Anda di halaman 1dari 72

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

PADA TN. S DENGAN GOUT ARTHRITIS PADA LANSIA

Disusun oleh:

Kelompok 8 (3A)
1. Danisa Zumawaddah W.S(20014)
2. Elsha Septiani (20024)
3. Fresi Prihatini (20033)
4. Maulani (20049)
5. Puspita Nurmala Sari (20066)
6. Riesha Khaela H (20076)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN FATMAWATI
JAKARTA
OKTOBER, 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kesempatan dan kesehatan, sehingga kelompok dapat menyelesaikan
makalah keperawatan keluarga dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Tn. S
Dengan Gout Arthritis Pada Lansia”. Adapun tujuan dari pembuatan makalah
adalah untuk memenuhi tugas dalam rangkaian seminar mata kuliah Keperawatan
Keluarga. Keberhasilan penyusunan makalah merupakan kerja keras penulis yang
tentunya tidak lepas dari dukungan dan bantuan yang berupa moril maupun materil
dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ns. DWS Suarse Dewi, M.Kep., Sp.Kep.MB selaku Ketua Sekolah Tinggi
Kesehatan Fatmawati Jakarta.
2. Ns. Zahri Darni,M.Kep., Sp.Kep.MB, selaku Kaprodi.
3. Ns. Ani Nuraeni, M. Kep.,Sp.Kep.Kom selaku Penanggung Jawab Mata Kuliah
Keperawatan Keluarga dan selaku dosen pembimbing seminar.
4. Ns. Siti Utami, S.Kep., M.Kes dan Ns. Hera Hastuti, M.Kep., Sp.Kep.Kom
selaku Dosen Pengajar Mata Kuliah Keperawatan Keluarga.
5. Ns. Hinin Wasilah, MS selaku wali kelas angkatan XXIII Sekolah Tinggi
Kesehatan Fatmawati Jakarta.
6. Orang tua yang selalu mendukung kami, serta rekan mahasiswa dan seluruh
pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu namun jasanya amat sangat
berarti dalam proses penyusunan makalah.

Meskipun telah berusaha dengan segenap kemampuan, kelompok menyadari betul


makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kritik serta saran yang
membangun amat dibutuhkan agar kedepannya hal yang sama tak terulang kembali
dikemudian hari.

Jakarta, Oktober 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA.........................Error! Bookmark not defined.


PADA TN. S DENGAN GOUT ARTHRITIS PADA LANSIA.........Error! Bookmark not
defined.
KATA PENGANTAR.....................................................................Error! Bookmark not defined.
BAB I..........................................................................................Error! Bookmark not defined.
PENDAHULUAN.........................................................................Error! Bookmark not defined.
A. Latar Belakang..........................................................Error! Bookmark not defined.
B. Tujuan Penulisan......................................................Error! Bookmark not defined.
C. Metode penulisan....................................................Error! Bookmark not defined.
D. Sistematika penulisan...............................................Error! Bookmark not defined.
BAB II.........................................................................................Error! Bookmark not defined.
TINJAUAN TEORI.......................................................................Error! Bookmark not defined.
A. Konsep Penyakit Gout..............................................Error! Bookmark not defined.
E. Etiologi......................................................................Error! Bookmark not defined.
F. Patofisiologi..............................................................Error! Bookmark not defined.
G. Pemeriksaan Diagnostik...........................................Error! Bookmark not defined.
H. Penatalaksanaan Medis............................................Error! Bookmark not defined.
I. Pengertian Penuaan.................................................Error! Bookmark not defined.
J. Perubahan sistem muskuluskeletal pada lansia.......Error! Bookmark not defined.
K. Konsep Keluarga.......................................................Error! Bookmark not defined.
L. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga....................Error! Bookmark not defined.
Pengkajian Keperawatan...................................................Error! Bookmark not defined.
Diagnosis Keperawatan Keluarga......................................Error! Bookmark not defined.
Rencana Keperawatan.......................................................Error! Bookmark not defined.
Implementasi Keperawatan..............................................Error! Bookmark not defined.
Evaluasi.............................................................................Error! Bookmark not defined.
BAB III........................................................................................Error! Bookmark not defined.
TINJAUAN KASUS......................................................................Error! Bookmark not defined.
A. Uraian Kasus.............................................................Error! Bookmark not defined.
Pengkajian.........................................................................Error! Bookmark not defined.

iii
Fungsi Perawatan Kesehatan ( Penjajagan tahap II)...........Error! Bookmark not defined.
A. Daftar diagnosis keperawatan berdasarkan prioritas :............Error! Bookmark not
defined.
M. Diagnosa keperawatan.............................................Error! Bookmark not defined.
BAB IV.......................................................................................Error! Bookmark not defined.
PEMBAHASAN KASUS................................................................Error! Bookmark not defined.
A. Pembahasan.............................................................Error! Bookmark not defined.
Pengkajian keperawatan...................................................Error! Bookmark not defined.
Diagnosa keperawatan......................................................Error! Bookmark not defined.
Perencaan Keperawatan...................................................Error! Bookmark not defined.
Implementasi Keperawatan..............................................Error! Bookmark not defined.
Evaluasi Keperawatan.......................................................Error! Bookmark not defined.
BAB V........................................................................................Error! Bookmark not defined.
PENUTUP...................................................................................Error! Bookmark not defined.
A. Kesimpulan...............................................................Error! Bookmark not defined.
N. Saran........................................................................Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA......................................................................Error! Bookmark not defined.

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gout merupakan penyakit yang diakibatkan oleh kelainan pada metabolisme yang
dalam perkembangannya bermanifestasi terhadap peningkatan konsentrasi asam
urat dalam serum, dan juga disebabkan oleh luka yang jatuh tetes demi tetes
kedalam sendi (Fitriana 2015). Sedangkan menurut Tjokroprawiro (2015), Gout
adalah penyakit heterogen yang diakibatkan oleh penumpukan monosodium urat
atau kristal asam urat akibat supersaturasi asam urat. Normalnya, asam urat
dikeluarkan melalui urin atau feses, namun karena ginjal sudah tidak mampu
mengeluarkan asam urat yang ada, maka kadarnya pun akan meningkat pada
tubuh. Penyebab dari asam urat dikarenakan meningkatnya kadar asam urat dalam
darah serta mengonsumi makanan yang mengandung purin.

Beberapa gejala yang sering terjadi penderita asam urat yaitu sering merasa
kesemutan dan linu-linu pada bagian tubuh, sering juga merasakan nyeri di malam
hari atau pada saat bangun tidur. Biasanya, sendi yang terkena asam urat akan
terlihat memerah dan membengkak. Seseorang akan dikatakan menderita asam
urat jika kadar asam urat dalam darahnya di atas 7 mg/dl pada laki-laki dan di atas
6 mg/dl pada wanita (Ardhiatma, 2017) Kondisi ini dipicu oleh meningkatnya
asupan makanan kaya puri dan kurangnya intake cairan (air putih) sehingga proses
pembuangannya melalui ginjal menurun (Krisnatuti, 2016).

Prevalensi penyakit gout arthritis di dunia terjadi sebanyak 34,2% Gout arthritis
sering terjadi di negara maju seperti Amerika. Prevalensi gout arthritis di Negara
Amerika sebesar 26,3% dari total penduduk. Peningkatan kejadian gout arthritis
tidak hanya terjadi di negara maju saja. Namun, peningkatan juga terjadi di negara
berkembang, salah satunya di Negara Indonesia (Kumar & Lenert, 2016;
Eni, Ari & Riri, 2018). Prevalensi gout arthritis di Indonesia semakin mengalami

1
peningkatan. Pada tahun 2013 kejadian gout arthritis sebesar
11,9% (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2018).

Menurut Word Health Organization (WHO) pada tahun 2013 sebesar 81%
penderita Gout Arthritis di Indonesia hanya 24% yang pergi ke dokter, sedangkan
71% cenderung langsung mengkonsumsi obat pereda nyeri yang dijual secara
bebas. Sedangkan Menurut Riskesdas tahun 2018, prevalensi penyakit asam urat
berdasarkan diagnose tenaga kesehatan diindonesia 11,9% dan berdasarkan
diagnosis atau gejala 24,7% jika dilihat dari karateristik umur, prevalensi tinggi
pada umur ≥ 75 tahun (54,8%). Penderita wanita juga lebih banyak (8,46%)
dibandingkan dengan pria (6,13%) (Riskesdas, 2018).

Penyakit ini dikatakan dapat terjadi pada siapa saja, namun kemunculan dan
keparahannya masih bisa dicegah dengan beberapa perubahan pada gaya hidup
(Kurnia, 2015). Seperti masih banyaknya masyarakat yang mengkonsumsi
makanan tanpa memperhatikan kandungan dari makanan tersebut. Faktor aktivitas
yang berlebihan juga dapat memperburuk dan mendukung adanya komplikasi
penyakit asam urat tersebut Selain memberikan edukasi mengenai diet rendah
purin kepada penderita gout arthritis untuk mengurangi rasa nyeri bagi penderita
gout arthritis dengan menggunakan cara kompres hangat yang bertujuan agar otot
– otot lebih rileks sehingga perasaan nyeri berkurang.

Untuk menanggulangi masalah pada keluarga dengan penyakit Artritis Gout


yaitu dengan memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif meliputi
bio-psiko-sosio-spiritual, guna meminimalkan akibat yang ditimbulkan oleh
Artritis Gout. Peran seorang perawat pun sangat penting dalam memberikan
asuhan keperawatan secara komprehensif dengan menggunakan empat aspek
diantaranya peran promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative Dalam upaya
promotif perawat berperan dengan memberikan pendidikan kesehatan
meliputi pengertian, penyebab, tanda dan gejala dari penyakit Artritis Gout
sehingga dapat mencegah bertambahnya jumlah penderita. Dalam upaya preventif,
merawat memberikan pendidikan kesehatan kepada klien yang sudah terkena

2
penyakit Artritis Gout agar tidak terjadi komplikasi yang tidak diinginkan, seperti
gangguan pada ginjal, gangguan pada jantung, Hipertensi dan Diabetes Mellitus,
serta diharapkan untuk rajin mengontrol kadar asam urat untuk menghindari
terjadinya komplikasi. Peran perawat dalam upaya kuratif yaitu memberikan
tindakan keperawatan sesuai dengan masalah dan respon klien terhadap penyakit
yang diderita, seperti mengurangi rasa nyeri. Sedangkan peran perawat
dalam upaya rehabilitatif, merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderita
Artritis Gout yaitu dengan mengurangi makanan yang mengandung tinggi purin.

Dari uraian latar belakang diatas, kelompok tertarik ingin membahas lebih dalam
mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan Gout dengan harapan perawat
dapat memberi asuhan keperawatan yang tepat pada pasien dengen Gout.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum:
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui gambaran
mengenai Asuhan Keperawatan Pada Pasien Gout (Asam Urat).

2. Tujuan Khusus:
Adapun tujuan pada makalah ini, diharapkan mahasiswa mampu:
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada keluarga Tn. S dengan Gout
Arthritis.
b. Menganalisa data untuk menentukan diagnosa keperawatan pada keluarga
Tn. S dengan Gout Arthritis.
c. Merencanakan diagnosa tindakan keperawatan pada keluarga Tn. S dengan
Gout Arthritis.
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada keluarga Tn. S dengan Gout
Arthritis.
e. Melakukan evaluasi pada keluarga Tn. S dengan Gout Arthritis.
f. Mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan kasus.
g. Mengidentifikasi faktor-faktor pendukung, penghambat serta dapat mencari
solusinya.
h. Mendokumentasi semua kegiatan keperawatan dalam bentuk narasi.

3
C. Metode penulisan
Metode penulisan makalah ini menggunakan metode studi keperpustakaan
menggunakan berbagai sumber literatur yang sesuai dengan topik makalah dan
metode deskriptif yaitu pendekatan studi kasus dimana mendapatkan satu studi
kasus berupa kasus fiktif untuk dilakasanakan asuhan keperawatan. Adapun
teknik pengumpulan data dalam penulisan makalah ini adalah menganalisis
berbagai sumber referensi baik dari buku, jurnal dan internet yang berkaitan
dengan ibu dengan gangguan menyusui serta menganalisa studi kasus yang
diberikan.

D. Sistematika penulisan
Makalah ini disusun secara sistematik terdiri dari empat bab yaitu: BAB I:
Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan,
ruang lingkup, dan sistematika penulisan. BAB II: Tinjauan Teori yang terdiri dari
definisi, etiologi, patofisiologi, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan medis,
pengertian tentang proses penuaan, konsep asuhan keperawatan keluarga yang
terdiri dari konsep keluarga dan konsep proses keperawatan keluarga lansia. BAB
III: Tinjauan Kasus yang terdiri dari pengkajian, diagnosa, perencanaan,
pelaksanaan keperawatan dan evaluasi keperawatan. BAB IV: Pembahasan yaitu
membandingkan, menganalisa antara teori dan kasus, termasuk faktor-faktor
pendukung dan penghambat serta penyelesaiannya mulai dari pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Pada pembahasan
yang dibahas adalah hal yang berbeda (kesenjangan) antara teori dan kasus dan
diuraikan justifikasi dari perbedaan tersebut. BAB V: Penutup terdiri dari
kesimpulan dan saran.

4
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Penyakit Gout


1. Pengertian Gout
Gout adalah penyakit yang diakibatkan gangguan metabolisme purin
yang ditandai dengan hiperurisemia dan serangan synovitis akut
berulang-ulang. Penyakit ini paling sering menyerang pria usia
pertengahan sampai lanjut usia dan Wanita pasca menopause (Nurarif,
2015). Menurut Tjokroprawiro (2015), Gout adalah penyakit heterogen
yang diakibatkan oleh penumpukan monosodium urat atau kristal asam
urat akibat supersaturasi asam urat. Penyakit metabolik ini sudah
digambarkan oleh hipokrates pada zaman Yunani kuno sebagai penyakit
yang mencakup spektrum presentasi klinis, mulai dari peradangan sendi
akut sampai kronik arthritis yang erosif, disertai tenosynovitis, bursitis
dan deposit urat subkutan yang menyebabkan munculnya trophy klasik.

