Anda di halaman 1dari 25

TATALAKSANA LUKA ROBEK WAJAH

(Referat)

Oleh :
Alfia Nikmah, S.Ked
Charisatus Sidqotie, S.Ked
Denny Habiburrohman, S.Ked
Frigandra Syahputri, S.Ked.
Nidia Putri Meisuri, S.Ked.
Rachmi Lestari P. R., S.Ked.

Perceptor :
dr. Bobby Swadharma Putra, Sp.BP-RE

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH


RSUD DR H ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2019
KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum wr. wb.

Alhamdulillah, puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun tugas referat
dengan judul “TATALAKSANA LUKA ROBEK WAJAH” ini.

Selanjutnya, tugas ini disusun dalam rangka memenuhi tugas dalam kepaniteraan klinik di
RSUD Abdul Moeloek Stase Bedah bidang Bedah Plastik dengan pembimbing yaitu dr.
Bobby Swadharma Putra, Sp.BP-RE. Kami menyadari kekurangan dalam penulisan tugas ini,
baik dari bahasa, analisis, dan sebagainya. Oleh karena itu, kami mohon maaf atas segala
kekurangan. Kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan, guna kesempurnaan
laporan ini dan perbaikan untuk kita semua.

Semoga karya ini dapat bermanfaat dan dapat memberikan wawasan berupa ilmu pengetahuan
untuk kita semua.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

Bandar Lampung, 12 Juni 2019

Penyusun

ii
BAB I
PENDAHULUAN

Sebagian besar orang tidak menginginkan bekas luka yang tidak enak dipandang di bagian
tubuh mana pun, terutama bekas luka di wajah mereka. Jadi, penutupan primer, yang
biasanya menghasilkan bekas luka yang paling tidak terlihat, adalah perawatan yang lebih
disukai untuk sebagian besar laserasi wajah. Untungnya, karena kelenturan kulit wajah,
sebagian besar luka dapat diperbaiki kecuali pada kehilangan jaringan yang signifikan atau
pembengkakan jaringan (Semer, 2001).

Cedera jaringan lunak pada bagian wajah sering terjadi pada pasien trauma, dapat disertai
dengan fraktur maupun tidak. Tujuan dari manajemen cedera itu sendiri adalah pemulihan
fungsional dan estetika dalam periode terpendek. Banyak kasus seperti itu datang ke korban
setelah penjahitan jaringan dengan hasil tidak sesuai dengan jaringan yang tidak selaras.
Berbagai benda asing dan hematoma tanpa disadari memperberat kondisi pasien. Karena
kompleksitas wajah, penting untuk mengantisipasi cedera pada berbagai struktur di bawah
luka. Peluang pertama adalah peluang terbaik untuk diperbaiki karena menentukan hasilnya.
Dokter umum perlu memahami biomekanik cedera jaringan, biokimia, biologi molekuler
penyembuhan luka dan seni perbaikan jaringan lunak. Penting untuk menghargai bahwa
banyak malformasi wajah pada orang dewasa dapat dikaitkan dengan trauma pada anak usia
dini karena trauma memiliki efek buruk pada pertumbuhan dan perkembangan pada tulang
wajah (Bhattacharya, 2012).

Berdasarkan uraian di atas, penyusun bermaksud untuk menyusun referat tentang


“Tatalaksana Luka Robek Wajah”.

3
BAB II
ISI

2.1 Definisi

2.2 Etiologi

Tabel 1. Etiologi luka robek pada wajah


Etiologi Definisi
Hewan Setiap laserasi yang diihasilkan dari hewan
(menyerang arau sebaliknya)
Penyerangan Kekerasan termasuk pertarungan dalam
cidera bermain
(NFI)/ Non-fall impact Trauma perabotan baik didalam dan diluar
rumah tangga
(HVI)/ High-velocity impact Melibatkan kendaraan bermotor termasuk
tidak bermotor seperti sepeda, skateboard,
skuter
Olahraga Dihasilkan dari partisipasi langsung dalam
acara olahraga
Terjatuh Mekanisme jatuh yang sederhana
Lain-lain Semua laserasi lain yang tidak dapat
ditetapkan ke salah satu grup di atas
Sumber: (Oxley, PJ. 2009)

4
2.3 Emergency management

2.4 Diagnostic Studies : Evaluasi Luka, Prinsip Manajemen Luka Robek Wajah

Cedera jaringan lunak tidak memerlukan studi diagnostik khusus. Namun, mereka
mungkin membantu dalam mengidentifikasi benda asing dalam kasus tembakan senjata
atau cedera ledakan. Namun demikian, fraktur wajah secara bersamaan membutuhkan
evaluasi radiografi (Bhattacharya, 2012).

