Anda di halaman 1dari 22

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Konsep Dasar Anak

1. Definisi

Anak adalah sebagai individu yang berada dalam satu

rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga

remaja.(Eko Suryani dan atik badi’ah, 2017)

Anak adalah seorang yang belum berusia 18 tahun termasuk

anak yang masih dalam kandungan. (Undang-undang nomor 35

tahun 2014)

Dari pengertian di atas penulis dapat menarik kesimpulan

bahwa pengertian anak adalah dari seseorang yang baru di

lahirkan didunia dan hingga sebelum mencapai usia 18 tahun dan

belum menikah yang mempunyai kebutuhan khusus serta penuh

harapan.

2. Tahap pertumbuhan dan perkembangan anak

Menurut hasil rapat kerja Ukk Pediatri Sosial, 1986 (dikutif

dari soetjiningsih, 1995) dalam buku Anik Maryunani, (2013)

anatara lain :

a. Masa pranatal :

1. Masa mudigah/embrio :konsepsi - 8 minggu

9
10

2. Masa janin/fetus : 9 minggu – lahir

a. Masa bayi : usia 0 – 1tahun

1) .Masa neonatal : usia 0 – 28 hari

2) .Masa pasca neonatal : 29 hari – 1 tahun

b. Masa pra-sekolah : usia 1 – 6 tahun

c. Masa sekolah : usia 6 – 18/20 tahun

1) .Masa pra-remaja : usia 6 – 10 tahun

2) Masa remaja lanjut :

d. Masa remaja dini :

1) Perempuan, usia 8 – 13 tahun

2) .Laki – laki, usia 10 – 15 tahun

e. Masa remaja lanjut

1) Perempuan, usia 13 – 18 tahun

2) Laki – Laki, usia 15 – 20

B.Konsep Dasar Typhoid

1. Pengertian

Demam thypoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik

bersifat akut yang disebabkan oleh salmonella typhi. Penyakit ini

ditandai oleh panas berkepanjangan, ditopang dengan bakteremia

tanpa keterlibatan struktur endothelia atau endokardial dan invasi

bakteri sekaligus multiplikasi kedalam sel fagosif monocular dari

hati, limfa, kelenjar limfe usus dan peyer’s patch dan dapat menular
11

pada orang lain melalui makanan atau air yang terkontaminasi.

(sumarno, 2002 , dalam nanda 2015 )

Demam thypoid adalah sebuah penyakit infeksi pada usus

yang menimbulkan gejala-gejala sistematik yang disebabkan oleh

Salmonella Typphosa, salmonella paratyphy A, B dan C. Penularan

terjadi secara fekal oral, melalui makanan dan minuman yang

terkontaminasi. Sumber infeksi terutama “Carrier” ini mungkin

penderita yang sedang sakit “Carrier akut”, “Carrier” menahun yang

terus mengeluarkan kuman atau “Carrier” parasit yaitu mereka

yang mengeluarkan kuman melalui eksketa tetapi tak pernah sakit,

penyakit ini endemik di indonesia. ( Ngastiyah, 2005 dalam Wijaya

2013 ).

Demam thypoid adalah suatu penyakit pada usus yang

menimbulkan gejala-gejala sistemik yang disebabkan oleh

salmonella typhosa, salmonella type A,B,C, penularan terjadi

secara pecal, oral melalui makanan dan minuman yang

terkontaminasi. ( Dalam Buku Padila 2013 ).

Demam thypoid adalah penyakit infeksi akut yang biasa nya

mengenai saluran cerna, dengan gejala demam kurang lebih 1

minggu, gangguan pencernaan, dan gangguan kesadaran.

Penyakit infeksi dari salmonella (salmonellosis) ialah segolongan

penyakit infeksi yang disebabkan oleh sejumlah besar spesies


12

yang tergolong dalam genus salmonella, biasanya mengenai

saluran pencernaan. Pertimbangkan demam tifoid pada anak yang

demam dan memiliki salah satu tanda seperti diare (konstipasi),

muntah, nyeri perut dan sakit kepala . Hal ini terutama bila demam

telah berlangsung selama 7 hari atau lebih dan penyakit lain sudah

disisikan. ( WHO, 2005 dalam Sodikin 2011 )

2. Anatomi dan Fisiologi

Anatomi Sistem Pencernaan

Gambar 2.1 Sistem Pencernaan

(Tarwoto dkk, 2015)


13

a. Mulut

Mulut adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri atas 2

bagian yaitu :

1. Bagian luar yang sempit atau versttibula yaitu ruang diantara

gusi,gigi,bibir dan pipi

2. Bagian rongga mulut/bagian dalam, yaitu rongga mulut yang

dibatasi sisinya oleh tulang maksilaris, palatum dan

mandibularis di sebelah belakang bersambung dengan

faring.

b. Faring

Merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut

dengan kerongkongan (esofagus), di dalam lengkung faring

terdapat tonsil (amandel) yaitu kumpulan kelenjar limfe yang

banyak mengandung limfosit dan merupakan pertahanan

terhadap infeksi

c. Esofagus

Merupakan saluran yang menghubungkan tekak dengan

lambung, panjangnya kurang lebih 25 cm, mulai dari faring

sampai pintu masuk kardiak di bawah lambung.

d. Gaster (lambung)

Merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang

paling banyak terutama di daerah epigaster, lambung terdiri dari

bagian atas fundus uteri berhubungan dengan esophagus melalui


14

orifisium, terletak dibawah diafragma di depan pankreas dan

limfa, menempel di sebelah kiri fundus uteri.

e. Usus Halus

Merupakan kelanjutan dari lambung yang terletak di antara

spingter pilorus lambyng dengan valve ileosekal yang merupakan

bagian awal usus besar. Adapun fungsi dari usus halus adalah

menerima sekresi hati dan pancreas, mengabsorpsi saripati

makanan dan menyalurkan sisa hasil metabolisme ke usus besar’

f. Usus Besar

Merupakan usus yang memiliki diameter lebih besar dari

usus halus. Adapun fungsi dari usus besar adalah menyerap air

selama proses pencernaan, membentuk massa feses dan

mendorong sisa makanan hasil pencernaan ( feses ) keluar dari

tubuh.

g. Rektum

Merupakan lubang tempat pembuangan feses dari tubuh.

3. Etiologi

Salmonella thyphi sama dengan salmonella yang lain adalah

bakteri Gram-negatif,mempunyai flagella, tidak berkapsul, tidak

membentuk spora, fakultatif anaerob.Mempunyai antigen somatic (O)

yang terdiri dari oligosakarida, flagelar antigen (H) yang terdiri dari

protein dan envelope antigen (K) yang terdiri dari polisakarida.

Mempunyai makromolekular lipopolisakarida kompleks yang


15

membentuk lapis luar dari dinding sel dan dinamakan endotoksin.

Salmonella typhi juga dapat memperoleh plasmid faktor-R yang

berkaitan dengan resistensi terhadap multiple antibiotic(Nurarif,2015).

4. Patofisiologi

Penularan Salmonella thypi masuk ke tubuh manusia melalui

makanan dan air yang tercemar sebagian kuman di musnahkan

dengan asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus dan

mencapai jaringan limpoid.

Plak peyer di illeum terminalis yang hypertropi. bila terjadi

komplikasi perdarahan dan perforasi intestinal, kuman menembus

lamina masuk aliran limfe mencapai kelenjar limfe mesentrial dan

masuk aliran darah melalui ductus torakisus. Salmonella thypi lain

dapat mencapai hati melalui sirkulasi portal dari usus. Salmonella thypi

bersarang di plak peyer, limfa, hati, dan bagian - bagian lain system

retikulo endotelial, endotoksin salmonella thypi berperan dalam proses

inflamasi local pada jaringan tempat kuman tersebut berkembang biak.

Salmonella thypi dan edotoksinnya merangsang sintesis dan

pelepasan zat pirogen dan leukosit pada jaringan yang meradang,

sehingga terjadi demam ( Wijaya ,2013 ).

Patogenesis (tata cara masuknya kuman Typhoid kedalam

tubuh) pada penyakit Typhoid ini dibagi atas 2 bagian ( Wijaya, 2013 )

yaitu :
16

a. Menembus dinding usus masuk kedalam darah. Diphagosititis oleh

kuman RES (Reticule Endothelial System) dalam hepar dan lien

disini kuman berkembangbiak dan masuk kedalam darah lagi dan

menimbulkan infeksi di usus lagi.

b. Bacil melalui toncil secara Lymphogen dan Haemophogen masuk

kedalam hepar dan lien, bacil mengeluarkan toxin inilah yang

menimbulkan gejala klinis.

5. Manifestasi Klinis

Menurut Nurarif (2015), manifestasi klinis pada penyakit typoid

yaitu:

a. Gejala pada anak : Inkubasi antara 5-40 hari dengan rata-rata 10-

14 hari.

b. Demam menggigil sampai akhir minggu pertama.

c. Demam turun pada minggu ke empat, kecuali demam tidak

tertangani akan menyebabkan syok, stupor dan koma.

d. Ruam muncul pada hari ke 7-10 dan bertahan selama 2-3 hari.

e. Nyeri kepala,nyeri perut.

f. Batuk

g. Epistaksis(gangguan rongga hidung yang ditandai dengan

keluarnya darah dari hidungyang cenderung mudah dihentikan atau

berhenti sendiri).
17

h. Lidah yang berselaput (kotor ditengah,tepi dan ujung merah serta

tremor)

i. Hepatomegali(pembesaran ukuran rongga hati).

j. Meteroismus(perut kembung).

k. Gangguan mental berupa somnolen

l. Delirium atau psikosis(penurunan kemampuan dalam memusatkan

perhatiannya dan tidak mampu berpikir secara jernih).

m. Dapat timbul dengan gejala yang tidak tipikal terutama pada bayi.

5. Komplikasi ( Wijaya,2013)

Menurut wijaya ,2013 komplikasi pada demam typoid yaitu:

a. Komplikasi intestinal

1. Perdarahan usus

2. Perforasi usus

3. Ileus paralitik

b .Komplikasi ekstraintestinal

1. komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi peerifer (renjatan

,sepsis),miokarditis ,thrombosis,dan tromboflebitis.

2. komplikasi darah: anemia hemolitik,trombositopenia,atau koagulasi

intravaskuler diseminata dan sindrom uremia hemolitik.

3. komplikasi paru: pnemunia,empiema,dan pleuritis.

4. komplikasi hepar dan kandung kemih: hepatitis dan kolelitiasis.


18

5. komplikasi gagal ginjal : glomerulonefritis,pielonefritis dan

perinefritis.

6. komplikasi tulang:osteomielitis,periostitis,spondilitis dan arthritis

7. komplikasineuropsikiartrik:

delirium,meningismus,meningitis,polyneuritis perifer,sindrom gullain

barre,psikosis,dan sindrom katatonia.

6. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium :

a. Pemeriksaan darah tepi: terdapat gambaran

leukopenia,limpositosis relatif dan eosinofilia pada awal penyakit,

anemia, trombositopenia ringan dan pemeriksaan SGOT serta

SGPT pada keadaan demam typhoid biasanya meningkat dan

akan kembali normal setelah sembuh.

b. pemeriksaan sumsum tulang : gambaran sumsum tulang berupa

hiperaktif RES dengan adanya sel makrofag dan sistem

c. menjadi karier.

d. pemeriksaan widal

pemeriksaan widal tidak selalu positif walau pasien menderita

typhoid Abdominalis ( negatif semu ). Sebaliknya titer dapat positif

semu karena keadaan sebagai berikut :


19

e.Titer O dan H tinggi karena terdapat aglutinin normal karena

eritropoesis, granulopoesis dan trombopoesis berkurang.biakan/

kultur empedu : basil salmonella typosa ditemukan pada darah

(minggu I ), faeses dan urin. Hasil ( + ) untuk menegakkan

diagnosa, hasil ( - ) menentukan penderita sembuh dan tidak

infeksi basil coli pathogen pada usus.

Neonates : zat anti diperoleh dari ibu lewat tali pusat.

a.Terdapat infeksi silang dengan rikettsia ( well felix ).

b.Imunisasi alamiah karena masuknya basil per oral pada

keadaan infeksi subklinis10.(Menurut, padila 2013).

7. Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan demam typoid dilakukan dengan terapi

suportif,simptomatis,dan pemberian antibiotik jika sudah ditegakkan

diagnosis. pasien demam typoid harus segera dirawat dirumah sakit

atau pelayanan kesehatan karena pasien memerlukan istirahat selama

5-7 hari.selain itu,pengawasan ketat perlu dilakukan agar tidak terjadi

komplikasi yang berbahaya,pasien boleh bergerak (mobilisasi)

sewajarnya,misalnya kekamar mandi,duduk diteras,mandi sendiri,dan

makan sendiri, yang perinsipnya adalah tidak melakukan aktivitas

berat yang membutuhkan banyak energi.

Pengaturan pola makan sangat penting pada penyakit ini

mengingat organ yang terganggu yaitu system pencernaan ,khususnya


20

usus halus. jika pasien tidak sadar ,maka dapat diberikan makanan

cair dengan menggunakan sonde lambung.jika pasien sadar ,maka

pemberian makanan bisa dari bubur saring. jika kondisi pasien sudah

membaik,maka ditingkatkan makanannya menjadi bubur kasar,dan jika

sudah normal,maka dapat diberikan nasi biasa,dan susu diberikan 2

gelas sehari.selain itu ,dapat pula diberikan makanan yang rendah

selulosa serta tidak menimbulkan gas.(Marni,2013).

Obat diberikan secara simptomatis,misalnya pada pasien yang

mual dapat diberikan antiemetic,pada pasien yang demam dapat

diberikan antipiretik,dan boleh ditambahkan vitamin untuk

meningkatkan stamina tubuh.antibiotik yang dapat mengatasi penyakit

demam typoid yang sering kali digunakan yaitu

kloramfenikol,kotrimoksazol,ampisilin,amoksisilin,dan seftriakson.obat

yang paling efektif mengatasi infeksi ini yaitu kloramfenikol yang

diberikan dosis 50-100 mg/kg/BB/hari.

Untuk mencegah terjadinya demam typoid,perlu diberikan

kombinasi vaksin.vaksin yang sering diberikan yaitu vaksin

polisakarida.kondisi anak sedang demam ,dan anak berusia dibawah 2

tahun .Anak berusia diatas 2 tahun dianggap sudah mempunyai

antibody untuk menerima vaksin salmonella tersebut dan sudah

terpapar dengan bakteri salmonella dari makanan jajanan.

Untuk mengontrol epidemi, dapat dilakukan dengan penyediaan

air bersih yang adekuat,sanitasi lingkungan ,dan personal hygiene


21

yang memadai.Pemberian penyuluhan tentang perilaku hidup bersih

dan sehat ( PHBS) dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untukn

berperilaku bersih dan sehat, tindakan tersebut diharapkan dapat

mengurangi atau menghilangkan kejadian demam typoid.

C.Konsep Dasar keperawatan

1. Pengkajian

Berdasarkan tanda gejala penyakit typhoid, maka asuhan

keperawatan yang prioritas ditegakkan adalah berisikan tentang

pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan implementasi,

perencanaan pemulangan yaitu :

Kaji gejala dan tanda meningkatnya suhu tubuh,terutama pada

malam hari, nyeri kepala, lidah kotor, tidak ada nafsu makan, epitaksis,

penurunan kesadaran.

1. Data Biografi

Meliputi : Identitas klien dan identitas penanggung jawab.

2. Riwayat kesehatan

a. keluhan utama

Keluhan yang dirasakan pertama kali oleh klien sehingga

menyebabkan klien dirawat.

b. Suhu tubuh meningkat setiap hari, menurun pada pagi hari dan

meningkat pada sore hari

c. Klien masih dalam keadaan demam


22

d. Suhu tubuh berangsur turun dan normal 36-37°C pada akhir

minggu ketiga.

e. Gangguan sistem pencernaan : mulut : nafas berbau tidak

sedap, bibir kering dan lidah pecah-pecah, lidah tertutup selaput

putih kotor, anoreksia, mual dan perasaan tidak enak, abdomen

kembung, nyeri tekan perabaan.

3. Riwayat kesehatan sekarang

Merupakan perjalanan penyakit klien. Bagaimana seberapa

berat, disertai dengan apa dan kapan timbulnya.

a. Riwayat penyakit masa lalu

Apa klien mengalami atau menderita penyakit sebelumnya

yang merupakan faktor predisposisi terjadinya thypoid.

b. Riwayat kesehatan keluarga

Apakah dalam keluarga atau generasi sebelumnya dan

sesudahnya ada yang menderita penyakit yang sama

(merupakan penyakit sosial).

1. Pemeriksaan fisik

a.Infeksi

Di mulai dari kepala unuk melihat kondisi atau warna


konjungtiva, seklera, pembesar kelenjar tiroi

b.Auskultasi

Auskultasi sebaiknya dilakukan sebelum palpasi dan

perkusi untuk merangsang area tubuh. pada uumnya palpasi


23

untuk pemeriksaan gestroentinal di fokuskan pada palpasi

abdomen, palpasi abdomen di tuk menghindari perubahan

frekuensi dan kualitas bising usus.

c.Palpasi

Merupakan teknik pemeriksaan fisik dengan meraba

atau bedakan menjadi tiga:

1.Palpasi ringan (superfisial)

Untuk mengetahui adanya keteganagan otot, nyeri

abdomen,dan beberapa organ dan massa superfisisal.

2.Palpasi dalam

Untuk memeriksa masa di abdomen.

3.Palpasi khusus

Untuk mengetahui kelainana organ-organ ascesoris

sepertiheper dan ginjal.

2.Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium :

a. Pemeriksaan darah tepi

b. Pemeriksaan sumsum tulang

c. Kultur empedu

d. Pemeriksaan widal
24

2. Diagnosa Keperawatan (Nurarif, 2015)

a. Hipertermi b.d proses Infeksi

b. Nyeri Akut b.d proses peradangan

c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake

yang tidak adekuat

d. Resiko kekurangan volume cairan b.d peningkatan suhu tubuh

e. Intoleransi aktivitas b.d pembatas aktivitas.


25

3. Rencana Tindakan/Perencanaan

Tabel 2.1

Rencana keperawatan

Tujuan dan kriteria


NO Diagnosa Intervensi
hasil
Keperwatan (NIC)
(NOC)
1 Hipertermia NOC NIC
Definisi : Thermorugulation Fever treatment
peningkatan suhu Kriteria Hasil : 1. Monitor suhu
tubuh diatas 1. Suhu tubuh sesering
kisaran normal. dalam rentang mungkin
normal 2. Monitor IWL
Batasan
2. Nadi dan RR 3. Monitor warna
Karakteristik: dan suhu kulit
dalam rentang
1. kulit kemerahan normal 4. Monitor tekanan
2. Peningkatan 3. Tidak ada darah, nadi, dan
suhu tubuh perubahan RR
diatas kisaran warna kulit an 5. Monitor intake
normal tidak ada pusing dan output
3. Kejang 6. Berikan anti
4. Takikardi piretik
5. Takipnea 7. kolaborasi
6. Kulit terasa pemberian cairan
hangat intravena
Faktor faktor yang 8. Kompres pasien
berhubungan: pada lipat paha
1. Penurunan dan aksila
respirasi Temperature
2. Dehidrasi regulation
3. Pemajanan 1.Monitor suhu
lingkungan minimal tiap 2 jam
yang panas 2. Monitor
4. Peningkatan tanda-tanda
laju hipertermi dan
metabolisme hipotermi
5. Medikasi Vital sign Monitoring
6. Rauma 1. Monitor TD, nadi,
7. Aktivitas suhu, dan RR
berlebihan 2. Monitor suhu,
warna,dan
26

kelembaban kulit
2 Nyeri Akut NOC NIC
Definisi : 1. Pain Level Pain Management
pengalaman 2. Pain control 1. Lakukan
sensori dan 3. Comfort leve pengkajian nyeri
emosional yang Kriteria Hasil : secara
komprehensif
tidak 1. Mampu
2. Gunakan teknik
menyenangkan mengontrol nyeri
komunikasi
yang muncul 2. Melaporkan
terapeutik untuk
bahwa nyeri
akibat kerusakan mengetahui
berkurang dengan
jaringan yang pengalaman nyeri
menggunakan
aktual atau pasien
manajemen nyeri
potensial atau 3. Kaji kultur yang
3. Mampu
mempengaruhi
digambarkan mengenali nyeri
respon nyeri
dalam hal 4. Menyatakan rasa
4. Evaluasi
kerusakan nyaman setelah
pengalamanan
nyeri berkurang
sedemikian rupa. nyeri masa
Batasan lampau
karakteristik : 5. Ajarkan tentang
1. Perubahan teknik non
selera makan farmakologi
2. Laporan 6. Berikan analgetik
isyarat untuk mengurangi
3. Mengekspresi nyeri
kan perilaku ( Analgesic
mis.,gelisah, Administration
merengek, 1. Tentukan lokasi,
menangis ) karakteristik,
4. Masker wajah kualitas dan
5. Sikap derajat nyeri
melindungi sebelum
area nyeri pemberian obat
6. Indikasi nyeri 2. Cek riwayat alergi
yang dapat 3. Monitor vital sign
diamati sebelum dan
7. Sikap tubuh sesudah
melindungi pemberian
8. Melaporkan analgesik pertama
nyeri secara kali
verbal 4. berikan analgesik
9. Gangguan 5. Evaluasi
tidur efektivitas
Faktor yang analgesik,tanda
dan gejala
27

berhubungan :
1.Agen cedera
3 Ketidakseimbanga NOC NIC
n nutrisi kurang 1. Nutritional Status Nutrition
dari kebutuhan 2. Nutritional Status : Management
tubuh food anf fluid intake 1. Kaji adanya alergi
Definisi :Asupan 3. Nutritional Status : makanan
nutrisi tidak cukup nutrient intake 2. Anjurkan pasien
untuk
untuk memenuhi 4. Weight control
meningkatkan
kebutuhan Kriteria Hasil : intake makanan
metabolik 1. Adanya 3. Anjurkan pasien
Batasan peningkatan berat untuk
karakteristik : badan sesuai meningkatkan
1. Menghindari dengan tujuan protein dan
makanan 2. Berat badan ideal vitamin C
2. Bising usus 4. Berikan informasi
sesuai dengan
hiperakif tentang
tinggi badan kebutuhan nutrisi
3. Kurang minat
pada makanan 3. Tidak ada tanda- Nutrition Monitoring
4. Penurunan berat tanda malnutrisi 1. BB pasien dalam
badan dengan 4. Tidak terjadi batas normal
asupan penurunan berat 2. Monitor adanya
makanan badan yang penurunan berat
adekuat berarti badan
5. Membran 3. Monitor turgor kulit
mukosa pucat Monitor mual dan
6. Cepat kenyang muntah
setelah makan 4. Monitor
Faktoryang pertumbuhan dan
berhubungan : perkembangan
1. Faktor biologis
2. Faktor ekonomis
3. Ketidakmampua
n untuk
mencerna
makanan
4. Ketidakmampua
n menelan
makanan
5. Faktor psikologis
4 Resiko NOC NIC
kekurangan 1. Fluid balance Fluid management
volume cairan 2. Hydration 1. Monitor status
3. Nutritional Status : hidrasi
28

