Disusun oleh :
Kelompok III
Irvan saputra
Ahmad
Dandi hamzar
Intan sari
Afitriani balaka
A. LATAR BELAKANG
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi
baik pada ibu maupun pada janin (Saifuddin, 2007 : 100).
Semua persalinan berisiko saat sebagian besar kehamilan dan kelahiran
bukan menjadi peristiwa besar, sekitar 15 % ibu hamil berpotensi mengalami
komplikasi yang mengancam jiwa yang memerlukan perawatan terampil dan
beberapa ibu hamil memerlukan intervensi obstetrik utama agar dapat
diselamatkan. Di Indonesia, Sebagian besar persalinan terjadi tidak di rumah
sakit, sehingga sering pasien yang bersalin di luar kemudian terjadi
perdarahan post partum terlambat sampai ke rumah sakit, saat datang keadaan
umum/hemodinamiknya sudah memburuk, akibatnya mortalitas tinggi.
Menurut Depkes RI, kematian ibu di Indonesia (2002) adalah 650 ibu tiap
100.000 kelahiran hidup dan 43% dari angka tersebut disebabkan oleh
perdarahan post partum.
Sebenarnya perdarahan post partum dapat diturunkan dengan penanganan
yang optimal dari tenaga kesehatan. Tetapi dalam menurunkan angka
kejadian perdarahan postpartum akibat perdarahan tidak hanya mengurangi
risiko kematian ibu, tetapi juga menghindarkannya dari risiko kesakitan yang
berhubungan dengan perdarahan postpartum seperti reaksi tranfusi, tindakan
operatif, dan infeksi. Jadi yang menjadi titik utama adalah ketrampilan dari
petugas dalam menangani persalinan.
Pemantauan melekat pada ibu pasca persalinan serta mempersiapkan diri
akan adanya kejadian postpartum merupakan tindakan yang sangat penting.
Karena alasan tersebut maka manajemen aktif kala tiga merupakan hal yang
sangat penting dalam upaya menurunkan kesakitan dan kematian ibu yang
disebabkan perdarahan pasca persalinan, oleh karena itu membatasi makalah
yang kami susun dengan pengertian persalinan kala III, fisiologi persalinan
kala tiga, dan manajemen aktif kala tiga. Sehingga tenaga kesehatan dapat
menerapkan dalam praktik persalinan
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui fisiologi persalinan kala tiga, penatalaksanaan
manajemen aktif kala tiga serta asuhan keperawatan persalinan kala tiga.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penyusunan laporan ini adalah untuk memenuhi
tugas maternitas.
C. SISTEMATIKA
Sistematika pada laporan kasus ini diantaranya adalah sebagai berikut.
BAB I berisi pendahuluan yang meliputi : latar belakang, tujuan, ruang
lingkup, dan sistematika. Kemudian pada BAB II berisi tinjauan teori
meliputi : define persalinan dan kala III, Etiologi, pathogenesis, manifestasi
klinis, fisiologi persalinan, mekanisme persalinan. Untuk BAB III berisi
konsep asuhan keperawatan kala III yang meliputi langkah-langkah dalam
asuhan keperawatan antara lain : pengkajian, diagnose keperawatan,
intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi. BAB IV
sebagai berisi kesimpulan dan saran.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. DEFINISI
Persalinan adalah pengeluaran hasil konsepsi yang telah cukup bulan dan
dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir dengan atau tanpa bantuan.
(Prof. dr. Ida Bagus Gde Manuaba, hal 157)
Persalinan adalah kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang
cukup bulan atau hampir cukup bulan disusul dengan pengeluaran plasenta
dengan selaput janin dari tubuh Ibu.(FK. UNPAD Bandung, hal 221)
Partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup
dari dalam uterus melalui vagina kedunia luar.(Hanifa W, 1998 : 180)
Persalinan serangkain kejadian yang berakhir dengan pengeluaranbayi
cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari
tubuh ibu. (Fakutas Kedokteran UNPAD, 1983 : 221).
