Disusun oleh :
DESI FITRIANINGSI
NIM : 16.0
Diajukan oleh :
DESI FITRIANINGSIH
NIM : 16.01
Pembimbing
Disusun Oleh :
DESI FITRIANINGSIH
NIM : 16.0
PENGUJI I PENGUJI II
RIWAYAT PENDIDIKAN
Puji syukur saya panjatkan atas kehadit tuhan yang maha kuasa karena
berkat, rahmat, dan Karunia-Nya, sehingga penulisan karya tulis ilmiah dengan
judul ‘’ ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT ISK KEPEDA
HALAMAN JUDUL................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .............................................................................. v
DAFTAR ISI ............................................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. viii
A. LATAR BELAKANG
Faringitis (bahasa Latin: pharyngitis), adalah suatu penyakit peradangan
yang menyerang tenggorokan atau hulu kerongkongan (pharynx). Kadang juga
disebut sebagai radang tenggorokan.
Faringitis (pharyngitis) Akut, adalah suatu penyakit peradangan tenggorok
(faring) yang sifatnya akut (mendadak dan cepat memberat). Umumnya disebut
radang tenggorok. Radang ini menyerang lapisan mukosa (selapu tlendir) dan
submukosa faring.
Faringitis merupakan salah satu penyakit yang menyerang saluran
tenggorokan seseorang yang kemudian dapat menyebabkan kemunduran fisiologis
dari saluran tenggorokan tersebut. Jadi, diperlukan suatu pemahaman yang lebih
tentang faringitis supaya dapat dijadikan panduan bagi tenaga medis maupun
paramedis dalam memberikan penanganan terhadap seorang klien yang menderita
faringitis, sehingga dapat memberikan penanganan yang tepat.
B. RUANG LINGKUP
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini hanya membatasi masalah
mengenai Asuhan Keperawatan pada klien Tn. S dengan infeksi saluran kemih
diruangan mawar RSUD Konawe.
D. MANFAAT PENULISAN
a. Bagi peneliti
Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam bidang asuhan
keparawatan (ASKEP). Menambah wawasan peneliti mengenai penyakit
Faringitis itu sendiri.
b. Bagi petugas pelayanan kesehatan
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam
memberikan asuhan keperawatan pada penderita dengan gangguan sistim
urogenital khususnya faringitis, sehingga dapat mengurangi tingkat
kejadian penderita faringitis dan meningkatkan mutu dan kualitas
pelayanan kesehatan.
c. Bagi pasien/masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sarana informasi
dan menambah pengetahuan tentang penyakit faringitis di masyarakat
sehingga dapat mengurangi/menekan angka kejadian penderita faringitis.
E. METODE PENULISAN
Dalam penulisan ini penulis menggunakan metode deskriptif dengan
pendekatan study kasus yaitu dengan menggunakan proses keperawatan dengan
tahapan pengambilan data :
1. Wawancara langsung dengan tanya jawab pada klien, keluarga,
pembimbing.
2. Observasi yaitu dengan cara mengamati langsung pada saat melakukan
asuhan keperawatan
3. Pengkajian fisik sebelum melakukan perencanaan dan tindakan
keperawatan.
4. Study Dokumentasi yaitu melalui catatan medis/keperawatan
5. Study Pustaka melalui literature buku-buku keperawatan, kedokteran dan
media internet.
F. SISTEMATIKA PENULISAN
Makalah ini terdiri dari lima bab yang disusun secara sistematika dengan
urutan sebagai berikut :
Bab I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan, ruang lingkup,
metode Penulisan dan sistematika penulisan.
Bab II : Tinjauan teori yang terdiri dari Pengertian. Etiologi, Patofisiologi,
Pengkajian Keperawatan, Diagnosa Keperawatan, Perencanaan Keperawatan,
Pelaksanaan Keperawatan, Evalusi Keperawatan
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
a. Faringitis akut, radang tenggorok yang masih baru, dengan gejala nyeri
tenggorok dan kadang disertai demam dan batuk.
b. Faringitis kronis, radang tenggorok yang sudah berlangsung dalam
waktu yang lama, biasanya tidak disertai nyeri menelan, cuma terasa
ada sesuatu yang mengganjal di tenggorokan.
2. Etiologi
Sebelum memberi pengobatan, sangat penting bagi para dokter untuk
mencari penyebab radang tenggorokan guna menegakkan diagnosa yang
benar dengan tujuan mencegah pemberian antibiotik yang tidak tepat bagi
sebagian besar penderita radang tenggorokan karena dapat menimbulkan
organisme yang resisten terhadap antibiotik.
Dokter akan memeriksa tenggorokan dan kelenjar getah bening di leher.
Pendekatan lanjutannya adalah dengan tes usap tenggorokan untuk
mengetahui ada atau tidaknya bakteri.
Usap tenggorokan perlu dilakukan jika ada dugaan diagnosis radang
tenggorokan akibat bakteri streptokokus berdasarkan temuan klinis dan
epidemiologis dan pasien belum mengkonsumsi antibiotik.
Kultur hasil usap tenggorokan biasanya merupakan satu-satunya tes yang
dibutuhkan. Namun sensitivitas terhadap antibiotik juga perlu dilakukan pada
pasien yang alergi terhadap penisilin karena adanya bakteri streptokokus yang
resisten terhadap eritromisin.
Baik pada infeksi virus maupun bakteri, gejalanya sama yaitu nyeri
tenggorokan dan nyeri menelan. Selaput lendir yang melapisi tenggorokkan
yang mengalami peradangan berat atau ringan akan tertutup selaput yang
berwarna keputihan atau mengeluarkan nanah. Penyebab Faringitis atau
Penyakit Radang Tenggorokan, yaitu;
a. Virus,
hampir 80% Penyakit Radang Tenggorokan disebabkan oleh virus,
dapat menyebabkan demam, Batuk, dan pilek. Dimana batuk dan
lendir (ingus) dapat membuat tenggorokan teriritasi
b. Virus coxsackie (hand, foot, and mouth disease)
c. Alergi yang dapat menyebabkan iritasi tenggorokan ringan yang
bersifat menetap
d. Bakteri streptokokus,
dipastikan dengan Kultur tenggorok. Tes ini umumnya dilakukan
di laboratorium menggunakan hasil usap tenggorok pasien. Dapat
ditemukan gejala klasik dari kuman streptokokus seperti nyeri hebat
saat menelan, terlihat bintik-bintik putih, muntah dan bernanah pada
kelenjar amandelnya, disertai pembesaran kelenjar amandel
e. Merokok.
Kebanyakan radang tenggorokan disebabkan oleh dua jenis infeksi
yaitu virus dan bakteri. Sekitar 80% radang tenggorokan disebabkan
oleh virus dan hanya sekitar 10-20% yang disebabkan bakteri.
Untuk dapat mengatasinya, penting untuk mengetahui infeksi yang
disebabkan oleh virus atau bakteri streptokokus.
Infeksi virus biasanya merupakan penyebab selesma (pilek) dan influenza
yang kemudian mengakibatkan terjadinya radang tenggorokan. Selesma
biasanya sembuh sendiri sekitar satu mingguan begitu tubuh kita membentuk
antibodi melawan virus tersebut.
Pada kasus ringan karena infeksi virus tidak harus ke dokter karena cukup
diberi obat penghilang rasa sakit atau demam. Pada kasus tertentu yang bukan
disebabkan karena virus mungkin perlu dilakukan pemeriksaan dokter.
Pengobatan dengan antibiotik tidak akan efektif untuk mengobati infeksi
virus. Sebaliknya, pemberian antibiotik dapat menimbulkan resistensi atau
kekebalan kuman terhadap antibiotik.
Saat kuman telah kebal terhadap antibiotik tersebut, bila antibiotik kita
gunakan, akan tidak ampuh lagi dalam membunuh kuman. Akibatnya,
penyakit yang diderita tidak akan sembuh.
3. Anatomi
Faring adalah suatu kantong fibromuskuler yang bentuknya seperti corong,
yang besar di bagian atas dan sempit di bagian bawah. Kantong ini mulai dari
dasar tengkorak terus menyambung ke esofagus setinggi servikal ke-6. Ke
atas faring berhubungan dengan rongga hidung melalui koana, ke depan
berhubungan dengan rongga mulut melalui ismus orofaring, sedangkan
dengan laring di bawah berhubungan melalui aditus laring dan ke bawah
berhubungan esofagus. Panjang dinding posterior faring pada orang dewasa
kurang lebih 14 cm; bagian ini merupakan bagian dinding faring yang
terpanjang. Dinding faring dibentuk oleh (dari dalam keluar) selaput lendir,
fasia faringobasiler, pembungkus otot dan sebagian fasia bukofaringeal.
Faring terbagi atas nasofaring, orofaring dan laringofaring (hipofaring).
Unsur-unsur faring meliputi mukosa, palut lendir (mucous blanket) dan otot.
Bentuk mukosa faring bervariasi, tergantung letaknya. Pada nasofaring
karena fungsinya untuk respirasi, maka mukosanya bersilia, sedangkan
epitelnya torak berlapis yang mengandung sel goblet. Di bagian bawahnya,
yaitu orofaring dan laringofaring, karena fungsinya untuk saluran cerna,
epitelnya gepeng berlapis dan tidak bersilia. Di sepanjang faring dapat
ditemukan banyak sel jaringan limfoid yang terletak dalam rangkaian jaringan
ikat yang termasuk dalam sistem retikuloendotelial. Oleh karena itu faring
dapat disebut juga daerah pertahanan tubuh terdepan.
Daerah nasofaring dilalui oleh udara pernapasan yang diisap melalui
hidung. Di bagian atas, nasofaring ditutupi oleh palut lendir yang terletak atas
silia dan bergerak sesuai dengan arah gerak silia ke belakang. Palut lendir ini
berfungsi untuk menangkap partikel kotoran yang terbawa oleh udara yang
diisap. Palut ini mengandung enzim Lyzozyme yang penting untuk proteksi.
Otot faring tersusun dalam lapisan melingkar (sirkuler) dan memenjang
(longitudinal). Otot-otot yang sirkuler terdiri dari m.konstriktor faring
superior, media dan inferior. Otot-otot ini terletak di sebelah luar, berbentuk
kipas dengan tiap bagian bawahnya menutup sebagian otot bagian atasnya
dari belakang. Kerja otot konstriktor untuk mengecilkan lumen faring. Otot-
otot yang longitudinal adalah m.stilofaring dan m.palatofaring. M.stilofaring
gunanya untuk melebarkan faring dan menarik rahang, sedangkan
m.palatofaring mempertemukan ismus orofaring dan menaikkan bagian
bawah faring dan laring. Jadi kedua otot ini bekerja sebagai elevator. Kerja
kedua otot ini penting pada waktu menelan.
4. Epidemiologi
Epidemiologi terjadi pada anak dan dewasa, yaitu: pada anak rata-rata
terdapat 5 kali infeksi saluran pernafasan bagian atas dan pada orang dewasa
hampir separuhnya.
5. Patogenesis/Patofisiologi
Pada infeksi faringitis, virus atau bakteri secara langsung menginvasi
mucosa pada rongga tenggorokan, menyebabkan suatu respon inflamasi lokal,
berbeda halnya dengan virus, seperti rhinovirus, dapat mengiritasi mukosa
rongga tenggorokan. Streptococcal infeksi/peradangan ditandai oleh
pelepasan dan invasi toksin ekstra seluler lokal dan proteases.
6. Gambaran Klinis
Gejala Lain Radang Tenggorokan, yaitu:
b. Demam.
c. Pembesaran kelenjar getah bening di leher.
d. Peningkatan jumlah sel darah putih.
Gejala tersebut bisa ditemukan pada infeksi karena virus maupun bakteri,
tetapi lebih merupakan gejala khas untuk infeksi karena bakteri. Gejala umum
radang tenggorokan akibat infeksi virus sebagai berikut:
a. Rasa pedih atau gatal dan kering.
b. Batuk dan bersin.
c. Sedikit demam atau tanpa demam.
d. Suara jadi serak atau parau.
e. Hidung basah dan adanya cairan di belakang hidung.
Infeksi bakteri memang tidak sesering infeksi virus, tetapi dampaknya bisa
lebih serius. Umumnya, radang tenggorokan diakibatkan oleh bakteri jenis
streptokokus sehingga disebut radang streptokokus.
Seringkali seseorang menderita infeksi streptokokus karena tertular orang
lain yang telah menderita radang 2-7 hari sebelumnya. Radang ini ditularkan
melalui sekresi hidung atau tenggorokan. Gejala umum radang streptokokus
berikut :
a. Tonsil dan kelenjar leher membengkak
b. Bagian belakang tenggorokan berwarana merah cerah dengan bercak-
bercak putih.
c. Demam seringkali lebih tinggi dari 38 derajat celsius dan sering
disertai rasa menggigil
d. Sakit waktu menelan.
Radang streptokokus memerlukan bantuan dokter karena bila
penyebabnya adalah kuman streptokokus dan tidak mendapat antibiotik yang
memadai maka penyakit akan bertambah parah dan kuman dapat menyerang
katup jantung sehingga menimbulkan penyakit Demam Rhematik.
Gejala dan tanda faringitis akut adalah nyeri tenggorok, sulit menelan,
demam, mual dan kelenjar limfe leher membengkak. Pada pemeriksaan
tampak hiperemis, udem dan dinding posterior faring bergranular.
Streptococcus group A merupakan bakteri penyebab faringitis akut yang
paling sering, kira-kira 15%-30% kasus pada anak-anak, dan 5% -10% pada
oang dewasa. Biasanya terdapat riwayat infeksi tenggorokan oleh bakteri
Streptococcus sebelumnya. Insidensi faringitis yang disebabkan oleh
streptococcus meningkat pada musim dingin. Gejala dapat berupa rasa sakit
pada tenggorokan, nyeri saat menelan, demam, pusing, nyeri perut, mual dan
muntah. Sedangkan tanda-tanda yang dapat dilihat yaitu adanya eritema
faring dan tonsil, eksudat pada faring dan tonsil, petechiae palatine, edema
uvula, limfadenopati servikalis anterior. Tidak semua pasien didapati dengan
semua gejala tersebut, banyak pasien datang dengan gejala yang ringan dan
tanpa eksudatif.Anak-anak dibawah tiga tahun dapat disertai coryza dan
krusta hidung.Faringitis dengan eksudat jarang terjadi pada umur ini. Pada
infeksi virus, gejala disertai dengan konjungtivitis, coryza, malaise, fatigue,
serak, dan demam yang tidak tidak terlalu tinggi. Faringitis pada anak dapat
disertai dengan diare, nyeri perut, dan muntah.
Gejala dan tanda faringitis akut adalah nyeri tenggorok, sulit menelan,
demam, mual dan kelenjar limfe leher membengkak. Pada pemeriksaan
tampak hiperemis, udem dan dinding posterior faring bergranula
7. Komplikasi
a. Komplikasi umum faringitis terutama tampak pada faringitis karena
bakteri yaitu: sinusitis, otitis media, epiglotitis, mastoiditis, dan
pneumonia. Kekambuhan biasanya terjadi pada pasaien dengan
pengobatan yang tidak tuntas pada pengobatan dengan antibiotik, atau
adanya paparan baru.
b. Demam rheumatic akut (3-5 minggu setelah infeksi), poststreptococcal
glomerulonephritis, dan toxic shock syndrome, peritonsiler abses,
c. Komplikasi infeks mononukleus meliputi: ruptur lien, hepatitis,
Guillain Barré syndrome, encephalitis, anemia hemolitik, myocarditis,
B-cell lymphoma, dan karsinoma nasofaring.
Terjadinya komplikasi radang tenggorokan kerapkali diabaikan, karena
pada umumnya ringan. Padahal pada sebagian kasus, sekitar 10%-20%, jika
dibiarkan berlarut-larut, radang ini bisa memicu munculnya penyakit lain.
Hampir semua orang pernah mengalami nyeri tenggorokan.
Namun, tidak banyak orang yang mau memeriksakan ke dokter sebelum
nyeri tenggorokannya menjadi parah. Bahkan, biasanya penderita baru pergi
ke dokter saat radang parah atau nyaris tidak sanggup lagi menelan makanan.
Dalam terminologi kesehatan, radang tenggorokan biasa disebut dengan
sore throat atau Pharyngitis. Keluhan yang muncul bervariasi, dari sekadar
rasa gatal di tenggorokan sampai nyeri berat sehingga menelan ludah pun
terasa menyakitkan.
Bukan hanya itu saja, stres dan kerja berlebihan dapat memperlemah
sistem pertahanan tubuh dan memicu infeksi tenggorokan. Penyebab radang
tenggorokan ada bermacam-macam antara lain infeksi virus, infeksi bakteri,
alergi dan iritasi.
Pharyngitis karena virus dan bakteri dapat ditularkan melalui ludah, yang
menyebar saat batuk (drooplet infection) atau melalui tangan atau barang
pribadi penderita yang terkontaminasi. Rata-rata masa inkubasi radang
tenggorok antara 2-5 hari.
Namun bila disebabkan virus, masa inkubasinya berkisar antara 3 hari
hingga 2 minggu. Infeksi yang disebabkan virus influenza bersifat menular
dan sangat mudah tersebar. Pada kondisi ini, peradangan berlangsung sekitar
tiga sampai sepuluh hari. Umumnya, peradangan terasa lebih berat pada pagi
hari dan akan membaik seiring berjalannya hari.
Biasanya disertai rasa lemas, menurunnya nafsu makan, demam, dan
batuk. Sakit tenggorokan juga ditemukan pada infeksi virus lainnya seperti
bisul dan campak. Tubuh memerlukan satu minggu untuk membangun
antibodi untuk menghancurkan virus-virus tersebut.
Infeksi Mononucleosis, atau yang umumnya disebut Mono disebabkan
Virus Epstein Barr, dan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk sembuh.
Virus ini memengaruhi sistem limpa sehingga menyebabkan pembesaran
pada amandel dan muncul bercak putih pada permukaannya. Selain itu, juga
terjadi pembengkakan pada pembuluh di leher.
Infeksi seperti ini biasanya menimbulkan sakit tenggorokan yang parah,
sehingga membuat si penderita kesulitan bernapas. Virus ini juga
menyebabkan kelelahan luar biasa yang dapat berlangsung lebih dari enam
minggu.
Terkadang virus ini juga menyerang hati dan menyebabkan sakit kuning.
Walaupun Mono diberi nama panggilan Kissing Disease, ia tidak hanya bisa
ditularkan melalui ludah. Penularan juga dapat terjadi dari mulut ke tangan,
kemudian dari tangan ke mulut atau dari penggunaan handuk atau alat-alat
makan bersama.
