Anda di halaman 1dari 22

KARYA NYATA

TUTOR PENDIDIKAN KESETARAAN

STRATEGI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET C DALAM


MEMBANGUN KARAKTER PESERTA DIDIK TINDAK TUTUR KATA PENDIDIK
DI PKBM BHAKTI SURUH KECAMATAN SURUH KABUPATEN TRENGGALEK

OLEH
SUFAN ASHARI, SE

PKBM BHAKTI SURUH KECAMATAN SURUH


ALAMAT: DUSUN KRAJAN RT.10 RW.01 DESA WONOKERTO,
KECAMATAN SURUH KABUPATEN TRENGGALEK
ABSTRAK

PKBM Bhakti Suruh sebagai penggerak inovasi dalam upaya membangun karakter siswa
peserta didik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
PKBM adalah sebuah lembaga pendidikan yang dikembangkan dan dikelola oleh masyarakat
serta diselenggarakan di luar sistem pendidikan formal baik di perkotaan maupun di pedesaan dengan
tujuan untuk memberikan kesempatan belajar kepada seluruh lapisan masyarakat agar mereka mampu
membangun dirinya secara mandiri sehingga dapat meningkatkan kualitas hidupnya. Untuk itulah
PKBM berperan sebagai tempat pembelajaran masyarakat terhadap berbagai pengetahuan atau
keterampilan dengan memanfaatkan sarana, prasarana dan potensi yang ada di sekitar lingkungannya
(desa, kota), agar masyarakat memiliki keterampilan yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan
taraf hidup. Tujuan inovasi pengelolaan PKBM adalah memberdayakan masyarakat agar mampu
mandiri (berdaya), mampu bersaing dalam dunia usaha dan dunia industri, meningkatkan kualitas
hidup masyarakat baik dari segi sosial maupun ekonom dan mampu membangun karakter manusia
,Meningkatkan kepekaan terhadap masalah-masalah yang terjadi dilingkungannya sehingga mampu
memecahkan permasalahan tersebut.
KATA PENGANTAR

Mengucap puji syukur kehadirat Alloh SWT berkat rahmat dan hidayahNya kami dapat
menyelesaikan penyusunan Karya Nyata inovasi dalam upaya menyinergikan pengelolaan PKBM
dengan dunia usaha dan dunia industri untuk peserta didik di PKBM Bhakti Suruh, Kecamatan Suruh.
Penyusunan naskah karya nyata inovasi dalam upaya menyinergikan pengelolaan PKBM
dengan dunia usaha dan dunia industri untuk peserta didik di PKBM Bhakti Suruh, Kecamatan Suruh
yang kami susun sebagai wujud apresiasi kami selaku pengelola PKBM dalam melaksanakan tugas
kami sebagai pengelola PKBM yang masih relatif minim pengalaman. Namun demikian tidak
mengendorkan minat kami untuk ikut berkreasi dalam rangka meningkatkan kinerja PKBM kami.
Karya nyata ini bertema strategi pembelajaran pendidikan kesetaraan paket c dalam
membangun karakter Peserta didik melalui tutur kata pendidik ”tema ini kami ambil sesuai dengan
pengalaman kami selaku pengelola PKBM dalam kaitanya untuk melakukan inovasi dalam upaya
menyinergikan strategi pembelajaran PKBM dalam rangka membangun karakter peserta didik.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak memberikan
masukan dan bimbingan guna terwujudnya karya nyata ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan karya nyata ini jauh dari sempurna kami menyadari
masih terdapat banyak kekurangan-kekurangannya, untuk itu mohon saran yang bersifat membangun
dari berbagai pihak demi kesempurnaan karya nyata ini.

Suruh, 28 Maret 2019

SUFAN ASHARI,SE
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam UU No 20 tahun 2003 Pasal 13 ayat (1) ditegaskan bahwa “jalur pendidikan
terdiri atas pendidikan formal,nonformal dan informal yang dapat saling melengkapi dan
memperkaya”, artinya ketiga jalur pendidikan tersebut merupakan satu kesatuan layanan
pendidikan kepada masyarakat. Khusus berkaitan dengan jalur pendidikan nonformal
ditegaskan pada pasal 26 ayat (1) bahwa pendidikan nonformal berfungsi sebagai
pengganti,penambah dan pelengkap pendidikan formal dalam mendukung pendidikan
sepanjang hayat. Untuk itu, pendidikan nonformal harus mampu menjalankan ketiga fungsi
tersebut dalam rangka meningkatkan akses pendidikan bagi masyarakat yang tidak memiliki
kesempatan mendapat pendidikan melalui jalur formal.
PKBM sebagai salah satu bentuk program pendidikan nonformal (PNF) yang
berfungsi sebagai penambah,pelengkap atau pengganti pendidikan formal, sekaligus
sebagai wujud dari pendidikan berkelanjutan bagi warga masyarakat yang memerlukannya.
PKBM jugaharus mampu membangun karakter peserta didik yang sesuai dengan kepridian
bangsa Indonesia . Bahkan lebih jauh dari itu, PKBM diselenggarakan bagi masyarakat yang
memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup dan sikap untuk
mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
PKBM dapat mengembangkan program-program pendidikan nonformal meliputi:
program kelompok belajar (Kejar) Paket A,B, dan C, Kejar pendidikan keaksaraan, Kursus,
pelatihan serta kelompok-kelompok belajar lainya.Untuk mencapai fungsi, sasaran dan
tujuan setiap lembaga PKBM harus memiliki standar tertentu,sehingga perlu ditetapkan
standar kelembagaan bagi setiap lembaga PKBM.
Dengan pendidikan nonformal yang dikembangkan di dalam PKBM Bhakti
Suruh,diharapkan dapat memberikan keterampilan khusus kepada peserta didik binaan
PKBM Bhakti Suruh untuk membangun karakter peserta didik yang sesuai dengan harkat
dan martabat manusia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
B. Ruang Lingkup
Dari latar belakang diatas, penulis berupaya menjabarkan strategi yang digunakan
untuk pembangunan karakter siswa PKBM Bhakti Suruh, yaitu:
1. membangun karakter peserta didik yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara khusus kepada peserta didik,

