Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KALA III

Disusun oleh :
Kelompok III

 Irvan saputra
 Ahmad
 Dandi hamzar
 Intan sari
 Afitriani balaka

AKADEMI KEPERAWATAN PEMKAB KONAWE


T.A 2017/2018
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................... i
DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG ................................................................... 1
B. TUJUAN ........................................................................................ 2
C. SISTEMATIKA PENULISAN .................................................... 2
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................... 3
A. DEFINISI ....................................................................................... 3
B. ETIOLOGI .................................................................................... 3
C. PATOFISIOLOGI ........................................................................ 4
D. MANIFESTASI ............................................................................. 4
E. FISIOLOGI ................................................................................... 5
F. MEKANISME PELEPASAN PLASENTA ................................ 5
G. MANAJEMEN AKTIF KALA TIGA ......................................... 9
BAB III KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN .................... 15
A. PENGKAJIAN .............................................................................. 15
B. DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN............... 15
C. IMPLEMENTASI ......................................................................... 16
D. EVALUASI .................................................................................... 23
BAB IV PENUTUP ................................................................................... 24
A. KESIMPULAN .............................................................................. 26
B. SARAN ........................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 27
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi
baik pada ibu maupun pada janin (Saifuddin, 2007 : 100).
Semua persalinan berisiko saat sebagian besar kehamilan dan kelahiran
bukan menjadi peristiwa besar, sekitar 15 % ibu hamil berpotensi mengalami
komplikasi yang mengancam jiwa yang memerlukan perawatan terampil dan
beberapa ibu hamil memerlukan intervensi obstetrik utama agar dapat
diselamatkan. Di Indonesia, Sebagian besar persalinan terjadi tidak di rumah
sakit, sehingga sering pasien yang bersalin di luar kemudian terjadi
perdarahan post partum terlambat sampai ke rumah sakit, saat datang keadaan
umum/hemodinamiknya sudah memburuk, akibatnya mortalitas tinggi.
Menurut Depkes RI, kematian ibu di Indonesia (2002) adalah 650 ibu tiap
100.000 kelahiran hidup dan 43% dari angka tersebut disebabkan oleh
perdarahan post partum.
Sebenarnya perdarahan post partum dapat diturunkan dengan penanganan
yang optimal dari tenaga kesehatan. Tetapi dalam menurunkan angka
kejadian perdarahan postpartum akibat perdarahan tidak hanya mengurangi
risiko kematian ibu, tetapi juga menghindarkannya dari risiko kesakitan yang
berhubungan dengan perdarahan postpartum seperti reaksi tranfusi, tindakan
operatif, dan infeksi. Jadi yang menjadi titik utama adalah ketrampilan dari
petugas dalam menangani persalinan.
Pemantauan melekat pada ibu pasca persalinan serta mempersiapkan diri
akan adanya kejadian postpartum merupakan tindakan yang sangat penting.
Karena alasan tersebut maka manajemen aktif kala tiga merupakan hal yang
sangat penting dalam upaya menurunkan kesakitan dan kematian ibu yang
disebabkan perdarahan pasca persalinan, oleh karena itu membatasi makalah
yang kami susun dengan pengertian persalinan kala III, fisiologi persalinan
kala tiga, dan manajemen aktif kala tiga. Sehingga tenaga kesehatan dapat
menerapkan dalam praktik persalinan
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui fisiologi persalinan kala tiga, penatalaksanaan
manajemen aktif kala tiga serta asuhan keperawatan persalinan kala tiga.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penyusunan laporan ini adalah untuk memenuhi
tugas maternitas.
C. SISTEMATIKA
Sistematika pada laporan kasus ini diantaranya adalah sebagai berikut.
BAB I berisi pendahuluan yang meliputi : latar belakang, tujuan, ruang
lingkup, dan sistematika. Kemudian pada BAB II berisi tinjauan teori
meliputi : define persalinan dan kala III, Etiologi, pathogenesis, manifestasi
klinis, fisiologi persalinan, mekanisme persalinan. Untuk BAB III berisi
konsep asuhan keperawatan kala III yang meliputi langkah-langkah dalam
asuhan keperawatan antara lain : pengkajian, diagnose keperawatan,
intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi. BAB IV
sebagai berisi kesimpulan dan saran.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. DEFINISI
Persalinan adalah pengeluaran hasil konsepsi yang telah cukup bulan dan
dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir dengan atau tanpa bantuan.
(Prof. dr. Ida Bagus Gde Manuaba, hal 157)
Persalinan adalah kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang
cukup bulan atau hampir cukup bulan disusul dengan pengeluaran plasenta
dengan selaput janin dari tubuh Ibu.(FK. UNPAD Bandung, hal 221)
Partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup
dari dalam uterus melalui vagina kedunia luar.(Hanifa W, 1998 : 180)
Persalinan serangkain kejadian yang berakhir dengan pengeluaranbayi
cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari
tubuh ibu. (Fakutas Kedokteran UNPAD, 1983 : 221).
Kala III adalah tahapan persalinan setelah anak lahir sampai lahirnya
seluruh plasenta dan selaput ketuban. (Buku Ajar Asuhan Kebidanan, hal
825)
Kala III adalah dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta
yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. (Pelayanan Kesehatan Maternal
Neonatal, hal 101)

B. ETIOLOGI PELEPASAN PLASENTA


Penyebab terpisahnya plasenta dari dinding uterus adalah kontraksi uterus
(spotan atau dengan stimulus) setelah kala II selesai. Berat plasenta
mempermudah terlepasnya selaput ketuban, yang terkelupas dan dikeluarkan.
Tempat perlekatan plasenta menentukan kecepatan pemisahan dan metode
ekspulsi plasenta. Atau dalam persalinan kala tiga normal di bagi 4 fase,
yaitu:
1. Fase laten
Di tandai oleh menebalnya dinding uetrus yang bebas tempat
plasenta, namun dinding tempat plasenta melekat masih tipis.
2. Fase kontraksi
Ditandai oleh menebalnya dinding uterus tempat melekat
plasenta (dari 1 cm menjadi > 2 cm).
3. Fase pelepasan Plasenta
Fase plasenta menyempurnakan pemisahan dari dinding uterus
dan lepas. Terpisahnya plasenta disebabkan oleh kekuatan antara
palsenta yang pasif dengan otot uterus yang aktif pada tempat
melekatnya plasenta.
4. Fase Pengeluaran
Dimana palsenta bergerak meluncur. Saat plasenta bergerak
turun, daerah pemisahan tetap tidak berubah dan sejumlah darah
kecil berkumpul di dalam rongga rahim. Menunjukan pelepasan
plasenta merupakan akibat bukan sebab.
C. PATOFISIOLOGI
1. Kelainan dari uterus sendiri, yaitu anomali dari uterus atau servik;
kelemahan atau tidak efektifnya kontraksi uterus.
2. Kelainan dari plasenta, misalnya plasenta letak rendah atau plasenta
previa.
3. Kesalahan manajemen kala tiga persalinan, seperti manipulasi dari uterus
yang tidak perlu sebelum terjadi pelepasan plasenta menyebabkan
kontraksi yang tidak ritmik; pemberian uterotonik yang tidak tepat waktu.
D. MANIFESTASI KLINIS
Tanda-tanda klinis dari pelepasan plasenta yaitu :
1. Semburan darah
2. Pemanjangan tali pusat
3. Perubahan bentuk uterus : dari diksoid menjadi bentuk bundar (globular)
4. Perubahan dalam posisi uterus : uterus naik di dalam abdomen.
Gejala klinis umum yang terjadi ialah kehilangan darah dalam jumlah
banyak 500cc, nadi lemah, pucat, haus, pusing, gelisah, letih, dan dapat
terjadi shock hipovolemik, tekanan darah rendah, ekstermitas dingin, mual.

