Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep komunikasi

1. Pengertian

Istilah komunikasi berasal dari bahasa latin comunication yang

berarti sama dalam hal ini berarti sama makna. Komunikasi adalah proses

penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada orang lain

dengan menggunakan lambang-lambang yang bermakna bagi kedua pihak,

dalam situasi yang tertentu komunikasi menggunakan media tertentu untuk

merubah sikap atau tingkah laku seorang atau sejumlah orang sehingga ada

efek tertentu yang diharapkan (Effendy, 2000).

Komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam bentuk

gagasan, informasi dari seseorang ke orang lain (Handoko, 2002)

Komunikator: penyampai informasi atau sumber informasi,

Komunikan: penerima informasi atau memberi respon terhadap stimulus

yang disampaikan oleh komunikator, Pesan: gagasan atau pendapat, fakta,

informasi atau stimulus yang disampaikan, Media: saluran yang dipakai

untuk menyampaikan pesan, Encoding : perumusan pesan oleh

komunikator sebelum disampaikan kepada komunikan, Decoding :

penafsiran pesan oleh komunikan pada saat menerima pesan

10
11

2. Berbagai Macam Komunikasi

Bentuk-bentuk komunikasi dapat dijabarkan sebagai berikut :

a. Komunikasi vertikal

Komunikasi vertikal adalah komunikasi dari atas ke bawah dan dari

bawah ke atas atau komunikasi dari pimpinan ke bawahan dan dari

bawahan ke pimpinan secara timbal balik.

b. Komunikasi horisontal

Komunikasi horisontal adalah komunikasi secara mendatar, misalnya

komunikasi antara karyawan dengan karyawan dan komunikasi ini

sering kali berlangsung tidak formal yang berlainan dengan

komunikasi vertikal yang terjadi secara formal.

c. Komunikasi diagonal

Komunikasi diagonal yang sering juga dinamakan komunikasi silang

yaitu seseorang dengan orang lain yang satu dengan yang lainnya

berbeda dalam kedudukan dan bagian (Effendy, 2000 : 17).

3. Tingkat hubungan komunikasi

Komunikasi intrapersonal, terjadi dalam diri individu sendiri.

Komunikasi ini akan membantu agar seseorang atau individu tetap sadar

akan kejadian disekitarnya. Melamun maka anda sedang melakukan

komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal, interaksi antara dua

orang atau kelompok kecil. Komunikasi ini merupakan inti dari praktek

keperawatan karena dapat terjadi antara perawat dan klien serta keluarga,
12

perawat dengan perawat, dan perawat dengan tim kesehatan lain.

Komunikasi massa, interaksi yang terjadi dalam kelompok besar.

Ceramah yang diberikan pada mahasiswa, kampanye, merupakan contoh

komunikasi massa.

4. Komunikasi verbal

a. Pengertian

Komunikasi yang dilakukan melalui kata-kata, bicara atau

tertulis (Intansari Nurjannah, 2001). Meskipun yang paling

mempengaruhi komunikasi adalah bahasa non verbal, kata adalah alat

yang sangat penting dalam komunikasi. Validasi tentang pengertian

komunikasi verbal antara perawat dan pasien adalah penting. Ada

beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh perawat dalam

berkomunikasi secara verbal adalah: Masalah teknik yaitu seberapa

akurat komunikasi tersebut dapat mengirimkan simbol dari

komunikasi tersebut. Masalah semantik yaitu seberapa tepat simbol

dalam mengirimkan pesan yang dimaksud. Masalah pengaruh yaitu

seberapa efektif arti yang diterima mempengaruhi tingkah laku.

