LAPORAN PRAKTIKUM
PENANGANAN PASCAPANEN NABATI DAN HEWANI
Penanganan PascaPanen Sayur dan Buah
Kelompok 4
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PANGAN
JATINANGOR
2018
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sayuran merupakan komoditas yang memiliki jenis yang beragam baik itu
berdasarkan bentuk maupun warnanya. Sayuran memiliki kandungan yang
banyak dan baik untuk kesehatan manusia. Oleh karena itu sayuran banyak
dicari dan dibutuhkan untuk melengkapi gizi tiap manusia dalam
makanaanya.
Akan tetapi sayuran memiliki kekurangan dalam mempertahankan bentuk
dan mutu sayuran. Hal itu dikarenakan sayuran memiliki karakteristik yang
mudah rusak, transpirasi yang terjadi juga besar, hingga sayuran tidak
bertahan lama dalam penyimpanan. Selain itu hal yang menyebabkan sayuran
mudah mengalami kerusakan dan pembusukan adalah adanya kadar air yang
tinggi pada sayuran yang menjadikan transpirasi yang tinggi pula.
Pasca penen merupakan hal yang perlu dilakukan untuk meminimalisir
kerusakan dan kebusukan yang akan terjadi dengan mennjadikan sayuran
mampu mempertahankan mutunya sampai ditangan konsumen. Mutu yang
dimaksud dapat berupa umur simpan yang lebih lama hingga saat konsumem
membeli sayur masih dalam keadaan bermutu baik dan tidak mengalami
kerusakan baik secara fisik maupun fisiologis. Oleh karena itu, diperlukannya
pengetahuan tentang penanganan pasca panen sayuran yang akan menentukan
mutu sayuran kedepannya setelah pemanenan.
Buah merupakan salah satu produk holtikultura yang sangat dibutuhkan oleh
manusia untuk pemenuhan gizi yang seimbang. Pada umumnya buah
mengandung vitamin A (karotene), serat (dietary fiber), gula, dan pemenuhan
vitamin C (asam askorbat) yang tidak dapat diproduksi oleh tubuh manusia.
Produk holtikultura merupakan produk yang mudah rusak (pherisable)
sehingga diperlukan penanganan khusus pada saat pasca panen. Produk yang
telah dipanen mengalami berbagai macam bentuk stress seperti hilangnya
suplai nutrisi, proses panen yang banyak menimbulkan pelukaan berarti,
pengemasan dan transportasi yang sering menyebabkan kerusakan mekanis
lebih lanjut, hambatan ketersedian CO2 dan O2, hambatan regim suhu, dan
sebagainya.
Tanggal Praktikum: 14 Desember 2018
Tanggal Pengumpulan: 28 Desember 2018
Asisten: Rizky Fajar Hutama
Hal penting yang perlu dipahami adalah produk pasca panen buah segar
masih melakukan aktivitas metabolisme penting yaitu respirasi. Aktivitas
respirasi berlangsung untuk memperoleh energi yang digunakan untuk
aktivitas hidup pascapanennya. Setelah panen, sebagian besar aktivitas
fotosintesis yang dilakukan saat masih melekat pada tanaman induknya
berkurang atau secara total tidak dapat dilakukan lagi. Saat kondisi tersebut,
mulailah penggunaan substrat cadangan yang ada di dalam tubuh bagian
tanaman yang dipanen untuk aktivitas respirasinya. Pada saat substrat mulai
terbatas maka terjadilah kemunduran mutu dan kesegaran atau proses
pelayuan dengan cepat. Hal itulah yang menyebabkan produk pasca panen
buah mengalami kebusukan atau kerusakan.
Selain itu, buah-buahan apabila setelah dipanen tidak ditangani dengan
baik, akan mengalami perubahan akibat pengaruh fisiologis, fisik, kimiawi,
parasitik atau mikrobiologis, dimana ada yang menguntungkan dan ada yang
sangat merugikan bila tidak dapat dikendalikan yaitu timbulnya kerusakan
atau kebusukan. Hal ini akan mengakibatkan buah tidak dapat dimanfaatkan
lagi, sehingga merupakan suatu kehilangan (loss).Di indonesia kehilangan
buah-buahan cukup tinggi yaitu sekitar 25 - 40 %. Untuk menghasilkan buah-
buahan dengan kualitas yang baik, disamping ditentukan oleh perlakuan
selama penanganan on-farm, ditentukan juga oleh faktor penanganan pasca
panen.
Penanganan pascapanen buah-buahan secara umum meliputi pemanenan,
pengumpulan, sortasi, pembersihan dan pencucian, grading, pengemasan,
pemeraman, penyimpanan dan pengangkutan.
1.2. Tujuan
Dapat mengetahui kesegaran sayur
Dapat mengetahui total padatan sayur dan buah-buahan
Dapat mengetahui tingkat kematangan sayur dan buah-buahan
Dapat mengetahui perubahan karakteristik sayur dan buah-buahan
selama penyimpanan
Dapat mengetahui perbedaan karakteristik sayuran dan buah-buahan
yang dihimpun pada suhu yang berbeda
Tanggal Praktikum: 14 Desember 2018
Tanggal Pengumpulan: 28 Desember 2018
Asisten: Rizky Fajar Hutama
dihindari dengan pengaturan tata letak wadah sayuran yang tepat di dalam alat
transportasi.