Untuk bakteri, yang paling umum dan paling serius dalam hal komplikasi
adalah grup A betahemolitis streptococcus. Bakteri ini menyebabkan penyakit
strep throat dan diasosiasikan dengan kerusakan klep di jantung (demam
rematik) dan ginjal (nephritis), tonsillitis, radang paru, sinusitis, dan infeksi
telinga.
Penyebab sakit tenggorokan yang lain adalah laryngo-pharyngeal reflux
(LPR). Pada penderita alergi biasanya mengalami sakit di tenggorokan pada
pagi hari saat asam lambung naik ke atas dan masuk bagian belakang
tenggorokan.Pada tenggorokan terasa ada benjolan dan berasa asam.Penderita
sering mengeluarkan dahak untuk membersihkan tenggorokan.
Oleh karena itu, alangkah bijak jika kita tidak mengabaikan atau
membiarkan nyeri radang tenggorokan menjadi parah hingga menyebabkan
komplikasi. Semoga bermanfaat dan menambah wawasan kita semua.
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pada pemeriksaan dengan mempergunakan spatel lidah, tampak tonsil
membengkak, hiperemis, terdapat detritus, berupa bercak (folikel, lakuna,
bahkan membran). Kelenjar submandibula membengkak dan nyeri tekan,
terutama pada anak.
b. Pemeriksaan Biopsi
Contoh jaringan untuk pemeriksaan dapat diperoleh dari saluran
pernapasan (sekitar faring) dengan menggunakan teknik endoskopi.
Jaringan tersebut akan diperiksa dengan mikroskop untuk mengetahui
adanya peradangan akibat bakteri atau virus.
c. Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan sputum makroskopik, mikroskopik atau bakteriologik
penting dalam diagnosis etiologi penyakit.Warna bau dan adanya darah
merupakan petunjuk yang berharga.
d. Pemeriksaan Laboratorium
1) Sel darah putih (SDP)
Peningkatan komponen sel darah putih dapat menunjukkan adanya
infeksi atau inflamasi.
2) Analisa Gas Darah
Untuk menilai fungsi pernapasan secara adekuat, perlu juga
mempelajari hal-hal diluar paru seperti distribusi gas yang diangkut
oleh sistem sirkulasi.
9. Petalaksanaan Medis
a. Antibiotik golongan penicilin atau sulfanomida
1) Faringitis streptokokus paling baik diobati peroral dengan penisilin
(125-250 mg penisilin V tiga kali sehari selama 10 hari)
2) Bila alergi penisilin dapat diberikan eritromisin (125 mg/6 jam untuk
usia 0-2 tahun dan 250 mg/6 jam untuk usia 2-8 tahun) atau
klindamisin.
b. Tirah Baring
c. Pemberian cairan yang adekuat
d. Diet ringan
e. Obat kumur hangat.
Berkumur dengan 3 gelas air hangat. Gelas pertama berupa air
hangat sehingga penderita dapat menahan cairan dngan rasa enak. Gelas
kedua dan ketiga dapae diberikan air yang lebihhangat.Anjurkan setiap 2
jam. Obatnya yaitu:
1) Cairan saline isotonik (½ sendok teh garam dalam 8 oncesair hangat)
2) Bubuk sodium perbonat (1 sendok teh bubuk dalam 8 ounces air
hangat). Hal ini terutama berguna pada infeksi vincent atau penyakit
mulut. (1 ounce = 28 g)
f. Pendidikan Kesehatan.
1) Instruksikan pasien menghindari kontak dengan orang lain sampai
demam hilang. Hindari penggunaan alkohol, asap rokok, tembakau dan
polutan lain.
2) Anjurkan pasien banyak minum. Berkumur dengan larutan normal
salin dan pelega tenggorokan bila perlu.
3. Intervensi
a. DX I
Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi
NOC:
NOC 1: Level Nyeri
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri
pasien berkurang / hilang dengan skala hasil 4
Kriteria Hasil:
1) Laporkan frekuensi nyeri
2) Kaji frekuensi nyeri
3) Lamanya nyeri berlangsung
4) Ekspresi wajah terhadap nyeri
5) Kegelisahan
6) Perubahan TTV
7) Tabel Skala Nyeri
Skala 0 1 - 3 4 - 6 7 - 9 10
Tingkatan Nyeri Tidak Nyeri Nyeri Ringan Nyeri
Sedang Nyeri Berat Tak Tertahankan
NOC 2: Kontrol Nyeri
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri
pasien terkontrol dengan skala hasil 4
Kriteri Hasil:
Mengenal faktor penyebab
1) Gunakan tindakan pencegahan
2) Gunakan tindakan non analgetik
3) Gunakan analgetik yang tepat
Ket Skala:
1 = Tidak pernah menunjukkan
2 = Jarang menunjukkan
3 = Kadang menunjukkan
4 = Sering menunjukkan
5 = Selalu menunjukkan
NIC: Manajemen Nyeri
a. Kaji secara menyeluruh tentang nyeri termasuk lokasi, durasi,
frekuensi, intensitas, dan faktor penyebab.
b. Observasi isyarat non verbal dari ketidaknyamanan terutama
jika tidak dapat berkomunikasi secara efektif.
c. Gunakan tindakan lokal (berkumur, menghisap, kompres
hangat) untuk mengurangi sakit tenggorok.
d. Berikan analgetik dengan tepat.
e. Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa
lama akan berakhir dan antisipasi ketidaknyamanan dari
prosedur.
f. Ajarkan teknik non farmakologi (misalnya: relaksasi, guide,
imagery, terapi musik, distraksi)
4. Evaluasi
DX Kriteria Hasil Ket Skala
a. NOC 1
1) Laporkan frekuensi nyeri
2) Kaji frekuensi nyeri
3) Lamanya nyeri berlangsung
4) Ekspresi wajah terhadap nyeri
5) Kegelisahan
A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS KLIEN
Nama Klien : Tn. A
Jenis Kelamin :L
Umur : 28 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : PNS
Pendidikan : S1 Kuangan
Alamat : kel. Tawa melewe
Diagnosa Medis : Faringitis
2. RIWAYAT KEPERAWATAN
a. Riwayat kesehatan sekarang
1) Keluhan Utama : Klien mengeluh panas
b. Kronologis keluhan
Klien datang ke UGD BLUD RS konawe pada tanggal 25
September 2017 dengan keluhan panas, sakit tenggorokan dan
filek. Keluhan dirasakan sejak 3 hari yang lalu, sebelumnya klien
di bawa berobat ke puskesmas, namun karena keadaan klien tidak
kunjung membaik akhirnya klien di bawa ke BLUD RS konawe
dan harus dirawat di ruang mawar Kelas. dengan diagnosa
faringitis.
Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 26 September 2017
pukul 21.00 WIB, keadaan klien tampak lemah, klien mengeluh
masih panas sakit tenggorokan,dan pilek. Adapun hasil dari
pemeriksaan fisik adalah sebagai berikut:
Suhu : 39,2˚ C
Berat badan : 24 Kg.
Nadi : 92x/menit
Respirasi : 22x/menit
Tekanan darah : Tidak Terkaji
c. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Klien mengatakan sebelumnya klien belum pernah dirawat di
rumah sakit dengan penyakit yang sama seperti sekarang, klien
tidak pernah menderita penyakit lain, klien juga tidak mempunyai
riwayat alergi terhadap makanan maupun obat.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Menurut klien, dikeluarganya tidak ada yang menderita penyakit
yang sama dengan klien, dan klien pun tidak memiliki riwayat
penyakit kronis.
e. Riwayat psikososial dan spiritual
keluarga klien mengatakan sosialisasi klien dengan keluarga dan
orang lain sangat baik, klien terlihat cemas dengan keadaan yang di
alaminya sekarang. Keluarga selalu berharap dan berdoa agar
klien cepat sembuh.
f. Pola Kebiasaan Sehari-Hari
No Jenisaktivitas Saatsehat / di rumah Saat sakit / di
RS
1. Nutrisi
makan
a. Frekuensi 3x sehari 3x sehari
b. Jenismakanan Nasi,lauk Bubur +lauk
pauk,makanan pauk
ringan,
c. Porsi makan 1 porsi habis Tidak habis
d. Nafsu makan Baik Kurang Baik
e. Kesulitan/ gangguan Tidak ada Kesulitan
menelan
Minum
a. Jenis air minum Susu, Es, air putih Air putih
b. Jumlah 4 gelas/hari 4-5 gelas/ hari
c. Kesulitan / gangguan - Kesulitan
menelan
2. Eliminasi
a. Eliminasi fecal
1) Frekuensi 1-2x/hari 1x/hari
2) Warna Kuning khas Tidak terkaji
3) Konsistansi Lembek Tidak terkaji
4) Kesulitan / gangguan Tidak ada Tidak ada
b. Eliminasi urine
1) Frekuensi 3-4x/hari 1x
2) Warna, bau urine Kuning jernih, khas Kuning, khas
3) Apakah terpasang kateter Tidak Tidak
Personal hygiene
3. a. Mandi
b. Oral hygiene 2x sehari Di seka
c. Cuci rambut 1-2x sehari 1x/hari
d. Potong kuku 2x sehari 1x/hari
Istirahat / tidur 1x dalam seminggu 1x/minggu
4.a. Waktu tidur
b. Durasi tidur Malam hari Malam hari
c. Bangun malam hari 8 jam 6 jam
d. Gangguan dalam tidur Tidak Ya
Tidak ada ↑↓ Panas
g. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan Umum
Kesadaran :composmentis
2) Tanda-tanda vital
Suhu : 39,2˚ C
Berat badan : 24 Kg.
Nadi : 92x/menit
Respirasi : 22x/menit
Tekanan Darah : Tidak Terkaji
3) Sistem penglihatan
Posisi mata simetris, kelopak mata normal, konjungtiva
an anemis, seklerea an ikhterik, pupil isokor, kornea
normal, otot-otot mata baik, lapang pandang baik, fungsi
penglihatan baik (klien bisa melihat dan membaca papan
nama perawat)
4) Sistem pendengaran
Posisi telinga normal, aurikel baik tidak nyeri tekan,
kondisi telingan terdapat serumen, fungsi pendengaran baik
dengan klien selalu menjawab pertanyaan yang di berikan
perawat.
5) Sistem pernafasan
Frekuensi: 22 x/menit, posisi hidung simetris, pernafasan
normal, terdapat sumbatan sekret, ada batuk, suara nafas
tidak baik (ronchi (+), wheezing -/-), fungsi penciuman baik
klien bisa mencium bau dari aroma kayu putih.
6) Sistem kardiovaskuler
Irama jantung reguler, tidak terdapat bunyi jantung
tambahan, temperatur kulit hangat.
7) Sistem pencernaan
Gigi lengkap, keadaan sedikit kotor, nafas sedikit berbau,
nafsu makan baik, bab 1x/hari, bising usus 8x/menit,
abdomen tidak kembung, flatus baik, tidak ada gejala susah
BAB.
8) Sistem genetalia
Klien tidak bersedia untuk di periksa pada daerah genitaliany
9) Sistem saraf pusat
Tingkat kesadaran : compos mentis
GCS:
Respon membuka mata : 4 (membuka secara
spontan)
Respon verbal : 5 (orientasi baik)
Respon motorik : 6 (melakukan perintah
baik)
4 + 5 + 6 = 15 compos mentis
NI(olfaktorius) :klien dapat mencium bau kayu
putih
NII(optikus) :klien dapat membaca papan
nama perawat
NIII(okulomotorius) : reflek pupil bereaksi terhadap
cahaya
NIV(troclearis) : otot otot mata klien dapat
mengikuti pergerakan yg di perintahkan perawat.
NV(trigeminus) : klien mampu menggigit
NVI(abducen) : mata klien dapat bergerak
NVII(facial) : fungsi pengacap klien baik
NVIII(auditorius) : fungsi pendengaran klien
baik(klien menjawab pertanyaan)
NIX(glosofaringeus) : klien dapat berbicara
NX(vagus) : klien tidak menelan dengan baik
NX1(asesorius) : klien dapat menggerakan bahu
dengan baik
NXII(hipoglosus) : klien mampu menggerakan
lidah.
10) Sistem Muskuloskletal Terpasang infus di tangan kanan,
,kekuatan tonus otot
11) Sistem integument :Turgor kulit baik, warna kulit coklat
gelap.
h. Data penunjang
i. Penatalaksanaan / therapy
1) Infus RL 20 tts/ menit
2) Cefotaxim 2x 1/ 600 mg
3) Antrain 2x1 250 mg
j. Analisa data
N Analisa Data Etiologi Masalah
o
1.DS : klien Virus / Bakteri Peningkatansuhu tub
mengeluh uh
badannya Lapisan epitel dinding faring
panas
DO: klien
tampak lemah
S = 39.2 ˚ C proses inflamasi radang
N=
92x/menit bakteri melepas endotoksi
R : 22x/menit merangsang tubuh untuk melepas
zat pathogen oleh leukosit
Impuls disampaikan ke
hypothalamus bagian termoregulator
Hiperthermi
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN.
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungandengan adanya peradangan
2. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada tenggorokan
3. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan secret
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kesulitan menelan
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
D. IMPLEMENTASI
Tangga No.