C. Tujuan
Tujuan dari penulisan karya nyata ini adalah:
1. Bahan diskusi dan tukar pikiran dengan PKBM lain dalam hal pengembangan
pembangunan karakter siswa ,
2. Hasil penulisan ini bisa dijadikan salah satu referensi bagi PKBM lainnya dalam
mengembangkan dan menigkatkan mutu sebuah lembaga pendidikan.

D. Manfaat
Manfaat dari penulisan karya nyata ini adalah:
1. Bagi penulis, karya nyata ini menjadi evaluasi dari kegiatan pembagunan karakter siswa
dalam kegiatan belajar mengajar untuk menungkatkan kualitas harkat martabat manusia
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara .
2. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan pendidikan karakter dapat
diterapkan di PKBM. Pelaksanaan di dalam kelas melalui nasehat, himbauan, ajakan,
larangan, maupun perintah. Strategi pelaksanaan pendidikan karakter di kelas
dimasukkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran yang diajarkan guru dalam
interaksi belajar
3. Bagi PKBM Bhakti Suruh, karya nyata ini mendokumentasikan kegiatan yang meningkata
Pembangunan karakter siswa PKBM.
4. Bagi PKBM lain, karya nyata ini dapat menjadi contoh untuk menigkatkan pembangunan
karakter PKBM d.
5. Bagi Pemerintah, karya nyata ini dapat menjadi kisah perjuangan pendidikan nonformal,
sehingga dapat memberikan motivasi, support, dan arahan yang lebih baik bagi PKBM di
Indonesia
BAB II
LANDASAN TEORI

Kemendiknas (2011:1) berpendapat bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan nilai,


pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, dan pendidikan watak. Pusat Kurikulum (2009:9)
menyatakan bahwa pendidikan karakter ada delapan belas nilai yang bersumber dari agama,
Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional yaitu: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja
keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,
menghargai, bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan
tanggung jawab. “Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter
kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran, dan tindakan
(http://akhmadsudrajat/pendidikan/karakter/htm). Undang-Undang Nomor: 20/2003 tentang
Sisdiknan menyatakan Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa.

Richard (1985:265) mendefinisikan tindak tutur sebagai tuturan yang menjadi unit fungsional
dalam komunikasi. Sedangkan Levinson (1997:227) Pemakaian makna dan daya tuturan hanya
dapat dijelaskan dalam hubungan aktivitas, atau permainan bahasa yang di dalamnya tuturan-
tuturan memainkan suatu peran. Ismari (1995:76) menyatakan bahwa tindak tutur dalam arti
sempit adalah istilah minimal dari pemakaian situasi tutur/peristiwa tutur/tindak tutur. Searle
(1969:23-24), menyatakan secara pragmatik setiap tindak tutur termanifestasikan ke dalam
tiga tindak sekaligus yaitu: (1) tindak untuk mengatakan sesuatu (locutionary act), tindak ini
disebut the act of saying something, (2) tindak untuk melakukan sesuatu (illocutionary act),
tindak ini dinamakan the act of doing something, dan (3) tindak mempengaruhi mitra tutur.
(perlocutionary act), tindak ini disebut the act of affecting someone. Searle (dalam
Leech,1993:164-165) menggolongkan tindak tutur ke dalam lima jenis tindak tutur yaitu:
asertif (assertives), direktif (directives), komisif (commissives), ekspresif (expressives), dan
deklaratif (declaratives).

Belajar secara umum dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku akibat interaksi
individu dengan lingkungannya (Suprayekti, 2004:2) Ahmadi (2005:16) menyatakan bahwa
belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan pelatihan. Sardiman
(2007:48), menyatakan bahwa mengajar diartikan sebagai suatu aktivitas mengorganisasi atau
mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak, sehingga terjadi
proses belajar.

Mempertimbangkan dan memilih sistem belajar mengajar yang tepat untuk mencapai sasaran
yang akurat. (http://sutisna.com/pendidikan/strategi-belajar-mengajar/konsep-strategi-
belajar-mengajar/). Winarno (1994:26-29) interaksi belajar mengajar di kelas sebagai suatu
proses yang keterkaitan berbagai komponen siswa didik, pendidik, tujuan, metode, sarana ,
bahan/materi, dan evaluasi.