Definisi : Berisiko Food and Fluid 2. Monitor vital sign


mengalami intake 3. Kolaborasi
dehidrasi vaskuler, Kriteria Hasil : pemberian cairan
1. 1.Mwmpertahankan IV
selular,atau
urine output sesuai 4. Dorong keluarga
intraselular. untuk membantu
dengan usia dan
Faktor risiko BB,BJ urine pasien makan
1. Volume cairan normal, HT normal 5. Kolaborasi dengan
aktif 2. Tekanan darah, dokter
2. Kurang nadi,suhu dalam Hypovolemia
pengetahuan batas normal Management
3. kegagalan 3. Tidak ada tanda- 1. Monitor berat
fungsi regulator tanda dehidrasi, badan
4. Agen elastisitas turgor 2. Dorong pasien
fermasutikal kulit baik, membran untuk menambah
(mis: diuretik ) mukosa lembab, intake oral
tidak ada rasa haus
yang berlebihan
5 Intoleransi NOC NIC
aktivitas 1.Energy conservation Activity Therapy
Definisi : 2. Activy tolerance 1. 1.Bantu klien
ketidakcukupan 3. Self Care : ADLs untuk
energi psikologis Kriteria Hasil : mengidentifikasi
aktivitas yang
atau fisiologis 1. Mampu melakukan
mampu dilakukan
untuk melanjutkan aktivitas sehari-hari
2. Bantu
atau (ADLs) secara
pasien/keluarga
mandiri
menyelesaikan untuk
2. Tanda tanda vital
aktivitas mengidentifikasi
normal
kehidupan sehari- 3. Mampu berpindah : kekurangan
hari yang harus dalam beraktivitas
dengan atau tanpa
3. Bantu pasien
atau yang ingin bantuan alat
untuk
dilakukan. mengembangkan
Batasan motivasi diri dan
Karakteristik : penguatan
1. Respon tekanan 4. Monitor respon
darah abnormal fisik, emosi, sosial
terhadap dan spiritual
aktivitas
2. Ketidaknyaman
an setelah
beraktivitas
3. Menyatakan
merasa letih
4. Menyatakan
29

merasa lemah
Faktoryang
berhubungan :
1. kelemahan
umum
2. Imobilitas

Intervensi menurut Amin Huda, (2015).

4. Implementasi

Menurut Amin huda,(2015) Implementasi sebagai berikut:

1. Hipertermi b.d proses penyakit:

a) Monitor TTV sesering mungkin.


b) Monitor intake dan output.
c) Kompres pasien pada lipatan paha dan aksila
2. Nyeri akut b.dproses peradangan:
a) Lakukan pengkajian secara komprehensif.
b) Gunakan teknik komunikasi terapeutik.
c) Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau.

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake


yang tidak adekuat:

a) Kaji adanya alergi makanan.


b) Monitor adanya penurunan berat badan.
c) Monitor mual dan muntah.

4. Resiko kekurangan volume cairan b.dpeningkatan suhu tubuh:

a) Dorong keluarga untuk membantu pasien makan.


b) Kolaborasi pemberian cairan IV.
c) Monitor berat badan.

5. Intoleransi aktivitas b.dpembatasan aktivitas:

a) Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam


beraktivitas.
b) Bantu pasien/keluarga untuk mengembangkan motivasi diri dan
penguatan.
c) Monitor respon fisik,emosi, social dan spiritual.
30

5. Evaluasi

Berdasarkan implementasi yang dilakukan, maka evaluasi yang

diharapkan untuk klien dengan gangguan sistem pencernaan typhoid

adalah : tanda-tanda vital stabil, kebutuhan cairan terpenuhi, kebutuhan

nutrisi terpenuhi, tidak terjadi hipertermia, klien dapat memenuhi

kebutuhan sehari-hari secara mandiri, infeksi tidak terjadi dan keluarga

klien mengerti tentang penyakitnya.(Menurut,padila 2013).

Anda mungkin juga menyukai