Anda di halaman 1dari 40

ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT FARINGITIS

KEPEDA TN. A DIRUMAH BLUD RS KONAWE


RUANGAN MAWAR
TAHUN 2017

KARYA TULIS ILMIAH


Dianjurkan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir
Pendidikan Diplomat III Keperawatan

Disusun oleh :

DESI FITRIANINGSI

NIM : 16.0

PROGRAM STUDI DIPLOMAT III KEPERAWATAN


PEMKAB KONAWE
HALAMAN PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah

ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT FARINGITIS


KEPEDA TN. A DIRUMAH BLUD RS KONAWE
RUANGAN MAWAR
TAHUN 2017

Diajukan oleh :
DESI FITRIANINGSIH
NIM : 16.01

Telah diperiksa dan disetujui


Pada tanggal 16 oktober 2017

Pembimbing

( Ns. Haryati, M.kep, Sp. KMB )


NIK. 20054637
HALAMAN PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT FARINGITIS


KEPEDA TN. A DIRUMAH BLUD RS KONAWE
RUANGAN MAWAR
TAHUN 2017

Karya tulis ilmiah

Disusun Oleh :
DESI FITRIANINGSIH
NIM : 16.0

Telah dipertahankan di depan dewan penguji Ujian


akhir program diplomat III keperawatan
pada tanggal 03 oktober 2017

PENGUJI I PENGUJI II

(SUTARMO ST.) (AGUS MIRWANTO S.kep)

NIK : 20064543 NIK : 40086633

Tugas akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyarat


Untuk memperoleh gelar ahli madya keperawatan
Mengetahui

Ka. Akademi keperawatan Pemkab Konawe

YOSIN NGII, SKM.,M.Kes

NIP. 19710906 199103 2 00


RIWAYAT HIDUP

NAMA : DESI FITRIA NINGSIH


TEMPAT / TANGGAL LAHIR : HOPA-HOPA,13 JANUARI 1999
AGAMA : ISLAM
JENIS KELAMAIN : PEREMPUAN
ALAMAT : KELURAHAN HOPA-HOPA

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. Sd N 4 hopa-hopa Lulus 2010


2. Smp N 1 Wawotobi Lulus 2013
3. Sma N 1 Wawotobi Lulus 2016
4. Akademi Keperawatan Pemkab Konawe Angkatan 2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan atas kehadit tuhan yang maha kuasa karena
berkat, rahmat, dan Karunia-Nya, sehingga penulisan karya tulis ilmiah dengan
judul ‘’ ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT ISK KEPEDA

TN.H DIRUMAH BLUD RS KONAWE RUANGAN MAWAR


TAHUN 2017 ‘’.
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis banyak mendapatkan
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat :
1. Yosin Ngii, selaku ketua Akademi keperawatan pemkab konawe yang
telah memberikan motivasi dan dukungan dalam menyelesaikan kasus
ini
2. Ns. Haryati, M.kep, Kp. KMB selaku dosen pembimbing yang cermat
dan kesabaran serta memberikan masukan dan inspirasi dalam
bimbingan serta demi sempurnanya kasus ini.
3. Sutarmo St, selaku dosen penguji I yang telah memberikan kritik dan
saran bersifat membangun hingga tersusunnya karya tulis ilmiah ini.
4. Agus Mirwanto, S.kep selaku dosen penguji II yang telah memberikan
kritik dan saran yang bermanfaat bagi penulis selama ujian
berlangsung dan demi sempurnaan karya tulis ilmiah ini.
5. Semua dosen Akademi Keperawatan Pemkab Konawe, yang telah
memberikan bimbingan baik berupa materi, wawasan serta ilmu yang
bermanfaat dengan begitu sabar.
6. Perpustakaan akademi kepperawatan pemkab konawe yang telah
membantu dalam mendapatkan refrensi yang diperlukan dalam
penulisan karya tulis ilmiah ini.
7. Pihak RSUD konawe beserta staf keperawatan, khususnya diruangan
mawar yang telah memberikan ijin dan kesempatan bagi penulis untuk
pengambilan data guna penyelesaian karya tulis ilmiah ini.
8. Ayah dan ibu, yang selalu memberikan Doa, motivasi, inspirasi,
dukungan dan semangat dalam menyelesaikan pendidikan program
Studi Diplomat III Keperawatan.
9. Saudara dan keluarga yang telah memberikan doa dan dukungan dalam
proses pendidikan.
10. Teman-teman mahasiswa akademi keperawatan pemkab konawe,
yang telah menjadi teman seperjuangan selama tiga tahun menempuh
pendidikan keperawatan dan dukungan serta doa dalaam
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .............................................................................. v
DAFTAR ISI ............................................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. viii

BAB I PENDAHULUAN .........................................................................


A. Latar Belakang ..............................................................................
B. Ruang Lingkup ..............................................................................
C. Tujuan Penulisan ...........................................................................
1. Tujuan Umum .........................................................................
2. Tujuan Khusus ........................................................................
D. Manfaat penulisan .........................................................................
E. Metode penulisan ..........................................................................
F. Sistematika penulisan ....................................................................
BAB II TINJAUAN TEORITIS ...............................................................
A. Konsep Dasar Medik .....................................................................
1. Definisi ....................................................................................
2. Etiologi ....................................................................................
3. Anatomi ...................................................................................
4. Patofisiologi ............................................................................
5. Gambaran Klinis .....................................................................
6. Komplikasi ..............................................................................
7. Pemeriksaan Diagnostik ..........................................................
8. Penatalaksanaan Medik ...........................................................
B. Konsep Dasar Keperawatan ..........................................................
1. Pengkajiaaan ...........................................................................
2. Diagnosa ..................................................................................
3. Perencanaan.............................................................................
4. Evaluasi ...................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Faringitis (bahasa Latin: pharyngitis), adalah suatu penyakit peradangan
yang menyerang tenggorokan atau hulu kerongkongan (pharynx). Kadang juga
disebut sebagai radang tenggorokan.
Faringitis (pharyngitis) Akut, adalah suatu penyakit peradangan tenggorok
(faring) yang sifatnya akut (mendadak dan cepat memberat). Umumnya disebut
radang tenggorok. Radang ini menyerang lapisan mukosa (selapu tlendir) dan
submukosa faring.
Faringitis merupakan salah satu penyakit yang menyerang saluran
tenggorokan seseorang yang kemudian dapat menyebabkan kemunduran fisiologis
dari saluran tenggorokan tersebut. Jadi, diperlukan suatu pemahaman yang lebih
tentang faringitis supaya dapat dijadikan panduan bagi tenaga medis maupun
paramedis dalam memberikan penanganan terhadap seorang klien yang menderita
faringitis, sehingga dapat memberikan penanganan yang tepat.

