Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT KONSTIPASI

KEPEDA Tn. A DIRUMAH BLUD RS KONAWE


RUANGAN ASOKA
TAHUN 2017

KARYA TULIS ILMIAH


Dianjurkan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir
Pendidikan Diplomat III Keperawatan

Disusun oleh :

AHMAD

NIM : 16.002

PROGRAM STUDI DIPLOMAT III KEPERAWATAN


PEMKAB KONAWE
HALAMAN PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah

ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT KONSTIPASI


KEPEDA Tn. A DIRUMAH BLUD RS KONAWE
RUANGAN ASOKA
TAHUN 2017

Diajukan oleh :
AHMAD
NIM : 16.002

Telah diperiksa dan disetujui


Pada tanggal 03 oktober 2017

Pembimbing

( Ns. Haryati, M.kep, Sp. KMB )


NIK. 20054637

Mengetahui

Direktur Akademi keperawatan Pemkab Konawe

YOSIN NGII, SKM.,M.Kes

NIP. 19710906 199103 2 00


HALAMAN PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT KONSTIPASI


KEPEDA Tn. A DIRUMAH BLUD RS KONAWE
RUANGAN ASOKA
TAHUN 2017

Karya tulis ilmiah

Disusun Oleh :
AHMAD
NIM : 16.002

Telah dipertahankan di depan dewan penguji Ujian


akhir program diplomat III keperawatan
pada tanggal 03 oktober 2017

PENGUJI I PENGUJI II

(SUTARMO ST.) (AGUS MIRWANTO S.kep)

NIK : 20064543 NIK : 40086633

Tugas akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyarat


Untuk memperoleh gelar ahli madya keperawatan
Mengetahui

Direktur Akademi keperawatan Pemkab Konawe

YOSIN NGII, SKM.,M.Kes

NIP. 19710906 199103 2 00


RIWAYAT HIDUP

NAMA : AHMAD
TEMPAT / TANGGAL LAHIR : PALARAHI, 03 OKTOBER 1997
AGAMA : ISLAM
JENIS KELAMAIN : LAKI-LAKI
ALAMAT : KELURAHAN PALARAHI

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. SD N 1 PALARAHI LULUS 2010


2. SMP N 1 WAWOTOBI LULUS 2013
3. SMA N 1 WAWOTOBI LULUS 2016
4. AKADEMI KEPERAWATAN ANGKATAN 2016
PEMKAB KONAWE
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan atas kehadit tuhan yang maha kuasa karena
berkat, rahmat, dan Karunia-Nya, sehingga penulisan karya tulis ilmiah dengan
judul ‘’ ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT KONSTIPASI

KEPEDA Tn. A DIRUMAH RSUD KONAWE RUANGAN


MAWAR TAHUN 2017 ‘’.
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis banyak mendapatkan
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat :
1. Yosin Ngii, selaku ketua Akademi keperawatan pemkab konawe yang
telah memberikan motivasi dan dukungan dalam menyelesaikan kasus
ini
2. Ns. Haryati, M.kep, Kp. KMB selaku dosen pembimbing yang cermat
dan kesabaran serta memberikan masukan dan inspirasi dalam
bimbingan serta demi sempurnanya kasus ini.
3. Sutarmo St, selaku dosen penguji I yang telah memberikan kritik dan
saran bersifat membangun hingga tersusunnya karya tulis ilmiah ini.
4. Agus Mirwanto, S.kep selaku dosen penguji II yang telah memberikan
kritik dan saran yang bermanfaat bagi penulis selama ujian
berlangsung dan demi sempurnaan karya tulis ilmiah ini.
5. Semua dosen Akademi Keperawatan Pemkab Konawe, yang telah
memberikan bimbingan baik berupa materi, wawasan serta ilmu yang
bermanfaat dengan begitu sabar.
6. Perpustakaan akademi kepperawatan pemkab konawe yang telah
membantu dalam mendapatkan refrensi yang diperlukan dalam
penulisan karya tulis ilmiah ini.
7. Pihak RSUD konawe beserta staf keperawatan, khususnya diruangan
mawar yang telah memberikan ijin dan kesempatan bagi penulis untuk
pengambilan data guna penyelesaian karya tulis ilmiah ini.
8. Ayah dan ibu, yang selalu memberikan Doa, motivasi, inspirasi,
dukungan dan semangat dalam menyelesaikan pendidikan program
Studi Diplomat III Keperawatan.
9. Saudara dan keluarga yang telah memberikan doa dan dukungan dalam
proses pendidikan.
10. Teman-teman mahasiswa akademi keperawatan pemkab konawe,
yang telah menjadi teman seperjuangan selama tiga tahun menempuh
pendidikan keperawatan dan dukungan serta doa dalaam
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Unaaha, 03 oktober 2017