E. FISIOLOGI PERSALINAN KALA TIGA


Persalinan kala tiga, otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti
penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ini
menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta. Karena
tempat perlekatan semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah
maka plasenta akan terlipat, menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus.
Setelah lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau kedalam
vagina.
F. MEKANISME PELEPASAN PLASENTA
Plasenta adalah massa yang bulat dan datar. Permukaan maternal plasenta
berwarna antara kebiruan dan kemerahan serta tersusun dari lobus lobus. Pada
plasenta bagian maternal inilah terjadi pertukaran darah janin dan maternal.
Pertukaran ini berlangsung tanpa terjadi percampuran antara darah maternal
dan darah janin. Permukaan fetal plasenta halus, berwarna putih dan
mengkilap serta di permukaannya dapat dilihat cabang vena dan arteri
umbilikalis. Dua selaput ketuban yang melapisi permukaan fetal adalah
korion dan amnion, yang memanjang sampai ujung bagian luar kantong yang
berisi janin dan cairan amnion.
Tali pusat membentang dari umbilikus janin sampai ke permukaan fetal
plasenta. Umumnya memiliki panjang sekitar 56 cm. Tali pusat ini
mengandung tiga pembuluh darah: dua arteri yang berisi darah kotor janin
menuju plasenta dan satu vena yang mengandung oksigen menuju janin.
Pemisahan plasenta ditimbulkan dari kontraksi dan retraksi miometrium
sehingga mempertebal dinding uterus dan mengurangi ukuran area plasenta.
Area plasenta menjadi lebih kecil, sehingga plasenta mulai memisahkan diri
dari dinding uterus karena plasenta tidak elastis seperti uterus dan tidak dapat
berkontraksi atau beretraksi. Pada area pemisahan bekuan darah retroplasenta
terbentuk. Berat bekuan darah ini menambah tekanan pada plasenta dan
selanjutnya membantu pemisahan.
Kontraksi uterus yang selanjutnya akan melepaskan keseluruhan plasenta
dari uterus dan mendorongnya keluar vagina disertai dengan pengeluaran
selaput ketuban dan bekuan darah retroplasenta. Pelepasan plasenta
mencakup beberapa tanda, yaitu:
1) Perubahan bentuk dan tinggi fundus.
Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi,
uterus berbentuk bulat dan tinggi fundus biasanya di bawah pusat.
Setelah uterus berkontrasi dan plasenta terdorong kebawah, uterus
berbentuk segitiga atau seperti buah pear atau alpukat atau fundus
berada di atas pusat(sering kali mengarah ke sisi kanan).
2) Tali pusat memanjang.
Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva (tanda Alfeld)
3) Semburan darah mendadak dan singkat.
Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan membantu
mendorong plasenta keluar dan dibantu oleh gaya gravitasi. Apabila
kumpulan darah (retro placenta pooling) dalam ruang diantara dinding
uterus dan permukaan dalam plasenta melebihi kapasitas tampungnya
maka darah tersembur keluar dari tepi plasenta yang terlepas. Ada 2
metode untuk mengeluarkan plasenta :
a) Metode Schultze
Metode yang lebih umum terjadi, plasenta terlepas dari satu
titik dan merosot ke vagina melalui lubang dalam kantung
amnion, permukaan fetal plasenta muncul pada vulva dengan
selaput ketuban yang mengikuti dibelakang seperti payung
terbalik saat terkelupas dari dinding uterus. Permukaan maternal
plasenta tidak terlihat dan bekuan darah berada dalam kantung
yang terbalik, kontraksi dan retraksi otot uterus yang
menimbulkan pemisahan plasenta juga menekan pembuluh darah
dengan kuat dan mengontrol perdarahan. Hal tersebut mungkin
terjadi karena ada serat otot oblik di bagian atas segmen uterus.
b) Metode Matthews Duncan
Plasenta turun melalui bagian samping dan masuk ke vulva
dengan pembatas lateral terlebih dahulu seperti kancing yang
memasuki lubang baju, bagian plasenta tidak berada dalam
kantung. Pada metode ini kemungkinan terjadinya bagian selaput
ketuban yang tertinggal lebih besar karena selaput ketuban
tersebut tidak terkelupas semua selengkap metode Schultze.
Metode ini adalah metode yang berkaitan dengan plasenta letak
rendah didalam uterus. Proses pelepasan berlangsung lebih lama
dan darah yang hilang sangat banyak (karena hanya ada sedikit
serat oblik di bagian bawah segmen). Prasat untuk Mengetahui
apakah Plasenta Lepas dari Tempat Implantasi
1. Prasat Kustner
Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali pusat.
Tangan kiri menekan daerah di atas simpisis bila tali pusat
masuk kembali ke dalam vagina, berarti plasenta belum
terlepas dari dinding uterus. Bila tetap atau tidak masuk berarti
plasenta sudah terlepas dari dinding uterus. Prasat ini harus
dilakukan dengan hati-hati.
2. Prasat Strassmann
Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali pusat.
