Anda di halaman 1dari 1

Dari: Peran Intelektual

Edward W. Said

Dan kaum intelektual berkembang biak dibanyak bidang sehingga kaum


cerdik cendikia ini—mungkin mengikuti kepeloporan Gramsci dalam
bukunya The Prison Notebook, yang untuk pertama kali melihat kaum
intelektual, dan bukan kelas sosial, sebagai kelompok penting dalam
terselenggaranya sistem masyarakat modern—telah menjadi objek studi
sendiri. Coba saja tambahkan kata “dari” serta “dan”, setelah kata
“intelektual” pada daftar katalog di perpustakaan. Maka hampir seketika
seluruh koleksi perpustakaan perihal kajian tentang intelektual akan
terpampang didepan mata kita. Ragamnya akan membuat nyali ciut. Ada
ribuan rujukan sejarah intelektual dan kajian sosiologisnya yang tersedia,
seperti halnya sekian banyak kajian tentang intelktual dan nasionalisme,
dan kekuasaan, dan tradisi, dan revolusi, dan sebagainya. Setiap kawasan
di muka bumi telah melahirkan intelektualnya dan masing-masing formasi
ini diperdebatkan dengan tak berkesudahan. Adalah wajar bahwa tak ada
revolusi penting dalam sejarah modern yang tanpa intelektual; sebaliknya,
setiap gerakan akbar kontra-revolusi juga selalu melibatkan intelektual.
Intelektual telah berperan sebagai ayah dan ibu sebuah gerakan. Dan
tentu, anak laki-laki dan perempuan, bahkan keponakannya.

Ada bahayanya bahwa figur dan citra intelektual bisa pupus


ditengah banyak sekali seluk beluk, dan seorang cendikiawan bisa hanya
sebagai profesional belaka, atau sosok dalam sebuah kecenderungan
sosial. Tapi saya ingin menegaskan bahwa intelektual merupakan individu
dengan peran publik tertentu dalam masyarakat yang tidak dapat direduksi
begitu saja menjadi profesional nir wajah, anggota kelas yang hanya
berkompeten dalam bidangnya saja. Fakta utama bagi saya adalah, saya
kira, intelektual adalah individu yang dikaruniai bakat untuk
mempresentasikan, mengekspresikan, dan mengartikulasikan pesan,
pandangan, sikap, filosofi, dan pendapatnya kepada publik. Dan peran ini
ada batasnya serta tidak dapat dimainkan tanpa rasa sebagai seseorang
yang melontarkannya kepada publik guna membangkitkan pertanyaan
terhadap ortodoksi dan dogma (bukannya menghasilkannya), menjadi
seseorang yang tidak gampangan dikooptasi pemerintah atau kooporasi.
Dan yang alasan mengadanya (raison d’etre) adalah untuk mewakili semua
orang dan isu yang secara rutin dilupakan atau disembunyikan. Kaum
intelektual memainkan peran tersebut berdasarkan prinsip: semua manusia
berhak mengharapkan standar perilaku yang layak sehubungan dengan
kebebasan dan keadilan dari penguasa dunia atau negara-negara. Dan
karena itu, kekerasan yang disengaja atau yang tanpa tujuan sekalipun
terhadap standar-standar tersebut perlu diuji dan ditentang secara berani.

350

Anda mungkin juga menyukai