B. RUANG LINGKUP
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini hanya membatasi masalah
mengenai Asuhan Keperawatan pada klien Tn. S dengan infeksi saluran kemih
diruangan mawar RSUD Konawe.

C. TUJUAN PENULISAN PENELITIAN


1. Tujuan umum
Untuk memperoleh pengalaman tentang penerapan asuhan
keperawatan Faringitis Pada Ny. D di Ruang mawar RSUD Konawe.
2. Tujuan khusus
a. Mampu melakukan tahapan pengkajian asuhan keperawatan Faringitis
b. Mampu melakukan tahapan diagnose keperawatan asuhan keperawatan
Faringitis
c. Mampu melakukan tahapan perencanaan asuhan keperawatan faringitis
d. Mampu melakukan tahapan implementasi asuhan keperawatan
faringitis
e. Mampu melakukan tahapan evaluasi asuhan keperawatanfaringitis
f. Mampu melakukan tahapan catatan perkembangan asuhan
keperawatan Faringitis

D. MANFAAT PENULISAN
a. Bagi peneliti
Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam bidang asuhan
keparawatan (ASKEP). Menambah wawasan peneliti mengenai penyakit
Faringitis itu sendiri.
b. Bagi petugas pelayanan kesehatan
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam
memberikan asuhan keperawatan pada penderita dengan gangguan sistim
urogenital khususnya faringitis, sehingga dapat mengurangi tingkat
kejadian penderita faringitis dan meningkatkan mutu dan kualitas
pelayanan kesehatan.
c. Bagi pasien/masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sarana informasi
dan menambah pengetahuan tentang penyakit faringitis di masyarakat
sehingga dapat mengurangi/menekan angka kejadian penderita faringitis.
E. METODE PENULISAN
Dalam penulisan ini penulis menggunakan metode deskriptif dengan
pendekatan study kasus yaitu dengan menggunakan proses keperawatan dengan
tahapan pengambilan data :
1. Wawancara langsung dengan tanya jawab pada klien, keluarga,
pembimbing.
2. Observasi yaitu dengan cara mengamati langsung pada saat melakukan
asuhan keperawatan
3. Pengkajian fisik sebelum melakukan perencanaan dan tindakan
keperawatan.
4. Study Dokumentasi yaitu melalui catatan medis/keperawatan
5. Study Pustaka melalui literature buku-buku keperawatan, kedokteran dan
media internet.
F. SISTEMATIKA PENULISAN
Makalah ini terdiri dari lima bab yang disusun secara sistematika dengan
urutan sebagai berikut :

Bab I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan, ruang lingkup,
metode Penulisan dan sistematika penulisan.
Bab II : Tinjauan teori yang terdiri dari Pengertian. Etiologi, Patofisiologi,
Pengkajian Keperawatan, Diagnosa Keperawatan, Perencanaan Keperawatan,
Pelaksanaan Keperawatan, Evalusi Keperawatan
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP DASAR MEDIK


1. Definisi
Faringitis (bahasa Latin: pharyngitis), adalah suatu penyakit peradangan
yang menyerang tenggorokan atau hulu kerongkongan (pharynx). Kadang
juga disebut sebagai radang tenggorokan.
Radang ini bisa disebabkan oleh virus atau bakteri, disebabkan daya tahan
yang lemah. Faringitis biasanya disebabkan oleh bakteri streptococcus.
Pengobatan dengan antibiotika hanya efektif karena terkena bakteri.
Kadangkala makan-makanan yang sehat dengan buah-buahan yang banyak,
disertai denganvitamin bisa menolong. Gejala radang tenggorokan seringkali
merupakan pratanda penyakit flu atau pilek. Terdapat dua jenis radang
tenggorokan yaitu akut dan kronis:

a. Faringitis akut, radang tenggorok yang masih baru, dengan gejala nyeri
tenggorok dan kadang disertai demam dan batuk.
b. Faringitis kronis, radang tenggorok yang sudah berlangsung dalam
waktu yang lama, biasanya tidak disertai nyeri menelan, cuma terasa
ada sesuatu yang mengganjal di tenggorokan.
2. Etiologi
Sebelum memberi pengobatan, sangat penting bagi para dokter untuk
mencari penyebab radang tenggorokan guna menegakkan diagnosa yang
benar dengan tujuan mencegah pemberian antibiotik yang tidak tepat bagi
sebagian besar penderita radang tenggorokan karena dapat menimbulkan
organisme yang resisten terhadap antibiotik.
Dokter akan memeriksa tenggorokan dan kelenjar getah bening di leher.
Pendekatan lanjutannya adalah dengan tes usap tenggorokan untuk
mengetahui ada atau tidaknya bakteri.
Usap tenggorokan perlu dilakukan jika ada dugaan diagnosis radang
tenggorokan akibat bakteri streptokokus berdasarkan temuan klinis dan
epidemiologis dan pasien belum mengkonsumsi antibiotik.
Kultur hasil usap tenggorokan biasanya merupakan satu-satunya tes yang
dibutuhkan. Namun sensitivitas terhadap antibiotik juga perlu dilakukan pada
pasien yang alergi terhadap penisilin karena adanya bakteri streptokokus yang
resisten terhadap eritromisin.
Baik pada infeksi virus maupun bakteri, gejalanya sama yaitu nyeri
tenggorokan dan nyeri menelan. Selaput lendir yang melapisi tenggorokkan
yang mengalami peradangan berat atau ringan akan tertutup selaput yang
berwarna keputihan atau mengeluarkan nanah. Penyebab Faringitis atau
Penyakit Radang Tenggorokan, yaitu;
a. Virus,
hampir 80% Penyakit Radang Tenggorokan disebabkan oleh virus,
dapat menyebabkan demam, Batuk, dan pilek. Dimana batuk dan
lendir (ingus) dapat membuat tenggorokan teriritasi
b. Virus coxsackie (hand, foot, and mouth disease)
c. Alergi yang dapat menyebabkan iritasi tenggorokan ringan yang
bersifat menetap
d. Bakteri streptokokus,
dipastikan dengan Kultur tenggorok. Tes ini umumnya dilakukan
di laboratorium menggunakan hasil usap tenggorok pasien. Dapat
ditemukan gejala klasik dari kuman streptokokus seperti nyeri hebat
saat menelan, terlihat bintik-bintik putih, muntah dan bernanah pada
kelenjar amandelnya, disertai pembesaran kelenjar amandel
e. Merokok.
Kebanyakan radang tenggorokan disebabkan oleh dua jenis infeksi
yaitu virus dan bakteri. Sekitar 80% radang tenggorokan disebabkan
oleh virus dan hanya sekitar 10-20% yang disebabkan bakteri.
Untuk dapat mengatasinya, penting untuk mengetahui infeksi yang
disebabkan oleh virus atau bakteri streptokokus.
Infeksi virus biasanya merupakan penyebab selesma (pilek) dan influenza
yang kemudian mengakibatkan terjadinya radang tenggorokan. Selesma
biasanya sembuh sendiri sekitar satu mingguan begitu tubuh kita membentuk
antibodi melawan virus tersebut.
Pada kasus ringan karena infeksi virus tidak harus ke dokter karena cukup
diberi obat penghilang rasa sakit atau demam. Pada kasus tertentu yang bukan
disebabkan karena virus mungkin perlu dilakukan pemeriksaan dokter.
Pengobatan dengan antibiotik tidak akan efektif untuk mengobati infeksi
virus. Sebaliknya, pemberian antibiotik dapat menimbulkan resistensi atau
kekebalan kuman terhadap antibiotik.
Saat kuman telah kebal terhadap antibiotik tersebut, bila antibiotik kita
gunakan, akan tidak ampuh lagi dalam membunuh kuman. Akibatnya,
penyakit yang diderita tidak akan sembuh.

