Anda di halaman 1dari 8

Penatalaksanaan

1. Stadium I
Pembedahan
1. Histerektomi totalis dan salpingo-ooforektomi bilateral yang diperluas:
a. Dengan penjahitan serviks atau eksisi sedikit puncak vagina.
b. Secara ekstrafasial atau teknik Te Linde yang diperluas.
c. Dilakukan pencucian peritoneum.
Histerektomi radikal hasilnya sama dengan histerektomi simpleks + radiasi.
(catatan: bukan lesi rekuren dan pasien belum pernah diterapi radiasi sebelumnya)
2. Limfadenektomi pelvis. Dilakukan pada kelompok dengan risiko tinggi (stad IB,
G3, tumor adenoskuamosa dan clear cell)
Limfadenektomi: peranan dalam terapi belum jelas, tetapi kelenjar yang besar
sebaiknya dibuang saja.
3. Histerektomi vaginalis. Lebih cocok dikerjakan pada pasien dengan:
a. Obesitas
b. Prolapsus uteri
c. Komplikasi medis yang serius.

Gambar 2.13 Jenis-jenis Histerektomi


Terapi tambahan pasca bedah
Tergantung dari hasil pembedahan/pemeriksaan patologi, terbagi dalam kelompok:
Kelompok 1 : Prognosis baik sekali
Tidak ada sisa tumor dan tidak ada penetrasi myometrium (Stad Ia)
Tidak diberikan terapi ajuvan
Kelompok 2 : Prognosis baik
Tumor berdiferensiasi baik atau sedang (G1, G2) dengan penetrasi
myometrium kurang dari ½ (stad Ib).
Diberikan radiasi intravagina
Kelompok 3 : Prognosis buruk
 Tumor tidak berdiferensiasi (G3)
 Penetrasi myometrium lebih dari ½ (Stad Ic)
 Metastasis serviks dan atau adneksa yang tersembunyi
 Hasil sitologi pencucian peritoneum yang positif
 Jenis: adenoskuamosa dan sel jernih (clear cell) atau serosa berpapil
(papillary serous)
Kelompok ke-3 ini terbagi dalam 2 sub kelompok:
1. Kelenjar getah bening pelvis negatif: diberikan radiasi intrakaviter vagina
ditambah Provera.
2. Kelenjar getah bening masih positif: diberikan radiasi eksterna + radiasi
intrakaviter vagina + Provera.
Pada stadium I dan corpus yang kecil dilakukan hysterectomy totalis secara
abdominal atau vaginal. Cervix sebaiknya dijahit dulu agar jaringan carcinoma tdak
menyebabkan metastase ke vagina. Penyembuhan 64%.

Radiasi
a. Intravagina
Diberikan setelah pemberian radiasi eksterna;
b. Eksterna
Terapi radiasi sebagai terapi primer pada stadium I jarang dilakukan , kecuali kalau tidak
dapat dilakukan pembedahan diberikan radiasi eksterna dan radiasi interna.
Dipakai pada:
 Wanita yang jelek keadaan umumnya.
 Life expectancy yang terbatas.
Hasil : 33% salvage.
Radiasi menggunakan:
– Radium intrakaviter (brachyterapy)
– Cobalt -60
Terapi radiasi pada:
 Stage IA  tidak perlu
 Stage IB atau IIA  whole pelvis / intravaginal brachytherapy
 Stage IC, IIB, IIIA, IIIB  whole pelvis
 Stage IIIC  extended field
 Stage III atau IV  paliatif
Radiasi + Operasi
 Mula-mula dipasang radium intracavitair. Operasinya dilakukan 6 minggu kemudian
setelah edema dan vaskularisasi sebagai akibat radium jadi berkurang. Ada beberapa
sarjana yang mengusulkan agar waktu intervalnya diperpendek.
 Mula-mula operasi kemudian disusul dengan X-ray radiasi. Penyembuhan ±76%15.

Terapi progesteron
 Untuk stadium yang lanjut dan berulang.
Menurut Baker dkk. dapat memperpanjang remisi sampai ±2 tahun. Hasil yang terbaik
ialah pada tumor yang timbulnya perlahan-lahan.
Caranya: progesteron 750 mg disuntikkan tiap minggu secara IM.
Lebih banyak berhasil untuk metastase daripada tumor primer.
 Untuk hyperplasia adenomatous yang berlebihan.
 Mulai diberikan sebelum radiasi, dengan dosis 400 mg sehari (2 x 200 mg) per oral
 Terapi diberikan selama 3 tahun atau sampai timbul residif
 Dosis harus diturunkan bila terjadi:
o Tromboflebitis superficial
o Adanya efek samping: berat badan bertambah, hot flushes, kejang otot dan
tremor halus.
 Obat dihentikan bila terjadi tromboflebitis dan tromboemboli.
2. Stadium II
Terapi (sama seperti stadium Ic)
 Pembedahan: modifikasi Wartheim
 Radiasi: radiasi eksterna + radiasi intra vagina

3. Stadium III dan IV


Terapi
1.Pembedahan:
2.Radiasi eksterna dan radiasi interna
3.Progesteron
4.Sitostatika bisa diberikan a.l Sisplatin, Adriamisin, Fluorourasil

Kemoterapi
a. Doxorubicin – response rate 38%, 26% komplit
b.Cisplatin
Minor: carboplatin, siklofosfamid, 5-FU

Kanker endometrium stadium I dan II yang membutuhkan surgical staging:


1.Lesi derajat 3
2.Ukuran tumor > 2 cm dengan lesi derajat 2
3.Clear cell cancer atau serosa papiliferum
4.Invasi ke miometrium > 50%
5.Terdapat cervical extension

Terapi utama kanker endometrium adalah histerektomi total dan salpingo-ooforektomi


bilateral. Pada beberapa kasus diperlukan pemberian radiasi adjuvan untuk mencegah
rekurensi pada tunggul vagina dan penyebaran ke KGB.

