Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN EVIDENCE BASED PRACTICE (EBP) TERAPI KOMPRES

JAHE MERAH PADA NY. S DENGAN OSTEOARTHRITIS


DI PANTI USIA LANJUT AISYIYAH
SURAKARTA

Disusun Oleh :
1. Adi Sution (SN182002)
2. Andi Syahyani (SN182007)
3. Charisma Hesa R (SN182022)
4. Devi Sutra Mawar (SN182024)
5. Eleonora C.N Kahu (SN182031)
6. Ervin Romyanti (SN182037)
7. Farida Alfianti (SN182039)
8. Ikfanda Putra Romadona (SN182048)
9. Siti Cholimah (SN182079)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena
kasih dan penyertaan-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan Evidence
Based Practice (EBP) ini tepat pada waktunya. EBP berjudul “Terapi Kompres
Jahe Merah pada Ny. S dengan Osteoarthritis di Panti Usia Lanjut Aisyiyah
Surakarta” disusun untuk memenuhi syarat akademis dalam rangka
menyelesaikan pendidikan pada STIKES Kusuma Husada Surakarta.
Dalam menjalani proses menyusun EBP ini, tidak sedikit halangan dan
rintangan yang penulis hadapi. Menyadari bahwa dalam penulisan EBP ini ada
begitu banyak tangan yang membantu untuk mengoreksi, memberikan bahan dan
informasi yang di butuhkan.serta banyak pikiran dan kata-kata penyemangat yang
diterima oleh penulis. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa
terima kasih yang tak terhingga kepada:
1 bc. Yeti Nurhayati, M.Kep. selaku pembimbing akademik dan Bu Inayah
selaku pembimbing klinik/ CI yang telah meluangkan waktu untuk
memberikan bimbingan dan arahan selama penyusunan EBP.
2 Pihak Pusat Penyantunan Usia Lanjut Aisyiyah Surakarta yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan praktik
keperawatan
3 Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan EBP ini.
4 Responden yang telah berpartisipasi dalam proses EBP ini.
Penulis menyadari bahwa dalam keterbatasan pengetahuan, kemampuan
dan waktu yang dimiliki, masih banyak kekurangan dalam penulisan EBP ini.
Untuk itu saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat penulis
harapkan. Penulis berharap EBP ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
terkait, kalangan akademis dan masyarakat yang berminat terhadap ilmu
keperawatan.
Surakarta, 2019
Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

Cover.................................................................................................................................... i
Kata Pengantar .................................................................................................................... ii
Daftar Isi.................................................................................................................................. iii
1. Latar Belakang .................................................................................................... 1
2. PICO Error! Bookmark not defined.
a. Problem Error! Bookmark not defined.
b. Intervention 3
c. Comparation 3
d. Outcome 3
3. Tinjauan Kasus.................................................................................................... 6
4. Dasar Pembanding........................................... Error! Bookmark not defined.6
5. Implementasi....................................................................................................... 8
6. Hasil 9
7. Diskusi Error! Bookmark not defined.
8. Kesimpulan dan Saran .................................... Error! Bookmark not defined.3
a. Kesimpulan............................................... Error! Bookmark not defined.3
b. Saran......................................................... Error! Bookmark not defined.3
9. Daftar Pustaka ................................................. Error! Bookmark not defined.3

iii
LAPORAN EVIDENCE BASED PRACTICE (EBP)
TERAPI KOMPRES JAHE PADA Ny. S

1. Latar Belakang
Osteoarthritis (OA) masih merupakan masalah kesehatan utama.
World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa OA merupakan salah
satu penyebab utama kegagalan fungsi yang mengurangi kualitas hidup
manusia di dunia. Masalah ini menjadi semakin besar karena peningkatan
nilai harapan kualitas hidup. Osteoartritis adalah gangguan pada sendi yang
bergerak (Price dan Wilson, 2013). Osteoarthritis adalah suatu gangguan
persendian dimana terjadi perubahan berkurangnya tulang rawan sendi
(yuliana, 2009 dalam Nurarif dan kusuma, 2016).
Berdasarkan angka kejadian osteoathritis di Negara Inggris 80% dari
5 juta penduduk yang tinggal, penderita osteoathritis adalah usia 70 tahun.
Sedangkan penduduk Amerika penderita osteoathritis mencapai 70-90% dari
40 juta penduduk yang tinggal disana dan kebanyakan yaitu berusia 75 tahun.
Di Indonesia sendiri kejadian osteoathritis secara umum mencapai 30,3% dari
jumlah penduduk yang ada. Prevalensi di Indonesia pada penderita
osteoathritis yaitu, 5% pada usia < 40 tahun, 30% pada usia 40-60 tahun, dan
60% pada usia > 61 tahun. Untuk osteoathritis lutut prevalensinya cukup
tinggi yaitu 15,5 % pada pria dan 12,7% pada wanita (Koentjoro, 2010).
Rasa nyeri yang ditimbulkan oleh penyakit ostoeathritis memerlukan
pengobatan. Pengurangan rasa nyeri dapat dilakukan dengan pemberian terapi
farmakologis dan nonfarmakologis. Obat-obatan dari dokter dapat diberikan
sebagai terapi farmakologis, seperti penggunaan opiate (narkotika), nonopiat/
obat AINS (Anti Inflamasi Nonsteroid). Obat-obatan analgesik sangat mudah
diberikan, namun banyak penderita yang mendapatkan analgetik dengan
jangka panjang untuk mengurangi nyeri. Situasi ini mendorong
dikembangkannnya sejumlah metode nonfarmakologi untuk mengurangi
nyeri (Price & Wilson, 2013).

1
Metode nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, salah satunya adalah
dengan pemberian kompres jahe. Indonesia memiliki 3 macam jenis jahe,
antara lain jahe gajah, jahe empirit, dan jahe merah. Jahe segar kadar airnya
94%, 17% nya mengandung gingerol 21,15 mg/g (Ali et al., 2008 Kurniasari
dan Hartati, 2019). Jahe merah memiliki kandungan air (81%), minyak atsiri
(3.9%), ekstrak yang larut dalam alcohol (9.93%), aroma sangat tajam, dan
mempunyai rasa yang sangat pedas dibanding jenis jahe lainnya dan jahe
merah dipilih karena dari semua jenis jahe kandungan oleoresin jahe
merahlah yang paling banyak (Hasim dan Ambar, 2017). Penelitian yang
dilakukan oleh Safitri & Utami (2019) mendapatkan hasil bahwa ada
pengaruh pemberian kompres jahe merah terhadap penurunan nyeri
osteoartritis pada lansia dengan p value 0,006 dan rata-rata penurunan skala
nyeri 3,16. Hasil uji Mann-Whitney didapatkan p value 0,000 rata-rata
penurunan nyeri pada kelompok intervensi 2,26 dan kelompok kontrol 1,16,
artinya ada perbedaan pemberian kompres jahe merah terhadap penurunan
nyeri osteoartritis pada lansia.
Berdasarkan alasan diatas Penulis ingin membuktikan khasiat jahe
merah dalam menurunkan tingkat nyeri sendi penerima manfaat (PM) di panti
usia lanjut Aisyiyah Surakarta. Sehingga hasil penerapan jurnal ini dapat
dijadikan pertimbangan dalam pemberian terapi nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri, terutama nyeri persendian.
2. PICO
a. Problem
Berdasarkan jurnal penelitian yang dilakukan Safitri & Utami
(2019) tentang pengaruh kompres jahe merah terhadap penurunan nyeri
osteoartritis pada lansia didapatkan data dari kader lansia di Dusun
Pancuran didapatkan 11 orang mengalami nyeri sendi terutama di pagi
hari. Dari 5 responden menyatakan nyeri sering dialami pada pagi hari
terutama setelah melakukan aktivitas dan menghilangkan nyeri dengan
cara meminum obat dari dokter ataupun warung, melakukan pijatan
ringan, mandi air hangat, merebus jahe tetapi belum tahu tentang cara

