesulitan Belajar ........................................................6
BAB III DESKRIPSI MASALAH .................................................................7
3.1 Identifikasi Kasus........................................................................................9
3.2 Diagnosis.....................................................................................................10
3.3 Prognosis .....................................................................................................12
3.4 Bimbingan Kelompok .................................................................................12
BAB 1V PENUTUP .........................................................................................15
4.1 Kesimpulan .................................................................................................15
4.2 Rekomendasi ............................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................ii
LAMPIRAN

i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat (Ismail, 2016,
hlm. 31).
Dalam rangka pengembangan potensi diri, setiap siswa mempunyai
kemampuan yang berbeda-beda. Ada siswa yang dapat mencapainya tanpa
kesulitan, namun tidak sedikit pula siswa mengalami banyak kesulitan.
Kita sering menemukan beberapa masalah pada siswa, seperti malas,
mudah putus asa, acuh tak acuh disertai sikap menentang guru merupakan
bagian dari masalah belajar siswa. Masalah tersebut kecenderungan tidak
semua siswa dapat menyelesaikan dengan sendirinya. Sebagian orang
mungkin tidak mengetahui cara yang baik untuk memecahkan masalah
sendiri. Sebagian yang lain tidak tahu apa sebenarnya masalah yang
dihadapi. Sehingga siswa sulit meraih prestasi belajar di sekolah, padahal
telah mengikuti pembelajaran dengan sungguh-sungguh (Ismail, 2016, hlm
30).
Dalam hal ini seorang guru harus menguasai diagnostik kesulitan
belajar. Bukan hanya guru bimbingan dan konseling yang harus menguasai
hal tersebut, melainkan semua guru SD harus benar-benar memahami dan
menguasai diagnostik kesulitan belajar. Seorang guru juga harus mengenal
dan memahami peserta didik khususnya peserta didik yang mengalami
kesulitan belajar. Dengan guru mengetahui hambatan atau kesulitan belajar
pada peserta didik maka guru dapat dengan mudah menentukan langkah
selanjutnya yang akan diambil seperti remedial teaching, konseling dan
referal.

1
2

1.2 Tujuan Praktikum


Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, adapun tujuan
praktikum pada observasi kali ini yaitu:
1. Untuk mencari dan menemukan siswa yang diduga mengalami
kesulitan belajar.
2. Untuk menentukan secara tepat lokasi kesulitan belajar yang dialami
oleh siswa.
3. Untuk mengetahui latar belakang timbulnya kesulitan belajar yang
dialami siswa.
4. Untuk menetapkan tujuan pelaksanaan kegiatan diagnosis kesulitan
belajar.
5. Untuk menetapkan upaya dalam mengatasi kesulitan belajar yang
dialami oleh siswa.

1.3 Waktu dan Tempat Praktikum


Waktu : Tanggal 30 April s/d 4 Mei 2019
Tempat : SDN 1 Saguling, Baregbeg, Kabupaten Ciamis.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kesulitan Belajar
Pada umumnya kesulitan merupakan suatu kondisi tertentu yang
ditandai dengan adanya hambatan-hambatan dalam kegiatan mencapai
suatu tujuan sehingga memerlukan usaha yang lebih keras untuk dapat
mengatasinya. Prayitno, dalam buku Bahan Pelatihan Bimbingan dan
Konseling (dari “Pola Tidak Jelas ke Pola Tujuh Belas”) Materi Layanan
Pembelajaran, Depdikbud (1995/1996: 1-2) menjelaskan: Kesulitan belajar
dapat diartikan sebagai suatu kondisi dalam proses belajar mengajar yang
ditandai dengan adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil
belajar yang optimal. Hambatan-hambatan tersebut mungkin dirasakan
atau mungkin tidak dirasakan oleh siswa yang bersangkutan. Jenis
hambatan ini dapat bersifat psikologis, sosiologis dan fisiologis dalam
keseluruhan proses belajar mengajar. Dapat dikatakan bahwa siswa yang
mengalami kesulitan belajar akan mengalami hambatan dalam proses
mencapai hasil belajarnya, sehingga prestasi yang dicapainya berada
dibawah yang semestinya.
Menurut Abdurrahman (2005:7) kesulitan belajar merupakan
sekelompok kesulitan atau gangguan pemahaman dan penggunaan
kemampuan mendengarkan, bercakap-cakap, membaca, menulis atau
bernalar, baik dalam mata pelajaran yang spesifik seperti membaca,
menulis dan matematika atau dalam keterampilan yang bersifat lebih
umum seperti mendengarkan, berbicara dan berpikir.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar adalah suatu
hambatan atau gangguan pada peserta didik dalam mencapai hasil belajar
yang optimal sehingga muncul hambatan dalam bidang-bidang tertentu
seperti membaca, menghitung, maupun menulis.
2.2 Diagnostik Kesulitan Belajar
Abin Syamsuddin (2001:309) bahwa diagnostik kesulitan belajar
adalah suatu upaya untuk memahami dan mempergunakan berbagai data
atau informasi selengkap dan seobjektif mungkin sehingga memungkinkan