2.4.1 Evaluasi luka


Pemeriksaan harus dilakukan di ruang operasi di bawah cahaya yang tepat,
perbesaran, irigasi berlebihan dan homeostasis. Electrocautery harus digunakan
dalam pengaturan terendah, kondusif untuk koagulasi. Perlu diingat bahwa saraf
seringkali dekat dengan pembuluh darah. Electrocautery dapat menyebabkan
cedera iatrogenik. Penting untuk mengevaluasi konstituen jaringan apa yang
hilang dan jaringan apa yang terbuka. Kadang-kadang luka tampak kecil tetapi
mungkin melemahkan dengan devaskularisasi di atasnya. Jaringan yang dirusak
seperti itu harus dieksisi terutama sampai margin perdarahan tercapai. Kemudian
pengukuran luka yang sebenarnya harus dilakukan, jika tidak ada bukti nekrosis
diikuti oleh infeksi (Bhattacharya, 2012).

2.4.2 Prinsip manajemen Luka Robek Wajah


Wajah terdiri dari beberapa zona dan organ yang menonjol misalnya, Telinga,
mata, hidung, bibir, dagu, pipi, dahi dll. Penting untuk disadari bahwa setiap kali
ada komposit yang kehilangan ketebalan jaringan secara penuh, persyaratannya
adalah pelapis, penutup dan penopang, untuk kelopak mata, hidung, telinga, pipi,
dll., jika kelopak mata atas rusak, harus direkonstruksi untuk menghindari paparan
keratitis. Pada pipi, bibir, daerah periorbital, dahi, dll., Ada otot-otot yang
mendasarinya, yang kemungkinan akan rusak tergantung pada besarnya cedera. Di
daerah-daerah tertentu seperti daerah pra-auricular, kelenjar parotis dan saraf
wajah mungkin rusak. Setelah struktur vital terpapar misalnya, Tulang, tulang
rawan, dll., Prosedur pelapisan kembali dengan vaskularisasi yang sesuai harus
dianjurkan (Bhattacharya, 2012).

5
Laserasi yang diperbaiki dengan benar menghasilkan bekas luka yang kurang
mencolok. Jahitan Vicryl atau Polydioxanone (PDS) yang diserap 4/0 atau 5/0
cocok untuk otot dan jaringan subkutan. Proline / nilon 6/0 adalah pilihan untuk
aproksimasi kulit. Jahitan kunci diberikan pertama kali untuk menyelaraskan titik
diikuti oleh sisa perbaikan. Perbatasan kulit bibir yang sangat tebal, margin bebas
dari pelek alar, garis kelabu kelopak mata, dan pelek heliks telinga menyediakan
panduan untuk pemulihan posisi anatomi yang normal (Bhattacharya, 2012).

2.5 Lokasi Luka Robek pada Wajah

Klasifikasi MCFONTZL merupakan suatu klasifikasi yang lebih kompleks untuk


laserasi wajah yang mengkombinasikan lokasi anatomis dengan suatu variasi pada
penilaian derajat keparahan. Tingkat keparahan untuk setiap laserasi menggunakan
simbol T, E, R, I dan S (Cydulka, RK et al. 2018).

Grading keparahan :

 MCFONTZL Class 1 : severity score 1-5


 MCFONTZL Class 2 : severity score 6-10
 MCFONTZL Class 3 : severity score 11-15
 MCFONTZL Class 4 : severity score >15
(diulang untuk setiap laserasi)

Tabel 2. Lokasi dan tipe laserasi pada wajah


Lokasi Laserasi Tipe Laserasi
M : Maxilla  A : Area
C : Chin Disimbolkan dengan huruf
F : Forehead MCFONTZL
O : Orbit  S : Side
N : Nose Kanan, kiri, tengah (forehead), atas,
T : Temple bawah
Z : Zygoma  T : Thickness
L : Lip (tidak termasuk laserasi intraoral) Kedalam penetrasi E(epidermis),
D(dermis), F(subcutaneous fat),
M(muscle), B(bone)
(E=0, D=1, F=2, M=3, B=4)

6
 E : Extension
Panjang luka >1cm
 R : Relaxed skin tension line
Mengikuti Langer’s line (0=yes, 1=no)
 I : Index Laceration
Panjang luka dalam sentimeter
 S : Soft tissue defect
Kehilangan jaringan melalui avulsi
(0=none, 1= 1cm radius along long
axis, 2= 2cm radius along long axis,
dst)
Sumber: (Cydulka, RK et al. 2018)

Contoh :

Gambar 1. laserasi periorbital yang parah setelah kontak dengan kaca depan.
MCFONTZL kelas IV (A = orbit, S = L, T = 4, E = O, R = 1, I = 11, S = 0, Total = 16)

Gambar 2. Klasifikasi MCFONTZL

7
2.6 Tatalaksana luka robek pada wajah
2.6.1 Perawatan Awal
Perawatan awal luka wajah sama dengan perawatan yang diterapkan pada luka
apa pun. Luka harus dibersihkan sepenuhnya dan diperiksa secara menyeluruh.
Semua benda asing, darah, dan jaringan nekrotik harus diangkat. Debridemen tepi
kulit harus dijaga agar tetap minimum, kecuali jika jaringannya jelas mati. Karena
pasokan darah yang sangat baik dari wajah, jaringan yang tampaknya iskemik
sering bertahan. Sebelum menutup luka, berikan larutan antibakteri pada area
yang terluka. Hati-hati: beberapa larutan dapat menyebabkan cedera pada mata.
Sepuluh persen larutan povidone iodine umumnya tersedia dan tidak akan melukai
mata serta aman digunakan pada mukosa mulut (Semer, 2001).