2
konsumsinya dan hanya minum ketika nyeri dirasakan. Pengambilan
sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling
sehingga sampel berjumlah 20 orang.
Manifestasi klinis dari osteoartritis ini adalah keluhan pada
persendian, gangguan linu-linu yang diakibatkan oleh penumpukan
kristalmonosodium urat dalam sendi sehingga mengakibatkan nyeri sendi
(Damayanti, 2012). Penyakit sendi yang dialami merupakan proses
degeneratif dan menimbulkan nyeri sendi pada lansia. Angka insidensi
nyeri sendi ini banyak terjadi pada wanita lansia karena perubahan
hormonal secara signifikan (Smeltzer et al., 2010).
Hasil pengkajian pada Ny. S usia 68 tahun didapatkan data pasien
mengatakan nyeri pada persendian lutut, nyeri dirasakan saat duduk
terlalu lama, lelah, nyeri bertambah di malam hari sampai pagi hari dan
saat udara dingin, nyeri seperti ditusuk-tusuk benda tajam, nyeri dirasakan
pada pergelangan lutut, skala nyeri 7 (berat), nyeri dirasakan hilang
timbul dan sering muncul pada malam hari. Nyeri sendi yang dirasakan
pasien sudah berlangsung selama ±5 tahun. Ny. S selama ini berobat di
klinik dokter dan untuk mengurangi nyeri pasien mengonsumsi obat
meloxicam 7,5mg per 24 jam.
b. Intervention
Metode nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, salah satunya
adalah dengan pemberian kompres jahe. Indonesia memiliki 3 macam
jenis jahe, antara lain jahe gajah, jahe empirit, dan jahe merah. Jahe merah
mempunyai kandungan pati (52,9%), minyak atsiri (3,9%) dan ekstrak
yang larut dalam alkohol (9,93%) lebih tinggi dibandingkan jahe emprit
(41,48%; 3,5% dan 7,29%) dan jahe gajah (44,25 %; 2,5% dan 5,81%).
Jahe segar kadar airnya 94%, 17% nya mengandung gingerol 21,15 mg/g
(Ali et al., 2008 Kurniasari dan Hartati, 2019). Jahe merah memiliki
kandungan air (81%), minyak atsiri (3.9%), ekstrak yang larut dalam
alcohol (9.93%), aroma sangat tajam, dan mempunyai rasa yang sangat
pedas dibanding jenis jahe lainnya dan jahe merah dipilih karena dari

3
semua jenis jahe kandungan oleoresin jahe merahlah yang paling banyak
(Hasim dan Ambar, 2017).
Penelitian yang dilakukan peneliti menggunakan kompres jahe
merah sebanyak 20 gr, dengan cara jahe segar dikupas dan dibersihkan
kemudian diparut dan dikompres pada daerah sendi yang sakit selama 20
menit setiap hari sekali selama 1 minggu, lalu ukur intensitas nyeri setelah
20 menit intervensi. Jahe merah memiliki efek farmakologis dan fisiologi
seperti memberikan efek rasa panas, anti-inflamasi, analgesic,
antioksidan, antitumor, antidiabetik, antiobesitas, antimeatik. Selain
dengan memberikan efek panas, jahe juga memberikan efek pedas dimana
kandungan gingerol dan Shogaol telah didefi nisikan sebagai komponen
antioksidan fenolik jahe (Setyaningrum dan Saparinto, 2013).
Adapun cara untuk melakukan kompres jahe merah (Rahayu, 2016)
yaitu sebagai berikut :
1) Persiapan alat :
a) Jahe merah 20 gram
b) Wadah Kecil
c) Parut dan pisau
2) Tahap orientasi
a) Beri salam dan panggil klien dengan namanya
b) Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan pada klien
3) Tahap kerja
a) Posisikan klien senyaman mugkin
b) Berikan kesempatan klien bertanya sebelum kegiatan dilakukan
c) Ukur skala nyeri klien dan caat di lembar observasi
d) Jaga privasi klien
e) Cuci jahe merah segar hingga bersih lalu dikupas
f) Parut jahe tersebut
g) Parutan jahe di tempel ke daerah sendi yang terasa nyeri selama
20 menit.

4
4) Terminasi
a) Evaluasi hasil tindakan (kenyamanan klien)
b) Simpulkan hasil tindakan
c) Akhiri tindakan dengan cara yang baik
d) Bereskan alat-alat
e) Cuci tangan
f) Dokumentasi
c. Comparation/ Co-intervention
Terapi pembanding pada kasus ini adalah melakukan olahraga
senam kebugaran jasmani (SKJ) yang sering dilakukan pasien
sebelumnya sacara rutin setiap hari jumat.
d. Outcome
Hasil dari pemberian kompres hangat jahe merah selama 3 hari
terhadap tingkat nyeri yang dialami Ny. S di persendian akibat
osteoathritis terlampir dalam tabel berikut.
Hasil Implementasi Kompres Hangat Jahe
Hari/ Tanggal/ Skala Nyeri Sebelum Skala Nyeri Setelah
Jam Pemberian Kompres Pemberian Kompres
Sabtu, 02 7 6
November 2019/
08.30 WIB
Minggu, 03 6 4
November 2019/
18.00 WIB
Senin, 04 4 2
November 2019/
10.00 WIB
Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Safitri dan
Utami (2019) pada 20 responden diperoleh hasil Uji Paired Sample T
Test menunjukkan ada pengaruh pemberian kompres jahe merah terhadap
penurunan nyeri osteoartritis pada lansia dengan p value 0,006 dan rata-