3
4

untuk mengambil kesimpulan dan keputusan serta mencari alternative


kemungkinan pemecahannya.
Than Tawg R. (1993:17) mengatakan bahwa diagnosis merupakan
suatu usaha untuk memperkirakan sebab-sebab terjadinya suatu masalah
yang sedang dihadapi oleh seseorang dengan melakukan diagnosis itu,
maka upaya pemberian bantuan pemecahan masalah itu lebih terarah.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa diagnosis kesulitan belajar adalah
suatu cara untuk menemukan dan memahami faktor penyebab kesulitan
belajar sehingga dihasilkan suatu upaya pemberian bantuan teradap peserta
didik sesuai kesulitan belajar yang dialami.
Adapun ciri-ciri kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didik
adalah sebagai berikut:
1. Dilihat dari persepsi visualnya, ciri-ciri kesulitan belajar yang dialami
oleh peserta didik seperti pada saat menulis, peserta didik sering
menulis dengan salah satu huruf yang tertinggal atau tidak lengkap.
2. Dilihat dari persepsi auditori, ciri-cirinya seperti peserta didik sulit
memahami perintah yang disampaikan oleh guru.
3. Dilihat dari segi bahasa, cirinya seperti peserta didik sulit memahami
kalimat yang disampaikan kepadanya serta sulit mengungkapkan apa
yang sedang dipikirkannya.
4. Prestasi belajarnya rendah, artinya nilai yang diperoleh dibawah rata-
rata kelompoknya atau di bawah potensi yang dimilikinya
5. Usaha yang dilakukan dalam kegiatan belajar tidak sebanding dengan
hasil yang dicapai.
6. Lamban dalam mengerjakan tugas dan terlambat dalam menyelesaikan
atau menyerahkan tugas.
7. Sikap acuh dalam mengikuti pelajaran dan sikap kurang wajar lainnya.
8. Menunjukkan tingkah laku yang berlainan, seperti membolos, datang
terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di dalam
atau di luar kelas, tidak mau mencatat pelajaran, tidak teratur dalam
kegiatan belajar, tidak mau bekerjasama dan sebagainya.
5

9. Menunjukan gejala emosional yang kurang wajar, misalnya mudah


tersinggung, mudah marah, pemurung, tidak atau kurang gembira dalam
menghadapi situasi tertentu.
Agar proses pemberian bantuan dapat lebih terarah, maka perlu
diperhatikan langkah-langkah sebagai berikut.
1. Identifikasi
Identifikasi adalah suatu kegiatan yang diarahkan untuk
menemukan siswa yang mengalami kesulitan belajar, yaitu mencari
informasi tentang siswa dengan cara melakukan kegiatan seperti
mengumoulkan data dokumen hasil belajar siswa, menganalisis
absensi siswa di dalam kelaas, mengadakan wawancara dengan
siswa, guru serta orangtua, dan tes untuk memperoleh data tentang
kesulitan belajar yang sedang dialami.
2. Diagnosis
Diagnosis adalah keputusan atau penentuan mengenai hasil dari
pengolahan data tentang siswa yang mengalami kesulitan belajar
dan jenis kesulitan belajar yang dialami siswa. Diagnosis dapat
berupa keputusan mengenai jenis kesulitan belajar siswa,
keputusan mengenai faktor yang menjadi sebab kesulitan belajar
dan keputusan mengenai jenis mata pelajaran apa yang mengalami
kesulitan belajar.
3. Prognosis
Prognosis merujuk pada aktivitas penyusunan rencana atau
program yang diharapkan dapat membantu mengatasi masalah
kesulitan belajar siswa. Prognosis dapat berupa bentuk treatment
yang harus diberikan, bahan atau materi yang diperlukan, metode
yang akan akan digunakan alat bantu belajar mengajar yang
diperlukan, dan waktu kegiatan pelaksanaan.
4. Pemberian bantuan
Pemberian bantuan bertujuan untuk memberikan bantuan
kepada siswa yang bersangkutan agar mampu mengatasi kesulitan
belajar yang dialami dengan kemampuan sendiri sehingga dapat
6