2.6.2 Anestesi
Lidocaine dengan epinefrin adalah pilihan terbaik dengan satu pengecualian:
ketika flap terangkat oleh cedera. Dalam hal ini, yang terbaik adalah
menggunakan plain lidokain agar tidak mengurangi sirkulasi ke flap. Bupivacaine
juga dapat digunakan. Tambahkan bikarbonat untuk mengurangi nyeri saat
injeksi. Untuk laserasi yang lebih kecil (beberapa cm atau kurang), seringkali
paling mudah untuk menyuntikkan anestesi di sepanjang tepi luka. Untuk laserasi
yang lebih besar atau laserasi di sekitar tepi bibir (di mana injeksi lokal dapat
merusak jaringan cedera) blok saraf biasanya lebih efektif. Blok saraf mental:
bibir bawah, kulit di bawah bibir. Blok saraf infraorbital: bibir atas, hidung lateral,
kelopak mata bawah, pipi medial. Blok saraf supraorbital / supratrochlear: dahi
(Semer, 2001).

2.6.3 Pilihan dan Penempatan Jahitan


Nylon adalah benang jahit pilihan untuk menutup luka pada kulit wajah. Krom
atau bahan yang dapat diserap lainnya dapat digunakan untuk laserasi mukosa.
Jika Anda yakin bahwa pasien tidak akan kembali untuk mengangkat jahitan atau
jika pasien adalah anak yang kemungkinan besar pengangkatan jahitannya sulit,
benang krom (benang absorbable pilihan) dapat digunakan pada kulit wajah
(Semer, 2001).

8
Jahitan pada wajah harus ditempatkan sedikit lebih dekat daripada yang biasanya
direkomendasikan karena masalah kosmetik. Jahitan harus ditempatkan 1-2 mm
dari tepi kulit dan terpisah 3 mm untuk mencapai perkiraan jaringan yang lebih
baik. Pengecualian dicatat dalam deskripsi khusus di bawah ini. Jika Anda dapat
menggunakan kacamata pembesar, gunakanlah karena dapat membantu mencapai
keselarasan jaringan yang lebih baik karena pembesaran memungkinkan
penempatan jahitan yang lebih akurat. Kebanyakan laserasi wajah dapat ditutup
dalam satu lapisan Jahitan harus diangkat setelah 5-7 hari untuk meminimalkan
jaringan parut (Semer, 2001).

Laserasi di mana tepi kulit dapat disejajarkan dengan mudah dan tanpa
ketegangan dapat ditutup dengan teknik mana pun. Laserasi yang tidak teratur
atau laserasi di mana Anda khawatir tentang potensi infeksi harus ditutup secara
terputus karena alasan berikut:

a. Jika, beberapa hari setelah penutupan luka, area yang terlokalisasi mulai
terlihat terinfeksi, Anda dapat mengobati infeksi tanpa harus membuka seluruh
luka. Cukup lepaskan beberapa jahitan di area yang terlihat merah, buka
kulitnya, dan cuci luka dengan larutan NaCl. Ini akan memungkinkan luka
mengering dan memungkinkan infeksi membaik sambil menjaga bekas luka
yang dihasilkan relatif kecil. Pasien juga harus diberikan antibiotik.

b. Jika luka telah ditutup dengan menempatkan jahitan secara terus menerus,
pengangkatan sebagian jahitan tidak mungkin dilakukan. Jika luka terlihat
terinfeksi, seluruh jahitan harus dilepas dan seluruh luka akan dibuka kembali.
Ini menghasilkan bekas luka yang jauh lebih besar. Jahitan yang ditempatkan
pada wajah harus sekitar 1-2 mm dari tepi kulit dan terpisah sekitar 3 mm.
Teknik ini membutuhkan penggunaan benang jahitan kecil (Semer, 2001).

Tabel 2. Ringkasan Bahan Jahitan Optimal untuk Luka Wajah Tertentu

Lokasi Cedera Ukuran Benang jahitan optimal (Pilihan alternative


jahitan yang baik)
optimal*
Kulit pipi, dahi, atau 5-0,6-0 Nylon, Prolene † (chromic untuk anak-anak
hidung atau pasien yang tidak dapat kembali untuk
pengangkatan jahitan)

9
Ear skin 4-0 Nylon (chromic)
Mukosa lidah 4-0 Chromic (Vicryl / Dexon) ‡
eksternal
Kulit kelopak mata 5-0, 6-0 Nylon (chromic)

Otot frontalis (dahi) 3-0, 4-0 Polydioxanone (Vicryl / Dexon, khrom)


Galea (kulit kepala) 3-0, 4-0 Polydioxanone (Vicryl / Dexon, khrom)
Mukosa bibir atau 4-0 Chromic (Vicryl / Dexon)
intraoral
Otot bibir 4-0 Vicryl / Dexon (chromic, polydioxanone)

Kulit bibir 5-0, 6-0 Nylon (chromic)

Mukosa hidung 5-0 Chromic

Kulit kepala 3-0, 4-0 Nylon (staples, chromic)

Jaringan subkutan 4-0, 5-0 Vicryl / Dexon (chromic)

Otot lidah 3-0 Vicryl / Dexon (chromic, polydioxanone)


Sumber: (Semer, 2001)
* Jika Anda punya pilihan, ukuran ini direkomendasikan.
† Prolene dapat diganti setiap kali nilon direkomendasikan.
‡ Vicryl adalah asam poliglaktat; Dexon adalah asam poliglikolat. Keduanya pada
dasarnya dapat ditukar.