2. Etiologi
Penyebab tingginya asam urat dalam darah hingga terjadi hiperunsernia
ada beberapa yaitu: adanya gangguan metabolisme purin bawaan,
kelainan pembawa sifat atau gen, kebiasaan pola makan berkadar purin
tinggi ( seperti: daging, jeroan, kepiting, kerang, keju, kacang tanah,
bayam, buncis), penyakit seperti: leukemia (kanker sel darah putih),
kemoterapi, radioterapi. Peningkatan kadar asam urat dalam darah
(hiperurisemia) disebabkan oleh peningkatan produksi (overproduction),
penurunan pengeluaran (underexcretion) asam urat melalui ginjal, atau
kombinasi keduanya (Kurnia, 2015).

5
3. Patofisiologi
Dalam keadaan normal, peningkatan produksi asam urat tubuh akan
diikuti oleh peningkatan ekskresi asam urat pada urin. Kadar asam urat di
dalam tubuh juga sangat tergantung pada keseimbangan asupan makanan
sintesis dan tingkat ekskresi asamurat oleh tubuh. Keadaan yang
mempengaruhi ekskresi urin antara lain adalah asupan cairan, kecepatan
aliran urin, PH urin, keseimbangan asam basa, hormone dan obat-obatan.
Pada kondisi kadar asam urat dibawah 2,5 mg/dl atau hiperurisemia,
peningkatan ekskresi hipoxantin dan xantin dihubungkan dengan
kelainan defisiensi xatin oksidase akan mengakibatkan kelainan genetik
dan kerusakan hati berat. Umumnya, seseorang mengeluarkan asam urat
200-600 mg/hari melalui ginjal, sedangkan sisanya dikeluarkan melalui
empedu, lambung dan usus halus, yang kemudian dirusak oleh kuman-
kuman di dalam usus besar, dalam keadaan normal, asam urat adalah
350-590 mg/24 jam. Apabila lebih dari 600 mg/24 jam, maka hal ini
menunjukkan adanya penurunan ekskresi. Dalam tubuh menyimpan
paling sedikit 1000 mg asam urat. Namun, pada keadaan gout arthritis
jumlahnya akan meningkat hingga 3 sampai 5 kali (Rahmatul Fitriana,
S.KM., 2015).

Pada tubuh seseorang sebenarnya sudah mempunyai asam urat dalam


kadar normal, apabila produksi asam urat di dalam tubuh seseorang itu
meningkat dan ekskresi asam urat melalui ginjal dalam bentuk urin
menurun dapat berakibat terjadinya hiperurisemia. Asam urat yang
terakumulasi dalam jumlah besar di dalam darah akan memicu
pembentukan kristal berbentuk jarum. Kristal-kristal biasanya
terkonsentrasi pada sendi, terutama sendi perifer (jempol kaki atau
tangan). Sendi - sendi tersebut akan menjadi bengkak, kaku, kemerahan,
terasa panas, dan nyeri sekali. Dampak yang terjadi jika kadar asam urat
dalam tubuh berlebih dapat menimbulkan batu ginjal atau pirai di
persendian. Walaupun asam urat tidak mengancam jiwa, namun apabila
penyakit ini sudah mulai menyerang, penderitanya akan mengalami

6
siksaan nyeri yang sangat menyakitkan, terjadi pembengkakan, hingga
cacat pada persendian tangan dan kaki. Rasa sakit pada pembengkakan
tersebut oleh endapan kristal monosodium urat yang menimbulkan rasa
nyeri pada daerah tersebut. Pada sebagian besar orang yang menderita
asam urat, biasanya juga mempunyai penyakit lain seperti ginjal, diabetes
ataupun hipertensi (Fitriana, 2015).

4. Pemeriksaan Diagnostik
Asam urat dilakukan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik serta dapat
dilakukan pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan radiologis, dan cairan
sendi.
a. Pemeriksaan Laboratorium
Seseorang dikatakan menderita asam urat ialah apabila pemeriksaan
laboratorium menunjukkan kadar asam urat dalam darah diatas 7
mg/dL untuk pria dan lebih dari 6 mg/dL untuk wanita. Bukti adanya
kristal urat dari cairan sinovial atau dari topus melalui mikroskop
polarisasi sudah membuktikan, bagaimanapun juga pembentukan
topus hanya setengah dari semua pasien dengan gout. Pemeriksaan
gula darah dilakukan untuk mendeteksi ada dan tidaknya penyakit
diabetes mellitus. Ureum dan kreatinin diperiksa untuk mengetahui
normal dan tidaknya fungsi ginjal. Sementara itu pemeriksaan profil
lemak darah dijadikan penanda ada dan tidaknya gejala aterosklerosis.

b. Pemeriksaan Cairan Sendi


Pemeriksaan cairan sendi dilakukan di bawah mikroskop. Tujuannya
ialah untuk melihat kristal urat atau monosodium urate (kristal MSU)
dalam cairan sendi. Untuk melihat perbedaan jenis artritis yang terjadi
perlu dilakukan kultur cairan sendi. Dengan mengeluarkan cairan
sendi yang meradang maka pasien akan merasakan nyeri sendi yang
berkurang. Dengan memasukkan obat ke dalam sendi, selain
menyedot cairan sendi tentunya, maka pasien akan lebih cepat
sembuh. Mengenai metode penyedotan cairan sendi ini. Tempat

7
penyedotan harus disterilkan terlebih dahulu, lalu jarum tersebut
disuntikkan dan cairan disedot dengan spuite.

c. Pemeriksaan dengan Roentgen


Pemeriksaan ini baiknya dilakukan pada awal setiap kali pemeriksaan
sendi. Dan jauh lebih efektif jika pemeriksaan roentgen ini dilakukan
pada penyakit sendi yang sudah berlangsung kronis. Pemeriksaan
roentgen perlu dilakukan untuk melihat kelainan baik pada sendi
maupun pada tulang dan jaringan di sekitar sendi. Jika sering kumat,
sebaiknya dilakukan pemeriksaan roentgen ulang.

5. Penatalaksanaan Medis
Terapi farmakologis untuk gout yaitu:
a. Kolkisin
Dosis : 0,5 – 0,6 mg tiap satu jam atau 1,2 mg sebagai dosis awal dan
diikuti 0,5 – 0,6 mg tiap 2 jam sampai gejala penyakit hilang atau
mulai timbul gejala saluran cerna, misalnya muntah dan diare. Dapat
diberikan dosis maksimum sampai 7 – 8 mg tetapi tidak melebihi 7,5
mg dalam waktu 24 jam. Untuk profilaksis diberikan 0,5 – 1,0 mg
sehari.
b. Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS)
Contohnya: indometasin, fenilbutazon
c. Obat urikosurik/ anti hiperurisemia
Contohnya: alopurinol, probenesid, sulfinpirazon, dan febuxostat.
d. Kortikosteroid
Kortikosteroid sering digunakan untuk menghilangkan gejala gout
akut dan akan mengontrol serangan. Kortikosteroid ini sangat berguna
bagi pasien yang dikontraindikasikan terhadap golongan NSAID. Jika
goutnya monarticular, pemberian antraarticular yang paling efektif.
Contohnmya: dexametason, hidrokortison, prednisone.

8
Tatalaksana optimal untuk penyakit gout membutuhkan tatalaksana
farmakologi maupun non farmakologi. Tatalaksana non farmakologi
meliputi edukasi pasien, perubahan gaya hidup dan tatalaksana
terhadap penyakit komorbid antara lain hipertensi, dislipidemia, dan
diabetes mellitus :
a. Diet
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan seseorang mengalami
gout diantaranya faktor genetik, berat badan berlebih (overweight),
konsumsi obat-obatan tertentu (contoh: diuretik), gangguan fungsi
ginjal, dan gaya hidup yang tidak sehat (seperti: minum alkohol dan
minuman berpemanis).50-1 Hindari makanan yang mengandung
tinggi purin dengan nilai biologik yang tinggi seperti hati, ampela,
ginjal, jeroan, dan ekstrak ragi.8,14,47,53,59 Makanan yang harus
dibatasi konsumsinya antara lain daging sapi, domba, babi, makanan
laut tinggi purin (sardine, kelompok shellfish seperti lobster, tiram,
kerang, udang, kepiting, tiram, skalop). Alkohol dalam bentuk bir,
wiski dan fortified wine meningkatkan risiko serangan gout.
Demikian pula dengan fruktosa yang ditemukan dalam corn syrup,
pemanis pada minuman ringan dan jus buah juga dapat meningkatkan
kadar asam urat serum. Sementara konsumsi vitamin C, dairy product
rendah lemak seperti susu dan yogurt rendah lemak, sayuran, cherry
dan kopi menurunkan risiko serangan gout. Pengaturan diet juga
disarankan untuk menjaga berat tubuh yang ideal. Diet yang ketat dan
tinggi protein sebaiknya dihindari. Selain pengaturan makanan,
konsumsi air yang cukup juga menurunkan risiko serangan gout.
Asupan air minum >2 liter per hari disarankan pada keadaan gout
dengan urolithiasis. Sedangkan saat terjadi serangan gout
direkomendasikan untuk meningkatkan asupan air minum minimal 8
– 16 gelas per hari. Keadaan dehidrasi merupakan pemicu potensial
terjadinya serangan gout akut.

9
b. Latihan fisik
Latihan fisik dilakukan secara rutin 3−5 kali seminggu selama 30−60
menit. Olahraga meliputi latihan kekuatan otot, fleksibilitas otot dan
sendi, dan ketahanan kardiovaskular. Olahraga bertujuan untuk
menjaga berat badan ideal dan menghindari terjadinya gangguan
metabolisme yang menjadi komorbid gout. Namun, latihan yang
berlebihan dan berisiko trauma sendi wajib dihindari. Disarankan
untuk menghentikan kebiasaan merokok.
c. Manajemen nyeri
Terapi nonfarmakologis ini dapat juga dilakukan untuk proses
penyembuhan asam urat. Manajemen nyeri ini merupakan strategi
esensial dalam penanganan gout. Bisa dilakukan dengan istirahat
yang cukup, kompres dingin, tidak mengonsumsi alcohol dan lain-
lain. Tujuan utama dari terapi ini adalah untuk menghentikan
serangan akut, mencegah serangan ulang secara mendadak, dan
mencegah komplikasi yang berkaitan dengan deposit kristal asam
urat yang telah kronis. Penderita gout juga dapat melakukan
penyembuhan tanpa obat dengan mandi hangat untuk mengurangi
kekakuan dan rasa sakit pada persendian.

6. Pengertian Penuaan
Penuaan merupakan proses alami yang terjadi pada setiap manusia. Proses
penuaan menyebabkan terjadinya perubahan fisik, mental, sosial dan
kesehatan. Proses penuaan tersebut menyebabkan lansia sulit untuk
melakukan Activity Daily Life (ADL) secara mandiri dan menjadi
tergantung pada orang lain. Banyak lansia yang sulit beradaptasi dengan
proses penuaan, merasa sendirian, frustasi, depresi dan kehilangan
kepercayaan diri sehingga mempengaruhi kualitas hidup mereka.

10
7. Perubahan sistem muskuluskeletal pada lansia
Menurut Kemenkes RI (2015), perubahan sistem muskuloskeletal pada
lansia yaitu jaringan penghubung (kolagendan elastin), kartilago, tulang,
otot dan sendi. Kolagen sebagai pendukung utama kulit, tendon, tulang,
kartilago dan jaringan pengikat mengalami perubahan menjadi bentangan
yang tidak teratur.
a. Kartilago, jaringan kartilago pada persendian menjadi lunak dan
mengalami granulasi, sehingga permukaan sendi menjadi rata.
Kemampuan kartilago untuk regenerasi berkurang dan degenerasi
yang terjadi cenderung kearah progresif, konsekuensinya kartilago
pada persendiaan menjadi rentan terhadap gesekan.
b. Tulang, berkurangnya kepadatan tulang setelah diamati adalah bagian
dari penuaan fisiologi, sehinggaakan mengakibatkan osteoporosis dan
lebih lanjut akan mengakibatkan nyeri, deformitas dan fraktur
c. Otot, perubahan struktur otot pada penuaan sangat bervariasi,
penurunan jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan
jaringanpenghubung dan jaringan lemak pada otot mengakibatkan
efek negatif.
d. Sendi pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligamen
dan fasiamengalami penuaan elastisitas.

