Anda di halaman 1dari 4

Lampiran

Peraturan Direktur Rumah Sakit AN-NISA


Nomor : 003/PER/DIR/III/2018
Tanggal : 26 Maret 2018

KEBIJAKAN PELAYANAN KAMAR BERSALIN


RUMAH SAKIT AN-NISA TANGERANG

1. Pelayanan Kamar bersalin mempunyai visi dan misi yang mengacu pada
visi dan misi rumah sakit.
2. Pelayanan Kamar bersalin harus selalu berorientasi kepada mutu dan
keselamatan pasien rumah sakit.
3. Pada setiap pasien yang akan dilakukan tindakan kebidanan, prinsip
pencegahan dan pengendalian infeksi selalu dijalankan.
4. Pelayanan Kamar bersalin RS AN-NISA setiap hari selama 24 jam
nonstop.
5. Kamar bersalin RS AN-NISA dipimpin oleh Kepala Instalasi Rawat
Khusus yang telah ditunjuk oleh Direktur RS AN-NISA sesuai dengan
kualifikasi yang telah ditentukan sebelumnya.
6. Semua perawat dan petugas yang bertugas di Kamar bersalin wajib
mempunyai latar belakang pendidikan dan pelatihan, baik eksternal
maupun internal.
7. Setiap petugas atau staf kamar bersalin wajib mengikuti pelatihan yang
sudah diprogramkan SDM.
8. Setiap petugas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar
operasional yang berlaku, etika profesi dan menghormati hak pasien.
9. Penyediaan tenaga di Kamar bersalin RS AN-NISA harus mengacu pada
pola ketenagaan.
10. Kamar bersalin RS AN-NISA terdiri dari 1 kamar emergency maternal, 1
kamar bersalin dengan kapasitas 3 bed, 1 kamar hcu dengan kapasitas
2 bed, dan 1 ICU Maternal dengan kapasitas 2 bed,
11. Dokter jaga harus melaksanakan asesmen awal medis saat pasien
masuk rawat inap
12. Dokter operator harus melakukan assasmen pra bedah sebelum
melakukan tindakan pembedahan ataupun tindakan kebidanan lainnya
13. Setiap pasien yang akan dilakukan tindakan operasi diberikan informasi
mengenai prosedur yang akan dijalani, khususnya prosedur tindakan
pembedahan, dibuktikan dengan terisinya Lembar Edukasi & Informasi
Pasien.
14. Rumah Sakit dan Dokter wajib meminta persetujuan tindakan dari pasien
secara tertulis, dibuktikan dengan Lembar Persetujuan Tindakan.
15. Pelaksanaan persiapan operasi elektif dilakukan di poliklinik rawat jalan
sesuai dengan usia dan kondisi klinis pasien, kecuali ada indikasi klinis
perbaikan kondisi perlu dilakukan di rawat inap.
16. Persiapan operasi emergency dilakukan segera sesuai dengan standar
prosedur operasional.
17. Pendaftaran pasien operasi elektif dilakukan selambat-lambatnya 1 hari
sebelum operasi. Pendaftarkan dilakukan untuk memastikan kesiapan
kelengkapan sebelum operasi, seperti konsul anestes; konfirmasi jadwal
operasi disesuaikan antara jadwal yang tersedia di kamar bersalin,
jadwal operator dan anestesi;serta konfirmasi ruang perawatan dan
pembiayaan.
18. Pasien mendapatkan kepastian jadwal operasi jika sudah dilakukan
konsul anestesi dan mendapatkan persetujuan anestesi untuk operasi.
Konsul Anestesi dilakukan di Poli Anestesi atau Visit Pre Operasi di
Ruang Rawat yang dilakukan oleh dokter anestesi. Persetujuan pasien
untuk dibius dibuktikan dengan Lembar Persetujuan Tindakan Anestesi
yang sesuai dengan jenis anestesi yang akan dilakukan, yang terisi
lengkap.
19. Pasien masuk rawat inap selambat-lambatnya 6 jam sebelum dilakukan
operasi untuk memastikan prosedur persiapan operasi elektif dilakukan
dengan benar.
20. Setiap pasien yang akan dioperasi dilakukan serah terima antara bidan
ke perawat ruang operasi, yang meliputi:
a. Identifikasi pasien
b. Diagnosis
c. Jenis operasi
d. Informed Consent
e. Lokasi Operasi
f. Riwayat penyakit yang dapat menjadi perhatian baik operator
maupun anestesi
g. Persiapan operasi serta antisipasi kemungkinan resiko komplikasi
bedah maupun bius
21. Instrumen kotor dilakukan pencucian pre-cleaning di spoelhok dan
direndam cairan enzimatik sebelum disteril di CSSD.
22. Linen infeksius dimasukkan ke dalam plastik kuning dan diserahkan ke
bagian Laundry dengan mengisi Form Serah Terima Linen.
23. Persiapan bahan untuk pemeriksaan patologi anatomi (PA) dilakukan
sebelum operasi yang diperkirakan membutuhkan pemeriksaan patologi
anatomi dan setelah operasi, specimen tersebut diserahkan ke
laboratorium beserta lembar pengantar pemeriksaan patologi anatomi.
Keluarga dan pasien diinformasikan mengenai pemeriksaan tersebut.
24. Transfer pasien antara Kamar bersalin dan ruangan lain termasuk
ruangan intensif, harus dilakukan sesuai standar prosedur operasional.
25. Setiap pasien yang selesai dilakukan kebidanan, dinilai memiliki resiko
jatuh. Untuk itu, pada pasien tersebut wajib dipasang penanda resiko
jatuh (stiker pada gelang pasien) saat selesai tindakan.
26. Bila terjadi insiden dari tindakan kebidanan, petugas yang menemukan
insiden segera melaporkan ke Koordinator Kamar bersalin dan Kepala
Instalasi Unit Rawat Khusus. Petugas yang menemukan insiden
membuat laporan insiden yang akan dinilai oleh Petugas Champion
Patient Safety dan dilakukan tindak lanjut sesuai dengan alur
keselamatan pasien rumah sakit.
27. Bila terjadi bencana, unit kamar bersalin siap untuk berperan dalam
penanggulangannya.
28. Kamar bersalin wajib membuat laporan kegiatan operasi setiap bulannya
dan dilaporkan ke Penanggung Jawab Rawat Khusus
29. Rapat koordinasi dan evaluasi wajib dilaksanakan rutin satu bulan sekali.
30. Pemeliharaan instrument tindakan dilakukan bersama-sama dengan unit
CSSD.
31. Pemeliharaan linen menjadi tanggung jawab bersama Kamar bersalin,
Laundry dan CSSD.
32. Penggunaan alat medis di kamar bersalin harus sesuai dengan standar
prosedur operasional.
33. Alat medis dikalibrasi minimal setahun sekali.

ditetapkan di : Tangerang
Pada tanggal : 26 Maret 2018
Direktur Rumah Sakit AN-NISA

dr. Ediansyah, MARS

Anda mungkin juga menyukai