mencapai hasil yang optimal serta dapat bersikap dengan


menyesuaikan diri.
Adapun beberapa teknik dalam pemberian bantuan pada siswa
yang memiliki masalah kesulitan belajar diantaranya:
a. Remedial Teaching, yaitu dilakukan dengan memberikan
pelajaran tambahan berupa kursus-kursus (private less) dan
cara lain tentang bidang studi yang lemah, dengan tujuan agar
kelemahan dari siswa yang bersangkutan dapat disembuhkan
atau dihilangkan.
b. Memberi konseling kepada siswa yang bersangkutan tentang
hal-hal yang menghambat kemajuan belajarnya.
c. Melakukan bimbingan kelompok terhadap siswa yang
terhambat oleh sikap sosialnya yang kurang dapat
menyesuaikan diri dalam pergaulan.
d. Melakukan pelimpahan (referral) kepada ahli lain yang ahli
dalam bidangnya.
5. Tindak lanjut
Tindak lanjut atau follow up adalah usaha untuk mengetahui
keberhasilan bantuan yang telah diberikan kepada siswa dan
tindak lanjutnya yang didasari hasil evaluasi terhadap tindakan
yang dilakukan dalam upaya pemberian bimbingan.
BAB III
DESKRIPSI MASALAH
3.1 Identifikasi Kasus
Langkah pertama dari kegiatan diagnosis adalah mengidentifikasi
atau menemukan siswa yang mengalami kesulitan belajar. Adapun
langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Menganalisis nilai siswa, dan menentukan siswa yang memiliki nilai
dibawah rata-rata.
b. Melihat daftar kehadiran siswa dan menandai siswa yang kehadirannya
sangat kurang dikelas.
c. Setelah menganalisis nilai dan daftar hadir, ternyata ada satu orang
siswa yang kehadirannya sangat kecil dan nilai keterampilannya pun
ada beberapa yang dibawah rata-rata. Sehingga penulis memutuskan
untuk menjadikan siswa tersebut sebagai kasus bagi penulis.
d. Selanjutnya penulis diizinkan oleh wali kelas untuk masuk ke dalam
kelas dan melakukan pendekatan dengan siswa tersebut. Pada awalnya,
penulis memperkenalkan diri dan memberitahukan maksud kegiatan
diagnosis kesulitan belajar yang akan penulis laksanakan. Kemudian,
penulis mencoba melakukan pendekatan kepada semua siswa kelas 1 B
SDN 1 Saguling tersebut terutama kepada siswa yang telah ditetapkan.
Namun penulis menghadapi kendala karena siswa yang telah ditandai
tersebut tidak mau membuka dirinya kepada orang baru.
e. Langkah selanjutnya penulis mewawancarai orangtua siswa karena
siswa tersebut selalu ditemani oleh ibunya ketika proses pembelajaran
dikelas. Dari wawancara tersebut penulis mendapatkan beberapa
informasi yang akan mendukung proses diagnosis. Selain itu penulis
pun mengamati tingkah laku siswa tersebut selama proses pembelajaran
dikelas.

3.2 Diagnosis
Identitas siswa
Nama : Sani Apriliani

7
8

Nomor Induk : 181901046


NISN : 0112303865
Tempat, Tanggal Lahir : Ciamis, 18 April 2011
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Anak ke- : Dua
Pendidikan Sebelumnya :-
Alamat Peserta Didik : Dsn Desa Saguling, Kec Baregbeg, Kab.
Ciamis
Ayah/Pekerjaan : Saepudin/ Buruh
Ibu/ Pekerjaan : Siti Fatimah/ Ibu Rumah Tangga
Alamat Orangtua : : Dsn Desa Saguling, Kec Baregbeg, Kab.
Ciamis
SA merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Setiap ke
sekolah ia selalu diantar oleh ibunya. SA merupakan anak yang cerdas,
ini terbukti ketika dia diberi tugas, ia mengerjakan dengan tepat dan
cepat. Selain dari itu, SA pun mendapatkan peringkat 6 dikelasnya.
Namun disini walaupun SA mendapat nilai diatas rata-rata penulis
mendiagnosis SA mengalami kesulitan belajar. Ini terbukti dengan
kebiasaan SA yang harus ditemani ibunya dikelas ketika pembelajaran
berlangsung. Dari hasil observasi penulis ketika pembelajaran
berlangsung, SA selalu menoleh ke arah ibunya ketika akan
mengerjakan tugas. Selain dari itu sikap SA menunjukkan sikap yang
acuh kepada teman sekelasnya. Sikap penolakkan terhadap orang baru
sangat terlihat jelas ketika penulis mencoba mengajak SA berbicara.