8. Konsep Keluarga
a. Pengertian Keluarga
Setyowati dan Murwani (2018) bahwa keluarga adalah sekumpulan
orang yang memiliki hubungan perkawinan, kelahiran, dan adopsi,
bertujuan untuk menciptakan, memelihara budaya dan meningkatkan
perkembangan fisik, psikologis, emosional dan sosialnya dalam
setiap anggota keluarga. bahwa keluarga yaitu sekelompok dua orang
atau lebih yang disatukan oleh persatuan dan ikatan emosional tidak
hanya berdasarkan keturunan atau hukum, tetapi mungkin atau
mungkin tidak Dengan cara ini, mereka menganggap diri mereka

11
sebagai keluarga dan mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian
dari keluarga.
b. Tipe Keluarga
Dalam Setyowati dan Murwani (2018) Keluarga membutuhkan
layanan kesehatan untuk berbagai gaya hidup. Dengan perkembangan
masyarakat, jenis keluarga juga akan berkembang. Untuk melibatkan
keluarga dalam meningkatkan kesehatan, maka kita perlu memahami
semua tipe dalam keluarga.
1) Tradisional
a) Keluarga inti mengacu pada keluarga (biologis atau adopsi)
yang terdiri dari suami, istri dan anak
b) Keluarga besar mengacu pada keluarga inti dan keluarga lain
yang berhubungan dengan kerabat sedarah, seperti kakek
nenek, keponakan, paman dan bibi.
c) Keluarga Dyad adalah keluarga yang terdiri dari sepasang
suami istri tanpa anak.
d) Single Parent “Orang tua tunggal" adalah keluarga yang
terdiri dari orang tua (ayah / ibu) dan anak (dikandung /
diadopsi). Perceraian atau kematian dapat menyebabkan
situasi ini.
e) Single Adult "Orang dewasa lajang" mengacu pada sebuah
keluarga yang hanya terdiri dari satu orang dewasa (misalnya,
seorang dewasa yang kemudian tinggal di kantor asrama
untuk bekerja atau belajar).
2) Non Tradisional
a) The unmariedteenege mather (Remaja yang belum menikah)
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dan anak-
anak dari hubungan tanpa nikah.
b) The stepparent family Keluarga dengan orang tua tiri.
c) Commune family (Keluarga komunal)
d) Beberapa pasangan keluarga yang tidak terkait (dan anak-
anak mereka) tinggal bersama di rumah yang sama, sumber

12
daya dan fasilitas yang sama, dan pengalaman yang sama:
mensosialisasikan anak melalui kegiatan kelompok atau
membesarkan anak bersama.
e) The nonmarital heterosexual cohabiting family Keluarga
yang tinggal bersama namun bisa saja berganti pasangan
tanpa adanya menikah
f) Gay and lesbian families Orang dengan jenis kelamin yang
sama hidup dengan "pasangan nikah".
g) Cohabitating family Dengan beberapa alasan yang
memungkinkan dimana orang dewasa tinggal dalam satu
rumah tanpa adanya suatu pernikahan.
h) Group marriage-family Dalam pernikahan di mana orang
dewasa menggunakan peralatan keluarga bersama-sama,
mereka merasa bahwa hubungan romantis yang mereka jalani
adalah pernikahan dan berbagi beberapa hal, termasuk seks
dan pengasuhan anak selanjutnya.
i) Group network family Kelompok jaringan keluarga dimana
keluarga inti memiliki ikatan atau aturan yang sama dan
mereka hidup bersama untuk berbagi kebutuhan sehari-hari
dan memberikan layanan dan tanggung jawab untuk
mengasuh anak.
j) Foster family Keluarga angkat Ketika orang tua anak
membutuhkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga
aslinya, keluarga akan menerima sementara anak yang tidak
ada hubungannya dengan keluarga / saudara kandung.
k) Homeless family Keluarga tunawisma Karena krisis pribadi
yang berkaitan dengan kondisi ekonomi dan atau masalah
kesehatan mental, keluarga yang terbentuk tanpa adanya
perlindungan yang tetap diberikan.
l) Gang Bentuk keluarga yang merusak, dalam arti mereka
mencari ikatan emosional dan merawat keluarga, tetapi

13
tumbuh dalam lingkungan yang penuh kekerasan dan
kejahatan dalam hidup mereka.

c. Struktur Keluarga
Nadirawati (2018) Salah satu pendekatan dalam keluarga adalah
pendekatan struktural fungsional, Struktur keluarga menyatakan
bagaimana keluarga disusun atau bagaimana unit unit ditata dan
saling terkait satu sama lain. Struktur dalam keluarga terbagi
menjadi 4 yaitu:
1) Pola komunikasi keluarga Komunikasi sangatlah penting dalam
suatu hubungan namun tidak hanya untuk keluarga, tetapi juga
untuk semua jenis hubungan. Tanpa komunikasi, tidak akan ada
hubungan yang dekat dan intim, atau bahkan saling pengertian.
Dalam keluarga ada beberapa interaksi yang efektif dan beberapa
tidak. Mode interaktif yang berfungsi dalam keluarga memiliki
karakteristik sebagai berikut:
a) Terbuka, jujur, berpikiran positif, dan selalu berusaha
menyelesaikan konflik keluarga.
b) Komunikasi berkualitas tinggi antara pembicara dan audiens
Dalam pola komunikasi ini biasanya disebut stimulus respons,
komunikasi semacam ini kadang terjadi ketika orang tua
mengasuh bayi ataupun sebaliknya. Orang tua lebih aktif dan
kreatif dalam merespon (stimulus). Melalui model komunikasi
yang berfungsi dengan baik ini, penyampaian pesan
(pembicara) akan mengungkapkan pendapat, meminta dan
menerima umpan balik. Di sisi lain, penerima pesan selalu siap
mendengarkan, memberikan umpan balik, dan verifikasi. Pada
saat yang sama, keluarga dengan metode komunikasi yang
buruk dapat menimbulkan berbagai masalah, terutama beban
psikologis anggota keluarga. Ciri-ciri mode komunikasi ini
antara lain:

14
(1) Fokus dialog hanya pada satu orang, misalnya penanggung
jawab keluarga memutuskan apa yang terjadi dan apa yang
dilakukan anggota keluarga;
(2) Tidak ada diskusi di dalam keluarga, semua anggota
keluarga setuju, tidak peduli apakah mereka setuju atau
harus setuju;
(3) Keluarga kehilangan rasa simpati, karena setiap anggota
keluarga tidak dapat mengungkapkan pendapatnya.
Karena cara komunikasi dan pertumbuhan ini, komunikasi
dalam keluarga akhirnya menjadi tertutup.

d. Struktur Peran
Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan dari
posisi tertentu. Ayah berperan sebagai kepala keluarga, ibu berperan
sebagai daerah domestik keluarga, dan anak memiliki perannya
masing-masing dan berharap dapat saling memahami dan
mendukung. Selain peran utama terdapat peran informal, peran
tersebut dilakukan dalam kondisi tertentu atau sudah menjadi
kesepakatan antar anggota keluarga. Misalnya, jika suami
mengizinkan istrinya bekerja di luar rumah, maka istri akan berperan
informal. Begitu pula suami akan melakukan tugas informal tanpa
sungkan dengan membantu istrinya mengurus rumah.

e. Struktur Kekuatan
Kondisi struktur keluarga yang menggambarkan adanya kekuasaan
yang digunakan untuk mengontrol dan mempengaruhi anggota
keluarga lainnya dalam sebuah keluarga, setiap individu dalam
keluarga memiliki kekuatan untuk mengubah perilaku anggotanya ke
arah yang lebih positif dalam hal perilaku dan kesehatan. ketika
seseorang memiliki kekuatan sebenarnya dia dapat mengontrol
interaksi. Dimana kekuatan ini dapat dibangun dengan berbagai cara.

15
Selain itu, terdapat banyak faktor dalam struktur kekuatan keluarga,
diantaranya:
1) Kekuatan hukum (kekuatan / kewenangan hukum) Dalam korteks
kekeluargaan, kekuatan ini sebenarnya tumbuh secara mandiri,
karena adanya hirarki (pemimpin) yang merupakan struktur
masyarakat kita. Kepala keluarga merupakan pemegang 6
kemampuan interaktif dalam keluarga. Ia berhak mengontrol
tingkah laku anggota keluarga lainnya, terutama pada anak-anak.
2) Referent power Dalam masyarakat orang tua merupakan contoh
teladan dalam keluarga, terutama kedudukan sang ayah sebagai
kepala keluarga. Apa yang dilakukan sang ayah akan menjadi
teladan bagi pasangan dan anak-anaknya.
3) Reward power/ Kemampuan menghargai Imbalan penting untuk
memiliki dampak yang mendalam didalam keluarga. Hal ini
tentunya sering terjadi di masyarakat kita, jika anak-anak mereka
mencapai nilai terbaik di sekolah, mereka akan diberikan hadiah.
Cara ini memang bisa secara efektif menstimulasi semangat si
anak, tapi jika si anak tidak berhasil, maka itu tidak akan
menghadiahinya. Cara yang lebih baik adalah bahwa anak tetap
akan diberi penghargaan, tetapi jika berhasil, itu akan lebih
rendah dari standar yang dijanjikan. Namun, meskipun orang tua
tidak berhasil, usaha anak anaknya akan tetap dihargai oleh
orangtuanya.
4) Coercive power Dalam memperkuat hubungan disebuah rumah
tangga peraturan sangat penting untuk diterapkan.
Konsekuensinya apabila melakukan pelanggaran atau tidak
mematuhi peraturan yang ada maka ancaman atau berupa
hukuman akan diterima.

16
f. Fungsi Keluarga
Setyowati dan Murwani (2018) mengidentifikasi 5 fungsi dasar
keluarga, diantaranya:
1) Fungsi afektif
Fungsi afektif yaitu dimana dalam suatu rumah tangga saling
mengasuh dan memberikan cinta, fungsi emosional sangat
berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Dari
kebahagiaan dan kegembiraan semua anggota keluarga itu dapat
dilihat bahwa terwujudnya fungsi emosional yang berhasil pada
setiap anggota keluarga mempertahankan suasana yang positif.
Ini dapat dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dan
hubungan dalam keluarga.
2) Fungsi sosialisasi
Setyowati dan Murwani (2018) Sosialisasi adalah proses
perkembangan dan perubahan pengalaman pribadi, yang
mengarah pada interaksi sosial dan pembelajaran berperan
dalam lingkungan sosial. Sosialisasi dimulai dengan kelahiran
manusia, keluarga merupakan tempat dimana individu belajar
bersosialisasi, misalnya seorang anak yang baru lahir akan
melihat ayahnya, ibunya dan orang-orang disekitarnya.
3) Fungsi reproduksi
Setiap keluarga setelah melangsungkan pernikahan adalah
memiliki anak, dimana fungsi reproduksi utamanya ialah
sebagai sarana melanjutkan generasi penerus serta secara tidak
langsung meneruskan kelangsungan keturunan sumber daya
manusia. Adanya hubungan pernikahan yang sah, selain untuk
memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani pasangan, tujuan
didirikannya sebuah keluarga adalah untuk mempunyai
keturunan yang bertujuan untuk memperpanjang garis keturunan
keluarga atau sebagai penerus.
4) Fungsi ekonomi

17
Dalam hal ini fungsi ekonomi pada keluarga yaitu untuk
memenuhi segala kebutuhan finansial seluruh anggota keluarga
misalnya untuk pemenuhan kebutuhan pangan, sandang, dan
papan.
5) Fungsi perawatan
kesehatan Keluarga juga memegang peranan penting dalam
pelaksanaan praktik kesehatan, yaitu dengan mengurus masalah
kesehatan dan / atau anggota keluarga, pada saat sakit maka
kemampuan keluarga dalam memberikan pelayanan kesehatan
akan mempengaruhi kesehatan keluarga. Dari kinerja tugas
kesehatan keluarga dapat dilihat kemampuan medis dan
kesehatan keluarga. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas
kesehatan berarti dapat menyelesaikan masalah kesehatan

g. Tahapan-tahapan dan Tugas Perkembangan Keluarga


Nadirawati (2018) mengemukakan bahwa dalam siklus kehidupan
keluarga, ada tahapan yang dapat diperkirakan, seperti hak individu
untuk tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan. Layaknya
keluarga, perkembangan keluarga merupakan proses perubahan
dalam sistem keluarga, termasuk perubahan pola interaksi dan
hubungan antar anggotanya dari waktu ke waktu. Tahap-tahap
perkembangan keluarga dibagi menurut kurun waktu yang dianggap
stabil, misalnya keluarga dengan anak pertama berbeda dengan
keluarga yang beranjak remaja.
Tugas perkembangan tahap ini, sebagai berikut:
1) Tahap 1: Pasangan baru ( Begining Family )
Tahap perkembangan keluarga dari pasangan yang baru menikah
yang dimulai dengan pernikahan seorang anak adam menandai
dimulainya sebuah keluarga baru, keluarga atau suami istri yang
bertujuan untuk menghasilkan keturunan sudah menikah,
perpindahan dari keluarga asli atau status lajang ke hubungan
dekat yang baru. Kedua orang yang membentuk keluarga perlu

18
mempersiapkan kehidupan keluarga yang baru, karena keduanya
perlu menyesuaikan peran dan fungsinya dalam kehidupan sehari-
hari.
Tugas perkembangan tahap ini, sebagai berikut:
a) Menciptakan sebuah perkawinan yang saling memuaskan
b) Hubungkan secara harmonis jaringan saudara, yaitu
menjalin hubungan dengan keluarga pasangan, mertua, ibu
mertua dan lain-lain.
c) Mendiskusikan rencana memiliki anak (menjadi orang tua)

2) Tahap II: Keluarga “Child-Bearing” (Kelahiran anak pertama)


Tahap kedua dimulai dari kelahiran anak pertama dan
berlangsung hingga anak pertama berusia 30 bulan kedatangan
bayi membawa perubahan transformatif bagi anggota keluarga
dan setiap kelompok kerabat. Pasangan yang sudah menikah perlu
mempersiapkan kehamilan dan persalinan melalui beberapa tugas
perkembangan yang penting. Tugas perkembangannya yaitu:
a) Siap menjadi orang tua
b) Beradaptasi dengan anggota keluarga yang berubah: peran,
interaksi, hubungan dan aktivitas seksual
c) Menjaga hubungan yang memuaskan dengan pasangan

3) Tahap III: Keluarga dengan Anak Prasekolah


Tahap ini dimulai dengan kelahiran anak pertama pada usia 2,5
tahun dan berakhir pada usia 5 tahun, pada tahap ini fungsi
keluarga dan jumlah serta kompleksitas masalah telah
berkembang dengan baik. Tugas perkembangan keluarga dengan
Anak Prasekolah
a) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan
perumahan, privasi dan keamanan
b) Bantu anak-anak bersosialisasi

19
c) Beradaptasi dengan bayi yang baru lahir sekaligus harus
memenuhi kebutuhan anak lainnya
d) Menjaga hubungan yang sehat baik di dalam maupun di luar
keluarga (keluarga lain dan lingkungan)
e) Alokasikan waktu untuk individu, pasangan dan anak-anak
f) Bagikan tanggung jawab anggota keluarga
g) Kegiatan dan waktu untuk merangsang tumbuh kembang anak

4) Tahap IV: Keluarga dengan Anak Sekolah


Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia 6 tahun dan
berakhir pada usia 12 tahun, pada tahap ini biasanya anggota
keluarga paling banyak, jadi keluarga sangat sibuk, selain
aktivitas sekolah, setiap anak memiliki aktivitas dan minatnya
masing-masing.
Tugas perkembangan keluarga dengan Anak Sekolah :
a) Membantu anak-anak dengan kegiatan penjangkauan,
tetangga, sekolah dan lingkungan, termasuk meningkatkan
kinerja sekolah dan mengembangkan hubungan teman sebaya
yang sehat.
b) Jaga hubungan intim dengan pasangan Anda
c) Memenuhi kebutuhan hidup dan biaya hidup yang terus
meningkat, termasuk kebutuhan untuk meningkatkan
kesehatan anggota keluarga.