5
rata penurunan skala nyeri 3,16. Hasil Uji Mann-Whitney didapatkan p
value 0,000 rata-rata penurunan nyeri pada kelompok intervensi 2,26 dan
kelompok kontrol 1,16 artinya ada perbedaan pemberian kompres jahe
merah terhadap penurunan nyeri osteoartritis pada lansia.
3. Tinjauan Kasus
Ny. S usia 68 tahun mengatakan nyeri pada persendian lutut, nyeri
dirasakan saat duduk terlalu lama, lelah, nyeri bertambah di malam hari
sampai pagi hari dan saat udara dingin, nyeri seperti ditusuk-tusuk benda
tajam, nyeri dirasakan pada pergelangan lutut, skala nyeri 7 (berat), nyeri
dirasakan hilang timbul dan sering muncul pada malam hari. Hasil
pemeriksaan TD 120/ 80 mmhg, Nadi 78x/ menit, suhu 360 C, RR 20x /menit.
Akral teraba hangat, kekuatan otot ekstremitas bawah kanan dan kiri 5, tidak
tampak adanya kontraktur.
4. Dasar Pembanding
Beberapa penelitian lain yang digunakan sebagai pembanding antara lain:
a. Saifah (2018) dalam penelitiannya berjudul pengaruh kompres hangat air
rebusan jahe merah terhadap keluhan penyakit sendi melalui
pemberdayaan keluarga Hasil penelitian didapatkan semua ρ value 0,000,
terdapat perbedaan bermakna intensitas, durasi dan kualitas nyeri sendi,
rentak gerak sendi sebelum dan setelah pemberian kompres hangat air
rebusan jahe merah oleh caregiver serta meningkatkan kualitas tidur 23
pasien (76,67%). Kesimpulan penelitian adalah kompres hangat air
rebusan jahe merah oleh anggota keluarga berpengaruh dalam
mengurangi atau menghilangkan keluhan penyakit sendi pasien.
b. Safitri dan Agustin (2018) dalam penelitiannya yang berjudul pengaruh
pemberian susu kedelai dan jahe terhadap penurunan kadar kolesterol
warga ngargoyoso karanganyar di dapatkan hasil Data pre test kelompok
intervensi mempunyai nilai rata-rata 230,50 mg/dl, dan post test ratarata
162,90 mg/dl, nilai thitung sebesar 22,211 dan nilai signifikansi sebesar
0,000. Hasil ini menunjukkan bahwa ada perbedaan kadar kolesterol pada
kelompok intervensi sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Pada

6
penelitian ini diberikan intervensi berupa susu kedelai dan jahe.
Pengolahan jahe merah sebanyak 50 gram dengan cara digeprek dan
dimasukkan dalam susu kedelai setiap hari selama 21 hari.
c. Rahayu dan Nujula (2018) dalam penelitiannya tentang efektifitas
pemberian ekstrak jahe terhadap intensitas dismenore pada mahasiswi
akademi kebidanan sakinah pasuruan didapatkan hasil intensitas nyeri
sebelum intervensi hampir seluruh responden dengan nyeri berat dan
sesudah intervensi hampir seluruhnya dengan nyeri sedang. Hasil analisa
didapatkan ada perbedaan antara intensitas nyeri sebelum intervensi
dengan sesudah intervensi (p value 0,000). Pada penelitian ini ekstrak
jahe merah diberikan saat hari ke tiga sebelum menstruasi sampai dengan
hari pertama menstruasi, dengan takaran satu kapsul berisi 250 mg
ekstrak jahe merah, diminum sehari tiga kali. Menurut Ozgoli et al (2009)
bahwa Jahe merah terbukti memiliki kefektifan yang sama dengan asam
mefenamat dan ibu profen dalam mengurangi nyeri dismenore primer.
Khasiat jahe merah juga dibenarkan oleh Baktiar (2010) dalam
penelitiannya disebutkan bahwa ektrak jahe merah terbukti dapat
mengurangi nyeri akibat osteoarthritis dan nyeri dismenore.
d. Suparmi dan Kusumadewi (2018) dalam penelitiannya yang berjudul
pengaruh sirup jahe merah terhadap penurunan hiperemesis gravidarum
pada ibu hamil di plupuh sragen didapatkan hasil terdapat perbedaan
yang signifikan pada frekuensi mual muntah sesudah 10 hari eksperimen
antara kedua kelompok (p < 0,001) di mana frekuensi mual muntah
kelompok perlakuan pada hari ke-10 lebih kecil dibandingkan frekuensi
mual muntah sampel kelompok kontrol. Penelitian ini pada kelompok
perlakuan diberikan Sirup jahe merah 2x sehari(3-4 sendok makan sirup
diencerkan dengan air hangat 200ml) selama 10 hari. Penelitian yang
dilakukan oleh Universitas Chiang Mai di Thailand juga membuktikan
keefektivitasan khasiat jahe pada ibu hamil dalam mengatasi mual
muntah. Dalam riset ini melibatkan 32 ibu hamil yang mengalami mual
muntah yang diberikan suplemen dalam bentuk tablet yang mengandung