3. Anatomi
Faring adalah suatu kantong fibromuskuler yang bentuknya seperti corong,
yang besar di bagian atas dan sempit di bagian bawah. Kantong ini mulai dari
dasar tengkorak terus menyambung ke esofagus setinggi servikal ke-6. Ke
atas faring berhubungan dengan rongga hidung melalui koana, ke depan
berhubungan dengan rongga mulut melalui ismus orofaring, sedangkan
dengan laring di bawah berhubungan melalui aditus laring dan ke bawah
berhubungan esofagus. Panjang dinding posterior faring pada orang dewasa
kurang lebih 14 cm; bagian ini merupakan bagian dinding faring yang
terpanjang. Dinding faring dibentuk oleh (dari dalam keluar) selaput lendir,
fasia faringobasiler, pembungkus otot dan sebagian fasia bukofaringeal.
Faring terbagi atas nasofaring, orofaring dan laringofaring (hipofaring).
Unsur-unsur faring meliputi mukosa, palut lendir (mucous blanket) dan otot.
Bentuk mukosa faring bervariasi, tergantung letaknya. Pada nasofaring
karena fungsinya untuk respirasi, maka mukosanya bersilia, sedangkan
epitelnya torak berlapis yang mengandung sel goblet. Di bagian bawahnya,
yaitu orofaring dan laringofaring, karena fungsinya untuk saluran cerna,
epitelnya gepeng berlapis dan tidak bersilia. Di sepanjang faring dapat
ditemukan banyak sel jaringan limfoid yang terletak dalam rangkaian jaringan
ikat yang termasuk dalam sistem retikuloendotelial. Oleh karena itu faring
dapat disebut juga daerah pertahanan tubuh terdepan.
Daerah nasofaring dilalui oleh udara pernapasan yang diisap melalui
hidung. Di bagian atas, nasofaring ditutupi oleh palut lendir yang terletak atas
silia dan bergerak sesuai dengan arah gerak silia ke belakang. Palut lendir ini
berfungsi untuk menangkap partikel kotoran yang terbawa oleh udara yang
diisap. Palut ini mengandung enzim Lyzozyme yang penting untuk proteksi.
Otot faring tersusun dalam lapisan melingkar (sirkuler) dan memenjang
(longitudinal). Otot-otot yang sirkuler terdiri dari m.konstriktor faring
superior, media dan inferior. Otot-otot ini terletak di sebelah luar, berbentuk
kipas dengan tiap bagian bawahnya menutup sebagian otot bagian atasnya
dari belakang. Kerja otot konstriktor untuk mengecilkan lumen faring. Otot-
otot yang longitudinal adalah m.stilofaring dan m.palatofaring. M.stilofaring
gunanya untuk melebarkan faring dan menarik rahang, sedangkan
m.palatofaring mempertemukan ismus orofaring dan menaikkan bagian
bawah faring dan laring. Jadi kedua otot ini bekerja sebagai elevator. Kerja
kedua otot ini penting pada waktu menelan.

4. Epidemiologi
Epidemiologi terjadi pada anak dan dewasa, yaitu: pada anak rata-rata
terdapat 5 kali infeksi saluran pernafasan bagian atas dan pada orang dewasa
hampir separuhnya.

5. Patogenesis/Patofisiologi
Pada infeksi faringitis, virus atau bakteri secara langsung menginvasi
mucosa pada rongga tenggorokan, menyebabkan suatu respon inflamasi lokal,
berbeda halnya dengan virus, seperti rhinovirus, dapat mengiritasi mukosa
rongga tenggorokan. Streptococcal infeksi/peradangan ditandai oleh
pelepasan dan invasi toksin ekstra seluler lokal dan proteases.
6. Gambaran Klinis
Gejala Lain Radang Tenggorokan, yaitu:
b. Demam.
c. Pembesaran kelenjar getah bening di leher.
d. Peningkatan jumlah sel darah putih.
Gejala tersebut bisa ditemukan pada infeksi karena virus maupun bakteri,
tetapi lebih merupakan gejala khas untuk infeksi karena bakteri. Gejala umum
radang tenggorokan akibat infeksi virus sebagai berikut:
a. Rasa pedih atau gatal dan kering.
b. Batuk dan bersin.
c. Sedikit demam atau tanpa demam.
d. Suara jadi serak atau parau.
e. Hidung basah dan adanya cairan di belakang hidung.
Infeksi bakteri memang tidak sesering infeksi virus, tetapi dampaknya bisa
lebih serius. Umumnya, radang tenggorokan diakibatkan oleh bakteri jenis
streptokokus sehingga disebut radang streptokokus.
Seringkali seseorang menderita infeksi streptokokus karena tertular orang
lain yang telah menderita radang 2-7 hari sebelumnya. Radang ini ditularkan
melalui sekresi hidung atau tenggorokan. Gejala umum radang streptokokus
berikut :
a. Tonsil dan kelenjar leher membengkak
b. Bagian belakang tenggorokan berwarana merah cerah dengan bercak-
bercak putih.
c. Demam seringkali lebih tinggi dari 38 derajat celsius dan sering
disertai rasa menggigil
d. Sakit waktu menelan.
Radang streptokokus memerlukan bantuan dokter karena bila
penyebabnya adalah kuman streptokokus dan tidak mendapat antibiotik yang
memadai maka penyakit akan bertambah parah dan kuman dapat menyerang
katup jantung sehingga menimbulkan penyakit Demam Rhematik.
Gejala dan tanda faringitis akut adalah nyeri tenggorok, sulit menelan,
demam, mual dan kelenjar limfe leher membengkak. Pada pemeriksaan
tampak hiperemis, udem dan dinding posterior faring bergranular.
Streptococcus group A merupakan bakteri penyebab faringitis akut yang
paling sering, kira-kira 15%-30% kasus pada anak-anak, dan 5% -10% pada
oang dewasa. Biasanya terdapat riwayat infeksi tenggorokan oleh bakteri
Streptococcus sebelumnya. Insidensi faringitis yang disebabkan oleh
streptococcus meningkat pada musim dingin. Gejala dapat berupa rasa sakit
pada tenggorokan, nyeri saat menelan, demam, pusing, nyeri perut, mual dan
muntah. Sedangkan tanda-tanda yang dapat dilihat yaitu adanya eritema
faring dan tonsil, eksudat pada faring dan tonsil, petechiae palatine, edema
uvula, limfadenopati servikalis anterior. Tidak semua pasien didapati dengan
semua gejala tersebut, banyak pasien datang dengan gejala yang ringan dan
tanpa eksudatif.Anak-anak dibawah tiga tahun dapat disertai coryza dan
krusta hidung.Faringitis dengan eksudat jarang terjadi pada umur ini. Pada
infeksi virus, gejala disertai dengan konjungtivitis, coryza, malaise, fatigue,
serak, dan demam yang tidak tidak terlalu tinggi. Faringitis pada anak dapat
disertai dengan diare, nyeri perut, dan muntah.
Gejala dan tanda faringitis akut adalah nyeri tenggorok, sulit menelan,
demam, mual dan kelenjar limfe leher membengkak. Pada pemeriksaan
tampak hiperemis, udem dan dinding posterior faring bergranula

7. Komplikasi
a. Komplikasi umum faringitis terutama tampak pada faringitis karena
bakteri yaitu: sinusitis, otitis media, epiglotitis, mastoiditis, dan
pneumonia. Kekambuhan biasanya terjadi pada pasaien dengan
pengobatan yang tidak tuntas pada pengobatan dengan antibiotik, atau
adanya paparan baru.
b. Demam rheumatic akut (3-5 minggu setelah infeksi), poststreptococcal
glomerulonephritis, dan toxic shock syndrome, peritonsiler abses,
c. Komplikasi infeks mononukleus meliputi: ruptur lien, hepatitis,
Guillain Barré syndrome, encephalitis, anemia hemolitik, myocarditis,
B-cell lymphoma, dan karsinoma nasofaring.
Terjadinya komplikasi radang tenggorokan kerapkali diabaikan, karena
pada umumnya ringan. Padahal pada sebagian kasus, sekitar 10%-20%, jika
dibiarkan berlarut-larut, radang ini bisa memicu munculnya penyakit lain.
Hampir semua orang pernah mengalami nyeri tenggorokan.
Namun, tidak banyak orang yang mau memeriksakan ke dokter sebelum
nyeri tenggorokannya menjadi parah. Bahkan, biasanya penderita baru pergi
ke dokter saat radang parah atau nyaris tidak sanggup lagi menelan makanan.
Dalam terminologi kesehatan, radang tenggorokan biasa disebut dengan
sore throat atau Pharyngitis. Keluhan yang muncul bervariasi, dari sekadar
rasa gatal di tenggorokan sampai nyeri berat sehingga menelan ludah pun
terasa menyakitkan.
Bukan hanya itu saja, stres dan kerja berlebihan dapat memperlemah
sistem pertahanan tubuh dan memicu infeksi tenggorokan. Penyebab radang
tenggorokan ada bermacam-macam antara lain infeksi virus, infeksi bakteri,
alergi dan iritasi.
Pharyngitis karena virus dan bakteri dapat ditularkan melalui ludah, yang
menyebar saat batuk (drooplet infection) atau melalui tangan atau barang
pribadi penderita yang terkontaminasi. Rata-rata masa inkubasi radang
tenggorok antara 2-5 hari.
Namun bila disebabkan virus, masa inkubasinya berkisar antara 3 hari
hingga 2 minggu. Infeksi yang disebabkan virus influenza bersifat menular
dan sangat mudah tersebar. Pada kondisi ini, peradangan berlangsung sekitar
tiga sampai sepuluh hari. Umumnya, peradangan terasa lebih berat pada pagi
hari dan akan membaik seiring berjalannya hari.
Biasanya disertai rasa lemas, menurunnya nafsu makan, demam, dan
batuk. Sakit tenggorokan juga ditemukan pada infeksi virus lainnya seperti
bisul dan campak. Tubuh memerlukan satu minggu untuk membangun
antibodi untuk menghancurkan virus-virus tersebut.
Infeksi Mononucleosis, atau yang umumnya disebut Mono disebabkan
Virus Epstein Barr, dan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk sembuh.
Virus ini memengaruhi sistem limpa sehingga menyebabkan pembesaran
pada amandel dan muncul bercak putih pada permukaannya. Selain itu, juga
terjadi pembengkakan pada pembuluh di leher.
Infeksi seperti ini biasanya menimbulkan sakit tenggorokan yang parah,
sehingga membuat si penderita kesulitan bernapas. Virus ini juga
menyebabkan kelelahan luar biasa yang dapat berlangsung lebih dari enam
minggu.
Terkadang virus ini juga menyerang hati dan menyebabkan sakit kuning.
Walaupun Mono diberi nama panggilan Kissing Disease, ia tidak hanya bisa
ditularkan melalui ludah. Penularan juga dapat terjadi dari mulut ke tangan,
kemudian dari tangan ke mulut atau dari penggunaan handuk atau alat-alat
makan bersama.
Untuk bakteri, yang paling umum dan paling serius dalam hal komplikasi
adalah grup A betahemolitis streptococcus. Bakteri ini menyebabkan penyakit
strep throat dan diasosiasikan dengan kerusakan klep di jantung (demam
rematik) dan ginjal (nephritis), tonsillitis, radang paru, sinusitis, dan infeksi
telinga.
Penyebab sakit tenggorokan yang lain adalah laryngo-pharyngeal reflux
(LPR). Pada penderita alergi biasanya mengalami sakit di tenggorokan pada
pagi hari saat asam lambung naik ke atas dan masuk bagian belakang
tenggorokan.Pada tenggorokan terasa ada benjolan dan berasa asam.Penderita
sering mengeluarkan dahak untuk membersihkan tenggorokan.
Oleh karena itu, alangkah bijak jika kita tidak mengabaikan atau
membiarkan nyeri radang tenggorokan menjadi parah hingga menyebabkan
komplikasi. Semoga bermanfaat dan menambah wawasan kita semua.

8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pada pemeriksaan dengan mempergunakan spatel lidah, tampak tonsil
membengkak, hiperemis, terdapat detritus, berupa bercak (folikel, lakuna,
bahkan membran). Kelenjar submandibula membengkak dan nyeri tekan,
terutama pada anak.
b. Pemeriksaan Biopsi
Contoh jaringan untuk pemeriksaan dapat diperoleh dari saluran
pernapasan (sekitar faring) dengan menggunakan teknik endoskopi.
Jaringan tersebut akan diperiksa dengan mikroskop untuk mengetahui
adanya peradangan akibat bakteri atau virus.
c. Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan sputum makroskopik, mikroskopik atau bakteriologik
penting dalam diagnosis etiologi penyakit.Warna bau dan adanya darah
merupakan petunjuk yang berharga.
d. Pemeriksaan Laboratorium
1) Sel darah putih (SDP)
Peningkatan komponen sel darah putih dapat menunjukkan adanya
infeksi atau inflamasi.
2) Analisa Gas Darah
Untuk menilai fungsi pernapasan secara adekuat, perlu juga
mempelajari hal-hal diluar paru seperti distribusi gas yang diangkut
oleh sistem sirkulasi.

9. Petalaksanaan Medis
a. Antibiotik golongan penicilin atau sulfanomida
1) Faringitis streptokokus paling baik diobati peroral dengan penisilin
(125-250 mg penisilin V tiga kali sehari selama 10 hari)
2) Bila alergi penisilin dapat diberikan eritromisin (125 mg/6 jam untuk
usia 0-2 tahun dan 250 mg/6 jam untuk usia 2-8 tahun) atau
klindamisin.
b. Tirah Baring
c. Pemberian cairan yang adekuat
d. Diet ringan
e. Obat kumur hangat.
Berkumur dengan 3 gelas air hangat. Gelas pertama berupa air
hangat sehingga penderita dapat menahan cairan dngan rasa enak. Gelas
kedua dan ketiga dapae diberikan air yang lebihhangat.Anjurkan setiap 2
jam. Obatnya yaitu:
1) Cairan saline isotonik (½ sendok teh garam dalam 8 oncesair hangat)
2) Bubuk sodium perbonat (1 sendok teh bubuk dalam 8 ounces air
hangat). Hal ini terutama berguna pada infeksi vincent atau penyakit
mulut. (1 ounce = 28 g)
f. Pendidikan Kesehatan.
1) Instruksikan pasien menghindari kontak dengan orang lain sampai
demam hilang. Hindari penggunaan alkohol, asap rokok, tembakau dan
polutan lain.
2) Anjurkan pasien banyak minum. Berkumur dengan larutan normal
salin dan pelega tenggorokan bila perlu.

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Riwayat Kesehatan
1) Adanya riwayat infeksi saluran pernapasan sebelumnya: batuk,
pilek, demam.
2) Riwayat alergi dalam keluarga
3) Riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas seperti
malnutrisi
4) Anggota keluarga lain yang mengalami sakit saluran pernapasan
5) Ada/tidak riwayat merokok
b. Pemeriksaan Fisik
1) Pernapasan
2) Pernapasan dangkal, dipneu, takipneu, tanda bunyi napas ronchi
halus dan melemah, wajah pucat atau sianosis bibir atau kulit
3) Aktivitas atau Istirahat Kelelahan, malaise, insomnia, penurunan
toleransi aktivitas,
4) sirkulasi takikardi, dan pucat
5) Makanan dan cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, disfagia, mual dan muntah.
Tanda : Hiperaktivitas bunyi usus, distensi abdomen, turgor
kulit buruk.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi
b. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
sekret
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kesulitan menelan
d. Cemas berhubungan dengan hospitalisasi, kesulitan bernapas
e. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya organisme infektif
f. Kurang pengetahuan berhubungan dengan terbatasnya informasi

3. Intervensi
a. DX I
Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi
NOC:
NOC 1: Level Nyeri
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri
pasien berkurang / hilang dengan skala hasil 4
Kriteria Hasil:
1) Laporkan frekuensi nyeri
2) Kaji frekuensi nyeri
3) Lamanya nyeri berlangsung
4) Ekspresi wajah terhadap nyeri
5) Kegelisahan
6) Perubahan TTV
7) Tabel Skala Nyeri
Skala 0 1 - 3 4 - 6 7 - 9 10
Tingkatan Nyeri Tidak Nyeri Nyeri Ringan Nyeri
Sedang Nyeri Berat Tak Tertahankan
NOC 2: Kontrol Nyeri
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri
pasien terkontrol dengan skala hasil 4
Kriteri Hasil:
Mengenal faktor penyebab
1) Gunakan tindakan pencegahan
2) Gunakan tindakan non analgetik
3) Gunakan analgetik yang tepat
Ket Skala:
1 = Tidak pernah menunjukkan
2 = Jarang menunjukkan
3 = Kadang menunjukkan
4 = Sering menunjukkan
5 = Selalu menunjukkan
NIC: Manajemen Nyeri
a. Kaji secara menyeluruh tentang nyeri termasuk lokasi, durasi,
frekuensi, intensitas, dan faktor penyebab.
b. Observasi isyarat non verbal dari ketidaknyamanan terutama
jika tidak dapat berkomunikasi secara efektif.
c. Gunakan tindakan lokal (berkumur, menghisap, kompres
hangat) untuk mengurangi sakit tenggorok.
d. Berikan analgetik dengan tepat.
e. Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa
lama akan berakhir dan antisipasi ketidaknyamanan dari
prosedur.
f. Ajarkan teknik non farmakologi (misalnya: relaksasi, guide,
imagery, terapi musik, distraksi)
4. Evaluasi
DX Kriteria Hasil Ket Skala
a. NOC 1
1) Laporkan frekuensi nyeri
2) Kaji frekuensi nyeri
3) Lamanya nyeri berlangsung
4) Ekspresi wajah terhadap nyeri
5) Kegelisahan
A. PENGKAJIAN

1. IDENTITAS KLIEN
Nama Klien : Tn. A
Jenis Kelamin :L
Umur : 28 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : PNS
Pendidikan : S1 Kuangan
Alamat : kel. Tawa melewe
Diagnosa Medis : Faringitis