Leech (1993:8) mendefinisikan Pragmatics is the study of meaning in relations to speech


situation. Levinson (1997:9) mendefinisikan “Pragmatics is the study of those relations
between language and context that are grammaticalized, or encoded in the structure of a
language” (Pragmatik merupakan studi bahasa yang mempelajari relasi bahasa dengan
konteksnya, konteks yang dimaksud tergramatikalisasi di dalam struktur bahasa). Parker
(1986:11) Pragmatik berbeda dari tata bahasa yang merupakan kajian struktur bahasa secara
internal.
III. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian kualitatif
deskriptif. Strategi penelitian yang digunakan adalah studi kasus terpancang, karena
permasalahannya dan fokus penelitiannya sudah ditentukan sebelumnya. Sumber datanya
adalah: (1)guru-guruPKBM Bakti , kecamatan Suruh, (2) Proses pembelajaran di kelas, (3)
Siswa, (4)Arsip dan dokumen

Teknik cuplikan (sampling) yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive
sampling. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan cara wawancara,
observasi langsung, kuesioner, dan analisis dokumen. Untuk menjamin pemeriksaan
keabsahan data maka dalam penelitian ini menggunakan teknik trianggulasi,yaitu: (1)
trianggulasi data (sumber), (2) trianggulasi peneliti, (3) trianggulasi metode, dan (4)
trianggulasi teoretis.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis interaktif.
Analisis interaktif proses analisisnya, pengumpulan data, reduksi data, sajian data, dan
penarikan simpulan.
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Pada awal penelitian memang dapat dilihat, ada sebagian siswa yang kurang peduli dan
tidak mau berjabat tangan dengan guru. Hal ini disebabkan karena malu, berebut cepat duduk,
dan berebut cepat pulang, dan berbagai alasan lain. Kegiatan yang dapat mendidik untuk
pendidikan karakter di sekolah, yang dilaksakan oleh sekolah dan siswa kelas satu sampai kelas
enam adalah: (a) jabat tangan dengan guru sebelum masuk kelas dan pulang sekolah, (b) doa
sebelum pelajaran dimulai dan doa waktu akan pulang sekolah, (c) hormat bendera sebelum
pembelajaran dimulai dan waktu akan pulang, (d) menyanyikan lagu Nasional sebelum
pelajaran dimulai dan waktu akan pulang,, (g) berpakaian bebas tapi rapi sesuai tata tertib
sekolah, (h) membuang sampah pada tempat sampah, (i) melaksanakan kegiatan kebersihan
kelas sesuai jadwal piket, (j) Melaksanakan kegiatan gerak jalan bersama setiap jumat minggu
pertama. Penerapan pendidikan karakter di PKBM Bhakti Suruh ini sudah dimulai sejak kelas X
sampai kelas XII

Penerapan pendidikan karakter ini terintegrasi dalam setiap mata pelajaran yang
relevan. Sesuai dengan visi dan misi PKBM Bhakti Suruh , bahwa iman, taqwa dan prestasi
merupakan suatu kesatuan yang utuh yang akan dicapai dalam masa yang akan datang.
Pendidikan karakter di sekolah dibangun melalui keterlibatan semua unsur di sekolah. Kepala
sekolah, pendidik, tenaga kependidikan dan peserta didik dalam interaksi yang diikat oleh
aturan, norma, moral dan etika bersama yang berlaku di sekolah. Setiap kelas, mulai dari kelas
satu sampai kelas enam sebelum pelajaran dimulai berdoa menurut agama dan
kepercayaannya masing-masing, dipimpin oleh ketua kelas, selanjutnya menyanyikan salah
satu lagu nasional. Demikian juga waktu mau pulang dilaksanakan kegiatan doa bersama dan
menyanyikan lagu nasional, dengan pemberian pengarahan dan pembinaan dari guru.

Tindak tutur guru dalam interaksi belajar mengajar di dalam kelas dapat berupa:

a) Asertif (assertives)

Data di bawah ini merupakan contoh-contoh tindak tutur asertif, yang dilakukan oleh
guru Wi ,SRT, dan PAL yang berkaitan dengan penerapan pendidikan karakter. Contoh tindak
tutur guru dalam interaksi belajar mengajar di kelas, yang dapat memberikan informasi,
menunjukkan, menerangkan, menyebutkan, dan mengumumkan sesuatu materi pelajaran
yang dapat menumbuhkembangkan nilai-nilai penerapan pendidikan karakter siswa di kelas.

Guru kelas satu, WI dalam pembelajaran kegiatan awal atau dalam tahap apersepsi, tindak
tuturnya yang dapat dimasukkan dalam tindak tutur asertif sebagai contoh:

”Berdoalah sebelum berangkat ke sekolah, jangan lupa berjabat tangan dengan orang tua kita,
dan minta ijin pada orang tua”.

”Mengapa kita berdoa pada Tuhan dan minta ijin pada orang tua? Agar kita selamat
diperjalanan dan dapat belajar dengan baik”.

