Anda di halaman 1dari 5

Teori Kepribadian

Psikoanalisis Erick Erikson

Kelompok 3
PPB-A 2018
Anggota :
Futri Uswatun K 1806961
Monica Surya Lestari B 1807300
Mutia Nur Aini 1803753
Nuha Tsaqifa S 1803949
Raden Muhammad Firman 1803669
Yuni Nur Rohman 1800400
ANALISIS KASUS
Nama saya Ai, Umur saya 16 tahun.Saya perempuan dalam 16 tahun hidip saya,Ketika sudah
memasuki masa ABG,Saya mengalami kesedihan yang luar biasa .Saya ingin menyakiti diri
sendiri,Bahkan pernah ingin mati.Saya juga menjadi kehilangan minat untuk lawan jenis,saya
senang sendirian.
Kata Kunci Penjelasan
16 Tahun (Masa ABG) Pada usia 16 tahun ini menunjukan masa
adolescence,Dimana anak pada usia itu
mengalami krisis psikososial,identitas versus
kebigungan identitas pada dirinya.Sebagai
persiapan ke arah kedewasaan didukung pula
oleh kemampuan dan kecakapan-kecakapan
yang dimilikinya,dia berusaha untuk
membentuk dan memperlihatkan identitas
diri,ciri-ciri yang khas dari dirinya.Di dalam
teori perkembangan Erikson tahap ini
merupakan tahap kelima dari delapan tahap
yang ada.Pada tahap ini mereka dihadapkan
oleh pencarian siapa mereka,bagaimana
mereka nanti,dan kemana mereka akan menuju
masa depannya.

*Di dalam kasus yang di analisis,seorang


perempuan yang berusia 16 tahun ini
membuktikan bahwa memang ia kebingungan
akan identitas dirinya,Itulah yang
menyebabkan semua permasalahan muncul.

Mengalami kesedihan yang luar biasa Erikson juga memandang jika masa lampau
seseorang memiliki makna bagi masa
depannya,Maka akan terdapat kesinambungan
perkembangan yang direflesikan oleh tahap-
tahap perkembangan.
Kesalahan memahami emosi anak,daoat
membuat perkembangan egonya terhambat
sehingga dapat menimbulkan kesulitan-
kesulitan bagi anak untuk mengembangkan
emosinya pada proses pendewasaannya.

Identitas Vs kekacauan identitas


Telah dijalani pencarian identitas,tidak
memahami sikap dirinya di tengah-tengah
masyarakat itulah yang menyebabkan anak
mengalami kekacauan identitas
Ingin menyakiti diri sendiri 1. Ia tidak berhasil melalui tahap-tahap
sebelumnya
2. Anak ABG tersebut memiliki harga
diri rendah. Karena terbukti bahwa
anak ABG tersebut tidak bisa
menghargai dirinya sendiri, kurang
bisa menerima kekurangan yang ada
dalam dirinya, serta kurang percaya
pada diri sendiri. Dari keadaan itulah
akan berkembang pemikiran bahwa ia
tidak mampu dana pa yang ia lakukan
tidak ada manfaatnya, serta tidak akan
mencapai hasil yang maksimal. Pada
remaja ia memiliki harga diri rendah
inilah sering muncul perilaku rendah.
Berawal dari perasaan tidak mampu
dan tidak berharga, mereka
mengkompensasikan nyadengan
tindakan lain yang seolah-olah
membuat dia lebih berharga.
Misalnya: dengan mencari pengakuan
dan pekrhatian dari teman-temannya.
Dari sinilah kemudian muncul
perilaku seperti penyalah gunaan obat-
obatan, berkelahi, tawuran, bahkan
ingin menyakiti diri sendiri yang
dilakukan demi mendapatkan
pengakuan dari lingkungan.

Kehilangan minat untuk lawan jenis Intimacy vs isolation (keintiman vs isolasi)


Perilaku anak tersebut menunjukan dia
mengalami kegagalan dalam membangun
keintiman (intimacy). Intimacy atau
keintiman adalah kemampuan untuk menjadi
dekat dengan yang lain, sebagai kekasih,
teman, dan peserta dalam komunitas.
Sehingga dia mengalami isolasi yaitu
penolakan terhadap hubungan dengan lawan
jenis atau dengan kata lain erikson
menyebutnya keterasingan yaitu
kecenderungan untuk mengisolasi diri dari
semua, dari cinta, dari pertemanan, dan dari
komunitas serta mengembangkan rasa benci
yang pasti pada komunitas.
Perilaku ini bertolak belakang dengan teori
erik erikson.

Saya senang sendirian 1. ABG tersebut mengalami konflik


dimana ia mengalami kebingungan
peran dirinya di tengah-tengah
masyarakat dan lingkungan sosial.
2. Akibat kebutuhan remaja untuk
diterima dalam kelompoknya semakin
besar karena perkembangan pribadi
dan sosialnya mulai banyak
dipengaruhi teman sebayanya sehigga
muncul perasaan bahwa dirinya adalah
orang yang berharga dan
menginginkan keberadaannya
dianggap ada. Namun, ia gagal dalam
hal ini sehingga menyebabkan ia
senang sendirian.
3. Ia memiliki kecenderungan ketidak
mampuan dalam menyesuaikan diri
(fanatisme) ia hanya yakin dengan
gaya hidupnya tanpa menghormati hak
orang lain yang tidak setuju.
DAFTAR PUSTAKA

Lindzey, C. S. (1985). Introduction to Theory of Personality. Canada: John Wiley & Sons,Inc.
Nurihsan, S. Y. (2011). Teori Kepribadian. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.
Malanthon, M. (n.d.). Teori Perkembangan Manusia Psikoanalitik-Erikson. 3-6.

Anda mungkin juga menyukai