5) Tahap V: Keluarga dengan Anak Remaja


Masa remaja dianggap penting karena adanya perubahan tubuh
dan perkembangan kecerdasan yang pesat, selama masa transisi
dari masa kanak-kanak hingga dewasa, perkembangan psikologis
remaja biasanya tidak berdampak negatif pada tahap psikologis
remaja, oleh karena itu diperlukan penyesuaian psikologis dan
pembentukan sikap, nilai, dan minat baru. Tahap ini dimulai saat
anak pertama berusia 13 tahun dan meninggalkan rumah orang

20
tuanya setelah 6-7 tahun. Tujuan keluarga ini adalah melepaskan
pemuda ini dan mendorong tanggung jawab ke tahap berikutnya.
Adapun tahap perkembangan keluarga dengan Anak Remaja :
a) Mempertimbangkan bertambahnya usia dan kemandirian
kaum muda, berikan kebebasan untuk menyeimbangkan
tanggung jawab dan tanggung jawab.
b) Menjaga hubungan dekat dengan keluarga
c) Menjaga komunikasi terbuka antara anak dan orang tua,
hindari perdebatan, permusuhan dan keraguan
d) Mengubah peran dan aturan tumbuh kembang keluarga

6. Tahap VI: Keluarga dengan Anak Dewasa (Pelepasan)


Fase ini dimulai dari terakhir kali anda meninggalkan rumah dan
diakhiri dengan terakhir kali anda meninggalkan rumah. Lamanya
tahapan ini tergantung dari jumlah anak dalam keluarga atau
apakah anak sudah menikah dan terus tinggal bersama orang
tuanya tujuan utama tahapan ini adalah menata kembali keluarga
untuk terus berperan melepaskan anak untuk hidup sendiri.
Adapun tugas perkembangan keluarga dengan anak dewasa,
sebagai berikut:
1) Perluas keluarga inti menjadi keluarga besar
2) Jaga hubungan intim dengan pasangan anda
3) Membantu orang tua dari suami / istri yang sakit dan
memasuki usia lanjut
4) Membantu anak-anak untuk mandiri dalam masyarakat
5) Sesuaikan peran dan aktivitas keluarga

7. Tahap VII: Keluarga Usia Pertengahan


Tahap ini dimulai dari terakhir kali anak meninggalkan rumah
hingga pensiun atau kematian pasangannya. pada beberapa
pasangan sulit pada tahap ini karena masalah usia tua, perpisahan

21
dari anak, dan rasa bersalah gagal menjadi orang tua. Adapun
tugas perkembangan keluarga dengan usia pertengahan :
1) Tetap sehat
2) Menjaga hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya
dan anak-anak
3) Tingkatkan keintiman pasangan

8. Tahap VIII: Keluarga Usia Lanjut


Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai saat salah satu
pasangan pensiun, berlanjut saat salah satu pasangan meninggal
sampai keduanya meninggal proses masa tua dan masa pensiun
merupakan kenyataan yang tidak terhindarkan karena berbagai
tekanan dan kerugian yang harus dialami keluarga, tekanan
tersebut adalah perasaan kehilangan pendapatan, hilangnya
berbagai hubungan sosial, kehilangan pekerjaan, serta penurunan
produktivitas dan fungsi kesehatan. Tugas perkembangan
keluarga dengan usia lanjut :
1) Menjaga suasana kekeluargaan yang menyenangkan
2) Beradaptasi dengan kehilangan pasangan, teman, kekuatan
fisik dan perubahan pendapatan
3) Menjaga hubungan intim antara suami istri dan saling menjaga
4) Menjaga hubungan dengan anak-anak dan kelompok sosial
5) Melakukan tinjauan hidup

22
2. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga
a. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dimana
seseorang perawat mulai mengumpulkan informasi tentang keluarga
yang dibinanya. Tahap pengkajian ini merupakan proses yang
sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan keluarga (Lyer et
al, 1996 dalam Setiawan 2016).

Penjajakan tahap 1 data data yang dikumpulkan pada penjajakan tahap


1 antara lain, data umum, riwayat dan tahapan perkembangan,
lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga, stres dan koping
keluarga, pemeriksaan fisik, dan harapan keluarga. Penjajakan tahap II
Pengkajian yang tergolong ke dalam pengumpulan data yang
berkaitan dengan ketidak mampuan atau ketidak sanggupan keluarga
dalam menghadapi masalah kesehatan sehingga dapat ditegakkan
diagnosa keperawatan keluarga. Adapun ketidak mampuan keluarga
atau ketidaksanggupan keluarga antara lain, ketidakmampuan
keluarga mengenal masalah kesehatan, ketidak mampuan keluarga
mengambil keputusan, ketidak mampuan keluarga merawat anggota
keluarga, ketidak mampuan keluarga memodifikasi lingkungan,
ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan.

b. Diagnosis Keperawatan Keluarga


Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik tentang respon
individu, keluarga atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau
proses kehidupan yang aktual dan potensial (Allen, 1998 dalam ADP,
Gusti, 2013). Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan
data yang didapatkan pada pengkajian, komponen diagnosa
keperawatan meliputi: Struktur diagnosa keperawatan keluarga
meliputi problem (masalah), etiologi (penyebab), simptom (tanda dan

23
gejala), tipe dan komponen diagnosa keperawatan keluarga, diagnosa
aktual, diagnosa resiko / resiko tinggi, diagnosa potensial.

Prioritas diagnosa keperawatan proses skoring menggunakan skala


yang telah dirumuskan oleh Maglaya, 1978 dalam Gusti, 2013).
Proses skoring dilakukan untuk setiap diagnosis keperawatan,
tentukan skor untuk setiap kriteria yang dibuat, selanjutnya dibagi
dengan angka yang tertinggi dan dikalikan dengan bobot, jumlahkan
skor untuk semua kriteria (skor tertinggi sama dengan jumlah bobot,
yaitu 5).

c. Rencana Keperawatan

Setelah merumuskan tujuan, langkah selanjutnya adalah menyusun


rencana tindakan. Rencana tindakan ini disesuaikan dengan tugas
keluarga yang terganggu. Tugas kesehatan keluarga tersebut adalah
kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, kemampuan
keluarga mengambil keputusan yang tepat, kemampuan keluarga
dalam merawat anggota keluarga yang sakit, kemampuan keluarga
dalam memodifikasi lingkungan rumah yang sehat, dan kemampuan
keluarga dalam memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.
Berikut ini akan diuraikan rencana tindakan berdasarkan tugas
kesehatan keluarga adalah sebagai berikut.

1) Rencana tindakan untuk membantu keluarga dalam rangka


menstimulasi kesadaran dan penerimaan terhadap masalah
keperawatan keluarga adalah dengan memperluas dasar
pengetahuan keluarga, membantu keluarga untuk melihat dampak
atau akibat dari situasi yang ada, menghubungkan antara kebutuhan
kesehatan dengan sasaran yang telah ditentukan, dan
mengembangkan sikap positif dalam menghadapi masalah.

24
2) Rencana tindakan untuk membantu keluarga agar dapat
menentukan keputusan yang tepat, sehingga dapat menyelesaikan
masalahnya, yaitu berdiskusi dengan keluarga tentang, konsekuensi
yang akan timbul jika tidak melakukan tindakan, alternatif tindakan
yang mungkin dapat diambil, serta sumber-sumber yang diperlukan
dan manfaat dari masing-masing alternatif tindakan.
3) Rencana tindakan agar keluarga dapat meningkatkan kepercayaan
diri dalam memberikan perawatan terhadap anggota keluarga yang
sakit. Perawat dapat melakukan tindakan antara lain dengan
mendemonstrasikan tindakan yang diperlukan, memanfaatkan
fasilitas atau sarana yang ada di rumah, dan menghindari hal-hal
yang merintangi keberhasilan keluarga dalam merujuk klien atau
mencari pertolongan pada petugas kesehatan.
4) Rencana tindakan untuk meningkatkan kemampuan keluarga dalam
menciptakan lingkungan yang menunjang kesehatan, antara lain
dengan membantu keluarga mencari cara untuk menghindari
adanya ancaman dan perkembangan kepribadian anggota keluarga,
membantu keluarga memperbaiki fasilitas fisik yang ada,
menghindari ancaman psikologis dengan memperbaiki pola
komunikasi, memperjelas peran masing-masing anggota keluarga,
dan mengembangkan kesanggupan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan psikososial.
5) Rencana tindakan berikutnya untuk membantu keluarga dalam
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada. Perawat harus
mempunyai pengetahuan yang luas dan tepat tentang sumber daya
yang ada di masyarakat dan cara memanfaatkannya.

d. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan tindakan keperawatan keluarga merupakan tahap
keempat dari proses keperawatan keluarga. Pada tahap ini, perawat
dapat melakukan tindakan keperawatan secara mandiri dan atau
melaksanakan kerja sama dengan tim kesehatan lain. Keberhasilan

25
tindakan keperawatan dipengaruhi oleh kemampuan perawat,
partisipasi klien dan keluarga, serta sarana yang tersedia.
Tindakan keperawatan keluarga mencakup hal-hal sebagai berikut :
1) Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai
masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara:
a) Memberikan informasi.
b) Memberikan kebutuhan dan harapan tentang kesehatan.
2) Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang
tepat, dengan cara:
a) Mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan.
b) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga.
c) Mengidentifikasi tentang konsekuensi tipe tindakan.
3) Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga
yang sakit, dengan cara:
a) Mendemonstrasikan cara perawatan.
b) Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah.
c) Mengawasi keluarga melakukan perawatan.
4) Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana
membuat lingkungan menjadi sehat, yaitu dengan cara:
a) Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga.
b) Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal
mungkin.
5) Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan
yang ada dengan cara:
a) Mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan
keluarga.
b) Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang
ada.

26
e. Evaluasi
Evaluasi keperawatan keluarga merupakan tahap kelima atau tahap
terakhir dari proses keperawatan. Tahap evaluasi ini akan menilai
keberhasilan dari tindakan yang telah dilaksanakan. Indikator
evaluasi keperawatan adalah kriteria hasil yang telah ditulis pada
tujuan ketika perawat menyusun perencanaan tindakan keperawatan.
Evaluasi dikatakan berhasil apabila tujuan tercapai. Bahasan evaluasi
keperawatan keluarga ini akan memelajari tentang materi pengertian
evaluasi keperawatan keluarga, tujuan evaluasi keperawatan
keluarga, proses dan jenis evaluasi keperawatan keluarga, metode
dan sumber data evaluasi keperawatan keluarga.

Mengukur pencapaian tujuan klien.


1) Kognitif (pengetahuan)
Untuk mengukur pemahaman klien dan keluarga setelah
diajarkan teknik-teknik perawatan tertentu. Metode evaluasi
yang dilakukan, misalnya dengan melakukan wawancara pada
klien dan keluarga.
2) Afektif (status emosional)
Cenderung kepenilaian subjektif yang sangat sulit diukur.
Metode yang dapat dilakukan adalah observasi respon verbal
dan nonverbal dari klien dan keluarga, serta mendapatkan
masukan dari anggota keluarga lain.
3) Psikomotor (tindakan yang dilakukan)
Mengukur kemampuan klien dan keluarga dalam melakukan
suatu tindakan atau terjadinya perubahan perilaku pada klien
dan keluarga.

27
Metode dan Sumber Data Evaluasi :
1) Observasi Melakukan pengamatan terhadap perubahan
perilaku dari anggota keluarga yang mempunyai masalah
kesehatan.
2) Memeriksa laporan atau dokumentasi keperawatan Perawat
perlu memeriksa kembali laporan atau catatan keperawatan
yang telah ditulis oleh tim keperawatan setelah
melaksanakan intervensi keperawatan.
3) Wawancara atau angket Membuat daftar pertanyaan atau
angket yang ditujukan pada keluarga untuk mengetahui
kemajuan kondisi kesehatannya. Pengambilan data
dilakukan dengan metode wawancara.
4) Latihan/simulasi/redemonstrasi Perawat mengevaluasi
kemampuan perawat dalam melakukan suatu tindakan
untuk merawat anggota keluarga yang sakit dengan
meminta keluarga untuk melakukan kembali.