7
1 gram jahe setiap hari, ternyata hasilnya sangat memuaskan di mana
terjadi penurunan gejala mual muntah yang signifikan pada ibu hamil
tersebut penelitian yang peneliti adalah menggunakan ekstrak jahe
(Booth, 2008).
e. Tamrin, Retno & Muawanah (2017) dalam penelitiannya yang berjudul
pengaruh ekstrak jahe terhadap penurunan tekanan darah pada lansia
dengan hipertensi di rw 03 kelurahan tambangan didapatkan hasil tingkat
tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan ekstrak jahe menggunakan
uji Wilcoxon dengan hasil p- value 0,007 (<0,05%) dan nilai Z hitung -
2,683. Penelitian ini responden diberikan 100 cc air jahe yang dibuat dari
4 gram jahe dipotong kecil-kecil dan direbus dalam panci berisi air
mendidih sebanyak 200 cc selama ± 10 menit sambil sesekali di aduk
hingga volume air menjadi 100 cc. Setelah itu dituang dalam gelas takar
sebanyak 100 cc sambil disaring, tambahkan madu dengan perbandingan
100 cc : 2 sendok makan, kemudian diberikan kepada responden selama 5
hari berturut-turut.
5. Implementasi
Tindakan keperawatan dengan menggunakan kompres jahe merah
dilakukan 3 hari berturut-turut dari tanggal 2-4 November 2019. Pemberian
kompres jahe merah sebanyak 20 gr, dengan cara jahe segar dikupas dan
dibersihkan kemudian diparut dan dikompres pada daerah sendi yang sakit
selama 20 menit setiap hari sekali, lalu ukur intensitas nyeri setelah 20 menit
intervensi.
Menurut Gendrowati (2014), jahe mengandung filandrena dan resin
pahit. Resin pahit ini berasal dari senyawa keton yang bernama zingeron. Jahe
memiliki khasiat yang karminatif (merangsang keluarnya gas atau angin
melalui saluran pencernaan), stimulant, stomakik, serta diaforetik. Jahe juga
mampu memberikan efek analgesik (penghilang rasa nyeri) bila diberikan
pada dosis tertentu.
Kompres jahe adalah salah satu kombinasi antara terapi hangat dan
terapi relaksasi yang bermanfaat pada penderita nyeri sendi. Jahe