Selanjutnya, pada kegiatan inti, ibu guru SRT dalam menyampaikan materi pembelajaran,
sudah terlihat memberikan nasihat-nasihat kepada siswa-siswinya, supaya menghormati orang
tuanya.

Contoh:

”Anak-anak, coba diperhatikan gambar ini”. (sambil menunjukkan gambar keluarga inti)

”Gambar apa ini?”

(sebagian besar menjawab) ”keluarga”

”Ya, ini gambar keluarga, atau keluarga inti”. ”Kelurga inti terdiri dari ayah, ibu dan anak.
”Siapa yang melahirkan kalian?”

Ibu

”Jangan lupakan kasih sayang ibu”.

Pada kegiatan penutup, ibu guru Sj menyampaikan beberapa nasihat, di antaranyaa adalah:

”Sebelum pulang, ibu guru berpesan”.

”Hati-hatilah di jalan. Jangan sembrono di jalan raya, banyak kendaraan yang lewat”.

”Sampai di rumah jangan lupa mengucapkan salam pada orang tua”.

’Belajar yang rajin di rumah, tugas dari ibu guru dikerjakan yang sungguh-sungguh”.

”Iya bu guru”.

”Mari kita berdoa”.


”Ketua kelas menyiapkan kelasnya yang baik”.

Pengamatan pada guru kelas tiga ibu Bd dalam pembelajaran awal atau kegiatan apersepsi,
memberikan pengarahan dan pembinaan dengan tindak tutur dengan mengkondisikan siswa
di dalam kelas dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut.

”Anak-anak, mari sebelum pelajaran di mulai kita berdoa terlebih dahulu”.

”Dengan berdoa kita akan selalu dilindungi dan berkahi oleh Tuhan Yang Maha Kuasa”.

”anak-anak berdoa” setelah selesai berdoa (Serentak)

”Selamat pagi ibu guru”.

”Selamat pagi anak-anak. Sekarang yang tidak masuk siapa?” (guru memanggil nama siswa
satu persatu)

”Anak-anak, tolong diperhatikan ya”.

”Bila anak-anak tidak masuk sekolah sebaiknya harus memberitahukan kepada ibu guru bisa
dengan membuat surat ijin”.

”Ya, bu”.

”Anak-anak siap untuk belajar hari ini?”

”Siap bu”.

(Selanjutnya ibu guru menyajikan pembelajaran).

Dalam penyajian pembelajaran ini, ibu guru PAL memberikan pernyataan-pernyataan yang
menerapkan dalam pendidikan karakter. Sebagai contoh:

”Anak-anak kalau mengerjakan jangan meniru temannya ya, bekerja sendiri-sendiri”.

”Meniru teman belum tentu teman kalian itu benar. Lha kalau temanmu salah kamu apa mau
juga, tidak khan?makanya dikerjakan sendiri ya”.

”Harus punya pendirian, kerjaannya yang paling benar”.

”Tidak boleh meniru teman-temannya, ya”.

.
Pada akhir pembelajaran ibu guru PAL menyampaikan beberapa nasihat, di antaranya sebagai
berikut.

”Sebelum pulang, ibu guru berpesan”.

”Hati-hatilah dalam perjalanan, banyak kendaraan yang lewat”.

”Jangan lupa Belajar yang rajin di rumah”

”Iya bu guru”.

”Mari kita berdoa”.

”Ketua kelas menyiapkan kelasnya yang baik”.

(ibu guru Bd.berdiri di depan kelas, siswa urut satu persatu berjabat tangan dengan ibu guru
/A)

”Hati-hatidi jalan”.

Demikian pula pada guru kelas lima, bapak Spm. Penyampaian dan penerapan pendidikan
karakter melalui tindak tutur guru di dalam kelas lima oleh guru kelas Spm, dapat dilihat pada
kegiatan sebelum pelajaran di mulai, antara lain:

Bapak guru masuk kelas (tanpa di suruh semua siswa berdiri dan ketua kelas menyiapkan dan
memberi aba-aba untuk berdoa)

”Siap grak, berdoa mulai, selesai”.

”Selamat pagi pak guru”.

Selamat pagi anak-anak. Ada yang ijin hari ini? (guru memanggil nama siswa satu persatu)

”Baik, kelas lima hari ini masuk semua tidak ada yang ijin. Hari ini pelajaran PPKn”.

”Sebelum pelajaran, mari kita menyanyi dulu, lagu apa?”

(semua mengutarakan keinginannya masing-masing).

”Kalau begitu, bapak guru yang menentukan saja, Padamu Negeri, setuju”.

”Setuju pak”

”Setuju pak”.
Pada kegiatan inti pembelajaran, bapak guru Spm memberikan saran dan pembinaan
bagaimana mencintai dan melakukan kejujuran dalam kehidupan sehari-hari, dan semangat
kerja keras dalam mencapai cita-cita dan harapan. Tuturan guru Spm sebagai berikut.

”Siapa yang tekun belajar, pasti akan mendapatkan imbalan”. Ada pepatah ”berakit-rakit ke
hulu berenang-renang ketepian, bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian”

”Bagi siswa yang mengerjakan tugas benar semua, bapak guru akan memberi hadiah”.

”Sikap pahlawan menjadi contoh dan teladan”.

”Kerja keras, ulet, tangguh, dan pantang menyerah harus anak-anak teladani”.

”Berpangku tangan bermalas-malasan harus anak-anak jauhi dan dihindari”.

b) Direktif (directives)

Tindak tutur direktif yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar baik di kelas
rendah dan kelas tinggi kebanyakan dalam pemberian tugas dalam mengerjakan soal-soal tes,
baik tes lesan atau tes tertulis. Hal ini dapat dilihat dari setiap rencana pelaksanaan
pembelajaran yang dibuat guru, semuanya ada bentuk perintah tugas dengan tes. Tindak tutur
direktif di dalam kelas bukan hanya berbentuk perintah untuk mengerjakan tugas-tugas tes di
kelas, tetapi dapat juga berbentuk pesan, atau amanat, memberi nasehat, dan memohon. Hal
ini dapat dilihat terutama di kelas rendah, atau kelas satu dan dua, sebelum pulang sekolah,
guru menganjurkan dan memohon dengan bertutur kata, hati-hati di jalan, berjalan di sebelah
kiri, jangan bermain-main di jalan, dan sebagainya.

Guru dalam memberi nasihat sebagai pesan moral kepada siswa untuk selalu menghormati
ayah dan ibu, guru, dan sesama juga termasuk bentuk direktif. Berdoa sebelum pelajaran dan
sesudah pelajaran selesai juga merupakan permohonan kepada Tuhan, untuk selalu
melindungi, memberkati, dan memberi kesuksesan dalam menerima pelajaran di dalam kelas.

Contoh tindak tutur direktif guru di dalam kelas, dalam pembentukan karakter siswa, yang
terdapat di dalam kelas. sebelum memulai pembelajaran di kelas, dapat dilihat dari tuturan
sebagai berikut.

”Anak-anak, mari sebelum pelajaran dimulai disiapkan dulu dan berdoa, ketua kelas
menyiapkan di depan!”
”Mari kita menyanyikan lagu Nasional sambil berdiri. Berkibarlah Benderaku”.

(setelah selesai ibu guru mempersilahkan duduk)

”Anak-anak, nanti yang saya panggil tunjukkan jarinya dan berkata ”ada!”

”Buka buku tematiknya, halaman tujuh belas!”

”Duduknya yang rapi!”

”Mana spidolnya?”

”Lho, papan tulis kotor?”

”Piketnya hari ini siapa?”

Dalam proses kegiatan pembelajaran guru Sj, srt, dan pal sering menyampaikan pentingnya
berdoa, menghormati orang tua, guru, sesama, mengasihi teman-teman. Kita harus taat dan
patuh kepada orang tua kita. Ibu dan bapak guru di sekolah merupakan orang tua anak-anak di
sekolah. Hal ini dapat dilihat dari tuturan guru di kelas, antara lain sebagai berikut.

”Jangan suka membantah perkataan orang tua!”

”Taatilah dan patuhilah nasihatnya!”

”Rukunlah sama teman-temanmu!”

”Anak-anak kalau mengerjakan jangan meniru temannya ya, bekerja sendiri-sendiri”.

”Meniru teman belum tentu teman kalian itu benar. Lha kalau temanmu salah kamu apa mau
juga, tidak khan?makanya dikerjakan sendiri ya”.

”Ayo, diperhatikan ibu guru!”

”Lihatlah papan tulis!”

”Lihatlah contoh cara mengerjakan!”

”Yang sudah bisa mengerjakan tunjukkan jari!”

”Siapa bisa?”

”Di dalam kelas tidak boleh ramai sendiri ya”.

”Ada tugas hari kemarin? Siapa yang tidak mengerjakan ke depan!”


”Mohon tugas dikerjakan secara mandiri”.

”Bagi siswa yang mengerjakan tugas benar semua, bapak guru akan memberi hadiah”.

”Piket hari ini siapa?” (papan tulis kotor)

”Spidolnya mana?” (spidolnya habis)

Selanjutnya pada kegiatan penutup atau pembelajaran selesai, dari ketiga guru Sj, Bd, dan
Spm yang dilihat lewat observasi di dalam kelas, semuanya hampir sama yaitu:

”Marilah kita menyanyikan lagu Nasional...”

(Setelah selesai)

”Anak-anak jangan lupa di rumah belajar yang rajin,ya”.

”Marilah kita berdoa, supaya kita selamat sampai di rumah bertemu keluarga dengan sehat
dan selamat. ketua kelas menyiapkan”.

(setelah selesai, ibu guru di depan pintu, satu persatu berjabat tangan antara guru dan murid
semuanya)

”Sebelum pulang, mari kita menyanyikan lagu Berkibarlah Benderaku”.

(Setelah selesai)

”Boleh disiapkan dan berdoa”, (setelah selesai, ibu guru di depan pintu, satu persatu berjabat
tangan antara guru dan murid semuanya) ”Hati-hati di jalan”.

”Ketua kelas tolong maju, coba kamu pimpin teman-temanmu menyanyikan lagu
Nasional...”.(Setelah selesai)

”Kamu siapkan dan pimpin berdoa”.