28
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Uraian Kasus

Seorang perawat mengunjungi keluarga didapatkan data sepasang suami istri


lansia Tn.S dan Ny.D tinggal berdua karena 3 orang anaknya sudah menikah dan
sudah memiliki rumah masing-masing. Hasil pengkajian Ny.D menderita gout dan
Tn.S menderita DM. Ny.D mengatakan menderita penyakit Gout sejak 6 bulan
yang lalu, Ny.D mengatakan penyakit gout adalah penyakit nyeri sendi, klien
mengatakan tidak tahu penyebab gout. Ny.D mengatakan gejala penyakit Gout
adalah nyeri pada sendi kaki dan tangan, karena gejala tersebut yang sering
dirasakan. Saat dikaji Ny.D mengatakan nyeri pada kaki, skala nyeri 6 sehingga
sulit untuk berjalan. Hasil pemeriksaan asam urat 8.4 mg/dl. Hasil pemeriksaan
TTV: Ny.D TD: 130/80mmHg, Nadi: 82x/ menit, RR: 20x/ menit, S: 36ᴼC, TB:
150cm, BB: 60 kg, kaki Ny.D tampak kemerahan dan bengkak. Ny.D mengatakan
tidak tahu akibat lanjut jika penyakit gout tidak diatasi. Ny.D merasa penyakitnya
perlu diobati karena khawatir tidak bisa beraktivitas jika kakinya bengkak. Ny.D
tidak mengetahui makanan pantangan untuk penyakit asam urat, Ny.D sering
lalapan hijau dan sayur kangkung. Ny.D belum mengerti makanan yang
diperbolehkan dan tidak diperbolehkan. Ny.D pernah mendengar dari tetangga
bahwa untuk mencegah penyakit gout dapat minum obat tradisional seperti daun
seledri dan daun alpukat namun belum pernah dicoba, keluarga belum tahu
tentang obat herbal atau tanaman obat yang dapat membantu mengurangi rasa
nyeri sendi. Ny.D tidak minum obat pereda nyeri, bila nyeri timbul hanya
beristirahat. Kondisi rumah terlihat rapi dan tidak banyak perabot rumah tangga,
Ny.D menyapu dan mengepel rumahnya setiap hari serta membersihkan kamar
mandi setiap 3 hari sekali. Di lingkungan keluarga Tn.S dan Ny.D terdapat
fasilitas kesehatan seperti puskesmas Pondok Labu, klinik Pertiwi dan rumah sakit
Prikasih yang dapat ditempuh dengan berjalan kaki, menggunakan sepeda motor
dan angkutan umum. Ny.S klien sudah berobat ke puskesmas dan minum obat
pereda nyeri yang diberikan oleh dokter di puskesmas.

29
Tn.S mengatakan menderita DM sudah sejak 3 tahun yang lalu. Keluarga
mengatakan pengertian DM adalah penyakit gula, keluarga hanya mengetahui
penyebab dari DM yaitu pola makan yang tidak baik seperti mengkonsumsi
makanan manis, karena Tn.S selalu minum teh manis 3 gelas per hari, sedangkan
penyebab lainnya keluarga tidak mengetahui. Tn.S mengatakan tanda dan gejala
dari DM yang yang diketahui adalah sering makan dan berat badan menurun,
tanda gejala lainnya Tn.S mengatakan tidak tahu. Saat dikaji klien sedang ada
keluhan/gejala DM yang dirasakan. Hasil pemeriksaan GDS 160 mg/dl. Keluarga
mengatakan tidak mengetahui akibat lanjut dari penyakit DM. Tn.S pernah
minum obat Metformin namun saat ini sudah tidak minum obat lagi, karena
merasa tidak ada keluhan yang dirasakan. Keluarga mengatakan mengetahui harus
mengurangi makanan yang manis namun belum tahu banyak jenis makanan apa
saja yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan bagi penderita DM. Tn.S
mengatakan masih suka makan makanan yang manis dan jarang melakukan
olahraga. Kondisi rumah keluarga
Tn. S tampak banyak barang yang berserakan di ruang tamu. Klien mengatakan
tidak menggunakan alas kaki saat olahraga (jalan kaki sekitar rumah). Keluarga
mengatakan terdapat fasilitas kesehatan seperti puskesmas Pondok Labu, klinik
Pertiwi dan rumah sakit Prikasih yang dapat ditempuh dengan berjalan kaki,
menggunakan sepeda motor dan angkutan umum. Namun Tn.S jarang kontrol ke
puskesmas karena merasa sudah lebih baik dan tidak ada keluhan.

B. Pengkajian
Tanggal Pengkajian : Kamis 13 Oktober 2022
1. Data Dasar Keluarga.
a. Nama Kepala Keluarga (KK) : Tn. S
b. Usia : 60 Tahun
c. Pendidikan : SMA
d. Pekerjaan : Karyawan Swasta
e. Alamat / No.Telp : Jl. Pinang pola V, pondok labu Rt
003/001
f. Komposisi Keluarga :

30
No. Nama Kelamin Hubungan d TTL/Umur Pendidikan Pekerjaan
engan KK
1. Tn. S Laki-laki Kepala Kel Jakarta, 15- SLTP Buruh
uarga 03-1962
2. Ny. D Perempuan Istri Jakarta, 26- SLTP Ibu Rumah
09-1967 Tangga

g. Genogram: (Tiga generasi)


Keterangan penulisan pada genogram: Umur, jenis penyakit, inisal nama
anggota keluarga, penyebab kematian.

Keterangan penulisan pada genogram:

: Laki-laki : Pasien Laki-laki

: Perempuan : Pasien perempuan

: Tinggal serumah : Meninggal

h. Tipe keluarga:
Tipe keluarga pasien adalah lansia dibuktikan dengan sepasang suami istri
lansia tinggal berdua karena 3 oang anaknya sudah menikah dan sudah
memiliki rumah masing-masing

31
i. Suku bangsa
Tn. F dan Ny. S sama-sama berasal dari suku Betawi, bahasa sehari-hari
yang digunakan adalah bahasa Indonesia, Ny. D sudah lama tinggal di
Jakarta karena memang asalnya dari Jakarta. Di lingkungan rumah Tn. S
dan Ny. D mayoritas berasal dari Betawi, namun beberapa juga berasal dari
suku Sunda dan Jawa, Tn. S dan Ny.D mengatakan warga dilingkuanya
ramah-ramah dan sopan. Kegiatan keagamaan dilingkungannya rutin
dilakukan warga setempat. Cara berpakaian warga disekitar rumah Tn. S
dan Ny. D sopan-sopan dan tidak berlebihan. Dekorasi rumah Tn. S dan Ny.
D tidak bernuansa tradisional/ kedaerahan namun juga tidak bernuansa
modern, seperti biasa saja. Tn. S dan Ny. D mengatakan pernah diberitahu
oleh tetangganya untuk mengonsumsi obat tradisional seperti jus seledri,
namun belum dicobanya karena malas.

j. Agama
Tn. S dan keluarga Ny. D beragama Islam,, anak Tn. S dan Ny. D yang
sudah berumah tangga juga menganut agama yang sama dengan Tn. S. Tn.
S dan Ny. D rajin dan rutin melaksanakan ibadah. Sebelum anak Tn.S dan
Ny.D berumah tangga beliau selalu menanamkan nilai-nilai agama agar
anak mereka terbiasa dan tetap melaksanakan kewajibannya sebagai seorang
muslim.

k. Status sosial ekonomi keluarga


Tn. S dan Ny. D hanya dirumah saja, untuk kebutuhan sehari-hari sudah
diatur oleh ketiga anaknya yang sudah berumah tangga.

l. Aktivitas rekreasi keluarga


Tn.S dan Ny.D lebih sering diam di rumah karena malas bepergian jauh atau
harus menghamburkan uang untuk berekreasi. Saat waktu senggang Tn. S
dan Ny. D lebih senang mengunjungi anaknya yang rumahnya tidak terlalu
jauh dari tempat tinggal mereka untuk berkumpul bersama cucu nya.

32
m. Tahap dan tugas perkembangan keluarga
4) Tahap perkembangan keluarga saat ini
Pada saat ini keluarga Tn. S dan Ny.D sedang berada pada tahap
perkembangan Lansia Tugas perkembangan keluarga Tn. S yang dapat
terpenuhi adalah:
c) Menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan fisik dan kesehatan
d) Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya income
(penghasilan) keluarga.
e) Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup

n. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi


Tugas perkembangan keluarga Tn. S saat ini sudah terpenuhi karena anak-
anaknya sudah mempunyai keluarga masing-masing hanya saja mereka
merasa sepi di rumah karena hanya berdua saja.

o. Riwayat keluarga lansia


Perkembangan mental Tn. S dan Ny. D baik, namun akhir-akhir ini sedang
cemas karena penyakit yang diderita oleh Tn.D diatakutkan bertambah parah
jika tidak terkontrolnya asupan glukosa Tn. S mengatakan menderita DM.
Ny. L mengatakan dia mempunyai penyakit asam urat karena sering
merasakan nyeri dan linu di malam hari disertai kemerahan pada area
sendinya. pernikahan saat ini merupakan pernikahan pertama untuk kedua
belah pihak, dan juga menikah dengan suka dan suka. Jika terdapat anggota
keluarga yang sakit biasanya penanganan pertama keluarga dengan cara
mengompres bagian nyeri, lalu beristirahat. Tn.S mengatakan jarang pergi ke
puskesmas karena merasa baik-baik saja, beliau ke puskesmas apabila
terdapat keluhan yang dirasakan pada tubuhnya saja.

33
p. Riwayat keluarga sebelumnya:
Tn. S mengatakan kedua orang tua tidak memiliki penyakit serius atau yang
dapat di turunkan. Ny. D mengatakan kedua orang tua dan saudaranya tidak
memiliki penyakit keturunan.

2. Lingkungan
a. Perumahan
Keluarga Tn. S dan Ny. D sudah memiliki rumah sendiri/permanen dengan
luas bangunan 60 M2, luas pekarangan 5 M2 atap rumah keluarga memakai
genteng, terdapat ventilasi cahaya dan udara yang dapat masuk ke dalam
rumah, penerangan rumah menggunakan listrik pulsa, lantai rumah dari
keramik, kondisi keadaan rumah keluarga Tn. S bersih, namun terlihat
berantakan di ruang tamu karena barang tidak tertata dengan rapi karena
tidak ada penyimpanan barang yang memadai
b. Denah rumah

Dapur Kamar 1 U
H

A
Kamar 2
Ruang M
tamu A
Kamar
mandi N

c. Pengolahan sampah
keluarga Tn. S dan Ny. D memiliki tempat sampah tertutup dan cara
pengolahan sampah rumah tangga diambil oleh petugas setiap 2 kali dalam
seminggu.

34
d. Sumber air
Keluarga Tn. S dan Ny. D menggunakan sumber air pompa listrik dan toren
air. Sedangkan sumber air yang diminum yaitu air galon isi ulang.
e. Jamban keluarga
Keluarga Tn. S memiliki toilet sendiri, keadaan toilet bersih dan terdapat wc
jongkok dan bak air di dalamnya, jarak antara sumber air dan dengan
penampungan tinja 10 meter.
f. Pembuangan air limbah
Keluarga Tn. S mempunya saluran pembuangan air limbah, dengan kondisi
saluran pembuangan air limbah lancar, tidak ada sumbatan dan tidak berbau
karena tempat pembuangannya di belakang rumah.
g. Fasilitas sosial dan fasilitas kesehatan
Perkumpulan sosial atau kegiatan yang ada di masyarakat sekitar tempat
tinggal keluarga yaitu pengajian. Adapun fasilitas pelayanan kesehatan
terdekat dimasyarakat yaitu puskesmas, ada juga rumah sakit terdekat daerah
sini Pondok Labu, klinik Pertiwi dan rumah sakit Prikasih jaraknya masih
terjangkau dengan Jalan kaki kendaraan sepeda motor, mobil atau angkutan
umum. Keluarag Tn. S memanfaatkan fasilitas tersebut jika dirasakan gejala
yang dirasakan oleh Tn.S muncul.
h. Karakteristik tetangga dan komunitas
Tempat tinggal keluarga Tn. S berada di lingkungan perkotaan, tetangganya
ramah dan baik dalam berkomunikasi, tetangga aktif dan mau dalam bertukar
pikiran Ny. D mendapatkan masukan dari tetangganya bahwa mengonsumsi
rebusan daun seledri dan daun alpukat bisa mengurangi rasa nyeri pada
penderita asam urat. Terdapat pelayanan fasilitas umum seperti; masjid,
musholla, apotik, puskesmas dan mini market yang jaraknya terjangkau
±100-200 m. Tipe ekonomi dimasyarakat berbeda-beda, ada yang bekerja
buruh, karyawan swasta, ataupun bisnis, ada juga yang masih pelajar kuliah.
Kegiatan masyarakat yang diadakan dilingkungan Tn. S dan Ny. D yaitu
pengajian.

35
i. Mobilitas geografis keluarga
Tn. S dan Ny. D sudah bertempat tinggal sejak dahulu saat mempunyai anak
sekitar tahun 1985 sampai sekarang.
j. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Tn. S dan Ny. D mengatakan hubungan dengan tetangga baik, setiap libur
kerja (minggu) atau disaat jam kosong setelah pulang kerja Tn. S mengobrol
dengan tetangga dan ikut kegiatan sosial seperti kerja bakti. Kegiatan Tn. S
mengikuti pengajian di masjid dan Ny. D terkadang mengikuti kegiatan
pengajian.
k. Sistem pendukung keluarga
Dalam keluarga Tn. S apabila terdapat permasalahan selalu dibicarakan dan
di diskusikan baik-baik. Dalam mendukung kesehatan, keluarga memiliki
fasilitas untuk menunjang kesehatan keluarga yaitu BPJS, namun fasilitas
kesehatan yang ada di rumah sangat kurang misalnya: tidak tersedianya P3K
pribadi. Keluarga Tn. S mendapatkan bantuan dan dukungan dari keluarga
saudara-saudaranya dan juga tetangganya yang selalu datang kerumah setiap
hari dan memberikan saran/masukan yang baik untuk keluarga Tn.S.

3. Struktur keluarga
a. Pola komunikasi keluarga
Pola komunikasi dilakukan secara terbuka, bahasa yang digunakan sehari-
hari adalah bahasa Indonesia, berkomunikasi dengan tetangga juga
menggunakan bahsa indonesa Ny.D aktif berkomunikasi di rumah.
b. Struktur kekuatan keluarga
Tn. D berperan lebih dominan saat pengambilan keputusan dan setiap
masalah seperti: tempat tinggal, tempat kerja. Namun dalam mengatur
pemasukan dan pengeluaran ekonomi keluarga Ny. D yang lebih dominan
dari pada Tn. S. Segala keputusan selalu diputuskan secara bermusyawarah
dan baik-baik.

36
c. Struktur peran
Peran Tn. S sebagai kepala keluarga ialah mencari nafkah, sebagai suami
dari istrinya. Peran Ny. D sebagai istri ialah menjadi ibu dari anak-anaknya,
mengurus rumah tangga.
d. Nilai dan norma budaya
Nilai dan norma budaya yang berlaku dikeluarga menyesuaikan dengan nilai
agama yang dianut keluarga. Seperti contoh norma keluarga berkaitan
dengan kesehatan adalah bila ada anggota keluarga yang sakit hanya
dibuatkan ramuan dengan bahan alami, dibelikan obat warung, lalu jika tak
kunjung sembuh dibawa ke fasilitas umum/puskesmas.

4. Fungsi keluarga
a. Fungsi afektif
Hubungan sehari-hari antara Tn. S dan Ny. D saling memberikan perhatian,
dan menunjukan kasih sayang, disaat Ny. D kelelahan karena mengerjakan
pekrjaan rumah Tn. S dengan senang hati membantu meringankan pekerjaan
rumah istrinya dengan mengepel, dan terkadang memijat istrinya,
memberikan hal-hal yang disuka istrinya sebagai penyemangat. Bahkan jika
di saat dalam keadaan masalah Tn. S dan Ny. D saling mendengarkan,
memecahkan masalah dan saling memberikan dukungan.
b. Fungsi sosialisasi
Tn. S dan Ny. D berperan dan bertanggung jawab untuk meneruskan
kehidupan mereka setelah ditinggal berumah tangga oleh anak-anaknya. Tn.
S cukup aktif dalam mengikuti kegiatan masyarakat seperti: kerja bakti, dan
pengajian.
c. Fungsi reproduksi
Saat ini keluarga Tn. S dan Ny.D tinggal berdua saja dirumahnya setelah
dikaruniai 3 orang anak yang sudah berumah tangga semua, Tn. S dan Ny. D
bersyukur karena telah diberikan 3 orang anak yang bisa hidup mandiri
sampai mereka menemukan dan menjalankan hidupnya masing-masing.

37
5. Stress dan koping keluarga
a. Stressor jangka pendek
Stresor jangka pendek yang dirasakan Tn. S dan Ny. D adalah ketika
merasakan nyeri pada sendinya.
b. Stressor jangka Panjang
Selama 6 bulan ini tidak ada yang sedang menggangu pikiran
c. Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah
Dalam menghadapi stresor yang ada Tn. S berdiskusi dengan Ny. D untuk
mengatasi keadaan tersebut dan berencana ingin melakukan cek rutin di
puskesmas
d. Strategi koping yang digunakan
Koping yang digunakan dalam mengatasi masalah konstruktif dibuktikan
dengan melakukan/ mencoba saran dari keluarga dan tetangga untuk
mengonsumsi rebusan daun seledri dan daun alpukat untuk mengurangi rasa
nyeri yang dirasakan oleh Ny.D
e. Strategi adaptasi disfungsional
Dari hasil pengkajian pada keluarga Tn S tidak di dapatkan adanya cara –
cara keluarga mengatasi masalah secara maladaptif

38
6. Pemeriksaan Fisik

No Sistem Tn. S Ny. D


1. TTV, TB, BB TD : 120/70 mmHg TD : 130/80 mmHg
N : 87 x/menit N : 82 x/menit
RR : 19 x/menit RR : 20x/ menit
S : 36, 6°C S : 36°C
TB : 168 cm TB : 150 cm
BB : 58 Kg BB : 60 Kg
2. Kepala/ Kulit kepala kering dan Kulit kepala kering dan
bersih, penyebaran
Rambut bersih, penyebaran rambut
rambut tidak merata,
sudah tidak merata, warna warna rambut putih, lesi
tidak ada
puti, lesi tidak ada
3. Mata Kedua mata simetris, Kedua mata simetris,
konjungtiva merah muda, konjungtiva merah
fungsi penglihatan baik muda, fungsi
penglihatan baik
4. Telinga Kedua telinga simetris, Kedua telinga simetris,
serumen ada dengan serumen ada dengan
serumen lunak, warna serumen lunak, warna
kuning kecoklatan, bau kuning kecoklatan, bau
khas serumen. khas serumen.

5. Hidung Dapat membedakan tiga Dapat membedakan tiga


jenis bau yang berbeda jenis bau yang berbeda
(teh, kopi,tembakau, (teh, kopi,tembakau,
parfum) dengan kondisi parfum) dengan kondisi
mata tertutup mata tertutup
6. Mulut Mukosa bibir lembab, Mukosa bibir kering,
tidak ada stomatitis, tidak tidak ada stomatitis,
ada kesulita mengunyah tidak ada kesulitan
dan menelan. mengunyah dan

39
No Sistem Tn. S Ny. D
menelan.
7. Leher Tidak ada pembengkakan Tidak ada
vena juguralis dan tidak pembengkakan vena
ada pembengkakan juguralis dan tidak ada
kelenjar. pembengkakan kelenjar.
8. Dada/ Thorax Dada simetris, suara napas Payudara membesar,
vasikuler, ronchi dan suara napas vasikuler,
whezing tidak ada, irama ronchi dan whezing
napas teratur tidak ada, irama napas
teratur. terlihat
pigmentasi pada puting
susu, keadaan putting
susu tenggelam dan
colostrums belum
keluar.
9. Ekstremitas Tidak ada kelainan bentuk, Tidak ada kelainan
atas kontraktur tidak ada, bentuk, kontraktur tidak
kekuatan otot ada, kekuatan otot

5555 5555 5555 5555


5555 5555 5555 5555

40
No Sistem Tn. S Ny. D
10. Ekstremitas Tidak ada kelainan bentuk, Tidak ada kelainan
bawah kontraktur tidak ada, bentuk, kontraktur tidak
kekuatan otot ada, kekuatan otot
5555 5555
5555 5555
5555 5555

Pada tungkai tidak


ditemukan farises
maupun oedema
11. Kulit Tidak ada kelainan, lesi tidak ditemukan
tidak ada. chloasma gravidarum
12. Lain-lain -

7. Harapan Keluarga terhadap Asuhan Keperawatan Keluarga


Keluarga Tn.S mengatakan dengan dilakukannya Asuhan keperawatan Ny.D
dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan Gout dan mengetahui cara
pencegahannya serta penanganannya.

Fungsi Perawatan Kesehatan ( Penjajagan tahap II)


a. Masalah Keperawatan: Gout pada Ny. D
1) Mengenal Masalah
Ny.D mengatakan menderita penyakit Gout sejak 6 bulan yang lalu,
Ny.D mengatakan penyakit gout adalah penyakit nyeri sendi, klien
mengatakan tidak tahu penyebab gout. Ny.D mengatakan gejala penyakit
Gout adalah nyeri pada sendi kaki dan tangan, karena gejala tersebut
yang sering dirasakan. Saat dikaji Ny.D mengatakan nyeri pada kaki,
skala nyeri 6 sehingga sulit untuk berjalan. Hasil pemeriksaan asam urat
8.4 mg/dl. Hasil pemeriksaan TTV: Ny.D TD: 130/80mmHg, Nadi: 82x/

41
menit, RR: 20x/ menit, S: 36ᴼC, TB: 150cm, BB: 60 kg, kaki Ny.D
tampak kemerahan dan bengkak.

2) Mengambil Keputusan
Ny.D mengatakan tidak tahu akibat lanjut jika penyakit gout tidak
diatasi. Ny.D merasa penyakitnya perlu diobati karena khawatir tidak
bisa beraktivitas jika kakinya bengkak.

3) Merawat Anggota Keluarga yang Sakit


Ny.D tidak mengetahui makanan pantangan untuk penyakit asam urat,
Ny.D sering lalapan hijau dan sayur kangkung. Ny.D belum mengerti
makanan yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan. Ny.D tidak
minum obat pereda nyeri, bila nyeri timbul hanya beristirahat.

4) Memodifikasi Lingkungan
Ny.D pernah mendengar dari tetangga bahwa untuk mencegah penyakit
gout dapat minum obat tradisional seperti daun seledri dan daun alpukat
namun belum pernah dicoba, keluarga belum tahu tentang obat herbal
atau tanaman obat yang dapat membantu mengurangi rasa nyeri sendi.
Kondisi rumah terlihat rapi dan tidak banyak perabot rumah tangga,
Ny.D menyapu dan mengepel rumahnya setiap hari serta membersihkan
kamar mandi setiap 3 hari sekali. Kondisi rumah keluarga Tn. S tampak
banyak barang yang berserakan di ruang tamu. Klien mengatakan tidak
menggunakan alas kaki saat olahraga (jalan kaki sekitar rumah).

5) Memanfaatkan Fasilitas Kesehatan


Di lingkungan keluarga Tn.S dan Ny.D terdapat fasilitas kesehatan
seperti puskesmas Pondok Labu, klinik Pertiwi dan rumah sakit Prikasih
yang dapat ditempuh dengan berjalan kaki, menggunakan sepeda motor
dan angkutan umum. Ny.S klien sudah berobat ke puskesmas dan minum
obat pereda nyeri yang diberikan oleh dokter di puskesmas. Keluarga
mengatakan terdapat fasilitas kesehatan seperti puskesmas Pondok Labu,

42
klinik Pertiwi dan rumah sakit Prikasih yang dapat ditempuh dengan
berjalan kaki, menggunakan sepeda motor dan angkutan umum. Namun
Tn.S jarang kontrol ke puskesmas karena merasa sudah lebih baik dan
tidak ada keluhan.

b. Masalah Keperawatan: DM pada Tn.S


1) Mengenal Masalah
Tn.S mengatakan menderita DM sudah sejak 3 tahun yang lalu. Keluarga
mengatakan pengertian DM adalah penyakit gula, keluarga hanya
mengetahui penyebab dari DM yaitu pola makan yang tidak baik seperti
mengkonsumsi makanan manis, karena Tn.S selalu minum teh manis 3
gelas per hari, sedangkan penyebab lainnya keluarga tidak mengetahui.
Tn.S mengatakan tanda dan gejala dari DM yang yang diketahui adalah
sering makan dan berat badan menurun, tanda gejala lainnya Tn.S
mengatakan tidak tahu. Saat dikaji klien sedang ada keluhan/gejala DM
yang dirasakan. Hasil pemeriksaan GDS 160 mg/dl.

2) Mengambil keputusan
Keluarga mengatakan tidak mengetahui akibat lanjut dari penyakit DM

3) Merawat anggota sakit


Tn.S pernah minum obat Metformin namun saat ini sudah tidak minum
obat lagi, karena merasa tidak ada keluhan yang dirasakan. Keluarga
mengatakan mengetahui harus mengurangi makanan yang manis namun
belum tahu banyak jenis makanan apa saja yang diperbolehkan dan tidak
diperbolehkan bagi penderita DM. Tn.S mengatakan masih suka makan
makanan yang manis dan jarang melakukan olahraga.

4) Memodifikasi Lingkungan

43
Kondisi rumah keluarga Tn. S tampak banyak barang yang berserakan di
ruang tamu. Klien mengatakan tidak menggunakan alas kaki saat
olahraga (jalan kaki sekitar rumah).

5) Memanfaatkan Fasilitas Kesehatan


Tn.S jarang kontrol ke puskesmas karena merasa sudah lebih baik dan
tidak ada keluhan.

9. Analisa data

Analisa data Diagnosa


Ds : Nyeri kronis pada keluarga Tn. S
1. Klien mengatakan menderita khususnya pada Ny. D (D.0111)
penyakit Gout sejak 6 bulan yang
lalu, Ny.D mengatakan penyakit go
ut adalah penyakit nyeri sendi, teta
pi klien mengatakan tidak tahu pen
yebab gout.
2. Klien mengatakan gejala penyakit
Gout adalah nyeri pada sendi kaki
dan tangan, karena gejala tersebut
yang sering dirasakan
3. Klien mengatakan skala nyeri nya
6
4. Ny.D mengatakan tidak tahu akibat
lanjut jika penyakit gout tidak
diatasi
5. Ny.D merasa penyakitnya perlu
diobati karena khawatir tidak bisa
beraktivitas jika kakinya bengkak
6. Ny.D tidak mengetahui makanan p
antangan untuk penyakit asam urat,
44
Ny.D sering lalapan hijau dan sayu
r kangkung
7. Klien mengatakan belum mengerti
makanan yang di perbolehkan dan
tidak diperbolehkan. Namun klien
pernah mendengar dari tetangga
bahwa untuk mencegah penyakit
gout dapat minum obat tradisional
seperti daun seledri dan daun
alpukat namun belum pernah
dicoba, keluarga belum tahu tentan
g obat herbal atau tanaman obat
yang dapat membantu mengurangi
rasa nyeri sendi.

Do:
1. Klien tampak sulit berjalan
2. Hasil pemeriksaan asam urat 8.4 m
g/dl. Hasil pemeriksaan TTV:
Ny.D TD: 130/80mmHg, Nadi:
82x/ menit, RR: 20x/ menit, S:
36ᴼC, TB: 150cm, BB: 60 kg
3. Kaki klien tampak kemerahan dan
bengkak
4. Kondisi rumah keluarga Tn. S tam
pak rapih dan tidak banyak perabot
an.
Ds: Pemeliharaan kesehatan tidak
- Klien mengatakan menderita sakit efektif (diabetes melitus) pada
DM sudah sejak 3 tahun yang lalu. keluarga Tn. S terutama dengan
- keluarga klien mengatakan hanya Tn. S (D.0117)
mengetahui penyebab dari DM yait
45
u pola makan yang tidak baik, sepe
rti mengkonsumsi makanan manis,
karena Tn.S selalu minum teh mani
s 3 gelas per hari, sedangkan penye
bab lainnya keluarga tidak mengeta
hui
- Keluarga mengatakan tidak menget
ahui akibat lanjut dari penyakit D
M.
- Klien mengatakan masih suka mak
an makanan yang manis dan jarang
melakukan olahraga.
- Kondisi rumah keluarga Tn. S tam
pak banyak barang yang berseraka
n di ruang tamu. Klien mengatakan
tidak menggunakan alas kaki saat o
lahraga (jalan kaki sekitar rumah).
Do:
- Hasil pemeriksaan GDS 160 mg/dl.
- Klien tampak koopratif

46
Penapisan masalah:
Nyeri Kronis pada keluarga Ny. D khususnya pada Ny. D (D.0111)

No. Kriteria Bobot Perhitu Pembenaran


ngan
1. Sifat masalah : 1 3/3 x 1 = 1 Sifat masalah aktual dibuktikan
Aktual (3) dengan menderita gout namun
belum mengetahui mengenai gout
dan cara perawatannya.