2.2 Buah
Buah-buahan merupakan komoditas yang mudah sekali mengalami
kerusakan (perishable), seperti mudah busuk dan mudah susut bobotnya.
Diperkirakan jumlah kerusakan ini bisa mencapai 5 -25 % pada negara-negara
maju dan 20 – 50 % pada negara – negara berkembang (Kader et al, 1985). Oleh
karena itu, untuk mengurangi tingginya prosentase kerusakan pada komoditas
buah-buahan ini, perlu dipahami penanganan pasca panen yang tepat, agar ketika
buah tersebut sampai ke tangan konsumen tetap dalam keadaan segar (fresh
quality). Hal-hal yang menjadi pertimbangan dalam penanganan pasca panen
buah-buahan adalah jenis-jenis kerusakan, faktor-faktor penentu mutu, dan juga
sifat-sifat fisiologis buah-buahan selama pasca panen hingga pengangkutan dan
penyimpanan.
Kerusakan (stress) yang dialami oleh komoditas buah-buahan dapat
disebabkan oleh tiga hal yaitu; faktor fisik, kimiawi, dan bilogis. Faktor fisik
dapat berupa tekanan, suhu yang terlalu rendah (chilling injury-freezing injury),
suhu yang terlalu tinggi, dan komposisi gas atmosfer yang tidak sesuai (anaerob).
Sedangkan faktor kimiawi ialah disebabkan oleh polusi udara (ozon, sulfur
dioksida, dll) serta pestisida berlebihan. Adapun faktor biologis ialah disebabkan
oleh berbagai jenis virus, bakteri, dan jamur. Lebih jauh, kerusakan pada
komoditas buah-buahan dapat dibedakan menjadi beberapa tipe kerusakan yaitu;
fisiologis, mikrobiologis/biologis, mekanis, fisis, dan kimia (Susanto dan Saneto,
1994).
Mutu atau kualitas telah didefinisikan sebagai suatu tanda atau derajat yang
membedakan tingkat kesempurnaan atau superioritas suatu produk. Pada
komoditas buah-buahan yang dapat digunakan sebagai parameter penentu mutu
ada lima faktor yaitu; ketampakan, tekstur, flavor, nilai gizi, dan keamanan
(Kader, 1985). Masing- masing faktor terdapat lagi beberapa parameter
pendukung yang lebih memperjelas tingkatan mutu suatu produk. Tentu semakin
tinggi ”grade”-nya, maka produk tersebut akan memiliki nilai jual yang lebih
tinggi pula. Oleh karena itu, penjagaan atas mutu dan kualitas ini sangat penting,
Tanggal Praktikum: 14 Desember 2018
Tanggal Pengumpulan: 28 Desember 2018
Asisten: Rizky Fajar Hutama
IV. METODOLOGI
3.1 Alat
Clingwrap
Fruit hardness tester
Lap
Mangkuk sterofoam
Tanggal Praktikum: 14 Desember 2018
Tanggal Pengumpulan: 28 Desember 2018
Asisten: Rizky Fajar Hutama
Plastik PE
Pisau
Sendok
Refraktometer
Refrigerator
Timbangan digital
3.2 Bahan
Sampel buah berupa :
1. Buah mangga
2. Buah pisang
3. Buah timun
4. Buah tomat
3.3 Metode
3.3.1 Pengujian Kematangan
1. Disiapkan sampel buah-buahan dan sayuran
2. Diurutkan dari yang paling mentah sampai yang paling matang
3. Diamati secara sensori (warna, tekstur, aroma)
4. Diuji kekerasan dengan fruit hardness tester di 4 titik
3.3.2 Pengujian Total Padatan :
1. Disiapkan sampel buah-buahan dan sayuran
2. Dicuci sampel dan dihancurkan dengan alat seperti sendok
3. Diambil sari buah
4. Dilakukan pengukuran total padatan dengan refraktometer
5. Dibaca skala reraktometer
3.3.3 Penyimpanan Buah
1. Disiapkan sampel buah-buahan dan sayuran
2. Dicuci sampel kemudian dilap
3. Ditimbang berat buah H-0 lalu diamati teksktur, warna, aroma
4. Dilakukan penyimpanan selama 1 minggu dengan perlakuan
pengemasan:
1) cling wrap (di suhu ruang dan suhu refrigerator )
Tanggal Praktikum: 14 Desember 2018
Tanggal Pengumpulan: 28 Desember 2018
Asisten: Rizky Fajar Hutama
DAFTAR PUSTAKA
Kader, A.A., R.F. Kasmire, F.G. Mitchell, M.s. Reid, N.F. Sommer, J.F.
Thomson. 1985. Postharvest Technology of Horticultural Crops. University
of California, California.
Nocianitri, Komang Ayu Puja, dan Ida Ayu Rina Pratiwi. 2008. Pengaruh
Modified Atmosfer Packaging Dengan Plastik Polyethylene (PE)
Terperforasi Terhadap Mutu Fisik Caisim (Brassica Juncea) Selama
Penyimpanan Pada Suhu Dingin. Skripsi. Institusi Fakultas Teknologi
Pertanian Universitas Udayana.
Suhardi. 1992. Penanganan Pasca Panen Buah dan Sayuran, PAV Pangan dan
Gizi. UGM, Yogyakarta.