Kala III adalah tahapan persalinan setelah anak lahir sampai lahirnya
seluruh plasenta dan selaput ketuban. (Buku Ajar Asuhan Kebidanan, hal
825)
Kala III adalah dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta
yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. (Pelayanan Kesehatan Maternal
Neonatal, hal 101)
A. PENGKAJIAN
1. Aktivitas/istirahat
Perilaku dapat direntang dari senang sampai keletihan
2. Sirkulasi
Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat, kemudian
kembali ketingkat normal dengan cepat. Hipotensi dapat terjadi
sebagai respon terhadap analgesik dan anastesi. Frekuensi nadi
melambat pada respon terhadap perubahan curah jantung.
3. Makanan/ cairan
Kehilangan darah normal kira-kira 250-300 ml.
4. Nyeri / ketidak nyamanan
Dapat mengeluh tremor kaki atau menggigil.
5. Keamanan
Inspeksi manual pada uterus dan jalan lahir menentukan adanya
robekan atau laserasi. Perluasan episiotomi atau laserasi jalan lahir
mungkin ada.
6. Seksualitas
Darah yang berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas
dari endometerium, biasanya dalam 1 sampai lima menit setelah
melahirkan bayi. Tali pusat memanjang pada muara vagina. Uterus
berubah dari diskoit menjadi bentuk globulat dan meninggikan
abdomen.
B. DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan Faktor resiko
dapat meliputi :
a. Kekurangan pembatasan masukan oral, muntah, diaforesis,
peningkatan kekurangan cairan, atonia uterus, laserasi jalan
lahir, tertahannya fragmen plasenta.
b. Tujuan :
Tidak terjadi kekurangan volume cairan
c. Kriteria Hasil :
1) Tekanan darah dan nadi dalam batas normal
2) Nadi dapat diraba
3) kontraksi uterus kuat, aliran lokhea sedang, tidak
ada bekuan.
No Intervensi Rasional
1. Instruksikan klien untuk Perhatian klien secara alami pada
mempercepat kontraksi; bayi batu lahir, selain itu
bantu menggerakkan keletihan dapat memepengaruhi
perhatiannya. upaya-upaya individu dan ia
memerlukan bantuan dalam
mengarahkan ke arah membantu
pelepasan plasenta.
2. Kaji tanda vital sebelum dan Efek samping oksitosin yang
sesudah pemberian oksitosin. sering terjadi adalah hipertensi.
3. Palpasi uterus; Menunjukkan relaksasi uterus
perhatikan “ballooning”. dengan perdarahan kedalam
rongga uterus.
4. Pantau tanda dan gejala Hemoragi dihubungkan dengan
kehilangan cairan berle- kehilangan cairan lebih besar
bihan atau syok (mis, periksa dari 500 ml dapat
TD, nadi, sensorium, warna dimanifestasikan oleh
kulit, dan suhu). (Rujuk pada peningkatan nadi, penurunan TD,
Bab 6 MK: Hemoragi sianosis, disorientasi, peka
Pascapartum.) rangsang, dan penurunan
kesadaran.
Kolaborasi
1. Hindari menarik tali pusat Kekuatan dapat menimbulkan
secara berlebihan. putusnya tali pusat dan retensi
fragmen
plasenta, dan meningkatkan
kehilangan darah.
2. Berikan cairan melalui rute Bila kehilangan cairan
parenteral. berlebihan, penggantian secara
parenteral mem-bantu
memperbaiki volume sirkulasi
dan oksigenasi.
3. Berikan oksitosin melalui Meningkatkan efek vasokontriksi
rute I.M., atau I.V. drip dalam uterus untuk mengontrol
diencerkan dalam larutan perdarahan pascapartum setelah
elektrolit, sesuai indikasi. pengeluaran plasenta. Bolus I.V.
Preparat ergot I.M. dapat dapat menyebabkan hipertensi
diberikan pada waktu yang maternal.
sama.
No Intervensi Rasional
1. Palpasi fundus dan masase Mempermudah pelepasan plasenta
dengan perlahan
2. Masase fundus secara Menghindari rangsangan/trauma
perlahan setelah pelepas-an berlebihan pada fundus.
plasenta.
3. Kaji irama pernafasan dan Pada pelepasan plasenta, emboli cairan
pengembangan. amnion dapat masuk ke sirkulasi
maternal, menyebabkan emboli paru.
4. Bersihkan vulva dan Menghilangkan kemungkinan kontaminan
perineum dengan air dan yang dapat mengakibatkan infeksi saluran
larutan antiseptik steril asenden selama periode pascapartum.
5. Rendahkan kaki klien secara Membantu menghindari regangan otot.
simultan dari pijakan kaki.
6. Bantu dalam berpindah dari Klien mungkin tidak dapat menggerakkan
meja melahirkan ke tempat tungkai bawah karena efek lanjut dari
tidur atau brankar, dengan anestesi.
tepat.
7. Kaji perilaku klien, Peningkatan tekanan intra kranial selama
perhatikan perubahan SSP. mendorong dan peningkatan curah
jantung yang cepat membuat klien dengan
aneurisma serebral sebelumnya berisiko
terhadap ruptur.
8. Dapatkan sampel darah tali Bila bayi adalah Rh-positif dan klien Rh-
pusat; kirmkan ke negatif, klien akan menerima imunisasi
laboratorium untuk me- dengan imun globulin Rh (Rh-Ig) pada
nentukan golongan darah periode pascapartum. (Rujuk pada Bab 6,
bayi baru lahir. Catat MK: klien pada 4 Jam sampai 3 Hari
informasi berkenaan de-ngan Pasca Partum.
sampel yang di-kirimkan.
Kolaborasi
1. Gunakan bantuan venti-lator Kegagalan dapat terjadi mengikuti emboli
bila diperlukan. amnion atau pulmoner.
2. Bila terjadi inversi uterus:
1) Berikan penggantian 1. Hemoragi maternal cepat dan syok
cairan, pasang kateter mengikuti inversi, dan intervensi
perkemihan indwelling; segera untuk menyelamatkan jiwa
dapatkan golongan diperlukan. Fungsi ginjal adalah
darah dan pencocokan indikator bermanfaat dari tingkat
silang; pantau tanda cairan/ perfusi jaringan.
vital, dan pertahankan 2. Meningkatkan kontraktilitas
pencatatan masukan miometrium uterus.
atau haluaran dengan 3. Membatasi potensial infeksi
cermat. endometrial.
2) Berikan oksitosin I.V.,
posisikan kembali uterus
dibawah pengaruh
anestesi, dan berikan
ergonovin maleat
(ergotrat) I.M. setelah
penempatan uterus
kembali. Bantu dengan
tampon uterus sesuai
indikasi.
3) Berikan antibiotik
profilaktik.
No Intervensi Rasional
1. Fasilitasi interaksi antara Membantu mengembangkan ikatan emosi
klien/pasangan dan bayi baru sepanjang hidup di anggota keluarga. Ibu
lahir segera mungkin setelah dan bayi memepunyai periode yang
melahirkan. sanngat sensitif pada waktu dimana
kemampuan interaksi ditingkatkan.
2. Berikan klien dan ayah Kontak fisik dini menbantu
kesempatan untuk mengembangkan kedekatan. Ayah juga
menggendong bayi dengan lebih mungkin untuk berpartisipasi dan
segera setelah kelahiran bila aktivitas merawat bayi dan merasa ikatan
kondis bayi stabil. emosi lebih kuat bila mereka secara aktif
terlibat dengan bayi segera setelah
melahirkan.
3. Tunda penetesan salep Memungkinkan bayi untuk membuat
profilaksi mata (mengandung kontak mata dengan orang tua dan secara
eritromisin atau tetrasiklin) aktif berpartisipasi dalam interaksi, bebas
sampai klien atau pasangan dari penglihatan kabur yang disebabkan
dan bayi telah berinteraksi. oleh obat.
No Intervensi Rasional
1. Bantu dengan menggun-akan Pernapasan membantu mengalihkan
teknik pernapasan selama perhatian langsung dari ketidaknyamanan,
perbaikan pembe-dahan, bila meningkatkan relaksasi.
tepat.
2. Berikan kompres es pada Mengkonstriksikan pembuluh darah,
perinium setelah melahir- menurunkan edema, dan memberikan
kan. kenyamanan dan anastesi lokal.
3. Ganti pakaian dan linen Meningkatkan kenyamanan , hangat, dan
basah. kebersihan.
4. Berikan selimut peng-hangat. Tremor/menggigil pada pasca melahirkan
karena hilangnya tekanan secara tiba-tiba
pada saraf pelvis atau kemungkinan
dihubungkan dengan transfusi janin dan
ibu yang terjadi pada pelepasan plasenta.
Kehangatan meningkatkan relaksasi otot
dan meningkatkan perfusi jaringan,
menurukan kelelahan dan meningkatkan
rasa sejahtera.
5. Bantu perbaikan episiotomi Penyambungan tepi-tepi memudahkan
bila perlu penyembuhan
6. Berikan testosteron sipionat / Untuk menekan laktasi
estradiol valekat setelah
pengeluaran plasenta.
C. IMPLEMENTASI
Implementasi adalah insiatif dari rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang spesifik. Tujuan dari pelaksanan adalah untuk membantu klien
dalm mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi
koping (Nursalam, 2001).
Menurut Nursalam (2001) ada 3 tahap untuk malaksanakan
tindakan keperawatan yaitu:
1. Tahap I Persiapan
Tahap awal tindakan keperawatan menuntut perawat
mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam tindakan,
persiapan tersebut meliputi:
a. Review tindakan keperawatan yang diidentifikasikan pada
tahap perencanaan,
b. Menganalisa pengetahuan dan keterampilan yang diidentifikasi
pada keterampilan yang diperlukan.
c. Mengetahui komplikasi dari tindakan keperawatan yang
mugkin timbul.
d. Menentukan dan mempersiapkan peralatan yang diperlukan.
e. Mempersiapkan lingkungan yang kondusif sesuai dengan
tindakan yang akan dilaksanakan.
f. Mengidentifikasi aspek hukum dan etik terhadap resiko dari
potensial tindakan.
2. Tahap II Intervensi
Fokus tahap pelaksanaan tindakan perawatan adalah
kegiatan pelaksanaan tindakan dari perencanaan untuk memenuhi
kebutuhan fisik dan emosional.
3. Tahap III Dokumentasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh
pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian dalam
proses keperawatan.
D. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,
karena rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai.
Melalui evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor kealpaan yang
terjadi selama tahap pengkajian, analis, perencanaan, dan pelaksanaan
tindakan (Nursalam, 2001).
Adapun kriteria evaluasi ada 2 macam, yaitu kriteria proses dan
kriteria hasil. Kriteria proses mengevaluasi jalannya proses sesuai dengan
situasi, kondis dan kebutuhan pasien. Sedangkan kriteria hasil
mengevaluasi hasil keperawatn yang berupa ”SOAP”.
S : Subyektif, berdasarkan ungkapan pasien/keluarga pasien.
O : Objektif, berdasarkan kondisi pasien sesuai dengan masalah
terkait.
A : Assesment (penilaian), merupakan analisa dari masalah yang
sudah ada, apakah teratasi, sebagian teratasi, belum teratasi, timbul
masalah baru.
P : Planning (rencana), apakah rencana perawatan dilanjutkan,
dihentikan atau dibuat rencana tindakan keperawatan yang baru
sesuai dengan masalah yang ada.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan
pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul
dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu melalui jalan
lahir atau melalui jalan lain, berlangsung dengan bantuan atau tanpa
bantuan (kekuatan ibu sendiri).
Persalinan kala tiga adalah dimulai setelah lahirnya bayi dan
berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Fisiologi
persalinan kala tiga, otot uterus berkontraksi mengikuti berkurangnya
ukuran rongga uterus secara tiba-tiba setelah lahirnya bayi,
Penyusutan à berkurangnya ukuran tempat implantasi plasenta.
Manajemen aktif kala tiga adalah tindakan untuk menghasilkan kontraksi
uterus yang lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah
perdarahan dan mengurangikehilangan darah.
B. SARAN
1. Dengan mempelajari manajemen aktif pada persalinan kala tiga
dengan benar maka kita akan dapat mengurangi resiko perdarahan
pospartum yang bisa berakibat fatal pada ibu bersalin.
2. Bagi para pembaca, dimana makalah yang kami susun banyak
kekurangan dan kurang lengkap, kami mohon kritik yang bisa
membangun sehingga kedepan bisa lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA