DISUSUN OLEH:
KELOMPOK I
Meskipun kelompok berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan
kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi.
Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Kelompok I
BAB I
PENDAHULUAN
hilangnya serat saraf optik (Olver dan Cassidy, 2005). Pada glaukoma akan terdapat
kelemahan fungsi mata dengan terjadinya cacat lapangan pandang dan kerusakan anatomi
berupa ekskavasi serta degenerasi papil saraf optik, yang dapat berakhir dengan kebutaan.
Glaukoma dapat disebabkan bertambahnya produksi cairan mata oleh badan siliar atau
karena berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau di celah
aliran keluar aqueous humor akibat kelainan sistem drainase sudut bilik mata depan
(glaukoma sudut terbuka) atau gangguan akses aqueous humor ke sistem drainase
morbiditas yang tidak proporsional di antara wanita dan orang Asia (Stamper et al., 2009).
Berbeda dengan katarak, kebutaan yang diakibatkan glaukoma bersifat permanen atau
dunia oleh World Health Organization (WHO) diperkirakan ± 60,7 juta orang di tahun
yaitu glukoma sudut terbuka, glaukoma sudut tertutup, dan glaukoma pada anak-anak
(childhood glaucoma). Glaukoma sudut terbuka dibagi lagi menjadi glaukoma sudut
Glaukoma sudut tertutup juga dibagi lagi menjadi primary angle-closure glaucoma with
relative pupillary block, glaukoma sudut tertutup akut, glaukoma sudut tertutup subakut,
glaukoma sudut tertutup kronik, glaukoma sudut tertutup sekunder dengan dan tanpa blok
Glaukoma sudut terbuka primer, bentuk tersering pada ras kulit hitam dan putih,
timbul perlahan dan sering tidak terdeteksi sampai terjadi penyempitan lapangan pandang
yang luas. Ras kulit hitam memiliki risiko yang lebih besar mengalami onset dini,
keterlambatan diagnosis, dan penurunan penglihatan yang berat dibandingkan ras kulit
terbuka primer di Amerika Serikat pada individu yang berusia lebih dari 40 tahun adalah
2011). Secara global, glaukoma sudut terbuka primer lebih sering terjadi dibandingkan
glaukoma sudut tertutup, dengan rasio perkiraan 3:1, dan variasi yang luas di antara
populasi. Glaukoma sudut tertutup didapatkan pada 10-15% kasus ras kulit putih.
Presentase ini jauh lebih tinggi pada orang Asia dan suku Inuit. Glaukoma sudut tertutup
primer berperan pada lebih dari 90% kebutaan bilateral akibat glaukoma di Cina.
Glaukoma tekanan normal merupakan tipe yang paling sering di Jepang (Riordan-Eva
dan Whitcher, 2008). Beberapa studi berpendapat bahwa prevalensi glaukoma sudut
tertutup primer pada ras kulit hitam sama dengan ras kulit putih, dengan sebagian besar
kasus berupa glaukoma kronik pada ras kulit hitam (American Academy of Ophtalmology,
2011).
Kelainan mata glaukoma ditandai dengan meningkatnya tekanan bola mata, atrofi
papil saraf optik, dan menciutnya lapangan pandang (Ilyas dan Yulianti, 2014).
Kerusakan saraf pada glaukoma umumnya terjadi karena peningkatan tekanan dalam bola
mata. Bola mata normal memiliki kisaran tekanan antara 10-20 mmHg sedangkan
penderita glaukoma memiliki tekanan mata yang lebih dari normal bahkan terkadang
dapat mencapai 50-60 mmHg pada keadaan akut. Tekanan mata yang tinggi akan
menyebabkan kerusakan saraf, semakin tinggi tekanan mata akan semakin berat
husada Surakarta.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Glaukoma adalah penyakit mata yang ditandai oleh kerusakan saraf mata yang
dikaitkan dengan peningkatan tekanan bola mata dan gangguan lapang penglihatan.
Kerusakan ini bersifat permanen, dan dapat berakhir pada kebutaan.
2.2. Etiologi
Disebabkan oleh :
Jenis glaukoma yang paling umum yaitu glaukoma primer sudut terbuka
dan glaukoma akut sudut tertutup memiliki gejala yang sama sekali bereda.
Tanda- Tanda gejala glaukoma sudut terbuka termasuk : kehilangan penglihatan
perifer secara bertahap, biasanya pada kedua mata, tidak menimbulkan gejala
sampai pada perjalanan peyakit yang sudah lanjut, awitannya insidus,progresifnya
lambat, kehilangan lapang pandang perifer kecil, ketika kehilangan lapang
pandang menjadi lebih jelas bagi pasien kerusakan irreversibel,ekstensi saraf
optikus biasanya sudah terjadi.
2.4 Patofisiologi
Terdapat tiga faktor penting yang menentukan tekanan bola mata, yaitu :
Tekanan bola mata yang umum dianggap normal adalah 10-21 mmHg. Pada
banyak kasus peningkatan bola mata dapat disebabkan oleh peningkatan resistensi
aliran akuos humor. Beberapa faktor risiko dapat menyertai perkembangan suatu
glaukoma termasuk riwayat keluarga, usia, jenis kelamin, ras, genetik, variasi
diurnal, olahraga, obat-obatan. (Svern P, et.al., 2008) (Freeman EE, et.al, 2008).
Proses kerusakan papil saraf optik (cupping) akibat tekanan intra okuli yang tinggi
atau gangguan vaskular ini akan bertambah luas seiring dengan terus berlangsungnya
kerusakan jaringan sehingga skotoma pada lapangan pandang makin bertambah luas.
Pada akhirnya terjadi penyempitan lapangan pandang dari ringan sampai berat.
(Svern P, et.al., 2008).
• Suatu defek nerve fiber layer atau nervus optikus perkiraan glaukoma
(perluasan cup-disc ratio, asimetris cup-disc ratio, notching neural rim,
perdarahan diskus, ketidaknormalan lokal atau difus pada nerve fiber
layer).
• Ketidaknormalan lapangan pandang sesuai dengan glaukoma.
Biasanya, jika terdapat dua atau lebih tanda diatas maka dapat
mendukung diagnosa untuk POAG, khususnya bila terdapat faktor-faktor
risiko lain seperti usia > 50 tahun, riwayat keluarga glaukoma, dan ras
hitam, juga sudut bilik mata terbuka pada pemeriksaan gonioskopi. (Svern
P et.al, 2008)
Glaukoma infantil atau kongenital primer ini timbul pada saat lahir atau
dalam 1 tahun kehidupannya. Kondisi ini disebabkan kelainan perkembangan
sudut bilik depan yang menghambat aliran akuos humor. Patofisiologi terjadinya
ada dua, yang pertama bahwa ketidaknormalan membran atau sel pada trabekular
meshwork adalah mekanisme patologik primer, yang kedua adalah anomali
segmen luas, termasuk insersi abnormal muskulus siliaris.
1. Ketajaman Penglihatan
Pada glaukoma sudut terbuka, kerusakan saraf dimulai dari tepi lapang
pandang dan lambat laun meluas ke tengah. Dengan demikian penglihatan sentral
bertahan lama walaupun penglihatan perifer sudat tidak ada, sehingga penderita
melihat seolah-olah seperti dapat tetap 5/5.
2.Tonometri
3. Gonioskopi
Cara untuk menilai lebar sempitnya untuk sudut bilik mata depan. Dengan
demikian dapat dibedakan glaucoma sudut terbuka atau sudut tertutup. Juga dapat
dilihat apakah ada perlekatan iris bagian perifer.
4. Oftalmoskopi
Yang harus diperhatikan adaah papil yang mengalami perubahan
penggaungan dan degenerasi saraf optik. Harus diwaspadai adanya glaukoma
apabila terdapat penggaungan > 0,3 diameter papil ( Cup and Disc Ratio) terutama
apabila diameter vertical lebih besar dari diameter horizontal.
6. Tes Kronfontasi
Dimana pada jarak 0,5 pasien dan pemeriksa saling berhadapan dan
pemeriksa menggerakkan tangannya dari luar ke dalam sedang mata pasien dan
pemeriksa yang saling berhadapan ditutup sebelah.
7. Tes Provokasi
Untuk glaukoma sudut terbuka yang umum dilakukan adala tes minum air
dimana pasien puasa 4 jam sebelum tes dan diukur TIO awal, kemudian pasien
disuruh minum 1 liter air dalam mwaktu 5 menit. TIO diukur setiap 15 menit
selama 1 jam, kemudian setiap 30 menit selama 1 jam.
Untuk glaukoma sudut tertutup yang dilakukan adalah tes kamar gelap
karena pupil akan midriasis dan pada sudut bilik mata yang sempit ini akan
menyebabkan tertutupnya sudut bilik mata
2.7 Penatalaksanaan
- Laser trabekuloplasti
- Trabekulektomi
- Full-thickness Sclerectomy
- Laser iridektomi
- Pemasangan shunt
- Siklodialisis
- Viskokanalostomi
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Glaukoma adalah penyakit mata yang ditandai oleh kerusakan saraf mata
yang dikaitkan dengan peningkatan tekanan bola mata dan gangguan lapang
penglihatan. Kerusakan ini bersifat permanen, dan dapat berakhir pada kebutaan.
Jenis glaukoma yang paling umum yaitu glaukoma primer sudut terbuka
dan glaukoma akut sudut tertutup memiliki gejala yang sama sekali bereda.
Tanda- Tanda gejala glaukoma sudut terbuka termasuk : kehilangan penglihatan
perifer secara bertahap, biasanya pada kedua mata, tidak menimbulkan gejala
sampai pada perjalanan peyakit yang sudah lanjut, awitannya insidus,progresifnya
lambat, kehilangan lapang pandang perifer kecil, ketika kehilangan lapang
pandang menjadi lebih jelas bagi pasien kerusakan irreversibel,ekstensi saraf
optikus biasanya sudah terjadi.
4.2 Saran
Ilyas, S & Yulianti, SR. (2014). Ilmu Penyakit Mata Edisi Kelima. Jakarta : Badan
Penerbit FKUI
Stamper et al. (2009). Becker-Shafers Diagnosis and Therapy of the glaukoma 8th
Editian. San Fransisco : Elsivier