8
mengandung senyawa Phenol yang terbukti memiliki efek anti radang dan
diketahui ampuh mengusir penyakit sendi juga ketegangan yang dialami otot
sehingga dapat memperbaiki sistem muskuloskeletal yang menurun
(Susilowati, 2015). Selain itu jahe juga memiliki efek farmakologis yaitu rasa
panas dan pedas dimana rasa panas ini dapat meredakan rasa nyeri, kaku dan
spasme otot serta terjadinya vasodilatasi pembuluh darah.
Jahe merah adalah jahe yang sangat cocok untuk dijadikan herbal dan
lebih banyak digunakan sebagai obat, karena kandungan minyak atsiri dan
oleoresinnya paling tinggi dan mengandung gingerol diduga dapat memblok
produksi prostaglandin sehingga dapat menurunkan nyeri sendi pada
penderita artritis rheumatoid. Bagian yang dimanfaatkan rimpang jahe merah
karena pada rimpangnya tersebut memiliki kandungan minyak atsiri dan
oleoresin yang cukup tinggi (Lentera, 2005 dalam Safitri & Utami, 2019).
6. Hasil
Hasil Implementasi Kompres Hangat Jahe
Hari/ Tanggal/ Skala Nyeri Sebelum Skala Nyeri Setelah
Jam Pemberian Kompres Pemberian Kompres
Sabtu, 02 7 6
November 2019/
08.30 WIB
Minggu, 03 6 4
November 2019/
18.00 WIB
Senin, 04 4 2
November 2019/
10.00 WIB
Rasa nyeri yang dialami Ny. S di persendian akibat osteoathritis
mengalami penurunan tingkat nyeri. Skala nyeri sebelum pemberian kompres
jahe dari 7 dan menjadi 2. Awal pemberian kompres adalah hari sabtu dan
berakhir pada hari senin. Respon Ny. S terhadap kompres jahe sangat positif.
Ny. S mengatakan nyeri terasa berkurang setelah diberikan kompres jahe.

9
7. Diskusi
Dampak nyeri pada osteoathritis adalah penurunan kualitas harapan
hidup seperti kelelahan yang menurunkan rentang gerak tubuh dan
menimbulkan nyeri pada gerakkan. Kekakuan bertambah berat pada pagi hari
saat bangun tidur, nyeri hebat pada awal gerakkan tetapi kekakuan tidak
berlangsung lama yaitu kurang dari seperempat jam. Kekakuan di pagi hari
menyebabkan berkurangnya kemampuan gerak dalam melakukan gerak
ekstensi, keterbatasan mobilitas fisik dan efek sistemik yang ditimbulkan
adalah kegagalan organ dan kematian (Price, 2013).
Dengan bertambahnya usia, fungsi fisiologis mengalami penurunan
sehingga penyakit tidak menular banyak terjadi pada lanjut usia. Penyakit
tidak menular yang banyak diderita oleh penduduk lansia antara lain
hipertensi, nyeri sendi, stroke dan diabetes mellitus (Direktorat Statistik
Kesejahteraan Rakyat, 2015). Nyeri sendi merupakan penyakit yang sering
terjadi pada lansia dan paling banyak menyebabkan kecacatan. Angka
kejadian nyeri sendi di dunia pada usia 45-64 tahun sebesar 30,3 % dan pada
usia ≥ 65 tahun dilaporkan sebanyak 49,7% (Barbour, 2013). Di Indonesia,
nyeri sendi adalah salah satu dari 12 penyakit tidak menular dengan angka
kejadian sebesar 24,7% (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
2013) Terlihat dari penelitian Damaiyanti & Siska, (2012) mengatakan nyeri
sendi banyak dikeluhkan oleh lansia dibagian lutut, kaki dan panggul
sehingga mereka merasakan terganggu dalam melakukan aktifitas akibat rasa
nyeri yang dirasakan.
Jurnal publikasi American College Of Rheumatologi mengatakan
terapi yang lebih direkomendasikan untuk OA lutut adalah terapi non-
farmakologis yang bersifat terapi modalitas seperti aerobik, latihan
ketahanan, dan intervensi psikososial (Hochberg et al., 2012). Terapi non
farmakologis lainnya dapat digunakan untuk menurunkan nyeri sendi tetapi
tidak memberikan peningkatan pada kekuatan otot sendi karena peningkatan
kekuatan otot sendi dapat dicapai dengan adanya pergerakan melalui aktivitas
fisik. Latihan yang diberikan kepada penderita OA lutut dapat berupa