2. Kemungkinan 2 1/2 x 2 Kemungkinan untuk diubah pada


masalah untuk =1 Ny. D sebagian ditandai dengan
diubah : Sebagian pengetahuan keluarga tentang gout
(1) masih kurang, sumber daya
keluarga mengenai waktu kontrol
kesehatan kurang. Sumber daya
masyarakat seperti puskesmas
mudah dijangkau namun jarang
melakukan pemeriksaan kesehatan,
ada perawat yang akan memberikan
penyuluhan kesehatan tentang gout

3. Potensi masalah 1 3/3 x 1 Potensial masalah untuk di cegah


untuk dicegah : =1 tinggi ditandai dengan Ny. D
Tinggi (3) menderita gout sejak 6 bulan
lamanya, skala nyeri 6 dan belum
terjadi komplikasi pada Ny. D,

47
Ny. D. mengatakan tidak
mengkonsumsi obat gout.
4. Menonjolnya 1 2/2 x 1 = Menonjolnya masalah dirasakan
masalah: Skala: 1 dan harus segera di atasi ditandai
Masalah dengan Ny. D sudah berobat ke
dirasakan dan puskesmas untuk mengatasi nyeri
harus segera yang dirasakan.
diatasi (2)

Jumlah 4

48
Pemeliharaan kesehatan tidak efektif (diabetes melitus) pada keluarga Tn. S
terutama dengan Ny. D (D.0117)

No. Kriteria Bobot Perhitun Pembenaran


gan
1. Sifat masalah : 1 3/3 x 1 = Sifat masalah aktual
Aktual (3) 1 dibuktikan dengan menderita
DM sudah mengetahui terkait
penyakit DM namun belum
tahu perawatannya atau tidak
minum obat dan tidak rutin ke
puskesmas.
2. Kemungkinan 2 1/2 x 2 = Kemungkinan untuk diubah
masalah untuk 1 pada Tn. S Sebagian ditandai
diubah : Sebagian dengan pengetahuan
(1) keluarga tentang dm masih
baik, keluarga Tn.S mampu
keluarganya yang sakit dan
ekonomi keluarga tercukupi,
sumber daya keluarga
mengenai waktu kontrol
kesehatan kurang. Sumber
daya masyarakat seperti
puskesmas mudah dijangkau
namun tidak pernah
melakukan pemeriksaan
kesehatan, ada perawat yang
akan memberikan penyuluhan
kesehatan tentang DM.
3. Potensi masalah 1 2/3 x 1 = Potensial masalah untuk di

49
untuk dicegah : 2/3 cegah cukup ditandai dengan
Cukup(2) Tn. S menderita DM sejak 3
tahun lamanya, belum
terjadi komplikasi pada Tn.
S, Tn. S mengetakan tidak
mengkonsumsi obat DM lagi
karena tidak merasakan
keluhan, belum mematuhi diet
dan jarang olahraga bagi
keluarga yang berisiko.
4. Menonjolnya 1 1/2 x 1 = Menonjolnya masalah
masalah: Skala: 1/2 dirasakan namun tidak
Masalah perlu segera di atasi ditandai
dirasakan dengan Tn. S mengatakan
namun tidak masalah yang di rasakan
perlu segera ringan sehingga tidak perlu
diatasi (1) segera di atasi. Tn. S jarang
kontrol ke puskesmas.
Jumlah 3.1/6

Daftar diagnosis keperawatan berdasarkan prioritas :


a. Nyeri Kronis pada keluarga Tn. S khususnya pada Ny. D (D.0111),
skor: 4
b. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif (hipertensi) pada keluarga Tn.
S terutama dengan Tn. S (D.0117),skor: 3.1/6

1. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri Kronis pada keluarga Tn. S khususnya pada Ny. D (D.0111), skor: 4
2. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif (hipertensi) pada keluarga Tn. S
terutama dengan Tn. S (D.0117),skor: 3.1/6
No Hari/ Implementasi Evaluasi Nama &

50
Tanggal Paraf
1 Sabtu, 15 TUK 1: S: KEL. 8
Oktober 1. Menjelaskan penyebab 1. Keluarga mengatakan
2022 dan faktor risiko mampu menyebutkan
penyakit penyebab dan faktor
2. Menjelaskan proses risiko penyakit
perjalanan penyakit 2. Keluarga megatakan
3. Menjelaskan tanda dan mampu menyebutkan
gejala penyakit tanda dan gejala
4. Menjelaskan penyakit
kemungkinan 3. Keluarga megatakan
terjadinya komplikasi mampu menjelaskan
kemungkinan
terjadinya komplikasi
O:
1. Keluarga mampu
menyebutkan 3
penyebab dan faktor
risiko penyakit
2. Keluarga mampu
menyebutkan tanda
dan gejala penyakit
3. Keluarga tampak
memperhatikan saat
diskusi
4. Keluarga tampak
senang saat diberi
pujian

A: TUK 1 tercapai,
keluarga telah mengenal
masalah gout.

51
P: lanjutkan ke TUK 2
yaitu kemampuan
keluarga mengambil
keputusan untuk merawat
Ny.D
TUK 2: S: KEL. 8
1. Memotivasi keluarga Keluarga mengatakan
dalam pengambilan dapat mengambil
keputusan keputusan akibat lanjut
2. Mengidentifikasi jika penyakit tidak gout
kebiasaan makan dan diatasi, keluarga
perilaku makan yang mengatakan mengetahui
perlu diubah letak nyeri yang
3. Menginformasikan dirasakan dan
perlunya modifikasi mengetahui cara untuk
diet meminimalisirkan rasa
4. Menjelaskan program nyeri.
diet yang sesuai O:
1. Keluarga mampu
menyebutkan jenis
Latihan rentang gerak : makanan yang boleh
1. Mengidentifikasi dikonsumsi.
indikasi dilakukan 2. Keluarga tampak
latihan kooperatif saat bertanya
2. Mengidentifikasi dan saat diberi
keterbatasan pertanyaan.
pergerakan sendi 3. Keluarga tersenyum
3. Memonitor lokasi saat diberi pujian
ketidaknyamanan atau
nyeri saat bergerak A: TUK 2 tercapai,
4. Mengajarkan rentang keluarga mampu
gerak aktif sesuai mengambil keputusan
52
dengan program latihan untuk merawat Ny.D
5. Melakukan gerakan P: Lanjutkan ke TUK 3
pasif dengan bantuan yaitu kemampuan
sesuai dengan indikasi keluarga merawat dengan
memberikan program
diet yang dianjurkan.

TUK 3 : S: KEL. 8
1. Menjelaskan program Keluarga mengatakan
diet yang sesuai memahami program diet
2. Mengidentifikasi yang dianjurkan dan
keterbatasan mampu menyebutkan
pergerakan sendi jenis makanan yang baik
3. Memonitor lokasi dikonsumsi dan yang
ketidaknyamanan atau harus dihindari, keluarga
nyeri saat bergerak mengatakan mampu
4. Mengajarkan rentang menjelaskan kembali
gerak aktif sesuai program diet yang harus
dengan program dilakukan, keluarga
latihan mengatakan mengetahui
5. Melakukan gerakan letak nyeri yang
pasif dengan bantuan dirasakan dan
sesuai dengan indikasi mengetahui cara untuk
identifikasi nyeri : meminimalisirkan rasa
lokasi, nyeri.
karakteristik,durasi, keluarga memahami
frekuensi, kualitas, lokasi nyeri dan
intensitas dan skala merasakan
nyeri ketidaknyamanan saat
6. Mengajarkan teknik bergerak, keluarga
53
nonfarmakologis mengatakan akan
untuk mengurangi melakukan teknik
nyeri nonfarmakologis seperti ;
istirahat yang cukup dan
memberikan kompres es.

O:
1. Keluarga dapat
menyebutkan kembali
program diet yang
dianjurkan.
2. Keluarga tampak
senang diberikan
penyuluhan
3. Keluarga tampak
kooperatif saat
diberikan pertanyaan
dan saat bertanya
4. Keluarga tersenyum
saat diberi pujian.
A:
TUK 3 tercapai, keluarga
mampu merawat Ny. D
dengan Gout

P:
Lanjutkan ke TUK 4
yaitu kemampuan
keluarga memodifikasi
lingkungan yang baik
untuk penderita Gout

54
TUK 4 : S: KEL .8
1. identifikasi keamanan Keluarga mengatakan m
dan kenyamanan odifikasi lingkungan den
gan pemanfaatan tanama
lingkungan n obat daun insulin deng
2. jelaskan cara membuat an cara direbus lalu dimi
num 1x/2 hari. Selalu me
lingkungan rumah yang
nggunakan alas kaki saat
aman berjaln keluar rumah, me
3. atur posisi furniture nggunakan alas kaki tertu
tup saat berolahraga dan
yang rapi dan mengkondisikan rumah a
terjangkau gar aman dengan cara me
mastikan lantai rumah tid
4. sediakan ruang berjalan
ak licin, menghindari keb
yang cukup aman eradaan benda tajam dise
kitar rumah yang dapat
menyebabkan luka pada
kaki, meningkatkan inten
sitas pencahayaan didala
m ruangan terutama kam
ar mandi.
O:
 Keluarga meny
ebutkan tanama
n obat untuk me
ngobati DM
 Keluarga meny
ebutkan bagaim
ana tatanan rua
ng rumah untuk
keluarga denga
n DM
 Keluarga memper
hatikan saat disku
si berlangsung.
 Terdapat kontak mata
selama proses diskus
i.
 Keluarga koperatif d
alam bertanya dan m
enjawab pertanyaan
dari perawat.

55
 Sesekali menganggu
kkan kepala saat dib
eri penguatan atau p
enjelasan.
 Keluarga terseny
um saat diberi pu
jian.

A:
TUK 4 tercapai, keluarg
a mampu memodifikasi
lingkungan dengan men
ata lingkungan rumah d
an tanaman obat untuk
mengatasi DM

P:
Pertahankan TUK 4 dan
lanjutkan TUK 5 dengan
kemampuan keluarga
memanfaatkan FASKES
(Fasilitas Kesehatan)

TUK 5 : S: KEL. 8
1. Menjelaskan Keluarga mengatakan
penanganan masalah memanfaatkan layanan
kesehatan kesehatan yaitu :
2. Menginformasikan Mendapatkan informasi
sumber yang tersedia tentang Gout pada lansia,
di masyarakat mendapatkan
3. Menganjurkan pemeriksaan dan
menggunakan fasilitas mendapatkan obat peresa
kesehatan nyeri dari FASKES,
4. Mengajarkan cara mendapatkan rencana
pencarian dan program diet yang
penggunaan system dianjurkan.
pelayanan kesehatan
56
O:
1. Keluarga dapat
menangani masalah
kesehatan yang
dirasakan.
2. Keluarga mendapatkan
informasi mengenai
penanganan Gout dari
masyarakat sekitar.
3. Keluarga mampu
menggunakan layanan
FASKES yang tersedia
dengan baik.
4. Keluarga mengetahui
dan dapat menggunakan
pelayanan FASKES yang
tersedia dilingkungan
sekitar.

A:
TUK 5 tercapai, keluarga
mampu memanfaatkan
fasilitas kesehatan

P:
Pertahankan intervensi,
dengan perawatan Gout
yang sudah diajarkan
pada anggota keluarga
dirumah secara mandiri.

57
BAB IV

PEMBAHASAN KASUS

C. Pembahasan
Pada BAB ini kelompok akan membahas tentang kesenjangan yang terjadi
antara tinjauan dengan tinjauan kasus tentang asuhan keperawatan pada
keluarga Tn.S khususnya Ny.D dengan masalah Gout dimana asuhan
keperawatan berlangsung selama 5 hari. Adapun pembahasan bedasarkan
asuhan keperawtan keluarga yang terdiri dari, pengkajian, diagnose,

58
perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi
keperawatan sebagai berikut:
1. Pengkajian keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dimana
seorang perawat mulai mengumpulkan informasi tentang keluarga yang
dibinanya.Tahap pengkajian ini merupakan proses yang sistematis dalam
pengumpulan data dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan keluarga. Langkah awal yang dilakukan
kelompok adalah melakukan pengkajian pada keluarga Tn. S khususnya
Ny.D pada tanggal 12 oktober 2022 dilakukan perkenalan dengan keluarga
agar terjalin hubungan saling percaya dan untuk mendapatkan informasi
mengenai gout pada lansia yang dialami Ny.D Dalam pengumpulan data
yang dilakukan kelompok dengan metode wawancara, pengamatan, studi
dokumentasi dan pemeriksaan fisik.