No l Dx. Implementasi Respon Ttd
Kep
1. I Mengukur tanda-tanda Klien bersedia
vital dengan hasil s:
Memonitortemperature t 37.7˚ C N:
ubuhsecara teratur 94x/menit R:
20x/menit
Klien bersedia
dan mau di
periksa dalam
Kolaborasipemberian an jangka waktu
tibiotik, antipiretik - Malam : 37,0°C
- Pagi : 37,6° C
- Sore : 37,0° C
Klien bersedia
saat dilakukan
pemberian terapi
injeksi
Cefotaxim
2x600mg
antrain 2 x 250
mg
2 15-01- II Mengkaji ulang tingkatn klien mengatakan
2013 yeri masih terasa sakit
tenggorokan bila
Mengajarkan teknikrelak klien makan atau
sasi berbicara
klien mengerti
mengkaji TTV dan mencoba
untuk melakukan
tehnik relaksasi(
tarik nafas dalam,
mengatur
berkolaborasi dalampem posisi menjadise
berian analgetik mi powler)
klien kooperatif
dengan hasil
S: 37,7˚ C
N: 94x/menit
R: 20x/menit
klien bersedia
untuk di
injeksi(thorasix) d
engan terapi :
antrain 2x 250mg
E. EVALUASI
Ttd&
No Tgl, DX Evaluasi NamaPerawat
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas laporan studi kasus yang akan di uraikan
sesuaidengan tahap dalam proses keperawatan, serta membahas masalah
kesenjangan antarateori dan kenyataan (kasus) yang di peroleh selama melakukan
perawatan pada klien Tn ”A”Dengan Gangguan faringitis di BLUD RS konawe.
1. Pengkajian
Berdasarkan hasil dari pengkajian melalui pengumpulan data didapatkana.
a. Klien mengatakan badanya panas
b. Klien mengatakan nyeri tenggorokan.
c. Klien mengatakan tidak bisa makan karena sakit saat menelan
d. Klien mengatakan hidungnya tersumbat karena adanya sekret
Sedangkan menurut teori pada klien terdapat gejala: nyeri tenggorokan,
nyeri telan, demam, eksoriasi hidup disertai lesi impetigo sekunder. Berdasarkan
hal tersebut diatas tidak terjadi kesenjangan antara teori dengan kenyataan yang
ada di lapangan. Hal ini karena data yang terdapat dalam teori ditemukan juga
pada kasus.
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan analisis data yang penulis lakukan bahwa diagnosa
keperawatanyang didapatkan pada Ny. “N” dengan “Infeksi saluran
kemih“ adalah :
a. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan adanya peradangan
b. Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi pada tenggorokan
c. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan
intake yang kurang dengan kesulitan menelan
d. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan
dengan penumpukan secret
Sedangkan menurut teori, bahwa diagnosa keperawatan yang
lazimmuncul pada pasien Infeksi saluran kemih adalah :
3. PERENCANAAN
a. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan adanya peradangan
Rencana tindakan teori dan pada kasus yang sama, adalah :
1) Ukur tanda-tanda vital
2) Monitor temperature tubuh secara teratur
3) Kolaborasi pemberian antibiotik, antipiretik
Pada rencana tindakan diatas tidak terjadi kesenjangan di mana yang ada dalam
teori dilakukan pada kasus.
4. Implementasi
a) Tindakan mandiri.
b) Observasi.
c) Health Education.
5. Evaluasi
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pada pengkajian faringitis , ada perbedaan antara teori dengan
kenyataan yang ada di lapangan. Hal ini karena data yang terdapat
dalam teori tidak ditemukan pada kasus. Demikian pula sebaliknya.
2. Terdapat satu diagnosa dalam teori namun tidak ditemukan di
lapangan adalah intoleransi aktivitas, Hal ini terjadi karena setiap
individu berbeda satu sama lain dalam merespon suatu penyakit
sehingga diagnosa yang didapatkan dalam teori tidak semuanya
bisa diangkat sebagai diagnosayang akan dikaji, tentunya dengan
melihat kenyataan yang ada dilapangan.
3. Semua intervensi keperawatan pada kasus dapat
diimplementasikan. Hal ini disebabkan karena klien dan keluarga
sangat kooperatif pada saat implementasi.
4. Semua masalah yang ditemukan pada kasus dapat teratas dalam 3
hari.
B. Saran
a) Untuk mencegah masalah keperawatan yang berkelanjutan
diharapkanperawatan secara komprehensif terhadap kasus
faringitis
b) Perlunya ditingkatkan pelayanan yang cepat untuk menghindari
infeksi silang dan gangguan kebutuhan psikologis sehingga klien
dan keluargamerasa nyaman dengan pelayanan di diberikan.
c) Sebagai perawat hendaknya lebih dekat dengan pasien dan
keluarganyaserta mengerti masalah sehingga dapat melakukan
asuhan keperawatansecara menyeluruh.
d) Untuk mengetahui efektifnya asuhan keperawatan klien dengan
faringitis, hendaknya kegiatan evaluasi dilakukan secara baik
danterus menerus dan menggunakan teknik sistem komunikasi
asuhan keperawatan, dengan menggunakan standar, kriteria dan
keberhasilan dan modifikasi rencana keperawatan sesuai dengan
masalah yang ada untuk mengetahui perkembangan klien.
e) Perawatan dengan pengobatan beriringan karena bagaimanapun
teraturnya pengobatan tanpa perawatan yang sempurna, maka
penyembuhan yang diharapkan tidak akan tercapai. Oleh karena itu
perlu diberi penjelasan pada orang tua atau keluarga mengenai