2.6.4 Instruksi Pasca Perbaikan

a. Setelah tepi luka dijahit bersama, oleskan sedikit salep antibiotik di atas garis
jahitan. Tutupi dengan kain kasa kering. Perban dapat dilepas pada hari
berikutnya.

b. Area tersebut harus dibersihkan sekali atau dua kali sehari dengan sabun dan
air yang lembut. Pasien dapat mandi dan mencuci muka seperti biasa pada hari
setelah perbaikan.

c. Setelah pembersihan, sedikit salep antibiotik atau salep jenis petrolatum harus
dioleskan di atas garis jahitan. Jika pasien menginginkan, kain kasa kering

10
dapat digunakan untuk menutupi area tersebut, meskipun biasanya tidak
diperlukan kecuali pasien berada di lingkungan yang kotor.

d. Cedera wajah menyebabkan jaringan membengkak. Pastikan untuk


memperingatkan pasien Anda bahwa wajah akan membengkak selama
beberapa hari setelah cedera. Untuk meminimalkan pembengkakan, anjurkan
pasien untuk menjaga agar kepala tetap tinggi setiap saat. Saat berbaring, bantal
tambahan (atau lembaran yang dilipat) harus diletakkan di bawah kepala.

e. Pasien juga harus menghindari membungkuk dan mengangkat berat selama


beberapa hari setelah cedera karena kegiatan seperti itu meningkatkan
pembengkakan wajah (Semer, 2001).

2.7 Prinsip-Prinsip Pengambilan Keputusan Bedah

2.7.1 Manajemen Luka Awal

1. Cleansing
Membersihkan luka secara manual dari kontaminasi benda asing maupun
kotoran menggunakan larutan salin. Jangan menggunakan irigasi under
pressure.
2. Debridement
Laksanakan debridement secepatnya pada luka wajah yang sudah mengalami
nekrosis dan mulai pemberian antibiotic secepatnya dan semaksimal mungkin
3. Passive drains
Gunakan drain pasif (seperti penrose) pada luka terkontaminasi atau luka pada
mukosa.
4. Inspeksi dan dokumentasi
Periksa kedalaman luka dan dokumentasikan sejauh mana luka tersebut (saraf,
otot, cartilage, maupun pembuluh darah) (AAO-HNS, 2012).

2.7.2 Penutupan Luka Primer dan Delayed

1. Penutupan luka primer bersih

11
Penutupan luka primer dengan segera mungkin <24 jam bila memungkinkan,
pada luka yang sangat terkontaminasi harus dibersihkan dengan teliti,
didebridasi, dan diirigasi. Balut dengan salin-soaked dan diganti dua kali
sehari. Laserasi sederhana dapat ditutup hingga 3 hari paska cedera. Penutupan
luka dalam atau yang mengenai mukosa harus dilakukan dua lapis dan water-
tigh. VAC (Vacum Assisted Closure) dapat diterapkan pada luka yang kedap
air di wajah, kepala, atau leher.
2. Hindari insisi tambahan
3. Rekonstruksi (AAO-HNS, 2012).

2.7.3 Perawatan Laserasi Setelah Repair


1. Jaga luka laserasi tertutup menggunakan petroleum jelly selama 2 minggu
2. Lepaskan jahitan dalam 3-5 hari
3. Tambahkan tepi luka dengan Steri-Strips selama 2 minggu (AAO-HNS, 2012).

2.7.4 Prinsip-Prinsip Pengambilan Keputusan Bedah

A. Waktu Perbaikan Luka


1. Penutupan Primer
Idealnya akan menutup dalam waktu sekitar 4-6 jam setelah cedera.

2. Penutupan Primer yang tertunda


Penutupan primer yang tertunda harus dipertimbangkan, dengan
kontaminasi berat dianggap sangat rentan terhadap infeksi (bahkan setelah
debridemen yang luas dan irigasi maksimal). Biasanya ditambahkan
antibiotic parenteral.

3. Penutupan dengan tujuan sekunder


Penutupan dengan tujuan sekunder dapat dilakukan apabila pasien maupun
ahli bedah dapat berpartisipasi dengan baik pada perawatan luka serta
masih memungkinkan untuk dilakukan penutupan bagian yang cacat dalam
waktu lambat namun stabil.

4. Terapi tambahan
Terapi tambahan yang dimaksud dapat berupa pemanfaatan factor
penyembuhan luka maupun yang lainnya seperti hiperbarik oksigen.

12
5. Post-Healing
Setelah luka sembuh, bekas luka dapat ditangani dengan tepat (AAO-HNS,
2012).