Pada penjajakan pertama didapatkan data bahwa tipe keluarga Tn.S


merupakan tipe keluarga inti didalam rumah yaitu Tn.S dan Ny.D didalam
struktur keluarga Tn.S sudah sesuai dengan yang terdapat pada teori dan
melaksanakan tugas sesuai dengan peranmasing-masing. Komunikasi yang
terapkan dalam keluarga adalah komunikasi yang terbuka dan baik,
keluarga yang memberikan keputusan adalah Tn.S sebagai kepala
keluarga. Nila-nilai yang ada dalam keluarga tidak ada yang menyimpang
dari agama.Tn.S menerapkan sopan santun, sikap ramah, serta
menerapkan aturan ajaran agama islam seperti shalat 5 waktu dan
mengikuti pengajian di lingkungan rumahnya.Fungsi keluarga Tn.S
berjalan dengan sesuai fungsi masing-masing.Dengan demikian keluarga
Tn.S dapat menerima dan menyadari status kesehatannya saat ini. Pada
saat dilakukan pengkajian dan pemeriksaan Kesehatan didapatkan data
subjektif dan data objektif dari klien. Data subjektif yaitu klien
mengatakan Klien mengatakan menderita penyakit Gout sejak 6 bulan
yang lalu, klien mengatakan tidak tahu penyebab gout tetapi klien tahu
penyakit gout adalah penyakit nyeri sendi kaki dan tangan, karena gejala

59
tersebut yang sering dirasakan, klien tidak tahu akibat lanjut jika penyakit
gout tidak diatasi dan klien merasa penyakitnya perlu diobati karena
khawatir tidak bisa beraktivitas jika kakinya bengkak, Klien mengatakan
belum mengerti makanan yang di perbolehkan dan tidak diperbolehkan.
namun klien pernah mendengar dari tetangga bahwa untuk mencegah
penyakit gout dapat minum obat tradisional seperti daun seledri dan daun
alpukat namun belum pernah dicoba, keluarga belum tahu tentang obat
herbal atau tanaman obat yang dapat membantu mengurangi rasa nyeri
sendi. Data objektif yaitu klien Klien tampak sulit berjalan Hasil
pemeriksaan asam urat 8.4 mg/dl. Hasil pemeriksaan TTV: Ny.D TD:
130/80mmHg, Nadi: 82x/ menit, RR: 20x/ menit, S: 36ᴼC, TB: 150cm,
BB: 60 kg.Kaki klien tampak merah dan bengkak, Klien tampak belum
memahami penyebab penyakit gout, Klien tampak belum memahami jika
penyakit gout tidak diatasi.

Selama melakukan pengkajian yang mejadi faktor pendukung adalah


adanya kerjasama yang kooperatif antara keluarga dengan perawat dan
menerima perawat. dan kepedulian untuk perawatan pada Ny D.
Sedangkan faktor penghambatnya yaitu Ny.D tidak mengetahui penyebab
dari gout dan tidak tahu dampak dari gout yang ia alami saat ini. Keluarga
cukup kooperatif namun keluarga jarang bertanya mengenai kondisi
penyakit Ny. D kepada petugas puskesmas. Solusi yang kelompok berikan
adalah mengedukasi tentang pengertian, penyebab, dampak, serta
modifikasi menu makanan pada gout yang dialami Ny.D, dan
mengevaluasi pengetahuan Tn.S tentang penyebab dan akibat lanjut dari
anemia pada Ny.D.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan keluarga di analisis dari hasil pengkajian terhadap
adanya masalah dalam tahap perkembangan keluarga, lingkungan
keluarga, struktur keluarga, fungsi-fungsi keluarga dan koping
keluarga.Baik yang bersifat aktual, resiko maupun potensial. Dari hasil
pengkajian kasus Kelompok mengangkat diagnosa yang ditemukan pada

60
pengkajian adalah dengan Nyeri Kronis (Gout) pada keluarga Tn. S
terutama dengan Ny. D ditandai dengan Klien mengatakan menderita
penyakit Gout sejak 6 bulan yang lalu, Ny.D mengatakan penyakit gout
adalah penyakit nyeri sendi, tetapi klien mengatakan tidak tahu penyebab
gout, skala nyeri klien 6, Hasil pengukuran ttv yaitu Td : TD : 130/80
mmHg N : 82 x/menit RR : 20x/menit S : 36°C TB : 150 cm BB : 60 Kg

Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, kelompok melakukan


skoring untuk menentukan prioritas diagnosa keperawatan. Adapun hasil
skoring pada diagnosa Nyeri Kronis (gout) pada keluarga Tn. S terutama
dengan Ny. D dengan gout skor: 4 Sifat masalah aktual dibuktikan
dengan menderita gout namun belum mengetahui mengenai gout dan cara
perawatannya, masalah untuk di cegah tinggi ditandai dengan Ny. D
menderita gout sejak 6 bulan lamanya, skala nyeri 6 dan belum terjadi
komplikasi pada Ny. D, Ny. D. mengatakan tidak mengkonsumsi obat
gout. Tetapi Ny. D sudah berobat ke puskesmas untuk mengatasi nyeri
yang dirasakan.

Dan untuk menentukan diagnosa yang kedua, adapun skoring pada


diagnosa pemeliharaan kesehatan tidak efektif (diabetes) pada keluarga
Tn S khususnya Tn S yang di tandai dengan Klien mengatakan menderita
sakit DM sudah sejak 3 tahun yang lalu. Keluarga klien mengatakan
hanya mengetahui penyebab dari DM yaitu pola makan yang tidak baik,
seperti mengkonsumsi makanan manis, karena Tn.S selalu minum teh
manis 3 gelas per hari, sedangkan penyebab lainnya keluarga tidak
mengetahui, Hasil Pemeriksaan Ttv TD : 120/70 mmHg N : 87 x/menit,
RR : 19 x/menit, S : 36, 6°C, TB : 168 cm, BB : 58 Kg dengan hasil
skoring pada diagnosa defisit pengetahuan pada keluarga Tn.S khususnya
Tn.S dengan Diabetes Melitus adalah skor: 3 1/6 Sifat masalah aktual
dibuktikan dengan menderita DM sudah mengetahui terkait penyakit DM
namun belum tahu perawatannya atau tidak minum obat dan tidak rutin
ke puskesmas.

61
3. Perencaan Keperawatan
Intervensi keperawatan dibuat berdasarkan pengkajian, diagnosis
keperawatan, pernyataan keluarga, dan perencanaan keluarga.
Perencanaan adalah Setiap tindakan, berdasarkan penelitian klinis dan
pengetahuan yang perawat lakukan untuk meningkatkan hasil pada pasien
atau klien. Berdasarkan hasil skoring dua diagnosa tersebut maka
kelompok mengangkat perencanaan untuk diagnosa prioritas yaitu nyeri
kronis pada keluarga Tn. S khususnya Ny. D

Pada perencanaan TUK 1 dan 2 untuk meningkatkan kemampuan


keluarga mengenal masalah keperawatan dengan cara memberi
penyuluhan pengertian gout, penyebab gout, tanda dan gejala dari gout,
serta keinginan keluarga untuk merawat anggota keluarga dengan gout.

Pada perencanaan TUK 3 untuk merawat anggota keluarga dengan


masalah kesehatan gout maka kelompok merencanakan untuk pemberian
pendidikan kesehatan tentang pencegahan gout menjelaskan bagaimana
cara merawat anggota keluarga dengan gout di rumah, serta menjelaskan
dan menyediakan makanan yang boleh dikonsumsi dan tidak boleh
dikonsumsi pada pasien yang menderita gout

Pada perencanaan TUK 4 dan 5 dengan modifikasi lingkungan seperti


menciptakan suasana yang aman dan nyaman seperti ruangan yang bersih
dan tidak berantakan, serta memanfaatkan kunjungan fasilitas kesehatan
dan memanfaatkan YanKes dalam merawat penderita gout Kelompok
juga merencanakan penyuluhan dengan menggunakan leaflet dan lembar
balik.
4. Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah suatu perencanaan dimasukan kedalam tindakan


selama fase implementasi ini merupakan fase kerja aktual dari proses
keperawatan, berdasarkan hal tersebut, penulis mengelola klien dalam

62
implementasi dengan masing – masing diagnosa

Pada hari Senin tanggal 17 Oktober 2022 pukul 16.00 perawat melakukan
tindakan TUK 1 dan 2 yaitu berdiskusi dengan keluarga mengenai
pengetahuan keluarga tentang gout dilanjutkan berdiskusi mengenai tanda
dan gejala, pencegahan dan komplikasi hipertensi dengan menggunakan
media lembar balik dan leaftlet. Selanjutnya perawat memberikan
kesempatan kepada keluarga untuk bertanya. Setelah selesai melakukan
pendidikan kesehatan perawat memberikan evaluasi kepada keluarga
terkait pengertian, tanda dan gejala, penyebab, tindakan pencegahan dan
komplikasi.

Pada hari Selasa, 18 Oktober 2022 pukul 11.00 perawat melakukan


tindakan TUK 3 yaitu merawat anggota keluarga yang sakit gout.
Selanjutnya mengidentifikasi tindakan pencegahan dan perawatan gout
dan terakhir perawat melakukan evaluasi mengenai merawat anggota
keluarga yang sakit gout.

Pada hari Rabu 19 Oktober 2022 pukul 15.00 perawat melakukan


tindakan TUK 4 dan 5 yaitu mendemostrasikan kompres jahe untuk
menurunkan nyeri pada keluarga dan menyarankan keluarga untuk
mengunjungi fasilitas kesehatan terdekat dari rumah.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan dapat diidentifikasi dengan baik. Dengan mengkaji
keluarga dimana keluarga mampu melakukan tindakan keperawatan yang
diajarkan oleh perawat. Dari TUK 1 sampai TUK 5 semua tercapai
dengan hasil yang baik. Dari hasil implementasi TUK 1 sampai dengan
TUK 5 dalam hal ini terjadi peningkatan pengetahuan untuk keluarga

63
mengenal dan melakukan perawatan terhadap penyakit yang sedang
dihadapi ini.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Gout adalah penyakit heterogen yang diakibatkan oleh penumpukan
monosodium urat atau kristal asam urat akibat supersaturasi asam urat.
Normalnya, asam urat dikeluarkan melalui urin atau feses, namun karena ginjal
sudah tidak mampu mengeluarkan asam urat yang ada, maka kadarnya pun akan
meningkat pada tubuh. Penyebab dari asam urat dikarenakan meningkatnya

64
kadar asam urat dalam darah serta mengonsumi makanan yang mengandung
purin.

Pada tahap pengkajian dapat teridentifikasi penyebab dan masalah keperawatan


dikeluarga Tn. S dengan masalah nyeri kronis pada keluarga Tn.S khususnya
Ny.D, karena nyeri yang dirasakan sudah 6 bulan yang lalu Sedangkan untuk
memanfaatkan fasilitas Kesehatan Ny.D belum control ke puskesmas untuk
konsultasi masalah kesulitan menyusui pada bayinya.

Diagnosa keperawatan yang menjadi prioritas ialah Nyeri kronis pada keluarga
Tn.S khususnya Ny.D dengan hasil skoring 4 yang ditandai dengan NY D
menderita gout namun belum mengetahui mengenai gout dan perawatannya.
Sedangkan diagnosa Pemeliharaan Kesehatan tidak efektif pada keluarga Tn.S
khusunya Tn. S dengan hasil skoring 3 1/6 yang ditandai Tn. S menderita Dm
sejak 3 tahun yang lalu dan keluarga hanya mengetahui penyebab dari DM yaitu
pola makan yang tidak baik sering mengkonsumsi makanan manis sedangkan
penyebab lainnya keluarga tidak mengetahui.

Rencana keperawatan mampu teridentifikasi dengan baik secara langsung oleh


perawat, dalam mengatasi masalah tersebut diatas dikaji dengan cara mengkaji
kriteria verbal, kriteriaafektif, criteria psikomotorik dikeluarga Tn. S.
Implementasi keperawatan mampu diidentifikasi dan dilakukan dengan baik,
untuk mengatasi masalah pada keluarga Tn. S, untuk diagnose pertama dan
diagnosa kedua untuk mengatasi masalah tersebut dilakukan dengan Kriteria
menurut teori dari Friedman adapun criterianya yaitu kriteria verbal dengan cara
melakukan pengkajian, pendidikan kesehatan dan membagikan leaflet.
Sedangkan kriteria pertama keluarga menerima perawat , keluarga menerima
pelayanan kesehatan sesuai rencana keperawatan keluarga, keluarga tahu dan
dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar, keluarga
memenfaatkan fasilitas kesehatan pelayanan kesehatan sesuai anjuran, keluarga
melakukan tindakan keperawatan sederhana yang sesuai anjuran.keluarga

65
melakukan tindakan keperawatan secara aktif, keluarga melakukan tindakan
promotif secara akut.

Evaluasi keperawatan dapat diidentifikasi dengan baik. Dengan mengkaji


keluarga dimana keluarga mampu melakukan tindakan keperawatan yang
diajarkan oleh perawat. Dari TUK 1 sampai TUK 5 semua tercapai dengan hasil
yang baik. Dari hasil implementasi TUK 1 sampai dengan TUK 5 dalam hal ini
terjadi peningkatan pengetahuan untuk keluarga mengenal dan melakukan
perawatan terhadap penyakit yang sedang dihadapi ini.

B. Saran
1. Untuk mahasiswa/i
a. Lebih tekun dalam memperluas pengetahuan mengenai asuhan
keperawatan keluarga dengan menyusui tidak efektif dan gastritis.
b. Lebih meningkatkan dan mempertahankan hubungan kerjasama dengan
teman sejawat dalam melakukan asuhan keperawatan keluarga dengan
menyusui tidak efektif dan gastritis.
2. Untuk Perawat
a. Perawat terus mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan baru didalam
dunia kesehatan.
b. Mempertahankan kerjasama yang baik dengan tim kesehatan yang
lainnya.
c. Mempertahankan kinerja dan kualitas dalam melakukan asuhan
keperawatan keluarga dengan hipertensi yang sesuai dengan standar
layanan keperawatan yang telah ditetapkan.

66
DAFTAR PUSTAKA

Dianati, N. A. (2015). Gout and hyperuricemia. Jurnal Majority, 4(3).

Lumunon, O. J., Bidjuni, H., & Hamel, R. (2015). Hubungan Status Gizi Dengan
Gout

Arthritis Pada Lanjut Usia Di Puskesmas Wawonasa Manado. Jurnal Keperawatan,


3(3).

67
Firsty, L., & Putri, M. A. (2021). Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Artritis
Gout .

Buletin Kesehatan: Publikasi Ilmiah Bidang kesehatan, 5(1), 31-43.

Andarmoyo, Sulistyo,(2013). Konsep dan proses perawatan nyeri. Yogyakarta : Ar-


Ruzz Media

Fitriana. (2015). Cara cepat usir asam urat. Yogyakarta : medika

Novianti.(2015).Hidup sehat tanpa asam urat. Yogyakarta : Buku pintar

68

Anda mungkin juga menyukai