2. RIWAYAT KEPERAWATAN
a. Riwayat kesehatan sekarang
1) Keluhan Utama : Klien mengeluh panas
b. Kronologis keluhan
Klien datang ke UGD BLUD RS konawe pada tanggal 25
September 2017 dengan keluhan panas, sakit tenggorokan dan
filek. Keluhan dirasakan sejak 3 hari yang lalu, sebelumnya klien
di bawa berobat ke puskesmas, namun karena keadaan klien tidak
kunjung membaik akhirnya klien di bawa ke BLUD RS konawe
dan harus dirawat di ruang mawar Kelas. dengan diagnosa
faringitis.
Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 26 September 2017
pukul 21.00 WIB, keadaan klien tampak lemah, klien mengeluh
masih panas sakit tenggorokan,dan pilek. Adapun hasil dari
pemeriksaan fisik adalah sebagai berikut:
Suhu : 39,2˚ C
Berat badan : 24 Kg.
Nadi : 92x/menit
Respirasi : 22x/menit
Tekanan darah : Tidak Terkaji
c. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Klien mengatakan sebelumnya klien belum pernah dirawat di
rumah sakit dengan penyakit yang sama seperti sekarang, klien
tidak pernah menderita penyakit lain, klien juga tidak mempunyai
riwayat alergi terhadap makanan maupun obat.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Menurut klien, dikeluarganya tidak ada yang menderita penyakit
yang sama dengan klien, dan klien pun tidak memiliki riwayat
penyakit kronis.
e. Riwayat psikososial dan spiritual
keluarga klien mengatakan sosialisasi klien dengan keluarga dan
orang lain sangat baik, klien terlihat cemas dengan keadaan yang di
alaminya sekarang. Keluarga selalu berharap dan berdoa agar
klien cepat sembuh.
f. Pola Kebiasaan Sehari-Hari
No Jenisaktivitas Saatsehat / di rumah Saat sakit / di
RS
1. Nutrisi
 makan
a. Frekuensi 3x sehari 3x sehari
b. Jenismakanan Nasi,lauk Bubur +lauk
pauk,makanan pauk
ringan,
c. Porsi makan 1 porsi habis Tidak habis
d. Nafsu makan Baik Kurang Baik
e. Kesulitan/ gangguan Tidak ada Kesulitan
menelan
 Minum
a. Jenis air minum Susu, Es, air putih Air putih
b. Jumlah 4 gelas/hari 4-5 gelas/ hari
c. Kesulitan / gangguan - Kesulitan
menelan
2. Eliminasi
a. Eliminasi fecal
1) Frekuensi 1-2x/hari 1x/hari
2) Warna Kuning khas Tidak terkaji
3) Konsistansi Lembek Tidak terkaji
4) Kesulitan / gangguan Tidak ada Tidak ada
b. Eliminasi urine
1) Frekuensi 3-4x/hari 1x
2) Warna, bau urine Kuning jernih, khas Kuning, khas
3) Apakah terpasang kateter Tidak Tidak

Personal hygiene
3. a. Mandi
b. Oral hygiene 2x sehari Di seka
c. Cuci rambut 1-2x sehari 1x/hari
d. Potong kuku 2x sehari 1x/hari
Istirahat / tidur 1x dalam seminggu 1x/minggu
4.a. Waktu tidur
b. Durasi tidur Malam hari Malam hari
c. Bangun malam hari 8 jam 6 jam
d. Gangguan dalam tidur Tidak Ya
Tidak ada ↑↓ Panas

g. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan Umum
Kesadaran :composmentis

2) Tanda-tanda vital
Suhu : 39,2˚ C
Berat badan : 24 Kg.
Nadi : 92x/menit
Respirasi : 22x/menit
Tekanan Darah : Tidak Terkaji
3) Sistem penglihatan
Posisi mata simetris, kelopak mata normal, konjungtiva
an anemis, seklerea an ikhterik, pupil isokor, kornea
normal, otot-otot mata baik, lapang pandang baik, fungsi
penglihatan baik (klien bisa melihat dan membaca papan
nama perawat)
4) Sistem pendengaran
Posisi telinga normal, aurikel baik tidak nyeri tekan,
kondisi telingan terdapat serumen, fungsi pendengaran baik
dengan klien selalu menjawab pertanyaan yang di berikan
perawat.
5) Sistem pernafasan
Frekuensi: 22 x/menit, posisi hidung simetris, pernafasan
normal, terdapat sumbatan sekret, ada batuk, suara nafas
tidak baik (ronchi (+), wheezing -/-), fungsi penciuman baik
klien bisa mencium bau dari aroma kayu putih.
6) Sistem kardiovaskuler
Irama jantung reguler, tidak terdapat bunyi jantung
tambahan, temperatur kulit hangat.
7) Sistem pencernaan
Gigi lengkap, keadaan sedikit kotor, nafas sedikit berbau,
nafsu makan baik, bab 1x/hari, bising usus 8x/menit,
abdomen tidak kembung, flatus baik, tidak ada gejala susah
BAB.
8) Sistem genetalia
Klien tidak bersedia untuk di periksa pada daerah genitaliany
9) Sistem saraf pusat
 Tingkat kesadaran : compos mentis
 GCS:
 Respon membuka mata : 4 (membuka secara
spontan)
 Respon verbal : 5 (orientasi baik)
 Respon motorik : 6 (melakukan perintah
baik)
 4 + 5 + 6 = 15 compos mentis
 NI(olfaktorius) :klien dapat mencium bau kayu
putih
 NII(optikus) :klien dapat membaca papan
nama perawat
 NIII(okulomotorius) : reflek pupil bereaksi terhadap
cahaya
 NIV(troclearis) : otot otot mata klien dapat
mengikuti pergerakan yg di perintahkan perawat.
 NV(trigeminus) : klien mampu menggigit
 NVI(abducen) : mata klien dapat bergerak
 NVII(facial) : fungsi pengacap klien baik
 NVIII(auditorius) : fungsi pendengaran klien
baik(klien menjawab pertanyaan)
 NIX(glosofaringeus) : klien dapat berbicara
 NX(vagus) : klien tidak menelan dengan baik
 NX1(asesorius) : klien dapat menggerakan bahu
dengan baik
 NXII(hipoglosus) : klien mampu menggerakan
lidah.
10) Sistem Muskuloskletal Terpasang infus di tangan kanan,
,kekuatan tonus otot
11) Sistem integument :Turgor kulit baik, warna kulit coklat
gelap.

h. Data penunjang

Jenispemeriksaan Hasil Rujukan


I. HEMATOLOGI
DARAH RUTIN
- Hemoglobin 12,2 gr% W 12-16 gr%
- Leukosit 11,5ribu / mm³ 4.0-10.0 ribu / mm³
- Erytrosit 5,16 juta / mm³ W 4-4,5 juta/mm³
- Haematokrit 36 % W 37-43 %
- Trombosit 158ribu / mm³ 150-390 ribu / mm³
II. SEROLOGI
WIDAL
- S.TY.H + 1 / 160
- S.PA.H -- / NEG
- S.PB.H + 1 / 160
- S.PC.H -- / NEG
- S.TY.O + 1 / 160
- S.PA.O + 1 / 160
- S.PB.O + 1 / 160
- S.PC.O + 1 / 160

i. Penatalaksanaan / therapy
1) Infus RL 20 tts/ menit
2) Cefotaxim 2x 1/ 600 mg
3) Antrain 2x1 250 mg

j. Analisa data
N Analisa Data Etiologi Masalah
o
1.DS : klien Virus / Bakteri Peningkatansuhu tub
mengeluh uh
badannya Lapisan epitel dinding faring
panas
DO: klien
tampak lemah
S = 39.2 ˚ C proses inflamasi radang
N=
92x/menit bakteri melepas endotoksi
R : 22x/menit merangsang tubuh untuk melepas
zat pathogen oleh leukosit