”Jangan lupa tugas dikerjakan di rumah”.

c) Komisif (commissive)

Tindak tutur komisif yang dilakukan guru di dalam kelas dapat berupa bentuk tuturan yang
memberikan suatu harapan-harapan, dan motivasi bagi peserta didik. Tindak tutur guru dalam
memberikan pengarahan-pengarahan dan memberi semangat untuk giat belajar, agar kelak
kemudian hari menjadi orang berguna bagi nusa dan bangsa termasuk tuturan komisif. Guru
menjanjikan hadiah pada siswanya untuk menjadi juara kelas ini juga termasuk tuturan
komisif. Tuturan komisif guru di dalam kelas dapat berfungsi sebagai pemacu semangat bagi
peserta didik, karena dapat memberikan suatu harapan dan menjanjikan sesuatu. Tindak tutur
komisif dapat berbentuk tuturan yang membuat penutur terikat suatu tindakan di masa depan
atau bentuk tutur yang berfungsi menyatakan janji atau penawaran, misalnya: menjanjikan,
menawarkan, bersumpah, berkaul. Hal ini dapat dilihat dari tuturan guru di dalam kelas bila
melakukan bimbingan dan penyuluhan terhadap peserta didik. Tindak tutur komisif sering
dilakukan guru di dalam kelas dapat berbentuk tuturan yang mengancam. Sebagai contoh:

”Siapa yang dapat nilai bagus, akan mewakili sekolah”.

”Rajinlah membaca buku di perpustakaan”.

”Kalau belum bisa, berusahalah untuk sering berlatih”.

”Kalau tidak belajar, nilaimu merah”

”Bila tidak memperhatikan pasti tidak bisa”

”Bagi yang sudah selesai mengerjakan, dan betul, boleh istirahat dulu”.

”Yang belum selesai, dilanjutkan di rumah”

”Gemar membaca membuka jendela dunia”.

”Yang datang terlambat, tidak boleh ikut pelajaran”.

”Nilai di bawah KKM harus remidi”

”Nilai bagus pasti naik kelas”

d) Ekspresif (expressives)

Tindak tutur guru di dalam kelas dapat berupa tuturan ekspresif, hal ini dapat dilihat dalam
pembelajaran di kelas, guru sering memberikan apresiasi dan ucapan selamat pada peserta
didik yang dapat menjawab dan mengerjakan soal dengan benar, guru sering memberikan
ucapan baik sekali, tepuk tangan, ucapan selamat, kalimat-kalimat guru tersebut sebagai
ungkapan terima kasih pada peserta didik yang sudah dapat mengerjakan dan menjawab
dengan benar. Tindak tutur ekspresif yang dilakukan guru di dalam kelas dapat merupakan
bentuk tuturan yang berfungsi menyatakan atau menunjukkan sikap ekspresi guru terhadap
suatu keadaan tertentu di dalam kelas. Tindakan dan tuturan guru di dalam kelas yang
berkaitan dengan tuturan ekspresif dapat berupa, mengucapkan terima kasih, mengucapkan
selamat, memberi maaf, memuji, mengucapkan bela sungkawa. Guru dalam kegiatan belajar
mengajar di dalam kelas, sering memberi pujian pada peserta didik yang dapat
membanggakan dan berprestasi bagi sekolah, dan memberikan ucapan selamat dan merasa
bangga, kadang juga guru bersedih bila peserta didik ada yang gagal dan tertinggal. Contoh
tuturan guru ekspresif sebagai berikut.

”Kita beri tepuk tangan pada teman kalian yang dapat mengerjakan dengan benar”

”Ibu guru bangga pada kalian tidak ada yang nilainya jelek, semua bagus-bagus”.

”Ibu bangga bila kelak di antara kalian ini ada yang jadi seorang pejabat tinggi”.

”Ada teman yang sakit, boleh dijengguk bersama-sama sehabis pulang sekolah”.

”Ibu guru nanti menyusul”.

”Gemar membaca membuka jendela dunia”.

”Yang datang terlambat, tidak boleh ikut pelajaran”.

”Nilai di bawah KKM harus remidi”

”Nilai bagus pasti naik kelas”

e) Deklaratif (declaratives)

Deklaratif (declaratives)

Tindak tutur deklaratif yang dilakukan guru di dalam kelas, paling sedikit dipergunakan, karena
tindak tutur deklaratif biasanya berhubungan dengan tuturan seseorang yang mempunyai
kewenangan dan kekuasaan, hal ini berkaitan suatu keadaan yang menghubungkan isi tuturan
dengan kenyataan, misalnya: mengundurkan diri, membabtis, memecat, memberi nama,
menjatuhkan hukuman, mengucilkan.

Tindakan –tindakan ini biasanya dilakukan oleh seseorang yang dalam sebuah kerangka acuan
kelembagaan diberi wewenang untuk melakukannya atau seseorang yang mempunyai
kewenangan untuk itu.