Tangan kiri mengetok-ngetok fundus uteri. Bila terasa getaran
tali pusat yang diregangkan ini berarti plasenta belum terlepas
dari dinding uterus.
3. Prasat klein
Ibu disuruh mengedan. Tali pusat tampak turun ke bawah.
Bila pengedanan-nya dihentikan dan tali pusat masuk kembali
dalam vagina, berarti plasenta belum terlepas dari dinding
uterus.
G. MANAJEMEN AKTIF KALA TIGA
Tujuan manajemen aktif kala tiga adalah untuk menghasilkan kontraksi
uterus yang lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah
perdarahan dan mengurangi kehilangan darah kala tiga persalinan jika
dibandingkan dengan penatalaksanaan fisiologis. Sebagian besar kasus
kesakitan dan kematian ibu di indonesia disebabkan oleh perdarahan pasca
persalinan dimana sebagian besar disebabkan oleh atonia uteri dan retensio
plasenta yang sebenarnya dapat dicegah dengan melakukan manajemen aktif
kala tiga.
1. Keuntungan manajemen aktif kala tiga
a. Kala tiga persalinan yang lebih singkat
b. Mengurangi jumlah kehilangan darah
c. Mengurangi kejadian retensio plasenta
2. Manajemen aktif kala tiga terdiri dari tiga langkah utama
a. Pemberian suntikan oksitosin
 Segera berikan bayi yang telah terbungkus kain kepada ibu
untuk diberi ASI
 Letakkan kain bersih diatas perut ibu
 Periksa uterus untuk memastikan tidak ada bayi yang lain
 Memberitahukan pada ibu ia akan disuntik
 Selambat-lambatnya dalam waktu dua menit setelah bayi lahir,
segera suntikan oksitosin 10 unit IM pd 1/3 bawah paha kanan
bagian luar
b. Melakukan penegangan tali pusat terkendali
 Berdiri disamping ibu
 Pindahkan klem kedua yang telah dijepit sewaktu kala dua
persalinan pada tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva
 Letakkan tangan yang lain pada abdomen ibu (alas dengan
kain) tepat dibawah tulang pubis, gunakan tangan lain untuk
meraba kontraksi uterus dan menahan uterus pada saat
melakukan peregangan pada tali pusat, tangan pada dinding
abdomen menekan korpus uteri ke bawah dan atas (dorso-
kranial) korpus.
 Tegangkan kembali tali pusat ke arah bawah bersamaan
dengan itu,lakukan penekanan korpus uteri ke arah bawah dan
kranial hingga plasenta terlepas dari tempat implantasinya
 Jika plasenta tidak turun setelah 30-40 detik dimulainya
peregangan tali pusat dan tiadk ada tanda-tanda yang
menunjukkan lepasnya plasenta, jangan teruskan penegangan
tali pusatSetelah plasenta terlepas, anjurkan ibu untuk
meneran ⇒ plasenta akan terdorong ke introitus vagina. Tetap
tegang kearah bawah mengikuti arah jalan lahir
 Pada saat plasenta terlihat pada introitus vagina, teruskan
kelahiran plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Selaput
ketuban mudah robek: pegang plasenta dengan kedua tangan
rata dengan lembut putar plasenta hingga selaput terpilin
 Lakukan penarikan secara lembut dan perlahan-lahan untuk
melahirkan selaput ketuban
 Jika terjadi selaput robekan pada selaput ketuban saat
melahirkan plasenta, dengan hati-hati periksa vagina dan
serviks dengan seksa
c. Rangsangan taktil (pemijatan) fundus uteri (masase)
Segera setelah kelahiran plasenta
 Letakkan telapak tangan pada fundus uteri
 Jelaskan tindakan ini kepadd ibu dan mungkin merasa tidak
nyaman
 Dengan lembut gerakkan tangan secara memutar pada fundus
uteri ⇒ uterus berkontraksi (gambar 2.8) jika tidak
berkontraksi dalam waktu 15 detik, lakukan penatalaksanaan
atonia uteri
 Periksa plasenta dan selaputnya untuk memastikan keduanya
lengkap dan utuh
 Periksa uterus setelah satu hingga dua menit memastikan
uterus berkontraksi dengan baik, jika blm ulangi rangsangan
taktil fundus uteri
 periksa kontraksi uterus setiap 15 menit selama satu jam
pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit selama satu jam
kedua pascapersalinan.
3. Plasenta Manual
Manual plasenta adalah prosedur pelepasan plasenta dari tempat
implantasi-nya pada dinding uterus dan mengeluarkannya dari kavum
uteri secara manual yaitu dengan melakukan tindakan invasi dan
manipulasi tangan penolong persalinan yang dimasukkan langsung
kedalam kavum uteri. Pada umumnya ditunggu sampai 30 menit dalam
lahirnya plasenta secara spontan atau dgn tekanan ringan pada fundus
uteri yang berkontraksi. Bila setelah 30 mnenit plasenta belum lepas
sehingga belum dapat dilahirkan atau jika dalam waktu menunggu
terjadi perdarahan yang banyak, pasenta sebaiknya dikeluarkan dengan
segera. Manual plasenta merupakan tindakan operasi kebidanan untuk
melahirkan retensio plasenta. Teknik operasi plasenta manual tidaklah
sukar, tetapi harus diperkirakan bagaimana persiapkan agar tindakan
tersebut dapat menyelamatkan jiwa penderita.
a. Prosedur Plasenta Manual
1. Persiapan
 Pasang set dan cairan infus
 jelaskan pada ibu prosedur dan tujuan tindakan
 Lakukan anastesi verbal atau analgesia per rectal