10
olahraga fisik. Olahraga fisik bertujuan untuk mempertahankan pergerakan
sendi dan memiliki pengaruh besar dalam penurunan skala nyeri sendi
(Stevenson et al, 2012).
Hal-hal tersebut didukung hasil penelitian Sitinjak dkk (2016)
menunjukkan skala nyeri pretest kelompok yang diberikan perlakuan senam
rematik sebesar 75% pada nyeri berat terkontrol (rentang skala nyeri 7-9) dan
sebesar 25% pada nyeri sedang (rentang skala nyeri 4–6). Sedangkan skala
nyeri sesudah senam rematik (post-test), kelompok perlakuan mengalami
nyeri sedang sebanyak 11 orang (91,7%) dan mengalami nyeri ringan 1 orang
(8,3%).
Hasil pengkajian pada Ny. S usia 68 tahun didapatkan data pasien
mengatakan nyeri pada persendian lutut, nyeri dirasakan saat duduk terlalu
lama, lelah, nyeri bertambah di malam hari sampai pagi hari dan saat udara
dingin, nyeri seperti ditusuk-tusuk benda tajam, nyeri dirasakan pada
pergelangan lutut, skala nyeri 7 (berat), nyeri dirasakan hilang timbul dan
sering muncul pada malam hari. Nyeri sendi yang dirasakan pasien sudah
berlangsung selama ±5 tahun. Ny. S selama ini berobat di klinik dokter dan
untuk mengurangi nyeri pasien mengonsumsi obat meloxicam 7,5 mg per 24
jam.
Upaya dalam menangani nyeri tersebut dapat dilakukan dengan terapi
modalitas untuk mengurangi nyeri adalah terapi farmakologi dan non-
farmakologi. Terapi non-farmakologis untuk mengurangi nyeri diantaranya
dengan metode stimulasi kutaneus, relaksasi dan imajinasi terpimpin,
distraksi, stimulasi saraf transkutaneus secara elektrik, dan herbal.
Kompres jahe adalah salah satu kombinasi antara terapi hangat dan
terapi relaksasi yang bermanfaat pada penderita nyeri sendi. Jahe
mengandung senyawa Phenol yang terbukti memiliki efek anti radang dan
diketahui ampuh mengusir penyakit sendi juga ketegangan yang dialami otot
sehingga dapat memperbaiki sistem muskuloskeletal yang menurun
(Susilowati, 2015). Selain itu jahe juga memiliki efek farmakologis yaitu rasa

11
panas dan pedas dimana rasa panas ini dapat meredakan rasa nyeri, kaku dan
spasme otot serta terjadinya vasodilatasi pembuluh darah.
Pernyataan di atas didukung hasil penelitian Safitri & Utami (2019)
diketahui bahwa pada kelompok perlakuan sebelum diberikan terapi kompres
mengalami intensitas nyeri ringan dan sedang masing-masing 5 orang (50%)
dan pada kelompok kontrol sebelum diberikan terapi kompres mengalami
intensitas nyeri ringan berjumlah 60 orang (60%). Sesudah diberikan terapi
pada kelompok perlakuan mengalami penurunan nyeri menjadi nyeri ringan
berjumlah 9 orang (90%) dan pada kelompok kontrol nyeri ringan berjumlah
8 orang (80%).
Setelah dilakukan implementasi kompres hangat jahe merah pada Ny.
S selama 3 hari diperoleh hasil nyeri berkurang hasil evaluasi diperoleh
bahwa terapi kompres jahe merah dapat menurunkan tingkat skala nyeri pada
Ny.S sehingga antara teori dan praktek tidak terdapat kesenjangan. Hal ini
menunjukkan bahwa dibandingkan dengan SKJ yang dilakukan 1x seminggu,
kompres hangat jahe merah lebih terbukti efektif dalam menurunkan nyeri
sendi pada lansia.
Meskipun jahe memiliki banyak manfaat kesehatan, ternyata jahe juga
dapat memicu sejumlah efek samping, terutama jika dikonsumsi dalam
jumlah besar. Konsumsi jahe yang berlebihan dalam satu hari dapat
menyebabkan mulas, kembung, mual, atau gangguan perut. Jahe juga
mengganggu efek obat pengencer darah seperti warfin dan aspirin. Orang
yang sebaiknya tidak mengkonsumsi jahe adalah orang yang mengalami
gangguan darah, orang dengan batu empedu dan orang yang akan di operasi
(Pratiwi, 2018).
Sedangkan untuk kompres hangat jahe merah memiliki kontraindikasi
pemberian yaitu pada pasien dengan trauma 12-24 jam pertama, perdarahan,
bengkak, gangguan pembuluh darah, atau memar (Ariani, 2017).