Pilihan manajemen pasca bedah kanker endometrium stadium awal :


1.Observasi
Pasien stadium IA atau IB, grade 1 atau 2 memiliki prognosis yang baik dan tidak
diperlukan terapi adjuvan pada kasus ini. Dan bila pasien tidak diberikan terapi
adjuvan diperlukan pemantauan ketat sehingga kejadian rekurensi pada tunggul
vagina dapat didiagnosis secara awal.
2.Radiasi vagina
Radiasi intrakaviter secara signifikasn menurunkan risiko rekurensi pada tunggul
vagina. Lotocki dkk melaporkan bahwa penggunaan radium preoperatif atau
postoperatif menurunkan risiko rekurensi pada tunggul vagina 14 % menjadi 1,7
%.
3.Radiasi pelvis eksternal
Pasien dengan KGB pelvis postif anak sebar, merupakan kandidat untuk
pemberian radiasi pelvis eksternal, dan jika dibutuhkan dapat dikombinasi dengan
radiasi paraaorta.Dan juga sangat rasional dilakukan pada pasien dengan risisko
tinggi, yang tidak menjalani surgical staging tetapi memiliki foto rontgen thoraks,
yang negatif, CT scan pelvis dan abdominal negatif, dan kadar Ca 125 yang
normal.
Radiasi ekternal memiliki efektifitas yang sama denga radiasi vaginal dalam
menghilangkan mikrometastasis pada tunggul vagina, sehingga sangatlah tidak
beralasan untuk memberikan radiasi vaginal dan radiasi eksternal secara
bersamaan oleh karena morbiditasnya meningkat secara bermakna.
4.Extended-field radiation
Indikasi pemberian radiasi ini adalah pasien dengan biopsi KGB paraaorta yang
postif atau KGB pelvis positif secara makroskopis/beberapa KBG pelvis positif.
5.Whole abdominal radiation
Pasien dengan metastasis peritoneum atau omentum yang telah direseksi dapat
diberikan radiasi ini. Sedangkan pada kasus dengan residu tumor yang besar,
sebaiknya dipertimbangkan pemberian terapi sistemik.
6.Progestin adjuvan
Terapi profilaksis dengan progesteron pada pasien kanker endometrium mungkin
tidak cost effektif kecuali pada pasien dengan risiko tinggi dan merupakan
reseptor-positive tumor. Namun masih diperlukan banyak penelitian.

Penatalaksanan kanker endometrium stadium III bersifat individual tetapi sebaiknya


dilakukan histerektomi total dan salpingooverektomi bilateral. Dengan adanya massa
pada adneksa, pembedahan sebaiknya dilakukan untuk menilai asal massa dan
mengangkat jaringan tumor sebanyak-banyaknya. Terangkatnya seluruh tumor yang
terdeteksi secara makroskopis merupakan faktor prognosis penting pada seluruh pasien
dengan kanker endometrium stadium III.
Pembedahan sebaiknya meliputi pengangkatan KGB pelvis atau paraaorta yang
membesar, pemeriksaan sitologi, biopsi omentum dan sampling KGB paraaorta.8 Pada
kasus dengan stadium IV, terapi yang diberikan juga bersifat individual, namun biasanya
termasuk kombinasi antara operasi, terapi radiasi dan atau terapi kemoterapi.
Metastasis sistemik merupakan masalah utama, namun efektivitas pemberian terapi
adjuvan sistemik masih belum dapat dibuktikan. Pasien-pasien dengan metastasis
sistemik ini biasanya memiliki tumor dengan differensiasi yang kurang baik, dan
umumnya memiliki sedikit reseptor hormon, sehingga respon terhadap progestin menjadi
terhambat.8,9

Pengawasan lanjut kanker endometrium


Selama terapi kanker endometrium, pengawasan lanjut harus dilakukan:
 Tiap 3 bulan selama 3 tahun pertama
 Tiap 6 bulan sampai tahun ke-5
 Selanjutnya tiap tahun

Pemeriksaan yang dilakukan:


 Pemeriksaan klinis/ginekologis
 Apus vagina
 Foto toraks (tiap 6 bulan)
 USG, scanning, biopsy; bila diperlukan.

4. Kanker endometrium residif


Terapi
Individual, tergantung lokasi residif dan terapi sebelumnya.
KANKER ENDOMETRIUM

Stad I Stad II Stad III Stad IV

Prognosis prognosis prognosis buruk


Sangat baik baik (G2, G3, Ic,
(Ia, G1) (Ib, G1) Cuci peritoneum,
(+) clear cell,
Adenoskuamosa,
Sel serosa berpapil
HTSOB HTSOB +
Radiasi
Intravagina HTSOB +
Limfadenektomi
HTSOB +/-
Debulking (?)
Kelenjar getah bening
Eksenterasi (?)
(+) atau (-)
Limfadenektomi
Tidak komplit

Radiasi intravagina radiasi intravagina


&eksterna + MPA + MPA

Pengawasan lanjut
Jadwal Pemeriksaan Pemeriksaan yang dilakukan
3 tahun I : tiap 3 bl Pemeriksaan klinis/ginekologis
Pemeriksaan laboratorium
Th ke-4 s/d 5 : tiap 6 bulan Apus vagina
Foto toraks (tiap 6 bulan)
Selanjutnya tiap tahun USG/Scanning/Biopsi; bila diperlukan

Gambar 2.14 Algoritma Penatalaksanaan Ca Endometrium

Anda mungkin juga menyukai