AHMAD
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .............................................................................. v
INTISARI.................................................................................................. vi
DAFTAR ISI ............................................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. viii

BAB I PENDAHULUAN .........................................................................


A. Latar Belakang ..............................................................................
B. Ruang Lingkup ..............................................................................
C. Tujuan Penulisan ...........................................................................
1. Tujuan Umum .........................................................................
2. Tujuan Khusus ........................................................................
D. Manfaat penulisan .........................................................................
E. Metode penulisan ..........................................................................
F. Sistematika penulisan ....................................................................
BAB II TINJAUAN TEORITIS ...............................................................
A. Konsep Dasar Medik .....................................................................
1. Pengertian ISK ........................................................................
2. Penyebab ISK ..........................................................................
3. Anatomi Fisiologi ...................................................................
4. Patofisiologi ............................................................................
5. Gambaran Klinis .....................................................................
6. Komplikasi ..............................................................................
7. Pemeriksaan Diagnostik ..........................................................
8. Penatalaksanaan Medik ...........................................................
B. Konsep Dasar Keperawatan ..........................................................
1. Pengkajiaaan ...........................................................................
2. Diagnosa..................................................................................
3. Perencanaan.............................................................................
4. Evaluasi ...................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah


Lampiran 2 Surat Keterangan Selesai pengambilan Data
Lampiran 3 Asuhan Keperawatan
Lampiran 4 Daftar Riwayat Hidup
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Konstipasi adalah gejala defekasi yang tidak memuaskan,yang
ditandai oleh buang air besar kurang dari 3 kali dalam 1 minggu atau kesulitan
dalam evakuasi feses akibat feses yang keras. Konstipasi dipicu oleh berbagai
faktor risiko, di antaranya aktivitas fisik kurang, asupan makanan yang kurang,
diet rendah serat, obat-obatan, depresi, dan riwayat pelecehan seksual. Beberapa
kondisi klinis juga bisa menghadirkan konstipasi, misalnya penyakit saraf seperti
Parkinson dan stroke, penyakit metabolik: diabetes mellitus, hiperkalsemia, dan
hipotiroid, penyumbatan semu usus, atau secara mekanik memang ditemukan
tumor, penyumbatan usus, dan divertickulosis (Gerai, 2013).

Konstipasi sendiri sebenarnya bukanlah suatu penyakit, tetapi lebih


tepat disebut gejala yang dapat menandai adanya suatu penyakit atau masalah
dalam tubuh, misalnya terjadi gangguan pada saluran pencernaan (irritable bowel
syndrome), gangguan metabolisme (diabetes), maupun gangguan pada sistem
endokrin (hipertiroidisme) (Dipiro, et al, 2005).
Konstipasi biasanya menyebabkan anoreksia dan kurangnya kenaikan
berat badan, yang akan membaik jika konstipasinya diobati. Berbagai posisi
tubuh, menyilangkan kedua kaki, menarik kaki kanan dan kiri secara bergantian
ke depan dan belakang (seperti berdansa) merupakan manuver menahan feses dan
kadang kala perilaku tersebut menyerupai kejang. Selain itu, jika feses berada
lama di rektum, lebih banyak bakteri berkolonisasi di perineum sehingga akan
meningkatkan risiko infeksi saluaran kemih (Dianne, dkk., 2013).
Karena alasan tersebut, maka konstipasi tidak boleh dianggap sebagai hal
yang biasa dan tidak diberikan terapi. Sehingga, dibutuhkan suatu pedoman
penatalaksanaan untuk terapi konstipasi, agar obat-obat kosntipasi dapat
digunakan secara rasional.
B. Ruang Lingkup
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini hanya membatasi masalah
mengenai Asuhan Keperawatan pada klien Tn. A dengan infeksi saluran kemih
diruangan Asoka RSUD Konawe.

C. Tujuan Penulisan Penelitian

1. Tujuan umum
Untuk memperoleh pengalaman tentang penerapan asuhan
keperawatan gangguan sistim urogenital Pada Tn. A. dengan Konstipasi
di Ruang Konstipasi RSUD Konawe.
2. Tujuan khusus
a. Mampu melakukan tahapan pengkajian asuhan keperawatan
Konstipasi
b. Mampu melakukan tahapan diagnose keperawatan asuhan keperawatan
Konstipasi
c. Mampu melakukan tahapan penentuan tujuan keperawatan Konstipasi
d. Mampu melakukan tahapan perencanaan asuhan keperawatan
Konstopasi
e. Mampu melakukan tahapan implementasi asuhan keperawatan
Konstipasi
f. Mampu melakukan tahapan evaluasi asuhan keperawatan Konstipasi
Mampu melakukan tahapan catatan perkembangan asuhan
keperawatan Konstipasi

D. MANFAAT PENULISAN
1. Bagi peneliti
Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam bidang asuhan
keparawatan (ASKEP). Menambah wawasan peneliti mengenai penyakit
Konstipasi itu sendiri.
2. Bagi petugas pelayanan kesehatan
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam
memberikan asuhan keperawatan pada penderita dengan gangguan sistim
urogenital khususnya Konstipasi, sehingga dapat mengurangi tingkat
kejadian penderita Konstipasi dan meningkatkan mutu dan kualitas
pelayanan kesehatan.
3. Bagi pasien/masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sarana informasi
dan menambah pengetahuan tentang penyakit Konstipasi di masyarakat
sehingga dapat mengurangi/menekan angka kejadian penderita Konstipasi.
E. Metode Penulisan
Dalam penulisan ini penulis menggunakan metode deskriptif dengan
pendekatan study kasus yaitu dengan menggunakan proses keperawatan dengan
tahapan pengambilan data :
1. Wawancara langsung dengan tanya jawab pada klien, keluarga,
pembimbing.
2. Observasi yaitu dengan cara mengamati langsung pada saat melakukan
asuhan keperawatan
3. Pengkajian fisik sebelum melakukan perencanaan dan tindakan
keperawatan.
4. Study Dokumentasi yaitu melalui catatan medis/keperawatan
5. Study Pustaka melalui literature buku-buku keperawatan, kedokteran dan
media internet.

F. Sistematika Penulisan
Karya Tulis Ilmiah terdiri dari dua bab yang disusun secara sistematika
dengan urutan sebagai berikut :
Bab I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, ruang lingkup, tujuan
penulisan, manfaat penulisan, metode Penulisan dan sistematika penulisan.
Bab II : Tinjauan teori yang terdiri dua bagian yaitu :
1. konsep dasar medik tardiri dari Pengertian. Etiologi, anatomi
fisiologi, Patofisiologi, gambaran klinik, komplikasi, pemeriksaan
diagnostik dan penatalaksanaan medik.
2. Konsep dasar keperawatan terdiri dari Pengkajian Keperawatan,
Diagnosa Keperawatan, Perencanaan Keperawatan, Pelaksanaan
Keperawatan, Evalusi Keperawatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Medik


1. Definisi Konstipasi
Kata constipation atau konstipasi berasal dari bahasa
Latin constipare yang mempunyai arti ‘bergerombol bersama’, yaitu suatu
istilah yang berarti menyusun ke dalam menjadi bentuk padat. Baru pada
abad 16 istilah konstipasi digunakan pada keadaan ditemukan sejumlah
tinja terakumulasi di dalam kolon yang berdilatasi. Konstipasi merupakan
keadaan yang sering ditemukan pada anak dan dapat menimbulkan
masalah sosial maupun psikologis. Konstipasi lebih merupakan suatu
gejala klinis dibanding sebagai suatu penyakit tersendiri. Salah satu
kendala dalam mempelajari konstipasi adalah sulitnya menentukan
definisi kelainan ini. Terdapat tiga aspek penting untuk menentukan
adanya konstipasi, yaitu konsistensi tinja, frekuensi defekasi dan temuan
pada feses (Endyarni, 2004).
2. Etiologi
Konstipasi dapat terjadi karena beberapa faktor yaitu.
a. Kurang mengkonsumsi makanan yang berserat seperti buah-buahan
dan sayur-sayuran yang dapat membantu proses eliminasi.
b. Kebiasaan BAB yang tidak lancar. Pada dasarnya manusia sekurang-
kurangnya sehari sekali harus BAB, karena jika tidak maka vesen yang
didalam usus akan mengalami pengerasan yang mengakibatkan
konstipasi
c. Kurangnya aktivitas ini juga dapat menyebabkan konstipasi karena
kurangnya gerakan peristaltik diusus
d. Kurangnya asupan air putih
3. Patofisiologi Konstipasi
Proses normal defekasi diawali dengan teregangnya dinding rektum.
Regangan tersebut menimbulkan refleks relaksasi dari sfingter anus interna yang
akan direspon dengan kontraksi sfingter anus eksterna. Saat proses defekasi,
sfingter anus eksterna dan muskulus puborektalis mengadakan relaksasi
sedemikian rupa sehingga sudut antara kanal anus dan rektum terbuka,
membentuk jalan lurus bagi tinja untuk keluar melalui anus. Kemudian dengan
mengedan, yaitu meningkatnya tekanan abdomen dan kontraksi rektum, akan
mendorong tinja keluar melalui anus. Pada posisi jongkok, sudut antara anus dan
rektum ini akan menjadi lurus akibat fleksi maksimal dari paha. Hal ini akan
memudahkan proses defekasi dan tidak memerlukan tenaga mengedan yang kuat.
Pada posisi duduk, sudut antara anus dan rektum ini menjadi tidak cukup lurus
sehingga membutuhkan tenaga mengedan yang lebih kuat. Akibat semakin kuat
tenaga mengedan yang dibutuhkan, lama-kelamaan dapat menimbulkan kerusakan
pada daerah rektoanal yang dapat menimbulkan konstipasi dan hemorrhoid.
Proses defekasi yang normal memerlukan keadaan anatomi dan
persyarafan yang normal dari rektum, otot puborektal dan sfingter ani. Rektum
adalah organ sensitif yang mengawali proses defekasi. Tekanan pada dinding
rektum akan merangsang sistem saraf intrinsik rektum dan menyebabkan relaksasi
sfi ngter ani interna, yang dirasakan sebagai keinginan untuk defekasi. Sfingter
ani eksterna kemudian menjadi relaksasi dan feses dikeluarkan mengikuti
peristaltik kolon melalui anus. Bila relaksasi sfingter ani interna tidak cukup kuat,
maka sfingter ani eksterna akan berkontraksi secara reflek, selanjutnya sesuai
dengan kemauan. Otot puborektal akan membantu sfingter ani eksterna sehingga
anus mengalami konstriksi. Bila konstriksi sfingter eksterna berlangsung cukup
lama, refleks sfingter internus akan menghilang, sehingga keinginan defekasi juga
menghilang.
Pada konstipasi, feses yang terkumpul di rektum dalam waktu lama akan
menyebabkan dilatasi rektum. Akibatnya mengurangi aktivitas peristaltik yang
mendorong feses ke luar sehingga menyebabkan retensi feses yang lebih banyak.
Peningkatan volume feses pada rektum menyebabkan kemampuan sensorik
rektum berkurang sehingga retensi feses makin mudah terjadi.
4. Manifestasi klinis
Anamnesis yang terperinci merupakan hal terpenting untuk
mengungkapkan adakah konstipasi dan faktor resiko penyebabnya.
Konstipasi merupakan suatu keluhan klinis yang umum dengan berbagai
tanda dan keluhan lain yang berhubungan.
Pasien yang mengeluh konstipasi tidak selalu sesuai dengan
patokan-patokan yang obyektif. Misalnya jika dalam 24 jam belum BAB
atau ada kesulitan dan harus mengejan serta perasaan tidak tuntas untuk
BAB sudah mengira dirinya menderita konstipasi.
Beberapa keluhan yang mungkin berhubungan dengan konstipasi
adalah :
a. Kesulitan memulai dan menyelesaikan BAB
b. mengejan keras saat BAB
c. Massa feses yang keras dan sulit keluar
d. Perasaan tidak tuntas saat BAB
e. Sakit pada daerah rektum saat BAB
f. Rasa sakit pada perut saat BAB
g. Adanya perembesen feses cair pada pakaian dalam
h. Menggunakan jari-jari untuk mengeluarkan feses
i. Menggunakan obat-obatan pencahar untuk bisa BAB
5. Komplikasi
a. Komplikasi konstipasi mencakup hipertensi arterial, imfaksi fekal,
hemoroid dan fisura, serta megakolon.
b. Peningkatan tekanan arteri dapat terjadi pada defekasi. Mengejan saat
defekasi, yang mengakibatkan manuver valsava (mengeluarkan nafas
dengan kuat sambil glotis tertutup), mempunyai efek pengerutan pada
tekanan darah arteri. Selama mengejan aktif, aliran darah vena di dada
untuk sementara dihambat akibat peningkatan tekanan intratorakal
c. Imfaksi fekal terjadi apabila suatu akumulasi massa feses kering tidak
dapat dikeluarkan. Massa ini dapat diraba pada pemeriksaan manual,
dapat menimbulkan tekanan pada mukosa kolon yang mengakibatkan
pembentukan ulkus, dan dapat menimbulkan rembesan feses cair yang
sering.
d. Hemoroid dan fisura anal dapat terjadi sebagai akibat konstipasi.
Fisura anal dapat diakibatkan oleh pasase feses yang keras malalui
anus, merobek lapisan kanal anal. Hemoroid terjadi sebagai akibat
kongesti vaskuler perianal yang disebabkan oleh peregangan.
e. Megakolon adalah dilatasi dan atoni kolon yang disebkan oleh massa
fekal yang menyumbat pasase isi kolon. Gejala meliputi konstipasi,
inkontenensia fekal cair, dan distensi abdomen. Megakolon dapat
menimbulkan perforasi usus.

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Darah perifer lengkap
b. Glukosa dan elektrolit (terutama kalium dan kalsium) darah
c. Fungsi tiroid
d. CA
e. Anuskopi (dianjurkan dilakukan secara rutin pada semua pasien
dengan konstipasi untuk menemukan adalah fisura,ulkus, hemoroid,
dan keganasan)
f. Foto polos perut harus dikerjakan pada pasien konsitipasi, terutam
yang terjadinya akut untuk menditeksi adanya implaksi feses yang
dapat menyebabkan sumbatan dan perforasi kolon. Bila diperkirakan
ada sumbatan kolon, dapat dilanjutkan dengan barium enema untuk
memastikan tempat dan sifat sumbatan.

7. Penatalaksanaan Medik
a. Pencahar pembentuk tinja (pencahar bulk/bulk laxative)
Pencahar bulk merupakan 25% pencahar yang beredar di pasaran.
Sediaan yang ada merupakan bentuk serat alamiah non-wheat seperti
pysilium dan isophagula husk, dan senyawa sintetik seperti
metilselulosa. Bulking agent sistetik dan serat natural sama-sama
efektif dalam meningkatkan frekuensi dan volume tinja. Obat ini tidak
menyebabkan malabsorbsi zat besi atau kalsium pada orang usia lanjut,
tidak seperti bran yang tidak diproses. Pencahar bulk terbukti
menurunkan konstipasi pada orang usia lanjut dan nyeri defekai pada
hemoroid. Sama halnya dengan serat, obat ini juga harus diimbangi
dengan asupan cairan.
b. Pelembut tinja
Docusate seringkali direkomendasikan dan digunakan oleh orang
lanjut usia sebagai pencahar dan sebagai pelembut tinja. Docusate
sodium bertindak sebagaisurfaktan, menurunkan tegangan permukaan
feses untuk membiarakan air masuk dam memperlunak feses.
Docusate sebenarnya tidak dapat menolong konstipasi yang kronik,
penggunaannya sebaiknya dibatasi pada situasi dimana mangedan
harus dicegah.
c. Pencahar stimulan
Senna merupakan obat yang aman digunakan oleh orang usia
lanjut. Senna meningkatkan peristaltik di kolon distal dan
menstimulasi peristaltik diikuti dengan evakuasi feses yang lunak.
Pemberian 20 mg senna per hari selama 6 bulan oleh pasien berusia
lebih dari 80 tahun tidak menyebabkan kehilangan protein atau
elektrolit. Senna umumnya menginduksi evakuasi tinja 8-12 jam
setelah pemberian. Orang usia lanjut biasanya memerlukan waktu yang
lebih lama yakni sampai dengan 10 minggu sebelum mencapai
kebiasaan defekasi yang teratur. Pemberian sebelum tidur malam
mengurangi risiko inkontininsia fekal malam hari dan dosis juga harus
ditritasi berdasarkan respon individu. Terapi dengan Bisakodil
supositoria memiliki absorbsi sistemik minimal dan sangat menolong
untuk mengatasi diskezia rectal pada usia lanjut. Sebaiknya diberikan
segera setelah makan pagi secara supositoria untuk mendapatka efek
refleks gastrokolik. Penggunaan rutin setiap hari dapat menyebabkan
sensasi terbakar pada rectum, jadi sebaiknya digunakan secara rutin,
melainkan sekitar 3 kali seminggu.
d. Pencahar hiperosmolar
Pencahar hiperosmolar terdiri atas laktulosa disakarida dan
sorbitol. Di dalam kolon keduanya di metabolisme oleh bakteri kolon
menjadi bentuk laktat, aetat, dan asam dengan melepaskan
karbondioksida. Asam organik dengan berat molekul rendah ini secara
osmotic meningkatkan cairan intraluminal dan menurunkan pH feses.
Laktulosa sebagai pencahar hiperosmolar terbukti memperpendek
waktu transit pada sejumlah kecil penghni panti rawat jompo yang
mengalami konstipasi. Laktulosa dan sorbitol juga sama-sama
menunjukkan efektifitasnya dalam mengobati konstipasi pada orang
usia lanjut yang berobat jalan. Sorbitol sebaiknya diberikan 20-30
selama empat kali sehari. Glikol polietelin merupakan pencahar
hiperosmolar yang potensial yang mengalirkan cairan ke lumen dan
merupakan zat pembersih usus yang efektif. Gliserin adalah pencahar
hiperomolar yang dugunakan hanya dalam bentuk supositoria.
e. Enema
Enema merangsang evakuasi sebagai respon terhadap distensi
kolon; hasil yang kurang baik biasanya karena pemberian yang tidak
memadai. Enema harus digunakan secara hati-hati pada usia lanjut.
Pasien usia lanjut yang mengalami tirah baring mungkin membutuhkan
enema secara berkala untuk mencegah skibala. Namun, pemberian
enema tertentu terlalu sering dapat mengakibatkan efek samping.
Enema yang berasal dari kran (tap water) merupakan tipe paling aman
untuk penggunaan rutin, karena tidak menghasilkan iritasi mukosa
kolon. Enema yang berasal dari air sabun (soap-suds) sebaiknya tidak
diberikan pada orang usia lanjut.

Anda mungkin juga menyukai