12
8. Kesimpulan dan Saran
a. Kesimpulan
Hasil pemberian kompres jahe merah pada Ny. S mengalami
penurunan skala nyeri yaitu dari skala nyeri 7 (sebeluim diberikan
kompres) menjadi skala nyeri 2 (setelah diberikan kompres selama 3 hari
berturut-turut). Berdasarkan data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
pemberian kompres jahe merah terbukti dapat menurunkan nyeri
seseorang dengan masalah osteoathritis atau radang sendi.
b. Saran
Kompres jahe merah ini diharapkan dapat mengganti terapi
farmakologi pengobatan nyeri yang diberikan sebelumnya. Karena
dengan pemberian obat yang terlalu sering pada jangka panjang dapat
merusak fungsi ginjal. Pemberian kompres jahe merah dapat dilakukan
oleh pengelola Panti dalam menurunkan nyeri penerima manfaat dengan
masalah osteoathritis. Karena tindakan kompres jahe merah yang
dilakukan ini memberikan efek terapi yang positif dalam menurunkan
nyeri.
9. Daftar Pustaka
Ariani, N. P. E. (2017). Kompres Hangat Air Rebusan Jahe untuk Penderita
Nyeri Osteoarthritis. Artikel Kesehatan RSU Bhakti Rahayu.
<http:bhaktirahayu.com>. Diakses tanggal 07 November 2019 jam 10.30.
Barbour, K., Helmick, C., Theis, K. et al. (2013). Prevalence of Doctor-
Diagnosed Arthritis and Arthritis-Attributable Activity Limitation
United States, 2010–2012. Morb Mortal Wkly Rep. 2013;62(44):869-
873.
Damaiyanti, S., Siska, T, Y. (2012). Pengaruh Kompres Jahe Hangat
Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Artritis Rhematoid Pada Lanjut
Usia Di Panti Sosial Tresna Werdha Kasih Sayang Ibu Kanagarian
Cubadag Batusangkar. Di akses 01 November 2019
Direktorat Statistik Kesejahteraan Rakyat. (2015). Profil Statistik Kesehatan
2015. Jakarta : Badan Pusat Statistik.

13
Gendrowati, F. (2014). TOGA (Tanaman Obat Keluarga) Aman & Tanpa
Efek Samping. Jakarta: Padi
Hasim, R. W. 2017. Perbedaan Efektivitas Kompres Jahe Merah Dan
Kompres Hangat Terhadap Penurunan Skala Nyeri Sendi Pada Lanjut
Usia. UMY : Yogyakarta. Diakses pada tanggal 01 November 2019
Hochberg, M., et al. (2012). American college of rheumatology 2012
recommendations for the use of nonpharmacologic and pharmacologic
therapies in osteoarthritis of the hand, hip, and knee. Arthritis Care &
Research, 64(4), p.465–474.
Koentjoro, Sara Listyani. 2010. Hubungan Antara Indeks Masa Tubuh (IMT)
Dengan Derajat Osteoartritis Lutut Menurut Kellgren dan Lawrence.
Artikel Hasil Penelitian Karya Tulis Ilmiah. Semarang: Fakultas
Kedokteran. Universitas Diponegoro (http:// eprints.undip.ac.id) yang
diakses tanggal 30 Oktober 2019
Nurarif & Kusuma. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis. Yogyakarta:
Mediaction Jogja
Price, S.A., Wilson, L.M. 2013. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Edisi VI. Jakarta: EGC.
Safitri, W & Utami, R.D.L.P. 2019. Pengaruh Kompres Jahe Merah
Terhadap Penurunan Nyeri Osteoartritis Pada Lansia. Jurnal Kesehatan
Kusuma Husada - Januari 2019 diakses pada tanggal 1 November 2019.
Saifah, A. 2018. Pengaruh Kompres Hangat Air Rebusan Jahe Merah
Terhadap Keluhan Penyakit Sendi Melalui Pemberdayaan Keluarga.
Jurnal Kesehatan Tadulako Vol. 4 No. 3, Oktober 2018 : 1-78 Diakses
pada tanggal 01 November 2019.
Setyaningrum, H. D. & Saparinto, C. (2013). Jahe. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Sitinjak, V. M., dkk. 2016. Pengaruh Senam Rematik Terhadap Perubahan
Skala Nyeri pada Lanjut Usia dengan Osteoarthritis Lutut. Volume 4
Nomor 2 Agustus 2016 hal. 139-150.

14
Stevenson, J.D., & Richard Roach. (2012). The benefits and barriers to
physical activity and lifestyle interventions for osteoarthritis affecting the
adult knee. Journal of Orthopaedic Surgery and Research. p.1–7.
Susilowati, R. 2015. Jurus Rahasia Menguasai P3K (Pertolongan pertama
pada kecelakaan). Jakarta : Lembar langit Indonesia

15

Anda mungkin juga menyukai