B. Pertimbangan Anestesi

1. Cedera Jaringan Terlokalisir


a. Anestesi Lokal Suntik
Merupakan jenis anestesi yang paling sering digunakan pada anak-anak
maupun dewasa. Idealnya blok saraf regional seperti infraorbita,
mentalis, supratroklear, dan supraorbital dilakukan untuk meminimalisir
distorsi jaringan. Selanjutnya dilakukan infiltrasi lokal. Pemberian
bupivacain 0,25% dapat ditambahkan apabila prosedur operasi
membutuhkan waktu 1-1,5 jam. Pemberian lidokain 1% juga dapat
memperpanjang efek anestesi lokal. Pada anak-anak umumnya tidak
menggunakan anestesi epinefrin.

b. Anestesi Topikal
Anestesi topikal, seperti EMLA® (campuran eutektik anestesi lokal)
Krim (lidokain 2,5% dan prilokain 2,5%) dapat digunakan sebagai
anestesi lokal.

c. Dokter Spesialis Anak atau Dokter Gawat Darurat Lainnya


Dokter dapat memberikan sedasi pada unit gawat darurat.

d. Sedasi
Sebagian besar tidak membutuhkan sedasi untuk penutupan luka primer
sebelum dibius. Namun, jika pasien merasa cemas, dapat diberikan
sedasi parenteral seperti diazepam maupun obat antiemetic/antianxietas
seperti promethazine (AAO-HNS, 2012).

2. Cedera Luas
Pada cedera dengan avulse jaringan yang signifikan, ketika struktur osseous
atau neurovaskular yang mendasarinya terluka atau berisiko terluka, atau
dalam cedera yang mengancam jiwa, maupun pada kasus di mana sedasi

13
untuk anak-anak dianggapt idak tepat atau tidak tersedia, intervensi di
ruang operasi dapat diperlukan (AAO-HNS, 2012).

C. Irigasi dan Debridemen


1. Microdebridement
 Menggunakan larutan garam steril, biasanya perbandingan salin-povidon
iodine 2:1 yang dilarutkan dalam 1,5 L lebih baik,
 Surgical scrub brush bermanfaat untuk luka lecet, pada luka yang lebih
besar dapat menggunakan bulb syringe atau irigasi tubing intravena
 Produk komersial seperti Pulsavac® (Zimmer) dapatdigunakan untuk
pembilasan dan pemotongan secara mikro (AAO-HNS, 2012).

2. Macrodebridement
Biasanya digunakan pada partikel besar seperti kaca atau kerikil.
Dianjurkan untuk anestesi lokal terlebih dahulu dengan debridement
jaringan lunak yang mati sebelum penutupan definitif (AAO-HNS, 2012).

2.8 Manajemen Operatif berdasarkan Lokasi

Luka robek pada wajah pada terjadi oleh bermacam etiologi, bisa karena pisau atau luka
tembak atau gigitan binatang, jatuh dari sepeda motor dan sebagainya. Hal yang yang
paling penting dalam management awal trauma meliputi airway, breathing, dan
circulation. Setelah itu perhatian selanjutnya adalah perbaikan dari luka robekan pada
wajah. Pada beberapa kasus berat tindakan operasi menggunakan anastesi umum dapat
dilakukan pada pasien anak-anak atau pada pasein dengan polytrauma atau luka yang
mengancam nyawa. Goals pada operasi luka robek di wajah meliputi perbaikan fungsi
dan perbaikan cosmetic pada wajah (AAO-HNS, 2012).

Hal yang penting dalam pemeriksaan fisik luka robek pada wajah antara lain:

 Perbaiki jalan nafas, breathing dan sirkulasi sesuai dengan standar protokol bantuan
hidup dasar cardiopulmonary.
 Pada keadaan kerusakan sistem saraf pusat, perdarahan di lateral pharyngeal space,
kerusakan pada lidah, palatum, daerah bawah lidah atau gangguan stabilitas

14
maxillomandibular membutuhkan endotrakeal tube atau trakeotomi dibutuhkan
untuk memperbaiki jalan nafas.
 Hemoastasis dibutuhkan pada perdarahan aktif. Penekanan pada luka dapat
dilakukan, pada perdarahan pada arteri dibutuhkan ligase atau kauterisasi pembulh
darah.
 Tindakan terbaik pada cedera pembuluh darah besar adalah dengan operasi.
 Pada semua trauma wajah dipertimbangkan adanya cedera cervical sampai dipastikan
oleh pemeriksaan radiografi. Pada keadaan ini cervical collar wajib dipakai.
 Fraktur wajah yang mendasarinya juga harus dipertimbangkan terlepas dari tingkat
cedera jaringan lunak (AAO-HNS, 2012).

Teknik-teknik rekonstruksi komprehensif untuk subsitus wajah (mengganti lapisan kulit


yang hilang) yang tercantum di bawah ini berada di luar cakupan Manual Tetap ini.
Dalam beberapa kasus, prinsip-prinsip yang dibahas dapat berfungsi sebagai manuver
sementara sampai rekonstruksi definitif dilakukan di lain waktu (AAO-HNS, 2012).

2.8.1 SCALP (Kulit Kepala)

Jaringan kulit lebih tebal dari jaringan kulit biasa dan tidak lentur.

 Kaji fraktur tulang yang mendasarinya.


 Berusaha menutupi semua tulang yang terbuka. Jika periosteum hilang, dan
tidak mungkin ditutup, penyembuhan jadi sangat terganggu dan dapat
menyebabkan paparan pada tulang kering calvaria
 Jika saat ditutup lukanya tidak dapat menutupi tulang, luka yang terbuka
tersebut dapat oleskan menggunakan salep antibiotik.
 Tutup luka dengan cara berlapis, dengan perhatian khusus pada penutupan
aponeurosis galea. Apneurosis galea memiliki pasokan vaskular yang kuat,
dan penutupan akan mengurangi ketegangan pada jaringan kulit di atasnya.
 Tutup luka kecil dengan jahitan kromik atau poliglaktin 910 (Vicryl
RapideTM) yang menyerap cepat.
 Pasang drainase dan mencegah pembentukan hematoma, dan menghilangkan
ruang kosong

15
 Bebat kepala setidaknya selama 24-48 jam, sampai jaringan di bawahnya
menguat (AAO-HNS, 2012).

2.8.2 DAHI

 Kaji luka untuk kemungkinan patah tulang sinus frontal yang mendasari.
 Blok supratroklear dan supraorbital memfasilitasi anestesi luas.
 Tutup luka seperti biasanya, dengan tetap perhatikan posisi normal pada
kerutan, glabela dan batas alis (AAO-HNS, 2012).

Gambar 3. Luka robek pada dahi

(Jika terjadi kehilangan jaringan atau ketegangan luka (wound tension) yang
tidak semestinya, luka terbuka di dahi dan pelipis dapat sembuh dengan baik
dengan second intention)

2.8.3 TELINGA

Penutupan luka yang tepat membutuhkan pengetahuan tentang anatomi topografi


dari tulang dan tulang rawan dan tergantung pada perdaran pada perikondrial .

1. Laserasi Superfisial
Luka superfisial ditutup terutama dengan jahitan khusus pada kulit. Tidak
adanya jaringan subkutan pada pinggir permukaan dan penempelan jaringan
pada kerangka tulang rawan membuat penjahitan subdermal menjadi tidak
dibutuhkan dan tidak perlu dilakukan.

16
2. Laserasi Tulang Rawan
Laserasi pada tulang rawan harus di reposisi ulang dengan monofilamen yaitu
benang yang mudah diserap. MonocrylTM adalah bahan yang ideal. Cartilago
pada telinga rapuh dan rentan patah. Jarum reverse cutting dapat digunakan
pada kartilago saat penjahitan (dapat masuk dan keluar dengan baik) dan
mencegah adanya fraktur pada tulang belakang kartilago saat penjahitan untuk
mencegah fraktur punggung tulang rawan saat ahli bedah menjahit ke arah
dirinya sendiri.

3. Perkiraan Helix dan Antihelix


Perkiraan posisi helix dan antihelix yang benar diperlukan untuk menjaga
integritas struktural dan kosmetik pada tempat yang seharusnya. Ini akan
membantu mencegah kelainan aurikular yang didapat.

4. Laserasi Melibatkan daun telinga


Laserasi yang melibatkan tepi bebas pinna (yaitu, helix, lobule) membutuhkan
kulit yang tidak menyatu yang ditekankan dengan jahitan kasur. Ini akan
membantu mencegah bentukan yang tidak jelas akibat kontraktur parut dan
depresi selama proses penyembuhan.

5. Hematoma dan Seroma


Hematoma dan seroma harus dikeluarkan

6. Perichondrial Coaptation ke Kerangka Tulang Rawan


Jahitan plain gut, jahitan kromik, atau menutupi perichondrial coaptation ke
kerangka tulang rawan dan membersihkan dead space. Ini sangat penting
untuk menjaga pertumbuhan tulang rawan dan mencegah kelainan kalsifikasi
telinga atau pseudokista.

17
Gambar 4. Luka robek pada telinga

7. Segmental avultion of pinna


Pada keadaan fraktur segmental avulsion pada pinna, kartilago rangka harus
deepithelialized dan dipastikan bersih untuk meminimalisir perkembangan
bakteri.

8. Cartilage Banking
Tulang rawan kemudian disimpan dalam kantong subfascial atau submuscular
di atas kulit kepala mastoid atau temporoparietal. Pertimbangkan banking
cartilage di sisi kontralateral jika terdapat suplai darah yang memadai dan
dapat menghindari jaringan dari kemungkinan infeksi lokal. Ini juga akan
meminimalkan sayatan dan perlukaan pada fasia temporoparietal yang
mungkin diperlukan pada saat rekonstruksi bertahap.

9. Total and Near Total Auricula Avulsiona


Pada alvusi total dan hamper total, mikrovacular reanastomosis dianjurkan
tetapi tergantung dengan pengalaman operator dan sumber daya medisnya
(AAO-HNS, 2012).

2.8.4 PERIORBITA

1. Konsultasi Oftalmologi

18
Penekanan harus pada pengawasan penglihatan dan integritas struktur okuler.
Oleh karena itu, semua cedera periokular membutuhkan konsultasi
oftalmologi.

