Disusun oleh :
AHMAD
NIM : 16.002
Diajukan oleh :
AHMAD
NIM : 16.002
Pembimbing
Mengetahui
Disusun Oleh :
AHMAD
NIM : 16.002
PENGUJI I PENGUJI II
NAMA : AHMAD
TEMPAT / TANGGAL LAHIR : PALARAHI, 03 OKTOBER 1997
AGAMA : ISLAM
JENIS KELAMAIN : LAKI-LAKI
ALAMAT : KELURAHAN PALARAHI
RIWAYAT PENDIDIKAN
Puji syukur saya panjatkan atas kehadit tuhan yang maha kuasa karena
berkat, rahmat, dan Karunia-Nya, sehingga penulisan karya tulis ilmiah dengan
judul ‘’ ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT KONSTIPASI
AHMAD
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .............................................................................. v
INTISARI.................................................................................................. vi
DAFTAR ISI ............................................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. viii
A. Latar belakang
Konstipasi adalah gejala defekasi yang tidak memuaskan,yang
ditandai oleh buang air besar kurang dari 3 kali dalam 1 minggu atau kesulitan
dalam evakuasi feses akibat feses yang keras. Konstipasi dipicu oleh berbagai
faktor risiko, di antaranya aktivitas fisik kurang, asupan makanan yang kurang,
diet rendah serat, obat-obatan, depresi, dan riwayat pelecehan seksual. Beberapa
kondisi klinis juga bisa menghadirkan konstipasi, misalnya penyakit saraf seperti
Parkinson dan stroke, penyakit metabolik: diabetes mellitus, hiperkalsemia, dan
hipotiroid, penyumbatan semu usus, atau secara mekanik memang ditemukan
tumor, penyumbatan usus, dan divertickulosis (Gerai, 2013).
1. Tujuan umum
Untuk memperoleh pengalaman tentang penerapan asuhan
keperawatan gangguan sistim urogenital Pada Tn. A. dengan Konstipasi
di Ruang Konstipasi RSUD Konawe.
2. Tujuan khusus
a. Mampu melakukan tahapan pengkajian asuhan keperawatan
Konstipasi
b. Mampu melakukan tahapan diagnose keperawatan asuhan keperawatan
Konstipasi
c. Mampu melakukan tahapan penentuan tujuan keperawatan Konstipasi
d. Mampu melakukan tahapan perencanaan asuhan keperawatan
Konstopasi
e. Mampu melakukan tahapan implementasi asuhan keperawatan
Konstipasi
f. Mampu melakukan tahapan evaluasi asuhan keperawatan Konstipasi
Mampu melakukan tahapan catatan perkembangan asuhan
keperawatan Konstipasi
D. MANFAAT PENULISAN
1. Bagi peneliti
Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam bidang asuhan
keparawatan (ASKEP). Menambah wawasan peneliti mengenai penyakit
Konstipasi itu sendiri.
2. Bagi petugas pelayanan kesehatan
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam
memberikan asuhan keperawatan pada penderita dengan gangguan sistim
urogenital khususnya Konstipasi, sehingga dapat mengurangi tingkat
kejadian penderita Konstipasi dan meningkatkan mutu dan kualitas
pelayanan kesehatan.
3. Bagi pasien/masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sarana informasi
dan menambah pengetahuan tentang penyakit Konstipasi di masyarakat
sehingga dapat mengurangi/menekan angka kejadian penderita Konstipasi.
E. Metode Penulisan
Dalam penulisan ini penulis menggunakan metode deskriptif dengan
pendekatan study kasus yaitu dengan menggunakan proses keperawatan dengan
tahapan pengambilan data :
1. Wawancara langsung dengan tanya jawab pada klien, keluarga,
pembimbing.
2. Observasi yaitu dengan cara mengamati langsung pada saat melakukan
asuhan keperawatan
3. Pengkajian fisik sebelum melakukan perencanaan dan tindakan
keperawatan.
4. Study Dokumentasi yaitu melalui catatan medis/keperawatan
5. Study Pustaka melalui literature buku-buku keperawatan, kedokteran dan
media internet.
F. Sistematika Penulisan
Karya Tulis Ilmiah terdiri dari dua bab yang disusun secara sistematika
dengan urutan sebagai berikut :
Bab I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, ruang lingkup, tujuan
penulisan, manfaat penulisan, metode Penulisan dan sistematika penulisan.
Bab II : Tinjauan teori yang terdiri dua bagian yaitu :
1. konsep dasar medik tardiri dari Pengertian. Etiologi, anatomi
fisiologi, Patofisiologi, gambaran klinik, komplikasi, pemeriksaan
diagnostik dan penatalaksanaan medik.