Dari hasil wawancara dengan guru wali kelas, didapatkan data


bahwa SA sering tidak masuk pada proses pembelajaran. Alasan dari
ketidak hadiran itu adalah karena jika ibu SA tidak bisa mengantar ia
tidak mau masuk ke kelas. Data hasil wawancara ini diperkuat dengan
informasi dari ibu SA ketika diwawancara. Beliau mengatakkan bahwa
SA malu jika sekolah tanpa didampingi beliau. Hal ini berawal dari
pertengahan semester 1 ketika SA sakit dan tidak masuk sekolah dalam
9

waktu beberapa hari. Di bawah ini grafik ketidak hadiran SA dalam


empat bulan terakhir.

SA
10
8

Axis Title
6
4
Series1
2
0
S I A S I A S I A S I A
JANUARI FEBRUARI MARET APRIL

Grafik 1. Absensi

Data hasil sosiometri pun diketahui bahwa SA merupakan anak


yang tidak disukai oleh teman sekelasnya. Sikap acuh SA menjadi
faktor utama atas data sosiometri tersebut.

Sehingga penulis mendiagnosis SA mengalami kesulitan belajar


dalam proses sosialisasi dengan lingkungan belajarnya. Tingkat
kemandirian SA sangat dibawah rata-rata umur sebayanya. Rentang
perolehan nilai pengetahuan dan keterampilan pun sangat jauh.
Dibawah ini merupakan tabel perolehan nilai pengetahuan dan
keterampilan SA.

SA
120
100 96
87 91 92 88 90
80 84 78 80 79 84
79
60
40 Pengetahuan
20
0 Keterampilan

Grafik 2. Nilai Pengetahuan dan Keterampilan


10

3.3 Prognosis
Pemberian bantuan untuk masalah yang dihadapi SA yaitu
dengan cara menggunakan bimbingan kelompok, karena kesulitan
belajar yang dialami SA berasal dari sikap sosial. Proses bimbingan
kelompok dapat melatih SA untuk bersikap social yang memungkinkan
ia dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan. Selain dari pada itu,
pemberian tugas kelompok pun harus dilakukan agar tumbuh rasa saling
membantu pada diri SA dan dalam jangka panjang akan memupuk rasa
sosialnya sehingga permasalahan dalam kesulitan belajar dapat
diselesaikan.

3.4 Bimbingan Kelompok


Bimbingan kelompok merupakan teknik yang dirasa tepat untuk
mengatasi kesulitan belajar yang dihadapi oleh SA. Program ini disusun
dengan tujuan membantu SA dalam proses kecerdasan emosional siswa,
sehingga siswa dapat memperoleh pemahaman diri, meningkatkan
tanggung jawab, meningkatkan kemandirian sehingga SA dapat menjadi
pribadi yang lebih berguna dan berkompeten dikemudian hari. Adapun
program yang disusun oleh penulis sebagai saran untuk melaksanakan
bimbingan kelompok yang akan ditindak lanjuti oleh guru wali kelas 1 B
SDN 1 Saguling.
Strategi/
Metode
bentuk
Materi Indikator Keberhasilan dan Waktu
bimbingan
Teknik
kelompok
Siswa mengetahui
Kemampuan perasaan dalam dirinya
mengetahui dan memiliki Group
1 x 40
perasaan dalam kemampuan Guidance Menulis
menit
dirinya (Self dalam menghadapi Class
Awareness) situasi
saat ini.
11