Impuls disampaikan ke
hypothalamus bagian termoregulator

Hiperthermi

Peningkatan suhu tubuh

2 DS: klien Virus / Bakteri Nyeri menelan


mengeluh
nyeri Lapisan epitel dinding faring
tenggorokan
Faringtis
DO : klien
tampak rewel
Skala
nyeri 3 (0-5)
S = 39.2 ˚ C Proses Inflamasi
N=
92x/menit Sakit Tenggorok
R : 22x/menit
Nyeri menelan
3 DS : Klien Virus / Bakteri Gangguannutrisi
tidak mau (kurangdari kebutuh
makan karena Lapisan epitel dinding faring an)
sakit saat
menelan Faringtis
DO : Klien
tampak lemas Disfagia,
porsi makan
tidak habis Gangguan NutrisiKurang dari keb.T
ubuh

4. DS: klien Virus / Bakteri Bersihan jalan nafas


mengatakan tidak efektif
saluran Lapisan epitel dinding faring
hidung
tersumbat
Faringtis
karena
adanya secret
DO: Terdeng
ar suara Penumpukan secret
ronchi

Bersihan jalan napas tidak efektif

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN.
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungandengan adanya peradangan
2. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada tenggorokan
3. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan secret
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kesulitan menelan

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagn Intervensi Rasional


osa
1. Ukur tanda-tanda vital 1. Untuk mengetahui keadaan
2. Monitor pasien
DX-1 temperature tubuhsecara teratur 2. Mengetahui perkembangan
3. Identifikasi adanyadehidrasi, suhu tubuh.
peradangan 3. Mengetahui adanya
4. Kolaborasi pemberian antibiotik, dehidrasi dan tingkat
antipiretik 4. Membantu dalam proses
penyembuhan
1. Kaji ulang tingkat nyeri 1. Agar tepat dalam memilih
DX-2 2. Ajarkan teknik relaksasi tindakan untuk mengatasi
3. Kaji TTV nyeri
4. Kolaborasi dalampemberian analgeti 2. Meningkatkan relaksasi dan
k mengurangi nyeri
3. Untuk mengetahui keaadaan
umum pasien
4. Untukmenguranginyeri
1. Kaji intake makanan pasien 1. Untuk mengetahui adanya
DX-3 2. Anjurkan pasien untuk makan peningkatan nafsu makan
makanan yang tinggi kalori dan serat 2. Untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi pasien

1. Identifikasi kualitas ataukedalaman n1. Untuk mengetahuikeadaan


DX-4 afas pasien. nafas pasien.
2. Anjurkan untuk minum air hangat. 2. Untuk mencairkan secret
3. Ajari pasien untuk batukefektif. agar mudah keluar.
4. Kolaborasi untuk pemberianterapi 3. Untuk melegakan saluranna
fas.
4. Untuk mengencerkandahak.

D. IMPLEMENTASI
Tangga No.
No l Dx. Implementasi Respon Ttd
Kep
1. I Mengukur tanda-tanda  Klien bersedia
vital dengan hasil s:
 Memonitortemperature t 37.7˚ C N:
ubuhsecara teratur 94x/menit R:
20x/menit
 Klien bersedia
dan mau di
periksa dalam
 Kolaborasipemberian an jangka waktu
tibiotik, antipiretik - Malam : 37,0°C
- Pagi : 37,6° C
- Sore : 37,0° C

 Klien bersedia
saat dilakukan
pemberian terapi
injeksi
 Cefotaxim
2x600mg
 antrain 2 x 250
mg
2 15-01- II  Mengkaji ulang tingkatn klien mengatakan
2013 yeri masih terasa sakit
tenggorokan bila
 Mengajarkan teknikrelak klien makan atau
sasi berbicara
 klien mengerti
 mengkaji TTV dan mencoba
untuk melakukan
tehnik relaksasi(
tarik nafas dalam,
mengatur
 berkolaborasi dalampem posisi menjadise
berian analgetik mi powler)
 klien kooperatif
dengan hasil
S: 37,7˚ C
N: 94x/menit
R: 20x/menit
 klien bersedia
untuk di
injeksi(thorasix) d
engan terapi :
antrain 2x 250mg

3 III  mengkaji intake  klien terlihat


makanan klien makan tiga kali
sehari dengan
 menganjurkan menu bubur,
keluargaklien untuk sayur dan buah.
memberimakanan yang
tinggi kalori dan serat  Keluarga klien m
kepada klien engerti dan
melakukannya.

4 IV  Mengidentifikasikualitas Klien kooperatif


atau kedalamannafas kli saat dilakukan
en. identifikasi
 Megnjurkan untukminu kedalaman nafas
m air hangat.
 Mengajarkan klienuntuk Klien bersedia
batuk efektif. dan mau minum
air hangat
 Klien mengerti
cara batuk efektif

E. EVALUASI
Ttd&
No Tgl, DX Evaluasi NamaPerawat

1. 15-01- I S : klien mengatakan badannya


2013 sudah tidak panas
O: keadaan klien sedang
S = 36,6 ˚ C
A : masalah teratasi
P : pertahankan intervensi
2. 15-01- II S:klien mengeluh masih nyeri
2013 tenggorokan
O : klien tampak rewel
A: masalah belum teratasi
P :lanjutkan intervensi
3. 15-01- III S : klien
2013 mengatakan masih sakitpada saat
menelan makanan
O : - Nafsu makan menurun
- Klien tampak lemas
A : masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
4. 15-01- IV S : klien mengatakan saluran hidung
2013 tersumbat karena adanya secret
O : terdengar suara ronchi
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi

1 16-01- II S:klien mengatakan sudah tidak


2013 nyeri tenggorokan
O : keadaan klien sedang
A: masalah teratasi sebagian
P :lanjutkan intervensi
2 16-01- III S : klien mengatakan sudah tidak
2013 sakit saat menelan
O : klien mengatakan nafsu makan
agak membaik
- Keadaan klien sedang
A : masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
3 16-01- IV S: klien mengatakan saluran
2013 hidungnya sudah tidak tersumbat
O : sudah tidak terdengar suara
ronchi
A: masalah teratasi
P: hentikan intervensi
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas laporan studi kasus yang akan di uraikan
sesuaidengan tahap dalam proses keperawatan, serta membahas masalah
kesenjangan antarateori dan kenyataan (kasus) yang di peroleh selama melakukan
perawatan pada klien Tn ”A”Dengan Gangguan faringitis di BLUD RS konawe.

Dalam melakukan asuhan keperawatan telah di terapkan proses


keperawatansesuai teori yang ada. Dimana proses keperawatan yang mempunyai
5 tahap yaitu :pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan
evaluasi.

1. Pengkajian
Berdasarkan hasil dari pengkajian melalui pengumpulan data didapatkana.
a. Klien mengatakan badanya panas
b. Klien mengatakan nyeri tenggorokan.
c. Klien mengatakan tidak bisa makan karena sakit saat menelan
d. Klien mengatakan hidungnya tersumbat karena adanya sekret
Sedangkan menurut teori pada klien terdapat gejala: nyeri tenggorokan,
nyeri telan, demam, eksoriasi hidup disertai lesi impetigo sekunder. Berdasarkan
hal tersebut diatas tidak terjadi kesenjangan antara teori dengan kenyataan yang
ada di lapangan. Hal ini karena data yang terdapat dalam teori ditemukan juga
pada kasus.

2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan analisis data yang penulis lakukan bahwa diagnosa
keperawatanyang didapatkan pada Ny. “N” dengan “Infeksi saluran
kemih“ adalah :
a. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan adanya peradangan
b. Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi pada tenggorokan
c. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan
intake yang kurang dengan kesulitan menelan
d. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan
dengan penumpukan secret
Sedangkan menurut teori, bahwa diagnosa keperawatan yang
lazimmuncul pada pasien Infeksi saluran kemih adalah :

a. Hipertermi b.d proses implamasi pada tongsil


b. Nyeri akut b.d iritasi jalan napas atas akibat infeksi
c. Intoleransi aktivitas
d. Gangguan menelan b.d abnormalitas

Berdasarkan hal tersebut diatas hanya 1 diagnosa yang Terdapat dalam


teori namun tidak ditemukan di lapangan adalah Intoleransi aktivitas, Hal ini
terjadi karena setiap individu berbeda satu sama laindalam merespon suatu
penyakit sehingga diagnosa yang didapatkan dalam teoritidak semuanya bisa
diangkat sebagai diagnosa yang akan dikaji, tentunyadengan melihat kenyataan
yang ada di lapangan.

3. PERENCANAAN
a. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan adanya peradangan
Rencana tindakan teori dan pada kasus yang sama, adalah :
1) Ukur tanda-tanda vital
2) Monitor temperature tubuh secara teratur
3) Kolaborasi pemberian antibiotik, antipiretik

Pada rencana tindakan diatas tidak terjadi kesenjangan dimana rencana


tindakan yang ada di teori dilakukan pada kasus.

b. Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi pada tenggorokan


1) Kaji ulang tingkat nyeri
2) Ajarkan teknik relaksasi
3) Kaji TTV
4) Kolaborasi dalam pemberian analgetik
Pada rencana tindakan diatas tidak terjadi kesenjangan dimana dengan teori.

c. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan


intake yang kurang dengan kesulitan menelan
1) Kaji intake makanan klien
2) Anjurkan klien untuk makan makanan yang tinggi kalori
dan serat
3) Anjurkan makan sedikit tapisering dan dalam keadaan
hangat.
d. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan
dengan penumpukan secret
1) Identifikasi kualitas atau kedalaman nafas klien.
2) Anjurkan untuk minum air hangat.
3) Ajari klien untuk batu kefektif.
4) Kolaborasi untuk pemberian terapi

Pada rencana tindakan diatas tidak terjadi kesenjangan di mana yang ada dalam
teori dilakukan pada kasus.

4. Implementasi

Pada tahap implementasi, tindakan keperawatan dilakukan


berdasarkanperencanaan yang telah ditetapkan.pelaksanaan tindakan keperawatan
pada Ny”N” dilakukan dalam bentuk :

a) Tindakan mandiri.
b) Observasi.
c) Health Education.
5. Evaluasi

Dalam pelaksanaan semua diagnosa teratasi, yakni :

a. Nyeri akut b/d inferksi saluran kemih.


b. Gangguan pola tidur b/d insomnia.
c. Perubahan pola eliminasi urine b/d ketidakmampuan kandung kemih
untuk berkontraksi secara adekuat.
d. Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi tentang penyakit yang
diderita..
BAB V

PENUTUP

Setelah menguraikan tinjauan teori dan tinjauan kasus sertaperbandingan dari


keduanya dalam penerapan Asuhan Keperawatan pada Klien Tn “A“ Dengan
faringitis maka penulis dapat menarik kesimpulan dan saran-saran:

A. Kesimpulan
1. Pada pengkajian faringitis , ada perbedaan antara teori dengan
kenyataan yang ada di lapangan. Hal ini karena data yang terdapat
dalam teori tidak ditemukan pada kasus. Demikian pula sebaliknya.
2. Terdapat satu diagnosa dalam teori namun tidak ditemukan di
lapangan adalah intoleransi aktivitas, Hal ini terjadi karena setiap
individu berbeda satu sama lain dalam merespon suatu penyakit
sehingga diagnosa yang didapatkan dalam teori tidak semuanya
bisa diangkat sebagai diagnosayang akan dikaji, tentunya dengan
melihat kenyataan yang ada dilapangan.
3. Semua intervensi keperawatan pada kasus dapat
diimplementasikan. Hal ini disebabkan karena klien dan keluarga
sangat kooperatif pada saat implementasi.
4. Semua masalah yang ditemukan pada kasus dapat teratas dalam 3
hari.
B. Saran
a) Untuk mencegah masalah keperawatan yang berkelanjutan
diharapkanperawatan secara komprehensif terhadap kasus
faringitis
b) Perlunya ditingkatkan pelayanan yang cepat untuk menghindari
infeksi silang dan gangguan kebutuhan psikologis sehingga klien
dan keluargamerasa nyaman dengan pelayanan di diberikan.
c) Sebagai perawat hendaknya lebih dekat dengan pasien dan
keluarganyaserta mengerti masalah sehingga dapat melakukan
asuhan keperawatansecara menyeluruh.
d) Untuk mengetahui efektifnya asuhan keperawatan klien dengan
faringitis, hendaknya kegiatan evaluasi dilakukan secara baik
danterus menerus dan menggunakan teknik sistem komunikasi
asuhan keperawatan, dengan menggunakan standar, kriteria dan
keberhasilan dan modifikasi rencana keperawatan sesuai dengan
masalah yang ada untuk mengetahui perkembangan klien.
e) Perawatan dengan pengobatan beriringan karena bagaimanapun
teraturnya pengobatan tanpa perawatan yang sempurna, maka
penyembuhan yang diharapkan tidak akan tercapai. Oleh karena itu
perlu diberi penjelasan pada orang tua atau keluarga mengenai

Anda mungkin juga menyukai