PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
kepribadian maka dapat disimpulkan bahwa status kesehatan masyarakat khususnya remaja
dan dewasa awal di desa Sedeng Pacitan menunjukkan pada tingkat rendah.
Kenyataannya, dalam banyak segi, setiap orang adalah unik, khas. Akibatnya yang
lebih sering terjadi adalah kita mengalami salah paham dengan teman di kampus, sejawat di
kantor tetangga atau bahkan dengan suami/istri dan anak-anak dirumah. Kita terkejut oleh
tindakan di luar batas yang dilakukan oleh seseorang yang biasa dikenal alim dan saleh, dan
masih banyak lagi.
Oleh karena itu, kita membutuhkan sejenis kerangka acuan untuk memahami dan
menjelaskan tingkah laku diri sendiri dan orang lain.kita harus memahami defenisi dari
kepribadian itu, bagaimana kepribadan itu terbentuk. Selain itu kita membutuhkan teori-teori
tentang tingkah laku, teori tentang kepribadian agar tembentuk suatu kepribadian yang baik.
Sehingga gangguan-gangguan yang biasa muncul pada kepribadian setiap individu dapat
dihindari.
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI KEPRIBADIAN
Kata “kepribadian” (personality) sesungguhnya berasal dari kata latin: persona.
Pada mulanya kata persona ini menunjuk pada topeng yang biasa digunakan oleh pemain
sandiwara di zaman romawi dalam memainkan perannya. Lambat laun, kata persona
(personality) berubah menjadi satu istilah yang mengacu pada gambaran sosial tertentu
yang diterima oleh individu dari kelompok masyarakat, kemudian individu tersebut
diharapkan bertingkah laku berdasarkan atau sesuai dengan gambaran sosial yang
diterimanya.
Kepribadian (Allport, 1971) adalah organisasi-organisasi dinamis dari sistem-
sistem psikofisik dalam individu yang turut menentukan cara-caranya yang unik/khas
dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Kepribadian dapat didefinisikan
sebagai totalitas sifat emosional dan perilaku yang menandai kehidupan seseorang dari
2
hari ke hari dalam kondisi yang biasanya; kepribadian relatif stabil dan dapat diramalkan
(kaplan).
B. Pembentukan Kepribadian
Mengenai pengalaman-pengalaman yang ikut membentuk kepribadian, kita dapat
membedakannya dalam dua golongan :
1. Pengalaman yang umum, yaitu yang dialami oleh tiap-tiap individu dalam
kebudayaan tertentu. Pengalaman ini erat hubungannya dengan fungsi dan peranan
seseorang dalam masyarakat. Misalnya, sebagai laki-laki atau wanita seseorang
mempunyai hak dan kewajiban tertentu. Beberapa dari peran itu dipilih sendiri oleh
orang yang bersangkutan tetapi masih tetap terikat pada norma-norma masyarakat,
misalnya jabatan atau pekerjaan. Meskipun demikian, kepribadian seseorang tidak
dapat sepenuhnya diramalkan atau dikenali hanya berdasarkan pengetahuan tentang
struktur kebudayaan dimana orang itu hidup. Hal ini disebabkan karena :
a. Pengaruh kebudayaan terhadap seseorang tidaklah sama karena medianya
(orang tua, saudara, media massa dan lain-lain) tidaklah sama pula pada setiap
orang. Setiap orang tua atau media massa mempunyai pandangan dan
pendapatnya sendiri sehingga orang-orang yang menerima pandangan dan
pendapat yang berbeda-beda itu akan berbeda-beda pula pendiriannya.
b. Tiap individu mempunyai pengalaman-pengalaman yang khusus, yang terjadi
pada dirinya sendiri.
2. Pengalaman yang khusus, yaitu yang khusus dialami individu sendiri. Pengalaman
ini tidak tergantung pada status dan peran orang yang bersangkutan dalam
masyarakat.
Pengalaman-pengalaman yang umum maupun yang khusus di atas memberi
pengaruh yang berbeda-beda pada tiap individu-individu itu pun merencanakan
pengalaman-pengalaman tersebut secara berbeda-beda pula sampai akhirnya ia
membentuk dalam dirinya suatu stuktur kepribadian yang tetap (permanen). Proses
integrasi pengalaman-pengalaman ke dalam kepribadian yang makin lama makin
dewasa, disebut proses pembentukan identitas diri.
Proses pembentukan identitas diri harus melalui berbagai tingkatan. Salah satu
tingkat yang harus dilalui adalah identifikasi, yaitu dorongan untuk menjadi identik
(sama) dengan orang lain, misalnya dengan ayah, ibu, kakak, saudara, guru, dan
sebagainya. Pada masa remaja, tahap identifikasi ini dapat menyebabkan kebingungan
dan kekaburan akan peran sosial, karena remaja-remaja cenderung mengidentifikasikan
dirinya dengan beberapa tokoh sekaligus, misalnya dengan ayahnya, bintang film
kesayangannya, tokoh politik favoritnya dan sebagainya. Kalau kekaburan akan peranan
3
sosial ini tidak dapat dihapuskan sampai remaja itu menjadi dewasa, maka besar
kemungkinannya ia akan menderita gangguan-gangguan kejiwaan pada masa dewasanya.
Karena itu penting sekali diusahakan agar remaja dapat menentukan sendiri identitas
dirinya dan berangsur-angsur melepaskan identifikasinya terhadap orang-orang lain
untuk akhirnya menjadi dirinya sendiri.
C. TEORI KEPRIBADIAN
Ada empat teori kepribadian utama yang satu sama lain tentu saja berbeda, yakni teori
kepribadian psikoanalisis, teori-teori sifat (trait), teori kepribadian behaviorisme, dan
teori psikoligi kognitif.
1. Teori Kepribadian Psikoanalisis
Dalam mencoba mamahami sistem kepribadian manusia, Freud membangun
model kepribadian yang saling berhubungan dan menimbulkan ketegangan satu sama
lain. Konflik dasar dari tiga sistem kepribadian tersebut menciptakan energi psikis
individu. Energi dasar ini menjadi kebutuhan instink individu yang menuntut
pemuasan. Tiga sistem tersebut adalah id, ego, dan superego.
Id bekerja menggunakan prinsip kesenangan, mencari pemuasan segera impuls
biologis; ego mematuhi prinsip realita, menunda pemuasan sampai bisa dicapai
dengan cara yang diterima masyarakat, dan superego (hati nurani;suara hati) memiliki
standar moral pada individu. Jadi jelaslah bahwa dalam teori psikoanalisis Freud, ego
harus menghadapi konflik antara id ( yang berisi naluri seksual dan agresif yang selalu
minta disalurkan) dan super ego (yang berisi larangan yang menghambat naluri-naluri
itu). Selanjutnya ego masih harus mempertimbangkan realitas di dunia luar sebelum
menampilkan perilaku tertentu.
Namun, dalam psikoanalisis Carl Gustav Jung, ego bukannya menghadapi
konflik antara id dan superego, melainkan harus mengelola dorongan-dorongan yang
datang dari ketidak sadaran kolektif (yang berisi naluri-naluri yang diperoleh dari
pengalaman masa lalu dari masa generasi yang lalu) dan ketidaksadaran pribadi yang
berisi pengalaman pribadi yang diredam dalam ketidaksadaran. Berbeda dengan
Freud, Jung tidak mendasarkan teorinya pada dorongan seks.
Bagi erikson, misalnya meskipun ia mengakui adanya id, ego, dan superego,
menurutnya, yang terpenting bukannya dorongan seks dan bukan pula koflik antara id
dan superego. Bagi Erikson, manusia adalah makhluk rasional yang pikiran, perasaan,
dan perilakunya dikendalikan oleh ego. Jadi ego itu aktif, bukan pasif seperti pada
teori freud, dan merupakan unsur utama dari kepribadian yang lebih banyak
dipengarihi oleh faktor sosial daripada dorongan seksual.
2. Teori-Teori Sifat (Trait Theories)
4
Teori sifat ini dikenal sebagai teori-teori tipe (type theories) yang menekankan
aspek kepribadian yang bersifat relatif stabil atau menetap. Tepatnya, teori-teori ini
menyatakan bahwa manusia memiliki sifat atau sifat-sifat tertentu, yakni pola
kecenderungan untuk bertingkah laku dengan cara tertentu. Sifat-sifat yang stabil ini
menyebabkan manusia bertingkah laku relatif tetap dari situasi ke situasi.
Allport membedakan antara sifat umum (general trait) dan kecenderungan
pribadi (personal disposition). Sifat umum adalah dimensi sifat yang dapat
membandingkan individu satu sama lainnya. Kecenderungan pribadi dimaksudkan
sebagai pola atau konfigurasi unik sifat-sifat yang ada dalam diri individu. Dua orang
mungkin sama-sama jujur, namun berbeda dalam hal kejujuran berkaitan dengan sifat
lain. Orang pertama, karena peka terhadap perasaan orang lain, kadang-kadang
menceritakan “kebohongan putih” bagi orang ini, kepekaan sensitivitas adalah lebih
tinggi dari kejujuran. Adapun orang orang kedua menilai kejujuran lebih tinggi, dan
mengatakan apa adanya walaupun hal itu melukai orang lain. Orang mungkin pula
memilki sifat yang sama, tetapi dengan motif berbeda. Seseorang mungkin berhati-
hati karena ia takut terhadap pendapat orang lain, dan orang lain mungkin hati-hati
karena mengekspresikan kebutuhannya untuk mempertahankan keteraturan hidup.
Termasuk dalam teori-teori sifat berikutnya adalah teori-teori dari Willim
Sheldom. Teori Sheldom sering digolongkan sebagai teori topologi. Meskipun
demikian ia sebenarnya menolak pengotakkan menurut tipe ini. Menurutnya, manusia
tidak dapat digolongkan dalam tipe ini atau tipe itu. Akan tetapi, setidak-tidaknya
seseorang memiliki tiga komponen fisik yang berbeda menurut derajat dan
tingkatannya masing-masing. Kombinasi ketiga komponen ini menimbulkan berbagai
kemungkinan tipe fisik yang isebutnya sebagai somatotipe. Menurut Sheldom ada
tiga komponen atau dimensi temperamental adalah sebagai berikut :
a. Viscerotonia. Individu yang memiliki nilai viscerotonia yang tinggi, memiliki
sifat-sifat, antara lain suka makan enak, pengejar kenikmatan, tenang toleran,
lamban, santai, pandai bergaul.
b. Somatotonia. Individu dengan sifat somatotonia yang tinggi memiliki sifat-sifat
seperti berpetualang dan berani mengambil resiko yang tinggi, membutuhkan
aktivitas fisik yang menantang, agresif, kurang peka dengan perasaan orang lain,
cenderung menguasai dan membuat gaduh.
c. Cerebretonia. Pribadi yang mempunyai nilai cerebretonia dikatakan bersifat
tertutup dan senang menyendiri, tidak menyukai keramaian dan takut kepada
5
orang lain, serta memiliki kesadaran diri yang tinggi. Bila sedang di rundung
masalah, Ia memiliki reaksi yang cepat dan sulit tidur.
6
6) Menguatkan diri secara positif (positif self-reinforcement)
Salah satu teknik yang kita gunakan untuk mengendalikan perilaku menurut
Skinner, adalah positive self-reinforcement. Kita menghadiahi diri sendiri atas
perilaku yang patut dihargai. Misalnya, seorang pelajar menghadiahi diri sendiri
karena telah belajar keras dan dapat mengerjakan ujian dengan baik, dengan
menonton film yang bagus.
7) Menghukum diri sendiri (self punishment)
Akhirnya, seseorang mengkin menghukum diri sendiri karena gagal mencapai
tujuan diri sendiri. Misalnya, seorang mahasiswa menghukum dirinya sendiri
karena gagal melakukan ujian dengan baik dengan cara menyendiri dan belajar
kembali dengan giat.
4. Teori Psikologi Kognitif
Menurut para ahli, teori psikologi kognitif dapat dikatakan berawal dari
pandangan psikologi Gestalt. Mereka berpendapat bahwa dalam memersepsi
lingkungannya, manusia tidak sekadar mengandalkan diri pada apa yang diterima dari
penginderaannya, tetapi masukan dari pengindraan itu, diatur, saling dihubungkan dan
diorganisasikan untuk diberi makna, dan selanjutnya dijadikan awal dari suatu
perilaku.
Pandangan teori kognitif menyatakan bahwa organisasi kepribadian manusia
tidak lain adalah elemen-elemen kesadaran yang satu sama lain saling terkait dalam
lapangan kesadaran (kognisi). Dalam teori ini, unsur psikis dan fisik tidak dipisahkan
lagi, karena keduanya termasuk dalam kognisi manusia. Bahkan, dengan teori ini
dimungkinkan juga faktor-faktor diluar diri dimasukkan (diwakili) dalam lapangan
psikologis atau lapangan kesadaran seseorang.
D. GANGGUAN KEPRIBADIAN
1. Definisi
Gangguan kepribadian (Aksis II pada DSM-IV) merupakan suatu ciri
kepribadian yang menetap, kronis, dapat terjadi pada hampir semua keadaan,
menyimpang secara jelas dari norma-norma budaya dan maladaptif serta
menyebabkan fungsi kehidupan yang buruk, tidak fleksibel dan biasanya terjadi
pada akhir masa remaja atau awal masa dewasa. Hal ini disebabkan pada usia ini
masalah-masalah kepribadian sering bermunculan begitu luas dan komplek.
7
dalam hubungan sosialnya atau dalam bidang pekerjaannnya atau dirinya
terasa sangat menderita.
2. Etiologi
2.1 Faktor Genetik
Salah satu buktinya berasal dari penelitian gangguan psikiatrik pada 15.000
pasangan kembar di Amerika Serikat. Diantara kembar monozigotik, angka
kesesuaian untuk gangguan kepribadian adalah beberapa kali lebih tinggi
dibandingkan kembar dizigotik. Selain itu menurut suatu penelitian, tentang
penilaian multiple kepribadian dan temperamen, minat okupasional dan waktu
luang, dan sikap social, kembar monozigotikyang dibesarkan terpisah adalah
kira-kira sama dengan kembar monozigotik yang dibesarkan bersama-sama.4
2.2 Faktor Temperamental
Faktor temperamental yang diidentifikasi pada masa anak-anak mungkin
berhubungan dengan gangguan kepribadian pada masa dewasa. Contohnya,
anak-anak yang secara temperamental ketakutan mungkin mengalami
kepribadian menghindar.
2.3 Faktor Biologis
Hormon. Orang yang menunjukkan sifat impulsive seringkali juga
menunukkan peningkatan kadar testosterone, 17-estradiol dan estrone.
Neurotransmitter. Penilaian sifat kepribadian dan system dopaminergik dan
serotonergik, menyatakaan suatu fungsi mengaktivasi kesadarandari
neurotransmitter tersebut. Meningkatkan kadaar serotonin dengan obat
seretonergik tertentu seperti fluoxetine dapat menghasilkan perubahan
dramatik pada beberapa karakteristik kepribadian. Serotonin menurunkan
depresi,impulsivitas. Elektrofisiologi. Perubahan konduktansi elektrik pada
elektroensefalogram telah ditemukaan pada beberaapa pasien dengan
gangguan kepribadian, paling sering pada tipe antisocial dan ambang, dimana
ditemukan aktivitas gelombang lambat.
2.4 Faktor Psikoanalitik
8
Sigmund Freud menyatakan bahwa sifat kepribadian berhubungan dengan
fiksasi pada salah satu stadium perkembangan psikoseksual. Fiksasi pada
stadium anal, yaitu anakyang berlebihan atau kurang pada pemuasan anal
dapat menimbulkan sifat keras kepala, kikir dan sangat teliti.
3. Klasifikasi
Berikut akan dijelaskan satu persatu beberapa tipe gangguan kepribadian yang
telah disebutkan di atas:
9
Gangguan Kepribadian Paranoid
10
terdapat pada laki-laki dibandingkan wanita. Berdasarkan suatu penelitian menunjukkan
bahwa paranoid personality disorder banyak terdapat pada pasien dengan skizofrenia dan
gangguan delusi (Nida UI Hasanat, 2004 : 11).
Menurut teori psikodinamika, gangguan ini merupakan mekanisme pertahanan ego
proyeksi, orang tersebut melihat orang lain mempunyai motif merusak dan negatif, bukan
dirinya. Ada kecenderungan untuk membanggakan dirinya sendiri karena menganggap
dirinya mampu berfikir secara rasional dan objektif, padahal sebenarnya tidak. Dalam situasi
sosial, orang dengan kepribadian paranoid mungkin tampak sibuk dan efisisen, tetapi mereka
seringkali menciptakan ketakutan dan konflik bagi orang lain. Dan berdasarkan teori kognitif-
behavioral, orang dengan gangguan ini akan selalu dalam keadaan waspada, karena tidak
mampu membedakan antara orang yang membahayakan dan yang tidak (Martaniah, 1999 :
74).
Epidemiologi
Prevalensi gangguan kepribadian paranoid adalah 0,5 sampai 2,5%. Orang dengan gangguan
kepribadian jarang mencari pengobatan sendiri. Gangguan adalah lebih sering pada laki-laki
dibandingkan wanita.
Gejala Klinis
Ciri penting dari gangguan kepribadian paranoid adalah kecendrungan yang pervasif dan
tidak diinginkan untuk menginterpretasikan tindakan orang lain sebagai merendahkan atau
mengancam secara disengaja. Pasien mengeksternalisasikan emosinya sendiri dan
menggunakan pertahanan proyeksi yaitu mereka menghubungkan kepada orang lain impuls
dan pikiran yang tidak dapat diterimanya sendiri. Pasien dengan gangguan adalah terbatas
secara afektif dan tampak tidak memiliki emosi. Mereka membanggakan dirinya sendiri
karena mampu rasional dan objektif, tetapi sebenarnya tidak. Dalam situasi sosial, orang
dengan gangguan kepribadian paranoid mungkin tampak seperti sibuk dan efisien, tetapi
mereka seringkali menciptakan ketakutan atau konflik bagi orang lain.
A. Ketidakpercayaan dan kecurigaan yang pervasif kepada orang lain sehingga motif
mereka dianggap sebagai berhati dengki, dimulai pada masa dewasa awal dan tampak
dalam berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan oleh empat (atau lebih) berikut :
11
1. Menduga, tanpa dasar yang cukup, bahwa orang lain memanfaatkan, membabayakan,
atau menghianati dirinya.
2. Preokupasi dengan keraguan yang tidak pada tempatnya tentang loyalitas atau
kejujuran teman atau rekan kerja.
3. Enggan untuk menceritakan rahasianya kepada orang lain karena rasa takut yang tidak
perlu bahwa informasi akan digunakan secara jahat melawan dirinya.
4. Membaca arti merendahkan atau mengancam yang tersembunyi dari ucapan atau
kejadian yang biasa.
5. Secara persisten menanggung dendam, yaitu tidak memaafkan kerugian, cedera, atau
kelalaian.
6. Merasakan serangan terhadap karakter atau reputasinya yang tidak tampak bagi orang
lain dan dengan cepat bereaksi secara marah atau balas menyerang.
7. Memiliki kecurigaan yang berlulang, tanpa pertimbangan, tentang kesetiaan pasangan
atau mitra seksual.
B. Tidak terjadi semata-mata selama perjalanan skizofrenia, suatu gangguan mood dengan
ciri psikotik, atau gangguan psikotik lain dan bukan karena efek fisiologis langsung dari
kondisi medis umum.7
Diagnosa Banding
- Gangguan delusional : karena waham yang terpaku tidak ditemukan pada gangguan
kepribadian paranoid
- Skizofrenia paranoid : karena halusinasi dan fikiran formal tidak ditemukan pada
gangguan kepribadian paranoid.
- Gangguan kepribadian ambang : karena pasien paranoid jarang mampu terlibat
secara berlebihan dan rusuh dalam persahabatan dengan orang lain seperti pasien
ambang. Pasien paranoid tidak memiliki karakter antisosial sepanjang riwayat
perilaku antisosial.
- Gangguan schizoid : adalah menarik dan menjauhkan diri tetapi tidak memiliki
gagasan paranoid.
Tidak ada penelitian jangka panjang yang adekuat terhadap pasien gangguan
kepribadian paranoid yang telah dilakukan. Pada beberapa orang gangguan kepribadian
12
paranoid adalah terjadi seumur hidup. Pada orang lain, gangguan ini adalah tanda dari
skizofrenia. Pada orang lain lagi, saat mereka menjadi semakin matang dan stres
menghilang, sifat paranoid memberikan jalan untuk pembentukan reaksi, perhatian yang
tepat terhadap moralitas dan perhatian altruistik. Tetapi, pada umumnya, pasien dengan
gangguan kepribadian paranoid memiliki masalah seumur hidupnya dan tinggal bersama
orang lain. Masalah pekerjaan dan perkawinan adalah sering ditemukan.
Terapi :
- Psikoterapi. Pasien paranoid tidak bekerja baik dalam psikoterapi kelompok, karena itu
ahli terapi harus berhadapan langsung dalam menghadapi pasien, dan harus diingat
bahwa kejujuran merupakan hal yang sangat penting bagi pasien. Ahli terapi yang
terlalu banyak menggunakan interpretasi mengenai perasaan ketergantungan yang
dalam, masalah seksual dan keinginan untuk keintiman dapat meningkatkan
ketidakpercayaan pasien.
- Farmakoterapi Farmakoterapi berguna dalam menghadapi agitasi dan kecemasan. Pada
sebagian besar kasus, obat antiansietas seperti diazepam (Valium) dapat
digunakan. Atau mungkin perlu untuk menggunakan anti psikotik, seperti thioridazine
(Mellaril) atau haloperidol (Haldol), dalam dosis kecil dan dalam periode singkat untuk
menangani agitasi parah atau pikiran yang sangat delusional. Obat anti psikotik
pimozide (Orap) bisa digunakan untuk menurunkan gagasan paranoid.
Menurut David & Neale dalam Nida UI Hasanat, orang dengan gangguan
kepribadian skizoid ditandai dengan tidak adanya keinginan dan tidak menikmati hubungan
sosial, mereka tidak memiliki teman dekat. Orang dengan gangguan ini tampak tidak menarik
karena tidak memiliki kehangatan terhadap orang lain dan cenderung untuk menjauhkan diri.
Jarang sekali memiliki emosi yang kuat, tidak tertarik pada seks dan aktivitas-aktivitas yang
menyenangkan . Mereka mungkin menjalani kehidupan mereka sendiri dengan kebutuhan
atau harapan untuk ikatan dengan orang lain yang sangat kecil. Riwayat kehidupan orang
tersebut mencerminkan minat sendirian dan pada keberhasilan pekerjaan yang tidak
kompetitif dan sepi yang sukar ditoleransi oleh orang lain. Kehidupan seksual mereka
mungkin hanya semata-mata dalam fantasi, dan mereka mungkin menunda kematangan
seksualitas tanpa batas waktu tertentu. Mampu menanamkan sejumlah besar energi afektif
13
dalam minat yang bukan manusia, seperti matematika dan astronomi, dan mereka mungkin
sangat tertarik pada binatang. Walaupun terlihat mengucilkan diri, tapi pada suatu waktu ada
kemungkinan orang tersebut mampu menyusun, mengembangkan dan memberikan suatu
gagasan yang asli dan kreatif (Kaplan & Saddock, 1997 : 250).
Epidemiologi
Gejala klinis
emosi yang terbatas dalam lingkungan interpersonal, dimulai pada masa dewasa awal dan
ditemukan dalam berbagai korteks, seperti yang dinyatakan oleh empat (atau lebih) berikut:
14
4. Merasakan kesenangan dalam sedikit, jika ada aktifitas.
5. Tidak memiliki teman dekat atau orang yang dipercaya selain sanak saudara derajat
pertama.
6. Tampak tidak acuh terhadap pujian atau kritik orang lain.
7. Menunjukkan kedinginan emosi, pelepasan atau pendataran afektivitas.
B. Tidak terjadi semata-mata selama perjalanan skizofrenia , gangguan , suatu gangguan
mood dengan ciri psikotik , gangguan psikotik lain atau suatu gangguan perkembangan
pervasif , dan bukan karena efek fisiologis langsung dari kondisi medis umum.
Diagnosis Banding
- Berbeda dengan pasien skizofrenia dan gangguan kepribadian skizotipal, pasien dengan
gangguan skizoid tidak memiliki sanak saudara skizofrenik, dan mereka mungkin
memiliki riwayat pekerjaan yang berhasil, jika terisolasi. Pasien skizofrenia juga berbeda
karena menunjukkan gangguan pikiran atau pikiran waham. Walaupun mereka memiliki
banyak sifat yang sama dengan pasien gangguan kepribadian skizoid, mereka dengan
gangguan paranaoid lebih menunjukkan keterlibatan sosial, riwayat perilaku verbal yang
agresif dan kecendrungan yang lebih besar untuk memproyeksikan perasaan mereka
kepada orang lain.
- Secara teoritis, perbedaan utama antara pasien gangguan kepribadian skizotipal dan
pasien gangguan kepribadian skizoid adalah bahwa pasien skizotipal menunjukan
kemiripan yang lebih banyak dengan pasien skizofrenik dalam hal keanehan persepsi,
pikiran, perilaku dan komunikasi.
- Pasien gangguan kepribadian menghindar adalah terisolasi tetapi memiliki
keinginan kuat untuk berperan serta dalam aktifitas, suatu karakteristik yang tidak
ditemukan pada pasien dengan gangguan kepribadian schizoid.
Terapi :
15
- Psikoterapi : Terapi pasien gangguan kepribadian skizoid adalah mirip dengan
terapi pasien gangguan kepribadian paranoid. Tetapi, kecendrungan pasien skizoid
ke arah introspeksi adalah konsisten dengan harapan ahli psikoterapi dan pasien
pasien skizoid mungkin menjadi pasien yang tekun, jika jauh. Saat kepercayaan
berkembang, pasien skizoid mungkin, dengan keragu-raguan yang kuat,
mengungkapkan suatu fantasi yang berlebihan, teman-temankhayalan dan ketakutan
ketergantungan yang tidak dapat ditanggung walaupun bersama dengan ahli terapi.
Dalam lingkungan terapi kelompok, pasien gangguan kepribadian skizoid mungkin diam
untuk jangka waktu yang lama, namun suatu waktu mereka akan ikut terlibat. Pasien
harus dilindungi dari serangan agresif anggota kelompok lain mengingat kecenderungan
mereka akan ketenangan. Dengan berjalannya waktu, anggota kelompok menjadi penting
bagi pasien skizoid dan dapat memberikan kontak sosial satu-satunya dalam keberadaan
mereka yang terisolasi.
- Farmakologi terapi : farmakologi terapi dengan antipsikotik dosis kecil,
antidepresan dan psikostimulan telah efektif pada beberapa pasien.
Orang dengan gangguan skizotipal adalah sangat aneh dan asing walaupun bagi orang
awam karena mereka memiliki gagasan yang aneh, pikiran magis, gagasan menyangkut diri
sendiri, waham dan derealisasi yang merupakan bagian dari dunia orang skizotipal setiap
harinya. Dunia mereka terisi oleh hubungan khayalan yang jelas dan ketakutan dan fantasi
yang mirip anak-anak. Ada kecenderungan bahwa mereka percaya jika mereka memiliki
kekuatan pikiran yang khusus. Mereka mungkin mengakui bahwa mereka memiliki ilusi
perseptual atau mikropsia atau orang terlihat oleh mereka sebagai kayu atau jadi-jadian.
Pembicaraandengan orang yang mengalami gangguan kepribadian skizotipal mungkin aneh
atau janggal dan hanya memiliki arti bagi diri mereka sendiri. Menurut David & Neale dalam
Nida AI Hasanat, orang tua dengan skizofrenia mempunyai resiko tinggi untuk memiliki anak
dengan gangguan kepribadian skizotipal. Pada penemuan lain juga menunjukkan bahwa
orang tua dengan gangguan jiwa lain juga mempunyai resiko yang sama untuk memiliki anak
dengan gangguan kepribadian skizotipal.
16
Gejala Klinis
Dalam gangguan kepribadian skizotipal, pikiran dan komunikasi adalah terganggu. Orang
dengan gangguan kepribadian skizotipal mungkin tidak mengetahui perasaan mereka sendiri;
malah mereka sangat peka dalam mendeteksi perasaan orang lain, khususnya afek negatif
seperti kemarahan. Mereka mungkin percaya bahwa mereka memiliki kekuatan pikiran dan
tilikan yang khusus. Walaupun tidak ada gangguan berpikir yang jelas, pembicaraan mereka
mungkin sering memerlukan interpretasi. Pembicaraan orang dengan gangguan kepribadian
skizotipal mungkin aneh atau janggal dan hanya memiliki arti bagi diri mereka sendiri.
Mereka menunjukkan hubungan interpersonal yang buruk dan mungkin berkelakuan secara
tidak sesuai.
Kriteria Diagnostik Gangguan Kepribadian Skizotipal
A. Pola pervasif deficit sosial dan interpersonal yang ditandai oleh ketidak senangan
akut dengan, dan penurunan kapasitas untuk, hubungan erat dan juga oleh
peyimpangan kognitif atau persepsi dan perilaku eksentrik, dimulai pada masa
dewasa awal dan tampak dalam berbagai konteks , seperti yang ditunjukkan oleh lima
(atau lebih) berikut:
1. Gagasan yang menyangkut diri sendiri (ideas of reference) kecuali waham yang
menyangkut diri sendiri.
2. Keyakinan aneh atau pikiran magis yang mempengaruhi perilaku dan tidak konsisten
dengan norma cultural (misalnya, percaya takhyul), (superstitiousness), percaya
dapat melihat apa yang akan terjadi (clairvoyance), telepati, atau indera keenam,
pada anak-anak dan remaja khayalan atau preokupasi yang kacau)
3. Pengalaman persepsi yang tidak lazim, termasuk ilusi tubuh.
4. Pikiran dan bicara yang aneh (misalnya, samar-samar, sirkumstansialitas, metaforik,
terlalu berbelit-belit, atau stereotipik )
5. Kecurigaan atau ide paranoid.
6. Afek yang tidak sesuai atau terbatas.
7. Perilaku atau penampilan yang aneh, eksentrik atau janggal.
8. Tidak memiliki teman akrab atau orang yang dipercaya selain sanak saudara derajat
pertama
17
9. Kecemasan sosial yang bertebihan yang tidak menghilang dengan keakraban dan
cenderung disertai dengan ketakutan paranoid ketimbang pertimbangan negative
tentang diri sendiri.
B. Tidak terjadi semata- mata selama perjalanan skizofrenia , suatu gangguan mood dengan
ciri psikotik lain , atau suatu gangguan perkembangan pervasif.
Diagnosa Banding
^ Secara teoritis, pasien dengan gangguan kepribadian skizotipal dapat dibedakan dari
pasien gangguan kepribadian schizoid dan menghindar oleh adanya keanehan dalam
perilaku, pikiran, persepsi, dan komunikasi mereka dan kemungkinan oleh riwayat
keluarga yang jelas adanya skizofrenia.
^ Pasien gangguan kepribadian skizotipal dapat dibedakan dari pasien skizofrenik
oleh tidak adanya psikosis. Jika psikosis memang ditemukan, gejala tersebut adalah
singkat dan terpecah.
^ Pasien gangguan kepribadian paranoid ditandai oleh kecurigaan, tetapi tidak
memiliki perilaku yang aneh seperti pada pasien gangguan kepribadian skizotipal. 7
Terapi :
- Psikoterapi : pikiran yang aneh dan ganjil dari pasien gangguan kepribadian
skizotipal harus ditangani dengan berhati-hati. Beberapa pasien terlibat dalam
pemujaan, praktek religius yang aneh, dan okulitis. Ahli terapi tidak boleh
menertawakan aktifitas tersebut atau mengadili kepercayaan atau aktifitas mereka.
- Farmakoterapi : medikasi antipsikotik berguna untuk mengatasi gagasan mengenai
diri sendiri, waham, dan gejala lain dari gangguan dan dapat digunakan bersama-
18
sama dengan psikoterapi. Hasil yang positif telah dilaporkan dengan haloperidol.
Anti depresan digunakan jika ditemukan suatu komponen depresif dari kepribadian.
19
gangguan kepribadian antisosial (Martaniah, 1999 : 71). Treatment yang dapat diberikan
yaitu (Kaplan & Saddock, 1997 : 255):
Epidemiologi
Prevalensi gangguan kepribadian anttisosial adalah 3 persen pada laki-laki dan 1 persen
pada wanita. Keadaan ini paling sering ditemukan pada daerah perkotaan yang miskin
dan diantara penduduk yang berpindah-pindah dalam daerah tersebut. Onset gangguan
adalah sebelum usia 15 tahun. Anak perempuanh biasanya memiliki gejala sebelum
pubertas dan anak laki-laki bahkan lebih awal.
Gejala klinis
Pasien dengan gangguan kepribadian antisosial seringkali menunjukkan kesan luar yang
normal dan bahkan hangat dan mengambil muka. Tetapi riwayat penyakitnya
menemukan banyak daerah fungsi kehidupan yang mengalami gangguan. Membohong,
membolos, melarikan diri dari rumah, mencuri, berkelahi, penyalahgunaan zat dan
aktivitas ilegal adalah pengalaman tipikal yang dilaporkan pasien sejak masa anak-anak.
Pasien gangguan kepribadian antisosial tidak menunjukkan adanya kecemasan atau
depresi yang mungkin sangat tidak sesuai dengan situasi mereka dan penjelasan mereka
sendiri tentang perilaku antisosial menyebabkannya terasa tidak masuk akal. Namun
demikian, isi mental pasien mengungkapkan sama sekali tidak ada waham dan tanda
lain pikiran irasional. Mereka sangat manipulatif dan seringkali mampu berbicara
dengan orang lain untuk berperan serta dalam skema yang melibatkan cara mudah untuk
mendapatkan uang atau untuk mencapai ketenaran, yang akhirnya dapat menyebabkan
kerugian finansial atau penghinaan sosial atau keduanya bagi mereka yang tidak berhati-
hati. Pasien gangguan kepribadian antisosial tidak menceritakan kebenaran dan tidak
dapat dipercaya untuk menjalankan suatu tugas atau terlibat dalam standar moralitas
yang konvensional. Promiskuitas, penyiksaan pasangan, penyiksaan anaka, mengendarai
sambil mabuk adalah peristiwa yang sering ditemukan dalam kehidupan pasien. Suatu
temuan yang jelas adalah tidak adanya penyesalan akan tindakan tersebut; yaitu pasien
tampak tidak menyadarinya.
20
A. Terdapat pola pervasif tidak menghargai dan melanggar hak orang lain yang terjadi
sejak usia 45 tahun , seperti yang ditunjukkan oleh tiga ( atau lebih ) berikut :
1. Gagal untuk mematuhi norma sosial dengan menghormati perilaku sesuai hukum
seperti yang ditunjukkan dengan berulang kali melakukan tindakan yang menjadi
dasar penahanan.
2. Ketidakjujuran, seperti yang ditunjukkan oleh berulang kali berbohong,
menggunakan nama samaran, atau menipu orang lain untuk mendapatkan
keuntungan atau menipu orang lain untuk mendapatkan keuntungan atau
kesenangan pribadi.
3. Impulsivitas atau tidak dapat merencanakan masa depan
4. Iritabilitas dan agresivitas, seperti yang ditunjukkan oleh perkelahian fisik atau
penyerangan yang berulang.
5. Secara sembrono mengabaikan keselamatan diri sendiri atau orang lain.
6. Terus menerus tidak bertanggung jawab, seperti ditunjukkan oleh kegagalan
berulang kali untuk mempertahankan perilaku kerja atau menghormati kewajiban
financial.
7. Tidak adanya penyesalan, seperti yang ditunjukkan oleh acuh tak acuh terhadap
atau mencari-cari alasan telah disakiti, dianiaya, atau dicuri oleh orang lain
B. Individu sekurang-kurangnya berusia 18 tahun.
Diagnosa Banding
21
Terapi
- Psikoterapi : Jika pasien merasa bahwa mereka berada diantara teman-teman sebayanya,
tidak adanya motivasi mereka untuk berubah bisa menghilang, kemungkinan karena hal
itulah kelompok yang menolong diri sendiri (selfhelp group) akan lebih berguna
dibandingkan di penjara dalam menghilangkan gangguan. Tetapi, ahli terapi harus
menemukan suatu cara untuk menghadapi perilaku merusak pada pasien. Dan untuk
mengatasi rasa takut pasien terhadap keintiman, ahliterapi harus menggagalkan usaha
pasien untuk melarikan diri dari perjumpaan dengan orang lain.
Pasien gangguan kepribadian ambang berada pada perbatasan antara neurosis dan
psikosis dan ditandai oleh afek, mood, perilaku, hubungan objek, dan cinta dari yang sangat
tidak stabil. Pasien gangguan kepribadian ambang hampir selalu tampak berada dalam
keadaan krisis. Pergeseran mood sering dijumpai. Pasien dapat bersifat argumentatif pada
suatu waktu dan terdepresi pada waktu selanjutnya dan selanjutnya mengeluh tidak memiliki
perasaan pada waktu lainnya. Gangguan ini lebih banyak terdapat pada wanita dibandingkan
laki-laki dan berdasarkan penelitian biologis ditemukan pada keluarga dimana ada yang
memiliki gangguan yang sama.
Perilaku pasien gangguan kepribadian ambang sangat tidak bisa diramalkan; sebagai
akibatnya mereka jarang mencapai tingkat kemampuan mereka. Sifatmenyakitkan dari
kehidupan mereka dicerminkan oleh tindakan merusak diri sendiri yang berulang, misalnya
dengan mengiris pergelangan tangannya sendiri atau melakukan tindakan mutilasi diri
22
lainnya untuk mendapatkan bantuan dari orang lain, untuk mengekspresikan kemarahan, atau
untuk menumpulkan mereka sendiri dari afek yang melanda. Karena mereka merasakan
ketergantungan dan permusuhan, pasien gangguan kepribadian ambang memiliki hubungan
interpersonal yang tidak baik. Mereka dapat bergantung pada orang lain yang dekat dengan
mereka, dan mereka dapat mengekspresikan banyak kemarahan pada teman dekatnya jika
mengalami frustasi. Dilihat dari pendekatan kognitif-behavioral, orang yang mengalami
gangguan ini evaluasi dirinya selalau negatif, kurang percaya diri dalam mengambil
keputusan, motivasi rendah dan tidak mampu mencari tujuan jangka panjang (Martaniah,
1999 : 73)
Epidemiologi
Tidak ada penelitian prevalensi yang tersedia, tetapi gangguan kepribadian ambang
diperkirakan ada pada kira-kira 1 sampai 2 persen populasi dan dua kali lebih sering
pada wanita dibandingkan laki-laki.
Gejala klinis
Pasien gangguan kepribadian ambang hampir selalu tampak berada dalam keadaan
krisis. Pergeseran mood sering dijumpai. Pasien dapat bersikap argumentatif pada suatu
waktu dan terdepresi pada waktu selanjutnya dan selanjutnya mengeluh tidak memiliki
perasaan pada waktu yang lainnya. Pasien mungkin memiliki episode psikiatrik singkat
(disebut mikropsikotik), bukannya serangan psikotik yang sepenuhnya dan gejala
psikotik pada pasien ganggguan kepribadian ambang hampir selalu terbatas, cepat atau
meragukan. Sifat menyakitkan dari kehidupan mereka dicerminkan oleh tindakan
merusak diri sendiri yang berulang. Pasien tersebut mungkin mengiris pergelangan
tangannya sendiri dan melakukan tindakan mutilasi diri lainnya untuk mendapatkan
bantuan dari orang lain, untuk mengekspresikan kemarahan atau untuk menumpulkan
mereka sendiri dari afek yang melanda. Karena mereka merasakan ketergantungan dan
permusuhan, pasien gangguan kepribadian ambang memiliki hubungan interpersonal
yang rusuh. Secara fungsional, pasien gangguan kepribadian ambang mengacaukan
hubungan mereka sekarang ini dengan memasukkan setiap orang dalam kategori baik
atau jahat.
23
Pola pervasif ketidakstabilan hubungan interpersonal, citra diri, dan afek, dan
impulsivitas yang jelas pada dewasa awal dan ditemukan dalam berbagai konteks,
seperti yang ditunjukkan oleh lima (atau lebih) berikut :
Diagnosis Banding
24
- Pasien gangguan kepribadian paranoid ditandai oleh kecurigaan yang ekstrim.
Pada umumnya, pasien gangguan kepribadian ambang menunjukkan perasaan
kekosongan yang kronis, impulsivitas, mutilasi diri, episode psikotik singkat, usaha
bunuh diri manipulatif, dan biasanya keterlibatan yang menuntut dalam hubungan erat. 7
Gangguan ini cukup stabil di mana pasien mengalami sedikit perubahan dengan
berjalannya waktu. Penelitian longitudinal tidak menunjukkan perkembangan ke arah
skizofrenia, tetapi pasien memiliki insidensi tinggi untuk mengalami episode gangguan
depresif berat. Diagnosis biasanya dibuat sebelum usia 40 tahun, jika pasien berusaha
mengambil pilihan pekerjaan, perkawinan dan pilihan lain dan tidak mampu mengatasi
stadium normal siklus kehidupan tersebut.
Terapi
25
mempertahankan hubungan yang mendalam dan berlangsung lama. Pasien dengan gangguan
kepribadian hitrionik menunjukkan perilaku mencari perhatian yang tinggi. Mereka
cenderung memperbesar pikiran dan perasaan mereka, membuat segalanya terdengar lebih
penting dibandingkan kenyataannya.Perilaku menggoda sering ditemukan baik pada pria
maupun wanita. Pada kenyataannya, pasien histrionik mungkin memiliki disfungsi
psikoseksual; wanita mungkin anorgasmik dan pria cenderung mengalami impotent. Mereka
mungkin bahwa melakukan impuls seksual mereka untuk menentramkan diri mereka bahwa
mereka menarik bagi jenis kelamin yang lain. Kebutuhan mereka akan ketentraman tidak ada
habisnya. Tetapi, hubungan mereka cenderung dangkal dan pasien dapat gagal lagi tapi asyik
dengan diri sendiri dan berubah-ubah (Kaplan & Saddock, 1997 : 20).
Ditinjau dari teori psikoanalisa, gangguan ini dapat muncul karena adanya parental
seductiveness khususnya ayah terhadap anak perempuan. Orang tua yang mengatakan bahwa
seks adalah sesuatu yang kotor tapi tidak sesuai dengan perilaku yang ditunjukkan dimana
perilaku menunjukkan bahwa seks itu adalah hal yang menyenangkan dan diinginkan (Nida
Al Hasanat, 2004 : 20).
Epidemiologi
Menurut DSM-IV data yang terbatas dari penelitian populasi umum menyatakan suatu
prevalensi gangguan kepribadian histrionik kira-kira 2 sampai 3 %. Angka kira-kira 10
sampai 15% telah dilaporkan pada lingkungan kesehatan mental rawat inap dan rawat
jalan jika pemeriksaan terstruktur digunakan. Keadaan ini lebih sering didiagnosis pada
wanita dibandingkan laki-laki.
Gejala klinis
Pola pervasif emosionalitas dan mencari perhatian yang berlebihan, dimulai pada
masa dewasa muda dan tampak dalam berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan oleh
lima ( atau lebih ) berikut :
26
1. Tidak merasa nyaman dalam situasi dimana ia tidak merupakan pusat perhatian.
2. Interaksi dengan orang lain sering ditandai oleh godaan seksual yang tidak pada
tempatnya atau perilaku provokatif.
3. Menunjukkan pergeseran emosi yang cepat dan ekspresi emosi yang dangkal.
4. Secara terus menerus menggunakan penampilan fisik untuk menarik perhatian
kepada dirinya.
5. Memiliki gaya bicara yang sangat impresionistik dan tidak memiliki perincian.
6. Menunjukkan dramitasi diri, teatrikal, dan ekspresi emosi yang berlebihan.
7. Mudah disugesti, yaitu mudah dipengaruhi oleh orang lain atau situasi.
8. Menganggap hubungan menjadi lebih intim ketimbang keadaan sebenarnya.
Diagnosis Banding
Terapi
27
dalam kelompok atau individual, adalah terapi yang terpilih untuk gangguan kepribadian
histrionik.
Orang dengan kepribadian narsistik ditandai oleh meningkatnya rasa kepentingan dan
perasaan kebesaran yang unik. Mereka menganggap dirinya sebagai orang yang khusus dan
penting. Mereka menanggapi kritik secara buruk dan mungkin menjadi marah sekali jika ada
orang yang berani mengkritik mereka, atau merekamungkin tampak sama sekali acuh tak
acuh terhadap kritik. Yang mencolok adalah perasaan akan kebesaran nama mereka.
Persahabatan mereka rapuh dan mereka dapat menyebabkan orang lain marah karena mereka
menolak mematuhi aturan perilaku konvensional. Mereka tidak mampu menunjukkan empati,
dan mereka berpura-pura simpati hanya untuk mencapai kepentingan mereka sendiri. Pasien
memiliki harga diri yang rapuh dan rentan terhadap depresi. Kesulitan interpersonal,
penolakan, kehilangan dan masalah pekerjaan adalah stress-stress yang sering dihasilkan oleh
orang narsistik karena perilakunya. Stress-stress yang tidak mampu dihadapi oleh mereka.
Menurut pandangan psikoanalitik tradisonal, gangguan histrionok dan narsistik merupakan
variensi histeria. Dan bila dilihat dari sudut pandang psikoanalisis yang kognitif, kedua
gangguan ini (gangguan histrionok dan gangguan narsistik) adalah akibat dari
ketidakmampuan memfokuskan diri pada yang detail atau yang khusus, jadi dalam
memahami situasi dan problem dilakukan secara global (Martaniah, 1999 : 76).
Epidemiologi
Menurut DSM IV, perkiraan prevalensi gangguan kepribadian narsistik terentang antara 2
sampai 16 persen dalam populasi klinis dan kurang dari 1 persen dalam populasi umum.
Gejala klinis
Orang dengan gangguan kepribadian narsistik mungkin memiliki perasaan kebesaran akan
kepentingan dirinya. Mereka menganggap dirinya sendiri sebagai orang khusus dan
mengharapkan terapi yang khusus. Mereka tidak mampu menunjukkan empati dan mereka
28
berpura-pura simpati hanya untuk mencapai kepentingan mereka sendiri.pasien sering
memanfaatkan orang lain. Pasien memiliki harga diri yang rapuh dan rentan terhadap depresi.
1. Memiliki rasa kepentingan diri yang besar (misalnya melebih -lebihkan bakat dan
kemampuannya, mengharap untuk dikenal sebagai seorang yang hebat tapi tidak
sepadan).
2. Preokupasi dengan khayalan akan keberhasilan, kekuatan, kecerdasan, kecantikan,
atau cinta ideal yang tidak terbatas.
3. Yakin bahwa ia adalah khusus dan unik dan dapat dimengerti hanya oleh atau harus
berhubungan dengan orang lain (atau institusi) yang khusus atau memiliki status
tinggi.
4. Membutuhkan kebanggaan yang berlebihan
5. Memiliki perasaan bernama besar, yaitu harapan yang tidak beralasan akan perlakuan
khusus atau kepatuhan otomatis sesuai harapannya.
6. Eksploatif secara interpersonal, yaitu mengambil keuntungan dari orang lain untuk
mencapai tujuannya sendiri.
7. Tidak memiliki tempat, tidak mau mengenali atau mengetahui perasaan dan
kebutuhan orang lain.
8. Sering cemburu terhadap orang lain dan merasa orang lain juga cemburu kepada
dirinya.
9. Mcmperlihatkan kesombongan, sikap congkak dan sombong.
Diagnosis Banding
- Gangguan kepribadian ambang, histrionik dan antisosial sering ditemukan bersama-
sama dengan gangguan kepribadian narsistik, yang berarti bahwa diagnosis banding
adalah sukar. Pasien dengan gangguan kepribadian narsistik memiliki kecemasan
yang lebih keci daripada pasien dengan gangguan kepribadian ambang dan kehidupan
mereka cenderung kurang kacau.
29
- Usaha bunuh diri juga lebih mungkin berhubungan dengan pasien gangguan
kepribadian ambang dibandingkan pasien gangguan kepribadian narsistik.
- Pasien gangguan kepribadian antisosial memberikan riwayat perilaku impulsif,
seringkali disertai dengan penyalahgunaan alkohol atau zat lain, hal tersebut
seringkali menyebabkan mereka mendapatkan masalah dengan hukum.
- Dan pasien gangguan kepribadian histrionic menunjukkan ciri-ciri eksibisionisme dap
manipulativitas interpersonal yang mirip dengan pasien gangguan kepribadian narsitik.
Gangguan kepribadian narsistik adalah kronis dan sukar untuk diobati. Pasien dengan
gangguan harus secara terus menerus berhadapan dengan aliran narsisme mereka yang
diakibatkan oleh perilaku mereka sendiri atau dari pengalaman hidup.
Terapi :
30
dalam mengartikan komentar orang lain, seringkali komentar dari orang lain dianggap
sebagai suatu penghinaan atau ejekan. Pada umumnya sifat dari orang dengan gangguan
kepribadian menghindar adalah seorang yang pemalu. Menurut teori kognitif-behavioral,
pasien sangat sensitive terhadap penolakan karena adanya pengalaman masa kanak-kanak,
misalnya : karena mendapat kritik yang pedas dari orang tua (Martaniah, 1999 : 77).
Epidemiologi
Gejala klinis
Hipersensitivitas terhadap penolakan oleh orang lain adalah gambaran klinis inti dari
gangguan kepribadian menghindar. Orang dengan gangguan menginginkan hubungan dengan
orang lain yang hangat dan aman tetapi membenarkan penghindaran mereka untuk
membentuk persahabatan karena perasaan ketakutan mereka akan penolakan. Saat berbicara
dengan seseorang, mereka mengekspresikan ketidakpastian dan tidak memiliki kepercayaan
diri dan mungkin berbicara dalam cara yang merendahkan diri sendiri. Orang dengan
gangguan biasanya tidak mau memasuki persahabatan kecuali mereka diberikan jaminan
yang kuat secara tidak biasanya akan penerimaan tanpa kritik. Sebagai akibatnya, mereka
seringkali tidak memiliki teman dekat atau teman kepercayaan. Pada umumnya, sifat
kepribadian dasar mereka adalah malu-malu.
Pola perfasiv hambatan sosial, perasaan tidak cakap, dan kepekaan berlebihan
terhadap penilaian negatif, dimulai pada masa dewasa awal dan tampak dalam berbagai
koteks, seperti yang ditunjukkan oleh empat (atau lebih) berikut :
31
3. Menunjukkan keterbatasan dalam hubungan intim karena rasa takut dipermalukan
atau ditertawai
4. Preokupasi dengan sedang dikritik atau ditolak dalam situasi sosial
5. Terhambat dalam situasi interpersonal yang baru karena perasaan tidak ada kuat
6. Memandang diri sendiri tidak layak secara sosial karena merasa dirinya tidak
menarik atau lebih rendah dari orang lain.
7. Tidak biasanya enggan untuk mengambil resiko pribadi atau melakukan aktivitas
baru karena dapat membuktikan penghinaan
Diagnosis Banding
Banyak pasien gangguan menghindar mampu untuk berfungsi, asalkan mereka dalam
lingkungan yang terlindungi. Penghindaran fobik adalah sering ditemukan, dan pasien
gangguan kepribadian menghindar mungkin memberikan riwayat fobia sosial atau
berkembang menjdai fobia sosial selama perjalanan penyakitnya.7
Terapi :
- Psikoterapi : Ahli terapi mendorong pasien untuk ke luar ke dunia untuk melakukan apa
yang dirasakan mereka memiliki resiko tinggi penghinaan, penolakan dan kegagalan.
Tetapi ahli terapi harus berhati-hati saat memberikan tugas untuk berlatih keterampilan
sosial yang baru di luar terapi, karena kegagalan dapat memperberat harga diri pasien yang
telah buruk. Terapi kelompok dapat membantu pasien mengerti efek kepekaan mereka
32
terhadap penolakan pada diri mereka sendiri dan orang lain. Melatih ketegasan adalah
bentuk terapi perilaku yang dapat mengajarkan pasien untuk mengekspresikan kebutuhan
mereka secara terbuka dan untuk meningkatkan harga diri mereka.
- Farmakoterapi : Beberapa pasien tertolong oleh penghambat beta, seperti atenolol
(Tenormin), untuk mengatasi hiperaktivitas sistem saraf otonomik, yang cenderung tinggi
pada pasien dengan gangguan kepribadian menghindar, khususnya jika mereka
menghadapi situasi yang menakutkan.
Epidemiologi
Gangguan kepribadian dependen adalah lebih sering pada wanita dibandingkan laki-
laki. Satu penelitian mendiagnosis 2,5% dari semua gangguan kepribadian masuk dalam
kategori tersebut. Gangguan ini lebih sering terjadi pada anak kecil dibandingkan anak
yang lebih besar.
Gejala klinis
33
Gangguan kepribadian dependen ditandai oleh pola ketergantungan yang pervasif dan
perilaku patuh. Orang dengan gangguan tidak mampu untuk mengambil keputusan tanpa
nasihat dan penentraman yang banyak dari orang lain. Pasien gangguan kepribadian
dependen menghindari posisi tanggung jawab dan menjadi cemas jika diminta untuk
memegang peran kepemimpinan. Mereka lebih senang tunduk. Jika mereka sendiria,
mereka merasa sukar untuk menekuni tugas tetapi merasa mudah melakukan tugas
tersebut untuk orang lain. Orang dengan gangguan tidak senang sendirian. Mereka
mencari orang lain pada siapa mereka dapat menggantung dan hubungan mereka dengan
demikian dikacaukan oleh kebutuhan mereka untuk melekat dengan orang lain.
Pesimisme, keraguan diri, pasivitas da ketakutan untuk mengekspresikan perasaan
seksual dan agresif menandai perilaku pasien gangguan kepribadian dependen.
1. Memiliki kesulitan dalam mengambil keputusan setiap hari tanpa sejumlah besar
nasehat dan penenteraman dari orang lain.
2. Membutuhkan orang lain untuk menerima tanggung jawab dalam sebagian besar
bidang utama kehidupannya.
3. Memiliki kesulitan dalam mengekspresikan ketidaksetujuan pada orang lain. Catatan :
tidak termasuk rasa takut yang realistic akan ganti rugi.
4. Memiliki kesulitan dalam memulai proyek atau melakukan hal dengan dirinya sendiri
(karena tidak memiliki keyakinan diri dalam pertimbangan atau kemampuan ketimbang
tidak memiliki motivasi atau energi )
5. Berusaha berlebihan untuk mendapatkan asuhan dan dukungan dari orang lain, sampai
pada titik secara sukarela melakukan hal yang tidak meyenangkan.
6. Merasa tidak nyaman atau tidak berdaya jika sendirian karena timbulnya rasa takut
tidak mampu merawat diri sendiri.
7. Segera mencari hubungan dengan orang lain sebagai sumber pengasuhan dan
dukungan jika hubungan dekatnya berakhir.
34
8. Secara tidak realistic terpreokupasi dengan rasa takut ditinggal untuk merawat dirinya
sendiri.
Diagnosis Banding
Terapi :
35
Jika depresi atau gejala menarik diri pada pasien berespon terhadap psikostimulan,
obat tersebut digunakan.
Epidemiologi
Prevalensi gangguan kepribadian obsesif kompulsif adalah tidak diketahui. Keadaan ini lebih
sering pada laki-laki dibandingkan wanita dan didiagnosis paling sering pada anak yang
tertua. Pasien seringkali memiliki latar belakang yang ditandai oleh disiplin yang keras. Freud
menghipotesiskan bahwa gangguan kepribadian ini adalah berhubungan dengan kesulitan
pada stadium anal dari perkembangan psikoseksual, biasanya di sekitar usia 2 tahun. Tetapi,
pada berbagai penelitian teori tersebut belum disahkan.
Gejala klinis
Orang dengan gangguan kepribadian obsesif kompulsif memiliki keasikan dengan aturan,
peraturan, ketertiban, kebersihan, perincian dan pencapaian kesempurnaan. Keterampilan
interpersonal pasien gangguan kepribadian obsesif kompulsif adalah terbatas. Mereka
mengasingkan orang lain, tidak mampu untuk berkompromi dan memaksakan supaya orang
lain tunduk kepada mereka. Tetapi mereka mudah memaafkan mereka yang dipandangnya
36
sebagai lebih berkuasa dibandingkan dirinya dan memenuhi keinginan mereka dalam cara
penguasa.
1. Terpreokupasi dengan perincian, aturan, daftar, urutan, susunan atau jadwal sampai
tingkat dimana aktivitas sesama hilang.
2. Menunjukkan perfeksionisme yang mengganggu penyelesaian tugas misalnya, tidak
mampu menyelesaikan suatu proyek karena tidak memenuhi standarnya sendiri yang
terlalu ketat.
3. Secara berlebihan setia kepada pekerjaan dan produktivitas sampai mengabaikan
aktivitas waktu luang dan persahabatan (tidak disebabkan oleh kebutuhan ekonomi
yang besar)
4. Terlalu berhati-hati, teliti, dan tidak fleksibel tentang masalah moralitas, etika atau
nilai-nilai (tidak disebabkan oleh identifikasi kultural atau religius)
5. Tidak mampu membuang benda-benda yang usang atau tidak berguna walaupun tidak
memiliki nilai sentimental.
6. Enggan untuk mendelegasikan tugas atau untuk bekerja dengan orang lain kecuali
mereka tunduk dengan tepat caranya mengerjakan hal
7. Memiliki gaya belanja yang kikir baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain, uang
dipandang sebagai sesuatu yang harus ditimbun untuk rencana dimasa depan.
8. Menunjukkan kekacauan dan keras kepala.
Diagnosis Banding
Jika ditemukan obsesi atau kompulsi yang rekuren, gangguan obsesif kompulsif
harus ditulis dalam aksis l. kemungkinan pembedaan yang paling sukar adalah antara
pasien rawat jalan dengan sifat obsesif-kompulsif dan pasien dengan gangguan
kepribadian obsesif-kompulsif. Diagnosis gangguan kepribadian bermakna dalam
37
efektivitas pekerjaan atau sosialnya. Pada beberapa kasus, gangguan delusional terjadi
bersama-sama dengan gangguan kepribadian dan harus dicatat.
Perjalanan gangguan kepribadian obsesif kompulsif adalah bervariasi dan tidak dapat
diramalkan. Dari waktu ke waktu, obsesi atau kompulsi dapat berkembang dalam
perjalanan gangguan kepribadian. Beberapa remaja dengan gangguan kepribadian obsesi
kompulsif berkembang menjadi orang dewasa yang hangat, terbuka dan ramah; tetapi
orang lain, gangguan dapat mengawali skizofreniaatau gangguan depresif berat.
Terapi :
38
lebih fungsi penting (misalnya, sosial atau pekerjaan). Kategori ini juga dapat
digunakan jika klinis menganggap bahwa suatu gangguan kepribadian spesifik yang
tidak dimasukkan kedalam klasifikasi ini adalah sesuai. Contohnya adalah gangguan
kepribadian pasif-agresif dan gangguan kepribadian depresif.
39
Epidemiologi
Tidak ada data yang tersedia tentang epidemiologi gangguan, termasuk rasio jenis kelamin,
pola familial dan prevalensi (Kaplan, 1997).
Gambaran klinis
3. Tidak dapat menjawab pertanyaan yang diperlukan tentang apa yang diharapakan oleh
mereka dan mungkinmenjadi cemas bila dipaksa untuk melakukannya.
A. Pola perpasif sikap negatifistik dan resistensi pasif terhadap tuntutan akan kinerja
yang adekuat , dimulai pada masa dewasa awal dan tampak dalam berbagai konteks,
seperti yang ditunjukkan oleh empat (atau lebih) berikut:
40
B. Tidak terjadi semata-mata selama episode depresif berat dan tidak diterangkan lebih baik
oleh gangguan distimik
Diagnosis Banding
Dalam suatu penelitian follow up terhadap 100 orang pasien rawat inap yang rata-rata berusia
11 tahun, Ivor small menemukan bahwa gangguan kepribadian pasif-agresif merupakan
diagnosis utama pada 54 orang di antara mereka, 18 orang juga penyalahguna alkohol dan 30
orang secara klinis di cap sebagai terdepresi.
Terapi
41
adanya kehilangan pada awal kehidupan, pengasuhan orang tua yang buruk, superego yang
menghukum, dan perasaan ekstrim. Deskripsi klasik tentang kepribadian depresif diajukan
tahun 1963 oleh Arthur Noyes dan Laurence Kolb, “Mereka merasakan kegembiraan
kehidupan yang normal tapi hanya sedikit, dan cenderung kesepian dan serius, bermuram
durja, patuh, pesimistik dan rendah diri. Mereka rentan untuk mengekspresikan penyesalan
dan perasaan ketidakberdayaan dan putus asa. Mereka seringkali teliti, perfeksionistik, sangat
berhati-hati, asyik dengan pekerjaan, merasa bertanggung jawab dengan tajam, dan mudah
berkecil hati di kondisi yang baru. Mereka ketakutan akan celaan, cenderung menderita
dalam kesepian dan kemungkinan mudah menangis, walaupun biasanya tidak di hadapan
orang lain. Suatu kecenderungan untuk merasa ragu-ragu, tidak dapat mengambil keputusan
dan berhati-hati menghianati perasaan ketidakamanan yang melekat. Terdapat 7 kelompok
sifat depresif : (1) tenang introvert, pasif, tidak sombong; (2) bermuram durja, pesimistik,
serius, dan tidak dapat merasakan kegembiraan; (3) mengkritik diri sendiri, menyalahkan diri
sendiri, dan menghina diri sendiri; (4) bersifat ragu-ragu, kritik orang lain, sukar untuk
memaafkan; (5) berhati-hati, bertanggung jawab dan disiplin diri; (6) memikirkan hal yang
sedih dan merasa cemas; (7) asyik dengan peristiwa negatif, perasaantidak berdaya dan
kelemahan pribadi (Kaplan & Saddock, 1997 : 270).
Epidemiologi
Gambaran Klinis
3. Mengkritik diri sendiri, menyalahkan diri sendiri dan menghina diri sendiri.
42
5. Berhati-hati, bertanggung jawab dan disiplin diri
7. Asyik dengan peristiwa negatif, perasaan tidak berdaya dan kelemahan pribadi.
Diagnosis Banding
Gangguan distimik adalah gangguan mood yang ditandai oleh fluktuasi besar
dalam mood dibandingkan yang ditemukan pada gangguan kepribadian depresif.
Gangguan kepribadian adalah kronis dan seumur hidup, sedangkan gangguan distimik
adalah episodic, dapat terjadi pada setiap waktu, dan biasanya memiliki stressor
pencetus. Kepribadian depresif dapat dianggap sebagai s p e k t r u m kondisi afektif
dimana gangguan distimik dan gangguan depresif memiliki varian yang lebih parah.
—–Orang dengan gangguan kepribadian depresif mungkin berada dalam resiko yang tinggi
untuk mengalami gangguan distimik dan gangguan depresif berat (Kaplan, 1997).
Terapi
43
psikofarmakologis harus dikombinasikan dengan psikoterapi untuk mencapai efek
yang maksimal.
Terapi
Psikoterapi. Terapi psikoanalisis efektif pada beberapa kasus. Sebagai hasil terapi, pasien
menjadi menyadari bahwa kebutuhan menghukum diri sendiri adalah sekunder akibat
perasaan bersalah bawah sadar yang berlebihan dan juga menjadi mengenali impuls agresif
mereka yang terepressi, yang berasal dari masa anak-anak awal.
44
menghukumorang lain dengan kasar yang tidak lazimnya, terutama anak-anak (Kaplan,
1997).
—–Pada PPDGJ III termasuk F 65.5 yaitu suatu preferensi terhadap aktivitas seksual yang
meliputi pengikatan atau menimbulkan rasa sakit atau penghinaan. Jika individu lebih suka
menjadi resepien dari peransangan demikian, maka disebut masokisme, jika sebagai pelaku
disebut sadisme, baik sadisme maupun masokisme.
—–Perubahan kepribadian karena kondisi medis umum ditandai perubahan yang jelas pada
gaya dan sifat kepribadian dan tingkat fungsi sebelumnya. Pasien harus menunjukkan bukti-
bukti faktor organik penyebab sebelum onset perubahn kepribadian (Kaplan, 1997).
Etiologi
—–Kerusakan struktural pada otak biasanya penyebab perubahan kepribadian Trauma kepala
merupakan penyebab yang paling sering. Neoplasma serebral dan kerusakan pembuluh darah,
khususnya lobus temporalis dan frontalis, juga merupakan penyebab yang sering. Kondisi ini
tersering disertai dengan perubahan kepribadian (Kaplan, 1997).
—–Ditemukan pperubahan kepribadian dari pola prilaku sebelumnya atau suatu eksaserbasi
karakteristik kepribadian sebelumnya. Gangguan pengendalian ekspresi emosi dan impuls
adalah gambaran yang utama. Secara karakteristik emosi labil dan dangkal walaupun euforia
dan apati menonjol, walaupun euforia dan apati mungkin menonjol (Kaplan, 1997).
—–Hal yang berhubungan dengan cedera laobus frontali (sindroma lobus frontalis) adalah
ketidakacuhan dan apati yang menonjol, yang ditandai oleh tidak adanya perhatian terhadap
peristiwa di lingkungan dekatnya. Ekspresi impuls mungkin dimanifestasikan dengan
gurauan yang tidak sesuai, cara yang kasar, pendekatan seksual yang tidak pada tempatnya
45
dan tindakan anti sosial yang menyebabkan konflik dengan hukum. Orang dengan epilepsi
lobus temporalis secara karakteristik menunjukkan tidak memiliki rasa humor, hipergrafia,
hiperreligius,dan agresivitas yang nyata selama kejang (Kaplan, 1997).
—–Orang dengan perubahan kepribadian karena kondisi medis umum memiliki sensorium
yang jernih. Gangguan ringan pada fungsi kognitif tidak menyebabkan perburukan
intelektual. Diagnosis harus di curigai pada pasien yang menunjukkan perubahan yang nyata
dalam prilaku atau kepribadian termasuk labilitas emosional dan gangguan kepribadian
impuls, yang tidak memiliki riwayat mental dan yang perubahan kepribadiannya terjadi
secara tiba-tiba atau selama periode yang relatif singkat (Kaplan, 1997).
Diagnosis banding
—–Demensia adalah melibatkan pemburukan global pada intelektual dan kapasitas prilaku.
Pada pemburukan mulai mencakup daya ingat yang penting dan defisit kognitif, diagnosis
diubah dari gangguan kepribadian karena kondisi medis umum ke demensia (Kaplan, 1997).
—–Perjalanan penyakit dan prognosis perubahna kepribadian karena kondisi medis umum
tergantung pada penyebabnya. Jika gangguan terjadi akibat gangguan struktural otak,
gangguan cenderung menetap. Gangguan mungkin terjadi setelah suatu peride koma dan
derilium pada kasus trauma kepala atau gangguan pembuluh darah. Perubahan kepribadian
dapat berkembang menjadi demensia pada kasus tumor otak, skelrosis multipel dan penyakit
hutington. Peruhan karena intoksikasi kronik kronik, penyaki medis atau terapi obat (seperti
levodopa pada kasus Parkinson) (Kaplan, 1997).
Terapi
46
mencegah keadaan memalukan sosial. Intinya adalah dukungan keluarga pasien (Kaplan,
1997).
Menurut PPDGJ III adalah perubahan kepribadian harus berlansung lama dan muncul sebagai
gambaran yang tidak fleksibel maladaptif yang menjurus kepada kegagalan dalam fungsi
interpersonal, sosial dan pekerjaan. Biasanya perubahan kepribadian harus dipastikan
berdasarkan keterangan yang dapat diandalkan. Untuk menegakkan diagnosis adalah esensial
untuk memastikan gambaran yang tidak tampak sebelumnya, seperti:
- Keterasingan
Perubahan kepribadian ini harus sudah ada selama minimal 2 tahun dan harus tidak
disebabkan oleh gangguan kepribadian yang sebelumnya ada atau karena suatu gangguan
jiwa selain gangguan stres pasca trauma.
Menurut PPDGJ III adalah perubahan kepribadian yang berlansung lama dan tampil sebagai
pola yang tidak fleksibel dan maladaptif dalam fungsi dan pengalamannya, yang mengarah
kepada problem yang berkepanjangan dalam fungsi interpersonel, sosial atau pekerjaan dan
penderitaan subjektif. Tidak boleh ada tanda bahwa sebelumnya sudah ada gangguan
kepribadian yang menjelaskan terjadinya perubahan kepribadian itu dan diagnosis tidak boleh
berdasarkan suatu gejala residual gangguan jiwa sebelumnya.Perubahan kepribadian
berkembang mengikuti penyembuhan klinis suatu gangguan jiwa yang harus telah dialami
47
sebagai sangat menekan secara emosional dan mengahancurkan citra diri pasien. Sikap atau
reaksi orang lain terhadap pasien sesudah penyakit itu adalah penting dalam menentukan dan
memperkuat persepsi pasien terhadap derajat stres. Tipe perubahan kepribadian ini tidak
dapat dimengerti sepenuhnya tanpa mempertimbangkan pengalaman emosional yang
subjektif dan kepribadian sebelumnya, penyesuaian dirinya dan kerentanan khasnya.
1. sikap ketergantungan dan sikap menuntut dari orang lain yang berlebihan
2. tuduhan bahwa dirinya berubah atau cacat oleh karena penyakit, menjurus
ketidakmampuan membentuk dan memperthakan hubungan pribadi yang dekat dan
terpercaya serta isolasi sosial.
4. Selalu menegeluh sakit, yang mungkin disertai dengan keluhan hipokondrik dan
prilaku sakit
5. Disforia atau suasana peraan yang labil, yang tidak disebabkan oleh adanya gangguan
jiwa saat ini atau gangguan jiwa sebelumnya dengan gejala afektif residual
6. Hendaya yang bermakna dalam fungsi sosial dan pekerjaan dibandingkan dengan
keadaan sebelum sakit.
7. Manifestasi tersebut diatas harus sudah ada selama kurun waktu 2 tahun atau lebih
Perubahan bukan terjadi karena kerusakan otak berat. Adanya diagnosis skizofrenia
sebelumnya tidak meningkirkan kemungkinan diagnosis ini.
48
BAB III
PENUTUP
Dari uraian di atas maka dapat dismpulkan bahwa siapa saja berpotensi untuk
mengalami gangguan kepribadian. Karena gangguan kepribadian tidak saja disebabkan oleh
faktor genetika (dapat diturunkan), tapi juga dipengaruhi oleh faktor temperamental, faktor
biologis (hormon, neurotransmitter dan elektrofisiologi), dan faktor psikoanalitik (yaitu
adanya fiksasi pada salah satu tahap di masa perkembangan psikoseksual dan juga tergantung
dari mekanisme pertahanan ego orang yang bersangkutan).
Dalam DSM-IV, gangguan kepribadian dibagi menjadi tiga kelompok dan masing-
masing kelompok terdapat beberapa gangguan kepribadian dengan karakteristik yang khas
dan berbeda-beda satu sama lain. Hampir semua gangguan kepribadian dapat disembuhkan
baik melalui psikoterapi (terapi kejiwaan) maupun farmakoterapi (terapi obat-obatan), dengan
teknik penyembuhan yang berbeda-beda untuk masing-masing gangguan kepribadian.
49
DAFTAR PUSTAKA
1. Evi Kristiyarini. Kecendrungan gangguan kepribadian pada remaja dan dewasa awal
mod=browse&op=read&id=jiptumm-gdl-s1-2003-evikristiy-270&q=Health
2. Psikologi Kepribadian. http://www.slideshare.net/bocahbancar/psikologi-kepribadian
3. David, A Tomb. Buku Saku Psikiatri, Alih bahasa Martina Wiwie S Nasrun. Ed 6.
tentang/gangguan-kepribadian
5. Castillo, Heather.2003. Personality disorder; Temperament or Trauma. Jessica
Yogyakarta.
50