Kemampuan
Siswa memiliki Discussion
dalam
kesadaran terhadap Group Bacaan 1 x 40
menangani
emosi diri dan mampu (Kelompok Umum menit
emosi diri (Self
menanganinya Diskusi)
Management)
Kemampuan
Siswa mampu
untuk memiliki Group
membangkitkan
keinginan Work 1 x 40
semangat Lingkaran
membangkitkan (Kelompok menit
serta dapat
semangat Kerja)
mengaktualisasikannya
(Motivation)
Siswa memiliki Home
kemampuan Work Dyad and 1 x 40
merasakan apa yang berupa Triad menit
dirasakan orang lain sosiodrama
Siswa memiliki
Kemampuan
kemampuan dalam Group
merasakan apa 1 x 40
memelihara kualitas Guidance Lingkaran
yang dirasakan menit
hidup serta hubungan Class
orang lain
dengan orang lain
(Empathy)
Siswa memiliki
kemampuan dalam
Permainan 1 x 40
mendengarkan suara Gerak
kursi putar menit
hati da tidak ragu
dalam bersikap
Kemampuan
Siswa memiliki
menangani
kemampuan dalam
emosi dengan Group
menangani emosi Dyad and 1 x 40
baik ketika Work(Kerja
dengan baik ketika Triad menit
berhubungan kelompok)
berhubungan dengan
dengan
orang lain.
oranglain
12

(Relationship
Management)
Siswa memiliki
kemampuan dalam
Discussion
menangani konflik
Group
batin
(Kelompok
antara dirinya dengan
Diskusi)
yang dirasakan orang
lain.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Setiap anak memiliki potensi yang sama, namun kompetensi yang
berbeda. Setiap anak memiliki karakteristik dan keunikan yang berdeda.
Begitu pula dalam proses pembelajaran, tidak semua anak dapat mengikuti
pembelajaran tanpa adanya kesulitan. Seperti kasus di atas, anak tersebut
memiliki kesulitan belajar yang disebabkan oleh faktor sosial. Sejatinya
kesulitan belajar dapat timbul dari faktor internal maupun eksternal.
Maka dari itu, sudah seharusnya seorang guru dapat mendiagnosis
kesulitan belajar yang dialami siswa. Khususnya guru bimbingan dan
konseling. Namun karena di Sekolah Dasar jarang ditemukan guru
bimbingan dan konseling, maka pemberian bantuan diberikan oleh guru
wali kelas. Oleh sebab itu, guru di Sekolah Dasar harus menguasai
bimbingan dan konseling, khususnya cara mendiagnostik kesulitan belajar.

4.2 Rekomendasi
Dari permasalahan yang telah penulis jelaskan di atas, maka
penulis menyarankan agar setiap orang tua harus dapat memotivasi anak
untuk dapat menjadi manusia yang lebih baik dikemudian hari. Selain dari
itu, penulis merekomendasikan untuk diadakan guru bimbingan dan
konseling di Sekolah Dasar guna mengatasi permasalahan-permasalahan
yang muncul yang akan menghambat ketercapaian prestasi anak.

13
DAFTAR PUSTAKA

Abdulrahman, Mulyono. (1999). Pendidikan bagi anak berkesulitan belajar.


Jakarta: PT Rineka Cipta.
Amrin. (2015). Diagnosis Kesulitan Belajar Dan Pengajaran Remedial Dalam
Pendidikan IPA : Jurnal Edukasi, 20.
Depdikbud, Universitas Terbuka. (1984/1985). Modul Diagnostik Kesulitan
Belajar dan Pengajaran Remedial: Jakarta.
Ghufron, M. N., & Risnawita, R. (2015). Kesulitan Belajar Pada Anak: Jurnal
Edukasi, 303.
Hidayat, D. R., & Herdi. (2014). Bimbingan Konseling . Bandung: PT REMAJA
ROSDAKARYA.
Ismail. (2016). Diagnosis Kesulitan Belajar dalam Pembelajaran Aktif di Sekolah:
Jurnal Edukasi, 2, (1), 30-42.
R. Thahwi. 1993. Kamus bimbingan dan konseling. Jakarta; Ekonomi Student
Group.
Mulyono, N. (2017). Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Ciamis: Rizqi press.
Nurmaningsih. (2011). Bimbingan Kelompok Untuk Meningkatkan Kecerdasan
Emosional Siswa: Jurnal UPI, (1), 268-278.
Sugiyanto. (2013). Diagnosis Kesulitan Belajar: Jurnal Edukasi, 114.
Syamsudin Makmun, Abin. (2012). Psikologi Kependidikan. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.

ii
LAMPIRAN
Lampiran 1
Surat keterangan telah melaksanakan observasi
Lampiran 2
Sosiogram

Daftar Hadir Siswa


Daftar Nilai Siswa
Lampiran 3
Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai