Disusun oleh :
NIM : 16.019
Diajukan oleh :
MADE APRIL WAHYUNI
NIM : 16.019
Pembimbing
Disusun Oleh :
MADE APRIL WAHYUNI
NIM : 16.019
PENGUJI I PENGUJI II
RIWAYAT PENDIDIKAN
Puji syukur saya panjatkan atas kehadit tuhan yang maha kuasa karena
berkat, rahmat, dan Karunia-Nya, sehingga penulisan karya tulis ilmiah dengan
judul ‘’ ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT KEPEDA
HALAMAN JUDUL................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .............................................................................. v
INTISARI.................................................................................................. vi
DAFTAR ISI ............................................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. viii
A. Latar Belakang
Hidup sehat, bugar, dan tetap aktif sekalipun di usia lanjut merupakan
dambaan banyak orang. Namun, seiting bertambahnya usia, fungsi organ tubuh
pun berangsur – angsur menurun dan berakibat timbulnya berbagai macam
penyakit. Masalah kesehatan pada usia lanjut yang sering di temui dan perlu
mendapat perhatian adalah penyakit osteoporosis. Osteoporosis atau
pengoroposan tulang memang rawan menyerang orang - orang berusia di atas 40
tahun, terutama pada kaum perempuan. Dari hasil penelitian di amerika serikat
pada orang berusia di atas 50 tahun, 1 dari 4 perempuan dan 1 dari 8 laki – laki
terkena osteoporosis. Osteoporosis dapat dijumpai tersebar di seluruh dunia dan
sampai saat ini masih merupakan masalah dalam kesehatan masyarakat terutama
di negara berkembang. Di Amerika Serikat osteoporosis menyerang 20-25 juta
penduduk, 1 diantara 2-3 wanita post-menopause dan lebih dari 50% penduduk di
atas umur 75-80 tahun. Sekitar 80% persen klien penyakit osteoporosis adalah
wanita, termasuk wanita muda yang mengalami penghentian siklus menstruasi
(amenorrhea). Hilangnya hormon estrogen setelah menopause meningkatkan
risiko terkena osteoporosis.
Penyakit osteoporosis lebih banyak menyerang wanita, pria tetap memiliki
risiko terkena penyakit osteoporosis. Sama seperti pada wanita, penyakit
osteoporosis pada pria juga dipengaruhi estrogen. Bedanya, laki-laki tidak
mengalami menopause, sehingga osteoporosis datang lebih lambat. Jumlah usia
lanjut di Indonesia diperkirakan akan naik 414 persen dalam kurun waktu 1990-
2025, sedangkan perempuan menopause yang tahun 2000 diperhitungkan 15,5
juta akan naik menjadi 24 juta pada tahun 2015. Beberapa fakta seputar penyakit
osteoporosis yang dapat meningkatkan kesadaran akan ancaman osteoporosis di
Indonesia adalah Prevalensi osteoporosis untuk umur kurang dari 70 tahun untuk
wanita sebanyak 18-36%, sedangkan pria 20-27%, untuk umur di atas 70 tahun
untuk wanita 53,6%, pria 38%. Lebih dari 50% keretakan osteoporosis pinggang
di seluruh dunia kemungkinan terjadi di Asia pada 2050. Mereka. Satu dari tiga
perempuan dan satu dari lima pria di Indonesia terserang osteoporosis atau
keretakan tulang. Dua dari lima orang Indonesia memiliki risiko terkena penyakit
osteoporosis. Berdasarkan data Depkes, jumlah klien osteoporosis di Indonesia
jauh lebih besar dan merupakan Negara dengan klien osteoporosis terbesar ke 2
setelah Negara Cina.
B. Ruang Lingkup
E. Metode Penulisan
Dalam penulisan ini penulis menggunakan metode deskriptif dengan
pendekatan study kasus yaitu dengan menggunakan proses keperawatan dengan
tahapan pengambilan data :
1. Wawancara langsung dengan tanya jawab pada klien, keluarga,
pembimbing.
2. Observasi yaitu dengan cara mengamati langsung pada saat melakukan
asuhan keperawatan
3. Pengkajian fisik sebelum melakukan perencanaan dan tindakan
keperawatan.
4. Study Dokumentasi yaitu melalui catatan medis/keperawatan
5. Study Pustaka melalui literature buku-buku keperawatan, kedokteran dan
media internet.
F. Sistematika Penulisan
Karya Tulis Ilmiah terdiri dari dua bab yang disusun secara sistematika
dengan urutan sebagai berikut :
Bab I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, ruang lingkup, tujuan
penulisan, manfaat penulisan, metode Penulisan dan sistematika penulisan.
Bab II : Tinjauan teori yang terdiri dua bagian yaitu :
1. konsep dasar medik tardiri dari Pengertian. Etiologi, anatomi
fisiologi, Patofisiologi, gambaran klinik, komplikasi, pemeriksaan
diagnostik dan penatalaksanaan medik.
2. Konsep dasar keperawatan terdiri dari Pengkajian Keperawatan,
Diagnosa Keperawatan, Perencanaan Keperawatan, Pelaksanaan
Keperawatan, Evalusi Keperawatan
BAB II
LANDASAN TEORI
Seperti yang telah kita ketahui pada bagian apa yang terjadi secara normal
? tulang anda secara konstant mengalami peremajaan jaringan tulang lama di
rombak dan tulang baru di bentuk untuk menggantikan nya. Kedua proses ini di
kenal sebagai remodelling atau regenerasi tulang, dan di sebabkan oleh aksi dua
jenis sel yang berbeda dalam tulang.
a. Osteoklast
Merombak tulang dengan menggunakan asam dan enzim (suatu
proses yang secara teknik dikenal sebagai resorpsi tulang). Enzim
merupakan protein mempercepat reaksi kimia.
b. Osteoblast
Menghasilkan tulang baru untuk menggantikan tulang lama yang di
rombak oleh osteoklast (pembentukan tulang) Saat anda mencapai usia 35
tahun, kepadatan tulang anda mulai menurun karena kecepatan
pembentukan tulang. Selanjutnya, jelaslah bahwa saat anda bertambah tua
maka kepadatan tulang secara alamiah akan menurun di bawah tingkat
kepadatan sebagai orang dewasa muda yang sehat akan tetapi, bila
perbedaan ini menjadi bertambah besar (yaitu kepadatan tulang anda
menurun lebih rendah lagi) maka anda disebut mengalami osteopenia atau
kepadatan tulang rendah. Bila perbedaan ini menjadi bertambah besar
maka anda mengalami osteoporosis Tulang kortikal yang padat maupun
tulang trabekular berspons mengandung suatu matriks yang hampir
seluruhnya di susun oleh serabut kolagen. Kolagen merupakan serabut
putih yang tidak dapat di renggangkan yang memiliki kekuatan tegangan
yang besar (dengan kata lain kuat saat anda tarik). Akan tetapi agar tulang
anda memiliki kompresi (tekanan) sebaik mungkin (dengan kata lain, kuat
saat anda dorong), matriks ini harus di perkuat oleh sejumlah garam
tulang. Ini merupakan sumber kalsium dan fosfat keduanya merupakan
komponen esensial dari garam tulang utama (dikenal sebagai
hidroksiapatit). Sebagian besar makanan mengandung jumlah fosfat yang
cukup sehingga lebih umum terjadi kekurangan kalsium atau vitamin D
yang dapat menurunkan kekuatan tulang daripada kekuatan fosfat.
Vitamin D di perlukan tubuh agar dapat menyerap kalsium dari makanan
di dalam usus. Sebagaian besar vitamin D di buat di kulit anda dengan
adanya paparan sinar matahari tetapi tetap membutuhkan suplemen
vitamin D dari makanan
4. Patofisiologi
Dalam keadaan normal, pada tulang kerangka tulang kerangka akan terjadi
suatu proses yang berjalan secara terus menerus dan terjadi secara seimbang, yaitu
proses resorbsi dan proses pembentukan tulang (remodeling). Setiap perubahan
dalam keseimbangan ini, misalnya apabila proses resorbsi lebih besar daripada
proses pembentukan tulang, maka akan terjadi pengurangan massa tulang dan
keadaan inilah yang kita jumpai pada osteoporosis.
Dalam massa pertumbuhan tulang, sesudah terjadi penutupan epifisis,
pertumbuhan tulang akan sampai pada periode yang disebut dengan peride
konsolidasi. Pada periode ini terjadi proses penambahan kepadatan tulang atau
penurunan porositas tulang pada bagian korteks. Proses konsolidasi secara
maksimal akan dicapai pada usia kuarang lebih antara 30-45 tahun untuk tulang
bagian korteks dan mungkin keadaan serupa akan terjadi lebih dini pada tulang
bagian trabekula.
Sesudah manusia mencapai umur antara 45-50 tahun, baik wanita maupun
pria akan mengalami proses penipisan tulang bagian korteks sebesar 0,3-0,5%
setiap tahun, sedangkan tulang bagian trabekula akan mengalami proses serupa
pada usia lebih muda. Pada wanita, proses berkurangnya massa tulang tersebut
pada awalnya sama dengan pria, akan tetapi pada wanita sesudah menopause,
proses ini akan berlangsung lebiuh cepat. Pada pria seusia wanita menopause
massa tulang akan menurun berkisar antara 20-30%, sedang pada wanita
penurunan massa tulang berkisar antara 40-50%. Pengurangan massa tulang ini
berbagai bagian tubuh ternyata tidak sama.
5. Manifestasi Klinis
a. Nyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata.
b. Rasa sakit oleh karena adanya fraktur pada anggota gerak
c. Nyeri timbul mendadak.
d. Sakit hebat dan terlokalisasi pada vertebra yg terserang. Bagian-bagian
tubuh yang sering fraktur adalah pergelangan tangan, panggul dan
vertebra.
e. Nyeri berkurang pada saat istirahat di tempat tidur.
f. Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan akan bertambah jika melakukan
aktivitas atau karena suatu pergerakan yang salah.
g. Deformitas vertebra thorakalis menyebabkanpenurunan tinggi badan, Hal
ini terjadi oleh karena adanya kompresi fraktur yang asimtomatis pada
vertebra. Tulang Lainnya bisa patah, yang sering kali disebabkan oleh
tekanan yang ringan atau karena jatuh. Salah satu patah tulang yang paling
serius adalah patah tulang panggul. Selain itu, yang juga sering terjadi
karena adalah patah tulang lengan di daerah persambungannya dengan
pergelangan tangan, yang disebut fraktur Colles, Pada penderita
osteoporosis, patah tulang cenderung mengalami secara perlahan.
6. Komplikasi
a. Fraktur pangkal paha, pergelangan tangan, kolumna vertebralis dan
panggul.
b. Hospitalisasi, penempatan di nursing home dan penurunan kemampuan
untuk melakukan aktifitas hidup sehari-hari dapat terjadi setelah fraktur
osteoporosis.
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan radiologik
Dilakukan untuk menilai densitas massa tulang sangat tidak
sensitif. Gambaran radiologik yang khas pada osteoporosis adalah
penipisan korteks dan daerah trabekuler yang lebih lusen. Hal ini akan
tampak pada tulang-tulang vertebra yang memberikan gambaran picture-
frame vertebra.
b. Pemeriksaan densitas massa tulang (Densitometri)
Densitometri tulang merupakan pemeriksaan yang akurat dan
untuk menilai densitas massa tulang, seseorang dikatakan menderita
osteoporosis apabila nilai BMD ( Bone Mineral Density ) berada dibawah
-2,5 dan dikatakan mengalami osteopenia (mulai menurunnya kepadatan
tulang) bila nilai BMD berada antara -2,5 dan -1 dan normal apabila nilai
BMD berada diatas nilai -1. Beberapa metode yang digunakan untuk
menilai densitas massa tulang:
1) Single-Photon Absortiometry (SPA)
Pada SPA digunakan unsur radioisotop I yang mempunyai
energi photon rendah guna menghasilkan berkas radiasi
kolimasi tinggi. SPA digunakan hanya untuk bagian tulang
yang mempunyai jaringan lunak yang tidak tebal seperti distal
radius dan kalkaneus.
2) Dual-Photon Absorptiometry (DPA)
Metode ini mempunyai cara yang sama dengan SPA.
Perbedaannya berupa sumber energi yang mempunyai photon
dengan 2 tingkat energi yang berbeda guna mengatasi tulang
dan jaringan lunak yang cukup tebal sehingga dapat dipakai
untuk evaluasi bagian-bagian tubuh dan tulang yang
mempunyai struktur geometri komplek seperti pada daerah
leher femur dan vetrebrat
3) Quantitative Computer Tomography (QCT)
Merupakan densitometri yang paling ideal karena
mengukur densitas tulang secara volimetrik.
c. Sonodensitometri
Sebuah metode yang digunakan untuk menilai densitas perifer
dengan menggunakan gelombang suara dan tanpa adanya resiko radiasi.
d. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI dalam menilai densitas tulang trabekula melalui dua langkah
yaitu pertama T2 sumsum tulang dapat digunakan untuk menilai densitas
serta kualitas jaringan tulang trabekula dan yang kedua untuk menilai
arsitektur trabekula.
e. Biopsi tulang dan Histomorfometri
Merupakan pemeriksaan yang sangat penting untuk memeriksa
kelainan metabolisme tulang.
f. Radiologis
Gejala radiologis yang khas adalah densitas atau masa tulang yang
menurun yang dapat dilihat pada vertebra spinalis. Dinding dekat korpus
vertebra biasanya merupakan lokasi yang paling berat. Penipisa korteks
dan hilangnya trabekula transfersal merupakan kelainan yang sering
ditemukan. Lemahnya korpus vertebra menyebabkan penonjolan yang
menggelembung dari nukleus pulposus ke dalam ruang intervertebral dan
menyebabkan deformitas bikonkaf.
g. CT-Scan
CT-Scan dapat mengukur densitas tulang secara kuantitatif yang
mempunyai nilai penting dalam diagnostik dan terapi follow up. Mineral
vertebra diatas 110 mg/cm3 baisanya tidak menimbulkan fraktur vetebra
atau penonjolan, sedangkan mineral vertebra dibawah 65 mg/cm3ada pada
hampir semua klien yang mengalami fraktur.
h. Pemeriksaan Laboratorium
a. Kadar Ca, P, Fosfatase alkali tidak menunjukkan kelainan yang nyata.
b. Kadar HPT (pada pascamenoupouse kadar HPT meningkat) dan Ct
(terapi ekstrogen merangsang pembentukkan Ct)
c. Kadar 1,25-(OH)2-D3 absorbsi Ca menurun.
d. Eksresi fosfat dan hidroksipolin terganggu sehingga meningkat
kadarnya.
8. Penatalaksanaan
b. Diagnosa keperawatan
Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi
a) Nyeri yang berhubungan dengan fraktur dan spasme otot
b) Konstipasi yang berhubungan dengan imobilitasi atau terjadinya
ileus (obstruksi usus)
c) Risiko terhadap cedera : fraktur, yang berhubungan dengan tulang
osteoporotik
c. Intervensi Keperawatan
1) Ajarkan pada klien tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya oeteoporosis.
2) Anjurkan diet atau suplemen kalsium yang memadai.
3) Timbang Berat badan secara teratur dan modifikasi gaya hidup
seperti Pengurangan kafein, sigaret dan alkohol, hal ini dapat
membantu mempertahankan massa tulang.
4) Anjurkan Latihan aktivitas fisik yang mana merupakan kunci
utama untuk menumbuhkan tulang dengan kepadatan tinggi yang
tahan terhadap terjadinya oestoeporosis.
5) Anjurkan pada lansia untuk tetap membutuhkan kalsium, vitamin
D, sinar matahari dan latihan yang memadai untuk meminimalkan
efek oesteoporosis.
6) Berikan Pendidikan pasien mengenai efek samping penggunaan
obat. Karena nyeri lambung dan distensi abdomen merupakan efek
samping yang sering terjadi pada suplemen kalsium, maka pasien
sebaiknya meminum suplemen kalsium bersama makanan untuk
mengurangi terjadinya efek samping tersebut. Selain itu, asupan
cairan yang memadai dapat menurunkan risiko pembentukan batu
ginjal.
7) Bila diresepkan HRT, pasien harus diajar mengenai pentingnya
skrining berkala terhadap kanker payudara dan endometrium.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Data demografi
Nama : Tn. Y
Umur : 58 Tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Pekerjaan : Pensiunan
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Tn. Y umur 58 tahun datang dengan keluhan ngilu pada sendi yang
seringdirasakannya sejak 3 bulan yang lalu, rasa ngilu itu sudah
dirasakan sejak beberapa tahun yang lalu, namun Tn. Y tidak
memperdulikannya.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Klien terlihat bungkuk (kifosis), penurunan berat badan,
perubahan gaya berjalan.
b. Palpasi
Klien merasakan nyeri saat dilakukan palpasi pada area punggung.
4. Riwayat Psikososial
Klien cemas untuk melakukan aktivitas-aktivitas yang berat.
5. Hasil pemeriksaan laboratorium
BMD T-score -3
6. Analisa Data
4. Sering terlihat
2.Klien mengatakanba
memegang area yang
nyak beraktifitas
sakit
duduk karena dulu
dirinya bekerja sebagai
staf administrasi
3.Klien
mengatakan tidak suka
olahraga karena tidak
sempat.
4.Klien mengatakan
terasa sakit pada sendi
ketika berjalan
5.Klien mengatakan
aktivitas sehari-hari
terhambat
6.Skala nyeri 7
3.Klien mengatakan
terasa sakit pada sendi
ketika berjalan.
4.Klien mengatakan
aktivitas sehari-hari
terhambat
3.Klien beranggapan
bahwa keluhan yang
dirasakannya karena
usianya yang
bertambah tua.
4.Klien mengatakan
banyak beraktifitas
duduk karena dulu
dirinya bekerja sebagai
staf administrasi dan
tidak suka olahraga
karena tidak sempat.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
D. IMPLEMENTASI
No Tanggal No IMPLEMENTASI Respon Ttd
Dx
kep
1 1 1. memantau tingkat Pasien
nyeri pada kooperatif
punggung, nyeri dan mau
melakikan
terlokalisasi atau
menyebar pada
abdomen atau
pinggang.
5.
2. mengajarkan pada
klien tentang
alternative lain untuk
mengatasi dan
mengurangi rasa
nyerinya.
3. mengkaji obat-
obatan untuk
mengatasi nyeri.
4. Rencanakan pada
klien tentang periode
istirahat adekuat
dengan berbaring
dalam posisi
telentang selama
kurang lebih 15
menit
3 1. menCiptakan Pasien
lingkungan yang kooperatif
bebas dari bahaya: dan mau
2. menempatkan klien melakukan
pada tempat tidur
rendah.
3. mengamati lantai
yang membahayakan
klien.
4. memberikan
penerangan yang
cukup
5. menempatkan klien
pada ruangan yang
tertutup dan mudah
untuk diobservasi.
6. mengajarkan klien
tentang pentingnya
menggunakan alat
pengaman di
ruangan.
7. memberikan
dukungan ambulasi
sesuai dengan
kebutuhan:
8. mengkaji kebutuhan
untuk berjalan.
9. mengkonsultasi
dengan ahli therapist.
10. mengajarkan klien
untuk meminta
bantuan bila
diperlukan.
11. mengajarkan klien
untuk berjalan dan
keluar ruangan.
12. memBantu klien
untuk melakukan
aktivitas hidup
sehari-hari secara
hati-hati.
13. mengajarkan pada
klien untuk berhenti
secara perlahan,
tidak naik tanggga,
dan mengangkat
beban berat.
14. mengajarkan
pentingnya diet
untuk mencegah
osteoporosis:
15. merujuk klien pada
ahli gizi
16. mengajarkan diet
yang mengandung
banyak kalsium
17. mengajarkan klien
untuk mengurangi
atau berhenti
menggunakan rokok
atau kopi
18. mengajarkan tentang
efek rokok terhadap
pemulihan tulang
19. mengajarkan
pentingnya diet
untuk mencegah
osteoporosis:
20. merujuk klien pada
ahli gizi
21. mengajarkan diet
yang mengandung
banyak kalsium
22. mengajarkan klien
untuk mengurangi
atau berhenti
menggunakan rokok
atau kopi
23. mengajarkan tentang
efek rokok terhadap
pemulihan tulang
24. mengobservasi efek
samping obat-obatan
yang digunakan
E. EVALUASI
3 S : klien mengatakan
rentan jatuh jika
memaksakan bergerak
O : klien terlihat sulit
bergerak dan dan
beresiko jatuh
A : masalah belum
teratasi
P : lanjutkan intervensi
4 S : klien mengatakan
sudah mengerti tentang
proses osteoporosis
O : terliahat klien
memahami penyakitnya
itu terlihat dengar klien
kooperatif dalam
menjalani terapi
pengobatan
A : teratasi
P : petahankan
Intervensi
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas laporan studi kasus yang akan di uraikan
sesuaidengan tahap dalam proses keperawatan, serta membahas masalah
kesenjangan antarateori dan kenyataan (kasus) yang di peroleh selama melakukan
perawatan pada klien Tn ”Y” Dengan Gangguan Sistem Perkemihan diruangan
mawar BLUD RS KONAW
1. Pengkajian
Berdasarkan hasil dari pengkajian melalui pengumpulan data didapatkana.
A. Klien mengatakan ngilu di bagian sendi sejak beberapa tahun lalu,
namun Ny. S tidak mempedulikannya. Sejak kurang lebih tiga bulan
yang lalu, ngilu di tubuhnya tak kunjung hilang
B. Klien mengatakan banyak beraktifitas duduk karena dulu dirinya
bekerja sebagai staf administrasi
C. Klien mengatakan tidak suka olahraga karena tidak sempat.
D. Klien mengatakan terasa sakit pada sendi ketika berjalan
E. Klien mengatakan aktivitas sehari-hari terhambat
3. Perencanaan
a. Nyeri berhubungan dengan dampak sekunder dari fraktur, spasme otot,
deformitas tulang
1) Pantau tingkat nyeri pada punggung, nyeri terlokalisasi atau
menyebar pada abdomen atau pinggang.
2) Ajarkan pada klien tentang alternative lain untuk mengatasi dan
mengurangi rasa nyerinya.
3) Kaji obat-obatan untuk mengatasi nyeri.
4) Rencanakan pada klien tentang periode istirahat adekuat
dengan berbaring dalam posisi telentang selama kurang lebih
15 menit
Pada rencana tindakan diatas tidak terjadi kesenjangan dimana rencana
tindakan yang ada di teori dilakukan pada kasus.
Pada rencana tindakan diatas terjadi kesenjangan dimana di teori tidak dite
mukan diagnosa insomnia sedangkan di kasus ditemukan adanyainsomnia.
e. Implementasi
a. Tindakan mandiri
b. Observasi.
c. Kolaborasi
f. Evaluasi
PENUTUP
Setelah menguraikan tinjauan teori dan tinjauan kasus sertaperbandingan dari
keduanya dalam penerapan Asuhan Keperawatan pada Klien Ny “N“Dengan
Gangguan Sistem Perkemihan: Infeksi Saluran Kemih diRuang Perawatan Gelatik
RS. Bhayangkara Makassar dari tanggal 04-06Agustus 2011,
maka penulis dapat menarik kesimpulan dan saran-saran:
A. Kesimpulan
1. Pada pengkajian infeksi saluran kemih, ada perbedaan antara teori
dengankenyataan yang ada di lapangan. Hal ini karena data yang
terdapat dalamteori tidak ditemukan pada kasus. Demikian pula
sebaliknya.
2. Terdapat satu diagnosa dalam teori namun tidak ditemukan di
lapanganadalah kelebihan volume cairan b/d mekanisme regulatori
(gagal ginjal)dengan retensi urine, Hal ini terjadi karena setiap
individu berbeda satusama lain dalam merespon suatu penyakit
sehingga diagnosa yangdidapatkan dalam teori tidak semuanya
bisa diangkat sebagai diagnosayang akan dikaji, tentunya dengan
melihat kenyataan yang ada dilapangan.
3. Semua intervensi keperawatan pada kasus dapat
diimplementasikan. Halini disebabkan karena klien dan keluarga
sangat kooperatif pada saatimplementasi.
4. Semua masalah yang ditemukan pada kasus dapat teratas dalam 3
hari.
B. Saran
a) Untuk mencegah masalah keperawatan yang berkelanjutan
diharapkanperawatan secara komprehensif terhadap kasus infeksi
saluran kemih.
b) Perlunya ditingkatkan pelayanan yang cepat untuk menghindari
infeksisilang dan gangguan kebutuhan psikologis sehingga klien
dan keluargamerasa nyaman dengan pelayanan di diberikan.
c) Sebagai perawat hendaknya lebih dekat dengan pasien dan
keluarganyaserta mengerti masalah sehingga dapat melakukan
asuhan keperawatansecara menyeluruh.
d) Untuk mengetahui efektifnya asuhan keperawatan klien dengan
infeksisaluran kemih, hendaknya kegiatan evaluasi dilakukan
secara baik danterus menerus dan menggunakan teknik sistem
komunikasi asuhankeperawatan, dengan menggunakan standar,
kriteria dan keberhasilan danmodifikasi rencana keperawatan
sesuai dengan masalah yang ada untuk mengetahui perkembangan
klien.
e) Perawatan dengan pengobatan beriringan karena
bagaimanapunteraturnya pengobatan tanpa perawatan yang
sempurna, makapenyembuhan yang diharapkan tidak akan
tercapai. Oleh karena ituperlu diberi penjelasan pada orang tua atau
keluarga mengenai