2. Konsep dasar keperawatan terdiri dari Pengkajian Keperawatan,
Diagnosa Keperawatan, Perencanaan Keperawatan, Pelaksanaan
Keperawatan, Evalusi Keperawatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Darah perifer lengkap
b. Glukosa dan elektrolit (terutama kalium dan kalsium) darah
c. Fungsi tiroid
d. CA
e. Anuskopi (dianjurkan dilakukan secara rutin pada semua pasien
dengan konstipasi untuk menemukan adalah fisura,ulkus, hemoroid,
dan keganasan)
f. Foto polos perut harus dikerjakan pada pasien konsitipasi, terutam
yang terjadinya akut untuk menditeksi adanya implaksi feses yang
dapat menyebabkan sumbatan dan perforasi kolon. Bila diperkirakan
ada sumbatan kolon, dapat dilanjutkan dengan barium enema untuk
memastikan tempat dan sifat sumbatan.
7. Penatalaksanaan Medik
a. Pencahar pembentuk tinja (pencahar bulk/bulk laxative)
Pencahar bulk merupakan 25% pencahar yang beredar di pasaran.
Sediaan yang ada merupakan bentuk serat alamiah non-wheat seperti
pysilium dan isophagula husk, dan senyawa sintetik seperti
metilselulosa. Bulking agent sistetik dan serat natural sama-sama
efektif dalam meningkatkan frekuensi dan volume tinja. Obat ini tidak
menyebabkan malabsorbsi zat besi atau kalsium pada orang usia lanjut,
tidak seperti bran yang tidak diproses. Pencahar bulk terbukti
menurunkan konstipasi pada orang usia lanjut dan nyeri defekai pada
hemoroid. Sama halnya dengan serat, obat ini juga harus diimbangi
dengan asupan cairan.
b. Pelembut tinja
Docusate seringkali direkomendasikan dan digunakan oleh orang
lanjut usia sebagai pencahar dan sebagai pelembut tinja. Docusate
sodium bertindak sebagaisurfaktan, menurunkan tegangan permukaan
feses untuk membiarakan air masuk dam memperlunak feses.
Docusate sebenarnya tidak dapat menolong konstipasi yang kronik,
penggunaannya sebaiknya dibatasi pada situasi dimana mangedan
harus dicegah.
c. Pencahar stimulan
Senna merupakan obat yang aman digunakan oleh orang usia
lanjut. Senna meningkatkan peristaltik di kolon distal dan
menstimulasi peristaltik diikuti dengan evakuasi feses yang lunak.
Pemberian 20 mg senna per hari selama 6 bulan oleh pasien berusia
lebih dari 80 tahun tidak menyebabkan kehilangan protein atau
elektrolit. Senna umumnya menginduksi evakuasi tinja 8-12 jam
setelah pemberian. Orang usia lanjut biasanya memerlukan waktu yang
lebih lama yakni sampai dengan 10 minggu sebelum mencapai
kebiasaan defekasi yang teratur. Pemberian sebelum tidur malam
mengurangi risiko inkontininsia fekal malam hari dan dosis juga harus
ditritasi berdasarkan respon individu. Terapi dengan Bisakodil
supositoria memiliki absorbsi sistemik minimal dan sangat menolong
untuk mengatasi diskezia rectal pada usia lanjut. Sebaiknya diberikan
segera setelah makan pagi secara supositoria untuk mendapatka efek
refleks gastrokolik. Penggunaan rutin setiap hari dapat menyebabkan
sensasi terbakar pada rectum, jadi sebaiknya digunakan secara rutin,
melainkan sekitar 3 kali seminggu.
d. Pencahar hiperosmolar
Pencahar hiperosmolar terdiri atas laktulosa disakarida dan
sorbitol. Di dalam kolon keduanya di metabolisme oleh bakteri kolon
menjadi bentuk laktat, aetat, dan asam dengan melepaskan
karbondioksida. Asam organik dengan berat molekul rendah ini secara
osmotic meningkatkan cairan intraluminal dan menurunkan pH feses.
Laktulosa sebagai pencahar hiperosmolar terbukti memperpendek
waktu transit pada sejumlah kecil penghni panti rawat jompo yang
mengalami konstipasi. Laktulosa dan sorbitol juga sama-sama
menunjukkan efektifitasnya dalam mengobati konstipasi pada orang
usia lanjut yang berobat jalan. Sorbitol sebaiknya diberikan 20-30
selama empat kali sehari. Glikol polietelin merupakan pencahar
hiperosmolar yang potensial yang mengalirkan cairan ke lumen dan
merupakan zat pembersih usus yang efektif. Gliserin adalah pencahar
hiperomolar yang dugunakan hanya dalam bentuk supositoria.
e. Enema
Enema merangsang evakuasi sebagai respon terhadap distensi
kolon; hasil yang kurang baik biasanya karena pemberian yang tidak
memadai. Enema harus digunakan secara hati-hati pada usia lanjut.
Pasien usia lanjut yang mengalami tirah baring mungkin membutuhkan
enema secara berkala untuk mencegah skibala. Namun, pemberian
enema tertentu terlalu sering dapat mengakibatkan efek samping.
Enema yang berasal dari kran (tap water) merupakan tipe paling aman
untuk penggunaan rutin, karena tidak menghasilkan iritasi mukosa
kolon. Enema yang berasal dari air sabun (soap-suds) sebaiknya tidak
diberikan pada orang usia lanjut.