2. Irigasi
Jika diduga ada benda asing atau paparan bahan kimia, irigasi berlebihan
wajib dilakukan.

3. Penutupan Tertunda di Ruang Operasi


Penundaan dalam penutupan mungkin diperlukan untuk memungkinkan
bantuan yang berpengalaman dan instrumentasi khusus. Dalam hal ini,
penutupan di ruang operasi sangat ideal. Penutup mata mungkin diperlukan
untuk memberikan perlindungan sementara pada kornea dan bola mata. Dan
untuk menjaga kelembaban mata diberikan larutan garam dasar atau pelumas
mata atau salep antibiotik. Gunakan pelindung kornea jika perlu.

4. Laserasi tertutup
Jika laserasi tertutup, perbaiki setiap lamella secara satu-persatu.

5. Laserasi Lamella Posterior


Lamella posterior hanya membutuhkan perbaikan pada kelopak mata atas.
Gunakan jahitan yang dapat diserap, seperti VicrylTM.

6. Laserasi Lamella Anterior


Lamella anterior biasanya hanya membutuhkan perbaikan kulit. Serat
orbicularis oculi padat menempel pada kulit dan secara pasif akan mendekati
penutupan kulit. Jahitan dalam cenderung menonjolkan jaringan parut
intramuskuler dan meningkatkan risiko kelainan tutupan, retraksi, dan kelopak
mata bawah yang terjatuh (ektropion)

7. Cedera Kanalikular Lacrimal Cedera


Kanalikuli Lacrimal mungkin memerlukan kanulasi dengan perbaikan atau
penempatan tabung Crawford. Ini paling baik dilakukan dalam pengaturan
operasi dan dengan bimbingan bedah oftalmologis.

19
8. Penutupan batas kelopak mata
Penutupan pada kelopak mata harus dilakukan dengan didekatkan antar batas
kulit untuk mencegah lekukan.

9. Batas kelopak dan Jahitan Lamella Anterior Proksimal


Semua batas kelopak dan jahitan lamella anterior proksimal harus dipotong
dengan ujung yang lebih panjang dan dijauhkan dari batas yang tertutup. Ini
membantu mencegah iritasi dan abrasi kornea. benang sisa dapat diamankan
dengan jahitan yang ditempatkan secara distal atau perekat kulit Mastisol®
(Ferndale) dan pembalut Steri-StripTM.

10. Laserasi batas atas kelopak mata


Pada laserasi batas atas kelopak mata, terutama cedera horizontal, penilaian
fungsi levator palpebrae superioris sangat penting. Pemisahan otot atau
aponeurosis dari tarsus superior akan menyebabkan ptosis traumatis.
Pemasangan kembali dapat dilakukan. Jika memar, edema, kontraksi otot
kembali ke orbit, laserasi harus diperbaiki dalam pengaturan yang tertunda di
ruang operasi dengan bantuan spesialis

11. Lemak Orbital Terlihat


Jika lemak orbital terlihat di dalam luka, septum orbital telah terganggu. Ini
juga merupakan alasan untuk evaluasi dan perbaikan lebih lanjut dalam
pengaturan operasi (AAO-HNS, 2012).

2.8.5 HIDUNG

1. Cedera Jaringan Lunak Hidung


Cedera jaringan lunak hidung memerlukan penutupan dalam tiga lapisan.
a) Mukosa endonasal harus di aproksimasi (didekatkan) kembali jika
memungkinkan sebagai langkah pertama.
b) Laserasi tulang rawan Alar harus di aproksimasi ulang dengan jahitan
monofilamen permanen 6-0.

20
c) Laserasi tepi Alar dan columellar membutuhkan eversi margin (penyatuan
dan perkiraan batas luka yang baik) kulit untuk membantu mencegah
retraksi dan bentukan selama pematangan bekas luka.

2. Cedera Vestibule Hidung yang Luas


Untuk cedera vestibular yang luas, stent silikon lunak dengan salep mupirocin
harus ditempatkan untuk membantu mempertahankan patensi vestibular
selama proses penyembuhan. Ini ditempelkan pada septal caudal dengan
jahitan monofilamen yang tidak dapat diserap.

3. Hematoma Septal
Hematoma septum membutuhkan penutupan segera dengan plain gut atau
jahitan matras.

Gambar 5. Hematoma septal

Laserasi melalui-dan-melalui jaringan lunak hidung kanan. Mukosa endonasal


ditata kembali diikuti oleh penataan kembali tulang rawan alar menggunakan
6-0 Prolene. Penutupan kulit dengan jahitan usus cepat penyerap 6-0. Fraktur
septum berkurang, margin vestibular pada sisi jaringan lunak tertutup, dan
splint silikon Doyle ditempatkan.

4. Laserasi atau Hematoma Septum


Dalam kasus laserasi atau hematoma septum yang parah, septum splints
dianjurkan. Prefabricated Doyle splints dan hand-cut silicone sheets
merupakan pilihan yang memungkinkan.