Tindak tutur deklaratif yang dimiliki guru di dalam kelas hanya seputar kewenangan mengelola
pembelajaran di dalam kelas, mendidik dan mengajar, di dalamnya ada kewenangan
memberikan nilai, menyusun peringkat prestasi peserta didik di kelas, memberikan apresiasi
dalam prestasi peserta didik di kelas, tidak mempunyai kekuasaan dan kewenangan dalam
keputusan deklaratif. Contoh tindak tutur deklaratif di dalam kelas antara lain sebagai berikut.

”Yang tidak mengerjakan Pekerjaan Rumah (PR) hari ini, maka harus mengerjakan dahulu di
luar ruang kelas”.

”Bagi anak-anak yang nilainya kurang dari KKM lebih dari tiga mata pelajaran dan diberi
kesempatan remidi masih gagal maka yang bersangkutan tidak naik kelas”.

”Bagi siswa yang terlambat lebih dari 15 menit, mohon ijin masuk kelas kepada guru piket
sekolah”
IV. PEMBAHASAN

a. Penerapan strategi pembelajaran Pelaksanaan Pendidikan Karakter

Dalam penerapan pelaksanaan pendidikan karakter melalui tindak tutur guru di dalam kelas di Sekolah
Dasar Negeri 03 Pereng ini, sudah diterapkan dengan memasukkan nilai-nilai pendidikan karakter
dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran setiap mata pelajaran di setiap kelas. Tindak tutur guru
dalam pembelajaran mulai dari kegiatan apersepsi, kegiatan inti, dan kegiatan penutup dari hasil
pengumpulan data dan analisis bahwa penerapan pendidikan karakter sudah nampak dilaksanakan.
Penerapan tersebut dapat dilihat dari ketiga informan Sj, Bd, dan Spm mulai dari kegiatan
pembelajaran awal, inti, dan penutup hampir sama kegiatan yang dilakukan, hal ini disebabkan karena
urut-urutan pembelajarannya sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah
disusun sebelum pembelajaran dilaksanakan. Kegiatan apersepsi atau kegiatan awal dalam
pembelajaran, nilai-nilai pendidikan karakter yang disampaikan adalah religius, cinta tanah air, dan
disiplin. Tindak tutur guru yang disampaikan hampir sama dari ketiga informan Sj, Bd, dan Spm, yaitu
siswa diperintahkan untuk siap, menyanyikan lagu Nasional, dan berdoa sebelum pelajaran di mulai.

Pada kegiatan inti pembelajaran pendidikan karakter yang disampaikan mulai beragam yaitu: (1)
demokratis, (2) kerja keras, (3) kejujuran, (4) toleransi, (5) mandiri, (6) menghargai, (7) cinta damai, (8)
gemar membaca, (9) peduli lingkungan, (10) peduli sosial.

Penerapan pelaksanaan pendidikan karakter di Sekolah Dasar Negeri 03 Pereng ini sudah diterapkan
mulai dari kelas satu sampai kelas enam. Penerapan pendidikan karakter diterapkan dalam setiap mata
pelajaran yang diajarkan oleh guru secara terintegrasi pada setiap mata pelajaran melalui tuturan-
tuturan yang ada nilai-nilai pendidikan karakter. Nilai-nilai pendidikan karakter terintegrasi di seluruh
mata pelajaran dan termasuk dalam muatan lokal, terutama dalam muatan lokal daerah yaitu Bahasa
Jawa, dengan kekhasannya yang memiliki beberapa kesantunan dan tataran dalam menghormati
sesama/orang lain. Nilai-nilai pendidikan karakter di dalam silabus pembelajaran dan juga dalam
rencana pelaksanaan pembelajaran sudah dicantumkan. Dalam pengembangan diri, pendidikan
karakter diimplementasikan dalam program bimbingan konseling dan kegiatan ektrakurikuler.

Pengembangan nilai-nilai pendidikan karakter di setiap mata pelajaran dapat dilakukan dengan
mengintegrasikan nilai-nilai karakter ke dalam kompetensi dasar, selanjutnya diintegrasikan nilai-nilai
karakter pada silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran.

b. Strategi Penerapan Pelaksanaan Pendidikan Karakter

Strategi penerapan pelaksanaan pendidikan karakter di Sekolah Dasar Negeri 03 Pereng ini
dilaksanakan melalui: kegiatan-kegiatan pembiasaan baik pembiasaan terprogram, spontan, dan
keteladanan. Keteladanan melalui tindak tutur guru di dalam penyampaian pembelajaran di kelas.
Tindak tutur guru yang disampaikan di kelas dalam menerapkan pendidikan karakter bersifat
memberikan bimbingan, pengarahan, nasihat, dan pembinaan dalam rangka pembentukan moral dan
kepribadian siswa yang berkarakter.

Strategi penerapannya dilaksanakan selain melalui pembinaaan, pengarahan dan nasihat melalui
tindak tutur guru di dalam kelas, juga berpedoman pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
yang sudah disusun di setiap mata pelajaran dengan memasukkan pendidikan karakter di dalam
kegiatan pembelajaran mulai dari kegiatan awal, inti, dan penutup.

Kegiatan pembiasaan terprogram antara lain, berdoa sebelum pelajaran dimulai dan sesudah pelajaran
selesai.