 Siapkan dan jalankan prosedur pencegahan infeksi.
2. Pencegahan Infeksi Sebelum Tindakan
Sebelum melakukan tindakan sebaiknya mencuci tangan
terlebih dahulu dengan sabun dan air yang mengalir untuk
mencegah infeksi. Mengeringkan tangan dengan handuk bersih
lalu pasang sarung tangan DTT/steril.
a. Tindakan Penetrasi ke dalam Kavum Uteri
 Intruksikan asisten untuk memberikan sedatif dan
analgetik melalui karet infuse.
b. Lakukan kateterisasi kandung kemih.
c. Jepit tali pusat dengan kocher kemudian tegakan tali pusat
sejajar lantai.
d. Secara obstetric maukkan satu tangan (punggung tangan ke
bawah) kedalam vagina dengan menelusuri tali pusat bagian
bawah.
e. Setelah tangan mencapai pembukaan serviks, minta asisten
untuk memegang kocher kemudian tangan lain penolong
menahan fundus uteri.
f. Sambil menahan fundus uteri, masukan tangan ke dalam
kavum uteri sehingga mencapai tempat implantasi plasenta.
g. Buka tangan obstetric menjadi seperti memberi salam (ibu
jari merapat ke pangkal jari telunjuk).
3. Melepas Plasenta dari Dinding Uterus
a. Tentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta yang
paling bawah
b. Bila berada di belakang, tali pusat tetap di sebelah atas. Bila
dibagian depan, pindahkan tangan ke bagian depan tal pusat
dengan punggung tangan menghadap ke atas.
c. Bila plasenta di bagian belakang, lepaskan plasenta dari
tempat implantasinya dengan jalan menyelipkan ujung jari
di antara plasenta dan dinding uterus, dengan punggung
tangan mengahadap ke dinding dalam uterus.
d. Bila plasenta di bagian depan, lakukan hal yang sama
(dinding tangan pada dinding kavun uteri) tetapi tali pusat
berada di bawah telapak tangan kanan.
e. Kemudian gerakan tangan kanan ke kiri dan kanan sambil
bergeser ke cranial sehingga semua permukaan maternal
plasenta dapat dilepaskan. Catatan : Sambil melakukan
tindakan, perhatikan keadaan ibu (pasien), lakukan
penanganan yang sesuai bila terjadi penyulit.
4. Mengeluarkan Plasenta
a. Sementara satu tangan masih berada di kavum uteri,
lakukan eksplorasi ulangan untuk memastikan tidak ada
bagian plasenta yang masih melekat pada dinding uterus.
b. Pindahkan tangan luar ke supra simfisis untuk menahan
uterus pada saat plasenta dikeluarkan.
c. Instruksikan asisten yang memegang kocher untuk menarik
tali pusat sambil tangan dalam menarik plasenta ke luar
(hindari percikan darah).
d. Letakan plasenta ke dalam tempat yang telah disediakan.
e. Lakukan sedikit pendorongan uterus (dengan tangan luar)
ke dorsokranial setelah plasenta lahir.
5. Dekontaminasi Pasca Tindakan
Alat-alat yang digunakan untuk menolong di
dekontaminasi, termasuk sarung tangan yang telah di guanakan
penolong ke dalam larutan antiseptic.
6. Cuci Tangan Pascatindakan
Mencuci kedua tangan setelah tindakan untuk mencegah
infeksi.
7. Perawatan Pascatindakan
a. Periksa kembali tanda vital pasien, segera lakukan tindakan
dan instruksi apabila masih diperlukan.
b. Catat kondisi pasien dan buat laporan tindakan d dalam
kolom yang tersedia.
c. Buat instruksi pengobatan lanjutan dan hal-hal penting
untuk dipantau.
d. Beritahukan pada pasien dan keluarganya bahwa tindakan
telah selesai tetapi pasien masih memerlukan perawatan.
e. Jelaskan pada petugas tentang perawatan apa yang masih
diperlukan, lama perawatan dan apa yang perlu
dilaporkan.(Di Rumah Sakit).
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Aktivitas/istirahat
Perilaku dapat direntang dari senang sampai keletihan
2. Sirkulasi
Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat, kemudian
kembali ketingkat normal dengan cepat. Hipotensi dapat terjadi
sebagai respon terhadap analgesik dan anastesi. Frekuensi nadi
melambat pada respon terhadap perubahan curah jantung.
3. Makanan/ cairan
Kehilangan darah normal kira-kira 250-300 ml.
4. Nyeri / ketidak nyamanan
Dapat mengeluh tremor kaki atau menggigil.
5. Keamanan
Inspeksi manual pada uterus dan jalan lahir menentukan adanya
robekan atau laserasi. Perluasan episiotomi atau laserasi jalan lahir
mungkin ada.
6. Seksualitas
Darah yang berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas
dari endometerium, biasanya dalam 1 sampai lima menit setelah
melahirkan bayi. Tali pusat memanjang pada muara vagina. Uterus
berubah dari diskoit menjadi bentuk globulat dan meninggikan
abdomen.
B. DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan Faktor resiko
dapat meliputi :
a. Kekurangan pembatasan masukan oral, muntah, diaforesis,
peningkatan kekurangan cairan, atonia uterus, laserasi jalan
lahir, tertahannya fragmen plasenta.
b. Tujuan :
Tidak terjadi kekurangan volume cairan
c. Kriteria Hasil :
1) Tekanan darah dan nadi dalam batas normal
2) Nadi dapat diraba
3) kontraksi uterus kuat, aliran lokhea sedang, tidak
ada bekuan.