21
5. Kerusakan Jaringan Lunak Luas
Jika telah terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas dan / atau ancaman ruang
mati subkutan, jaringan lunak yang terbuka harus ditempel dan ditutupi pada
pasca-operasi hidung (AAO-HNS, 2012).

2.8.6 BIBIR

1. Pemeriksaan Luka
Periksa untuk fraktur yang mendasari, gigi terlepas, maloklusi (kondisi gigi
yang tumpang tindih), atau cedera rongga mulut lainnya (AAO-HNS, 2012).

2. Penutupan Luka
Penutupan luka dalam beberapa lapisan.
a. Mukosa
Tutup mukosa dengan jahitan resorbable (mis., Chromic, Vicryl ™, Vicryl
Rapide ™).

b. Orbicularis Oris Muscle


Memperkirakan laserasi otot orbicularis oris sebagai lapisan sentral yang
terpisah. Bahan jahit polydioxanone adalah pilihan yang lebih disukai.
Monofilamen melalui otot tanpa robek, meminimalkan pembentukan
bekas luka, dan memberikan pilihan yang lebih tahan lama, kuat, namun
resorbable untuk perbaikan otot .

c. Bibir Merah dan Putih


Bibir merah dan putih harus ditutup sebagai pengganti independen. Bibir
merah harus ditutup dengan jahitan chromic atau Vicryl ™, dengan
perhatian pada penataan kembali "garis kering" - antarmuka antara bibir
merah basah dan kering (AAO-HNS, 2012).

3. Reposisi pada Batas

22
a. Perbatasan Vermillion
Perbatasan vermillion adalah batas estetika yang penting. Harus sangat
berhati-hati untuk menyatukan batas ini. Sebuah jahitan 6-0 tunggal yang
sederhana, tepat harus ditempatkan tepat di garis ini. Beberapa ahli bedah
menganjurkan menggunakan bahan sutura di sini, karena kualitasnya yang
lembut dan "kebohongan" yang menguntungkan. Namun, bahan jahitan
usus yang menyerap cepat sama efektifnya di tempat ini, terutama pada
anak-anak di mana pelepasan jahitan itu sendiri mungkin menimbulkan
trauma.

b. Lokasi lain
Tempat-tempat penting lainnya juga harus dievaluasi kembali, termasuk
gulungan putih, punggungan philtral, busur Cupid, dan lipatan mental
(AAO-HNS, 2012).

2.8.7 PIPI

a. Periksa luka pipi untuk kemungkinan komunikasi intraoral. Catat kedekatan


dengan jalannya saluran parotis dan cabang saraf wajah utama.
b. Jika darah terlihat di mulut Stenson, atau kedalaman dan lokasi luka
menempatkan saluran parotis beresiko, dengan lembut cannulate saluran
dengan probe lakrimal. Transeksi saluran terbuka, jika diidentifikasi, harus
diperbaiki dalam pengaturan operasi.
c. Cedera saluran menandakan kemungkinan cedera saraf wajah yang lebih
tinggi, terutama dalam distribusi bukal. Untuk laserasi medial ke canthi lateral
dengan kelumpuhan saraf wajah, mengidentifikasi cabang saraf untuk
anastomosis primer sangat tidak mungkin (AAO-HNS, 2012).

2.8.8 DAGU

a. Periksa cedera dagu untuk komunikasi intraoral dan untuk fraktur anterior atau
gigi lepas.
b. Trauma Meatal auditori yang signifikan harus meningkatkan kecurigaan untuk
kemungkinan fraktur mandibula subkondil (AAO-HNS, 2012).

23
2.8.9 LEHER

a. Anggap semua luka leher menusuk, sampai terbukti sebaliknya. Lihat Bab 7
untuk informasi lebih lanjut tentang penetrasi trauma leher.
b. Jika luka superfisial, penutupan berlapis-lapis dengan aproksimasi kembali
dari platysma membantu meredakan ketegangan luka dan memastikan suplai
darah yang memadai ke kulit di atasnya.
c. Tempatkan saluran pembuangan pasif untuk area ruang mati yang luas atau
luka yang sangat terkontaminasi. Akumulasi cairan mungkin tidak hanya
menyebabkan infeksi dan kerusakan luka, tetapi juga dapat mengancam jalan
napas jika terus merambat.

Gambar 6. Robekan dan cedera avulsif leher kiri, dagu, dan bibir

24
DAFTAR PUSTAKA

American academy of otolaryngology-head and naeck surgery foundation. 2012. Resident


manual of trauma to the face, head, and neck. Alexandria: American academy of
otolaryngology-head and neck surgery.

Cydulka, RK et al. 2018. Tintinalli’s Emergency Medicine Manual 8th edition. American
College of Emergency Physician : Mc Graw Hill Edc

Oxley, PJ. 2009. Classification in facial plastic surgery : Plural publishing

Semer, Nadine B. 2001. Practical Plastic Surgery for Nonsurgeons. Philadelphia :Hanley &
Belfus Inc.

V. Bhattacharya (2012) “Management of soft tissue wounds of the face”. Indian Journal of
Plastic Surgery,45(3), pp. 436–443.

25

Anda mungkin juga menyukai