b. Faktor-faktor penting dalam komunikasi verbal

Ellis dan Nowlis (1994) mengatakan beberapa hal penting

dalam komunikasi verbal: penggunaan bahasa, perlu

mempertimbangkan pendidikan klien, tingkat pengalaman dan

kemahiran dalam berbahasa (bahasa Inggris, Indonesia, dll). Dalam

penggunaan bahasa memerlukan kejelasan yaitu memilih kata yang


13

jelas dan tidak mempunyai arti yang salah. Keringkasan yaitu pesan

singkat dan tanpa penyimpangan untuk menghindari kebingungan

tentang apa yang penting dan apa yang kurang penting. Kecepatan

yaitu kecepatan bicara mempengaruhi komunikasi verbal. Seseorang

yang dalam keadaan cemas atau sibuk biasanya akan lupa untuk

berhenti berbicara dan pembicaraan dilakukan sangat cepat sehingga

hal ini menyebabkan pendengar tidak dapat memproses pesan dan

menyusun respon yang akan diberikan.Komunikasi verbal dengan

kecepatan yang sesuai akan memberikan kesempatan bagi pembicara

sendiri untuk berpikir jernih tentang apa yang diucapkan dan juga akan

menyebabkan seseorang dapat menjadi pendengar yang efektif. Voice

tone menunjukan gaya dari ekspresi yang digunakan dalam bicara dan

dapat merubah arti dari kata.Pengaruh dari bicara dengan suara yang

keras akan berbeda dengan suara yang lembut atau lemah.Suara yang

keras menunjukan berbicara yang terburu-buru,tidak sabar,sindiran

tajam dan marah.

Salah satu komunikasi verbal yang penting dalam keperawatan

adalah wawancara. Wawancara merupakan salah satu cara untuk

mendapatkan data dari klien dalam tahap pengkajian. Wawancara

adalah pola komunikasi yang mempunyai tujuan yang spesifik yaitu

untuk mendapatkan riwayat kesehatan, mengidentifikasi kebutuhan

kesehatan, faktor resiko, dan untuk menentukan perubahan spesifik

dari tingkat kesehatan dan pola hidup. (Potter dan Perry, 1993).
14

Pewawancara akan mendapatkan informasi tentang keadaan kesehatan

klien, pola hidup, pola sakit, sistem dukungan, pola adaptasi, kekuatan

dan keterbatasan.

Wawancara yang dilakukan perawat pada dasarnya tergantung

pada situasi yang ada. Pada situasi emergensi, fokus wawancara

perawat adalah mengenai trauma, faktor presipitasi serta alergi yang

dimiliki klien.

Hal ini berbeda pada saat situasi rehabilitasi dimana fokus

wawancara perawat adalah mengenai keadaan sakit dulu dan sekarang,

strategi koping, dll. Dengan melihat hal ini adalah sangat tidak tepat

bagi perawat bila klien dalam keadaan gawat, perawat menanyakan

pada klien tentang riwayat genogram klien atau hobi klien. Kegiatan

wawancara oleh perawat dapat menggunakan beberapa teknik

wawancara.

5. Teknik Wawancara

a) Teknik Mencari Masalah

Wawancara yang dilakukan berfokus untuk mengidentifikasi

masalah klien yang potensial dan data berikutnya didapatkan dengan

berfokus pada masalah yang telah ditemukan. Contoh: perawat

menanyakan apakah klien mengalami mual, jika ya, kemudian

perawat mengumpulkan data tentang kejadian, faktor pencetus,

gejala yang menyertai, aktifitas yang dilakukan klien dengan

menggunakan teknik pemecahan masalah.


15

b) Teknik Pemecahan Masalah

Teknik ini berfokus pada pengumpulan data yang lebih dalam

terhadap masalah yang sudah diidentifikasi oleh perawat dan klien

(Ivey, 1988). Contoh: jika klien mengalami mual, perawat kemudian

mengumpulkan informasi tentang datangnya gejala tersebut

(berangsur-berangsur atau tiba-tiba), faktor yang memperberat gejala

yang berhubungan, cara menyelesaikan masalah yang telah dicoba

oleh klien dan keefektifan pemecahan masalah tersebut.

c) Teknik pertanyaan langsung

Teknik ini merupakan teknik wawancara yang strukturnya

memungkinkan didapatkan 1-2 jawaban. Tujuan dari teknik

wawancara ini adalah agar klien tidak dengan sengaja memberikan

informasi yang berlebihan dari data yang ingin didapatkan oleh

pewawancara. Biasanya pertanyaan ini digunakan untuk mendapatkan

data biografi dan informasi spesifik tentang masalah kesehatan seperti

gejala, faktor presipitasi, dan aktifitas pemecahan masalah.

d) Teknik pertanyaan terbuka

Teknik wawancara ini bertujuan untuk mendapatkan respon lebih

dari satu jawaban dari klien. Teknik ini dapat memicu terjadinya

diskusi dengan klien mengenai gambaran status kesehatan klien saat

ini. Contoh: perawatan kesehatan apa yang kamu butuhkan atau

inginkan? Bagaimana perasaanmu?


16

6. Komunikasi non verbal

a. Pengertian

Komunikasi non verbal merupakan komunikasi yang tidak

melibatkan bicara dan tulisan (Intansari Nurjannah, 2001). Hal ini

menunjukan pentingnya mempelajari komunikasi non verbal.

b. Fungsi komunikasi non verbal

Adapun fungsi komunikasi non verbal menurut Intansari

Nurjannah, 2001 adalah (1) repetisi Perilaku nonverbal dapat

mengulangi perilaku verbal. Misalnya, Anda menganggukkan kepala

ketika mengatakan "Ya," atau menggelengkan kepala ketika

mengatakan "Tidak," atau menunjukkan arah (dengan telunjuk) ke

mana seseorang harus pergi untuk menemukan, (2) Subtitusi - Perilaku

nonverbal dapat menggantikan perilaku verbal, jadi tanpa berbicara

Anda bisa berinteraksi dengan orang lain. Misalnya, seorang

pengamen mendatangi mobil Anda kemudian tanpa mengucapkan

sepatah katapun Anda menggoyangkan tangan Anda dengan telapak

tangan mengarah ke depan (sebagai kata pengganti "Tidak"), (3)

Kontradiksi adalah Perilaku nonverbal dapat membantah atau

bertentangan dengan perilaku verbal dan bisa memberikan makna lain

terhadap pesan verbal . Misalnya, Anda memuji prestasi teman sambil

mencibirkan bibir (4) Komplemen-melengkapi dan memperkaya

makna pesan non verbal. Misalnya, air muka anda menunjukan tingkat

penderitaan yang tidak terungkap dengan kata-kata, (5) Aksentuasi-


17

menegaskan pesan verbal atau menggarisbawahinya. Misalnya, anda

mengungkapkan betapa jengkelnya anda dengan memukul mimbar.

c. Arti penting komunikasi non verbal

Pertama, faktor-faktor nonverbal sangat menentukan makna

dalam komunikasi interpersonal. Ketika kita mengobrol atau

berkomunikasi tatap muka, kita banyak menyampaikan gagasan dan

pikiran kita lewat pesan-pesan nonverbal. Pada gilirannya orang lain

pun lebih banyak “membaca” pikiran kita lewat petunjuk-petunjuk

nonverbal. Menurut Birdwhistell,”barangkali tidak lebih dari 30%

sampai 35% makna sosial percakapan atau interaksi dilakukan dengan

kata-kata.” Sisanya dilakukan dengan pesan nonverbal. Mehrabian,

penulis The Silent Message, bahkan memperkirakan 93% dampak

pesan diakibatkan oleh pesan nonverbal. Dalam konteks ini juga kita

dapat memahami mengapa kalimat-kalimat yang tidak lengkap dalam

percakapan masih dapat diberi arti. Anda maklum apa yang dimaksud

oleh rekan anda ketika ia melukiskan kecantikan seorang wanita

dengan kalimat yang tidak selesai, ”Pokoknya…….,” ketika anda

melihat gerak kepala, tubuh dan tangannya.

Kedua, perasaan dan emosi lebih cermat disampaikan lewat

pesan nonverbal ketimbang pesan verbal. Anda boleh menulis surat

kepada pacar anda dan mengungkapkan gelora kerinduan anda. Anda

akan tertegun, Anda tidak menemukan kata-kata yang tepat untuk

menyatakan sesuatu yang begitu mudah diungkapkan melalui pesan


18

nonverbal. Bagaimana harus anda tuliskan dalam surat Anda getaran

suara, tarikan napas, kesayuan mata, dan detak jantung?

