Anda di halaman 1dari 4

PEMBAHASAN

Setelah penulis menerapkan Asuhan Keperawatan pada Pasien Hipertensi yang mengalami
kelemahan otot tangan dan kaki kiri, ada beberapa kesenjangan antara teori dan praktek, antara
lain:
1. Pengkajian
Tahap pengkajian mengumpulkan data dari wawancara, observasi dan mellihat catatan pasien.
Wawancara langsung dengan pasien serta melakukan pemeriksaan fisik pada pasien, dari hasil
pengkajian, penulis menemukan beberapa kesenjangan antara teoritis dan praktek :
a. Dari etiologi penyakit hipertensi, hipertensi disebabkan oleh gaya hidup, faktor
lingkungan, obesitas, gagal jantung, gagal ginjal, kerusakan hormon tubuh. Namun pada
kasus kelolaan IMT pasien 23,80 (berat badan ideal) pasien tidak mengalami obesitas.
b. Pada pengkajian di teoritis ditemukan adanya pengkajian sistem pendengaran, dimana pada
lansia biasanya didapatkan data yaitu penurunan proses mendengar, tetapi pada tahap
pengkajian tinjauan kasus, penulis tidak menemukan pada kasus.
c. Pada pengkajian system penglihatan di teoritis, dilakukan test snelen cart untuk
menentukan ketajaman mata pada seseorang yang mengalami gangguan, salah satunya
yaitu pada lansia. Namun penulis tidak melakukan tindakan tersebut pada kasus
berhubungan karena kurang lengkapnya persiapan alat-alat saat praktek belajar lapangan,
melainkan penulis hanya melakukan secara observasi untuk mengetahui kelainan pada
ketajaman penglihatan pada kasus.
d. Pada pengkajian pemeriksaan penunjang di teoritis ditemukan Hiperglikemia adalah
pencetus hipertensi, tetapi pada pengkajian ke kasus tidak ditemukan hiperglikemia.
e. Pada pengkajian pemeriksaan penunjang di teoritis ditemukan Hiperurisemia adalah
pencetus hipertensi, tetapi pada pengkajian ke kasus tidak ditemukan Hiperurisemia.
2. Diagnosa Keperawatan
Pada teori penulis menegakkan diagnosa yang di ambil dari beberapa sumber ada 6 diagnosa,
tetapi pada tidak semua diagnosa yang ada pada teori terdapat pada kasus dan penulis hanya
mengambil 2 diagnosa dari 6 diagnosa yang ditegakkan, karena diagnosa yang terdapat pada
kasus di sesuaikan dengan data yang penulis temukan pada kasus. Adapun kesenjangan yang
ditemukan penulis , yaitu :
a. Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan nyeri di kepala
b. Gangguan perfusi jaringan yang berhubungan dengan suplai oksigen menurun
c. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi,
hipertrofi/ rigiditas ventrikuler, iskemia miokard.
d. Intoleransi aktifitas yang berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen
e. Resiko tinggi injuri yang berhubungan dengan diplopia
f. Nyeri akut yang berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
Diagnosa keperawatan yang di ambil penulis
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer yang berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan tentang proses penyakit karena pasien tidak mengetahui penyebab pasti kaki
kiri nya tidak bisa buat jalan.
b. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan ketidakseimbanngan antara suplai dan
kebuutuhan oksigen karena terjadi kelemahan kekuatan otot dan kekakuan pada otot kaki
kiri, dan untuk berpindah pasien menggunakan alat bantu jalan.
3. Intervensi
Pada tahap intervensi tidak semua intervensi yang ada pada teori penulis terapkan pada
intervensi kasus, karena penulis hanya menemukan 2 diagnosa dari diagnosa yang sudah
ditegakkan. Sehingga penulis hanya dapat mengangkat 4 intervensi (ONEC) dari 2 diagnosa
yang ditemukan pada kasus yaitu:
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer yang berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan tentang proses penyakit karena pasien tidak mengetahui penyebab pasti kaki
kiri nya tidak bisa buat jalan.
1) Memonitor kekuatan otot pada pergelangan tangan dan kaki
2) Memberikan pasien/keluarga informasi mengenai perawatan tangan dan kaki khusus
yang direkomendasikan
3) Lakukan serveillans/pengecekan berkelanjutan pada ekstermitas atas dan bawah
4) Kontak petugas kesehatan/institusi sesuai kebutuhan dalam rangka menyusun pelayanan
perawatan tangan dan kaki
5) Konsultasikan pada dokter terkait rekomendasi untuk dilakukannya evaluasi dan terapi
lebih lanjut
b. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan ketidakseimbanngan antara suplai dan
kebuutuhan oksigen karena terjadi kelemahan kekuatan otot dan kekakuan pada otot tangan
dan kaki kiri, dan untuk berpindah pasien menggunakan alat bantu jalan.
1) Kaji status fisiologis pasien yang menyebabkan kelelahan sesuai dengan konteks usia
dan perkembangan
2) Anjurkan pasien mengungkapkan perasaan secara verbal mengenai keterbatasan yang
dialami
3) Lakukan ROM aktif/pasif untuk menghilangkan ketegangan otot
4) Anjurkan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuan pasien
5) Rencanakan kegiatan pada saat pasien memiliki banyak energi.
4. Implementasi
Pada tahap implementasi penulis melaksanakan tindakan keperawatan gerontik sesuai dengan
rencana yang disusun menurut diagnosa yang telah didapat pada kasus dan disesuaikan
dengan intervensi yang sudah direncanakan. Adapun kendala yang dialami penulis saat
melakukan implementasi terkadang pasien lupa untuk melatih menggerakkan tangan dan kaki
secara mandiri, dan pasien berada di panti, tidak ada keluarga yang menemani. Untuk
diagnose ketidakefektifan perfusi jaringan perifer, terdapat intervensi konsultai dokter dan
kontak petugas kesehatan/institusi dalam perawatan tangan dan kaki, tidak ada dokter dan
terapis yang standby di panti. Untuk latihan ROM hanya dilakukan oleh perawat panti.
5. Evaluasi
Pada kasus, tahap evaluasi merupakan keberhasilan dan pelaksanaan rencana keperawatan
gerontik dalam memenuhi keperawatan yang diberikan pada klien. Pada kasus, semua rencana
keperawatan yang direncanakan telah berhasil dan dapat dilakukan dengan baik serta masalah
pada klien dapat teratasi dengan baik. Dimana klien sudah mampu menggerakkan dan latihan
ROM pada kedua tangan dan kakinya.
DAFTAR PUSTAKA

Andri Setyorini & Niken Setyaningrum (2018).. Pengaruh Latihan Range Of Motion (ROM)
Aktif Assitif Terhadap Rentang Gerak Sendi Pada Lansia Yang Mengalami Immobilisasi
Fisik. Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Surya Global Yogyakarta

Yofiana, A. (2012). Super Komplit pengobatan Darah tinggi. Yogyakarta : Araska.

Anda mungkin juga menyukai