No Intervensi Rasional
1. Instruksikan klien untuk Perhatian klien secara alami pada
mempercepat kontraksi; bayi batu lahir, selain itu
bantu menggerakkan keletihan dapat memepengaruhi
perhatiannya. upaya-upaya individu dan ia
memerlukan bantuan dalam
mengarahkan ke arah membantu
pelepasan plasenta.
2. Kaji tanda vital sebelum dan Efek samping oksitosin yang
sesudah pemberian oksitosin. sering terjadi adalah hipertensi.
3. Palpasi uterus; Menunjukkan relaksasi uterus
perhatikan “ballooning”. dengan perdarahan kedalam
rongga uterus.
4. Pantau tanda dan gejala Hemoragi dihubungkan dengan
kehilangan cairan berle- kehilangan cairan lebih besar
bihan atau syok (mis, periksa dari 500 ml dapat
TD, nadi, sensorium, warna dimanifestasikan oleh
kulit, dan suhu). (Rujuk pada peningkatan nadi, penurunan TD,
Bab 6 MK: Hemoragi sianosis, disorientasi, peka
Pascapartum.) rangsang, dan penurunan
kesadaran.

5. Tempatkan klien di payudara Penghisapan merangsang


klien bila ia merencanakan pelepasan oksitosin dari hipofisis
untuk memberi ASI posterior, meningkatkan
kontraksi miometrik dan
menurunkan kehilangan darah.
6. Mesase uterus dengan Miometrium berkontraksi
perlahan setelah pengeluaran sebagai respons terhadap
plasenta rangsang taktil lembut, maka
akan menurunkan aliran lokia
dan menunjukkan bekuan darah.
7. Catat waktu dan mekanisme Pelepasan harus terjadi dalam 5
pelepasan plasenta; misal menit setelah kelahiran. Lebih
mekanis-me Duncan versus banyak waktu diperlukan bagi
meka-nisme Schulze. plasenta untuk lepas, lebih
banyak waktu miometrium tetap
rileks, maka lebih banyak darah
hilang.
8. Inspeksi permukaan pla- Membantu mendeteksi
senta maternal dan janin. abnormalitas yang
Perhatikan ukuran, insersi mungkin terjadi pada ibu atau
tali pusat, keutuhan. bayi baru lahir.

9. Dapatkan dan catat informasi Jaringan plasenta yang tertahan


yang berhubu-ngan dengan dapat menimbulkan infeksi
inspeksi uterus dan plasenta pascapartum dan hemoragi. Bila
untuk fragmen plasenta yang terdeteksi, fragmen harus
tertahan. dilepaskan secara manual atau
dengan instrumen yang tepat.

Kolaborasi
1. Hindari menarik tali pusat Kekuatan dapat menimbulkan
secara berlebihan. putusnya tali pusat dan retensi
fragmen
plasenta, dan meningkatkan
kehilangan darah.
2. Berikan cairan melalui rute Bila kehilangan cairan
parenteral. berlebihan, penggantian secara
parenteral mem-bantu
memperbaiki volume sirkulasi
dan oksigenasi.
3. Berikan oksitosin melalui Meningkatkan efek vasokontriksi
rute I.M., atau I.V. drip dalam uterus untuk mengontrol
diencerkan dalam larutan perdarahan pascapartum setelah
elektrolit, sesuai indikasi. pengeluaran plasenta. Bolus I.V.
Preparat ergot I.M. dapat dapat menyebabkan hipertensi
diberikan pada waktu yang maternal.
sama.

4. Dapatkan dan catat informasi Laserasi menimbulkan


yang berhubu-ngan dengan kehilangan darah; dapat
inspeksi ja-lan lahir terhadap menyebabkan hemoragi.
laserasi. Bantu dengan
perbaikan serviks, vagina,
dan luasnya episiotomi.
5. Bantu pengangkatan plasenta Intervensi manual perlu untuk
secara manual dibawah memudahkan pengeluaran
anestesi umum dan kondisi plasenta dan menghentikan
steril. hemoragi.

6. Tinggikan fundus dengan Untuk memudahkan


memasukkan jari terus pemerikasaan internal
kebelakang dan mengge-
rakkan badan uterus ke atas
simfisis pubis.

2. Resiko cedera berhubungan dengan Faktor risiko dapat meliputi :


Posisi selama melahirkan, kesulitan dengan pelepasan plasenta.
a. Tujuan :
Tidak adanya tanda/gejala cedera pada ibu dan bayi
b. Kriteria Hasil :
1) Mengobservasi tindakan keamanan.
2) Bebas dari cedera maternal.

No Intervensi Rasional
1. Palpasi fundus dan masase Mempermudah pelepasan plasenta
dengan perlahan
2. Masase fundus secara Menghindari rangsangan/trauma
perlahan setelah pelepas-an berlebihan pada fundus.
plasenta.
3. Kaji irama pernafasan dan Pada pelepasan plasenta, emboli cairan
pengembangan. amnion dapat masuk ke sirkulasi
maternal, menyebabkan emboli paru.
4. Bersihkan vulva dan Menghilangkan kemungkinan kontaminan
perineum dengan air dan yang dapat mengakibatkan infeksi saluran
larutan antiseptik steril asenden selama periode pascapartum.
5. Rendahkan kaki klien secara Membantu menghindari regangan otot.
simultan dari pijakan kaki.
6. Bantu dalam berpindah dari Klien mungkin tidak dapat menggerakkan
meja melahirkan ke tempat tungkai bawah karena efek lanjut dari
tidur atau brankar, dengan anestesi.
tepat.
7. Kaji perilaku klien, Peningkatan tekanan intra kranial selama
perhatikan perubahan SSP. mendorong dan peningkatan curah
jantung yang cepat membuat klien dengan
aneurisma serebral sebelumnya berisiko
terhadap ruptur.

8. Dapatkan sampel darah tali Bila bayi adalah Rh-positif dan klien Rh-
pusat; kirmkan ke negatif, klien akan menerima imunisasi
laboratorium untuk me- dengan imun globulin Rh (Rh-Ig) pada
nentukan golongan darah periode pascapartum. (Rujuk pada Bab 6,
bayi baru lahir. Catat MK: klien pada 4 Jam sampai 3 Hari
informasi berkenaan de-ngan Pasca Partum.
sampel yang di-kirimkan.
Kolaborasi
1. Gunakan bantuan venti-lator Kegagalan dapat terjadi mengikuti emboli
bila diperlukan. amnion atau pulmoner.
2. Bila terjadi inversi uterus:
1) Berikan penggantian 1. Hemoragi maternal cepat dan syok
cairan, pasang kateter mengikuti inversi, dan intervensi
perkemihan indwelling; segera untuk menyelamatkan jiwa
dapatkan golongan diperlukan. Fungsi ginjal adalah
darah dan pencocokan indikator bermanfaat dari tingkat
silang; pantau tanda cairan/ perfusi jaringan.
vital, dan pertahankan 2. Meningkatkan kontraktilitas
pencatatan masukan miometrium uterus.
atau haluaran dengan 3. Membatasi potensial infeksi
cermat. endometrial.
2) Berikan oksitosin I.V.,
posisikan kembali uterus
dibawah pengaruh
anestesi, dan berikan
ergonovin maleat
(ergotrat) I.M. setelah
penempatan uterus
kembali. Bantu dengan
tampon uterus sesuai
indikasi.

3) Berikan antibiotik
profilaktik.

3. Resiko perubahan proses keluarga berhubungan dengan Faktor resiko dapat


meliputi : Terjadinya transisi (penambahan anggota keluarga), krisis situasi
(perubahan pada peran/tanggungjawab)
a. Tujuan :
Tidak terjadi perubahan proses keluarga
b. Kriteria Hasil :
Mendemonstrasikan perilaku yang menandakan kesiapan untuk
berpartisipasi secara aktif dalam proses pengenalan ibu dan bayi

No Intervensi Rasional
1. Fasilitasi interaksi antara Membantu mengembangkan ikatan emosi
klien/pasangan dan bayi baru sepanjang hidup di anggota keluarga. Ibu
lahir segera mungkin setelah dan bayi memepunyai periode yang
melahirkan. sanngat sensitif pada waktu dimana
kemampuan interaksi ditingkatkan.
2. Berikan klien dan ayah Kontak fisik dini menbantu
kesempatan untuk mengembangkan kedekatan. Ayah juga
menggendong bayi dengan lebih mungkin untuk berpartisipasi dan
segera setelah kelahiran bila aktivitas merawat bayi dan merasa ikatan
kondis bayi stabil. emosi lebih kuat bila mereka secara aktif
terlibat dengan bayi segera setelah
melahirkan.
3. Tunda penetesan salep Memungkinkan bayi untuk membuat
profilaksi mata (mengandung kontak mata dengan orang tua dan secara
eritromisin atau tetrasiklin) aktif berpartisipasi dalam interaksi, bebas
sampai klien atau pasangan dari penglihatan kabur yang disebabkan
dan bayi telah berinteraksi. oleh obat.

4. Nyeri berhubungan dengan Faktor risiko dapat meliputi : trauma


jaringan, respon fisiologis setelah melahirkan
a. Tujuan :
Nyeri berkurang atau terkontrol
b. Kriteria Hasil :
1) klien mengungkapakan nyeri berkurang
2) TTV dalam batas normal

No Intervensi Rasional
1. Bantu dengan menggun-akan Pernapasan membantu mengalihkan
teknik pernapasan selama perhatian langsung dari ketidaknyamanan,
perbaikan pembe-dahan, bila meningkatkan relaksasi.
tepat.
2. Berikan kompres es pada Mengkonstriksikan pembuluh darah,
perinium setelah melahir- menurunkan edema, dan memberikan
kan. kenyamanan dan anastesi lokal.
3. Ganti pakaian dan linen Meningkatkan kenyamanan , hangat, dan
basah. kebersihan.
4. Berikan selimut peng-hangat. Tremor/menggigil pada pasca melahirkan
karena hilangnya tekanan secara tiba-tiba
pada saraf pelvis atau kemungkinan
dihubungkan dengan transfusi janin dan
ibu yang terjadi pada pelepasan plasenta.
Kehangatan meningkatkan relaksasi otot
dan meningkatkan perfusi jaringan,
menurukan kelelahan dan meningkatkan
rasa sejahtera.
5. Bantu perbaikan episiotomi Penyambungan tepi-tepi memudahkan
bila perlu penyembuhan
6. Berikan testosteron sipionat / Untuk menekan laktasi
estradiol valekat setelah
pengeluaran plasenta.

C. IMPLEMENTASI
Implementasi adalah insiatif dari rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang spesifik. Tujuan dari pelaksanan adalah untuk membantu klien
dalm mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi
koping (Nursalam, 2001).
Menurut Nursalam (2001) ada 3 tahap untuk malaksanakan
tindakan keperawatan yaitu:
1. Tahap I Persiapan
Tahap awal tindakan keperawatan menuntut perawat
mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam tindakan,
persiapan tersebut meliputi:
a. Review tindakan keperawatan yang diidentifikasikan pada
tahap perencanaan,
b. Menganalisa pengetahuan dan keterampilan yang diidentifikasi
pada keterampilan yang diperlukan.
c. Mengetahui komplikasi dari tindakan keperawatan yang
mugkin timbul.
d. Menentukan dan mempersiapkan peralatan yang diperlukan.
e. Mempersiapkan lingkungan yang kondusif sesuai dengan
tindakan yang akan dilaksanakan.
f. Mengidentifikasi aspek hukum dan etik terhadap resiko dari
potensial tindakan.
2. Tahap II Intervensi
Fokus tahap pelaksanaan tindakan perawatan adalah
kegiatan pelaksanaan tindakan dari perencanaan untuk memenuhi
kebutuhan fisik dan emosional.
3. Tahap III Dokumentasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh
pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian dalam
proses keperawatan.

D. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,
karena rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai.
Melalui evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor kealpaan yang
terjadi selama tahap pengkajian, analis, perencanaan, dan pelaksanaan
tindakan (Nursalam, 2001).
Adapun kriteria evaluasi ada 2 macam, yaitu kriteria proses dan
kriteria hasil. Kriteria proses mengevaluasi jalannya proses sesuai dengan
situasi, kondis dan kebutuhan pasien. Sedangkan kriteria hasil
mengevaluasi hasil keperawatn yang berupa ”SOAP”.
S : Subyektif, berdasarkan ungkapan pasien/keluarga pasien.
O : Objektif, berdasarkan kondisi pasien sesuai dengan masalah
terkait.
A : Assesment (penilaian), merupakan analisa dari masalah yang
sudah ada, apakah teratasi, sebagian teratasi, belum teratasi, timbul
masalah baru.
P : Planning (rencana), apakah rencana perawatan dilanjutkan,
dihentikan atau dibuat rencana tindakan keperawatan yang baru
sesuai dengan masalah yang ada.
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan
pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul
dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu melalui jalan
lahir atau melalui jalan lain, berlangsung dengan bantuan atau tanpa
bantuan (kekuatan ibu sendiri).
Persalinan kala tiga adalah dimulai setelah lahirnya bayi dan
berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Fisiologi
persalinan kala tiga, otot uterus berkontraksi mengikuti berkurangnya
ukuran rongga uterus secara tiba-tiba setelah lahirnya bayi,
Penyusutan à berkurangnya ukuran tempat implantasi plasenta.
Manajemen aktif kala tiga adalah tindakan untuk menghasilkan kontraksi
uterus yang lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah
perdarahan dan mengurangikehilangan darah.
B. SARAN
1. Dengan mempelajari manajemen aktif pada persalinan kala tiga
dengan benar maka kita akan dapat mengurangi resiko perdarahan
pospartum yang bisa berakibat fatal pada ibu bersalin.
2. Bagi para pembaca, dimana makalah yang kami susun banyak
kekurangan dan kurang lengkap, kami mohon kritik yang bisa
membangun sehingga kedepan bisa lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Bobak. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC


Doenges, Marilynn E.2001. Rencana perawatan maternal/Bayi:pedoman
perencanaan & dokumentasi perawatan klien;alih bahasa, monica
ester,Ed.2.Jakarta : EGC
Febri.2010.Konsep Dasar Persalianan. Diambil pada 29 Januari 2015 dari
http://bidanshop.blogspot.com/2010/05/konsep-dasar-persalinan.html
Ifat. 2010. Manajemen aktif kala tiga. Diambil pada 29 Januari 2015 dari
http://www.akubidan.com/
JNPK-KR.2007. Asuhan Persalinan Normal. Ed.3 (revisi).jakarta: jaringan
nasional pelatihan klinik-kesehatan reproduksi, perkumpulan obstetri ginikologi
indonesia (JNPK-KR/POGI).
Manuaba, Ida bagus Gde.1998. Ilmu kebidanan, Penyakit Kandungan, & Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC
Moore, Hacker. 2001.Esensial Obstetri & Ginekologi. Jakarta : Hipokrates
Motherhood, Safe.2001. modul hemoragi postpartum-Materi pendidikan
kebidanan; alih bahasa, palupi widyastuti. Jakarta : EGC
Prawirohardjo, Sarwono.2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPSP
Saifuddin, Abdul Bari. 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal Dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Anda mungkin juga menyukai