Ketiga, pesan nonverbal menyampaikan makna dan maksud

yang relatif bebas dari penipuan, distorsi dan kerancuan. Pesan

nonverbal jarang dapat diatur oleh komunikator secara sadar. Sejak

Zaman Prasejarah, wanita selalu mengatakan “tidak” dengan lambang

verbal, tetapi pria jarang tertipu. Mereka tahu ketika “tidak”

diucapkan, seluruh anggota tubuhnya mengatakan “ya”. Dalam situsi

yang “double binding”-ketika pesan nonverbal bertentangan dengan

pesan verbal-orang bersandar pada pesan nonverbal.

Keempat, pesan nonverbal mempunyai fungsi metakomunikatif

yang sangat diperlukan untuk mencapai komunikasi yang berkualitas

tinggi. Fungsi metakomunikatif artinya memberikan informasi

tambahan yang memperjelas maksud dan makna pesan. Diatas telah

disebutkan bahwa pesan nonverbal mempunyai fungsi repetisi,

substitusi, kontradiksi, komplemen dan aksentuasi. Semua ini

menambah kadar informasi dalam penyampaian pesan.

Kelima, pesan nonverbal merupakan cara berkomunikasi yang

lebih efisien dibandingkan dengan pesan verbal. Dari segi waktu,

pesan verbal sangat tidak efisien. Diperlukan lebih banyak waktu

untuk mengunkapkan pikiran kita secara verbal daripada secara

nonverbal.
19

Keenam, pesan nonverbal merupakan sarana sugesti yang

paling tepat. Ada situasi komunikasi yang menuntut kita untuk

mengungkapkan gagasan atau emosi secara tidak langsung. Sugesti

disini dimaksudkan menyarankan sesuatu kepada orang lain secara

implisit (tersirat). Sugesti paling efektif disampaikan melalui pesan

nonverbal.

B. Konsep Perawat

1. Definisi Perawat

Perawat atau Nurse berasal dari bahasa latin yaitu dari kata Nutrix

yang berarti merawat atau memelihara.

Perawat Profesional adalah perawat yang bertanggung jawab dan

berwewenang memberikan pelayanan keperawatan secara mandiri dan

atau berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain sesuai dengan

kewenagannya (Depkes RI, 2002 dalam Aisiyah 2004).

Menurut UU RI NO 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, mendefinisikan

Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan

melakukan tindakkan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya,

yang diperoleh melalui pendidikan keperawatan

(www.pustakaindonesia.or.id).

2. Peran Perawat

Merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap

seseorang sesuai dengan kedudukan dalam system, di mana dapat


20

dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari profesi perawat maupun dariluar

profesi keperawatan yang bersipat konstan.:

a. Pemberi Asuhan Keperawatan

Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan

perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia

yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan

menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditentukan

diagnosis keperawatan agar bisa direncanakan dan dilaksanakan

tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia,

kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya. Pemberian

asuhan keperawatan ini dilakukan dari yang sederhana sampai dengan

kompleks.

b. Advokat Klien

Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan

keluarga dalam menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi

pelayanan atau informasi lain khusunya dalam pengambilan

persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien,

juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien

yang meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi

tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menntukan nasibnya

sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian.


21

c. Edukator

Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam

meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bhkan

tindakan yang diberikankan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari

klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.

d. Koordinator

Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan

serta mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga

pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan

kebutuan klien.

e. Kolaborator

Peran perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui

tim kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-

lain dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang

diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan

bentuk pelayanan selanjutnya.

f. Konsultan

Peran disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah

atau tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini

dilakukan atas permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan

pelayanan keperawatan yang diberikan.

g. Peneliti / Pembaharu
22

Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan

perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai

dengan metode pemberian pelayanan keperawatan.

3. Fungsi Perawat

Dalam menjalan kan perannya, perawat akan melaksanakan berbagai

fungsi diantaranya:

a. Fungsi Independent

Merupan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain,

dimana perawat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara

sendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan tindakan dalam

rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti pemenuhan

kebutuhan fisiologis (pemenuhan kebutuhan oksigenasi, pemenuhan

kebutuhan cairan dan elektrolit, pemenuhan kebutuhan nutrisi,

pemenuhan kebutuhan aktifitas dan lain-lain), pemenuhan kebutuhan

keamanan dan kenyamanan, pemenuhan cinta mencintai, pemenuhan

kebutuhan harga diri dan aktualisasi diri.

b. Fungsi Dependen

Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatan atas

pesan atau instruksidari perawat lain. Sehingga sebagian tindakan

pelimpahan tugas yang di berikan. Hal ini biasanya dilakukan oleh

perawat spesialis kepada perawat umum atau dari perawat primer ke

perawat pelaksana.
23

c. Fungsi Interdependen

Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling

ketergantungan di antara tim satu dengan yang lainnya. Fungsi ini

dapat terjadi apabila bentuk pelayanan membutuhkan kerja sama tim

dalam pemberian pelayanan seperti dalam memberikan asuhan

keperawatan pada penderita yang mempunyapenyakit kompleks.

Keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim perawat saja melainkan

juga dari dokter ataupun yang lainnya.

4. Tugas Perawat

Tugas perawat dalam menjalankan peran nya sebagai pemberi asuhan

keperawatan ini dapat dilaksanakan sesuai dengan tahapan dalam proses

keperawatan. Tugas perawat ini disepakati dalam lokakarya yang

berdasarkan fungsi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan

adalah:

a. Mengumpulkan Data

b. Menganalisis dan mengintrepetasi data

c. Mengembangkan rencana tindakan keperawatan

d. Menggunakan dan menerapkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip ilmu

perilaku, sosial budaya, ilmu biomedik dalam melaksanakan asuhan

keperawatan dalam rangka memenuhi KDM.

e. Menentukan kriteria yang dapat diukur dalam menilai rencana

keperawatan

f. Menilai tingkat pencapaian tujuan.


24

g. Mengidentifikasi perubahan-perubahan yang diperlukan

h. Mengevaluasi data permasalahan keperawatan.

i. Mencatat data dalam proses keperawatan

j. Menggunakan catatan klien untuk memonitor kualitas asuhan

keperawatan

k. Mengidentifikasi masalah-masalah penelitian dalam bidang

keperawatan

l. Membuat usulan rencana penelitian keperawatan

m. Menerapkan hasil penelitian dalam praktek keperawatan.

n. Mengidentifikasi kebutuhan pendidikan kesehatan

o. Membuat rencana penyuluhan kesehatan

p. Melaksanakan penyuluhan kesehatan

q. Mengevaluasi penyuluhan kesehatan

r. Berperan serta dalam pelayanan kesehatan kepada individu, keluarga,

kelompok dan masyarakat.

s. Menciptakan komunikasi yang efektis baik dengan tim keperawatan

maupun tim kesehatan lain.

C. Konsep Kecemasan

1. Pengertian Kecemasan

Kecemasan yang dirasakan oleh klien dan keluarganya disaat

klien harus dirawat mendadak dan tanda terencana merupakan reaksi

pertama yang muncul begitu mulai masuk rumah sakit dan akan terus
25

menyertai klien dan keluarganya dalam setiap upayanya perawatan

terhadap penyakit yang diderita klien.

Cemas adalah emosi dan merupakan pengalaman subyektif

individual, mempunyai kekuatan tersendiri dan sulit untuk diobservasi

secara langsung. Perawat dapat mengidentifikasi cemas lewat perubahan

tingkah laku klien.

Lebih jauh dikatakan pula, kecemasan dapat dikomunikasikan

dan menular, hal ini dapat mempengaruhi hubungan terapeutik perawat

klien. Hal ini menjadi perhatian perawat.

Siswati, 2000 menyatakan bahwa kecemasan adalah manifestasi

dari berbagai proses emosi yang tercampur aduk yang terjadi tatkala

orang sedang mengalami tekanan perasaan dan pertentangan batin atau

konflik. Ada segi yang disadari dari kecemasan itu seperti rasa takut, tak

berdaya, terkejut, rasa berdosa atau terancam, selain juga segi – segi yang

terjadi diluar kesadaran dan tidak dapat menghindari perasaan yang tidak

menyenangkan.

Menurut Carpenito (2000) menyebutkan bahwa kecemasan

merupakan keadaan dimana individu atau kelompok mengalami perasaan

yang sulit (ketakutan) dan aktivasi sistem saraf otonom dalam berespon

terhadap ketidakjelasan, ancaman tidak spesifik.


26

2. Teori-teori Penyebab kecemasan

a. Teori Psikoanalitik

Kecemasan merupakan konflik emosional yang terjadi antara 2

elemen kepribadian yaitu Id dan super ego. Id melambangkan

dorongan insting dan impuls primitif, super ego mencerminkan hati

nurani seseorang, sedangkan ego atau aku digambarkan sebagai

mediator dari tuntutan Id dan super ego. Kecemasan berfungsi untuk

memperingatkan ego tentang suatu bahaya yang perlu diatasi.

b. Teori Interpersonal

Kecemasan terjadi dari ketakutan dan penolakan interpersonal, hal ini

digubungkan dengan trauma pada masa pertumbuhan seperti seperti

kehilangan atau perpisahan yang menyebabkan seseorang tidak

berdaya. Individu yang mempunyai harga diri rendah biasanya sangat

mudah untuk mengalami kecemasan berat.

c. Teori Perilaku

Kecemasan merupakan hasil frustasi segala sesuatu yang mengganggu

kemampuan untuk mencapai tujuan yang diingikan. Para ahli prilaku

menganggap kecemasan merupakn suatu dorongan, yang mempelajari

berdasarkan keinginan untuk menghindari rasa sakit. Pakar teori

meyakini bahwa bila pada awal kehidupan dihadapkan pada rasa

takut yang berlebihan maka akan menunjukkan kecemasan yang berat

pada masa dewasanya.


27

Sementara para ahli teori konflik mengatakan bahwa kecemasan

sebagai benturan-benturan keinginan yang bertentangan. Mereka

percaya bahwa hubungan timbal balik antara konflik dan daya

kecemasan yang kemudian menimbulkan konflik.

d. Teori Keluarga

Gangguan kecemasan dapat terjadi dan timbul secara nyata dalam

keluarga, biasanya tumpang tindih antara gangguan cemas dan

depresi.

e. Teori Biologi

Teori biologi menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor spesifik

untuk benzodiasepin. Reseptor ini mungkin mempengaruhi

kecemasan.

2. Cara Penilaian Tingkat Kecemasan

Alat ukur tingkat kecemasan telah dikembangkan oleh beberapa

peneliti sebelumnya diantaranya adalah kecemasan berdasarkan HARS,

Demikian halnya dengan penelitian ini, karena kecemasan berdasarkan

HARS telah terbukti dan banyak digunakan sebagai referensi untuk

penelitian-penelitian yang berkaitan dengan kecemasan maka dalam

penelitian ini untuk mengukur kecemasan ibu terhadap sindrom

klimakterium juga menggunakan standar HARS yang berisi tentang

perasaan cemas, ketegangan, ketakutan, gangguan tidur, gangguan

kecerdasan, perasaan depresi, gejala somatic, Gejala kardiovaskuler, gejala


28

resperatori, gejala gastrointestinal, gejala urogenital, gejala autonom,

tingkah laku (Hidayat, 2007).

Bila diadakan skoring, maka skor 15 atau lebih menunjukkan

adanya kecemasan penderita. Adapun gejala-gejala yang tercantum pada

HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale) adalah terdiri dari 14 item yaitu :

1) Perasaan cemas, 2) Ketegangan, 3) ketakutan, 4) Gangguan tidur, 5)

Gangguan kecerdasan, 6) Perasaan depresi, 7) Gejala somatik, 8) Gejala

sensorik, 9) Gejala cardiovasculer, 10) Gejala pernafasan, 11) Gejala

gastrointestinal, 12) Gejala urogenetalia, 13) Gejala vegetatif atau otonom,

14) Perilaku sewaktu wawancara

3. Respon klien terhadap kecemasan

Kecemasan yang timbul dapat diidentifikasi melalui respon yang

dapat berupa respon fisik, emosional, dan kognitif atau intelektual.

a. Respon Fisiologis :

1) Kardiovaskuler : Palpitasi berdebar, tekanan darah

meningkat/menurun, nadi meningkat/menurun.

2) Saluran Pernafasan : Nafas cepat dangkal, rasa tertekan di dada,

rasa seperti tercekik.

3) Gastrointestinal : Hilang nafsu makan, mual, rasa tak enak pada

epigastrium, diare.

4) Neuromuskuler : Peningkatan refleks, wajah tegang, insomnia,

gelisah, kelelahan secara umum, ketakutan, tremor.

5) Saluran Kemih : Tak dapat menahan buang air kecil.


29

6) Sistem Kulit : Muka pucat, perasaan panas/dingin pada kulit, rasa

terbakar pada muka, berkeringat setempat atau seluruh tubuh dan

gatal-gatal.

b. Respon Kognitif : konsentrasi menurun, pelupa, ruang persepsi

berkurang atau menyempit, takut kehilangan kontrol, obyektifitas

hilang.

c. Respon emosional : kewaspadaan meningkat, tidak sadar, takut,

gelisah, pelupa, cepat marah, kecewa, menangis dan rasa tidak

berdaya.

4. Rentang respon dan proses adaptasi terhadap cemas

Stuart dan Sundeen (1995) mengatakan rentan respon individu berfluktuasi

antara respon adaptif dan maladaptive seperti :

Adaptif Maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

(Gambar 2.1 Rentang respon adaptif dan maladaptif)

(Dikutip dari Stuart dan Sundeen (1995) : Principles and practice of

psychiatric nursing (5th ed), Philadelphia : Mosby Year Book


30

D. Hubungan Komunikasi dan Tingkat Kecemasan

Asuhan Keperawatan kritis dimana perawat dihadapkan dalam situasi

yang tiba-tiba dan tidak diduga yang mengancam kehidupan. Bagi

kebanyakan perawat hal ini membutuhkan suport sistem.

Intervensi krisis bagi keluarga dengan stres akut adalah penting untuk

pencegahan krisis fungsi kesehatan mental keluarga.

Ansietas pada klien dan keluarga yang menjalani perawatan di unti

perawatan kritis terjadi karena adanya ancaman ketidak berdayaan

kehilangan kendali, perasaan kehilangan fungsi dan harga diri, kegagalan

membentuk pertahanan, perasaaan terisolasi dan takut mati. Untuk membantu

meningkatakan perasaan pengendalian diri pada klien dan keluarga dapat

salah satunya dapat melalui pemberian informasi dan penjelasan (Hudak &

Gallo, 1997 : 11). Pemberian informasi dan penejelasan ini dapat dilakukan

dengan baik apabila didukung oleh pelaksanaan komunikasi yang efektif.

Bantuan kepada keluarga pada perasaannya amat penting untuk

menghindari keterlambatan reaksi kedukaan dan depresi yang berlarut-larut.

perawat dapat memberi petunjuk pada keluarga untuk saling membantu

dalam menangis dan membagi rasa takut dan kesedihannya. Refleksi

perasaan atau aktif mendengar diperlukan untuk melalui keadaan ini.

Waktu perawat dalam keperawatan kritis untuk keluarga seringkali

terbatas karena pekerjaan yang ada, sehingga menjadi penting untuk

membuat setiap interaksi berguna bagi keluarga. perawat harus bertanggung

jawab terhadap percakapan langsung dan memfokuskan pada saat ini dan
31

sekarang. Ia harus menghindari usaha memberikan nasehat yang tidak

berguna dalam menekankan pendekatan penyelesaian masalah. Untuk

membuat interaksi bermakna, perawat harus memfokuskan pada situasi krisis

dan menghindari keterlibatan dalam masalah kronik yang lama dan berlarut-

larut. (Hudak& Gallo, 1997 : 30).

E. Kerangka Konsep Penelitian

Komunikasi Verbal
Tingkat Kecemasan
Keluarga
Komunikasi non
Verbal

Gambar 2.2 Kerangka Konsep penelitian.

F. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

a. Ada hubungan komunikasi verbal yang dilakukan perawat

dengan tingkat kecemasan keluarga pada pasien yang dirawat di

RSUD Tamiang Layang.

b. Ada hubungan komunikasi non verbal yang dilakukan perawat

dengan tingkat kecemasan keluarga pada pasien yang dirawat di

RSUD Tamiang Layang.

Anda mungkin juga menyukai