Pembiasaan dalam pembelajaran dilakukan guru dengan nasihat-nasihat dalam bentuk tindak tutur
guru yang disesuaikan dengan materi pembelajaran, bimbingan dan konseling bagi peserta didik yang
membutuhkan dan dianggap guru perlu bimbingan konseling sehingga penerapan pendidikan karakter
pun dapat dilakukan melalui beberapa tindak tutur berupa arahan, nasihat, bimbingan, ajakan,
perintah, anjuran.

Tindak tutur yang paling dominan dalam penerapan pendidikan karakter ini adalah tindak tutur
direktif, karena guru sering memberi nasihat, memesan, memerintahkan, mengnjurkan, dan
memohon, agar peserta didik mau melakukan tindakan sesuai yang diharapakan guru. Ucapan dan
tindakan yang dilakukan guru di mata peserta didik akan selalu diingat dan dikenang. Nasihat-nasihat
dan bimbingan arahan yang diucapkan guru dapat dikatakan sebagai ”kata yang hidup” yang akan
bertumbuh di hati peserta didik.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, dapat diambil simpulan sebagai berikut.

(1) Penerapan pendidikan karakter di Sekolah Dasar Negeri 03 Pereng ini, sudah mulai dilaksanakan
dan diterapkan, mulai dari kelas satu sampai kelas enam. Penerapannya melalui bidang akademik yang
diintegrasikan dalam setiap mata pelajaran dan bidang non akademik. Penerapan nilai-nilai pendidikan
karakter sudah dimasukkan ke dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) di setiap mata
pelajaran, sehingga mulai dari kegiatan pembelajaran awal, inti, dan penutup sudah tersusun nilai-nilai
pendidikan karakter yang diajarkan dan diterapkan.

(2) Strategi penerapan pendidikan karakter melalui kegiatan pembiasaan, bimbingan konseling, dan
kegiatan ektra kurikuler. Pelaksanaan dan penerapan dalam kegiatan ektrakurikuler dapat melalui
kegiatan kepramukaan, kerohanian, seni budaya, dan olahraga. Strategi penerapannya dengan
keteladanan tindak tutur guru yang disampaikan dalam kegiatan pembelajaran, karena dalam proses
pembelajaran berpedoman pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mana nilai-nilai
pendidikan karakter sudah tercantum dan siap untuk diterapkan.

Melalui tindak tutur guru dalam pembelajaran dengan pengarahan, pembinaan, nasihat-nasihat yang
terus menerus disampaikan dalam proses pembelajaran lambat laun pasti akan menuai hasil dengan
terbentuknya siswa yang berkarakter.

Pembiasaan spontan yaitu kegiatan tidak terjadwal secara khusus, bersifat insidensial dan tidak
terduga, meliputi: sumbangan bencana alam, menjengguk teman sakit, segera meminta maaf bila
melakukan kesalahan.

Selanjutnya, pembiasaan keteladanan adalah kegiatan dalam bentuk tingkah laku sehari-hari yang
dapat dicontoh, meliputi: berpakaian rapi, berbahasa yang sopan, datang tepat waktu, menghormati
dan menghargai orang lain.

(3) Tindak tutur guru yang paling dominan digunakan di dalam kelas adalah tindak tutur direktif, dan
yang paling kurang dominan digunakan adalah tindak tutur deklaratif.

(4) Penerapan pendidikan karakter bukan hanya sebagai tanggung-jawab sekolah saja, tetapi tanggung-
jawab keluarga dan masyarakat. Pengaruh keluarga dan masyarakat sangat besar terhadap
pembentukan tingkah laku dan karakter siswa. Hal ini disebabkan waktu siswa di sekolah sangat
terbatas, lebih banyak waktunya di rumah dan di lingkungan masyarakat, jadi pembentukan
kepribadian dan karakter siswa merupakan tanggungjawab kita bersama.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dan Prasetya Tri Joko, 2005. Strategi Belajar mengajar. Bandung: Pustaka Setia

Austin, J.R.. 1962. How to Do Things With Words. Oxforf: University Press.

Depdiknas. 2003. Wawasan Kependidikan. Jakarta: Dirjen Dikdasmen.

Ismari .1995. Tentang Percakapan. Surabaya: Airlangga University Press

Kemdiknas. 2011. Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter. Jakarta: Puskurbuk

Kreidler, Charles W. 1998. Introduction English Semantics. New York:

Routledge.

Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-Prinsip Pragmatik (Terj. M.D.D. Oka) Jakarta: Indonesia University Press.

Levinson, Stephen. 1993. Pragmatics. London: Cambridge University Press.

Nugrahani, Farida. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press

Poedjosoedarmo, Soepomo. 1978. Kode dan Alih Kode dalam Widyaparwa 15. Yogyakarta: Balai
Penelitian Bahasa.

Samsuri. 1982. Analisis Bahasa. Jakarta: Erlangga.

Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Suprayekti. 2004. Interaksi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdiknas.

Surahmad, Winarno. 1994. Pengantar Interaksi Belajar Mengajar Dasar-Dasar dan Teknik Metodologi
Pengajaran. Bandung: Tarsito.

Anda mungkin juga menyukai